HIPERTENSI EMERGENSI
oleh
dr. Rani Meidawati
Pembimbing:
dr. Siti Nur Rokhmah
Mengetahui :
Pembimbing Internship
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 55 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Klego
Tanggal masuk : 21 Oktober 2013
B. Anamnesis
Autoanamnesis dengan penderita dilakukan tanggal 21 Oktober 2013
1. Keluhan Utama : pusing
2. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Lokasi : kepala
b. Onset : perlahan semakin memberat
c. Kualitas : kepala terasa berat
d. Kuantitas : hilang timbul
e. Faktor memperberat : saat beraktivitas
f. Faktor memperingan : istirahat
g. Gejala penyerta : pandangan kabur, batuk, gelisah
h. Kronologis :
Satu hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh pusing
yang semakin berat. Selain itu, pasien juga mengeluh leher cengeng,
pandangan kabur, batuk, dan tampak gelisah. Pasien mengaku pusing
bertambah bila sedang banyak masalah. Pusing bertambah bila
beraktivitas dan berkurang bila pasien tiduran. Oleh puskesmas, pasien
segera dirujuk ke RSUD Simo. Di ruang IGD, tekanan darah pasien
210/100 mmHg. Buang air besar lancar 1-2 x sehari masing-masing 2-3
gelas belimbing, berbentuk, tidak ada lendir dan darah. Buang air kecil
lancar 5-6 x sehari masing-masing 1-2 gelas belimbing, warna kuning
jernih.
Tiga hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh nyeri
kepala. Keluhan dirasakan semakin memberat saat pasien beraktivitas.
Nyeri kepala dirasakan berkurang bila istirahat. Selain itu, pasien juga
mengeluh pandangan kabur dan batuk. Pasien dibawa ke dokter terdekat
oleh keluarga. Di tempat praktik dokter, tekanan darah pasien 180/100
mmHg. Pasien disuntik obat dan diberi resep obat minum oleh dokter.
Keluhan berkurang setelah diberi obat oleh dokter. Menurut
keluarganya, pasien tidak minum obat secara teratur. Pasien biasa
minum obat bila terdapat keluhan pusing. Pasien biasa minum captopril.
Buang air besar lancar 1-2 x sehari masing-masing 2-3 gelas belimbing,
berbentuk, tidak ada lendir dan darah. Buang air kecil lancar 5-6 x
sehari masing-masing 1-2 gelas belimbing, warna kuning jernih.
C. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pada tanggal 21 Oktober 2013
Keadaan Umum : lemah, tampak gelisah
Kesadaran : komposmentis
BB/TB : 58 kg/155 cm
Status gizi : 24,16 (normoweight)
Tanda Vital
- TD : 210/100 mmHg
- Nadi :
Frekuensi : 124 x/menit
Irama : reguler
Isi : cukup
Tegangan : sedang
- Frekuensi napas : 20 x/menit
- Suhu : 36,8C
Kulit : ikterik (-), pucat (-), pteki (-), sianosis (-)
Turgor : normal
Tonus : normotonus
Kepala : mesosefal, rambut rontok (-)
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
isokor (+/+), edema palpebra (-/-), pandangan kabur
(+/+)
Telinga : discharge (-/-), nyeri (-/-).
