Anda di halaman 1dari 7

KODE ETIK AUDITOR INTERN PEMERINTAH INDONESIA

Sesuai dengan Undang-Undang No 40 Tahun 2010, tentang Jabatan Fungsional Pegawai


Negeri Sipil, disebutkan bahwa jabatan fungsional memiliki etika profesi. AAIPI (2014, 1)
mendefinisikan etika profesi sebagai norma-norma atau kaidah-kaidah yang ditetapkan oleh
disiplin ilmu pengetahuan dan organisasi profesi yang harus dipatuhi oleh pejabat
fungsional.. Etika profesi tersebut ditetapkan oleh organsasi profesi. Dalam kaitannya
dengan audit intern pemerintah, organisasi profesi yang menetapkan kode etik bagi auditor
intern pemerintah adalah Asosiasi Auditor Intern Pemerintah (AAIPI). Fungsi Kode Etik
Auditor Intern Pemerintah (KE-AIPI) adalah sebagai pedoman pelaksanaan dan evaluasi bagi
auditor intern pemerintah dalam menjalankan tugasnya.
Komite Kode Etik sebagai bagian dari AAIPI, dalam keputusannya nomor KEP-
005/AAIPI/DPN/2014 menetapkan KE-AIPI. Kode etik tersebut terbagi dalam delapan poin,
yakni Prinsip Etika, Aturan Perilaku Umum, Aturan Perilaku Auditor Intern Pemerintah Dalam
Organisasi, Hubungan Sesama Auditor, Hubungan Auditor dengan Auditan, Larangan,
Pelanggaran, dan Pengecualian.
A. Prinsip Etika
Prinsip etika meliputi hal-hal berikut.
1. Integritas
AAIPI (2014, 3) mendifinisikan integritas sebagai mutu, sifat, atau keadaan yang
menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang

memancarkan kewibawaan dan kejujuran.

2. Objektivitas
Menurut AAIPI (2014, 3) objektivitas adalah sikap jujur yang tidak dipengaruhi pendapat
dan pertimbangan pribadi atau golongan dalam mengambil putusan atau tindakan.
3. Kerahasiaan
Kerahasiaan didefinisikan sebagai sifat sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang agar
tidak diceritakan kepada orang lain yang tidak berwenang mengetahuinya (AAIPI 2014, 4).
4. Kompetensi
Definisi kompetensi menurut AAIPI (2014,4) adalah kemampuan dan karakteristik yang
dimiliki oleh seseorang, berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang diperlukan
dalam pelaksanaan tugas jabatannya.
5. Akuntabel
Akuntabel adalah kemampuan untuk menyampaikan pertanggungjawaban atau untuk
menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang kepada pihak yang memiliki hak
atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban (AAIPI 2014, 4).
6. Perilaku profesional
Perilaku profesional menurut AAIPI (2014, 4) adalah tindak tanduk yang merupakan ciri,
mutu, dan kualitas suatu profesi atau orang yang profesional di mana memerlukan kepandaian
khusus untuk menjalankannya.
B. Aturan Perilaku
Aturan perilaku berisi perwujudan dan contoh pelaksanaan dari prinsip etika di atas.
Penerapan prinsip integritas misalnya dengan berlaku jujur, menaati hukum, dan tidak
menerima gratifikasi. Objektivitas dilaksanakan dengan menghindari konflik kepentingan dan
mengungkapkan fakta-fakta yang material. Prinsip Kompetensi meliputi pemberian layanan
sesuai dengan keahlian dan terus-menerus meningkatkan keahlian, efektivitas, dan kualitas
tugasnya. Prinsip akuntabel diterapkan dengan menyampaikan pertanggungjawaban kepada
pihak yang memili hak/kewenangan. Dan yang terakhir, prinsip perilaku profesional
diwujudkan dengan tidak terlibat dalam aktivitas ilegal dan tidak mengambil alih fungsi
auditan dalam tugas konsultasi.
C. Aturan Perilaku dalam Organisasi
Bagian ini pada intinya mewajibkan auditor intern pemerintah dalam pelaksanaan
tugasnya untuk bertindak sesuai peraturan perundang-undangan, visi, misi, tujuan, dan sasaran
organisasi. Auditor intern pemerintah juga wajib menjaga kesetiaan kepada organisasi.
D. Hubungan Sesama Auditor
Dengan sesama auditor, auditor intern pemerintah wajib menggalang kerjasama yang
sehat, sinergis, saling membimbing dan mengoreksi.
E. Hubungan Auditor dengan Auditan
Hubungan dengan auditan harus dijaga dengan menjaga performance, saling menghargai
dan mendukung dalam penyelesaian tugas, serta menghindari hal-hal yang melanggar hukum.
F. Larangan
Dalam KEP-005/AAIPI/DPN/2014 diatur larangan auditor intern pemerintah, yakni:
1. Melakukan pengawasan di luar lingkup surat tugas
2. Menggunakan data/informasi rahasia untuk kepentingan pribadi atau golongan
3. Menerima pemberian dari auditan yang dapat mempengaruhi keputusannya
4. Berafiliasi dengan partai politik.
G. Pelanggaran
Pelanggaran KE-AIPI ditangani oleh Komite Kode Etik yang selanjutnya dilaporkan
kepada pimpinan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). Pimpinan APIP kemudian
melaporkan kepada pimpinan organisasi. Penegakan KE-AIPI dilakukan dengan membentuk
Majelis Kode Etik yang bersifat temporer. Majelis Kode Etik beranggotakan sekurang-
kurangnya lima orang. Satu orang sebagai ketua, satu orang sebagai sekretaris, dan 3 orang
lainnya sebagai anggota. Pangkat dan jabatan anggota Majelis Kode Etik tidak boleh lebih
rendah dari pangkat dan jabatan auditor yang melakukan pelanggaran KE-AIPI tersebut.
Keputusan Majelis Kode Etik bersifat final dan tidak dapat diajukan keberatan atasnya.
H. Sanksi atas Pelanggaran
Pelanggaran KE-AIPI dapat dibagi dalam tiga kategori, yakni Pelanggaran Ringan,
Pelanggaran Sedang, dan Pelanggaran Berat. Sanksi oleh Komite Kode Etik, antara lain
berupa: teguran tertulis, usulan pemberhentian dari tim pengawasan, dan tidak diberi
penugasan pengawasan selama jangka waktu tertentu.

STANDAR AUDITOR INTERN PEMERINTAH INDONESIA

Dalam KEP- 005/AAIPUDPN/2014 Standar Audit Intern Pemerintah terbagi dalam tiga
bagian, yakni Standar Umum, Standar Pelaksanaan Audit, dan Standar Komunikasi Audit.
Berikut adalah kutipan ketiga standar tersebut.
A. Standar Umum
2000. Kompetensi dan Kecermatan Profesional
Penugasan audit intern harus dilakukan dengan kompetensi dan kecermatan profesional.
2010. Kompetensi Auditor
Auditor harus mempunyai pendidikan, pengetahuan, keahlian dan keterampilan,
pengalaman, serta kompetensi lain yang diperlukan untuk melaksanakan tanggung jawabnya.
2011. Latar Belakang Pendidikan Auditor
Auditor harus mempunyai tingkat pendidikan formal yang diperlukan.
2012. Kompetensi Standar
Kompetensi standar yang harus dimiliki oleh auditor adalah kompetensi umum,
kompetensi teknis audit intern, dan kompetensi kumulatif.
2013. Sertifikasi Jabatan serta Pendidikan dan Pelatihan Berkelanjutan Auditor harus
mempunyai sertifikasi jabatan fungsional auditor (JFA) dan/atau sertifikasi lain di
bidang pengawasan intern pemerintah, dan mengikuti pendidikan dan pelatihan
profesional berkelanjutan (continuing professional education).
2014. Penggunaan Tenaga Ahli
Pimpinan APIP dapat menggunakan tenaga ahli apabila Auditor tidak mempunyai
keahlian yang diharapkan untuk melaksanakan penugasan audit intern.
2020. Kecermatan Profesional Auditor
Auditor harus menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama (due
professional care) dan secara hati-hati (prudent) dalam setiap penugasan audit intern.
2100. Kewajiban Auditor
2110. Mengikuti Standar Audit
Auditor harus mengikuti Standar Audit dalam segala pekerjaan audit intern yang dianggap
material.
2120. Meningkatkan Kompetensi
Auditor wajib meningkatkan pengetahuan, keahlian dan keterampilan, serta kompetensi
lain melalui Pendidikan dan Pelatihan Profesional Berkelanjutan (Continuing Professional
Education) guna menjamin kompetensi yang dimiliki sesuai dengan kebutuhan APIP dan
perkembangan lingkungan pengawasan.
2200. Program Pengembangan dan Penjaminan Kualitas
Pimpinan APIP harus merancang, mengembangkan, dan menjaga program pengembangan
dan penjaminan kualitas yang meliputi semua aspek kegiatan audit intern.

B. Standar Pelaksanaan Audit Intern


3000. Mengelola Kegiatan Audit Intern
Pimpinan APIP harus mengelola kegiatan audit intern secara efektif untuk memastikan
bahwa kegiatan audit intern memberikan nilai tambah bagi auditi.
4040 Menyusun Rencana dan Kegiatan Audit Intern
Pimpinan APIP harus menyusun rencana strategis dan rencana kegiatan audit intern
tahunan dengan prioritas pada kegiatan yang mempunyai risiko terbesar dan selaras dengan
tujuan APIP. Pimpinan APIP wajib menyusun rencana strategis lima tahunan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Pimpinan APIP wajib menyusun rencana kegiatan audit intern
tahunan dengan mengacu pada rencana strategis lima tahunan yang telah ditetapkan.
3020. Mengomunikasikan dan Meminta Persetujuan Rencana Kegiatan Audit Intern Tahunan
Pimpinan APIP harus mengomunikasikan dan meminta persetujuan rencana kegiatan audit
intern tahunan kepada pimpinan kementerian/lembaga/pemerintah daerah.
3030. Mengelola Sumber Daya
Pimpinan APIP harus mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara
ekonomis, efisien, dan efektif, serta memprioritaskan alokasi sumber daya tersebut pada
kegiatan yang mempunyai risiko besar.
3040. Menetapkan Kebijakan dan Prosedur
Pimpinan APIP harus menyusun kebijakan dan prosedur untuk mengarahkan kegiatan
audit intern.
3050. Melakukan Koordinasi
Pimpinan APIP harus melakukan koordinasi dengan, dan membagi informasi kepada,
auditor eksternal dan/atau auditor lainnya.
3060. Menyampaikan Laporan Berkala
Pimpinan APIP harus menyusun dan menyampaikan laporan secara berkala tentang
realisasi kinerja dan kegiatan audit intern yang dilaksanakan APIP.
3070. Menindaklanjuti Pengaduan dari Masyarakat
3100. Sifat Kerja Kegiatan Audit Intern
Kegiatan Audit Intern harus dapat mengevaluasi dan memberikan kontribusi pada
perbaikan tata kelola sektor publik, manajemen risiko, dan pengendalian intern dengan
menggunakan pendekatan sistematis dan disiplin.
3110. Tata Kelola Sektor Publik
Kegiatan audit intern harus dapat mengevaluasi dan memberikan rekomendasi yang sesuai
untuk meningkatkan proses tata kelola sektor publik.
3120. Manajemen Risiko
Kegiatan audit intern harus dapat mengevaluasi efektivitas dan berkontribusi terhadap
perbaikan proses manajemen risiko.
3130. Pengendalian Intern Pemerintah
Kegiatan audit intern harus dapat membantu auditi dalam mempertahankan dan
memperbaiki pengendalian yang efektif dengan mengevaluasi efektivitas dan efisiensi serta
dengan mendorong perbaikan terus-menerus.
3200. Perencanaan Penugasan Audit Intern
Auditor harus mengembangkan dan mendokumentasikan rencana untuk setiap penugasan,
termasuk tujuan, ruang lingkup, waktu, dan alokasi sumber daya penugasan.
3210. Pertimbangan dalam Perencanaan
Dalam merencanakan penugasan audit intern, Auditor harus mempertimbangkan berbagai
hal, termasuk sistem pengendalian intern dan ketidakpatuhan auditi terhadap peraturan
perundang-undangan, kecurangan, dan ketidakpatutan (abuse).
3220. Pentapan Sasaran, Ruang Lingkup, Metodologi, dan Alokasi Sumber Daya
Dalam membuat rencana penugasan audit intern, Auditor harus menetapkan sasaran, ruang
lingkup, metodologi, dan alokasi sumber daya.
3230. Program Kerja Penugasan
Auditor harus mengembangkan dan mendokumentasikan program kerja penugasan untuk
mencapai tujuan penugasan.
3240. Evaluasi terhadap Sistem Pengendalian Internal
Auditor harus memahami rancangan sistem pengendalian intern dan menguji
penerapannya serta memberikan rekomendasi yang diperlukan.
3250. Evaluasi atas Ketidakpatuhan Auditi terhadap Peraturan Perundang-undangan,
Kecurangan, Ketidakpatuhan (Abuse)
Auditor harus merancang audit internnya untuk mendeteksi adanya ketidakpatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan, kecurangan, dan ketidakpatutan (abuse).
3300. Pelaksanaan Penugasan Audit Intern
Auditor harus mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mendokumentasikan
informasi yang memadai untuk mencapai tujuan penugasan audit intern.
3310. Mengidentifikasi Informasi
3320. Menganalisis dan Mengevaluasi Informasi
3330. Mendokumentasikan Informasi
Auditor harus menyiapkan dan menatausahakan pendokumentasian informasi audit intern
dalam bentuk kertas kerja audit intern. Informasi harus didokumentasikan dan disimpan secara
tertib dan sistematis agar dapat secara efektif diambil kembali, dirujuk, dan dianalisis.
3340. Supervisi Penugasan

