Anda di halaman 1dari 8

Teknik Pembangunan Ekonomi Aceh ...

Wahyuddin

TEKNIK PEMBANGUNAN EKONOMI ACEH PASCATSUNAMI

Wahyuddin
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Lhokseumawe

Abstract: This paper analyzes and gives alternative policies for economic rehabilitation and
reconstruction in Province of Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Data from Bappenas and other
sources are used to explain how the economic development pattern posttsunami disaster should be
done. To understand how the pattern works, some regional development theories introduce namely
economic base theory, sector theory, export base theory, centre periphery theory. After combaining
and analyzing the facts and the theories, there are some recommendation should be done to form the
economic development in Province of NAD posttsunami. First, economic development in Province of
NAD must be based on the each region core competency so that creates interregion linkage. Second,
the implementation of syariat islam must be supported by syariah banking institution and for this
reason PT BPD NAD should become a pioneer in promoting syariah banking.

Keywords: economic development, core competency, syariah banking

PENDAHULUAN Pada tahap tanggap darurat yang


Bencana gempa bumi dan gelombang berlangsung hampir lebih dari tiga bulan sejak
tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 yang terjadi bencana, berbagai bantuan kemanusian
menghancurkan 17 kabupaten di NAD dan dari berbagai negara maupun lembaga
Kabupaten Nias di Provinsi Sumatera Utara internasional sangat membantu para korban
selain menelan korban ratusan ribu jiwa manusia untuk menyelamatkan dan memulihkan
juga telah melumpuhkan aktivitas sebagian kehidupan mereka. Pada tahap ini, berbagai
besar sektor-sektor perekonomian di Provinsi program telah dilaksanakan seperti; penguburan
NAD dan Kabupaten Nias. Dari data Associated mayat, penyelamatan korban hidup,
Press, jumlah korban yang meninggal/hilang menyalurkan bantuan kebutuhan pokok,
diperkirakan sebesar 236.116 orang dan taksiran membangun dapur-dapur umum, income
kerugian material mencapai Rp 41,401 trilyun generating programme termasuk cash for work
(Bappenas) atau sekitar 4,5 milyar US dolar (2,2 progrmme dan individual one-off cash grant
% PDB Indonesia atau 97% PDRB NAD) programme, membangun barak untuk hunian
(Tabel 1). Besarnya kerugian tersebut diprediksi sementara, dan menyediakan fasilitas utilitas
akan mengoreksi laju pertumbuhan ekonomi yang layak.
Indonesia tahun 2005 sebesar 0,1% hingga Namun, pembangunan Provinsi NAD
0,4%. Kerugian material di atas diakibatkan pascatsunami tidak terbatas masa tanggap
karena kehancuran/kerusakan gedung, rumah, darurat saja. Pemerintah, masyarakat, dan
jembatan, saluran irigasi, drainase, lembaga internasional masih mempunyai tugas
sawah/ladang, kebun dan hutan, instalasi air yang lebih berat lagi untuk membangun Provinsi
besih, listrik serta jaringan telekomunikasi, NAD pada tahap rehabilitasi dan rekonstruksi
kendaraan bermotor, sarana dan prasarana yang memakan waktu 5 hingga 10 tahun. Pada
angkutan, pabrik, pasar/toko, sekolah, rumah tahap rehabilitas, sasaran yang akan dicapai
ibadah, termasuk uang tunai. Sementara itu, adalah memulihkan standar pelayanan minimum
Dinas Tenaga Kerja dan Kependudukan Kota melalui pemulihan sumber daya manusia,
Banda Aceh melaporkan bahwa akibat tsunami pelayanan publik, pelayanan ekonomi, lembaga
sedikitnya 159 dari 356 perusahaan menengah, perbankan dan keuangan, hukum dan ketertiban
nasional, BUMN, BUMD, toko swalayan, dan umum, dan hak atas tanah. Hal ini sesuai dengan
usaha koperasi yang beroperasi di Banda Aceh penjelasan Perpu No. 2 Tahun 2005 bahwa yang
hancur. Sedangkan, sebagian besar perusahaan dimaksud dengan rehabilitasi adalah perbaikan
yang tersisa belum menjalankan aktivitas karena dan pemulihan semua aspek pelayanan publik
tempat usaha dan peralatan produksi hancur atau masyarakat sampai tingkat yang memadai
serta karyawan yang meninggal dunia dan pada wilayah pascabencana, dengan sasaran
hilang (Serambi Indonesia, 5 Maret 2005). normalisasi atau berjalannya secara wajar semua

