Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja adalah masa dimana mereka mencari identitas diri, pada masa ini orang tua

harus berperan aktif dalam hal menerapkan pola asuh yang baik bagi remaja, orang tua harus bisa

memahami psikologi remaja agar tidak terjadi salah pola asuh, karena hal ini akan berakibat

buruk pada saat remaja menginjak masa dewasa, anak akan menjadi nakal dan akan menjadi

pembangkang dalam keluarga.

Menjadi remaja berarti menjalani proses berat yang membutuhkan banyak penyesuaian dan

menimbulkan kecemasan. Lonjakan pertumbuhan badani dan pematangan organ-organ

reproduksi adalah salah satu masalah besar yang mereka hadapi. Perasaan seksual yang menguat

tak bisa tidak dialami oleh setiap remaja meskipun kadarnya berbeda satu dengan yang lain.

Begitu juga kemampuan untuk mengendalikannya. Ketika mereka harus berjuang mengenali sisi-

sisi diri yang mengalami perubahan fisik-psikis-sosial akibat pubertas, masyarakat justru

berupaya keras menyembunyikan segala hal tentang seks, meninggalkan remaja dengan berjuta

tanda tanya yang lalu lalang di kepala mereka.

Pandangan bahwa seks adalah tabu, yang telah sekian lama tertanam, membuat remaja

enggan berdiskusi tentang kesehatan reproduksi dengan orang lain. Yang lebih memprihatinkan,

mereka justru merasa paling tak nyaman bila harus membahas seksualitas dengan anggota

keluarganya sendiri.

Tak tersedianya informasi yang akurat dan benar tentang kesehatan reproduksi memaksa

remaja bergerilya mencari akses dan melakukan eksplorasi sendiri.Arus komunikasi dan
informasi mengalir deras menawarkan petualangan yang menantang.Majalah, buku, dan film

pornografi yang memaparkan kenikmatan hubungan seks tanpa mengajarkan tanggung jawab

yang harus disandang dan risiko yang harus dihadapi, menjadi acuan utama mereka. Mereka juga

melalap pelajaran seks dari internet, meski saat ini aktivitas situs pornografi baru sekitar 2-3%,

dan sudah muncul situs-situs pelindung dari pornografi .

Di Indonesia saat ini 62 juta remaja sedang bertumbuh di Tanah Air. Artinya, satu

1.2 Rumusan Masalah

Dalam makalah ini kami merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan pengertian abortus

2. Menjelaskan etiologi abortus

3. Menyebutkan klasifikasi abortus

4. Menjelaskan efek dan resiko abortus

5. Menjelaskan dampak dari abortus

6. Menjelaskan hukum aborsi menurut Undang-Undang

1.3 Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan dari pembuatan makalah tentang abortus adalah:

1. Untuk dapat mengerti tentang pengertian abortus

2. Untuk dapat mengerti penyebab terjadinya abortus

3. Untuk dapat menyebutkan kalsifikasi abortus

4. Untuk dapat mengerti efek dan resiko dari abortus

5. Untuk dapat mengerti dampak dari abortus

6. Untuk dapat memahami hukum aborsi menurut Undang-Unda


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pengertian Abortus

Keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsai sebelum janin dapat hidup di luar

kandungan.Di bawah ini dikemukakan beberapa definisi para ahli tentang abortus.

EASTMAN: abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus sanggup hidup

sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya terletak antara 400-

1000 gram, atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu.

JEFFCOAT: abortus adalah pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28 minggu,

yaitu fetus belum viable by law.

HOLMER: abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke 16, dimana proses

plasentasi belum selesai.

Aborsi adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) sebelum buah

kehamilan tersebut mampuuntuk hidup di luar kandungan/kehamilan yang tidak dikehendaki

atau diinginkan.Aborsi itu sendiri dibagi menjadi dua, yaitu aborsi spontan dan aborsi

buatan.Aborsi spontan adalah aborsi yang terjadi secara alami tanpa adanya upaya-upaya dari

luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut. Sedangkan aborsi buatan adalah yang terjadi

akibat adanya upaya-upaya tertentu untuk mengakhiri proses kehamilan.

Mengugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah aborsi berarti

pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup di

luar kandungan.
Ternyata MONRO melaporkan bahwa fetus dengan berat 397 gram dapat hidup terus,

jadi definisi tersebut di atas tidaklah mutlak. Sungguhpun bayi dengan BB 700-800 gram dapat

hidup, tapi hal ini dianggap sebagai suatu keajaiban, makin tinggi BB anak waktu lahir, maka

makin besar kemungkinannya untuk dapat hidup terus.

1.2 Etiologi Abortus

Faktor-faktor yang menyebabkan kematian fetus adalah faktor ovum sendiri, faktor ibu, dan

faktor bapak.

1. Kelainan Ovum

Menurut HERTIG dkk pertumbuhan abnormal dari fetus sering menyebabkan abortus

spontan. Menurut penyelidikan mereka, dari 1000 abortus spontan, maka 48,9% disebabkan

karena ovum yang patologis: 3,2% disebabkan oleh kelainan embrio, dan 9,6% disebabkan oleh

plasenta yang abnormal.

Pada ovum abnormal 6% diantaranya terdapat degenerasi hidatid vili.Abortus spontan

disebabkan oleh karena kelainan dari ovum berkurang kemungkinannyakalau kehamilan sudah

lebih dari satu bulan, artinya makin muda kehamilan saat terjadinya abortus makin besar

kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum (50-80%).

2. Kelainan Genetalia Ibu

Misalnya pada ibu yang menderita:

Anomali kongenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis, dan lain-lain)

Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata


Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang sudah dibuahi, seperti

kurangnya progesteron atau estrogen, endometritis, mioma submukosa

Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mola)

Distorsio uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis

3. Gangguan Sirkulasi Plasenta

Kita jumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis, hipertensi, toksemia gravidarum, anomali

plasenta, dan endarteritis oleh karena lues.

4. Penyakit-penyakit Ibu

Misalnya pada:

Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia, tifoid, pielitis, rubeola,

demam malta dan sebagainya. Kematian fetus dapat disebabkan karena toksin dari ibu atau

invasi kuman atau virus pada fetus.

Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol dan lain-lain

Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru berat, anemia gravis

Malnutrisi, avitaminosis dan gangguan metabolisme, hipotiroid, kekurangan vitamin A,C atau E,

diabetes melitus.

5. Antagonis Rhesus

Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus, sehingga terjadi

anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya fetus.

6. Terlalu cepatnya korpus luteum menjadi atrofis, atau faktor serviks, yaitu inkompetensi serviks,

servisitis.
7. Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi umpamanya: sangat terkejut,

obat-obat uterotonika, ketakutan, laparatomi dan lain-lain. Atau dapat juga karena trauma

langsung teehadap fetus: selaput janin rusak langsung karena instrumen, benda dan obat-obatan.

8. Penyakit Bapak: umur lanjut, penyakit kronis seperti: TBC, anemia, dekompesasis kordis,

malnutrisi, nefritis, sifilis, keracunan (alkohol, nikotin, Pb dan lain-lain) sinar rontgen,

avitaminosis.

1.3 Klasifikasi Abortus

Abortus dapat dibagi atas dua golongan:

a. Abortus Spontan

Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis ataupun medisinalis,

semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.

b. Abortus Provakatus (induced abortion)

Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat. Abortus ini

terbagi lagi menjadi:

v Abortus Medisinalis (abortus therapeutica)

Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat

membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2

sampai 3 tim dokter ahli.

v Abortus Kriminalis

Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak

berdasarkan indikasi medis.

Klinis Abortus Spontan

Dapat dibagi atas:


Abortus Kompletus (Keguguran lengkap): artinya seluruh hasil konsepsi dikeluarkan (desidua dan

fetus), sehingga rongga rahim kosong.

