Anda di halaman 1dari 12

BAB II

ISI

2.1 News

Raw food, secara harafiah merupakan makanan mentah yang tidak dimasak lebih
dari 45 derajat celcius atau sekitar 118 derajat Fahrenheit, dengan cara digoreng,
dibakar, dipanggang ataupun dengan cara pemanasan lainnya, termasuk juga
tidak dimasak sama sekali. Kelompok penganut raw food beranggapan, dalam
buah, sayuran ataupun daging mentah, terdapat enzim, suatu substansi yang
dibutuhkan tubuh untuk mencerna makanan. Semua makanan sebenarnya
mengandung nutrisi yang berguna untuk kesehatan, tetapi kelompok raw food
membuat dua klaim bahwa 1) manusia lebih baik adaptasinya terhadap raw food
dibandingkan makanan yang dimasak; 2) enzim yang terdapat dalam raw food
dapat membantuk tubuh mencerna makanan, meringankan kerja tubuh, dan
bermanfaat untuk kesehatan tubuh. 1 Buah dan sayur menjadi jenis makanan yang
paling umum untuk dikonsumsi secara mentah. Hal ini disebabkan karena
makanan tersebut dianggap tidak akan berdampak apapun pada tubuh saat
dikonsumsi mentah. Beberapa makanan tersebut yaitu:
Beberapa makanan yang dianjurkan dikonsumsi dalam bentuk mentah antara lain:
1. Buncis
Buncis mentah yang sudah dikeringkan memiliki komponen yang dapat
merusak fungsi enzim tubuh dan menghasilkan toxin. Dengan memasak
buncis zat-zat tersebut akan hilang.2
2. Bawang
Saat bawang dipotong dalam kondisi mentah, maka akan terjadi reaksi kimia
yang akan menghasilkan zat yang dinamakan organosulfida yang dapat
berfungsi menekan pertumbuhan sel kanker dan memiliki efek anti inflamasi
terutama pada osteoathrtitis. Jika bawang dimasak maka dapat menyebabkan
deaktifasi dari enzim yang membentuk organosulfida tersebut. 3
3. Sayuran krusifera
Sayuran krusifera seperti kol, brokoli, dan kubis yang mentah memiliki
enzim myrosinase yang dihasilkan saat dinding sel nya rusak (karena digigit,
dipotong, atau diblender) yang dapat berfungsi sebagai antioksidan untuk
melindungi tubuh dari kanker, dan jika sayuran tersebut dimasak maka
myorinase tersebut menjadi tidak aktif.3
Namun beberapa situs menyatakan bahwa beberapa jenis makanan
berikut sebaiknya jangan di konsumsi secara mentah 4 :
1. Ayam
Tidak seperti daging ikan yang bisa Anda konsumsi secara mentah, daging
ayam haruslah dikonsumsi secara matang. Setidaknya Anda harus mengolah
ayam dengan suhu 165 derajat untuk mematikan bakteri di dalamnya.
Mengonsumsi ayam mentah hanya akan membahayakan kesehatan tubuh
Anda.
2. Terong
Terong mengandung senyawa yang disebut dengan solanin. Jika Anda
mengonsumsi terong mentah, maka Anda bisa mengalami keracunan yang
disertai dengan muntah, kram perut, pusing, dan diare.
3. Kentang
Kentang sebaiknya dikonsumsi dalam keadaan matang. Terutama jika
kentang tersebut terdapat warna hijau di dalamnya. Hal ini menandakan
bahwa kentang tersebut mengandung solanin yang bisa membuat Anda
keracunan.
4. Buncis
Buncis merupakan sayuran yang berbahaya jika dikonsumsi secara mentah.
Sebab buncis mengandung glikosida sianogen yang merupakan zat asam
amino beracun. Sehingga Anda harus memasaknya sebelum dikonsumsi.
5. Kacang merah
Kacang merah harus dikonsumsi dalam keadaan mentah. Sebab kacang jenis
ini mengandung racun alami yang disebut dengan lektin yang mampu
membuat Anda merasa mual.
6. Bagian buah tertentu
Jika Anda sedang memotong buah seperti apel atau pir dan kemudian Anda
menemukan bagian dalamnya yang bertekstur lembut dan tampaknya bisa
dimakan, maka sebaiknya jangan memakannya. Sebab bagian ini
mengandung amygladin yang tidak baik untuk kesehatan.

Jika makanan dipanaskan lebih dari 40 derajat celcius, maka nutrisi yang
terkandung dalam makanan akan menurun, terjadi denaturasi enzim, dan
pembentukan substansi karsinogenik dan pro inflamasi. Tubuh kemudian
akan bekerja lebih keras dalam mengolah makanan tersebut. Dengan
mengonsumsi makanan yang masih mentah (raw food) maka enzim yang ada
dalam makanan mentah tersebut akan meringankan kerja system pencernaan.
Dr. Edward Howell pada tahun 1920 memiliki hipotesis bahwa enzim yang
terdapat dalam raw food dapat mencerna raw food tersebut sehingga
mengurangi produksi enzim internal. Hal tersebut yang juga membuat
kelompok raw food yakin dengan anggapan mereka.5

Semakin hari kelompok raw food makin berkembang. Menurut salah satu
ahli masak raw food dengan mengkonsumsi raw food yang terbebas dari
bahan kimia, akan mendorong tercapainya kondisi kesehatan yang maksimal
dan menolong tubuh untuk menghilangkan radikal bebas termasuk
memperbaiki segala kerusakan yang disebabkan oleh makanan yang dimasak.
Raw food juga dipercaya dapat menambah energi, menurunkan tingkat
kolestrol, membuat kulit yang lebih cerah, menurunkan berat badan serta
menjadikan kekebalan tubuh lebih kuat. Marina Gladkikh yang dikenal
sebagai pelopor gerakan raw food di Rusia menyatakan, awalnya dirinya
bergelut dengan raw food dikarenakan menjalankan saran yang diberikan
oleh saudaranya dengan harapan bisa membantu dan menyembuhkan
penyakit yang dideritanya selama ini. Setelah beralih ke raw food, Gladkikh
merasakan kebugaran fisiknya semakin membaik. Berdasar pengakuannya,
dia bisa berjalan tanpa alas kaki bahkan di atas es dan salju, semua
penyakitnya menghilang, dan beratnya turun sampai 15 kg. 1

Tetapi beberapa berita online memberitakan bahaya dari menyantap


makanan mentah seperti Seorang pria asal China yang senang mengonsumsi
daging mentah terinfeksi parasit gara-gara hobinya tersebut. Alhasil, di dalam
perutnya terdapat cacing pita sepanjang 6,1 meter. Parasit tersebut telah
berada di dalam usus kecil pria ini sekitar dua tahun. Para dokter pun
mendiagnosis cacing yang berasal dari daging sapi tersebut merupakan
spesies Taenia saginata. Pria ini awalnya pergi ke dokter pada 2015 lalu. Ia
merasa sakit perut, muntah, kehilangan nafsu makan, lemah, dan kehilangan
berat badan. Dalam tiga hari berat badannya bisa turun hingga 3-5 kilogram.
Setelah dilakukan pemeriksaan tinja, ditemukan ada fragmen parasit pita di
dalamnya. Lalu, pasien ini pun mengaku senang mengonsumsi daging
mentah. Dari dua fakta tersebut dokter menyimpulkan pria ini terinfeksi
cacing pita daging sapi.6

Selain itu, ada juga yang memberitakan tentang seorang anak 8 tahun
asal Taiwan mengalami gatal berlebih di bagian anusnya setelah memakan
sushi di Taipei. Setelah berobat ke dokter, masalah yang dia derita berasal
dari sushi dan sashimi yang terkontaminasi. Setelah dilakukan pengecekan
lebih lanjut, ternyata rasa gatal di anus bocah itu disebabkan adanya cacing
pita sepanjang 2,6 meter di tubuhnya. Menurut Wang Zhijian, seorang dokter
anak dari rumah sakit yang bersangkutan, gadis itu memiliki sejenis cacing
pita yang disebut diphyllobothrium latum. Ini adalah jenis cacing pita
manusia terbesar dan kadang-kadang juga disebut cacing pita lebar. "Kondisi
ini terjadi karena seseorang sering makan ikan mentah, daging sapi dan babi
yang tidak matang dan terkontaminasi," kata Wang.7

Kebanyakan makanan mentah, seperti tubuh kita, sangat mudah rusak. Ketika
makanan mentah terpapar oleh suhu diatas 118 derajat, mereka mulai cepat rusak,
seperti tubuh kita saat kita terserang demam yang tinggi. Salah satu penyusun
makanan yang bisa rusak adalah enzim. Enzim membantu kita mencerna
makanan kita. Enzim adalah protein sekalipun, dan mereka memiliki suatu
struktur 3 dimensi dalam ruang yang sangat spesifik. Sekali mereka dipanaskan
diatas 118 derajat, struktur tersebut dapat berubah. 8
Sekali enzim terpapar pada panas, mereka tidak bisa lagi memberikan fungsi
yang sebagaimana mereka dibuat. Makanan yang dimasak berkontribusi pada
penyakit kronis, karena kandungan enzim mereka telah rusak dan dengan
demikian mengharuskan kita untuk membuat enzim sendiri untuk mengolah
makanan. Pencernaan makanan yang dimasak menggunakan valuable metabolic
enzymes untuk membantu mencerna makanan kita. Pencernaan makanan yang
dimasak membutuhkan lebih banyak energi daripada pencernaan makanan
mentah. Secara umum, makanan mentah lebih banyak mudah dicerna melalui
saluran pencernaan sampai 1/3 waktu yang dibutuhkan oleh makanan yang
dimasak/matang.8
Mengonsumsi enzyme-deade foods memberi beban pada pankreas dan
organ tubuh lainnya dan mereka akan terlalu banyak bekerja, yang akhirnya
menguras organ-organ ini. Banyak orang merusak pankreas mereka dan semakin
kehilangan kemampuan untuk mencerna makanan mereka setelah seumur hidup
menelan makanan olahan.8
Pada tahun 1930, dibawah arahan dr. Paul Kouchakoff, penelitian
dilakukan di Institut Kimia Klinis di Lausanne, Swiss. Pengaruh dari makanan
(matang dan diolah melawan mentah dan alami) pada sistem imun telah diuji dan
didokumentasikan. Penemuan dr. Kouchakoff memperhatikan leukosit, sel-sel
darah putih, ditemukan bahwa setelah seseorang mengonsumsi makanan matang,
darahnya segera merespon dengan meningkatkan jumlah sel darah putih. Ini
adalah fenomena terkenal yang disebut digestive leukocytosis, yang mana
disana terdapat peningkatan jumlah leukosit-sel darah putih-setelah makan. 8
Karena leukositosis pencernaan selalu diamati setelah makan, itu
dianggap sebagai respon fisiologis normal untuk makan. Tidak ada seorangpun
yang tahu mengapa jumlah sel darah putih meningkat setelah makan, karena ini
muncul sebagai respon stress, sebagaimana tubuh yang biasanya bereaksi pada
sesuatu yang berbahaya seperti infeksi, terpapar racun kimia atau trauma. 8
Kembali pada tahun 1930, peneliti swiss di Institut Kimia Klinis
membuat penemuan yang luar biasa. Mereka menemukan bahwa memakan
mentah, makanan yang tidak diubah tidak menyebabkan reaksi dalam darah.
Sebagai tambahan, mereka menemukan bahwa jika makanan telah dipanaskan
melebihi suhutertentu (khusus pada masing-masing makanan), atau jika makanan
