Fix Makalah Jadi - Kel 9
Fix Makalah Jadi - Kel 9
Kelompok 9 :
Elyana Dewi 30140114023
Nobertus Leonando 30140113033
Sudarmi 30140114040
Yohana Frida 30140114010
A. MULUT
Mulut terdiri atas 2 bagian :
1. Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi
2. Bagian rongga mulut bagian dalam, yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh
tulang maksilaris,palatum, dan mandibularis, di sebelah belakang bersambungan
dengan faring.
Usus Halus
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di
antara lambung dan usus besar. Diameter usus halus kurang lebih 2,5 cm. Usus halus
(intestinum) merupakan tempat penyerapan sari makanan dan tempat terjadinya proses
pencernaan yang paling panjang. Usus halus terdiri dari tiga bagian, yaitu :
1. Usus dua belas jari (duodenum)
2. Usus kosong (jejunum)
3. Usus penyerap (ileum)
Anatomi Dinding Usus Halus
1. Dinding Usus Halus
a) Vili
Pada dinding usus penyerap (ileum) terdapat jonjot-jonjot usus yang
disebut vili. Vili berfungsi memperluas daerah penyerapan usus halus sehingga sari-
sari makanan dapat terserap lebih banyak dan cepat. Dinding vili banyak mengandung
kapiler darah dan kapiler limfe (pembuluh getah bening usus).
Agar dapat mencapai darah, sari-sari makanan harus menembus sel dinding usus
halus yang selanjutnya masuk pembuluh darah atau pembuluh limfe. Glukosa, asam
amino, vitamin, dan mineral setelah diserap oleh usus halus, melalui kapiler darah
akan dibawa oleh darah melalui pembuluh vena porta hepar ke hati. Selanjutnya, dari
hati ke jantung kemudian diedarkan ke seluruh tubuh.
b) Mikrovilli
Mikrovilli adalah tonjolan tonjolan halus berbentuk jari jari. Mikrovilli berfungsi
untuk memperluas permukaan sel sel epitel yang berhubungan dengan makanan,
untuk memfasilitasi penyerapan nutrisi
2. Kelenjar
a) Kelenjar kelenjar Usus (kripta Lieberkuhn)
Tertanam dalam mukosa dan membuka diantara basis basis villi. Kelenjar ini
mensekresi hormon dan enzim
b) Kelenjar Penghasil Mukus
1. Sel Goblet terletak dalam epitelium di sepanjang usus halus. Sel goblet
menghasilkan mukus pelindung.
2. Kelenjar Brunner terletak dalam submukosa duodenum yang berfungsi
menghasilkan glikoprotein netral untuk menetralkan HCl lambung,
melindungi mukosa duodenum terhadap pengaruh asam getah lambung,
dan mengubah isi usus halus ke pH optimal untuk kerja enzim-enzim
pankreas
3. Jaringan Limfatik
Leukosit dan nodulus limfe ada di keseluruhan usus halus untuk
melindungi dinding usus terhadap invasi benda asing. Pengelompokkan
nodulus limfe membentuk struktur yang dinamakan bercak Peyer.
Lapisan Submukosa terdiri atas pembuluh darah, pembuluh limfe, pleksus saraf
submukosa (Meissner), jaringan limfoid.
b. Penyerapan Karbohidrat
Karbohidrat diserap dalam bentuk disakarida maltosa, sukrosa, dan laktosa.
Disakaridase yang ada di brush border menguraikan disakarida ini menjadi
monosakarida yang dapat diserap yaitu glukosa, galaktosa dan fruktosa. Glukosa dan
galaktosa diserap oleh transportasi aktif sekunder sedangkan fruktosa diserap melalui
difusi terfasilitasi.
c. Penyerapan Protein
Protein diserap di usus halus dalam bentuk asam amino dan peptida, asam
amino diserap menembus sel usus halus melalui transpor aktif sekunder, peptida
masuk melalui bantuan pembawa lain dan diuraikan menjadi konstituen asam
aminonya oleh aminopeptidase di brush border atau oleh peptidase intrasel, dan
masuk ke jaringan kapiler yang ada di dalam vilus.Dengan demikian proses
penyerapan karbohidrat dan protein melibatkan sistem transportasi dkhusus yang
diperantarai oleh pembawa dan memerlukan pengeluaran energi serta transportasi Na.
