Anda di halaman 1dari 9

Pelita Perkebunan 28(2) 2012, 82-90

Arimarsetiowati & Ardiyani

Pengaruh penambahan auxin terhadap pertunasan dan perakaran


kopi arabika perbanyakan Somatik Embriogenesis

The effects of shooting and rooting of arabica coffee propagation through


embryogenesis somatic auxin uses

Rina Arimarsetiowati1*) dan Fitria Ardiyani1)

Ringkasan

Planlet hasil perbanyakan somatik embriogenesis yang sudah bertunas


dan berakar akan memiliki tingkat adaptasi yang tinggi di lapang. Penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bertunas dan berakar planlet sehingga
lebih siap diaklimatisasikan di lapangan. Hal ini dilakukan dengan menambahkan
berbagai jenis auksin pada media tanam. Embrio kopi Arabika klon AS 2K yang
telah memasuki fase kotiledon di subkultur dalam media perlakuan yang
mengandung setengah media Murashige & Skoog (MS) baik makro dan mikro,
vitamin B5, 30 gr/L gula, 100 ml/L air kelapa, 50 mg/L AgNO3 ditambah komposisi
IAA, IBA dan NAA. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan
rancangan acak lengkap dengan tujuh kombinasi perlakuan yaitu 0,1 mg/L IBA;
0,1 mg/L NAA; 0,1 mg/L IAA; 0,1 mg/L IBA + 0,1 mg/L NAA; 0,1 mg/L IBA +
0,1 mg/L IAA; 0,1 mg/L NAA + 0,1 mg/L IAA; dan sebagai kontrol tanpa
penambahan auksin IAA, IBA, NAA. Terdapat 12 ulangan dalam setiap perlakuan
dan setiap ulangan terdiri dari lima embrio berkotiledon. Parameter pengamatan
adalah panjang akar, jumlah daun, luas permukaan daun, diameter batang, dan
tinggi planlet. Pengamatan dilakukan pada minggu ke-8 setelah embrio berkotiledon
bertunas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada parameter jumlah daun dan
tinggi planlet, perlakuan tanpa penambahan auksin memiliki hasil terbaik daripada
planlet dengan penambahan auksin. Penambahan berbagai auksin dan
kombinasinya pada parameter luas permukaan daun, panjang akar dan diameter
batang tidak memiliki pengaruh yang nyata. Media yang diuji sudah optimum
untuk pertumbuhan tunas dan akar kopi Arabika AS 2K.

Kata kunci : Coffea arabica (L.), somatik embriogenesis, zat pengatur tumbuh, auksin, NAA,
IAA, IBA

Summary

Plantlets that has the shoots and the roots will have a high level adap-
tation in the field. The objective of this experiment was to improve the ability
of planlet in shooting and rooting so that its more ready for acclimatization
in the field. The increased ability in shooting and rooting of the planlet were
conducted by adding various types of auxin in the media. The clone AS 2K of
Arabica coffee embryo which has entered the phase of the cotyledons was
transfered in the treatment media containing half-MS (Murashige & Skoog)

Naskah diterima (received) 06 juli 2012, disetujui (accepted) 23 Agustus 2012.


1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman No. 90, Jember, Indonesia.
*) Alamat penulis (Corresponding Author) : arimarsetiowati@gmail.com

PELITA PERKEBUNAN, Volume 28, Nomor 2, Edisi Agustus 2012

82
Pengaruh penambahan auxin terhadap pertunasan & perakaran kopi arabika perbanyakan SE

macro and micro, vitamin B5, 30 g/L glucose, 100 ml/L coconut water,
50 mg/L AgNO3 was added the composition of IAA, IBA and NAA. The research
was conducted by using completly randomized design with seven combined treat-
ment i.e. 0.1 mg/L IBA, 0.1 mg/L NAA, 0.1 mg/L IAA; 0 , 1 mg/L IBA + 0.1 mg/L
NAA, 0.1 mg/L IBA + 0.1 mg/L IAA, 0.1 mg/L NAA + 0.1 mg/L IAA; without
auxin. There were 12 replication in every treatments and each replication
consisted of five cotyledonary embryos. The parameters of observation were
the root length, leaf number, leaf area meter, stem diameter, and height of plant-
lets. The observations were conducted in eighth week after cotyledonary em-
bryo had shoots. The results showed that in the number of leaves and hight of
planlet parameters, the treatment without auxin was the best result compared
with planlet with auxin addition. The addition of auxin varians and their com-
bination on leaf area, root length and stem diameter parameters were not sig-
nificantly different. The medium tested were an optimum for the growth of shoots
and roots of AS 2K Arabica coffee.

Key words : Coffea arabica (L.), somatic embryogenenis, plant growth regulator, auxin,
NAA, IAA, IBA

PENDAHULUAN Somatik embriogenesis adalah proses


dimana sel-sel somatik berkembang menjadi
Produksi kopi yang tinggi dapat dicapai embrio melalui tahap-tahap morfologi yang
dengan ketersediaan bahan tanam yang khas tanpa melalui fusi gamet (Toonen &
unggul. Bahan tanam unggul dapat diperoleh
Vries, 1996). Kesuksesan teknik embriogene-
dengan berbagai macam metode perbanyak-
sis somatik dalam perbanyakan tanaman kopi
an. Secara umum, kopi dapat diperbanyak
Arabika tidak hanya tergantung dari jumlah
secara generatif ataupun vegetatif. Per-
planlet yang dihasilkan tetapi juga tergantung
banyakan secara generatif dapat dilakukan
dari tingkat kelangsungan hidup planlet pada
dengan menggunakan biji dan akan meng-
saat transfer ke pembibitan dan kondisi
hasilkan keturunan yang memiliki sifat
lapang. Tunas berakar hasil perbanyakan
bervariasi. Sedangkan perbanyakan secara
embriogenesis somatik, tingkat adaptasinya
vegetatif adalah perbanyakan tanaman yang
berasal dari bagian vegetatif tanaman dan tidak di lapangan pada saat aklimatisasi lebih tinggi
dari pada tunas tidak berakar (Rostiana &
didahului dengan proses peleburan gamet
Sewita, 2007).
jantan dan betina. Perbanyakan ini akan
menghasilkan keturunan yang seragam sama Beberapa faktor seperti konsentrasi hara
seperti induknya (Mangoendidjojo, 2003). makro dan mikro dalam media perakaran,
Oktaviana et al. (2003) mengatakan bahwa jenis zat pengatur tumbuh yang digunakan
kedua cara pembiakan tersebut masih sangat mempengaruhi dalam tahap per-
terdapat beberapa kelemahan. Kelemahan akaran dan pertunasan. Selain itu, konsen-
tersebut antara lain keterbatasan jumlah trasi mineral dalam media kultur mem-
bahan tanam yang dihasilkan dan waktu pengaruhi karakteristik perakaran. Pengu-
yang lama (Tahardi et al., 1997). Guna rangan setengah konsentrasi unsur hara
mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan makro dan mikro dalam media perakaran
dengan teknik kultur in vitro secara dapat meningkatkan laju perakaran
embriogenesis somatik. (Fotopoulus & Sotiropoulus, 2005).

