Oleh:
Adfal Afdala
(Pendidikan Fisika PMIPA FKIP Universitas Jambi)
Pembimbing: ( I ) Drs. Menza Hendri,M.Pd ( II ) Nehru S.Si, MT
ABSTRAK
Kata Kunci: Guided discovery, Hasil belajar, Aktivitas belajar
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya nilai fisika siswa di SMP Negeri 7
Kota jambi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu kurangnya minat siswa dalam
belajar fisika serta kurang menariknya proses pembelajaran yang dilaksanakan. Sebagain
besar siswa menganggap bahwa belajar fisika itu sulit karena hanya mempelajari rumus
rumus yang membosankan bagi siswa. Untuk itu peneliti mencoba menerapkan suatu model
pembelajaran yang interaktif dan menciptakan suasana belajar yang asyik dan
menyenangkan bagi siswa, yaitu Model pembelajaran Guided discovery. Adapun tujuannya
untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Dengan menerapkan model
Guided discovery pada materi cahaya di kelas VIII B SMPN 7 Kota Jambi. Penelitian ini
dilaksanakan dalam 3 siklus. Data yang dianalisis ialah data kualitatif mengenai aktivitas
siswa dan kegiatan pembelajaran guru, sedangkan data kuantitatif mengenai hasil belajar
tiap siklus.
Berdasarkan data hasil penelitian, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan aktivitas
yang di alami siswa dari siklus I yaitu, 48,49% menjadi 55,17% pada siklus II dan 64,13%
pada siklus III dengan Indikator ketercapaiannya 60%. Hasil belajar siswa juga mengalami
peningkatan setiap siklus yaitu 64,63 untuk siklus I menjadi 69,76 untuk siklus II dan 71,72
untuk siklus III. dengan Kriteria Ketuntasan Minimumnya 70 dari skala 100.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan Model Guided
Discovery dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi cahaya kelas
VIIIB SMPN 7 Kota Jambi.
Dari data diatas terlihat bahwa masih banyak kelas yang memiliki rata-rata nilai
dibawah KKM yang ditentukan yakni 70. Menurut guru fisika di sekolah tersebut hal ini
dikarenakan sulitnya membuat siswa ikut serta dan berperan aktif dalam proses
pembelajaran. Kurang aktifnya siswa ini menyebabkan siswa terbiasa menerima apa yang
disampaikan guru saja, sehingga sifat kritis siswa tidak muncul.
Pada dasarnya hal ini disebabkan oleh model pembelajaran yang digunakan belum
mampu merangsang keaktifan siswa dalam pembelajaran sehingga perlu dilakukan
penelitian tentang model pembelajaran yang cocok untuk meningkatkan aktifitas siswa
dalam pembelajaran.
1. Pengetahuan
Kelas ini mengingat kembali (recall) hal-hal yang khusus dan generalisasi,
metode dan proses, pola, struktur, dan perangkat.
2. Pemahaman
Kelas ini adalah tingkat terbawah dari pengertian. Siswa mengetahui apa yang
dikomunikasikan dan dapat menggunakan bahan atau gagasan tanpa perlu
menghubungkannya dengan materi lain atau melihat implikasinya.
3. Aplikasi
Kelas perilaku ini menuntut siswa untuk menggunakan abstraksi dalam situasi
yang kongkret dan khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa gagasan-
gagasan yang umum, prosedur, prinsip-prinsip teknis, dan teori-teori yang
yang harus diingat dan dilaksanakan.
4. Analisis
Kelas prilaku ini menuntut siswa untuk membuat jenjang gagasan-gagasan
dalam suatu kesatuan materi secara jelas atau membuat hubungan-hubungan
antara gagasan-gagasan secara eksplisit.
5. Sintesis
Kelas perilaku ini menuntut siswa untuk memadukan bagian-bagian menjadi
satu keseluruhan.
6. Evaluasi
Kelas prilaku ini terdiri atas pertimbangan tentang nilai materi dan metode
yang digunakan untuk maksud-maksud tertentu. Pertimbangan itu dapat
bersifat kantitatif dan kualitatif dan melibatkan aplikasi ukuran tentang
penerimaan yang ditentukan oleh siswa.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pengajaran expositori, guru lebih aktif
dalam pembelajaran, sedangkan siswa bersikap pasif. Jika kita lihat pembelajaran
explorasi terlihat bahwa guru hanya berperan sebagai fasilitator, sedangkan siswa aktif
mencari sendiri sumber belajar. Sedangkan jika kita lihat model guided discovery
merupakan campuran antara guru sebagai fasilitator dan guru sebagai pusat
pembelajaran.
Dalam menggunakan model pembelajaran guided discovery, terdapat 10
langkah yang perlu diperhatikan menurut Carin dalam Mutoharoh, (2011) diantaranya:
a. Introduction (pendahuluan)
Pada tahap ini, guru fokus kepada tujuan, konten, maupun kegiatan yang akan
dilakukan dalam pembelajaran.
Jumlah
No. Variabel yang diamati
Siklus I Siklus II Siklus III
1. Nilai rata rata 64,63 69,76 71,72
2. Jumlah siswa yang mencapai KKM 17 20 22
3. Jumlah siswa yang tidak mencapai KKM 14 11 9
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan peningkatan nilai
rata-rata setiap siklus. Jadi, model yang diterapkan ini memberikan dampak positif terhadap
proses pembelajaran yang ditinjau dari peningkatan nilai rata-rata kelas yang meningkat
80
70 Aktivitas siswa (%)
60
50
40 Hasil belajar
30
20
10 Kegiatan
pembelajaran guru
0 (%)
Siklus I Siklus II Siklus III
Gambar 4.1 Grafik perkembangan aktivitas dan hasil belajar tiap siklus
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Bedasarkan hasil observasi dilapangan tentang aktivitas siswa dipdapat
48,49% pada siklus I, 55,17% pada siklus II, dan 64,13% pada siklus III
dengan indikator ketercapaian 60%. Maka dapat disimpulkan bahwa
penerapan model pembelajaran guided discovery yang dilaksanakan pada
siswa kelas VIII B SMPN 7 Kota Jambi, dapat meningkatkan aktivitas siswa
pada pembelajaran dengan pokok bahasan cahaya.
2. Bedasarkan rata-rata hasil tes formatif siswa didapat nilai 64,63 pada siklus
I, 69,76 pada siklus II, dan 71,72 pada siklus III, dengan kriteria ketuntasan
minimumnya 70. Maka didapat kesimpulan bahwa penerapan model
pembelajaran guided discovery yang dilaksanakan pada siswa kelas VIII B
SMPN 7 Kota Jambi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok
bahasan cahaya.
5.2 Saran
1. Diharapkan kepada guru fisika agar dapat menerapkan model guided
discovery sebagai alternatif dalam pembelajaran.
2. Penelitian ini diharapkan berguna sebagai landasan untuk penelitian-
penelitian yang relevan.
Dimyati dan Mudjiono.2006. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Djamarah dan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Elfanany, Burhan. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Araska.
Hafidz, S. Diakses 25 Desember 2013. Belajar Dan Mengajar.
http://www.referensimakalah.com
Halliday, D., Resnick,R. 1997. Fisika, edisi-3, terjemahan Pantur.S dan Erwin.S,
Erlangga, Jakarta.
Hamalik, O. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Algensindo.
Haryani,A,T.2010.Penerapan model pembelajaran guided discovery pada materi
pokok kalor untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VIIA MTs
darul ulum beringin semarang semester gasal tahun pelajaran2010/2011
,Skripsi, InstitutAgama IslamNegeri Walisongo,Semarang.
Mustakim dan Wahib, A., 1991. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. RinekaCipta.
Mutoharoh, S., 2011. Pengaruh Model Guided Discovery Terhadap Hasil
Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Laju Reaksi, Skripsi, UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta.