Jika dilihat sepintas. Hotel ambacang terlihat megah pun juga terlihat kokoh karena bentuk
konstruksinya mirip konstruksi candi Borobudur, yakni melebar ke samping, tidak seperti
kebanyakan hotel atau bangunan besar pada umumnya yang tinggi menantang langit. Lalu
kenapa saat hotel tersebut diguncang gempa dapat luluh lantak seperti itu? Oke, jika kita
membicarakan penyebabnya adalah skala Richter daripada gempa tersebut sangatlah besar,
maka pembicaraan akan selesai sampai di sini saja. Namun coba kita tilik dari sisi konstruksi
bangunan hotel tersebut.
Kedua, tidak adanya dinding geser (shear wall) pada bangunan ini yang mutlak menjadi
penyebab utama runtuhnya hotel Ambacang. Dapat kita lihat bahwa kerusakan struktur yang
parah adalah pada kolom-kolomnya yang hancur. Padahal standar desain gedung seharusnya
saat terjadi kegagalan struktur baloklah yang seharusnya hancur terlebih dahulu dan
bukannya kolom. Kita bayangkan saja, jika sebuah konstruksi kehilangan satu kaki saja
(kolom), sudah pasti konstruksi tersebut tidak lagi bisa berdiri. Lain jika sebuah konstruksi
hanya kehilangan baloknya, konstruksi tersebut masih bisa bertahan berdiri pada kaki-
kakinya.
Dari tulisan di atas, penulis hanya berharap khususnya kepada praktisi Teknik Sipil dan pada
umumnya pada masyarakat luas untuk lebih mementingkan aspek keselamatan manusia lebih
daripada kepentingan prestisi sebuah bangunan maupun kepentingan promosi dan lain
sebagainya.