PELITA PERKEBUNAN, Volume 28, Nomor 2, Edisi Agustus 2012

83
Arimarsetiowati & Ardiyani

Zat Pengatur Tumbuh (plant growth induksi perakaran in vitro adalah NAA dan
regulator) adalah senyawa organik bukan IBA dalam konsentrasi rendah (Dodds &
nutrisi yang dalam konsentrasi rendah Roberts, 1995).
(<1 mM) mendorong, menghambat atau Berbagai jenis auksin dapat diaplikasi-
secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan kan bersama-sama atau dikombinasikan
perkembangan tanaman (Dewi, 2008). Dua dengan golongan sitokinin dan giberelin
golongan zat pengatur tumbuh yang sangat (Jenes et al., 1977 dalam Ahmed et al.,
penting adalah sitokinin dan auksin. Zat 2002), tetapi untuk menginduksi perakaran
pengatur tumbuh ini mempengaruhi per- akan lebih baik hanya dengan penambahan
tumbuhan dan morfogenesis dalam kultur. satu jenis auksin saja (George & Sherrington,
Selain auksin dan sitokinin, giberelin dan 1984).
persenyawaan lain juga dapat ditambahkan
dalam media tanam kultur jaringan
(Gunawan, 1992). Hal ini diperkuat oleh BAHAN DAN METODE
Hidayat (2007) yang menyatakan bahwa
Penelitian ini dilaksanakan di Laborato-
auksin dan sitokinin merupakan zat penga-
rium Kultur Jaringan, Pusat Penelitian Kopi
tur tumbuh yang dibutuhkan dalam media
dan Kakao Indonesia, Jember. Eksplan yang
kultur jaringan dan diberikan dalam
digunakan berupa embrio berkotiledon kopi
konsentrasi yang sesuai dengan pertum-
Arabika klon AS 2K yang dihasilkan dari
buhan yang diinginkan.
perbanyakan tanaman secara embriogenesis
Dewi (2008) menyebutkan bahwa somatik. Eksplan tersebut ditanam dalam
fungsi auksin antara lain mempengaruhi media perlakuan yang mengandung setengah
pertambahan panjang batang, pertumbuhan, MS (Murashige & Skoog) baik makro dan
diferensiasi dan percabangan akar, perkem- mikro, vitamin B5, 30 g/L gula, 100 ml/L
bangan buah, dominansi apikal, fototropisme air kelapa, 50 mg/L AgNO3. Media tersebut
dan geotropisme. Auksin terbagi menjadi be- diberikan perlakuan penambahan auksin (IAA,
berapa jenis antara lain : Indole Acetic Acid IBA dan NAA).
(IAA) , Indole Butyric Acid (IBA), Naph-
Rancangan yang digunakan pada peneliti-
taleneacetic Acid (NAA), dan 2,4-dichloro- an ini adalah rancangan acak lengkap, dengan
phenoxy acetic acid (2,4-D). Di alam IAA tujuh kombinasi perlakuan yaitu 0,1 mg/L
diidentifikasikan sebagai auksin yang aktif
IBA; 0,1 mg/L NAA; 0,1 mg/L IAA; 0,1 mg/
di dalam tumbuhan (endogenous) yang
L IBA + 0,1 mg/L NAA; 0,1 mg/L IBA +
diproduksi dalam jaringan meristematik yang 0,1 mg/L IAA; 0,1 mg/L NAA + 0,1 mg/L
aktif seperti contonya tunas, sedangkan IBA IAA; tanpa auksin (sebagai kontrol). Menurut
dan NAA merupakan auksin sintetis (Hoesen
Rostiana & Seswita (2007), IAA digunakan
et al., 2000).
pada kisaran konsentrasi 0,1-10 mg/L, NAA
Hu & Wang (1983) dalam Dodds & 0,05-1 mg/L, dan IBA 0,5-3 mg/L. Masing-
Roberts (1995) mengatakan bahwa ke- masing kombinasi perlakuan diulang 12 kali
mampuan jaringan untuk membentuk akar dengan setiap ulangan terdiri dari lima
bergantung pada zat pengatur tumbuh (ZPT) eksplan. Pengamatan dilakukan pada umur
yang ditambahkan ke dalam media, antara delapan minggu setelah embrio berkotiledon
lain auksin. Selain jenis auksin, konsentrasi bertunas selanjutnya nilai rata-rata param-
auksin juga berpengaruh pada pertumbuhan eter dianalisa dengan uji statistik ANOVA.
tanaman dalam kultur jaringan. Auksin Apabila ada perbedaan pengujian dilanjutkan
sintetik yang sering digunakan untuk meng- dengan uji jarak berganda Duncan.

PELITA PERKEBUNAN, Volume 28, Nomor 2, Edisi Agustus 2012

84
Pengaruh penambahan auxin terhadap pertunasan & perakaran kopi arabika perbanyakan SE

Parameter yang diamati adalah panjang Arimarsetiowati et al. (2010) yang men-
akar, jumlah daun, luas permukaan daun, dapatkan bahwa kopi arabika memiliki
tinggi tanaman dan diameter batang. keragaman yang tinggi yang ditunjukkan oleh
nilai koefisien keragaman (CV) yang tinggi
yaitu sebesar 37%. Hal ini juga terjadi pada
HASIL DAN PEMBAHASAN somatik embriogenesis tanaman sagu dengan
Penambahan zat pengatur tumbuh nilai koefisien keragaman (CV) yang juga
diduga akan berpengaruh pada pertumbuhan tinggi pada awal kultur yaitu sebesar 40,9%
(Kasi & Sumaryono, 2006).
kopi Arabika. Salah satu zat pengatur tumbuh,
yaitu auksin dapat memberikan pengaruh Penambahan ketiga jenis auksin (IBA,
pada pertumbuhan panjang akar kopi arabika NAA dan IAA) serta kombinasinya tidak
klon AS 2K. Himanen et al. (2002) dan memberikan respon yang berbeda nyata
Husniati (2010) menyatakan bahwa auksin terhadap panjang akar kopi Arabika klon
memicu terjadinya pembelahan sel, sehingga AS 2K jika dibandingkan perlakuan tanpa
diperlukan untuk pembentukan akar. Akan penambahan auksin (Tabel 1). Bahkan dari
tetapi pada kondisi tertentu auksin juga dapat hasil analisis juga diketahui bahwa penam-
bersifat meracuni tanaman. bahan beberapa jenis auksin justru
menghasilkan akar yang lebih pendek dari
Berdasarkan data pada Tabel 1, terda- pada pertumbuhan akar tanpa penambahan
pat perbedaan angka pada perlakuan yang auksin. Auksin jenis IAA pada konsentrasi
cukup besar tetapi tidak berbeda nyata yaitu 0,1 mg/L menghasilkan akar terpanjang
pada panjang akar, luas daun, dan diameter sedangkan kombinasi perlakuan auksin
batang. Hal ini disebabkan oleh kemampuan 0,1 mg/L IBA + 0,1 mg/L NAA meng-
endogen dari setiap embrio berbeda-beda hasilkan akar terpendek. Pada konsen-
untuk tumbuh dan berkembang. Hal ini trasi rendah, IAA menyebabkan peman-
diperkuat oleh hasil penelitian Rina jangan baik pada pucuk maupun pada akar.

Tabel 1. Pengaruh jenis auksin terhadap panjang akar, jumlah daun, luas permukaan daun, diameter batang dan tinggi
planlet kopi klon AS 2K
Table 1. The effect of auxin varians on the root length, the number of leaves, leaf area, the stem diameter and high of
planlets of AS 2K coffee clone

Panjang Akar Jumlah Daun Luas Daun Diameter Batang Tinggi Planlet
Media (mm) Number (mm) (mm) (mm)
Medium The root length of Leaf Area Stem High of Plantlets
(mm) Leaves (mm) Diameter (mm)
(mm)
0,1 mg/L IBA 3.10 a 2.22 ab 13.499 a 1.42 a 8.73 cb
0,1 mg/L NAA 2.11 a 2.27 ab 20.363 a 1.57 a 9.68 b
0,1 mg/L IAA 4.31 a 2.65 ab 14.473 a 1.10 a 6.46 c
0,1 mg/L IBA+ 0,1 mg/L NAA 1.31 a 2.62 ab 9.353 a 2.19 a 7.17 cb
0,1 mg/L IBA + 0,1 mg/L IAA 3.29 a 1.86 b 12.241 a 0.82 a 7.29 cb
0,1 mg/L NAA +0,1 mg/L IAA 3.09 a 2.42 ab 10.236 a 0.86 a 9.18 cb
Tanpa auksin (Witout auxin) 3.032 a 3.37 a 16.951 a 0.96 a 12.91 a

Catatan (Notes) : Data pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan 5%
(Numbers in the same colomn followed by the same letter are not significantly different according to
Duncan test 5%).

PELITA PERKEBUNAN, Volume 28, Nomor 2, Edisi Agustus 2012

85
Arimarsetiowati & Ardiyani

Gambar 1. Planlet kopi Arabika Klon AS2K pada berbagai macam auksin dan kombinasinya.
Figure 1. Planlets of AS 2K coffee clone in auxin varians and the combinations.

Jika konsentrasi IAA lebih tinggi, efeknya Penambahan konsentrasi yang optimal
menjadi berlawanan sehingga pemanjangan untuk pertumbuhan akar berbeda pada
pucuk dan akar menjadi terhambat (Moore masing-masing tanaman. Hasil penelitian
1989 cit. Aryantha 2004). Sedangkan yang telah dilakukan pada tanaman Pelar-
menurut Weaver (1972), IBA memiliki gonium x hortorum Bailey menunjukkan
aktivitas auksin yang lemah, tetap berada bahwa penambahan NAA pada konsentrasi
pada daerah pemberian perlakuan dan rendah (<1M) menghasilkan perakaran
translokasinya lemah, sehingga bahan yang kurang baik, meskipun sudah dikom-
aktifnya akan tertahan di dekat tempat binasikan dengan benzyladenine. Jika
aplikasinya. NAA memiliki sifat lebih beracun konsentrasi NAA yang ditambahkan semakin
dari IBA. Penggunaan konsentrasi yang tinggi tinggi (>1M), pertumbuhan akar semakin
harus dihindari karena dapat menyebabkan banyak (Sanago et al.,1995). Sedangkan
pelukaan pada tanaman. Dengan demikian pada tanaman Pelargonium tomentosum,
beberapa jenis auksin yang digunakan dapat penambahan IBA 0,8-1,0 mg/L menghasil-
juga menghambat pertumbuhan panjang akar. kan akar yang pendek, gemuk serta
Fuchs (1986) mengatakan bahwa cenderung membentuk kalus. Penambahan
penambahan auksin dengan konsentrasi IBA pada konsentrasi lebih rendah dari
tertentu tidak selalu meningkatkan pertum- 0,8 mg/L menghasilkan akar yang normal,
buhan akar tetapi justru dapat menurunkan sedangkan perakaran terbaik didapatkan
pertumbuhan akar. Hal tersebut berhu- pada perlakuan IBA 0,5 mg/L (Gandadi-
bungan dengan kadar nitrogen yang ada pada kusumah, 2002).
masing-masing media tumbuh yang telah
Selain pertumbuhan panjang akar,
dikombinasikan dengan berbagai jenis auksin.
auksin juga dapat berpengaruh terhadap
Kaneda & Harada (1979) cit. Kaneda et.al.
pertumbuhan daun. Daun merupakan salah
(1997) mengatakan bahwa jumlah nitrogen
yang melimpah pada media kurang baik satu organ tanaman yang sangat penting
untuk pertumbuhan akar karena asam amino terutama untuk fotosintesis supaya tanaman
yang terbentuk dapat menghambat pem- dapat menghasilkan makanan dan mengalami
bentukan akar. pertumbuhan yang optimum. Semakin

PELITA PERKEBUNAN, Volume 28, Nomor 2, Edisi Agustus 2012

86
Pengaruh penambahan auxin terhadap pertunasan & perakaran kopi arabika perbanyakan SE

bertambah jumlah daun, ukuran panjang serta auksin pada parameter diameter batang
lebar daun maka semakin besar pengaruhnya (Tabel 1). Penambahan kombinasi auksin
terhadap pertumbuhan tanaman (Sylvia, 0,1 mg/L IBA+ 0,1 mg/L NAA dapat menye-
2009). babkan diameter batang tertinggi pada eksplan
kopi Arabika.
Salah satu fungsi auksin pada per-
tumbuhan daun adalah membantu per- Jika auksin IAA diterapkan pada apikal
akhir pada stek batang, akan meningkatkan
kembangan jaringan meristem calon daun.
sel divisi dalam kambium dan pengem-
Respon kopi Arabika klon AS 2K pada pa-
bangan proses xilem sebagai batang utuh.
rameter jumlah daun menunjukkan adanya
Penerapan auksin pada basal akhir pada stek
pengaruh penambahan berbagai jenis auksin
dapat memiliki efek minimal terhadap dia-
(Tabel 1). Penambahan auksin pada eksplan
meter batang pada semua spesies (Wareing
kopi Arabika klon AS 2K akan menghambat
et al., 1964; Reinders-Gouwentak, 1965;
munculnya daun. Hal tersebut ditunjukkan
Savidge & Wareing, 1981b; Little & Savidge;
dengan jumlah daun yang muncul pada
1987). Auksin dapat memacu perkembangan
eksplan tanpa perlakuan auksin lebih
jaringan pembuluh dan mendorong pem-
banyak daripada jumlah daun yang muncul
belahan sel pada kambium pembuluh
pada eksplan dengan perlakuan auksin.
sehingga mendukung pertumbuhan diameter
Auksin dengan konsentrasi 0,1 mg/L akan
batang. Studi dengan IAA menunjukkan
menghambat pembentukan daun, terutama
adanya transportasi IAA melalui sel-sel
untuk kombinasi auksin 0,1 mg/L IBA +
kambium (Little & Savidge, 1987) dan dapat
0,1 mg/L IAA.
terjadi selama dormansi untuk pemeliharaan
Pada parameter luas permukaan daun, konifer (Savidge & Wareing, 1982).
penambahan berbagai jenis auksin tidak Pengangkutan IAA sangat penting dalam
memberikan respon yang berbeda terhadap pemeliharaan radial sempit, pemanjangan
eksplan tanpa penambahan auksin. Hanya saja bentuk sel kambium dan diferensiasi ke
penambahan NAA 0,1 mg/L dapat menye- parenkim aksial (Savidge, 1983).
babkan penambahan luas daun tertinggi pada
Pada parameter tinggi planlet, penam-
eksplan kopi Arabika. Menurut Windasari
bahan auksin dan kombinasi auksin
(2004), pada tanaman Krisan konsentrasi
menyebabkan adanya respon yang berbeda
NAA 0,1mg/L merupakan konsentrasi op-
nyata dengan planlet tanpa penambahan
timum untuk pertumbuhan daun dan tinggi
auksin (Tabel 1). Planlet yang tumbuh
planlet. Sedangkan kombinasi auksin pada
pada media tanpa penambahan auksin akan
perlakuan 0,1 mg/L IBA+ 0,1 mg/L NAA
lebih tinggi daripada planlet yang tumbuh
memberikan luas permukaan daun paling
pada media dengan penambahan auksin
kecil.
0,1 mg/L. Konsentrasi berbagai jenis auksin
Selain berpengaruh pada perakaran dan 0,1 mg/L justru akan menghambat per-
pertumbuhan daun, penambahan auksin juga tumbuhan tinggi planlet. Penambahan
mempengaruhi pertumbuhan planlet kopi 0,1 mg/L NAA memberikan hasil yang cukup
Arabika klon AS 2K. Salah satu fungsi auksin bagus dibandingkan penambahan auksin
yang lain adalah mempengaruhi pertambahan lainnya
panjang dan pertumbuhan batang (Dewi, Pemberian auksin dapat dikombinasi kan
2008). Penambahan berbagai jenis auksin dan dengan hormon lain untuk mendapatkan
kombinasinya tidak memberikan respon yang pertumbuhan planlet yang optimal. Seperti
berbeda terhadap eksplan tanpa penambahan pada tanaman gaharu, perlakuan zat pengatur

PELITA PERKEBUNAN, Volume 28, Nomor 2, Edisi Agustus 2012

87
Arimarsetiowati & Ardiyani

tumbuh BAP 1.0 ppm dan IAA 0.5 ppm Aryantha, I.N.P.; D.P. Lestari & N.P.D.
merupakan konsentrasi yang optimum dan Pangesti (2004). Potensi Isolat Bakteri
terbaik dalam menghasilkan jumlah planlet Penghasil IAA dalam Peningkatan
dan panjang planlet (Anggraeni, 2011). Pertumbuhan Kecambah Kacang Hijau
Sedangkan pada tanaman tembakau, pada Kondisi Hidroponik. Jurnal
keseimbangan antara auksin dan sitokinin Mikrobiologi Indonesia, 9, 43-46.
dapat mengatur pertumbuhan tunas dan kalus
pada kultur in vitro. Auksin dan sitokinin Arimarsetiowati, R.; C. Ismayadi & Priyono
berperan dalam pertumbuhan tunas. Oleh (2010). Heterogeneous characteristics
karena itu untuk mendapatkan hasil kultur during the development of Coffea
jaringan tembakau yang optimal diperlukan arabica somatic embryos. Proceeding
kombinasi komposisi ZPT berupa hormon of the 23th International Conference
auksin dan sitokinin yang tepat (Ali, 2007). on Coffee Science. Association for
Science and Information on Coffee
(ASIC), 785-788.
KESIMPULAN
Dewi, I.R. (2008). Peranan dan Fungsi
Media yang diuji sudah optimum untuk Fitohormon bagi Pertumbuhan Tana-
pertumbuhan tunas dan akar kopi Arabika man. Skripsi. Fakultas Pertanian. Uni-
AS 2K. Penambahan berbagai jenis auksin versitas Padjajaran. Bandung.
sintetik 0,1 mg/L dan kombinasi tidak
Dodds, H.J. & L.W. Roberts (1995). Experiments
memperbaiki kinerja pertumbuhan planlet.
in Plant Tissue Culture. Cambridge
University Press. 255.
DAFTAR PUSTAKA
Fotopoulos, S. & T.E. Sotiropoulos (2005). In
Ahmed, E. E; G.Y.D. Bisztray & I. Velich (2002). vitro rooting of PR 204/84 rootstock
Plant regeneration from seedling ex- (Prunus persica x P. Amygdalus) as
plants of common bean (Phaseolus influenced by mineral concentration of
vulgaris L.). Proceedings of the 7th the culture medium and exposure to
Hungarian Congress on Plant Physio-
darkness for a period. Agronomy Re-
logy. Szent Istvan University of
search, 3, 3-8.
Budapest. Budapest, Hungary, 115-123.
Fuchs. H.W.M. (1986). Root regeneration of
Ali, G. (2007). Callus Induction and in vitro
rose plants as influenced by applied
Complete Plant Regeneation of ifferent
auxins. Acta Horticulture 189. Agri-
Cultivars of Tobacco (Nicotiana
Tabaccum L. ) on media of Different cultural University. Department of
Hormonal Consentration. Biotechnol- Horticulture. Netherlands.
ogy, 6, 561-566. Gandadikusumah, V.G. (2002). Induksi Per-
Anggraeni, F. (2011). Induksi Tunas Tanaman akaran Tanaman Pepaya (Carica
Gaharu (Aquilaria malaccencis Lamk) papaya L.) Hasil Persilangan Pepaya
dengan Menggunakan Kombinasi Zat Bangkok dengan Pepaya Hawaii
Pengatur Tumbuh BAP dan IAA Secara in vitro dengan Media
secara In Vitro. Skripsi. Universitas Perlakuan MS dan IBA. Skripsi. Uni-
Sumatra Utara. Sumatra Utara. versitas Sebelas Maret. 58.

PELITA PERKEBUNAN, Volume 28, Nomor 2, Edisi Agustus 2012

88
Pengaruh penambahan auxin terhadap pertunasan & perakaran kopi arabika perbanyakan SE

George, E.F. & P.D. Sherrington (1984). Plant somatik sagu (Metroxylon sagu Rottb.).
Propagation by Tissue Culture. Menara Perkebunan, 74, 44-52.
Exegetics Limited. England. 284 - 330.
Little, C.H.A. & R.A. Savidge (1987). The
Gunawan, L.W. (1992). Teknik Kultur Jaringan. role of plant growth regulators in for-
Bogor, Pusat Antar Universitas est tree cambial growth. Plant Growth
Bioteknologi Institut Pertanian Bogor. Regulation, 6, 137-169.
245p. Mangoendidjojo, W. (2003). Dasar-dasar
Hidayat (2007). Induksi Pertumbuhan Eksplan Pemuliaan Tanaman. Kanisius.
Endosperm Ulin dengan IAA dan Ki- Yogyakarta. 184.
netin. Agritop, 26, 147-152. Oktaviana, F.; Siswanto; A. Budiani &
Himanen, K.; E. Boucheron; S. Vannesse; J. de Sudarsono (2003). Embriogenesis
Almeida-Engler; D. Inze & T. Beeckman somatik langsung dan regenerasi
(2002). Auxin-mediated cell cycle acti- planlet kopi arabika (Coffea arabica)
vation during early root initiation. Plant dari berbagai eksplan. Menara
Cell. 14, 2339-2352. Perkebunan, 71, 44-55.
Hoesen; D.; S. Hazar; Priyono & H. Sumarnie Reinders-Gouwentak, C. (1965). Physiology of
(2000). Peranan zat pengatur tumbuh the cambium and other secondary mer-
IBA, NAA, dan IAA pada per- istems of the shoot. In: W. Ruhland
banyakan Amarilis Merah (Amaryl- (ed) Encyclopedia of Plant Physiol-
lidaceae). Prosiding Seminar Hari ogy. Springer-Verlag, Berlin, 15, 1076-
Cinta Puspa dan Satwa Nasional. Lab 1105.
Treub Balitbang Botani Puslitbang Rostiana, O. & D. Seswita (2007). Pengaruh
Biologi, LIPI Bogor. Indole Butyric Acid dan Naphtaleine
Husniati, K. (2010). Pengaruh Media Tanam Acetic Acid Terhadap Induksi
dan Konsentrasi Auksin terhadap Per- Perakaran Tunas Piretrum (Chrysan-
tumbuhan Stek Basal Daun Mahkota themum cinerariifolium (Trevir.)Vis.)
Tanaman Nanas (Ananas comosus L. Klon Prau 6 Secara In Vitro. Buletin
Merr) cv. Queen. Sripsi. Program Studi Penelitian Tanaman Obat dan
Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Aromatik, 17, 39-48.
Benih. Fakultas Pertanian. Institut Sanago, H.M.M; S. J. Murch; T.Y. Slimmon;
Pertanian Bogor. S. K. Raj & P. K. Saxena (1995). Mor-
Kaneda, Y.; Y. Tabei; S. Nishimura; K. Harada; phoregulatory role of thidiazuron :
T. Akihama & K. Kitamura (1997) Com- Morphogenesis of root outgrowths in
bination of thiadizuron and basal me- thidiazuron-treated geranium (Pelar-
dia with low salt concentration in- gonium x hortorum Bailey). Plant Cell
creases the frequency of shoot orga- Reports, 2, 205-211.
nogenesis in soybean (Glicine max (L.) Savidge, R.A. & P.F. Wareing (198 lb). Plant
Merr.). Plant Cell Report, 17, 8-12. growth regulators and the differentia-
KasiASI, P. D & Sumaryono (2006). Keragaman tion of vascular elements. In: J.R.
morfologi selama perkembangan embrio Bamett (ed) Xylem Cell Development.