d. Penyerapan Vitamin
Vitamin yang larut dalam air diabsorpsi secara pasif bersama air, sedangkan
yang larut dalam lemak diabsorpasi secara pasif dengan produk akhir pencernaan
lemak.
e. Penyerapan Lemak
Asam lemak larut lipid dan gliserol diabsorpsi dalam bentuk micelle, yaitu
suatu globulus garam empedu yang mengelilingi bagian berlemak. Micelle membawa
asam lemak dan monoglikoserida menuju sel epithelial, tempatnya dilepas dan
diabsorpsi melalui difusi pasif menuju membrane sel usus
Usus Besar
Usus besar/intestinum krasum merupakan saluran terakhir dari saluan pencernaan.
Sesuai dengan namanya, usus ini memiliki ukuran diameter 6,5 cm (bandingkan dengan
ukuran diameter usus halus, yaitu 2,5 cm), sedangkan ukuran panjangnya hanya 1 meter.
Pada pertemuan antara usus halus dan usus besar terdapat suatu kantong yang disebut sekum
(lebih dikenal sebagai usus buntu) dan apendiks (umbai cacing).
Pada manusia, umbai cacing berfungsi untuk melawan infeksi.Peradangan pada umbai
cacing disebut apendiksistis.Pada sekum terdapat sebuah klep yang disebut klep ileosekum,
yaitu semacam otot sfingter yang berfungsi untuk mencegah bakteri tidak kembali ke usus
halus.Usus besar atau disebut juga kolon dibedakan atas 3 bagian, yaitu usus besar naik
atau kolon ascenden, usus besar melintang atau kolon transversum, dan usus besar turun
atau kolon descenden.
Didalam usus besar hidup berbagai bakteri, terutama Escherichia coli, jenis bakteri
yang dapat hidup dengan atau tanpa oksigen.Bakteri ini berfungsi dalam pembusukan sisa
makanan dan pembentukan vitamin K dan B kompleks yang diperlukan oleh tubuh. Selain
itu, didalam usus besar terjadi juga proses pengaturan kadar air dalam pembentukan feses.
Selanjutnya, melalui gerakan peristaltik feses yang terbentuk didorong masuk kedalam
rektum.
Rektum merupakan bagian terakhir dari usus besar yang berfungsi sebagai tempat
penampungan sementara sebelum dikeluarkan melalui sfingter terakhir, yaitu anus. Proses
pengeluaran feses melalui anus disebut dengan dengan defekasi.
Secara makroskopis usus besar dapat dibagi menjadi 6 bagian, yaitu sekum, kolon
ascenden, kolon transversus, kolon desenden, sigmoid, dan rektum.Keenam bagian ini sulit
dibedakan secara histologis.
a) Sekum
Sekum adalah kantong tertutup yang menggantung dibawah area katup ileosekal.
Sekum atau caecum adalah bagian dari usus besar yang menghubungkan ileum
(usus halus) dan colon ascenden (usus besar). Berfungsi menyerap air dan garam.
b) Kolon
Kolon adalah bagian usus besar dari sekum sampai rektum. Kolon memiliki 3
divisi.
1. Kolon asenden merentang dari sekum sampai ke tepi bawah hati di
sebelah kanan dan membalik secara horizontal pada fleksura hepatika.
2. Kolon transversa merentang menyilang abdomen dibawah hati dan
lambung sampai ke tepi lateral ginjal kiri, tempatnya memutar ke bawah
pada fleksura splenik.
3. Kolon desenden merentang ke bawah pada sisi kiri abdomen dan menjadi
kolon sogmoid berbentuk S yang bermuara di rektum.
c) Rektum
Rektum adalah bagian saluran pencernaan selanjutnya dengan panjang 12-13
cm. Rektum berakhir pada saluran anal dan membuka ke eksterior di anus.Bagian
terakhir dari usus besar disebut rektum.Di sinilah bahan limbah dalam bentuk
feses disimpan sampai diekskresikan keluar dari anus.Ini terdiri dari lapisan
mukosa tebal dan disertakan dengan banyak pembuluh darah.