1
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 7, No. 2 April 2006

aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat untuk program rehabilitasi dan rekonstruksi
wilayah pascabencana. wilayah Aceh khususnya di bidang ekonomi.
Sedangkan pada tahap rekonstruksi, sasaran
pemerintah yang ingin dicapai adalah Tinjauan Teoretis
membangun kembali seluruh sistem sosial Untuk menjelaskan bagaimana pola
ekonomi melalui pemulihan kondisi sumber pembangunan suatu daerah, beberapa teori
daya manusia, pembangunan kembali sistem pertumbuhan regional, meskipun sangat
ekonomi, pembangunan kembali infrastruktur sederhana, dapat diadopsi. Pertama, teori basis
regional dan lokal, revitalisasi sistem sosial ekonomi (economic base theory) menjelaskan
budaya, dan pembangunan kembali sistem bahwa dalam perekonomian regional terdapat
kelembagaan dan sistem peringatan dini dua sektor yaitu kegiatan basis (basic activities)
(Bappenas, 2 Maret 2005). Sebagaimana yang dan kegiatan bukan basis (non-basis activities).
dijelaskan pada Perpu No. 2 Tahun 2005, Bertambahnya kegiatan basis di suatu daerah
rekonstruksi adalah pembangunan kembali akan menambah arus pendapatan ke daerah
semua prasarana, sarana, kelembagaan di tersebut dan menambah permintaan barang dan
wilayah pascabencana baik di tingkat jasa sehingga menimbulkan kenaikan volume
pemerintahan maupun masyarakat, dengan kegiatan bukan basis. Sebaliknya, penurunan
sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan basis akan mengurangi arus pendapatan
kegiatan perekonomian, sosial, dan budaya, ke daerah tersebut dan mengurangi permintaan
tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya terhadap produk dari kegiatan bukan basis.
peran serta partisipasi masyarakat sipil dalam Kedua, teori sektor menyatakan bahwa kenaikan
segala aspek kehidupan masyarakat di wilayah pendapatan per kapita di berbagai daerah pada
pascabencana. berbagai waktu pada umumnya disertai oleh
Untuk mencapai semua sasaran tersebut, relokasi sumber daya, dengan penurunan
pemerintah telah menyusun rancangan rencana proporsi angkatan kerja yang dipekerjakan
induk (master plan/blue print) rehabilitasi dan dalam kegiatan-kegiatan primer (pertanian), dan
rekonstruksi wilayah Aceh dan Nias. Sedangkan kenaikan proporsi dalam kegiatan-kegiatan
dana untuk melaksanaan rencana tersebut, sekunder (manufaktur) dan kemudian disusul
pemerintah melalui APBN telah menganggarkan dengan kenaikan proprosi dalam kegiatan tersier
dana sebesar Rp 41 triliun ditambah dengan (jasa). Ketiga, teori basis ekspor (export base
dana-dana lain dari negara-negara donor theory) menjelaskan bahwa pertumbuhan suatu
(Kompas, 19 April 2005). Setelah menjalani daerah ditentukan oleh eksploitasi kemanfaatan
proses penjaringan aspirasi dari berbagai alamiah dan pertumbuhan basis ekspor daerah
kalangan termasuk pemerintah daerah, tersebut akibat peningkatan permintaan dari
universitas, ulama dayah/pesantren, dan non- daerah-daerah dan negara-negara lain. Sehingga
government organization dalam maupun luar menurut teori ini, tingkat permintaan luar
negeri, pada tanggal 26 Maret 2005 yang lalu terhadap produk dari industri ekspor suatu
master plan tersebut telah selesai disusun oleh daerah sebagai penentu yang strategis bagi
Bappenas. Berbagai pendapatan pro dan kontra pertumbuhan regional. Terakhir, teori centre
muncul untuk menanggapai hasil karya periphery yang menitikberatkan kausasi
Bappenas ini. Hasil silaturahmi dan musyawarah kumulatif dan pertumbuhan regional yang
ulama se-NAD, misalnya, menolak blue print divergen. Teori ini menekankan bahwa untuk
tersebut karena mereka menilai bahwa blue print menghidari ketidakseimbangan pembangunan
tersebut tidak mampu menampung aspirasi dan antardaerah harus didukung oleh campur tangan
melibatkan partisipasi masyarakat Aceh pemerintah.
terutama ulama dan korban tsunami (Rakyat Nazamuddin (2005) menawarkan strategi
Aceh, 11 April 2005). Mereka menghendaki untuk rekonstruksi yang berdimensi rekonsiliasi.
agar pembangunan Aceh baru harus Strategi big-push dengan melakukan investasi
menempatkan masyarakat, ulama, dan kaum secara besar-besaran dengan perencanaan yang
perempuan sebagai pelaku utama pembangunan baik dilakukan dalam berbagai sektor secara
baik dalam perumusan, pengambilan keputusan, simultan dengan sinergis. Teori big-push pada
maupun pelaksanaan pembangunan termasuk dasarnya merupakan teori investasi yang
dalam hal pengawasan. Tujuan penulisan ini menekankan pada kondisi tinggal landas. Teori
adalah untuk memberikan analisis kritis dan ini hampir sama dengan teori pertumbuhan
memberikan kebijakan-kebijakan alternatif berimbang (balanced growth theory) namun

