Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

TB paru merupakan masalah global, menurut laporan WHO tahun 2004

menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002.

Sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut

regional WHO jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia Tenggara yaitu 33%

dari seluruh kasus TB di dunia, bila dilihat dari jumlah penduduk terdapat 182

kasus per 100.000 penduduk.1

Pada tahun 1995, program nasional penanggulangan TB mulai

menerapkan strategi DOTS dan dilaksanakan di Puskesmas secara bertahap.

Sejak tahun 2000 strategi DOTS dilaksanakan secara Nasional di seluruh UPK

terutama Puskesmas yang di integrasikan dalam pelayanan kesehatan dasar.

Fakta menunjukkan bahwa TB masih merupakan masalah utama kesehatan

masyarakat Indonesia, antara lain : 2

Indonesia merupakan negara dengan pasien TB terbanyak ke-3 di dunia

setelah India dan Cina. Diperkirakan jumlah pasien TB di Indonesia sekitar

10% dari total jumlah pasien TB didunia.

Tahun 1995, hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan

bahwa penyakit TB merupakan penyebab kematian nomor tiga (3) setelah

penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada semua

kelompok usia, dan nomor satu (1) dari golongan penyakit infeksi.

1
Hasil Survey Prevalensi TB di Indonesia tahun 2004 menunjukkan bahwa

angka prevalensi TB BTA positif secara Nasional 110 per 100.000 penduduk.

Secara Regional prevalensi TB BTA positif di Indonesia dikelompokkan

dalam 3 wilayah, yaitu: 1) wilayah Sumatera angka prevalensi TB adalah 160

per 100.000 penduduk; 2) wilayah Jawa dan Bali angka prevalensi TB adalah

110 per 100.000 penduduk; 3) wilayah Indonesia Timur angka prevalensi TB

adalah 210 per 100.000 penduduk. Khusus untuk propinsi DIY dan Bali angka

prevalensi TB adalah 68 per 100.000 penduduk. Mengacu pada hasil survey

prevalensi tahun 2004, diperkirakan penurunan insiden TB BTA positif secara

Nasional 3-4 % setiap tahunnya.

Sampai tahun 2005, program Penanggulangan TB dengan Strategi DOTS

menjangkau 98% Puskesmas, sementara rumah sakit dan BP4/RSP baru

sekitar 30%.

Indonesia sebagai negara ketiga terbesar di dunia dalam jumlah penderita

TB setelah India dan Cina, telah berkomitmen mencapai target dunia dalam

penanggulangan tuberkulosis. Strategi DOTS yang direkomendasikan oleh

WHO telah diimplementasikan dan diekspansi secara bertahap keseluruh unit

pelayanan kesehatan termasuk puskesmas dan institusi terkait. Berbagai

kemajuan telah dicapai, namun tantangan program di masa depan tidaklah

lebih ringan, meningkatnya kasus HIV dan MDR serta bervariasinya

komitmen akan menjadikan program yang saat ini sedang dilakukan ekspansi

akan menghadapi masalah dalam hal pencapaian target global, sebagaimana

tercantum pada Millenium Development Goals (MDG).2

2
Ditinjau dari sistem kesehatan nasional puskesmas merupakan pelayanan

kesehatan tingkat pertama dan bertanggungjawab menyelenggarakan upaya

kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Salah satu upaya

kesehatan wajib tersebut adalah upaya pencegahan dan pemberantasan

penyakit menular yang termasuk di dalamnya penyakit TB paru.3

Penanggulangan TB meliputi penemuan pasien dan pengobatan yang

dikelola dengan menggunakan strategi DOTS. Untuk menilai kemajuan atau

keberhasilan penanggulangan TB digunakan beberapa indikator. Salah satu

indikator tersebut adalah angka penemuan pasien baru TB BTA positif (Case

Detection Rate = CDR). Secara nasional CDR tahun 2010 triwulan I baru

mencapai 18.2%. Provinsi dengan CDR tertinggi adalah Sulawesi Utara

20,7% dan yang terendah adalah provinsi Lampung 3,2%. Sementara itu CDR

provinsi Sumatra barat baru mencapai 11,6%4. Di Puskesmas Ambacang

Kuranji pencapaian penemuan pasien baru BTA positif (CDR) tahun 2009

mencapai 38,67%. Sementara tahun 2010 pencapaian CDR tidak jauh berbeda

dari tahun sebelumnya yaitu 39%, yang tentunya masih jauh dari target yang

ditetapkan yaitu 70% 5. Untuk itu penulis merasa perlu membuat plan of

Action dalam upaya meningkatkan penemuan pasien baru BTA positif (Case

Detection Rate = CDR) di wilayah kerja Puskesmas Tanah Garam

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa yang menyebabkan rendahnya cakupan penemuan suspek TB di

wilayah kerja Puskesmas Tanah Garam?

3
b. Bagaimana cara pemecahan masalah dan alternatif pemecahan masalah

agar cakupan penemuan suspek TB di wilayah kerja Puskesmas Tabah

Garam dapat mencapai target yang ditetapkan Puskesmas Tanah Garam?

1.3 Tujuan

a. Menemukan penyebab utama rendahnya cakupan penemuan suspek TB di

wilayah kerja Puskesmas Tanah Garam.

b. Menemukan upaya pemecahan masalah dan alternatif pemecahan masalah

agar cakupan penemuan suspek TB di wilayah kerja Puskesmas Tanah

Garam dapat mencapai target yang ditetapkan Puskesmas Tanah Garam.

c. Menyusun Plan of Action dalam upaya peningkatan penemuan pasien baru

BTA positif (Case Detection Rate = CDR) di wilayah kerja Puskesmas

Tanah Garam.

1.4 Manfaat

Dalam penulisan Plan of Action ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi kepada pihak Puskesmas dalam melaksanakan upaya peningkatan

penemuan pasien baru BTA positif (Case Detection Rate = CDR) di wilayah

kerja Puskesmas Tanah Garam. Selain itu proses penulisan Plan of Action ini

dapat menjadi bahan pembelajaran dan menambah pengetahuan penulis dalam

menganalisa permasalahan dan memberikan solusi pada permasalahan yang

ditemui di Puskesmas Tanah Garam.

4
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS TANAH GARAM

2.1 Profil Puskesmas Tanah Garam

Puskesmas Tanah Garam berdiri tahun 1975, terletak di Kelurahan VI


Suku, Kec. Lubuk Sikarah. Rencana pembangunan awal Puskesmas Tanah Garam
adalah dikelurahan Tanah Garam, namun adanya tanah hibah dari masyarakat
kelurahan VI suku, maka di bangunlah Puskesmas di Kelurahan VI suku, tetapi
nama tetap Puskesmas Tanah Garam. Puskesmas Tanah Garam dibangun dengan
luas tanah 1010 m2.

Topografi KOTA Solok, yaitu sungai batang lembang, sungai batang


gawan dan sungai batang air binguang. Suhu udara berkisar dari 26,10C sampai
28,90C. Dilihat dari jenis tanah 21,76% tanah di Kota Solok merupakan tanah
sawah dan sisanya 78,24% berupa tanah kering.

Hasil registrasi pendududk Kota Solok tahun 2008 tercatat sebanyak


59.172 jiwa, terdiri atas 28.989 laki laki dan 30.173 perempuan, dengan sex
ratio sebesar 0,96. Ini berarti setiap 1.000 perempuan berbanding 960 laki-laki.
Dengan luas wilayah 5.764 km2, kepadatan penduduk Kota Solok adalah
sebanyak 1.026 jiwa/km2. Kecamatan Tanjung Harapan adalah kecamatan dengan
kepadatan penduduk tertinggi yaitu sebesar 1.223 jiwa/km2.

Batas wilayah Puskesmas Tanah Garam adalah Utara Kecamatan Nagari


Tanjuang Bingkuang, Aripan dan Kuncir Kabupaten Solok.

Untuk tingkat pendidikan yang paling besar adalah Universitas 9,68%,


SLTA 33,64%, SLTP 18,94% dan tamat SD/MI 15,78%, namun masih ada
16,68% penduduk tidak/ belum tamat SD.

Sementara itu, penduduk Kota Solok dihuni oleh suku Minang, Jawa,
Batak, tetapi yang lebih dominan adalah Minang. Upacara- upacara keagamaan di
Kota Solok masih ada, seperti acara tolak bala, adat dalam kematian, upacara adat
perkawinan Solok.

5
Semenjak berdirinya Puskesmas Tanah Garam dipimpin oleh beberapa
orang dokter yaitu: dr. Isra Miharti, dr. Tresnawati, dr. Yusneli, dr. Lovely Daisy,
dr. Elvi Fitraneti, dr. Mindasari, dr. Yuldawati, MKM, dr. Afdal.

PRESTASI YANG PERNAH DIRAIH

No. PIAGAM TAHUN


1. Piagam penghargaaan Gubernur atas prestasi dalam rangka 1988
Lomba Puskesmas Tingkat Prov. SUMBAR
2. Piagam penghargaan Menteri Kesehatan Republik Indonesia 1989
sebagai Puskesmas Berprestasi Terbaik No.II Tingkat
Prov.SUMBAR
3. Piagam penghargaan Gubernur atas prestasi sebagai 1989
Puskesmas Berprestasi Terbaik no.II Tingkat
Prov.SUMBAR
4. Piagam penghargaan Gubernur atas prestasi sebagai 1991
Puskesmas Berprestasi Terbaik tingkat Kota Solok
5. Piagam penghargaan Abdisatyabakti sebagai unit kerja 1998
pelayanan umum percontohan peringkat 1 dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan aparaturnya terhadap
masyarakat
6. Piagam penghargaan Gubernur SUMBAR kepada 2008
Puskesmas Tanah Garam yang telah mendapatkan peringkat
terbaik II dalam penilaian kinerja unit pelayanan publik
(dalam rangka citra pelayanan prima) tingkat
prov.SUMBAR
7. Piagam penghargaan Menteri Negara Pendayagunaan 2008
Aparatur Negara atas prestasinya dalam peningkatan
pelayanan publik di bidang pelayanan dan pemeliharaan
kesehatan masyarakat
8. Sertifikat ISO 9001:2008 dari SAI Global Jakarta 2013

6
2.2 Sarana dan Prasarana serta Keadaan Tenaga

2.2.1 Fasilitas Puskesmas

a. Gedung Puskesmas

1 buah gedung Puskesmas Tanah Garam yang terletak di kelurahan VI Suku


Kec.Lubuk Sikarah, Kota Solok.

b. Puskesmas Pembantu dan Poskeskel

Puskesmas Tanah Garam mempunyai 5 Puskesmas Pembantu dan 3 Poskeskel


yaitu :

1) Pustu Payo
2) Pustu Bandar Pandung
3) Pustu Gurun Bagan
4) Pustu Sawah Piai
5) Pustu Bancah
6) Poskeskel Tanah Garam
7) Poskeskel Gurun Bagan
8) Poskeskel Sinapa Piliang

c. Transportasi Puskesmas Tanah Garam berupa :

1) Kendaraan roda 4 : 2 unit

2) Kendaraan roda 2 : 21 unit

d. Keadaan Tenaga Puskesmas

No. JENIS TENAGA JUMLAH KETERANGAN


1 S2 Kesehatan Masyarakat 1
2 Dokter Umum 5
3 Dokter Gigi 1
4 Sarjana Kesehatan 3
Masyarakat

7
5 S1 Keperawatan 3
6 Dokter Spesialis Anak 1
7 D3 Bidan 22
8 D3 Kesling 1
9 D3 Gizi 3
10 D3 Labor 2
11 D3 Gigi 1
12 D3 Apikes 1
13 D3 Refraksi 1
14 D3 Fisioterapi 2
15 D3 Atem 1
16 D1 Kebidanan 5
17 Perawat SPK 2
18 Perawat Gigi 1
19 Asisten Apoteker 2
20 Analis Labor 1
21 SMF 2
22 D3 Perawat 19
23 Sopir 3
24 Petugas Jaga Malam 2
25 Kebersihan 3
26 Apoteker 1
JUMLAH 89

2.2.2 Sarana Pendukung di Luar Puskesmas

A. Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan yang ada di wilayah kerja puskesmas adalah ( PAUD, 4 taman
kanak-kanak, 2 SLB Autis, 13 Sekolah Dasar, 3 SLTP/MTsN, 4 SMU/SMK, 1
Akper.

B. Sarana Kesehatan

8
DATA SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANAH GARAM

TAHUN 2013

No. JENIS SARANA JUMLAH


1 Poliklinik Swasta 1
2 Bidang Praktek Swasta 10
3 Dokter Praktek Swasta 3
4 Apotik 1

2.3 Sasaran

2.3.1 Data Kependudukan

Jumlah Penduduk : 21942 orang

Jumlah Bulin : 415 orang

Jumlah Buteki : 396 orang

Jumlah Bayi : 4383 orang

Jumlah Anak Balita : 1206 orang

Jumlah PUS : 3628 pasangan

Jumlah Bumil : 458 orang

Jumlah WUS : 5114 orang

Jumlah Anak Remaja Sekolah: 3444 orang

2.3.2 Peran Serta Masyarakat

Jumlah Posyandu : 23 buah

Jumlah Kader Posyandu : 92 orang

9
Jumlah TOGA : 3 kelurahan

Jumlah POD :-

Jumlah Posyandu Lansia : 9 buah

Jumlah Kelompok Dana Sehat: -

Jumlah UKK :-

Jumlah KK Miskin : 644 KK

10
BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1.Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis complex. Mycobacterium tuberculosis
menyebabkan TBC dan merupakan patogen manusia yang sangat penting (Jawetz,
Melnick & Adfcerg, 2008).

