TINJAUAN PUSTAKA
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Curcuma
(BPOM, 2008)
6
7
semusim, tegak, tinggi 1m, batang semu, terdiri dari pelapah daun, tegak,
permukaan licin, membentuk rimpang, hijau muda. Daun tunggal, permukaan licin,
tepi rata, ujung dan pangkal runcing, panjang 40-50 cm, lebar 15-18 cm, pertulangan
menyirip, berambut halus, panjang 15-40 cm, hijau muda, pangkal meruncing, ujung
membulat, rimpang bagian luar kuning kotor, irisan rimpang atau rimpang bagian
dalam kuning. Braktea atau daun pelindung hijau muda pada bagian bawah, merah
muda atau pink pada bagian atas, pangkal meruncing, ujung membulat, mahkota
warna kuning. Disamping itu, rimpang ini mengandung minyak atsiri 0,8-3%,
2.1.d Manfaat
memperhalus dan memperkuning kulit. Temu giring juga digunakan dalam ramuan
jamu, khususnya untuk calon pengantin wanita agar mampu mencegah rasa lelah
selama upacara pernikahan. Selain itu, temu giring juga berkhasiat untuk cacingan
pada anak-anak, disentri, luka, bau badan dan campak (Santoso, 2008).
8
2.2.a Klasifikasi
Kingdom : Eubacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Bacillales
Famili : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
2.2.b Morfologi
Kuman ini berbentuk sferis, bila menggerombol dalam sususnan yang tidak
teratur mungkin sisinya agak rata tertekan. Diameter kuman antara 0,8-1,0 mikron.
Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri, berpasangan,
9
menggerombol dan bahkan dapat tersusun seperti rantai pendek. Susunan gerombolan
yang tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari perbenihan
padat, sedangkan dari perbenihan kaldu biasanya ditemukan tersendiri atau tersusun
2.2.c Toksin
tinggi (daging, telur, susu, ikan). Toksin yang dikeluarkan oleh bakteri ini relatif
tahan panas dan tidak mudah dimusnahkan dengan pemanasan normal pada prosedur
Bakteri Staphylococcus aureus merupakan salah satu kuman yang cukup kebal
diantara mikroorganisme lainnya, dan tahan pada pemanasan 60oC selama 30 menit.
memproduksi hemolisin, yaitu toksin yang dapat merusak dan memecah sel-sel darah
merah. Substrat yang baik untuk pertumbuhan dan produksi enterotoksin ialah
substrat atau makanan yang mengandung protein. Sementara itu, keberadaan bakteri
Staphylococcus aureus dan toksin yang dihasilkan pada makanan tidak dapat
dideteksi secara visual karena tidak menimbulkan perubahan yang nyata pada
makanan yang tercemar enterotoksin misalnya daging, ikan, susu, dan hasil
10
pencernaan akan mencapai usus halus, selanjutnya dengan cepat toksin tersebut akan
merusak dinding usus halus dan menimbulkan sekresi jaringan usus (Pratiwi, 2008).
2.2.d Patologi
Furunkel atau abses setempat lainnya merupakan suatu contoh lesi oleh
lesi dan pembuluh getah bening, sehingga terbentuk dinding yang membatasi proses
nekrosis. Selanjutnya disusul dengan serbukan sel radang, di pusat lesi akan terjadi
pencairan jaringan nekrotik, cairan abses ini akan mencari jalan keluar di tempat yang
Peradangan setempat merupakan sifat khas dari infeksi Stafilokokus. Dari fokus
ini kuman akan menyebar ke bagian tubuh lain lewat pembuluh getah bening dan
pembuluh darah, sehingga peradangan dari vena dan trombosis pun merupakan hal
sampai saat ini masih merupakan obat terpilih untuk strain yang sensitif.
karena adanya gen mecA yang mengkode protein pengikat penisilin dengan
ditemukan.
pertahanan tubuh. Jika mikroorganisme ini merusak tubuh maka disebut patogen.
Suatu pathogen harus berkembang biak dalam tubuh untuk dapat menimbulkan
2.3.b Antibakteri
Antibakteri adalah zat yang membunuh bakteri atau menekan pertumbuhan atau
reproduksi mereka. Pelczar dan Chan dalam Widyarto (2009) mengatakan bahwa
makin tinggi suatu zat antimikroba akan semakin cepat sel mikroorganisme terbunuh
mikroorganisme, keasaman atau kebasaan (pH), potensi suatu zat antimikroba dalam
laruran yang diuji dan kepekaan suatu mikroba terhadap konsentrasi antibakteri.
Antibakteri obat atau senyawa kimia yang digunakan untuk membasmi bakteri,
khususnya bakteri yang merugikan manusia. Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada
Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM). Antibakteri tertentu
mensintesis sendiri dari asam para amino benzoat (PABA). Sulfonamid dan
dini dalam proses sintesis dinding sel sedang yang lainnya menghambat di
sehingga tekanan osmotik dalam sel bakteri lebih tinggi daripada tekanan di
luar sel maka kerusakan dinding sel bakteri akan menyebabkan lisis, yang
merupakan dasar efek bakterisidal pada bakteri yang peka (Syarif dkk.,
2011).
protein dan asam nukleat dalam keadaan alamiah. Jika kondisi atau substansi
merusak sel tanpa dapat diperbaiki kembali. Suhu tinggi dan konsentrasi
bakteri
berperan penting dalam proses kehidupan normal sel bakteri. Apabila terjadi
2.3.c Tetrasiklin
farmakologis yang berbeda, tetapi memiliki sifat antimikroba yang nyaris identik dan
diserap dari saluran cerna dan didistribusikan secara luas ke jaringan-jaringan, tetapi
sulit memasuki cairan serebrospinal. Sebagian juga dapat diberikan secara intravena
atau intramuscular. Mereka diekskresikan dalam feses dan ke dalam empedu dan urin
dalam laju yang bervariasi. Pada pemberian tetrasiklin hidroklorida 2g/hari per oral,
unit 30S ribosom bakteri. Bakteri yang resisten tidak mengonsentrasikan obat.
Mekanisme resisten tadi dikendalikan oleh plasmid yang dapat ditransfer (Brooks et
al, 2012;362).
16
(dihambat pada konsentrasi 0,1-10 g/mL) dan merupakan obat pilihan pada infeksi
hidroklorida atau doksisiklin yang diberikan per oral selama 7 hari efektif untuk
kombinasi bersama dengan streptomisin untuk terapi infeksi Brucella , Yersinia, dan
Francisella. Minoksilin sering kali aktif terhadap Nocardia dan dapat mengeradikasi
uuntuk terapi akne guna menekan bakeri kulit sekaligus lipase mereka; lipase tadi
normal usus secara temporer, tetapi dapat terjadi superinfeksi, khususnya oleh
2012;362).
identitas suatu tumbuhan, yaitu menentukan namanya yang benar dan tempatnya yang
determinasi.
17
Identitas botani tumbuhan pada analisis fitokimia harus dibuktikan dan harus
dilakukan oleh ahli yang diakui. Penentuan identitas tumbuhan perlu dilakukan bila
ingin melaporkan adanya senyawa baru dalam tumbuhan tersebut atau adanya
senyawa yang sudah dikenal tetapi dari sumber tumbuhan baru. Identitas bahan harus
tidak dapat diragukan lagi atau dengan kata lain harus ada seorang ahli taksonomi
yang dapat menentukan identitasnya. Identitas dalam hal ini adalah kedudukannya
dalam taksonomi. Karena alasan tersebut, sekarang sudah menjadi kebiasaan umum
tingkat familia, genus, spesies dan varietas. Cara determinasi suatu tumbuhan yang
Determinasi dalam buku-buku tentang flora (misal Flora Indonesia karya van
Steenis). Jika determinasi dilakukan dengan Kunci Determinasi, perlu diambil sampel
Determinasi yang umum dipakai adalah Kunci Determinasi Sistem Dikotomi. Kunci
1. Struktur/ciri morfologis
2. Struktur/ciri anatomis
3. Kandungan kimia
membandingkan contoh (sampel) tumbuhan yang belum dikenal itu dengan contoh
tumbuhan dan herbarium sebagai bahan pembanding tidak tersedia, maka sampel
yang dilengkapi dengan deskripsi yang jelas. Cara lain yang dapat digunakan untuk
2.5 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga
terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair (Ditjen POM, 2000).