telah diproses (dihaluskan, ditambah bahan kimia, dll), ini selalu terjadi
peningkatan jumlah sel darah putih di dalam darah. 8
Para peneliti menamai ulang reaksi ini pathological leukocytosis,
karena tubuh bereaksi terhadap makanan yang sangat berubah. Mereka menguji
banyak jenis-jenis makanan yang berbeda dan menemukan bahwa jika makanan
tidak dihaluskan atau dipanaskan, mereka tidak menimbulkan reaksi. Tubuh
melihatnya sebagai friendly foods. Namun, makanan yang sama, jika
dipanaskan pada suhu yang sangat tinggi, menyebabkan reaksi negatif dalam
darah, reaksi hanya ditemukan ketika tubuh diserang oleh patogen berbahaya atau
trauma.8
Kesalahan terburuk dari semua, baik dipanaskan atau tidak, adalah
makanan olahan yang telah dihaluskan (seperti tepung terigu dan tepung beras),
atau dipasteurisasi (suatu proses dimana susu dipanaskan dengan cepat pada suhu
tinggi untuk membunuh bakteri), atau homogen (juga terlihat pada susu dimana
lemak dalam susu dikenai suspensi buatan), atau diawetkan (bahan kimia
ditambahkan pada makanan untuk memperlambat pembusukan atau untuk
mempertahankan tekstur atau rasa).8
Makanan mentah kaya enzim. Enzim dibutuhkan untuk sistem
pencernaan untuk bekerja. Mereka dibutuhkan untuk memecah partikel-partikel
makanan sehingga mereka bisa digunakan untuk energi. Tubuh manusia membuat
sekitar 22 enzim pencernaan yang berbeda yang mampu mencerna karbohidrat,
protein dan lemak. Sayuran mentah dan buah mentah kaya akan sumber enzim. 8
Sementara semua makanan mentah yang mengandung enzim-makanan
kaya enzim yang paling kuat adalah tunas biji, gandum, dan kacang polong.
Kecambah meningkatkan kandungan enzim dalam makanan ini sangat banyak.
Kekurangan enzim pencernaan dapat menjadi faktor pada alergi makanan. Gejala
dari kekurangan enzim pencernaan adalah kembung, bersendawa, gas, gangguan
usus, kram perut, heartburn dan alergi makanan.8
Kita semua kehilangan kemampuan untuk menghasilkan enzim
pencernaan terkonsentrasi saat kita bertambah tua. Dalam kasus dimana usia
merupakan faktor, atau bila kekurangan enzim pencernaan menyebabkan alergi
makanan, suplementasi mungkin bisa membantu. Anda mungkin juga ingin
mengeksplorasi kombinasi makanan.8
Suplemen enzim pencernaan berikut membantu pencernaan 8:
1. Amilase bekerja untuk memecah karbohidrat misalnya pati, gula
2. Bromelain diambil dari buah nanas, membantu memecah protein
3. HCL asam hidroklorid menstimulasi sekresi pankreas, mengaktifkan pepsin
dan mensterilisasi lambung dari bakteri dan parasit
4. Laktase dibutuhkan untuk memecah laktosa ditemukan dalam produk susu
5. Lipase bekerja untuk memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol
6. Ox bile/empedu meningkatkan pencernaan lemak, merangsang aliran
empedu, membantu gallbladder
7. Pankreatin terdiri dari protease, amilase, dan lipase, berfungsi di dalam usus
dan di darah
8. Papain diekstrak dari buah pepaya, membantu dalam pencernaan protein
9. Pepsin memecah protein, fungsinya bergantung dari tersedianya HCL
10. Protease bekerja untuk memecah protein menjadi amino
Jika akan memasak makanan, cara terbaik untuk memasak makanan
adalah dengan sedikit uap, rebus, atau gunakan kompor tempayan yang lambat.
Konsumsi sedikit makanan overprocessed dan overcooked sebisa mungkin.
Tubuh memiliki waktu yang sulit mencerna makanan yang digoreng,
dipasteurisasi, dipanggang, dikeringkan, dan overprocessed dan overcooked
lainnya yang anda temukan di makanan kotak dan olahan. Telur mentah adalah
bagian penting lainnya dari pendekatan makanan mentah.8

DAPUS

1. http://www.beritasatu.com/raw-food/79947-konsep-makanan-mentah-yang-
menyehatkan-tubuh.html

2. http://www.livestrong.com/article/404344-can-you-eat-beans-on-a-raw-diet/
3. http://bottomlineinc.com/health/diet-nutrition/raw-cooked-why-it-matters-how-
you-eat-your-veggies
4. http://beritaviva.com/berita-harian-viva-makanan-ini-jangan-dimakan-mentah-
mentah/
5. https://www.vitalchoice.com/article/enzymes-in-raw-food-do-they-matter

6. http://health.liputan6.com/read/2419629/hobi-makan-daging-mentah-ada-cacing-
6-meter-di-perut-pria-ini
7. http://lifestyle.okezone.com/read/2017/06/21/481/1721882/usai-makan-sushi-
ditemukan-cacing-pita-2-6-meter-di-perut-bocah-ini
8. healingdaily.bmobilized.com/ref=https%3A%2F%2Fwww.google.co.id
%2F&url=http%3A%2F%2Fwww.healingdaily.com%2Fdetoxification-diet
%2Fenzymes.htm&width=360

2.2 Scientific Evidences


Terdapat banyak pro kontra terhadap cara pengolahan makanan apakah
dimakan mentah atau harus dimasak. Sebagai mana kita tahu bahwa sayuran
memiliki kandungan yang beragam akan tetapi kita lebih sering mengolahnya
dengan cara memasak padahal memasak makanan memiliki efek kurang baik,
karena menghilangkan nutrisi dan enzim, mengubah struktur dan dengan
demikian dalam proses pencernaan makanan dapat menciptakan produk
sampingan yang mungkin berbahaya.1
Enzim mempunyai peranan yang penting dalam produksi fitokimia in situ
akan tetapi mudah rusak dikarenakan panas, salah satu enzim yang paling
gampang terinaktivasi yaitu enzim peroksidase.2 Sayuran kelompok cruciferae
seperti kol dan kubis mengandung glukosinolat dalam sitoplasma selnya, senyawa
ini stabil secara kimia.1 Saat terjadi gangguan jaringan akibat predasi serangga,
mengunyah, atau aktivitas mikroba maka glukosinolat akan bergabung dengan sel
tetangga yaitu myrosinase yang akan membentuk isothiosianat yang merupakan
enzim inducer fase 2, seperti glutathi-S-transferase yang bekerja untuk
menstabilisasikan xenobiotika.3 Dari hasil penelitian Conaway, menunjukkan
bahwa proses pemanasan dari sayuran ini akan mengurangi kemampuan untuk
mengubah glukosinolat menjadi isothiosianat sehingga tak ada yang
menstabilisasi xenobiotika.4
Pada penelitian yang dilakukan oleh Ila Bania dan Rita Mahanta dari
Department of Zoology, Cotton College, Guwahati (Assam), India yang berjudul
Evaluation of Peroxidases from Various Plant Sources dikatakan bahwa kubis
(B. olaraceae) merupakan salah satu sumber tumbuhan yang kaya enzim
peroksidase. Kubis merupakan salah satu jenis tumbuhan yang dapat diolah
menjadi makanan dan sering kita temukan pada lalapan. Peroksidase sendiri
terdistribusi secara luas di alam, yaitu terdapat pada banyak tumbuhan,
mikroorganisme dan hewan, dimana peroksidase ini fungsinya adalah untuk
mengkatalisis reduksi hidrogen peroksida (H2O2) ke air, sehingga membuatnya
tidak berbahaya. Kemudian mereka menguji pengaruh suhu terhadap aktivitas
enzim tersebut. Thermo-stability dari enzim tersebut ditentukan dengan
menginkubasi enzim tersebut yang terdapat pada ekstrak kubis selama 30 menit, 1
hari dan 10 hari pada suhu tertentu. Hasil dari pengujian tersebut yaitu didapatkan
suhu optimum dimana aktivitas enzim peroksidase dari kubis paling tinggi
ditemukan pada suhu 50 C, walaupun sebenarnya aktivitas enzim tersebut hampir
konstan pada rentang suhu 40 C dan 50 C. Pada grafik ditunjukkan penurunan
aktivitas enzim peroksidase yang signifikan pada rentang suhu 70-80 C. Ini
berarti jika kubis diolah dengan cara dimasak atau dipanaskan pada suhu 70-80
C, maka aktivitas enzim peroksidasenya tidak akan sebaik pada suhu
optimumnya yaitu 50 C.6

Gambar 1. Grafik pengaruh suhu terhadap enzim peroksidase (POX) pada kubis,
radish dan tembakau.6
Pada bawang putih terdapat enzim Alliinase (EC 4.41.4) yang merupakan
glikoprotein yang tugasnya mengubah alliin menjadi allicin. Alliinase dapat
diaktivasi ketika bawang putih diiris atau dicincang akan tetapi enzim ini bersifat
termolabil. Penelitian oleh Song, menunjukkan bahwa pemanasan selama 30 detik
di microwave dapat menghambat aktivitas enzim sebesar 90% dan pemanasan
selama 60 detik di microwave dapat secara penuh menghancurkan aktivitas enzim
allinase. Pemanasan ini berpengaruh pada khasiat dari bawang putih itu sendiri
seperti sebagai antioksidan dan dalam menghilangkan proteksi melawan DAMB-
induce adduct yang berhubungan dengan aktivitas allinase.1,5
Kentang mentah juga mengandung antinutrien yang bertindak sebagai
enzim inhibitor, yaitu solanine. Kandungan alkaloid (solanine) pada kentang
berefek pada system saraf dengan mengintervensi kemampuan tubuh dalam
meregulasi asetilkolin.7
Solanine menghambat kolinesterase, enzim yang memecah
neurotransmitter seperti asetilkolin. Asetilkolin bekerja sebagai messenger dan
bertanggung jawab dalam menstimulasi saraf, otot, dan kelenjar.
Kandungan glycoalkaloid pada kentang juga berperan dalam terjadinya
gangguan pada membrane, dan gejala yang ditimbulkan akibat toksisitas solanine
adalah sakit kepala, mual, kelelahan, muntah, nyeri perut dan diare. Memasak
kentang tidak akan menghilangkan kandungan solaninenya.8
Pada beberapa makanan, memasak tidak hanya membunuh organisme
yang berpotensi membahayakan tetapi juga benar-benar meningkatkan
bioavaibilitas nutrisi tertentu dan dapat mempercepat proses pencernaan. Proses
pemanasan tidak selalu menginaktivasi enzim secara penuh bergantung pada jenis
sayurannya contohnya proses blanching dari buncis, kentang, dam kol pada suhu
75C selama 30 menit tidak menginaktivasi enzim secara penuh. 2 Pada beberapa
bahan makanan seperti kacang polong dan beberapa umbi-umbian mengandung
enzim inhibitor, terutama protease inhibitor yang dapat mengurangi efektivitas
dari beberapa enzim pancreas. Makanan yang mengandung enzim inhibitor ini
sulit untuk dicerna mentah dan dapat menimbulkan pembesaran pancreas dan
bahkan kanker pada hewan. 1
Selain makanan yang berasal dari tumbuhan, makanan hewani seperti
daging juga memiliki kandungan enzim. Daging terdiri dari 75% air, protein 20%,
dan 5% lemak dan zat lainnya. Ketika kita memasak, panas akan mengubah
kandungan protein ini. Perubahan kandungan protein bergantung pada suhu dan
waktu masak. Protein dibagi menajdi tiga yakni: myofibrillar (50-55%),
sarcoplasmic (30-34%), dan connective tissue (10-15%). Sarcoplasmic protein
terdiri dari mayoritas besar enzim dan protein myoglobin. Sarcoplasmic berubah
saat dipanaskan. Agregasi dan gelatin protein sarcoplasmic mengalami perubahan
ketika dimulai suhu sekitar 40 oC / 105 oF dan finishes sekitar 60 oC / 140 oF.
Namun saat suhu meningkat, tenderness dari daging meningkat secara signifikan.1
Sarcoplasmic protein terdiri dari enzim glikolitik yang mengontrol glikolisis aerob
dan anaerob, yakni mengubah glikogen menjadi asam laktat dan proses aerob.
Selain itu, sarcoplasmic protein mengandung enzim lisosomal dan nukleoprotein
yang dapat menghidrolisa bahan sisa dan mengatur regulasi sintesa protein.9
Memasak berefek berkurangnya kandungan yakni enzim salah satunya,
namun memasak dipilih dibandingkan dengan risiko infeksi yang harus
didapatkan jika memakan makanan mentah.10

Gambar 2. Cara memasak yang benar baik untuk orang imunokompeten maupun
imun yang terganggu.11

2.3 Diskusi

DAFPUS
1. Link LB, Potter JD. Raw Versus Cooked Vegetables and Cancer Risk.
Cancer Epidemiology and Prevention Biomarkers. 1 Sep 2004;13(9):1422-
35.
2. Mftgil N. the Peroxidase Enzyme Activity af Some Vegetables And Its
Resistance to Heat. Journal of the Science of Food and Agriculture. 1 Sep
1985;36(9):877-80.
3. Talalay P, Fahey JW. Phytochemicals from Cruciferous Plants Protect
Against Cancer by Modulating Carcinogen Metabolism. The Journal of
Nutrition. 1 Nov 2001 ;131(11):3027S-33S.
4. Conaway CC, Getahun SM, Liebes LL, et al. Disposition of
Glucosinolates and Sulforaphane in Humans After Ingestion of Steamed
and Fresh Broccoli. Nutr Cancer. 2000;38:168 78.
5. Song K, Milner JA. the Influence of Heating on the Anticancer Properties
of Garlic. The Journal of nutrition.1 Mar 2001;131(3):1054S-7S.
6. Ila B, Rita M. Evaluation of Peroxidases from Various Plant Sources.
International Journal of Scientific and Research Publications. May
2012;2(5):1-3.
7. Winter, C. K. Toxins of plant origen. Ch. 5. In: Chemicals in the Human
Food Chain, ed. C.K. Winter, J.N. Seiber and C.F. Nuckton. Van Nostrand
Reinhold, New York. 1990;276 pp.
8. Bushway R. J., Bureau J. L., McGann D. F. Alpha-Chaconine and Alpha-
Solanine Content of Potato Peels and Potato Peel Products. Journal of
Food Science. 1983;48: 8486.
9. https://books.google.co.id/books?
id=kF_mBwAAQBAJ&pg=PA36&lpg=PA36&dq=sarcoplasmic+protein+
meaT+enzyme&source=bl&ots=VGYFniEj31&sig=25iUNMEuKweckXe
8yFWlO59E9wg&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjFzeXSxPDUAhXGRo8
KHTa9BosQ6AEIUTAG#v=onepage&q=sarcoplasmic%20protein
%20meaT%20enzyme&f=false
10. Correspondence. A multi-centre prospective case-control study of
campylobacter infection in persons aged 5 years and older in Australia.
Epidemiol Infect. 2008;13158.
11. Baldwin DE. Sous vide cooking: A review. Int J Gastron Food Sci
[Internet]. 2012;1(1):1530. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.ijgfs.2011.11.002

Anda mungkin juga menyukai