2.2.Kuman Tuberkulosis

Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau sedikit


melengkung, tidak berspora, dan tidak berkapsul. Sebagian besar dinding kuman
terdiri atas lipid, kemudian peptidoglikan dan arabinomannan. Lipid inilah yang
membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga bakteri tahan
asam (BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman
dapat hidup dalam udara kering maupun dalam keadaan dingin, hal ini terjadi
karena kuman berada dalam sifat dormant. Sifat dormant inilah yang dapat
menyebabkan penyakit tuberkulosis menjadi aktif lagi (Bahar, 2003).

2.3. Cara Penularan

Sebagian besar basil Mycobacterium masuk ke dalam jaringan paru


melalui airborne infection). Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan
kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang
mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa
jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran
pernafasan. Setelah kuman TB masuk ke dalam tubuh manusia melalui
pernafasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh
lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau
penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya (Depkes, 2007).
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman

11
yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan
dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negative
(tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular.
Kemungkinan seseorang terinfeksi TBC ditentukan oleh konsentrasi droplet
dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

2.4. Resiko Penularan


Resiko penularan setiap tahun (Annual Risk of Tuberculosis
Infection=ARTI) di indonesia di anggap cukup tinggi dan bervariasi antara 1-3%.
Pada daerah denagn ARTI sebesar 1%, berarti setiap tahun di antara 1000
penduduk 10 orang akan terinfeksi. Sebagian besar dari oaring yang terinfeksi
tidak akan menjadi penderita TBC, hanya sekitar 10 % dari yang terinfeksi yang
akan menderita TBC. Dari keterangan tersebut, dapat diperkirakan bahwa daerah
dengan ARTI 1%, maka di antara 100.000 penduduk rata-rata akan terjadi 100
penderita tuberculosis setiap tahun, dimana 50 penderita adalah BTA positif.
Factor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita TBC
adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya karena gizi buruk atau
HIV/AIDS.

2.5.Riwayat Terjadinya Tuberkulosis


A. Infeksi Primer

Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan


kuman TBC. Droplet yang terhirup sangat keccil ukurannya, sehingga dapat
melewati ssistem pertahanan mukosilier bronkus, dan terus berjalan sehingga
sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC
berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru, yang
mengakibatkan peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan membawa
kuman TBC ke kelenjar Limfe di sekitar hilus paru, dan disebut sebagai
kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan
kompleks primer adalah sekitar 4-6 minggu.Adanya infeksi dapat dibuktikan
dengan terjadinya perubahan reaksi tuberculin dari negative menjadi positif.

12
Lanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang
masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). pada
umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan
perkembangan kuman TBC. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan
mentap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya
tahan tubuh tidak mampu menghrntikan pperkembangan kuman, akaibatnya
dalam beberapa bulan yang bersangkutan akan menjadi penderita TBC.

Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai tterinfeksi sampai


menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.

B. Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary TBC )

Tuberculosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau


tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena day tahan tubuh menurun
karena terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Cirri khas dari tuberculosis
pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau
efusi pleura.

2.6. Klasifikasi Tuberkulosis (TBC)

A. Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak
termasuk pleura (selaput paru)
1. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA), TB paru dibagi dalam:
a. Tuberkulosis paru BTA (+)
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil
BTA positif
Satu spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif + radiologi
menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.
Satu spesimen dahak menunjukan hasil BTA positif + biakan
positif
b. Tuberkulosis paru BTA (-)

13
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif +
gambaran klinik dan kelainan radiologik menunjukkan tuberkulosis
aktif
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif +
biakan M.tuberculosis positif