C. Standar Komunikasi Audit Intern


4000. Komunikasi Hasil Penugasan Audit Intern
4010. Kriteria Komunikasi Hasil Penugasan Audit Intern
Komunikasi hasil penugasan audit intern harus mencakup sasaran dan ruang lingkup
penugasan audit intern serta kesimpulan yang berlaku, rekomendasi, dan rencana aksi.
4011. Komunikasi dan Kelemahan Sistem Pengendalian Intern
4012. Komunikasi atas Ketidakpatuhan Auditi terhadap Peraturan Perundang-undangan,
Kecurangan, dan Ketidakpatutan (Abuse)
4020. Kualitas Informasi
Komunikasi hasil penugasan audit intern harus tepat waktu, lengkap, akurat, objektif,
meyakinkan, konstruktif, jelas, serta ringkas dan singkat.
4030. Metodologi, Bentuk, Isi, dan Frekuensi Komunikasi
Komunikasi audit harus dibuat secara tertulis berupa laporan dan harus segera, yaitu pada
kesempatan pertama setelah berakhirnya pelaksanaan audit.
4040. Tanggapan Auditi
Auditor harus meminta tanggapan/pendapat auditi terhadap kesimpulan, fakta, dan
rekomendasi termasuk tindakan perbaikan yang direncanakan, secara tertulis dari pejabat auditi
yang bertanggung jawab.
4050. Keseuaian dengan Standar Audit
4060. Pendiristribusian Hasil Audit Intern
4100. Pemantauan Tindak Lanjut
Auditor harus memantau dan mendorong tindak lanjut atas simpulan, fakta, dan
rekomendasi audit.

Anda mungkin juga menyukai