1. Mukosa saluran anal tersusun dari kolumna rektal(anal), yaitu lipatan-
lipatan vertikal yang masing-masing berisi arteri dan vena.
2. Sfingter dan internal otot polos (involunter) dan sfingter anal eksternal
otot rangka (volunter) mengitari anus.
b) Sekresi
Sekresi Mukus. Mukosa usus besar, seperti mukosa usus halus,dilapisi
oleh kripta Lieberkuhn, tetapi sel- sel epitel hampir tidak mengandung enzim.
Sebagai gantinya, mereka hampir seluruhnya diliputi oleh sel goblet.Pada
permukaan epitel usus besar juga terdapat banyak sel goblet yang tersebar di
antara sel sel epitel lainnya.
Oleh karena itu, satu satunya ekskresi yang bermakna dalam usus besar
adalah mucus.Mukus dalam usus besar berfungsi melindungi dinding terhadap
eksokoriasi, selain itu, berperan sebagai media pelekat agar bahan feses saling
bersatu. Selanjutnya, ia melindungi dinding usus dari aktivitas bakteri yang besar,
yang berlangsung di dalam feses dan mucus, ditambah sekresi yang bersifat alkali,
juga memberikan penawar terhadap asam yang dibentuk dalam feses, yang
mencegah penyerangan dinding usus
Sekresi air dan elektrolit sebagai respon terhadap iritasi. Bila suatu segmen
usus besar mengalami iritasi hebat, seperti yang terjadi bila infeksi bakteri
menghebat selama enteritis bakterialis, mukosa kemudian mensekresi air dan
elektrolit dalam jumlah besar selain larutan mucus normal yang kental. Zat ini
bekerja mengencerkan faktor pengiritasi dan menyebabkan pergerakan feses yang
cepat menuju ke anus. Hasilnya biasanya berupa diare disertai kehilangan banyak
air dan elektrolit tetapi juga penyembuhan dari penyakit yang lebih awal
dibandingkan bila hal ini tidak terjadi.
c) Penyiapan selulosa
Sejumlah bakteri dalam kolon mampu mencerna sejumlah kecil selulosa
dan memproduksi sedikit kalori nutrien bagi tubuh dalam setiap hari.Bakteri juga
memproduksi vitamin dan berbagai gas.Penyiapan selulosa yang berupa hidrat
karbon di dalam tumbuh-tumbuhan, buh-buahan dan sayuran hijau, dan penyiapan
sisa protein yang belum dicernakan oleh kerja bakteri untuk ekskresi.
d) Defekasi
Proses defekasi (buang air besar) adalah proses yang sangat penting dalam
proses pencernaan, juga sangat erat kaitannya dengan tingkat kesehatan tubuh.
Usus besar mengekskresi zat sisa dalam bentuk feses. Air mencapai 75% sampai
80% feses. Sepertiga materi padatnya adalah bakteri dan sisanya yang 2% sampai
3% dalah nitrogen, zat sisa organik dan anorganik dari sekresi pencernaan, serta
mukus dan lemak. Feses juga mengandung sejumlah materi kasar, atau serat dan
selulosa yang tidak tercerna.Warna coklat berasal dari pigmen empedu dan bau
berasal dari kerja bakteri.
Jika proses defekasi terhambat maka akan terjadi penumpukan sisa-sisa
makanan yang telah membusuk. Pembusukan tesebut menghasilkan toksin yang
dapat mengikis membran mukosa usus besar sehingga terjadi infeksi. Selain itu
tumpukan kotoran yang tidak terbuang akan membentuk plak di dinding usus.
Plak ini dapat menjadi tempat bersarangnya bakteri dan virus patogen yang dapat
menginfeksi membran usus dan masuk ke sirkulasi tubuh dan menyerang seluruh
organ tubuh. Kondisi inilah yang disebut proses autointoksinasi. Sisa-sisa
makanan akan mengalami masa transit di usus besar kurang lebih 14 jam.