Biasanya metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan
mentah obat dan daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan
dari obat. Sifat dari bahan mentah obat merupakan faktor utama yang harus
1. Cara dingin
a. Maserasi
b. Perkolasi
perkolat yang jumlahnya 1-5 kali jumlah bahan (Ditjen POM, 1986 cit.
Meilisa, 2009).
20
2. Cara panas
a. Refluks
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan
b. Sokletasi
c. Digesti
d. Infus
selama waktu 15-20 menit di penangas air, dapat berupa bejana infus
e. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (30 menit) dan
temperatur sampai titik didih air (Ditjen POM, 2000 cit. Meilisa, 2009).
2.5.b Maserasi
dilakukan dengan jalan membiarkan padatan terendam dalam suatu pelarut. Proses
perendaman dalam usaha mengekstraksi suatu substansi dari bahan alam ini bisa
dilakukan tanpa pemanasan (pada temperatur kamar), dengan pemanasan atau bahkan
menggunakan pelarut yang baru. Pelarut yang baru dalam hal ini bukan mesti berarti
berbeda zat dengan pelarut yang terdahulu tetapi bisa pelarut dari zat yang sama.
Proses ini bisa diulang beberapa kali menurut kebutuhan (Kristanti dkk., 2008).
Jika maserasi dilakukan dengan pelarut air, maka diperlukan proses ekstraksi
lebih lanjut, yaitu ekstraksi fase air yang diperoleh dengan pelarut organik. Jika
maserasi langsung dilakukan dengan pelarut organik maka filtrat hasil ekstraksi
Salah satu keuntungan metode maserasi adalah cepat, terutama jika maserasi
dilakukan pada suhu didih pelarut. Meskipun demikian, metode ini tidak selalu
efektif dan efisien. Waktu rendam bahan dalam pelarut bervariasi antara 15-30 menit
22
tetapi kadang-kadang bisa sampai 24 jam. Jumlah pelarut yang diperlukan juga cukup
besar, berkisar antara 10-20 kali jumlah sampel (Kristanti dkk., 2008).
makhluk hidup, karena itu disebut metabolit primer. Keseluruhan proses sintesis dan
Proses kimia jenis lain terjadi hanya pada spesies tertentu sehingga memberikan
produk yang berlainan sesuai dengan spesiesnya. Reaksi yang demikian nampaknya
tidak merupakan proses yang terpenting bagi eksistensi suatu organisme, karena itu
disebut metabolit sekunder, misalnya senyawa terpen, alkaloid, senyawa fenolik dan
lain-lain. Meskipun tidak sangat penting bagi eksistensi suatu individu, metabolit
sekunder sering berperan pada kelangsungan hidup suatu spesies dalam perjuangan
menghadapi spesies-spesies lain, misalnya sebagai zat pertahanan dan zat penarik
timbunan metabolit beracun yang tidak dapat dibuang oleh organisme tersebut.
Pendapat ini sesuai dengan kenyataan bahwa tumbuhan lebih banyak memproduksi
canggih untuk proses pembuangan metabolit beracun mereka, misalnya melalui liver
dan ginjal. Tumbuhan terpaksa melakukan perubahan atau perombakan agar menjadi
senyawa lain yang dapat disimpan dalam ruang-ruang dalam sel. Beberapa ahli yang
lain berpendapat bahwa metabolit sekunder merupakan timbunan energi dan makanan
dalam tumbuhan dan dapat digunakan bila dibutuhkan. (Kristanti dkk., 2008)
2.6.a Flavonoid
Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang ditemukan
variasi struktur, akan tetapi lebih disebabkan oleh berbagai tingkat hidroksilasi,
alkoksilasi atau glikosilasi pada struktur tersebut. Flavonoid di alam juga sering
Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, biru dan sebagian zat
warna kuning yang terdapat dalam tanaman. Sebagai pigmen bunga, flavonoid jelas
kemungkinan fungsi flavonoid yang lain bagi tumbuhan adalah sebagai zat pengatur
sebagai respons terhadap infeksi atau luka yang kemudian berfungsi menghambat
Oleh karena itu, tumbuhan yang mengandung flavonoid banyak dipakai dalam
24
manfaat yang bisa diperoleh dari senyawa flavonoid (Kristanti dkk, 2008).
Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri atas 15 atom karbon
yang membentuk susunan C6-C3-C6. Susunan ini dapat manghasilkan tiga jenis
Biosintesis flavonoid melibatkan dua jalur biosintesis yang utama untuk cincin
aromatik, yaitu jalur shikimat dan jalur asetat-malonat. Cincin A pada struktur
flavonoid berasal dari jalur poliketida, yakni kondensasi dari tiga unit asetat atau
malonat sedangkan cincin B dan rantai propan berasal dari jalur fenilpropanoid (jalur
shikimat). Selanjutnya, sebagai akibat dari berbagai perubahan, ketiga atom karbon
dari rantai propan dapat menghasilkan berbagai gugus fungsi seperti ikatan rangkap
dua, gugus hidroksil, gugus karbonil dan sebagainya (Kristanti dkk, 2008).
2.6.b Saponin
Saponin merupakan glukosida yang larut dalam air dan etanol, tetapi tidak larut
membran sel bakteri sehingga menyebabkan sel bakterilisis, jadi mekanisme kerja
membran sel bakteri, yang mengakibatkan kerusakan membran sel dan menyebabkan
keluarnya berbagai komponen penting dari dalam sel bakteri yaitu protein, asam
2.6.c Tanin
Tanin merupakan salah satu jenis senyawa yang termaksuk ke dalam golongan
polifenol. Senyawa tanin ini banyak dijumpai pada tumbuhan. Tanin dahulu
digunakan untuk menyamakan kulit hewan karna sifatnya yang mengikat protein.
Selain itu juga tanin dapat mengikat alkaloid dan glatin. Tanin secara umum
didefinisikan sebagai senyawa polifenol yang memiliki berat molekul cukup tinggi
(lebih dari 1000) dan dapat membetuk kompleks dengan protein. Berdasarkan
Tanin memiliki peranan biologis yang kompleks. Hal ini dikarenakan sifat tanin
yang sangat kompleks mulai dari pengendap protein hingga pengkhelat logam. Maka
dari itu efek yang disebabkan tanin tidak dapat diprediksi. Tanin juga dapat berfungsi
sebagai antioksi dan biologis. Oleh karna itu, semua penelitian tentang berbagai jenis
26
senyawa tanin mulai dilirik para penelitian sekarang (Hagerman, 2002 cit Fauzi,
2011)
merupakan penghambat enzim yang kuat bila terkait dengan protein. Kopolimer
mantap yang tidak larut di dalam air. Di dalam tumbuhan letak tannin terpisah dari
protein dan sitoplasma tetapi apabila jaringan rusak, misalnya jaringan yang dimakan
oleh hewan maka bisa terjadi reaksi penyamakan. Tanin merupakan senyawa
bakteriostatik terdapat gram positif dan gram negative (Pramono, 1989 cit Fauzi,
2011).
2.6.d Kurkumin
Kurkumin adalah senyawa aktif yang ditemukan pada kunir, berupa polifenol
dengan rumus kimia C21H20O6. Kurkumin merupakan salah satu produk senyawa
metabolit sekunder dari tanaman kunyit dan temulawak. Senyawa ini merupakan
golongan karotenoid yaitu pigmen (zat warna) yang larut dalam lemak berwarna
dapat memiliki dua tautomer yaitu keton dan enol. Struktur keton lebih dominan
dalam bentuk padat sedangkan struktur enol ditemukan dalam bentuk cairan. Pada
struktur kurkumin terdapat ikatan rangkap terkonjugasi dan pasangan electron bebas
yang dapat membentuk kompleks khelat cincin enam yang sangat stabil. Kurkumin
mempunyai sifat sebagai antioksidan (Sudarsono dkk., 1996 cit Fauzi, 2011)
27
Istilah minyak atsiri pada awalnya adalah istilah yang digunakan untuk minyak
yang mudah menguap dan diperoleh dari tanaman dengan penyulingan uap. Definisi
Minyak atsiri yang bersifat mudah menguap ini terdiri dari campuran zat
menguap, dengan komposisi dan titik didih yang berbeda-beda. Setiap substansi yang
bisa menguap memiliki titik didih dan tekanan uap tertentu dan hal ini dipengaruhi
oleh suhu. Pada umumnya tekanan uap ini sangat mudah untuk persenyawaan yang
memiliki titik didih yang sangat tinggi. Selanjutnya intensitas suatu bau (harum yang
manifestasi dari sifat mudah menguap yang menghasilkan bau harum tersebut
Minyak atsiri yang mudah menguap terdapat di dalam kelenjar minyak khusus
di dalam kantung minyak atau di dalam ruang antar sel dalam jaringan tanaman.
mungkin, sehingga minyak dapat dengan mudah diuapkan (Guenther, 1987 cit Fauzi,
2011).
28
Minyak atsiri yang bagian utamanya terpenoid terdapat pada fraksi atsiri yang
tersuling uap. Zat inilah penyebab harum, wangi dan bau yang khas pada banyak
Kegunaan minyak atsiri sebagai bahan antiseptik internal atau eksternal, bahan
analgesik, haemolitik, atau sebagai entienzimatik, sedatif dan stimulan untuk sakit
Disamping itu beberapa jenis minyak atsiri dapat digunakan sebagai obat cacing dan
Analisis aktivitas agen antimikroba terbagi dua yaitu seara invitro dan invivo.
Aktivitas antimikroba diukur secara invitro untuk menentukan potensi suatu agen
antimikroba dalam larutan, konsentrasinya dalam cairan tubuh atau jaringan, dan
al, 2012;361). Analisis aktivitas agen antimikroba invivo jauh lebih komples
dibandingkan pada kondisi invitro. Aktivitas invivo tidak hanya melibatkan obat dan
1. Metode Dilusi
bakteriologis solid atau cair. Medium kemudian diinokulasi dengan bakteri penguji
dan diinkubasi. Titik akhir yang diambil adalah jumlah substansi antimikroba yang
29
dilusi agar memakan banyak waktu, dan penggunaan mereka dibatasi hanya pada
kondisi khusus. Uji dilusi kaldu tidak praktis dan hanya digunakan jika dilusi
dilakukan dalam tabung uji, tetapi tersedianya rangkaian dilusi kaldu yang sudah
jadi untuk berbagai macam obat dalam lempeng mikrodilusi telah sangat
2. Metode Difusi
Metode yang paling banyak digunakan adalah tes difusi lempeng. Suatu
lempeng kertas saring yang mengandung obat dalam jumlah tertentu ditempatkan
pada permukaan medium yang solit yang telah diinokulasi dengan organisme
organisme penguji tersebut. Metode tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor fisik
dan kimiawi disamping interaksi sederhana antara obat dan organisme (yaitu sifat
Interpretasi hasil tes difusi harus didasarkan perbandingan antara model dilusi
inhibitorik minimum dalam tes dilusi dan diameter zona inhibisi dalam tes difusi.
atau senitif dengan membandingkan ukuran zona inhibisi terhadap suatu standar
obat antimikroba dalam jumlah tertentu tidak menandakan sensivitas terhadap obat
dalam konentrasi yang sama permiliter medium, darah, atau urin (Brooks et al,
2012;362).
2.8 Hipotesis
rimpang temu giring juga memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan S. aureus.
H0: Tidak ada aktivitas antibakteri ekstrak rimpang temu giring terhadap
bakteri S. aureus.
H1: Ada aktivitas antibakteri ekstrak rimpang temu giring terhadap bakteri S.
aureus.
31
Ya
Flavonoid Kurkumin
Minyak
Tumbuh Selesai
Atsiri
Tidak
Tanin Saponin
Diameter zona
hambat
Keberadaan? Tidak
Ada