2
Teknik Pembangunan Ekonomi Aceh ...
Wahyuddin

lebih menekankan pada kebutuhan untuk memberikan peran yang lebih besar terhadap
melakukan investasi secara big-push. Investasi masyarakat lokal.
yang dilakukan harus memenuhi kebutuhan Sedangkan Amin, et al. (2005) menjelaskan
minimum supaya memperoleh keuntungan bahwa ada beberapa prakondisi untuk
ekonomi. Hanya dengan investasi yang besar berlangsungnya proses pemulihan ekonomi.
sehingga keuntungan sosial (sosial benefit) Bidang-bidang tersebut meliputi ketata-
melebihi biaya-biaya sosial (social costs). pemerintahan, infrastruktur, kelembagaan,
Dalam teori big-push, peran usaha mikro, kecil, pendanaan, dan lain-lain (Gambar 1).
dan menengah sangat menentukan target-target Keberhasilan program-program rehabilitasi dan
ekonomi regional maupun nasional. Oleh rekonstruksi ekonomi jangka panjang sangat
karenanya, inti dari teori ini adalah perencanaan tergantung pada program-program dalam
pembangunan seharusnya mempertimbangkan bidang-bidang tersebut.
kebutuhan masyarakat di tingkat bawah dan

Tabel 1. Kerugian Material Akibat Gempa dan Tsunami di NAD


Sektor Subsektor Jumlah Kerugian
Sosial Perumahan, Pendidikan, Kesehatan, Agama dan Budaya 1.741
Infrastruktur Transportasi, Komunikasi, Energi, Air dan Sanitasi, dan 0.877
Pengendalian Banjir
Produktif Pertanian, Perikanan, Industri dan Perdagangan 1.182
Lain-lain Lingkungan, Administrasi dan Pemerintahan, Bank dan 0.652
Lembaga Keuangan
Total 4.452
Sumber: Bappenas, 2005

Physical
Infrastructure
Good Governance Institutions

Economic
Recovery
Reconciliation & Law and Order
Growth

Spatial Plan and


Land-Reform Financing
Human Capital
(Education & Health)