Hidung : nafas cuping hidung (-), mukosa hiperemis (-)
Tenggorokan : tonsil T1-1 hiperemis (-), faring hiperemis (-)
Mulut : sianosis (-),bibir pucat (-), bibir kering (-), gigi geligi
(+),mukosa hiperemis (-), lidah deviasi (-)
Leher : simetris, deviasi trakea (-) pembesaran kelenjar limfe
(-), pembesaran tyroid (-), kaku kuduk (-), leher
cengeng (+)
Thorax : bentuk normochest, simetris, pengembangan dada
kanan sama dengan kiri, retraksi interkostal (-),
spider nevi (-), ginekomastia (-), pernafasan
torakoabdominal, sela iga melebar (-), pembesaran
kelenjar getah bening axilla (-/-)
Paru-paru
Depan
Inspeksi Statis : normochest, simetris, sela iga melebar (-),
retraksi (-)
Dinamis : pengembangan dada kanan sama dengan
pengembangan dada kiri, sela iga melebar (-), retraksi
intercostal (-)
Palpasi Statis : simetris
Dinamis : pergerakan dada kanan sama dengan
pergerakan dada kiri, tidak ada yang tertinggal, penanjakan
dada kanan sama dengan penanjakan dada kiri , fremitus
raba kanan sama dengan fremitus raba kiri
Perkusi Sonor / sonor
Auskultasi Kanan : suara dasar vesikuler intensitas normal, suara
tambahan wheezing (-/-), ronki basah kasar (-/-), ronki
basah halus basal paru (-/-), krepitasi (-/-)
Kiri : suara dasar vesikuler intensitas normal, suara
tambahan wheezing (-/-), ronki basah kasar (-/-), ronki
basah halus basal paru (-/-), krepitasi (-/-)
Belakang
Inspeksi Statis : normochest, simetris, sela iga melebar
kanan dan kiri (-), iga mendatar (-)
Dinamis : pengembangan dada simetris kanan sama
dengan kiri, sela iga melebar kanan dan
kiri (-), retraksi interkostal kanan dan
kiri (-)
Palpasi Statis : dada kanan dan kiri simetris, sela iga
melebar , kanan dan kiri (-), retraksi
interkostal kanan dan kiri (-), gerakan
tertinggal kanan dan kiri (-)
Dinamis : pergerakan kanan sama dengan kiri,
simetris, fremitus raba kanan sama dengan
fremitus raba kiri, penanjakan dada kanan
sama dengan kiri
Perkusi Sonor/ sonor
Auskultasi Kanan : suara dasar vesikuler normal, wheezing kanan dan
kiri (-), ronki basah kasar kanan dan kiri (-/-),
ronki basah halus di basal paru kanan dan kiri (-/-),
krepitasi kanan dan kiri (-)
Kiri : suara dasar vesikuler intensitas normal, wheezing
kanan dan kiri (-), ronki basah kasar kanan dan kiri
(-), ronki basah halus di basal paru kanan dan kiri (-
/-), krepitasi kanan dan kiri (-)
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak, pulsasi epigastrium (-), pulsasi
prekordial (-), pulsasi parasternal (-)
Palpasi : iktus kordis teraba di SIC V 2 cm medial linea
midklavikularis sinistra
Perkusi : batas jantung kanan atas: SIC II linea sternalis dextra
batas jantung kanan bawah SIC IV linea sternalis dextra
batas jantung kiri atas: SIC II linea sternalis sinistra
batas jantung kiri bawah: SIC V 2 cm medial linea mid
klavikularis sinistra
Kesan: konfigurasi jantung kesan tidak melebar.
Auskultasi : bunyi jantung I-II murni, intensitas normal, reguler, bising
(-), gallop (-).
Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dinding thoraks, distended (-),
venektasi (-), sikatrik (-), stria (-), caput medusae (-)
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Perkusi : timpani, pekak sisi (-), pekak alih (-), undulasi (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien kesan tidak
membesar
Ekstremitas : Superior Inferior
Sianosis -/- -/-
Eritema palmaris -/-
Akral dingin -/- -/-
Edema -/- -/-
Clubing finger -/- -/-
Capillary Refill < 2 detik < 2 detik
Kekuatan 5/5 5/5
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium Tanggal 21 Oktober 2013
21/8/2013 Satuan Harga Normal
Hb 13,5 g/dl 12,3-15,3
AE 4,24 x 106l 4,5-5,9
Hct 39,3 % 35-47
AL 10,2 x 103/l 4,0-11,3
AT 205 x 103l 150-400
Hitung Jenis
Eosinofil % 0-4
Basofil % 0-2
Netrofil % 55-80
Limfosit 11,7 % 22-44
Monosit 1,4 % 0-7
Retikulosit % 0,5-1,5
Kimia Klinik
GDS 116 mg/dl 60-140
E. Data Abnormalitas
1. Data Anamnesis
a. Pusing
b. Pandangan kabur
c. Leher cengeng
d. Batuk
e. Gelisah
2. Data Pemeriksaan Fisik
a. TD 210/100 mmHg
b. Keadaan umum tampak lemas dan gelisah
c. Pandangan kabur
F. Analisis Masalah
Dari anamnesis didapatkan adanya keluhan pusing, pandangan kedua
mata kabur, leher cengeng, dan pasien tampak gelisah sedangkan pada
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 210/100 mmHg. Dari data
tersebut pasien dapat didiagnosis hipertensi emergensi.
Hipertensi emergensi adalah kenaikan tekanan darah mendadak
ditandai tekanan darah sistolik > 180 mmHg dan atau tekanan diastolik >120
mmHg yang disertai kerusakan organ target yang progresif. Keadaan ini
memerlukan penatalaksanaan segera untuk menurunkan tekanan darah dalam
waktu menit/jam. Kerusakan target organ dapat meliputi gangguan pada
sistem saraf, mata, ginjal, kardiovaskular, dan obstetri.
G. Daftar Masalah
Hipertensi emergensi
A. Definisi
The Seventh Report Join National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7)
memasukkan krisis hipertensi dalam hipertensi dengan keadaan khusus.
Krisis hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik (TDS) lebih dari
180 mmHg dan tekanan darah diastolik (TDD) lebih dari 120 mmHg secara
mendadak dengan atau tanpa disertai kerusakan target organ.1 Menurut
Perhimpunan Hipertensi Indonesia (InaSH), krisis hipertensi adalah suatu
keadaan peningkatan tekanan darah yang mendadak (sistolik >180 mmHg
dan atau diastolik >120 mmHg), pada penderita hipertensi yang
membutuhkan penanggulangan segera.2
B. Epidemiologi
Dari setiap penderita hipertensi dapat timbul krisis hipertensi di mana
tekanan darah diastolik meningkat sampai 120-130 mmHg yang
membutuhkan tatalaksana segera. Menurut beberapa laporan, angka kejadian
krisis hipertensi di negara maju 2-7% dari populasi penderita hipertensi.
Krisis hipertensi banyak terjadi pada usia 40-60 tahun dengan pengobatan
yang tidak teratur selama 2-10 tahun.3 Pasien dengan krisis hipertensi dapat
disertai kerusakan organ seperti infark serebral (24,5%), ensefalopati (16-
30%), perdarahan intraserebral atau subarachnoid (4,5%), gagal jantung akut
dengan edema paru (36,8%), miokard infark akut atau angina tidak stabil
(12%), diseksi aorta (2%), eklampsia (4-5%), dan ginjal (1%).2
D. Faktor Risiko
Keadaan-keadaan berikut berisiko terjadi krisis hipertensi2:
1. Penderita hipertensi yang tidak meminum obat atau meminum obat
antihipertensi tidak teratur
2. Kehamilan
3. Pengguna NAPZA
4. Penderita dengan rangsangan simpatis yang tinggi seperti luka bakar
berat, feokromositoma, penyakit kolagen, penyakit vascular, atau
trauma kepala
5. Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal
E. Diagnosis
Krisis hipertensi dapat didiagnosis dari anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang.
1.
Anamnesis2,3,4
Anamnesis harus dilakukan secara cermat, meliputi riwayat hipertensi
(lama dan beratnya), obat antihipertensi yang dikonsumsi dan
kepatuhannya, usia pasien, gejala gangguan pada target organ (saraf,
ginjal, kardiovaskular, mata).
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan kecurigaan organ target yang
terkena berdasarkan data yang diperoleh saat anamnesis. Pengukuran
tekanan darah dilakukan pada kedua lengan. Palpasi denyut nadi
dilakukan pada keempat ekstremitas sedangkan auskultasi untuk
mendengar ada tidaknya bruit pembuluh darah besar, bising jantung,
dan ronki paru.
3. Pemeriksaan penunjang2,3
a. Pemeriksaan awal
Darah rutin, ureum, kreatinin, gula darah sewaktu, elektrolit,
urinalisis, dan EKG.
b. Pemeriksaan lanjutan
CT scan kepala, ekokardiografi, USG.