Terapi: hanya dengan uterotonika

Abortus inkompletus (keguguran bersisa): hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan,

yang tertinggal adalah desidua atau plasenta.

Gejala: didapati antara lain adalah amenorea, sakit perut, dan mulas-mulas; perdarahan yang bisa

sedikit atau banya; sudah keluar fetus atau jaringan. Pada pemeriksaan dalam untuk abortus yang

baru terjadi didapati serviks membuka, kadang kadang dapat diraba sisa- sisa jaringan dalam

kanalis sevikalis atau kavum uteri, serta uterus yang berukuran lebih kecil dari seharusnya.

Terapi : bila ada tanda- tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan tranfusi darah.

Kemudian keluarkan jaringan secepat mungkin dengan metode digital dan kuretase. Setelah itu

beri obat-obat uterotonika dan antibiotika.

Abortus Insipiens (keguguran sedang berlangsung) :adalah abortus yang sedang berlangsung,

dengan ostium sudah terbuka dan ketuban yang teraba. Kehamilan tidak dapat dipertahankan

lagi.

Terapi : seperti abortus inkompletus.

Abortus Iminens (keguguran membakat) :keguguran memebakat dan akan terjadi. Dalam hali ini

keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal dan

antispasmodika serta istirahat.

Abortus Abortion : adalahkeadaan dimana janin sudah mati, tetap berada dalam rahim dan tidak

dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih.

Gejala :dijumpai amenorea; perdarahan sedikit-sedikit yang berulang pada permulaannya,selama

observasi fundus tidak bertambah tinggi, malahan tambah rendah.


Terapi :berikan obat dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus dan desidua dapat

dikeluarkan, kalau tidak berhasil lakukan dilatasi dan kuratase.

Abortus Habitualis (keguguran berulang) :adalah keadaan dimana penderita mengalami keguguran

berturut- turut 3 kali atau lebih. Kalau seseorang penderita telah mengalami 2 kali abortus

berturu- turut maka optimisme untuk kehamilam berikutnya berjalan normal adalah sekitar 63%.

Abortus Infeksiosus dan Abortus Septik : abortus infeksiosus adalah keguguran yang disertai

infeksi genital. Abortus septik adalah keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman

atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritoneum.

1.4 Efek dan Resiko Abortus

a. Efek abortus

Pada kasus abortus terdapat beberapa efek. Efek abortus dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Efek Jangka Pendek

Rasa sakit yang intens

Terjadinya kebocoran uterus

Perdarahan yang banyak

Infeksi

Bagian bayi yang tertinggal di dalam

Shock/koma

Merusak organ tubuh lain

Kematian

2. Efek Jangka Panjang

Tidak dapat hamil kembali


Keguguran kandungan

Kehamilan tubal

Kelahiran Prematur

Gejala peradangan di bagian pelvis

Hysterectom

b. Resiko Abortus

Abortus memiliki risiko penderitaan yang berkepanjangan terhadap kesehatan maupun

keselamatan hidup seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa seseorang yang melakukan

aborsi ia tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang. Resiko kesehatan terhadap

wanita yang melakukan aborsi berisiko kesehatan dan keselamatan secara fisik dan gangguan

psikologis. Risiko kesehatan dan keselamatan fisik yang akan dihadapi seorang wanita pada saat

melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi adalah ;

Kematian mendadak karena perdarahan hebat

Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal

Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan

Rahim yang sobek (Uterine Perforation)

Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak

berikutnya.

Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita).

Kanker indung telur (Ovarian Cancer).

Kanker leher rahim (Cervical Cancer).

Kanker hati (Liver Cancer).


Kelainan pada ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya

dan pendarahan hebat pada kehamilan berikutnya.

Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi ( Ectopic Pregnancy).

Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).

Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)

2.5 Dampak Abortus

1. Timbul luka-luka dan infeksi-infeksi pada dinding alat kelamin dan merusak organ-organ di

dekatnya seperti kandung kencing atau usus.

2. Robek mulut rahim sebelah dalam (satu otot lingkar). Hal ini dapat terjadi karena mulut rahim

sebelah dalam bukan saja sempit dan perasa sifatnya, tetapi juga kalau tersentuh, maka ia

menguncup kuat-kuat. Kalau dicoba untuk memasukinya dengan kekerasan maka otot tersebut

akan menjadi robek.

3. Dinding rahim bisa tembus, karena alat-alat yang dimasukkan ke dalam rahim.

4. Terjadi pendarahan. Biasanya pendarahan itu berhenti sebentar, tetapi beberapa hari kemudian/

beberapa minggu timbul kembali. Menstruasi tidak normal lagi selama sisa produk kehamilan

belum dikeluarkan dan bahkan sisa itu dapat berubah menjadi kanker.

2.6 Hukum Abortus Menurut Undang- Undang

Beberapa pasal yang mengatur abortus provocatus dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana

(KUHP) :

Pasal 229

1. Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya supaya diobati,

dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karenapengobatan itu hamilnya dapat
digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak

tiga ribu rupiah.

2. Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan

tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat,

pidananya dapat ditambah sepertiga.

3. Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencarian maka dapat

dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.

Pasal 314

Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau

tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam, karena membunuh

anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

Pasal 342

Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa

akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa

anaknya, diancam, karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana

penjara paling lama sembilan tahun.

Pasal 343

Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi orang lain yang turut serta

melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan rencana.

Pasal 346

Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh

orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

Pasal 347
1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa

persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling

lama lima belas tahun.

Pasal 348

1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita dengan

persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.

2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling

lama tujuh tahun.

Pasal 349

Jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut pasal 346,

ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam

pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan

sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.

Pasal 535

Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu sarana untuk menggugurkan

kandungan, maupun secara terang-terangan atau tanpa diminta menawarkan, ataupun secara

terang-terangn atau dengan menyiarkan tulisan tanpa diminta, menunjuk sebagai bisa didapat,

sarana atau perantaraan yang demikian itu, diancam dengan kurungan paling lama tiga bulan atau

denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.


BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Aborsi secara umum dibagi atas aborsi spontan & aborsi provokatus (buatan). Aborsi

provokatus (buatan) secara aspek hukum dapat golongkan menjadi dua, yaitu aborsi provokatus

terapetikus (buatan legal) & aborsi provokatus kriminalis (buatan ilegal). Dalam perundang-

undangan Indonesia, pengaturan tentang aborsi terdapat dalam dua undang-undang yaitu KUHP

& UU Kesehatan. Dalam KUHP & UU Kesehatan diatur ancaman hukuman melakukan aborsi

(pengguguran kandungan, tidak disebutkan soal jenis aborsinya), sedangkan aborsi buatan legal

(terapetikus atau medisinalis), diatur dalam UU Kesehatan.

Jika seorang wanita yang tengah mengandung mengalami kesulitan saat melahirkan,

ketika janinnya telah berusia enam bulan lebih, lalu wanita tersebut melakukan operasi sesar.

Penghentian kehamilan seperti ini hukumnya boleh, karena operasi tersebut merupakan proses

kelahiran secara tidak alami. Tujuannya untuk menyelamatkan nyawa ibu dan janinnya

sekaligus. Hanya saja, minimal usia kandungannya enam bulan. Aktivitas medis seperti ini tidak

masuk dalam kategori aborsi; lebih tepat disebut proses pengeluaran janin (melahirkan) yang

tidak alami.

3.2 KRITIK DAN SARAN

Dalam pembuat makalah kami tidak lepas dari kesalahan dan demi kesempurnaan

makalah kami mengharap kritik dan saran agar pembuatan makalah selanjutnya kami bisa lebih

baik dan cermat.


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Abortus provocatus adalah istilah Latin yang secara resmi dipakai dalam kalangan
kedokteran dan hukum. Maksudnya adalah dengan sengaja mengakhiri kehidupan kandungan
dalam rahim seseorang perempuan hamil. Karena itu abortus provocatus harus dibedakan
dengan abortus spontaneus, dimana kandungan seorang perempuan hamil dengan spontan
gugur. Jadi perlu dibedakan antara abortus yang disengaja dan abortus spontan.

Secara medis abortus dimengerti sebagai penghentian kehamilan selama janin belum viable,
belum dapat hidup mandiri di luar rahim, artinya sampai kira-kira 24 minggu atau sampai
awal trimester ketiga.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui macam-macam
abortus, efek samping/risiko, penatalaksanaan pasca abortus, diagnostik serta teknik
pengeluaran abortus.

BAB II

PEMBAHASAN

A. ABORTUS

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.

Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan.
Berdasarkan variasi berbagai batasan yang ada tentang usia / berat lahir janin viable (yang
mampu hidup di luar kandungan), akhirnya ditentukan suatu batasan abortus sebagai
pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 g atau usia kehamilan 20 minggu.
(terakhir, WHO/FIGO 1998 : 22 minggu)

Etiologi

Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu :

Kelaianan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada kehamilan


sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah

a. Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X

b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna

c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau atau alkohol.

Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun

Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis

Kelainan traktus genetalia seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester
kedua) retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.

Patogenesis

Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti nekrosis jaringan sekitar
yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian
uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.

Pada kehamilan kurang dari 6 minggu, villi kotaris belum menembus desidua secara dalam,
jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu,
penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan
banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu
daripada plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong
amnion atau benda kecil yang tak jelas bentuknya (lighted ovum) janin lahir mati, janin
masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.

Manifetasi Klinis

Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.


Pada pemeriksaan fisik : Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan
darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal
atau meningkat.

Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi

Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat
kontraksi uterus

Pemeriksaan ginekologi :

a. Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada / tidak jaringan hasil konsepsi,


tercium/tidak bau busuk dari vulva

b. Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup,
ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan atau jaringan berbau busuk
dario ostium.

c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan
dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak
nyeri saat porsio dogoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum Douglasi,
tidak menonjol dan tidak nyeri.

Pemeriksaan Penunjang

Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 3 minggu setelah abortus
Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion

Komplikasi

Perdarahan, perforasi, syok dan infeksi


Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan
pembekuan darah.

B. JENIS JENIS ABORTUS

Diagnosis

Berdasarkan keadaan janin yang sudah dikeluarkan, abortus dibagi atas :

1. Abortus iminens, perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa
ada tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat.

2. Abortus insipiens, bila perdarahan diikuuti dengan dilatasi serviks.

3. Abortus inkomplit, bila sudah sebagian jaringan janin dikeluarkan dari uterus. Bila abortus
inkomplit disertai infeksi genetalia disebut abortus infeksiosa

4. Abortus komplit, bila seluruh jaringan janin sudah keluar dari uterus

5. Missed abortion, kematian janin sebelum 20 minggu, tetapi tidak dikeluarkan selama 8
minggu atau lebih.

Proses abortus dapat berlangsung spontan (suatu peristiwa patologis), atau artifisial /
terapeutik (suatu peristiwa untuk penatalaksanaan masalah / komplikasi).

Abortus spontan diduga disebabkan oleh :


- kelainan kromosom (sebagian besar kasus)
- infeksi (chlamydia, mycoplasma dsb)
- gangguan endokrin (hipotiroidisme, diabetes mellitus)
- oksidan (rokok, alkohol, radiasi dan toksin)
Proses Abortus dapat dibagi atas 4 tahap : abortus imminens, abortus insipiens, abortus
inkomplet dan abortus komplet.

1. Abortus Iminens

Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, di mana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya
dilatasi serviks. Ciri : perdarahan pervaginam, dengan atau tanpa disertai kontraksi,
serviks masih tertutup Jika janin masih hidup, umumnya dapat bertahan bahkan sampai
kehamilan aterm dan lahir normal. Jika terjadi kematian janin, dalam waktu singkat dapat
terjadi abortus spontan. Penentuan kehidupan janin dilakukan ideal dengan
ultrasonografi, dilihat gerakan denyut jantung janin dan gerakan janin. Jika sarana
terbatas, pada usia di atas 12-16 minggu denyut jantung janin dicoba didengarkan dengan
alat Doppler atau Laennec. Keadaan janin sebaiknya segera ditentukan, karena
mempengaruhi rencana penatalaksanaan / tindakan.

Penatalaksanaan

Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik berkurang.

Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap
empat jam bila pasien panas

Tes kehamilan dapat dilakuka. Bila hasil negatif mungkin janin sudah mati.
Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.

Berikan obat penenang, biasanya fenobarbiotal 3 x 30 mg, Berikan preparat hematinik


misalnya sulfas ferosus 600 1.000 mg

Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C

Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah
infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.
2. Abortus Insipiens

Abortus insipiens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil
konsepsi masih berada di dalam uterus.
Ciri : perdarahan pervaginam, dengan kontraksi makin lama makin kuat makin sering,
serviks terbuka.

Penatalaksanaan :

Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan
selama 36 jam dengan diberikan morfin

Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan, tangani
dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul
dengan kerokan memakai kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuskular.

Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam deksrtose
5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus sampai
terjadi abortus komplit.

Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta
secara manual.

3. Abortus Inkomplit

Abortus inkompletus adalah peristiwa pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada


kehamilan sebelum 20 minggu, dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
Ciri : perdarahan yang banyak, disertai kontraksi, serviks terbuka, sebagian jaringan
keluar.
Penatalaksanaan :

Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis atau ringer
laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah
Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan ergometrin 0,2
mg intramuskular

Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta
secara manual.

Berikan antibiotik untuk mencegah infeks

4. Abortus Komplit
Abortus kompletus adalah terjadinya pengeluaran lengkap seluruh jaringan konsepsi
sebelum usia kehamilan 20 minggu.
Ciri : perdarahan pervaginam, kontraksi uterus, ostium serviks sudah menutup, ada keluar
jaringan, tidak ada sisa dalam uterus.
Diagnosis komplet ditegakkan bila jaringan yang keluar juga diperiksa kelengkapannya.

Penatalaksanaan :

Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3 5 hari

Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfusi darah

Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi

Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral.

5. Abortus Abortion
Kematian janin dan nekrosis jaringan konsepsi tanpa ada pengeluaran selama lebih dari 4
minggu atau lebih (beberapa buku : 8 minggu ?).
Biasanya didahului tanda dan gejala abortus imminens yang kemudian menghilang
spontan atau menghilang setelah pengobatan.

Penatalaksaan :

Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam ovum
lalu dengan kuret tajam
Bila kadar finrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar sesaat sebelum atau
ketika mengeluarkan konsepsi

Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks dengan gagang
laminaria selama 12 jam lalu dilakukan dilatasi serviks dengan dalatator Hegar
kemudian hasil konsepsi diambil dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.

Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan dietilstilbestrol 3 x 5 mg lalu infus


oksitosin 10 IU dalam dektrose 5% sebanyak 500 ml mulai 20 tetes per menit dan
naikkan dosis sampai ada kontraksi uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 100 IU
dalam 8 jam. Bila tidak berhasil, ulang infus oksitosin setelah pasien istirahat satu
hari.

Bila fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan menyuntik
larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding perut.

6. Abortus Septik

Sepsis akibat tindakan abortus yang terinfeksi (misalnya dilakukan oleh dukun atau
awam). Bahaya terbesar adalah kematian ibu.
Abortus septik harus dirujuk kerumah sakit

Penanggulangan infeksi :

a. Obat pilihn pertama : penisilin prokain 800.000 IU intramuskular tiap 12 jam


ditambah kloramfenikol 1 gr peroral selanjutnya 500 mg peroral tiap 6 jam
b. Obat pilihan kedua : ampisilin 1 g peroral selanjutnya 500 g tiap 4 jam ditambah
metronidazol 5000 mg tiap 6 jam

c. Obat pilihan lainnya : ampisilin dan kloramfenikol, penisilin, dan metronidazol,


ampisilin dan gentamisin, penisilin dan gentamisin.

Tingkatkan asupan cairan

Bila perdarahan banyak , lakukan transfusi darah


Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotik atau lebih cepat lagi bila
terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan dari uterus.

7. Abortus terapeutik

Dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu, atas pertimbangan / indikasi
kesehatan wanita di mana bila kehamilan itu dilanjutkan akan membahayakan dirinya,
misalnya pada wanita dengan penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal, korban
perkosaan (masalah
psikis). Dapat juga
atas pertimbangan /
indikasi kelainan
janin yang berat.

Pada pasien yang


menolak dirujuk beri
pengobatan sama
dengan yang
diberikan pada pasien yang hendak dirujuk, selama 10 hari :

Di rumah sakit :

Rawat pasien di ruangan khusus untuk kasus infeksi

Berikan antibiotik intravena, penisilin 10-20 juta IU dan streptomisin 2 g

Infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat disesuaikan kebutuhan cairan

Pantau ketat keadaan umum, tekanan darah , denyut nadi dan suhu badan

Oksigenasi bila diperlukan, kecepatan 6 8 liter per menit

Pasang kateter Folley untuk memantau produksi urin


Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, hematokrit, golongan darah serta reaksi
silang, analisi gas darah, kultur darah, dan tes resistensi.

Apabila kondisi pasien sudah membaik dan stabil, segera lakukan pengangkatan sumber
infeksi

Abortus septik dapat mengalami komplikasi menjadi syok septik yang tanda-tandanya
ialah panas tinggi atau hipotermi, bradikardi, ikterus, kesadaran menurun, tekanan
darah menurun dan sesak nafas

PRINSIP
Perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 12 minggu
1. JANGAN LANGSUNG DILAKUKAN KURETASE

2. Tentukan dulu, janin mati


atau hidup. Jika
memungkinkan,periksa dengan USG

3. Jangan terpengaruh hanya pemeriksaan B-HCG yang positif, karena meskipun janin
sudah mati, B-HCG mungkin masih tinggi, bisa bertahan sampai 2 bulan setelah
kematian janin.

C. DIAGNOSTIK

1. Anamnesis : perdarahan, haid terakhir, pola siklus haid, ada tidak gejala / keluhan lain, cari
faktor risiko / predisposisi. Riwayat penyakit umum dan riwayat obstetri / ginekologi.

2. Prinsip : wanita usia reproduktif dengan perdarahan per vaginam abnormal HARUS selalu
dipertimbangkan kemungkinan adanya kehamilan.

3. Pemeriksaan fisis umum : keadaan umum, tanda vital, sistematik. JIKA keadaan umum
buruk lakukan resusitasi dan stabilisasi segera !
4. Pemeriksaan ginekologi : ada tidaknya tanda akut abdomen. Jika memungkinkan, cari
sumber perdarahan : apakah dari dinding vagina, atau dari jaringan serviks, atau darah
mengalir keluar dari ostium ?

5. Jika diperlukan, ambil darah / cairan / jaringan untuk pemeriksaan penunjang (ambil
sediaan SEBELUM pemeriksaan vaginal touche)

6. Pemeriksaan vaginal touche : hati-hati. Bimanual tentukan besar dan letak uterus.
Tentukan juga apakah satu jari pemeriksa dapat dimasukkan ke dalam ostium dengan
MUDAH / lunak, atau tidak (melihat ada tidaknya dilatasi serviks). Jangan dipaksa.
Adneksa dan parametrium diperiksa, ada tidaknya massa atau tanda akut lainnya.

D. TEKNIK PENGELUARAN SISA ABORTUS

Pengeluaran jaringan pada abortus : setelah serviks terbuka (primer maupun dengan dilatasi),
jaringan konsepsi dapat dikeluarkan secara manual, dilanjutkan dengan kuretase.

1. Sondage, menentukan posisi dan ukuran uterus.

2. Masukkan tang abortus sepanjang besar uterus, buka dan putar 90o untuk melepaskan
jaringan, kemudian tutup dan keluarkan jaringan tersebut.

3. Sisa abortus dikeluarkan dengan kuret tumpul, gunakan sendok terbesar yang bisa masuk.

4. Pastikan sisa konsepsi telah keluar semua denganeksplorasi jari maupun kuret

Pertimbangan

Kehamilan usia lebih dari


12 minggu sebaiknya
diselesaikan dengan prostaglandin (misoprostol intravaginal) atau infus oksitosin dosis tinggi
(20-50 U/drip).
Kini dengan alat hisap dan kanul plastik dapat dikeluarkan jaringan konsepsi dengan trauma
minimal, terutama misalnya pada kasus abortus mola.
Jaringan konsepsi dikirim untuk pemeriksaan patologi anatomi, agar dapat diidentifikasi
kelainan villi. Bahaya / komplikasi yang dapat terjadi pasca mola adalah keganasan (penyakit
trofoblastik gestasional ganas / PTG).

Faktor risiko / predisposisi yang (diduga) berhubungan dengan terjadinya abortus


1. Usia ibu yang lanjut
2. Riwayat obstetri / ginekologi yang kurang baik
3. Riwayat infertilitas
4. Adanya kelainan / penyakit yang menyertai kehamilan (misalnya diabetes, penyakit gh
Imunologi sistemik dsb).
5. berbagai macam infeksi (variola, CMV, toxoplasma, dsb)
6. paparan dengan berbagai macam zat kimia (rokok, obat2an, alkohol, radiasi, dsb)
7. trauma abdomen / pelvis pada trimester pertama
8. kelainan kromosom (trisomi / monosomi)
Dari aspek biologi molekular, kelainan kromosom ternyata paling sering dan paling jelas
berhubungan dengan terjadinya abortus.

Penatalaksanaan pasca abortus


Pemeriksaan lanjut untuk mencari penyebab abortus. Perhatikan juga involusi uterus dan
kadar B-hCG 1-2 bulan kemudian.
Pasien dianjurkan jangan hamil dulu selama 3 bulan kemudian (jika perlu, anjurkan
pemakaian kontrasepsi kondom atau pil).

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan makalah diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :


1. Abortus hanya dipraktikkan dalam klinik atau fasilitas kesehatan yang ditunjuk oleh
pemerintah dan organisaso-organisasi profesi medis.

2. Aborsi hanya dilakukan oleh tenaga profesional yang terdaftar dan memperoleh izin untuk
itu, yaitu dokter spesialis kebidanan dan genekologi atau dokter umum yang mempunyai
kualifikasi untuk itu.

3. Aborsi hanya boleh dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu (untuk usia
diatas 12 minggu bila terdapat indikasi medis).

4. Harus disediakan konseling bagi perempuan sebelum dan sesudah abortus.

5. Harus ditetapkan tarif baku yang terjangkau oleh segala lapisan masyarakat.

B. Saran

Abortus hendaknya dilakukan jika benar-benar terpaksa karena bagaimanapun didalam


kehamilan berlaku kewajiban untuk menghormati kehidupan manusia dan abortus hendaknya
dilakukan oleh tenaga profesional yang terdaftar.

DAFTAR PUSTAKA

Arif Manjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri, Wahyu Ika Wardhani, Wiwiek
Setiowulan, Kapita Selekta Kedokteran, Fakultas Kedokteran UI, Media Aesculapius, Jakarta :
2002

K. Bertens, Aborsi sebagai Masalah Etika PT. Gramedia, Jakarta : 2003

Sarwono, Pengantar Ilmu Kandungan, 1991, Yayasan Pustaka.

Sarwono. Pengantar Ilmu Acuan Nasional, 2002 Yayasan Pustaka

Internet, Catatan Kuliah Obstetri dan Ginekologi Plus buat ko-as FKUI

Anda mungkin juga menyukai