Kemudian pembuangan bila lambung terisi makanan dan merangsang peristaltik
didalam usus besar.
b. Penyebab Intususepsi
Secara umum intususepsi penyebabnya tidak diketahui,akan tetapi pada anak-
anak yang masih muda insiden terbesar terjadi antara bulan ke-4 dan ke -8 hal ini
dapat terjadi karena pada usia tersebut terdapat kesempatan untuk mengonsumsi
diet lebih padat yang akan mengubah peristaltik. Aktivitas peristaltik yang
meningkat dapat mengawali terjadinya insususepsi, kadang factor mekanik tertentu
dapat di tentukan sebagain hal yang bertanggung jawab dalam mengawali
invaginasi.Faktor lain yg diduga dapat menjadi factor predisposisi adalah
diverticulum Meckel, adanya polip (kista) dalam usus, parasit dalam usus,dan
diare. Dipertikulum Meckel merupakan duktus yang timbul dari ileum yang
menutup pada ujung tali pusat tetapi tetap terbuka pada bagian ujung.
c. Klasifikasi Intususepsi
Klasifikasi intususepsi berdasarkan pada lokasi intususepsi pengklasifikasian
adalah sebagai berikut :
1. Ileosekal, yaitu keadaan dimana ileum berinvaginasi ke dalam kolon
asenden pada katup ileosekal.
2. Ileokolik, merupakan keadaan dimana ileum berinvaginasi ke dalam
kolon.
3. Kolokolik, merupakan keadaan dimana kolon berinvaginasi ke dalam
kolon.
4. Ileo-ileo, yaitu keadaan di mana usus kecil berinvaginasi ke dalam usus
kecil.
d. Gambaran Klinis
Anak biasanya dalam kondisi sehat dan permulaan penyakit terjadi mendadak,
anak berteriak keras secara tiba-tiba dan melipat lutut seperti ada suatu nyeri
abdomen yang parah serangan berulang dapat terjadi bervariasi, apabila serangan
parah atau lama, maka anak akan mengalami pucat, gelisah, dan berkeringat.
Muntah tidak menyolok, biasanya kejadian muntah tidak terjadi setelah setiap kali
serangan kolik, setelah 12-24 jam, timbul defekasi yang disertai lender dan darah.
1.Reduksi bedah
a. Perawatan prabedah.
b. Reduksi intusepsi dengan penglihatan langsung, menjaga usus hangat
dengan salin hangat (hal ini membantu menurukan edema).
c. Plasana intravena harus dapat diperoleh pada kasus kolaps.
d. Jika intususepsi tidak di reduksi maka diperlukan reseksi dan anastomosis
primer.
2. Penatalaksanaan bedah
3. Dukungan bagi orangtua
4. Persiapan pulang ke rumah
Intususepsis
Peradangan
Edema
Distensi
Muntah
Syok hipovolemik
f. Asuhan Keperawatan Anak dengan Intususepsi
1. Pengkajian Keperawatan
Lakukan pengkajian fisik rutin.
Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat,terutama deskripsi keluarga
tentang gejala.
Observasi pola defekasi dan prilaku praoperasi dan pascaoperasi.
Observasi adanya menifestasi intususpesi sebagai berikutnya :
- Nyeri abdomen akut tiba-tiba.
- Anak berteriakn dan menarik lutut ke dada.
- Anak tampak normal dan nyaman selama interval episode nyeri.
- Muntah.
- Letargi.
- Keluarnya feses seperti jeli merah (feses bercampur darah dan mucus).
- Abdomen lunak (pada awal penyakit).
- Nyeri tekan dan distensi abdomen (penyakit lanjut).
- Massa terbentuk sosis yang dapat diraba di kuadran kanan atas.
- Kuadran kanan bawah kosong (tanda dance).
- Demam, prostrasi, dan tanda-tanda lain peritonitis.
Observasi adanya menifestasi intususepsi yang lebih kronis :
- Diare.
- Anoreksia.
- Penurunan berat badan.
- Muntah (kadang-kadang).
- Nyeri periodic.
- Nyeri tanpa gejala lain (pada anak yang lebih besar).
Bantu dengan prosedur diagnostic dan pengujian, misalnya radiografi
abdomen atau enema barium.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri berhubungan dengan ivaginasi usus
2) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang
mengalami gangguan serius.
3. Intervensi Keperawatan
Labio Palatoskisis adalah suatu kelainan yang dapat terjadi pada daerah
mulut, palatosisis (sumbing palatum), dan labiosisis (sumbing pada bibir) yang
terjadi akibat gagalnya jaringan lunak (struktur tulang) untukmenyatu selama
perkembangan embroil. (Aziz Alimul Hidayat, 2006)
b. Etiologi
Faktor penyebab labiopalatoschizis belum pasti, tetapi ada dua faktor resiko
terjadinya penyakit ini, yaitu :
1. Faktor herediter
Mutasi gen
Ditemukan sejumlah sindroma atau gejala menurut hukum Mendel
secara otosomal, dominant, resesif dan X-Linked. Pada otosomal dominan,
orang tua yang mempunyai kelainan ini menghasilkan anak dengan kelainan
yang sama. Pada otosomal resesif adalah kedua orang tua normal tetapi
sebagai pembawa gen abnormal. X-Linked adalah wanita dengan gen
abnormal tidak menunjukan tanda-tanda kelainan sedangkan pada pria dengan
gen abnormal menunjukan kelainan ini.
c. Klasifikasi
Berdasarkan organ yang terlihat
Celah bibir (labioscizis) : celah terdapat pada bibi bagian atas
Celah gusi (gnatoscizis) : celah terdapat pada gusi gigi bagian atas
Celah palatum (palatoscizis) celah terdapat pada palatum
Berdasarkan lengkap atau tidaknya celah yang terbentuk
Komplit : jika celah melebar sampai ke dasar hidung
Inkomplit : jika celah tidak melebar sampai ke dasar hidung
Berdasarkan letak celah
Unilateral : celah terjadi hanya pada satu sisi bibir
Bilateral : celah terjadi pada kedua sisi bibir
Midline : celah terjadi pada tengah bibir
1. Menurut veau, celah bibir dapat bervariasi dari pit atau takik kecil pada tepi
merah bibir sampai celah yang meluas ke dasar hidung
Kelas I : takik unilateral pada tepi merah bibir dan meluas sampai bibir
Kelas II : bila takik pada merah bibir sudah meluas ke bibir tetapi tidak
mengenai dasar hidung
Kelas III : celah unilateral pada merah bibir yang meluas bibir ke dasar
hidung
Kelas IV : setiap celah bilateral pada bibir yang menunjukan takik tak
sempurna atau merupakan celah yang sempurna
2. Menurut sistem veau celah palatum dapat di bagi dalam 4 tipe klinis, yaitu :
Kelas I : celah yang terbatas pada palatum lunak
Kelas II : cacat pada palatum keras dan lunak yang hanya terbatass pada
palatum sekunder tetapi tidak melampaui foramen insivium
Kelas III : celah pada palatum sekunder dapat komplit atau tidak komplit.
Celah palatum komplit meliputi palatum lunak dan keras sampai foramen
insivium. Sedangkan sumbing yang tidak komplit meliputi palatum lunak
dan palatum keras, tetapi tidak meluass sampai foramen insivium. Celah
unilateral yang komplit dan meluas dari uvula sampai foramen insivium di
garis tengah proc.alveolaris unilateral yang juga termasuk kelas III.
Stress emosional
Trauma pada trimester pertama
Kekurangan asam folat
Defisiensi Zn waktu hamil
d. Manifestasi Klinis
e. Patofisiologi
- Kegagalan penyatuan dan perkembangan jaringan lunak dan atau tulang selama
fase embrio pada trimester pertama.
- Sumbing adalah terbelahnya/bibir dan atau hidung karena kegagalan proses
nasal medial dan maksilaris untuk menyatu selama masa kehamilan 6-8 minggu.
- Palato skisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh
kegagalan penyatuan susunan palato yang masa kehamilan 7-12 minggu.
- Penggabungan komplit garis tengah atas bibir antara 7 dan 8 minggu masa
kehamilan
Kegagalan fusi / tulang / perkembangan jaringan lunak dan tulang pada Trimester I
foramen insisive
Pola napas
Distres
g. Pemeriksaan diagnostik
- Foto rontgen.
- Pemeriksaan fisik.
- MRI untuk evaluasi abnormal.
h. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
- Inspeksi kecacatan pada saat lahir.
- Kemampuan menghisap,menelan,bernafas.
- Proses bonding.
- Palpasi dengan menggunakan jari
- Mudah kesedak.
- Meningkatkan otitis.
- Distress pernafasan dengan aspirasi.
- Mungkin dypsnea.
- Riwayat keluarga dengan penyakit anak.
2. Diagnosa Keperawatan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh atau tidak efektif dalam
meneteki ASI berhubungan dengan ketidakmampuan menelan/kesukaran
dalam makan sekunder dari kecacatan dan pembedahan.
Risiko aspirasi berhubungan dengan ketidakmampuan mengeluarkan
sekresi sekunder dari palato skisis.
Risiko infeksi berhubungan dengan kecacatan dan atau insisi pembedahan.
Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan teknik pemberian
makan,dan perawatan di rumah.
Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan.
Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan efek anastesi
,edema setelah pembedahan,sekresi yang meningkat.
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan insisi pembedahan.
Perubahan proses keluarga berhubungan dengan tampak kecacatan pada
anak.
3. Perencanaan
Nutrisi yang adekuat dapat dipertahankan yang ditandai dengan adanya
peningkatan berat badan dan adaptasi dengan metode makan yang
sesuai.
Anak akan bebas dari aspirasi.
Anak tidak menunjukan tanda infeksi sebelum dan sesudah
operasi,luka tampak bersih,kering dan tidak edema.
Orang tua dapat memahami dan dapat mendemostrasikan dengan
metode pemberian makan pada anak ,pengobatan setelah pembedahan
dan harapan perawatan sebelum dan sesudah operasi.
Rasa nyaman anak dapat dipertahankan yang ditandai dengan anak
tidak menangis,tidak labil dan tidak gelisah.
Pada anak tidak ditemukan komplikasi sistem pernafasan yang ditandai
dengan jalan nafas bersih dan pernafasan teratur dan bunyi paru
vesikuler.
Anak tidak memperlihatkan kerusakan pada kulit yang ditandai dengan
insisi tetap utuh ,tidak ada tanda-tanda infeksi dan terdapat tanda-tanda
penyembuhan.
Orang tua sering melakukan bonding dengan anak yanng ditandai
dengan keinginan untuk merawat anak ,dan mampu mengidentifikasi
aspek positif pada anak
4. Implementasi
1. Mempertahankan nutrisi adekuat
- Kaji kemampuan menelan dan menghisap.
- Gunakan dot botol yang lunak yang besar,atau dot khusus dengan lubang
yang sesuai untuk pemberian minum.
- Tempatkan dot pada samping bibir mulut bayi dan usahakan lidah
mendorong makanan dan minuman kedalam.
- Berikan posisi tegak lurus atau semi duduk selama makan.
- Tepuk punggung bayi setiap 15 ml-30ml minuman yansg diminum ,tetapi
jangan diangkat dot selama bayi masih menghisap.
- Berikan makan pada anak sesuai dengan jadwal dan kebutuhan.
- Jelaskan pada orang tua tentang prosedur operasi ;puasa 6 jam ,pemberian
infus dan lainnya.
- Prosedur perwatan setelah operasi; rangsangan untuk menelan atau
menghisap;dapat menggunakan jari-jari dengan cuci tangan yang bersih
atau dot sekitar ulut 7-10 hari,bila sudah toleran berikan minuman pada
bayi dan minuman atau makanan lunak untuk anak sesuai diit.
3. Mencegah infeksi
- Beri posisi yang tepat setelahmakan,miring ke kanan,kepala agak tinggi
sedikit supaya makanan tertelan dan mencegah aspirasi yang dapat
berakibat pneumonia.
- Kaji tanda-tanda infeksi,termasuk drainage,bau dan demam.
- Lakukan perawatan luka dengan hati-hati dengan menggunakan teknik
steril.
- Perhatikan posisi jahitan,hindari jangan kontak dengan alat-alat tidak
steril misalnya alat tenun.
- Monitor keutuhan jahitan kulit.
- Perhatikan perdarahan,edema,drainage.
- Hindari gosok gigi pada anak kira-kira 1 2 minggu.
5. Evaluasi
a. Perawatan Prabedah:
b. Perawatan Pascabedah:
http://dokumen.tips/documents/makalah-labiopalatoskisis.html
https://www.scribd.com/doc/215878112/Anatomi-Fisiologi-Mulut