3
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 7, No. 2 April 2006

Selanjutnya, Nazamuddin (2005) kontribusi sektor pertanian hampir 56,48 persen


menambahkan bahwa strategi pembangunan terhadap total PDRB NAD tahun 2003. Hal ini
kembali masyarakat Aceh harus mempunyai memberikan gambaran bahwa program-program
dimensi spatial dan dimensi human, bukan pembangunan Aceh harus didasarkan pada
kebutuhan berdasarkan interpretasi pemerintah perekonomian rakyat berbasis sumber daya alam
pusat dan daerah. Oleh sebab itu, prinsip-prinsip seperti pertanian dan subsektor pertanian
dasar yang diperlukan adalah; (1) masyarakat lainnya. Kedua, meskipun kontribusi migas
lokal di daerah-daerah terkena tsunami harus relatif besar yaitu lebih dari 43 persen namun
mendapat peran yang lebih besar dalam sentra-sentra produksi minyak dan gas bumi
menentukan bagaimana meningkatkan taraf berada di pesisir pantai timur yang tidak terkena
hidup mereka, (2) masyarakat lokal dapat dampak tsunami sehingga kebijakan
mengontrol penghidupan mereka sendiri dan pembangunan pada daerah Aceh tidak
berdaya dengan kekuatan sendiri dalam jangka diprioritaskan untuk meningkatkan sektor ini.
panjang. Ketiga, program-program pembangunan Aceh
Di samping berbagai pendekatan di atas, juga harus meningkatkan output sektor industri
pembangunan berbasis masyarakat (community- pengolahan sehingga proses industrialisasi di
based development) dapat dijadikan strategi NAD dapat berjalan mengikuti daerah-daerah
implemetasi berbagai program pemerintah pada lainnya.
masa rehabilitasi dan rekonstruksi masyarakat Selain itu, komposisi tenaga kerja di NAD
Aceh. Pola pembangunan ini menempatkan juga harus menjadi pertimbangan pemerintah
masyarakat dan sumber daya yang dimiliki dalam mengembangkan sektor-sektor ekonomi
masyarakat sebagai stimulan dalam penyusunan pascatsunami. Dari Data Sakernas 2003, jumlah
rencana-rencana pembangunan. Pola angkatan kerja di NAD mencapai 2,53 juta
pembangunan ini juga mendorong inisiatif, orang dengan komposisi bekerja sebanyak 2,25
kreatifitas, dan daya saing masyarakat sehingga juta orang dan tidak bekerja atau mengganggur
semua perumusan pembangunan memper- sebanyak 0,28 juta orang. Sedangkan angkatan
timbangkan kondisi masyarakat yang akan kerja yang bekerja menurut lapangan pekerjaan
menjadi subjek sekaligus objek pembangunan. utama yang terbesar di sektor pertanian yaitu
hampir 1,0 juta orang disusul sektor
PEMBAHASAN perdagangan dan jasa ke masyarakat masing-
masing sebesar 468.057 orang dan 407.130
A. Dampak Terhadap Perekonomian NAD orang (Tabel 3). Implikasi kebijakan yang dapat
Jika analisis awal didasarkan pada dilakukan adalah penciptaan lapangan pekerjaan
kontribusi sektor ekonomi terhadap Produk di sektor primer meliputi sektor pertanian,
Domestik Regional Bruto Provinsi NAD maka kehutanan, perburuhan, dan perikanan.
ada beberapa catatan penting yang harus
dipertimbangkan dalam merencanakan
pembangunan Aceh baru (Tabel 2). Pertama,

Tabel 2. PDRB NAD Tanpa Migas Atas Harga Berlaku, 2003


No Lapangan Usaha PDRB tanpa migas adhb* % kontribusi
(Rp juta)
1Pertanian 12.409.724,87 56,48
2Pertambangan dan Penggalian 236.188,87 1,07
3Industri Pengolahan 2.172.296,31 9,89
4Listrik dan Air Minum 104.496,61 0,48
5Bangunan/Konstruksi 1.041.318,26 4,74
6Perdagangan, Hotel dan Restoran 2.456.025,90 11,18
7Pengangkutan dan Komunikasi 1.960.193,60 8,92
8Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 481.860,03 2,19
9Jasa-jasa 1.111.083,81 5,06
PDRB 21.973.188,26 100,00
Sumber: BPS dan Bappeda Provinsi NAD

4
Teknik Pembangunan Ekonomi Aceh ...
Wahyuddin

Tabel 3. Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Provinsi NAD, 2003
No Lapangan Pekerjaan Utama Penduduk Yang Bekerja
%
1 Pertanian, Kehutanan, Perburuhan, dan Perikanan 1.073.454 47,62
2 Industri Pengolahan 87.636 3,89
3 Bangunan 93.705 4,16
4 Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan, dan Hotel 468.057 20,76
5 Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi 101.292 4,49
6 Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah dan Jasa 12.756 0,57
7 Perusahaan 407.130 18,06
8 Jasa Kemasyarakatan 10.125 0,45
Pertambangan dan Penggalian, Listrik, dan Gas dan Air
Jumlah 2.254.155 100
Sumber: Sakernas,BPS, 2003

Persen
8

7 7.02

3
1.87 1.94
2
1.23 0.96
0.74
1
0.18 0.26
0.44
-0.56 -0.08 -0.02 -0.17
0 Tahun
Jan'04 Peb'04 Mar'04 Apr'04 Mei'04 Jun'04 Jul'04 Agt'04 Sep'04 Okt'04 Nov'04 Des'04 Jan'05 Peb'05
-1
-1.29

-2
Inflasi/Deflasi

Gambar 1: Inflasi/Deflasi Kota Banda Aceh (Januari 2004 Februari 2005)


Sumber: BPS NAD

Selain kekurangan pelayanan berbagai demikian, pascatsunami, terjadinya perubahan


fasilitas umum, masyarakat masih menghadapi struktur harga yang cukup berarti karena setelah
masalah kenaikan harga hampir sebagian besar mengalami inflasi relatif tinggi kemudian diikuti
barang-barang kebutuhan pokok. Gambar 2 deflasi yang relatif besar.
menunjukkan perubahan IHK di Kota Banda Inflasi bulan Januari 2005 yang tinggi
Aceh periode sebelum dan sesudah tsunami terutama sekali dipicu oleh kenaikan IHK
terjadi. Sebelum tsunami (Januari 2004 kelompok bahan makanan jadi, minuman, dan
Desember 2004), tingkat inflasi relatif stabil rokok sebesar 19,26 persen, disusul oleh
bergerak dalam kisaran 0,18 sampai dengan 1,94 kelompok bahan makanan sebesar 11,24 persen,
persen dan tingkat deflasi berubah dalam kisaran perumahan, air, listrik, dan gas dan bahan bakar
-0,02 sampai dengan -0,56 persen. Sebaliknya, sebesar 2,95 persen, dan kelompok sandang
pada periode pascatsunami, tingkat harga sebesar 0,04 persen. Sedangkan, pergerakan
meningkat tajam menjadi 7,02 persen untuk IHK kelompok kesehatan, pendidikan, rekreasi
bulan Januari 2005 dan kemudian mengalami dan olahraga, dan transportasi, komunikasi dan
deflasi yang cukup signifikan sebesar -1,29 jasa keuangan tetap stabil (Tabel 2.11).
persen pada bulan Pebruari 2005. Dengan Selanjutnya, pada bulan Pebruari 2005, deflasi

5
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 7, No. 2 April 2006

sebesar -1,29 persen disebabkan oleh penurunan B. Prinsip-prinsip pokok


IHK terutama sekali pada kelompok makanan Upaya rehabilitasi dan rekonstruksi perlu
jadi, minuman, dan rokok sebesar -5,33 persen, menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
disusul oleh kelompok bahan makanan sebesar - 1. Mengupayakan agar dislokasi yang dialami
1,91 persen, kelompok perumahan, air, listrik, masyarakat seminimal mungkin. Ini berarti
dan gas dan bahan bakar sebesar -0,10 persen. bahwa sedapat mungkin masyakarat
Sedangkan, kelompok sandang dan kelompok memperoleh kembali perkerjaan aslinya dan
kesehatan mengalami inflasi masing-masing lokasi usaha serta tempat tinggal.
sebesar 2,75 dan 0,06 persen. Sementara itu, 2. Mengupayakan agar berbagai kebijakan
pergerakan IHK kelompok pendidikan, rekreasi rehabilitasi sekaligus dapat mengurangi
dan olahraga dan kelompok transportasi, ketimpangan yang ada. Sebagai contoh,
komunikasi dan jasa keuangan tidak mengalami buruh nelayan secara individual atau
perubahan. kolektif mendapat kemungkinan untuk dapat
Berdasarkan data-data statistik di atas, ada memiliki kapal dan sarana penangkapan
beberapa faktor yang mempengaruhi mengapa ikan lainnya.
pada bulan Januari 2005 terjadi inflasi yang 3. Memberikan perhatian utama pada masyarakat
relatif tinggi dan pada bulan Pebruari justru yang berada di berbagai penampungan
terjadi deplasi. Pada bulan Januari 2005, inflasi sementara (IDP).
yang terjadi terutama sekali disebabkan karena 4. Memberikan tekanan pada kegiatan padat
sisi penawaran (cost push inflation). Inflasi ini karya dan memperhatikan aspek jender
terjadi karena ketidakseimbangan antara dalam menciptakan lapangan kerja.
permintaan dan penawaran barang-barang 5. Memberikan ruang gerak yang lebih besar
kebutuhan pokok di pasar. Permintaan yang bagi partisipasi masyarakat Aceh dan
tinggi dari masyarakat dan tidak segera masyarakat sipil pada umumnya.
diimbangi oleh kenaikan produksi menyebabkan
inflasi. Menurunnya produksi beberapa C. Arah kebijakan
kebutuhan pokok yang selama ini diproduksi di Sebuah survey mengenai IDP 1 menunjukkan
dalam daerah selain karena tenaga kerja di bahwa berdasarkan urutan kehilangan pekerjaan,
berbagai sektor produktif banyak yang nelayan berada pada peringkat teratas (26%),
meninggal atau hilang juga disebabkan rusaknya disusul oleh pedagang (19%), buruh tani (16%),
berbagai sarana dan prasarana tempat bekerja. buruh (13%), tani (9%), dan pegawai negeri
Selain terhentinya kegiatan produksi, (9%). Identifikasi kebutuhan bantuan
kelangkaan berbagai kebutuhan dasar juga menunjukkan bahwa sekitar 37% mengharapkan
disebabkan karena terganggunya jalur distribusi dapat memperoleh kredit lunak, disusul oleh
akibat prasarana dan sarana jalan yang rusak. kebutuhan kapal (21%), pekerjaan (19%),
Bahkan di beberapa daerah di Kabupaten Aceh masalah rehabilitasi tanah (18%), benih (16%),
Jaya dan Aceh Barat, jalur darat terputus total pupuk (13%), dan vocational training (11%).
sehingga distribusi bahan kebutuhan pokok Berikut adalah arah kebijakan rehabilitasi dan
hanya dapat dilakukan dengan menggunakan rekonstruksi NAD dalam jangka pendek dan
alat transportasi laut dan udara. Implikasi lain jangka menengah dan panjang.
dari terganggunya jalur distribusi adalah a. Dalam jangka pendek, beberapa langkah
meningkatnya biaya transportasi menuju pokok yang perlu diambil meliputi:
beberapa daerah terkena tsunami sehingga hal 1. Melakukan operasi pasar yang efektif
ini akan menaikkan harga bahan-bahan untuk mengendalikan harga barang-
kebutuhan pokok. Sementara itu, deflasi yang barang kebutuhan pokok.
terjadi pada bulan Pebruari 2005 lebih didorong 2. Upaya mempercepat rehabilitasi dan
oleh semakin membaiknya distribusi barang penciptaan lapangan kerja.
kebutuhan pokok meskipun kegiatan produksi
belum beroperasi normal. Setelah dua bulan
pascatsunami, sarana dan prasarana transportasi
di beberapa daerah sudah mulai berfungsi
dengan baik sehingga berimplikasi pada 1
Survey on IDP Preferences (Preliminary Analysis, 28
ketersediaan bahan kebutuhan pokok. February 2005), diselenggarakan oleh International
Organization for Migration, Muhammadiyah University,
Oxfam, Universitas Syiah Kuala, dan World Bank