PELITA PERKEBUNAN, Volume 28, Nomor 2, Edisi Agustus 2012

89
Arimarsetiowati & Ardiyani

Castle House Publications. Tunbridge Tata Mc. Graw-Hill Publ. Co. Ltd.
Wells, England, 192-235. New Delhi.
Savidge, R.A. & P.F. Wareing (1982). Apparent Toonen, M.A.J. & S.C. de Vries (1996). Ini-
auxin production and transport during tiation of Somatic Embryos from Single
winter in the non-growing pine tree. Cells. p. 173-177. In: Wang, T.L. &
Canadian Journal of Botany, 60, 68- A. Cuming (ed.). Embryogenesis the
691. generation of plant. Bios Scientific
Savidge, R.A. (1983). The role of plant hor- Publishers Limited. Oxford.
mones in higher plant cellular differ- Wareing, P.F.; C.E.A. Hanney & J. Digby
entiation. II Experiments with the vas- (1964). The role of endogenous hormones
cular cambium, and sclereid and tra- in cambial activity and xylem differ-
cheid differentiation in the pine, Pinus entiation. p. 323-345. In: M.H.
conrorta. Histochemical Journal, 15, Zimmerman (ed) The Formation of
447-466. Wood in Forest Trees. Academic Press,
New York.
Sylvia, I. (2009). Pengaruh IBA dan NAA
terhadap stek Aglonema Var. Donna Weaver, J.R. (1972). Plant Growth in Agri-
Carmen dengan perendaman. Skripsi. culture. University of California. San
Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Frasisco. 594 p.
Tahardi; J.S. Sumaryono & N. Mardiana (1997). Windasari, A. (2004). Pengaruh Kombinasi
Initiation and maintenance of embryo- Auksin dan Sitokinin pada Per-
genic suspension culture of tea banyakan Tanaman Krisan Pot
(Camellia sinensis L.). Menara (Chrysanthemum morifolium) varietas
Perkebunan, 65, 1-8. Delano red secara In Vitro. Skripsi.
Fakultas Matematika dan Ilmu
Thimann, K.V. (1969). The Auxins. p. 20-22.
Pengetahuan Alam. IPB. Bogor.
In: M. B. Wilkins (ed). The Physiol-
ogy of Plant Growth and Development. **********.

PELITA PERKEBUNAN, Volume 28, Nomor 2, Edisi Agustus 2012

90

Anda mungkin juga menyukai