2. Berdasarkan tipe penderita


a. Kasus baru
Pasien yang belum pernah mendapat OAT atau menelan OAT
kurang dari satu bulan.
b. Kasus kembuh ( relaps )
Pasien pernah mendapat OAT dan telah dinyatakan sembuh atau
pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil
pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif.
Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi
dicurigai lesi aktif/perburukan dan terdapat gejala klinis maka harus
dipikirkan beberapa kemungkinan :
Lesi nontuberkulosis (pneumonia, bronkiektasis, jamur,
keganasan dll)
TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang
berkompeten menangani kasus tuberkulosis
c. Kasus defaulted atau drop out
Pasien yang telah menjalani pengobatan 1 bulan dan tidak
mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatan selesai.

d. Kasus gagal
Pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi
positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan)
atau akhir pengobatan.
e. Kasus kronik

14
Pasien dengan hasil pemeriksaan dahak BTA masih positif setelah
selesai pengobatan ulang kategori 2 dengan pengawasan yang baik.
f. Kasus bekas TB
Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada)
dan gambaran radiologik paru menunjukkan lesi TB tidak aktif
atau foto serial menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat
pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung.
Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah
mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto toraks
ulang tidak ada perubahan gambaran radiologi.

B. Tuberkulosis Ekstra Paru


Tuberkulosis ekstraparu adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh
lain selain paru, misalnya kelenjar getah bening, selaput otak, tulang, ginjal,
saluran kencing dan lain-lain.
Diagnosis sebaiknya didasarkan atas kultur positif atau patologi anatomi
dari tempat lesi. Untuk kasus-kasus yang tidak dapat dilakukan pengambilan
spesimen maka diperlukan bukti klinis yang kuat dan konsisten dengan TB
ekstraparu aktif.

2.7.Gejala-Gejala Tuberkulosis (TBC)


a. Gejala Utama

Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih.

b. Gejala Tambahan
Dahak bercampur darah
Batuk darah
Sesak nafas dan nyeri dada
Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa
kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa
kegiatan, demam meriang lebih dari 1 bulan.

15
Gejala-gejala seperti diatas di jumpai pada penyakit paru selain
tuberculosis. Oleh sebab itu setiap orang yang datang ke UPK dengan gejala
tersebut, harus di anggap sebagai seorang suspek tuberkulosiis atau tersangka
penderita TBC, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopik
langsung

2.8.Penemuan Penderita Tuberkulosis (TBC)


A. Penemuan Penderita tuberkulosis pada orang dewasa

Penemuan penderita TBC dilakukan secara pasif, artinya penjaringan


tersangka penderita dilaksanakan pada mereka yang datang berkunjung ke unit
pelayanan kesehatan.

Penemuan secara pasif tersebut didukung dengan penyuluhan secara aktif,


baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat, untuk meningkatkan cakupan
penemuan tersangka penderita. Cara ini biasa dikenal dengan sebutan passive
promotive case finding (penemuan penderita secara pasif dengan promosi yang
aktif).

Selain itu, semua kontak penderita TBC Paru BTA positif dengan gejala
sama, harus diperiksa dahaknya.

Seorang petugas keehatan diharapkan menemukan tersangka penderita sedini


mungkin. Mengingat tuberkulosis penyakit menular yang dapat mengakibatkan
kematian. Semua tersangka penderita harus diperiksa 3 spesimen dahak dalam
waktu 2 hari berturut-turut, yaitu sewaktu-pagi-sewaktu (SPS).

Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan suspek, diagnosis,


penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien.

Penemuan pasien merupakan langkah pertama dalam kegiatan program


penanggulangan TB. Penemuan dan penyembuhan pasien TB menular, secara
bermakna akan dapat menurunkan kesakitan dan kematian akibat TB, penularan
TB dimasyarakat dan sekaligus merupakan kegiatan pencegahan penularan TB
yang paling efektif di masyarakat.

16
Strategi penemuan

Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dengan promosi aktif.


Penjaringan tersangka pasien dilakukan di unit pelayanan kesehatan,
didukung dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan
maupun masyarakat., untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka
pasien TB.
Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB, terutama mereka yang BTA positif
dan pada keluarga anak yang menderita TB yang menunjukkan gejala sama,
harus diperiksa dahaknya.
Penemuan secara aktif dari rumah ke rumah, di anggap tidak cost efektif.

2.2 Penemuan Penderita Tubekulosis Pada Anak

Penemuan penderita Tuberkulosis pada anak merupakan hal yang sulit.


Sebagian besar diagnosis tuberkulosis anak didasarkan atas gambarana klinis,
gambaran radiologis, dan uji tuberkulin.

17
Alur Diagnosis TBC Paru

18
Indikasi pemeriksaan foto toraks

Pada sebagian besar TB paru, diagnosis terutama ditegakkan dengan

pemeriksaan dahak secara mikroskopis dan tidak memerlukan foto toraks. Namun

pada kondisi tertentu pemeriksaan foto toraks perlu dilakukan sesuai dengan

indikasi sebagai berikut:

Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini

pemeriksaan foto toraks dada diperlukan untuk mendukung diagnosis TB

paru BTA positif. (lihat bagan alur)

Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahak

SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negative dan tidak ada

perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT. (lihat bagan alur)

Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang

memerlukan penanganan khusus (seperti: pneumotorak, pleuritis

eksudativa, efusi perikarditis atau efusi pleural) dan pasien yang

mengalami hemoptisis berat (untuk menyingkirkan bronkiektasis atau

aspergiloma).

3. 5 Manajemen Laboratorium TB

Laboratorium tuberkulosis yang merupakan bagian dari pelayanan

laboratorium kesehatan mempunyai peran penting dalam Penanggulangan

Tuberkulosis berkaitan dengan kegiatan deteksi pasien TB Paru, pemantauan

keberhasilan pengobatan serta menetapkan hasil akhir pengobatan.

Diagnosis TB melalui pemeriksaan kultur atau biakan dahak merupakan

metode baku emas (gold standard). Namun, pemeriksaan kultur memerlukan

waktu lebih lama (paling cepat sekitar 6 minggu) dan mahal. Pemeriksaan 3

19
spesimen (SPS) dahak secara mikroskopis nilainya identik dengan pemeriksaan

dahak secara kultur atau biakan. Pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan

pemeriksaan yang paling efisien, mudah, murah, bersifat spesifik, sensitif dan

dapat dilaksanakan di semua unit laboratorium.

Gambar 3.2 Jejaring Laboratorium TB

Fungsi dan Peran Serta Tugas dan Tanggung Jawab Laboratorium TB

a. Laboratorium Mikroskopis TB UPK

1) Puskesmas Satelit (PS) dan UPK setara PS

20
a) Fungsi : Melakukan pengambilan dahak, pembuatan sediaan

dahak sampai fiksasi sediaan dahak untuk pemeriksaan TB.

b) Peran : Memastikan semua tersangka pasien dan pasien TB

dalam pengobatan diperiksa dahaknya sampai mendapatkan hasil

pembacaan.

c) Tugas : Mengambil dahak tersangka pasien TB, membuat

sediaan dan fiksasi sediaan dahak pasien untuk keperluan

diagnosis, dan untuk keperluan follow up pemeriksaan dahak dan

merujuknya ke PRM.

d) Tanggung jawab : Memastikan semua kegiatan laboratorium TB

berjalan sesuai prosedur tetap, termasuk mutu kegiatan dan

kelangsungan sarana yang diperlukan.

Catatan : Bilamana perlu, dalam upaya meningkatkan akses pelayanan

laboratorium kepada masyarakat, maka Puskesmas pembantu/Pustu dapat

diberdayakan untuk melakukan fiksasi, dengan syarat harus telah mendapat

pelatihan dalam hal pengambilan dahak, pembuatan sediaan dahak sampai fiksasi,

dan keamanan dan keselamatan kerja. Pembinaan mutu pelayanan lab di pustu

menjadi tanggung jawab PRM.

2) Puskesmas Rujukan Mikroskopis (PRM)/ Puskesmas Pelaksana

Mandiri (PPM) dan UPK setara PRM/PPM

a) Fungsi : Laboratorium rujukan dan atau pelaksana pemeriksaan

mikroskopis dahak untuk tuberkulosis.

21
b) Peran : Memastikan semua tersangka pasien dan pasien TB dalam

pengobatan diperiksa dahaknya sampai diperoleh hasil.

c) Tugas :

PPM : Mengambil dahak tersangka pasien TB untuk keperluan diagnosis

dan follow up, sampai diperoleh hasil.

PR : Menerima rujukan pemeriksaan sediaan dahak dari PS.

Mengambil dahak tersangka pasien TB yang berasal dari PRM setempat

untuk keperluan diagnosis dan follow up, sampai diperoleh hasil.

d) Tanggung jawab : Memastikan semua kegiatan laboratorium TB

berjalan sesuai prosedur tetap, termasuk mutu kegiatan dan kelangsungan

sarana yang diperlukan.

22

Anda mungkin juga menyukai