6
Teknik Pembangunan Ekonomi Aceh ...
Wahyuddin

3. Pengadaan sarana yang cukup untuk kausatif kumulatif yang ditentukan


menunjang pemulihan ekonomi rakyat, berdasarkan kekuatan relatif dari spread
terutama di kawasan pesisir. effect dan backwash effect.
4. Memberikan rangsangan secukupnya
untuk memulihkan berbagai kegiatan REKOMENDASI
industri, khususnya industri yang 1. Untuk mencapai pertumbuhan dan
menunjang kegiatan ekonomi pesisir pemerataan pembangunan, pola pembangunan
(kapal, Tempat Pelelangan Ikan, ekonomi Provinsi NAD harus didasarkan
Pelabuhan Pendaratan Ikan, alat pada kore kompentensi masing-masing
tangkap) dan rekonstruksi fisik. daerah. Kore kompetensi tersebut adalah
5. Segera menyelesaikan masalah deposit pengembangan sektor-sektor unggulan
dan kredit masyarakat dan memperluas masing-masing daerah serta meningkatkan
jaringan bank dan lembaga keuangan keterkaitan ekonomi antardaerah di Provinsi
syariah untuk menggerakkan kegiatan NAD.
usaha khususnya UMKM. 2. Pengembangan UMKM sebagai ujung
6. Menyediakan berbagai opsi bantuan tombak perekonomian masyarakat harus
perumahan bagi masyarakat terkena didukung oleh lembaga perbankan dan
bencana. lembaga keuangan lainnya yang kuat. Untuk
7. Melaksanakan crash programme untuk mendukung pelaksanaan syariah islam,
vocational training secara massal dalam lembaga perbankan dan lembaga keuangan
berbagai bidang. yang beroperasi di Provinsi NAD harus
berdasarkan syariah. Bank BPD sebagai aset
b. Jangka Menengah dan Panjang daerah yang memiliki hampir 40% dana
Arah kebijakan dalam jangka menengah dan pihak ketiga harus menjadi pioner
panjang adalah melaksanakan pembangunan perbankan syariah yang andal sehingga
ekonomi yang berbasis kerakyatan seperti yang perekonomian syariah yang telah
telah dirumuskan dalam Deklarasi Duek Pakat diamanatkan dalam blue print Rehabilitasi
di Takengon pada tanggal 6 September 2003. dan Rekonstruksi Wilayah NAD dapat
Pola pembangunan ekonomi ini bertumpu pada diwujudkan.
core kompetensi masing-masing kabupaten/kota 3. Agenda Rehabilitasi dan Rekonstruksi
dengan mengoptimalkan pusat pertumbuhan Wilayah NAD pascatsunami tidak hanya
(Banda Aceh, Lhokseumawe, dan Tapak Tuan) mengembalikan kondisi yang sama sebelum
dan menjadikan Pelabuhan Sabang, Pelabuhan terjadi bencana tetapi juga harus
Kuala Langsa, Pelabuhan Labuhan Haji, dan menciptakan pembangunan dan pemerataan
Pelabuhan Krueng Gekeuh lainnya sebagai ekonomi yang berkelanjutan sehingga dapat
sarana untuk meningkatkan ekspor. meningkatkan taraf hidup masyarakat NAD.

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


1. Menjadi suatu keharusan bahwa pola Amin, Alibasyah, Nazamuddin., dan Islahuddin.
pembangunan ekonomi Provinsi NAD 2005. Strategi Pembangunan Kembali
pascatsunami harus didasarkan pada Ekonomi NAD Pasca Bencana Gempa dan
pembangunan berbasis masyarakat tsunami. Makalah disampaikan pada
(community-based development) yang Seminar Sehari Strategi Pembangunan
mendorong inisiatif, kreativitas, dan daya Ekonomi NAD di Bank Indonesia, Jakarta.
saing masyarakat sehingga semua Bappenas. 2005. Rancangan Mekanisme
perumusan pembangunan mempertimbangkan Pendanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi
potensi masyarakat yang akan menjadi Masyarakat Aceh dan Sumut (R2MAS).
subjek sekaligus objek pembangunan. Makalah disampaikan pada Lokakarya
2. Pola pembangunan yang selama ini Penjaringan Aspirasi Masyarakat dalam
diterapkan dapat menambah ketidakseimbangan Rangka Penyusunan Blue Print
pembangunan antardaerah. Penyebabnya Pembangunan Aceh Kembali. Banda Aceh,
tentu saja karena keterkaitan antardaerah 2 Maret 2005.
dalam proses pembangunan tidak terjadi.
Pengurangan gap antardaerah dalam proses
pembangunan tidak terlepas dari proses

7
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 7, No. 2 April 2006

Bappenas. 2005. Draft Rencana Rinci R3MAS


Kelompok Kerja Ekonomi dan
Ketenagakerjaan. Jakarta.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
dengan Badan Pusat Statistik Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam, (2004),
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam (Menurut
Lapangan Usaha) 1993 - 2003. Banda
Aceh.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
dengan Badan Pusat Statistik Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam, (2005),
Ringkasan Eksekutif Statistik Ekonomi
Makro dan Sosial Ekonomi Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam, Banda Aceh.
Departemen Dalam Negeri. 2005. Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang No.
2 Tahun 2005 tentang Badan Rehabilitasi
dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan
Masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam dan Kepulauan Nias (Sumatera
Utara). Jakarta.
Nazamuddin. 2005. Agenda Rekonstruksi
Ekonomi NAD Pascatsunami: Sebuah
Pemikiran untuk Masa Depan Aceh yang
Damai dan Adil. Makalah disampaikan
pada Lokakarya Penjaringan Aspirasi
Masyarakat dalam Rangka Penyusunan
Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi
NAD. Banda Aceh.
Tim Koordinasi Perencanaan Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Aceh Bappenas. 2005.
Rencana Rehabilitas dan Rekonstruksi
Aceh Kelompok kerja Ekonomi dan
Ketenagakerjaan, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai