Anda di halaman 1dari 16

Gangguan pada Sistem Pernapasan Bawah dan Organ yang Terkait

Mariella Valerie Bolang (102013433), Dian Anugrah Palin (102016025), Lisa Lestari
(102016059), Joshua Armando Sitompul (102016103), Tia Tamara (102016163), Nurul
Laylatul Musyifa (102016203), Merry Beatrix Da Clama Nusa (102016241)

Kelompok F6

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510

Abstrak

Sistem respirasi atau sistem pernafasan merupakan salah satu sistem yang sangat penting
pada tubuh manusia, tanpa adanya pernafasan tentunya manusia tidak akan bisa hidup. Sistem
respirasi adalah sistem organ yang digunakan untuk pertukaran gas (oksigen dan
karbondioksida). Pada tubuh seorang manusia menurut posisi anatomi, sistem respirasi dibagi
menjadi dua bagian, yakni saluran respirasi atas dan bawah. Saluran respirasi atas terletak di
kepala, dan terdiri dari rongga hidung, sinus paranasalis, dan faring (tenggorokan). Sementara
saluran respirasi bawah terdiri dari laring, trakea, bronkus, dan paru-paru. Situasi faal paru
seseorang dikatakan normal jika hasil kerja proses ventilasi, distribusi, perfusi serta difusi
dalam keadaan santai menghasilkan tekanan parsial gas darah arteri yang normal. Dimana
ventilasi sendiri meliputi proses inspirasi dan ekspirasi.
Kata Kunci : sistem pernapasan, pertukaran gas, inspirasi, ekspirasi

Abstract

Respiratory system is one of the most important systems in the human body, without any
respiration of course humans will not be able to live. The respiratory system is an organ
system used for the exchange of gases (oxygen and carbon dioxide). In the body of a human
by anatomical position, the respiration system is divided into two parts, namely the upper
and lower respiration channels. The upper respiratory channel is located in the head, and
consists of nasal cavity, paranasal sinus, and pharynx (throat). While the lower respiratory
tract consists of the larynx, trachea, bronchi, and lungs. The situation of a person's lung
physiology is said to be normal if the workings of ventilation, distribution, perfusion and
diffusion processes in a relaxed state produce a normal partial pressure of arterial blood gas.
Where the ventilation itself includes the process of inspiration and expiration.
Keywords: repiratory system, gases exchange, inspiration, expiration

1
Pendahuluan

Sistem respirasi atau sistem pernapasan adalah sisem yang digunakan untuk pertukaran gas,
yaitu oksigen (O2) yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme sel (inspirasi) dan
karbondioksida (CO2) yang merupakan hasil dari metabolisme tersebut yang kemudian
dikeluarkan dari tubuh melalui paru (ekspirasi).1 Sistem respirasi pada umumnya terbagi
menjadi saluran pernapasan atas dan saluran pernapasan bawah. Saluran pernapasan atas
dimulai dari hidung, faring hingga laring sedangkan saluran pernapasan bawah sendiri
meliputi trakea, bronkus serta paru-paru atau pulmo. Selain posisi anatomi, sistem respirasi
juga dapat dibagi menurut fungsinya yaitu bagian konduksi yang berfungsi menyalurkan
udara bermula dari rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, bronkus (ekstrapulmonal dan
intrapulmonal) dan bronkiolus terminalis, serta bagian respirasi yang terdiri atas bronkiolus
repiratorius, duktus alveolaris, sakus alveolaris dan alveolus. 2 Suatu sistem tentunya akan
berjalan baik jika didukung oleh organ-organ lain yang terkait contohnya dalam sistem
respirasi yaitu otot-otot respirasi tubuh tetapi pada proses ekspirasi dan inspirasi tidak selalu
dapat berjalan normal. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan dengan gejala seperti
wheezing, ekspirasi memanjang dan bunyi nafas vesikular mengeras. Oleh sebab itu,
penulisan makalah ini bertujuan untuk membahas lebih jauh mengenai sistem respirasi,
organ-organ yang terkait serta gangguan-gangguannya.

Anatomi dan Histologi Sistem Pernapasan Bagian Bawah

Trachea adalah sebuah tabung cartilaginosa dan membranosa yangdapat bergerak. Dimulai
dari lanjutan laring pada C6 sampai diskus intervertebralis Th. 4-5. Di dalam rongga thorax,
trachea berakhir pada carina dengan cara membelah menjadi bronchus principalis dexter dan
sinister setinggi angulus sterni.2 Di lamina propria, terdapat sejumlah besar kelenjar
seromukosa menghasilkan mukus encer dan di submukosa, 16-20 cincin kartilago hialin
berbentuk U untuk menjaga agar lumen trakea tetap terbuka.3 Kemudian pars membranosa
yang menyempurnakan bentuk saluran pada cincin trakea dan ligamen anularia yang
menghunungkan cincin satu dengan cincin lainnya.4 Ujung posterior cartilago yang bebas
dihubungkan oleh otot polos (m. trachealis) dan suatu jaringan fibroelastis yang melekat pada
perikondrium. Keseluruhan organ dikelilingi oleh lapisan adventisia. Membrana mucosa
trachea dilapisi oleh epitel bertingkat silindris bersilia bersel goblet (Gambar 1).3

2
Gambar 1. Trakea (anatomis dan histologis)3,5

Paru-paru adalah sepasang organ utama dalam sistem respirasi, dan paru-paru mengambil
ruang paling banyak dalam rongga dada. Paru-paru berbentuk lancip pada puncaknya, dan
memiliki basis yang lebar dan melengkung untuk tempat diafragma. Jaringan paru-paru
bersifat elastis, memungkinkan pembesaran volume saat inspirasi dan kembali ke volume
semula saat ekspirasi. Masing-masing paru dipisahkan oleh organ lain (paru lainnya, jantung,
oesofagus, dan pembuluh-pembuluh darah) oleh mediastinum. Paru-paru pun dilekatkan pada
mediastinum oleh radix pulmonis. Masing-masing paru memiliki bagian-bagian berikut :2-4
1. Apex Pulmonis (puncak)
Puncak paru-paru berbentuk tumpul, menonjol keatas setinggi tulang rusuk
pertama. Terletak setinggi clavicula.

2. Basis Pulmonis
Mencekung dibawah, berbatasan langsung dengan diafragma
3. Facies Costalis
Bagian yang berbatasan dengan tulang iga, memiliki impression costalis
4. Facies Mediastinalis
Bagian yang terletak di tengah, cetakan pericardium dan struktur mediastinum lain
5. Hilum Pulmonis
Cekungan tempat masuk dan keluarnya radix pulmonis (bronchus, pembuluh
darah, saraf)

Paru-paru kanan terdiri dari tiga lobus (superior, medial dan inferior). Paru-paru kiri terdiri
dari dua lobus (superior dan inferior). Selaput pembungkus paru-paru disebut pleura. Pleura
viseralis erat melapisi paru-paru, masuk ke dalam fisura, dan dengan demikian memisahkan
lobus saru dari yang lain. Membran ini kemudian dilipat kembali di sebelah tampak paru-
paru dan membentuk pleura parietalis, dan melapisi bagian dalam dinding dada. Pleura yang
melapisi iga-iga ialah pleura kostalis, bagian yang menutupi diafragma ialah pleura
diafragmatika, dan bagian yang terletak di leher ialah pleura servikalis. Di antara kedua
lapisan pleura itu terdapat sedikit eksudat untuk meminyaki permukaannya dan

3
menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada yang sewaktu bernapas
bergerak.4,6

Gambar 2. Paru-Paru.7

Bronkus dan bronkiolus dimana dimulai dari trakea yang bercabang menjadi dua yaitu
bronkus principalis dextra dan sinistra.2 Pada bronkus primer terdapat tulang rawan bentuk
tapal kuda, otot polos, dan mempunyai kelenjar serumukosa. 6 Setelah memasuki paru,
bronkus primer menyusur ke bawah dan ke luar dan membentuk tiga bronkus sekunder
(lobaris) paru kanan dan dua buah di paru kiri (Gambar 2), dan masing-masing memasuki
sebuah lobus paru. Bronkus lobaris ini terus bercabang dan membentuk bronkus tersier
(segmental).2,3 Di dalam bronkus sekunder dan tersier terdapat lempeng tulang rawan dengan
serat elastin diantaranya, memiliki kelenjar tapi lebih sedikit. 6Setiap bronkus tersier
bercabang-cabang di dalam unit jaringan paru disebut segmen bronkopulmonal. 3,4 Pada
bronkus primer, sekunder maupun tersier diliputi oleh epitel bertingkat torak bersilia bersel
goblet dan terdapat jaringan limfoid (Gambar 3).6
Bronkus tersier membentuk bronkus yang semakin kecil dengan cabang terminal yang
disebut bronkiolus.3,4 Bronkiolus diliputi oleh epitel silindris bersilia dengan sedikit sel
goblet, memiliki sel clara pada lapisan epitelnya, tidak terdapat tulang rawan, lamina propria
tidak memiliki kelenjar, diameter kurang dari satu mm. 4,6 Setiap bronkiolus memasuki sebuah
lobulus paru tempat bronkiolus tersebut bercabang membentuk lima hingga tujuh bronkiolus
terminalis. Setiap lobulus dibatasi oleh suatu septa jaringan ikat tipis, yang paling jelas
terlihat pada fetus. Melalui bronkus dan bronkiolus yang semakin kecil menuju komponen
respiratorik.4 Bronchus terus-menerus bercabang hingga akhirnya membentuk jutaan
bronchiolus terminalis yang epitelnya terdiri dari sel clara, sel kuboid, sebagian bersilia,

4
terdapat satu-dua lapis otot polos di lamina propriadan berakhir di dalam satu atau lebih
bronchiolus respiratorius yang diliputi oleh epitel selapis kubis bersilia menjadi epitel selapis
kubis dan gepeng.6

Gambar 2. Percabangan Bronkus3 Gambar 3. Bronkus dan Bronkiolus6

Alveolus terdiri dari saluran/duktus alveolaris yang mempunyai dinding tipis, sebagian besar
terdiri dari alveoli, dikelilingi oleh sakus alveolaris.7,8 Di mulut alveolus terdapat epitel
selapis gepeng (sel alveolar tipe I), jaringan ikat serat elastin, serat kolagen, otot polos,
terbuka ke atrium terdapat ruang yang menghubungkan beberapa sakus alveolaris. Sakus
alveolaris merupakan kantong yang dibentuk oleh beberapa alveolus, terdapat serat elastin
dan retikulin yang melingkari muara sakus alveoli. Tidak memiliki otot polos. 7-9 Alveolus
merupakan kantong-kantong kecil yang terdiri dari selapis
sel seperti sarang tawon, tempat terjadi pertukaran gas,
jumlah sekitar 300-500 juta alveoli. Epitel selapis gepeng,
pada dinding alveolus terdapat lubang-lubang kecil
berbentuk bulat/lonjong disebut porus/stigma alveolaris.
Stigma ini penting apabila terjadi sumbatan di salah satu
cabang bronkus/bronkiolus karena udara dapat mengalir
dari alveolus satu ke alveolus lain.8,9

Gambar 4. Alveolus8

Otot-Otot Pernapasan

Otot pernafasan dibagi tiga, yakni otot inspirasi utama, otot inspirasi tambahan (sering juga
disebut otot bantu nafas), dan otot ekspirasi tambahan. Untuk ekspirasi biasa, tidak
diperlukan kerja otot tambahan, melainkan cukup dengan daya elastis paru. Otot ekspirasi
tambahan dibutuhkan saat pernafasan berat (active breathing), berbicara, menyanyi, betuk,

5
dan bersin.10 Pada saat inspirasi, paru-paru memiliki otot utama dan tambahan. Otot utama
(m. interkostalis externus dan diafragma). Otot tambahan (m.sternocleidomastoideus dan
m.scalenus). Otot utama akan berkontraksi sewaktu inspirasi tenang. Sebelum permulaan
inspirasi, semua otot inspirasi berada dalam keadaan relaksasi.9 Pada saat inspirasi, kontraksi
otot-otot inspirasi membuat rongga thoraks membesar. Diafragma dalam keadaan relaksasi
berbentuk kubah yang menonjol ke atas ke dalam rongga thoraks. Ketika berkrontaksi (di
stimulus oleh saraf phrenicus), diafragma turun dan memperbesar volume rongga toraks
dengan meningkatkan ukuran vertical (atas ke bawah). Saat inspirasi tenang diafragma akan
menurun 1 cm dan menekan isi abdomen ke bawah dan depan sehingga dinding abdomen
akan menonjol keluar. Saat m. intercostalis externus kontraksi, iga dan sternum akan
terangkat ke atas dan depan, dimana n. intercostalis mengaktifkan otot-otot intercostalis ini
selama inspirasi. Sedangkan otot-otot tambahan akan berkontraksi sewaktu inspirasi dalam.
Kontraksi otot-otot tambahan ini, yang terletak di leher, mengangkat sternum dan dua iga
pertama, memperbesar bagian atas rongga thoraks. Dengan membesarnya volume rongga
thoraks, paru juga akan mengembang sehingga tekanan intra-alveolus menurun. Oleh karena
itu, udara pada tekanan atmosfer akan masuk hingga terjadi kesetimbangan antara tekanan
atmosfer intra-alveolus.7-10

Otot ekspirasi seperti otot dinding abdomen dan m.intercostalis internus berfungsi untuk
menarik iga turun dan kearah dalam, mendatarkan dinding dada dan mengurangi ukuran
rongga thoraks. Pada akhir inspirasi, otot inspirasi melemas, sangkar iga yang sebelumnya
terangkat akan turun karena gravitasi. Dinding dada dan paru yang semula teregang,
mengalami recoil keukuran prainspirasinya karena sifat elastic mereka. Sewaktu paru
mengalami recoil dan kembali mengecil, tekanan intra-alveolus meningkat karena jumlah
molekul udara yang lebih banyak yang semula terkandung di dalam volume paru yang besar
pada akhir inspirasi, kini tersumbat ke dalam volume paru yang lebih kecil. Aliran keluar
udara berhenti ketika terjadi kesetimbangan antara tekanan intra-alveolus atmosfer dan
tidak ada gradient tekanan.6,8,10 Selain itu, dibutuhkan juga distribusi kerja otot-otot berikut :
m.iliocostalis bagian bawah, m.obliquus abdominis internus, m.rectus abdominis dan
m.obliquss abdominis eksternus.10

6
Gambar 5. Otot Penunjang Struktur
Respirasi.10

Pembuluh Darah dan Persarafan Pulmonal

Truncus pulmonalis muncul dari ventrikel kanan. Setelah berjalan sepanjang 5 cm, kemudian
bercabang dua menjadi arteria pulmonalis dextra dan sinistra. Arteri pulmonalis dextra
berjalan diposterior dari aorta asenden dan vena cava superior, dan berjalan superior terhadap
bronchus principalis dexter sebelum bercabang menjadi tiga buah arteri lobarer yang
kemudian bercabang-cabang menjadi arteria segmentales.11,12 Arteri pulmonalis sinistra
berjalan anterioe terhadap arcus aorta dan saling berhubungan dengan perantaraan
ligamentum arteriousum. Pembuluh ini menyilang dan terletak superior terhadap bronchus
principalis kiri. Kemudian bercabang menjadi dua buah arteri lobarer dan selanjutnya
menjadi arteri segmentalis. Darah yang akan mengalami oksigenasi dibawa oleh artei
pulmonalis kedalam paru-paru, sedangkan jaringan paru-paru sendiri menerima darah atau
oksigegn dari arteri bronchialis.9,10,11 Artei pulmonalis bercabang-cabang mengikuti
percabangan bronchi dan berjalan disebelah posterolateralnya. Cabang terminalnya menjadi
kapiler-kapiler pada permukaan dinding alveoli sebagai tempat pertukaran gas. Arteri
bronchialis berasal dari aorta atau dari arteri intercostalis dan bercabang-cabang mengikuti
percabangan bronchus sisebelah belakangnya.12 Vena pulmonalis membawa darah bersih dari
paru-paru menuju atrium kiri. Biasanya ada empat buah vena polmunalis. Vena pulmonalis
dextra superior mengalirkan darah dari lobus superior dan lobus medius paru kanan. Vena
pulmonalis sinistra superior menerima darah dari lobus superior paru kiri. Vena pulmonalis
dextra inferior dan vena pulmonalis dextra inferior, masing-masing menerima darah dari
lobus inferior paru kanan dan lobus inferior paru kiri.10,12

Persarafan paru-paru dilakukan oleh saraf otonom berupa cabang-cabang saraf simpatis
thoracica dan nervus vagus. Serabut simpatis dari cabang nervus thoracica menuju flexus
pulmonalis yang terletak pada setiap sisi bronchus principalis. Saraf ini mrengatur fungsi
vasokontriksi dari pembuluh darah paru dan aktifitas sekretomotor dari kelenjar bronchial. 13
Serabut parasimpatis dari nervus vagus kanan dan kiri member cabang pada pleus

7
pulmonalis. Saraf ini mengurus otot polos bronchus dan rangsangan yang berlebihan dapat
menyebabkan serangan asma bronchiale.12,13

Mekanisme pernapasan

Respirasi dapat didefinisikan sebagai gabungan aktivitas mekanisme yang berperan dalam
proses suplai O2 ke seluruh tubuh dan pembuangan karbondioksida. Fungsi dari respirasi
adalah menjamin tersedianya O2 untuk kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh dan
mengeluarkan karbondioksida (CO2) hasil metabolisme sel secara terus-menerus.8 Sistem
pernapasan dibentuk oleh beberapa struktur.13 Secara garis besar pernafasan dibagi menjadi
dua: pernapasan dalam dan pernapasan luar.

Pernapasan dalam adalah pertukaran gas antara organel sel dan medium cairnya. Hal tersebut
menggambarkan proses metabolisme intraseluler yang meliputi konsumsi O2 dan pengeluaran
CO2 sampai menghasilkan energi.13 Sedangkan pernapasan luar, yaitu absorbsi O2 dan
pembuangan CO2 dari tubuh secara keseluruhan ke lingkungan luar. Urutan proses pernafasan
eksternal adalah: pertukaran udara luar ke dalam alveolus melalui aksi mekanik pernafasan
yaitu melalui proses ventilasi, pertukaran O2 dan CO2 yang terjadi di antara alveolus dan
darah pada pembuluh kapiler paru-paru melalui proses difusi, pengangkatan O2 dan CO2 oleh
sistem peredaran darah dari paru-paru ke jaringan dan sebaliknya yang disebut proses
transportasi serta pertukaran O2 dan CO2 dalam pembuluh darah kapiler jaringan dengna sel-
sel jaringan melalui proses difusi.8,9

Struktur yang membentuk sistem pernafasan dapat dibedakan menjadi struktur utama dan
struktur pelengkap.9 Yang termasuk struktur utama sistem pernafasan adalah saluran udara
pernafasan, terdiri dari jalan nafas dan saluran nafas, serta paru (parenkim paru). Yang
dimaksud dengan parenkim paru adalah organ berupa kumpulan kelompok alveoli yang
mengelilingi cabang-cabang pohon bronkus.4 Situasi faal paru seseorang dikatakan normal
jika hasil kerja proses ventilasi, distribusi, perfusi, difusi, serta hubungan antara ventilasi
dengan perfusi pada orang tersebut dalam keadaan santai menghasilkan tekanan parsial gas
darah arteri yang normal. Yang dimaksud keadaan santai adalah ketika keadaan jantung dan
paru-paru tanpa beban-kerja berat. Tekanan parsial gas darah arteri yang normal adalah PaO2
sekitar 96 mmHg dan PaCo2 sekitar 40mmHg. Tekanan parsial ini diupayakan dipertahankan
tanpa memandang kebutuhan oksigen yang berbeda-beda, yaitu saat tidur kebutuhan oksigen
100 mL/menit dibandingkan dengan saat ada beban kerja 2000 3000 mL/menit.5,8,13

8
Respirasi adalah suatu proses pertukaran gas antara organisme dengan lingkungan, yaitu
pengambilan oksigen dan eliminasi karbondioksida. Respirasi eksternal adalah proses
pertukaran gas antara darah dan atmosfer sedangkan respirasi internal adalah proses
pertukaran gas antara darah dan sel jaringan. Pertukaran gas memerlukan empat proses yang
mempunyai ketergantungan satu sama lain: proses yang berkaitan dengan volume udara nafas
dan distribusi ventilasi, proses yang berkaitan dengan volume darah di paru dan distribusi
aliran darah, proses yang berkaitan dengan difusi O2 dan CO2 serta proses yang berkaitan
dengan regulasi pernafasan.5,8,9,13

Proses Pertukaran Gas

Proses pertukaran gas terdiri dari pertukaran gas di paru-paru dan pertukaran gas di jaringan.
Pertukaran gas di paru-paru melalui O2 yang larut secara fisik dalam plasma, sebagian besar
berdifusi dalam sel darah merah dan bereaksi dengan deoksi Hb membentuk oksi-Hb
kemudian sambil melepaskan H+.5 Pada saat Hb jenuh dengan O2, afinitas terhadap CO2
menurun sehingga CO2 yang terikat pada Hb akan terdisosiasi dan berdifusi keluar dari sel
darah merah melalui plasma menuju ke alveoli. Ion H+ yang dilepaskan dari Hb berikatan
dengan ion HCO3- yang berdifusi ke dalam sel darah merah dari plasma digantikan dengan
Cl-. Reaksi antara ion H+ dan HCO3- menghasilakan H2CO3. Asam karbonat pecah menjadi
H2O dan CO2 dengan bantuan enzim karbonat anhydrase. CO 2 berdifusi keluar dari sel darah
merah menuju plasma lalu ke alveoli (Gambar 6).13

Gambar 6. Pertukaran Gas di Paru14


Sedangkan pertukaran gas di jaringan dimulai dari CO 2 yang terlarut dalam jumlah kecil
di dalam plasma namun sebagian besar berdifusi ke dalam sel darah merah bereaksi
dengan air membentuk H2CO3 atau berikatan dengan Hb membentuk carbamino Hb.
Reaksi dikatalisis oleh enzim karbonat anhydrase. H2CO3 terdisosiasi menjadi ion H+ dan
HCO3-. Selama pergeseran klorida, ion HCO3- berdifusi keluar dari sel darah merah

9
digantikan oleh Cl-. Selanjutnya ion HCO3- bertindak sebagai buffer untuk mengontrol pH
darah. Dalam sel darah merah, ion H+ dibuffer oleh Hb. Pada keadaan dimana Hb
berikatan dengan ion H+, Hb mempunyai afinitas yang rendah terhadap O 2. Sejumlah
kecil O2 diangkut dalam keadaan terlarut secara fisik berdifusi keluar dari plasma masuk
ke dalam sel jaringan (Gambar 7).5,13

Gambar 7. Pertukaran Gas di Jaringan14

Mekanisme Pengendalian Pernafasan

Kontrol saraf atas respirasi melibatkan tiga komponen berbeda. Pertama, faktor yang
menghasilkan irama inspirasi/ekspirasi bergantian. Kedua, faktor yang mengatur besar
ventilasi (yaitu, kecepatan dan kedalaman bernapas) untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Ketiga, faktor yang memodifikasi aktivitas pernapasan untuk tujuan lain. Modifikasi tersebut
bersifat volunter, misalnya dalam mengontrol napas saat berbicara, atau involunter, misalnya
manuver pernapasan yang berkaitan dengan batuk atau bersin. Pusat kontrol pernapasan yang
terdapat di batang otak menghasilkan pola bernapas yang berirama. Selain itu, dua pusat
pernapasan lain yang terletak lebih tinggi di batang otak di pons, yaitu pusat pneumotaksik
dan pusat apneustik. Keduanya akan mempengaruhi sinyal keluar dari pusat pernapasan di
medula.13,15

Kita menghirup dan menghembuskan nafas secara ritmis karena kontraksi dan relaksasi
bergantian otot-otot inspirasi yang masing-masing disarafi oleh saraf tertentu.8 Badan-badan
sel dari serat-serat saraf yang membentuk saraf ini terletak di medula spinalis. Impuls yang
berasal dari pusat di medula berakhir di badan-badan sel neuron motorik. Ketika neuron
motorik diaktifkan maka neuron tersebut sebaliknya mengaktifkan otot-otot pernapasan yang
menyebabkan inspirasi, ketika neuron-neuron ini tidak menghasilkan impuls maka otot

10
inspirasi melemas dan berlangsunglah ekspirasi. Pusat pernapasan medula terdiri dari dua
kelompok neuron (Gambar 10).13,15

1. Kelompok respiratorik dorsal (DRG) terutama terdiri dari neuron inspiratorik (neuron I)
yang serat-serat descendennya berakhir di neuron motorik yang menyarafi otot-otot
inspirasi (utama). Ketika neuron-neuron ini melepaskan muatan maka terjadi inspirasi,
saat tidak menghasilkan sinyal terjadilah ekspirasi. Ekspirasi diakhiri karena neuron-
neuron inspiratorik kembali mencapai ambang dan melepaskan muatan.13
2. Kelompok respiratorik ventral (VRG terdiri dari neuron inspiratorik/neuron I dan neuron
ekspiratorik/neuron E, yang keduanya tetap inaktif selama bernapas normal tenang.
Bagian ini diaktifkan oleh DRG sebagai mekanisme penguat selama periode-periode saat
kebutuhan akan ventilasi meningkat. Selama bernapas tenang tidak ada impuls yang
dihasilkan oleh neuron ekspiratorik. Hanya ketika ekspirasi aktif barulah neuron
ekspiratorik merangsang neuron motorik yang menyarafi otot-otot ekspirasi (otot
abdomen dan intercostal internal).13

Pusat pernapasan di pons melakukan penyesuaian halus terhadap pusat di medula untuk
membantu menghasilkan inspirasi dan ekspirasi yang lancar dan mulus. Pusat pneumotaksik
menigirim impuls ke DRG yang membantu "memadamkan" neuron-neuron inspiratorik
sehingga durasi inspirasi dibatasi. Sebaliknya, pusat apneustik mencegah neuron-neuron
inspiratorik dipadamkan, sehingga dorongan inspirasi meningkat. Dengan sistem check and
balance, pusat pneumotaksik mendominasi pusat apneustik, membantu menghentikan
inspirasi dan membiarkan ekspirasi terjadi secara normal. Pneumotaksik menciptakan pola
berupa tarikan napas panjang yang terputus mendadak dan singkat oleh ekspiras yang dikenal
sebagai apneusis.3,15

Gambar 10. Pusat-pusat Kontrol Pernafasan di Batang Otak.15

11
Kelainan Fungsi Paru

Kelainan paru restriktif adalah gangguan pengembangan paru oleh sebab apapun: semua
volume statis paru mengecil yaitu kapasitas vital (VC), kapasitas paru total (KPT), volume
residu (VR), volume cadangan ekspirasi (VCE), kapasitas residu fungsional (KRF). Pada
kelainan restriktif paru menjadi kaku sehingga daya tarik ke dalam lebih besar maka dinding
dada mengecil, costa/iga menyempit dan volume paru mengecil. Kelainan restriktif paru
dapat dijumpai pada keadaan berikut: kelainan parenkim paru (Tumor paru, pneumonia
(karena infiltrasi sel radang dan alveoli terisi cairan), atelektasis, kelainan fibrosis, TB paru);
kelainan pleura (Efusi pleura, tumor pleura); kelainan dinding dada/tulang (fraktur costa,
obesitas, pektus ekskavatus, skoliosis, kifosis); kelainan neuromuskular (miasthenia gravis);
kelainan mediastinum (tumor mediastinum); kelainan diafragma (hernia diafragma).17,18

Kelainan paru obstruktif adalah gangguan saluran pernapasan baik struktural


(anatomis)/fungsional yang menimbulkan perlambatan arus respirasi. Kelainan obstruksi
dapat dijumpai pada keadaan: kelainan intraluminer (lumen bronki normal tetapi dijumpai
massa dalam lumen tersebut misalnya tumor, benda asing, sekret); lumen bronki yang
menebal (misalnya asma, bronkitis kronis, perokok); emfisema (jaringan penyangga yang
berkurang, maka akan memudahkan kolapsnya jalan napas sehingga bila makin kuat
penderita melakukan ekspirasi lumen semakin tertutup. pada emfisema, alveolus saling
bergabung sehingga terjadi obstruksi relatif karena udara dalam alveoli yang menjadi besar
harus keluar saluran napas/bronkiolus yang besarnya tetap).17,18

Jenis Suara Pernafasan


Suara Nafas Bronkial

Mempunyai bunyi yang juga sama kasar, frekuensi tinggi,dengan fase inspirasi sama dengan
fase ekspirasi. Suara ini terdapat pada saluran nafas dengandiameter 4 mm atau lebih,
misalnya pada bronkus utama. Suara nafas bronkial dapat didengarkan pada daerah antara
kedua scapula.

Suara Nafas Bronkovesikuler

Sedikit berbeda dari suara trakeobronkial, terdengar lebih distal dari jalan nafas. Bunyinya
kurang keras, lebih halus, frekuensi lebih rendah dibanding suara bronkial, tetapi dengan
komponen inspirasi dan ekspirasi yang masih sama panjang. Bunyi nafas ini pada orang

12
normal dapat didengar pada segitiga auskultasi (area di bagian posteriorrongga dada yang
dibatasi oleh m. trapezius, m. latissimus dorsi, dan m. rhomboideus mayor) dan lobus otot
kanan paru). lebih distal, dengan karakteristiknya halus, lemah, dengan fase inspirasi
merupakan bagian yang dominan, sedangkan fase ekspirasi hanya terdengar sepertiganya.

Suara Vesikuler

Berasal dari jalan nafas lobar dan segmental, ditransmisikan melalui parenkim paru normal.
Bila terdapat konsolidasi atau atelektasis pada saluran nafas distal, maka suara yang
normalnya vesikuler, akan menjadi suara bronkovesikuler atau trakeobronkial. Ini terjadi
karen apenghantaran udara yang bertambah karena adanya pemadatan pada jaringan paru.
Ada pula yang berpendapat hal ini terjadi karena suara vesikuler yang menurun pada daerah
auskultasi,sehingga yang masih terdengar adalah suara dari bronkus (suara bronkial).17,18

Suara Tambahan Paru / Kelainan Suara Paru

Stridor : yaitu suara yang terdengar kontinu (tidak terputus-putus), bernada tinggi yang
terjadi baik pada saat inspirasi maupun pada saat ekspirasi, dapat terdengar tanpa
menggunakan stetoskop, bunyinya ditemukan pada lokasi saluran napas atas (laring) atau
trakea, disebabkan karena adanya penyempitan pada saluran napas tersebut. Pada orang
dewasa, keadaan ini mengarahkan kepada dugaan adanya edema laring, kelumpuhan pita
suara, tumor laring, stenosis laring yang biasanya disebabkan oleh tindakan trakeostomi atau
dapat juga akibat pipa endotrakeal. 18

Crackles : Adalah bunyi yang berlainan, non kontinu akibat penundaan pembukaan kembali
jalan napas yang menutup. Terdengar selama : inspirasi.
Fine crackles / krekels halus : Terdengar selama : akhir inspirasi. Karakter suara :
meletup, terpatah-patah. Penyebab : udara melewati daerah yang lembab di alveoli atau
bronchioles / penutupan jalan napas kecil. Suara seperti rambut yang digesekkan.
Krekels kasar : Terdengar selama : ekspirasi. Karakter suara : parau, basah, lemah,
kasar, suara gesekan terpotong. Penyebab : terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan nafas
yang besar. Mungkin akan berubah ketika klien batuk.

Wheezing (mengi) : Adalah bunyi seperti bersiul, kontinu, yang durasinya lebih lama dari
krekels. Terdengar selama : ekspirasi, secara klinis lebih jelas pada saat ekspirasi.

13
Penyebab : akibat udara melewati jalan napas yang menyempit/tersumbat sebagian. Dapat
dihilangkan dengan batuk.Dengan karakter suara nyaring, suara terus menerus yang
berhubungan dengan aliran udara melalui jalan nafas yang menyempit (seperti pada asma dan
bronchitis kronik). Wheezing dapat terjadi oleh karena perubahan temperature, allergen,
latihan jasmani, dan bahan iritan terhadap bronkus.

Ronchi :Adalah bunyi gaduh yang dalam. Terdengar selama : ekspirasi. Penyebab : gerakan
udara melewati jalan napas yang menyempit akibat obstruksi napas. Obstruksi : sumbatan
akibat sekresi, odema, atau tumor. Contoh : suara ngorok.

Ronchi kering : suatu bunyi tambahan yang terdengar kontinyu terutama waktu ekspirasi
disertai adanya mucus/secret pada bronkus. Ada yang high pitch (menciut) misalnya pada
asma dan low pitch oleh karena secret yang meningkat pada bronkus yang besar yang dapat
juga terdengar waktu inspirasi.

Ronchi basah (krepitasi) : bunyi tambahan yang terdengar tidak kontinyu pada waktu
inspirasi seperti bunyi ranting kering yang terbakar, disebabkan oleh secret di dalam alveoli
atau bronkiolus. Ronki basah dapat halus, sedang, dan kasar. Ronki halus dan sedang dapat
disebabkan cairan di alveoli misalnya pada pneumonia dan edema paru, sedangkan ronki
kasar misalnya pada bronkiekstatis.

Perbedaan ronchi dan mengi.


Mengi berasal dari bronki dan bronkiolus yang lebih kecil salurannya, terdengar bersuara
tinggi dan bersiul. Biasanya terdengar jelas pada pasien asma. Ronchi berasal dari bronki dan
bronkiolus yang lebih besar salurannya, mempunyai suara yang rendah, sonor. Biasanya
terdengar jelas pada orang ngorok.17,18

14
Kesimpulan

Pada skenario sesak napas terjadi dikarenakan adanya gangguan pada fungsi saluran
pernapasan yang kemudian berdampak pada proses mekanisme bernapas, sehingga ketika
dilakukan pemeriksaan fisik ditemukan beberapa kompensasi yaitu ekspirasi yang panjang,
adanya weezing, dan vesicular yang mengeras. Sistem pernafasan manusia merupakan salah
satu sistem terpenting dalam hidup. Gangguan pada pernafasan dapat menyebabkan
ketidaknyamanan yang bahkan bisa menyebabkan kematian. Oleh sebab itu, gangguan pada
proses bernafas harus segera ditangani.

Daftar Pustaka

1. Woodburne RT. Essential of human anatomy. 6th ed. New York: Oxford University;
2007; 181-200.
2. Gunardi S. Anatomi system pernapasan. Edisi ke-2. Jakarta:Balai Penerbit FKUI;
2009.
3. Mescher AL. Histologi dasar junqueira teks dan atlas. Ed. 12. Jakarta: EGC;
2011.h.296-301.

4. Ward, Jeremy PT. At a glance sistem respirasi. Edisi kedua. Alih bahasa: Huriawati
Hartanto. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007

5. Snell RS. Anatomi klinis berdasarkan sistem. Jakarta: EGC; 2011.h.67-9; 83-5; 93-5

6. Shier D, Butler J, Lewis R. Holes essentials of human anatomy and physiology. Ed.
11. America: McGraw-Hill; 2012.h.447; 459-60.

7. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2007.h.266-69.

8. Jardins TRD. Cardiopulmonary anatomy and physiology. Ed 5. USA: Delmar


Cengage Learning; 2008.p.44-53.
9. Alcamo IE, Krumhardt B. Barrons anatomy and physiology the easy way. Ed 2. New
York: Barrons Educational Service; 2004.p.361-8.

10. Djojodibroto RD. Respirologi. Jakarta: EGC; 2009.h.5-20.

15
11. Soemantri I. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan.
Jakarta: Salemba Medika; 2007.h.11-21.
12. Wibowo DS. Anatomi tubuh manusia. Jakarta: Grasindo; 2007.h.68-76.
13. Pearce EV. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis.Jakarta:Penerbit PT Gramedia;
2008

14. Shimamora A. Kelarutan gas dalam darah. Jakarta: Ukrida; 2017.h.107.

15. Sherwood L. Human Physiology: from cells to systems [Gambar dari buku]. 7th ed.
Belmont: Cengage Learning; 2010.p.470-86.

16. Alsagaff, Hood. Dasar-dasar ilmu penyakit paru. Cetakan ke-3. Surabaya: Airlangga
University Press; 2005.
17. Djojodibroto RD. Respirologi. Jakarta: EGC; 2007.h.9-17.
18. Mohamad K. Sistem pernapasan manusia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama;

2009.h.31.

16

Anda mungkin juga menyukai