Anda di halaman 1dari 3

Dinding Geser [Konstruksi Tahan Gempa]

10:49 PM Haris Pradipta 5 comments

Masih berbicara mengenai bencana yang belum lama


menimpa saudara kita di Padang dan sekitarnya. Bantuanpun belum berhenti mengalir kepada
para korban. Dan salah satu tempat yang memakan banyak korban masih saja menjadi bahan
perbincangan. Hotel Ambacang memang sudah menjadi puing-puing, sebenarnya tidak patut
kita berkata "seharusnya begini, seharusnya begitu" saat bencana sudah terjadi. Namun
membicarakannya di sini hanya berniat agar kejadian yang telah berlalu dapat menjadi
pelajaran dan tidak akan terulang pada bangunan-bangunan serupa.

Jika dilihat sepintas. Hotel ambacang terlihat megah pun juga terlihat kokoh karena bentuk
konstruksinya mirip konstruksi candi Borobudur, yakni melebar ke samping, tidak seperti
kebanyakan hotel atau bangunan besar pada umumnya yang tinggi menantang langit. Lalu
kenapa saat hotel tersebut diguncang gempa dapat luluh lantak seperti itu? Oke, jika kita
membicarakan penyebabnya adalah skala Richter daripada gempa tersebut sangatlah besar,
maka pembicaraan akan selesai sampai di sini saja. Namun coba kita tilik dari sisi konstruksi
bangunan hotel tersebut.

Gambar : Perbandingan Hotel Ambacang dengan Candi Borobudur


Pertama, hotel tersebut pada mulanya hanyalah pertokoan dan arena bermain (yang dulunya
dikenal dengan nama Telaga Ambacang) yang hanya terdiri 2 lantai. Saat dilakukan
pemugaran pada tahun 2005 bangunan Ambacang itu menjadi 6 lantai. Apakah mungkin
bangunan yang didesain 2 lantai dipaksakan menjadi 6 lantai tanpa membongkar bangunan
tersebut dari pondasinya? Dan pastinya akan memerlukan banyak waktu dan biaya untuk
membongkarnya saja. Itupun belum struktur 2 lantai yang diubah menjadi struktur 6 lantai
tidak akan cukup hanya dengan mempertebal kolom dan balok yang sudah ada. Kita lihat saja
contoh dari gedung yang sama-sama mengalami dampak gempa di Padang namun dibangun
dengan prosedur yang benar, yaitu gedung Telkomsel di Jl. Khatib Sulaeman dan gedung
Sutan Khasim di Jl. Veteran. Kedua gedung ini tidak mengalami kerusakan yang berarti dan
tidak sampai luluh lantak. (detiknews.com)

Kedua, tidak adanya dinding geser (shear wall) pada bangunan ini yang mutlak menjadi
penyebab utama runtuhnya hotel Ambacang. Dapat kita lihat bahwa kerusakan struktur yang
parah adalah pada kolom-kolomnya yang hancur. Padahal standar desain gedung seharusnya
saat terjadi kegagalan struktur baloklah yang seharusnya hancur terlebih dahulu dan
bukannya kolom. Kita bayangkan saja, jika sebuah konstruksi kehilangan satu kaki saja
(kolom), sudah pasti konstruksi tersebut tidak lagi bisa berdiri. Lain jika sebuah konstruksi
hanya kehilangan baloknya, konstruksi tersebut masih bisa bertahan berdiri pada kaki-
kakinya.

Gambar : Konstruksi tidak akan bertahan jika kehilangan kolomnya


Lalu apakah dinding geser itu? Perlu diingat, bahwa semakin tinggi bangunan semakin
rawan bangunan tersebut dalam menahan gaya lateral, terutama gaya gempa. Oleh karena itu
pada daerah rawan gempa seperti Indonesia perlu dilakukan perencanaan yang menyeluruh
terhadap desain bangunan tahan gempa. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah
memunculkan salah satu solusi untuk meningkatkan kinerja struktur bangunan tingkat tinggi
yaitu dengan pemasangan dinding geser (shear wall) dengan menggunakan komponen batas
(boundary element) sebagai subsistem penahan beban lateral dari sistem struktur. Dinding
geser dipasang untuk menambah kekakuan struktur dan menyerap gaya geser yang besar
seiring dengan semakin tingginya struktur. Komponen batas berfungsi untuk menahan gaya
vertikal dari tributrary area dinding geser, sehingga panel dinding geser dapat menjadi lebih
tipis. Pada bangunan yang sangat tinggi, lebar dinding geser yang diperlukan menjadi sangat
besar sehingga dari segi arsitektural peruntukan ruang terganggu dan segi ekonomis menjadi
mahal. Salah satu cara untuk memperkecil lebar dinding geser dengan nilai kekuatan yang
sama yaitu dengan penambahan outrigger pada struktur. Outrigger berfungsi untuk
memperkaku struktur, menclisipasi gaya gempa dan menyalurkannya ke kolom-kolom
struktur lainnya sehingga gaya gempa yang ditahan oleh panel dinding geser menjadi lebih
kecil. Hal inilah yang tidak terdapat pada hotel Ambacang. Disamping tidak adanya shear
wall, bentuk hotel Ambacang yang lebar memaksa kolom-kolom bangunan ini harus bekerja
ekstra untuk menahan beban sendiri bangunan dan beban hidup (penghuni hotel dan yang
lain) yang ada di dalamnya, sehingga saat terjadi gempa (beban gempa) kolom-kolom sudah
tidak mampu mengimbangi gaya yang terjadi dan kemudian hancur saat balok-baloknya
masih cukup kuat.

Dari tulisan di atas, penulis hanya berharap khususnya kepada praktisi Teknik Sipil dan pada
umumnya pada masyarakat luas untuk lebih mementingkan aspek keselamatan manusia lebih
daripada kepentingan prestisi sebuah bangunan maupun kepentingan promosi dan lain
sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai