Bakteri Di Persawahan
Bakteri Di Persawahan
Phylum : Prokaryota
Kelas : Scizomycetes
Ordo : Pseudomonadales
Famili : Pseudomonadaceae
Genus : Xanthomonas
Pengembangan varietas padi unggul dengan dengan hasil tinggi tetapi peka
terhadap penyakit menyebabkan semakin tersebar luasnya penyakit ini.Gejala
serangan penyakit hawar daun bakteri pada tanaman padi bersifat sistematis dan
dapat menginfeksi tanaman pada berbagai stadium pertumbuhan. Gejala penyakit
ini dapat dibedakan menjadi tiga macam,yaitu: (1). Gejala layu (kresek) pada
tanaman muda atau tanaman dewasa yang peka ,(2). Gejala hawar dan (3). Gejala
daun kuning pucat.
Gejala layu yang kemudian dikenal dengan nama kresek umumnya terhadap pada
tanaman muda berumur 1-2 minggu setelah tanam atau tanaman dewasa yang
rentan .Pada awalnya gejala terdapat pada tepi daun atau bagian daun yang luka
berupa garis bercak kebasahan, bercak tersebut meluas berwarna hijau keabu-
abuan , selanjutnya seluruh daun menjadi keriput dan akhirnya layu seperti
tersiram air panas. Sering kali bila air irigasi tinggi, tanaman yang layu terkulai
kepermukaan air dan menjadi busuk.Pada tanaman yang peka terhadap penyakit
ini,gejala terus berkembang hingga seluruh permukaan daun,bahkan kadang-
kadang pelepah padi sampai mengering.Pada pagi hari cuaca lembab ,eksudat
bakteri sering keluar ke permukaan daun dan mudah jatuh oleh hembusan
angin,gesekan angin,geekan daun atau percikan air hujan. Eksudat ini merupakan
sumber penularan yang efektif.
Pengendalian penyakit hawar daun bakteri akan lebih berhasil bila dilaksanakan
secara terpadu, mengingat berbagai faktor dapat mempengaruhi penyakit ini
dilapangan,misalnya keadaan tanah,pengairan,pemupukan,kelembaban,suhu dan
ketahanan varietaspadi yang ditanam.Usaha terpadu yang dapat dilaksanakan
mencangkup penanaman varietas yang tahan,pembuatan persemaian kering atau
tidak terendam air,jarak tanam tidak terlalu rapat, tidak memotong akar dan daun
bibit yang akan ditanam, air tidak terlalu tinggi pada waktu tanaman baru ditanam
dan menghindari pemberian pupuk N yang terlalu tinggi.
Pengaturan pola tanam dan waktu tanam serempak dalam satu hamparan.
Pemupukan berimbang (N,P,K dan unsur mikro) sesuai dengan fase pertumbuhan
dan musim
hasil pengamatan.
Kingdom : Fungi
Phylum : Basidiomycota
Class : Agaricomycetes
Order : Cantharellales
Family : Ceratobasidiaceae
Genus : Rhizoctonia
Species : R. Solani
Hawar pelepah padi menjadi penyakit yang semakin penting di beberapa negara
penghasil padi.Di indonesia, hawar pelepah mudah ditemukan pada ekosistem
padi dataran tinggi sampai dataran rendah.Gejala penyakit dimulai pada bagian
pelepah dekat permukaan air.Gejala berupa bercak-bercak besar berbentuk jorong,
tepi tidak teratur berwarna coklat dan bagian tengah berwarna putih
pucat.Semenjak dikembangkan varietas padi yang beranakan banyak dan
didukung oleh pemberian pupuk yang berlebihan terutama nitrogen, serta cara
tanam debgan jarak yang rapat menyebabkan perkembangan hawar pelepah
semakin parah.Kehilangan hasil padi akibat penyakit hawar pelepah dapat
mencapai 30%.
Dilihat dari segi biologi dan ekologinya,Penyakit hawar pelepah mulai terlihat
berkembang di sawah pada saat tanaman padi stadia anakan maksimum dan terus
berkembang sampai menjelang panen, namun kadang tanaman padi di pembibitan
dapat terinfeksi parah. Rhizoctonia solani Kuhn termasuk cendawan tanah,
sehingga disamping dapat bersifat sebagai parasit juga dapat sebagai saprofit.
Pada saat tidak ada tanaman padi, cendawan ini dapat menginfeksi beberapa
gulma di pematang juga tanaman palawija yang biasanya digunakan untuk
pergiliran tanaman seperti jagung dan kacang-kacangan. Cendawan ini bertahan di
tanah dalam bentuk sklerosia maupun miselium yang dorman. Sklerosia banyak
terbentuk pada tumpukan jerami sisa panen maupun pada seresah tanaman yang
lain. Selama pengolahan tanah sklerosia tersebut dapat tersebar ke seluruh petakan
sawah dan menjadi inokulum awal penyakit hawar pelepah pada musim tanam
berikutnya.Fenomena ini menunjukkan bahwa sumber inokulum penyakit hawar
pelepah selalu tersedia sepanjang musim.
Siklus penyakit Rhizoctonia solani dapat bertahan dalam tanah selama bertahun-
tahun dalam bentuk sclerotio.Sclerotia dari Rhizoctonia memiliki lapisan luar
tebal memungkinkan untuk bertahan hidup dan berfungsi sebagai pelindung dari
suhu dingin,pathogen juga dapat mengambil bentuk miselium yang berada di
permukaan tanah.Jamur tertarik oleh rangsangan kimia yang dilepaskan oleh
tanaman yang tumbuh atau residu tanaman membusuk.Proses penetrasi dari
sebuah host dapat dicapai dalam beberapa cara.Pathogen dapat melepaskan enzim
yang dapat memecahkan dinding sel tanaman,dan terus menjajah dan tumbuh di
dalam jaringan yang mati.Ini adalah rincian dari sel dinding dan kolonisasi
pathogen dalam host adalah apa bentuk sclerotia tersebut.Baru innoculum
diproduksi didalam jaringan host,dan siklusyang baru diulang saat tanaman baru
menjadi tersedia.Siklus penyakit dimulai seperti 1) yang sclerotia atau miselium
melewati musim dingin pada tanaman puing,tanah atau host. 2) Para hifa muda
dan basidia berbuah (jarang) muncul dan menghasilkan miselium dan
basidiospora. 3) Produksi sangat jarang dari basidiospora berkecambah menembus
stoma sedangkan tanah miselium pada permukaan tanaman dan mengeluarkan
enzim yang diperlukan ke permukaan tanaman dalam rangka untuk memulai
infeksi dari tanaman inang. 4) Setelah mereka berhasil menyerang miselium host-
nekrosik dan membentuk sclerotia dalam dan di sekitar jaringan yang terinfeksi
yang kemudian mengarah ke berbagai gejala yang berhubungan dengan penyakit
seperti tanah busuk,busuk batang,rendaman dan lain sebagainya.
Dilihat dari cara hidupnya patogen dikenal lebih menyukai cuaca yang
basah,hangat dan wabah biasanya terjadi pada bulan-bulan awal musim panas
kebanyakan gejala patogen tidak terjadi sampai akhir musim panasdan dengan
demikian sebagian besar petani tidak menyadari tanaman terjangkit sampai
panen.Kombinasi faktor lingkungan telah dikaitkan dengan prevalensi patogen
seperti:adanya tanaman inang,curah hujan sering atau irigasi dan suhu meningkat
di musim semi dan musim panas.Selain itu, pengurangan drainase tanah karena
berbagai teknik seperti pemadatan tanah juga dikenal untuk menciptakan
lingkungan yang menguntungkan bagi patogen.Patogen tersebar sebagai
sclerotia,dan sclerotia ini dapat berpergian dengan sarana angin,air atau tanah
gerakan antara tanaman inang.
Penyakit Blas
Kingdom : Plantae
Divisio : Mycota
Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Moniliales
Family : Moniliaceae
Genus : Pyricularia
Dilihat dari segi biologi dan ekologinya, gejala penyakit blas dapat timbul pada
daun, batang, malai, dan gabah, tetapi yang umum adalah pada daun dan pada
leher malai. Gejala pada daun berupa bercak-bercak berbentuk seperti belah
ketupat dengan ujung runcing. Pusat bercak berwarna kelabu atau keputih-putihan
dan biasanya memmpunyai tepi coklat atau coklat kemerahan. Gejala penyakit
blas yang khas adalah busuknya ujung tangkai malai yang disebut busuk leher
(neck rot). Tangkai malai yang busuk mudah patah dan menyebabkan gabah
hampa. Pada gabah yang sakit terdapat bercak-bercak kecil yang bulat.
Penularan penyakit blas terjadi melalui konidia yang terbawa angin. Konidia
dibentuk dan dilepas waktu malam, meskipun serimg terjadi siang hari sehabis
turun hujan. Konidium ini hanya dilepaskan jika kelembaban nisbi udara lebih
tinggi dari 90%. Pelepasan terjadi secara eksplosif, karena pecahnya sel kecil di
bawah konidium sebagai akibat dari pengaruh tekanan osmotik. Penetrasi
kebanyakan terjadi secara langsung dengan menembus kutikula. Permukaan atas
daun dan daun-daun yang lebih muda lebih mudah dipenetrasi. Patogen P. oryzae
dapat mempertahankan diri pada sisa-sisa tanaman dan gabah dalam bentuk
miselium dan konidium.
Kita tahu bahwa ketahanan varietas terhadap penyakit tidak berlangsung lama,
maka diperlukan pendukung untuk menjaga ketahanan varietas itu yaitu dengan
menggunakan fungisida.Fungisida merupakan teknologi yang sangat praktis untuk
mengatasi penyakit blas,namun hal tersebut menyebabkan terganggunya
ekosistem disekitarnya.,maka fungisida harus digunakan secara rasional yaitu
harus memperhatikan jenis,dosis dan waktu aplikasi yang tepat
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous,2011.http://wikipedia.org/wiki/hama
Anonymous,2011.http://wikipedia.org/wiki/gejala
Anonymaus,2011.http://wikipedia.org/wiki/tamda
Anonymous,2011.http://wikipedia.org/wiki/patogen
Mornawy.H.,1984.Perlindungan Tanaman.Kansius.Yogyakarta
Hawar daun bakteri yang menyerang tanaman padi adalah bakteri Xanthomonas
oryzae pv. oryzae. Penyakit hawar daun bakteri (bacterial leaf blight = BLB)
menyerang di semua musim, baik musim kemarau maupun musim hujan serta di
semua tempat baik pertanaman padi di dataran rendah maupun dataran tinggi.
Ketika musim hujan penyakit ini biasanya berkembang lebih baik. Kerugian hasil
akibat serangan penyakit hawar daun bakteri dapat mencapai 60%.
Pengendalian dilakukan dengan rotasi tanaman, pengaturan jarak tanam,
penggunaan varietas tahan serangan BLB, serta pemupukan berimbang.
Pengendalian secara kimiawi dapat menggunakan bakterisida dari golongan
antibiotik, bahan aktif yang bisa digunakan antara lain streptomisin sulfat,
oksitetrasiklin, asam oksolinik, atau kasugamisin hidroklorida. Dosis/konsentrasi
sesuai petunjuk di kemasannya.
Hawar daun jingga yang menyerang tanaman padi sawah disebabkan oleh
cendawan Pseudomonas sp. Penyakit hawar daun jingga (Bacterial Red
Stripe/BRS) tersebar di hampir seluruh Pulau Jawa-Sumatera, terutama di dataran
rendah (<100 m dpl). Saat musim kemarau, serangan terjadi pada fase generatif.
Di Jalur Pantura Jawa Barat penyakit ini dijumpai merata di kabupaten Karawang,
Subang, Indramayu, Cirebon. Varietas tahan hawar daun jingga sampai saat ini
belum tersedia. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa perkembangan
penyakit HDJ sangat dipengaruhi oleh perlakuan selama proses budidaya seperti
pemupukan, jarak tanam, serta pengairan.
Pengendalian penyakit hawar daun jingga selama budidaya dilakukan dengan
pemupukan berimbang, jarak tanam lebar, serta pengeringan secara berkala.
Pengendalian kimiawi bakterisida dari golongan antibiotik, bahan aktif yang bisa
digunakan antara lain streptomisin sulfat, oksitetrasiklin, asam oksolinik, atau
kasugamisin hidroklorida. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasannya.
Hawar Pelepah
Serangan ini disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia solani kuhn. Penyakit hawar
menyerang tanaman padi baik di dataran tinggi maupun dataran rendah. Gejala
penyakit dimulai dari bagian pelepah dekat permukaan air, berupa bercak-bercak
besar berbentuk jorong, tepi tidak teratur berwarna coklat sedangkan bagian
tengah berwarna putih pucat. Hawar pelepah muncul sejak dikembangkan varietas
padi beranakan banyak, didukung oleh pemberian pupuk kandungan nitrogen
tinggi secara berlebihan, serta cara tanam berjarak rapat. Kehilangan hasil
produksi akibat serangan penyakit hawar pelepah dapat mencapai 30%.
Cara pengendalian penyakit ini adalah dengan pengaturan jarak tanam,
pemupukan berimbang, serta aplikasi trichoderma. Pengendalian kimiawi
menggunakan fungisida berbahan aktif simoksanil, propamokarb hidroklorida,
asam fosfit, kasugamisin, atau dimetomorf dengan dosis/konsentrasi sesuai
petunjuk yang tertera di kemasan.
Penyakit busuk batang yang menyerang tanaman padi sawah adalah candawan
Helminthosporium sigmoideum. Penyakit busuk batang merupakan salah satu
penyakit utama tanaman padi di Indonesia. Penyakit ini selalu ditemukan di setiap
musim tanam mulai dari kategori infeksi ringan sampai sedang. Saat musim
hujan, lebih dari 60% tanaman padi di jalur pantura Jawa Barat mengalami
kerebahan akibat terinveksi cendawan H. Sigmoideum. Kerebahan menyebabkan
prosentase gabah hampa meningkat. Kehilangan hasil produksi akibat serangan
penyakit ini mencapai 25-30%. Busuk batang ditemukan lebih parah pada varietas
padi beranakan banyak, terutama ditanam di lokasi kahat kalium serta berdrainase
jelek.
Cara pengendaliannya adalah dengan pengaturan jarak tanam, pemupukan
berimbang, pengapuran lahan untuk mencapai pH ideal, serta pengeringan sawah
secara berkala. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif
propamokarb hidroklorida, simoksanil, difenokonazol, tebukonazol, atau
dimetomorf dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk yang tertera di kemasan.
Penyakit Blas
Cendawan = Jamur