Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupeten Malang merupakan salah satu kabupaten terbesar di Jawa

Timur yang mempunyai strategis di bidang industri. Karena merupakan kabupaten

terbesar di Jawa Timur, sehingga menjadikan Kabupaten Malang sebagai salah

satu pusat pertumbuhan industri maupun perdagangan. Untuk mendukung

pertumbuhan industri dan perdagangan tersebut diperlukan adanya sistem jaringan

jalan yang baik.

Berdasarkan data dari pemerintah, Kabupaten Malang mempunyai total

panjang jalan sebesar 1446,74 km yang merupakan jalan kabupaten yang tersebar

di berbagai UPT (Bina Marga, 2015). Namun, tidak semua jalan tersebut

mempunyai kondisi yang baik dan mampu melayani dengan baik. Terdapat juga

beberapa jalan yang mengalami kerusakan atau penurunan tingkat pelayanan

seperti kondisi rusak ringan sepanjang 107,29 km, rusak sedang sepanjang 100,15

km, dan rusak berat sepanjang 306,56 km.

Penyebab kerusakan jalan di atas diakibatkan oleh faktor internal dan

faktor eksternal. Salah satu contoh faktor internal adalah masalah pemeliharaan

jalan yang belum tepat dan kualitas pekerjaan yang kurang baik, sedangkan yang

termasuk faktor eksternal antara lain masalah cuaca, kondisi dasar, tanah dan

drainase.

1
2

Kurangnya kesadaran dari pemerintah untuk menangani kerusakan jalan

tersebut disebabkan oleh anggaran yang terlalu kecil setiap tahunnya dan

minimnya pengalaman daerah dalam menyusun anggaran yang dibutuhkan dalam

program penanganan jalan , maka diperlukan rumusan kebijakan dalam

menentukan skala prioritas penanganan jalan. Selama ini, pengambil keputusan

masih menggunakan sistem acak (random choice), akibatnya jalan menjadi tidak

semulus dan serata sebelumnya sehingga kenyamanan pengguna jalan menjadi

berkurang.

Oleh karena itu, diperlukan usaha-usaha untuk mengidentifikasi kerusakan

yang ada, melakukan penilaian kondisi jalan, serta kemudian membuat prioritas

dalam proses perbaikan yang akan dilakukan. Untuk mendukung usaha tersebut

pada pada penelitian ini digunakan dua metode yaitu metode Analytical Hierarchy

Proces (AHP) dan Permen PU no 13/PRT/M/2011 yang mengacu pada Road

Condition Index ( RCI ). Penggunaan variabel kriteria sesuai dengan karakteristik

dan permasalahan daerah yang menjadi pembeda terhadap penelitan terdahulu.

Metode AHP sendiri digunakan sebagai cara pengambilan keputusan

dalam menetukan prioritas pemeliharaan jalan. Kelebihan dari metode AHP

adalah kemampuannya yang dapat memecahkan masalah multiobjectives dan

multicriterias (Falatehan, 2016). Metode ini dipilih karena sesuai dengan prioritas

penanganan kerusakan jalan yang mempunyai banyak faktor yang mempengaruhi.

Untuk Metode Permen PU no 13/PRT/M/2011 biasanya memakai metode

International Roughness Index (IRI) dengan kelebihannya lebih praktis dengan

alatnya yang bernama NAASRA dan pelaksanaanya tidak membutuhkan waktu

yang lama, namun IRI juga mempunyai kelemahan seperti tidak dapat
3

menggambarkan kondisi kerusakan jalan secara keseluruhan. Serta penggunaan

alat IRI yang bernama NAASRA di Kabupaten Malang juga masih belum

digunakan biasanya penggunaan NAASRA hanya digunakan untuk jalan provinsi

saja (Bina Marga, 2016), sehingga metode RCI lebih cocok digunakan penelitian

saya untuk melakukan penilaian tingkat kerusakan jalan. Metode ini juga dipilih

karena dapat menilai kondisi perkerasan jalan secara visual berdasarkan jenis,

tingkat dan luas kerusakan yang terjadi sehingga dapat digunakan sebagai acuan

dalam usaha penyusunan prioritas penanganan jalan.

Dari dua metode yang dipilih diatas, diharapkan hasil studi evaluasi

kerusakan jalan dengan metode AHP dan Permen PU no 13/PRT/M/2011 pada

jalan kabupaten di wilayah Kabupaten Malang menjadi solusi yang dapat

digunakan sebagai pendukung dalam penyusunan prioritas penanganan kerusakan

jalan yang ada di wilayah Kabupaten Malang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disampaikan di awal, maka

dapat dirumuskan permasalahannya adalah :

(1) Bagaimana nilai kondisi kerusakan jalan berdasarkan jenis dan tingkat

kerusakan jalan dengan metode Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No.13/PRT/M/2011 di Kabupaten Malang?

(2) Bagaimana penyusunan prioritas penanganan terhadap kerusakan dengan

jenis dan tingkat kerusakan yang terjadi di Kabupaten Malang dengan Metode

Perarturan Pekerjaan Umum No.13/PRT/M/2011 dan Metode AHP?


4

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitan ini adalah sebagai berikut:

(1) Mengevaluasi kondisi kerusakan jalan berdasarkan jenis dan tingkat

kerusakan jalan dengan metode Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No.13/PRT/M/2011 di Kabupaten Malang.

(2) Menyusun prioritas penanganan terhadap kerusakan dengan jenis dan tingkat

kerusakan yang terjadi di Kabupaten Malang dengan Metode Perarturan

Pekerjaan Umum No.13/PRT/M/2011 dan Metode AHP.

1.4 Batasan Penelitian

Untuk membatasi permasalahan agar penelitian ini lebih terarah dan tidak

meluas maka perlu adanya pembatasan sebagai berikut:

(1) Penelitian dilakukan pada jaringan jalan kabupaten UPT Singosari

Kecamatan Singosari dan Kecamatan Karangploso.

Gambar 1.1 Peta jaringan jalan kabupaten UPT Singosari Kec. Singosari
Sumber : Bina Marga Kabupaten Malang (2015)
5

Gambar 1.2 Peta jaringan jalan kabupaten UPT Singosari Kec. Karangploso
Sumber : Bina Marga Kabupaten Malang (2015)

(2) Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Metode AHP dan Permen

PU No. 13/PRT/M/2011.

(3) Penelitian dilakukan secara visual yaitu dengan mencatat setiap jenis dan

dimensi kerusakan pada ruas jalan yang diteliti.


6

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat atau kegunaan sebagai berikut:

(1) Bagi Penulis

Untuk menambah ilmu pengetahuan dalam penyusunan karya ilmiah

khususnya dalam penelitian mengenai studi evaluasi kerusakan jalan ini dan

sebagai syarat untuk menempuh perkualiahan program studi Teknik Sipil.

(2) Bagi Pendidikan

Sebagai wawasan mengenai analisa dan urutan prioritas penanganan

pemeliharaan kerusakan jalan dengan metode Analytical Hierarchy Proces

(AHP) dan Permen PU No. 13/PRT/M/2011.

(3) Bagi Peneliti lainnya

Dapat memberi referensi mengenai analisa dan urutan prioritas penanganan

pemeliharaan kerusakan jalan dengan metode Analytical Hierarchy Proces

(AHP) dan Permen PU no 13/PRT/M/2011.

1.6 Definisi Operasional

(1) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 13/PRT/M/2011 tentang

pemeliharaan dan Penelikan Jalan, yang mengatur terkait kegiatan

pemeliharaan, perawatan, pemeriksaan dan preservasi jalan. Permen ini

menjelaskan bahwa objek yang menjadi target pemeliharaan adalah ruang

milik jalan, yang di dalamnya terdapat badan jalan, bahu jalan, serta

bangunan-bangunan pelengkap jalan. Sebuah ruas jalan dimasukkan dalam

kategori penanganan tertentu atas kriteria kondisi yang diatur dalam peraturan

tersebut.
7

(2) Analytical Hierarchy Process (AHP) atau Proses Hirarki Analitik dalam

buku Proses Hirarki Analitik Dalam Pengambilan Keputusan Dalam Situasi

yang Kompleks(Saaty, 1986), adalah suatu metode yang sederhana dan

fleksibel yang menampung kreativitas dalam ancangannya terhadap suatu

masalah. Metode ini merumuskan masalah dalam bentuk hierarki dan

masukan pertimbanganpertimbangan untuk menghasilkan skala prioritas

relatif.

(3) Menurut Suherman (2008), Road Condition Index (RCI) disebut juga Indeks

kondisi jalan, merupakan salah satu kinerja fungsional perkerasan yang

dikembangkan oleh American Association of State Highway Officials

(AASHO) pada tahun 1960an. Indeks kondisi jalan juga dapat digunakan

sebagai indikator tingkat kenyamanan dari suatu ruas jalan yang dapat

diestimasi dari parameter kinerja fungsional lainnya seperti ketidakrataan

permukaan jalan. Indeks kondisi jalan dapat juga ditentukan dengan

pengamatan langsung secara visual di lapangan oleh beberapa orang ahli.

Anda mungkin juga menyukai