2. Objektivitas
Menurut AAIPI (2014, 3) objektivitas adalah sikap jujur yang tidak dipengaruhi pendapat
dan pertimbangan pribadi atau golongan dalam mengambil putusan atau tindakan.
3. Kerahasiaan
Kerahasiaan didefinisikan sebagai sifat sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang agar
tidak diceritakan kepada orang lain yang tidak berwenang mengetahuinya (AAIPI 2014, 4).
4. Kompetensi
Definisi kompetensi menurut AAIPI (2014,4) adalah kemampuan dan karakteristik yang
dimiliki oleh seseorang, berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang diperlukan
dalam pelaksanaan tugas jabatannya.
5. Akuntabel
Akuntabel adalah kemampuan untuk menyampaikan pertanggungjawaban atau untuk
menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang kepada pihak yang memiliki hak
atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban (AAIPI 2014, 4).
6. Perilaku profesional
Perilaku profesional menurut AAIPI (2014, 4) adalah tindak tanduk yang merupakan ciri,
mutu, dan kualitas suatu profesi atau orang yang profesional di mana memerlukan kepandaian
khusus untuk menjalankannya.
B. Aturan Perilaku
Aturan perilaku berisi perwujudan dan contoh pelaksanaan dari prinsip etika di atas.
Penerapan prinsip integritas misalnya dengan berlaku jujur, menaati hukum, dan tidak
menerima gratifikasi. Objektivitas dilaksanakan dengan menghindari konflik kepentingan dan
mengungkapkan fakta-fakta yang material. Prinsip Kompetensi meliputi pemberian layanan
sesuai dengan keahlian dan terus-menerus meningkatkan keahlian, efektivitas, dan kualitas
tugasnya. Prinsip akuntabel diterapkan dengan menyampaikan pertanggungjawaban kepada
pihak yang memili hak/kewenangan. Dan yang terakhir, prinsip perilaku profesional
diwujudkan dengan tidak terlibat dalam aktivitas ilegal dan tidak mengambil alih fungsi
auditan dalam tugas konsultasi.
C. Aturan Perilaku dalam Organisasi
Bagian ini pada intinya mewajibkan auditor intern pemerintah dalam pelaksanaan
tugasnya untuk bertindak sesuai peraturan perundang-undangan, visi, misi, tujuan, dan sasaran
organisasi. Auditor intern pemerintah juga wajib menjaga kesetiaan kepada organisasi.
D. Hubungan Sesama Auditor
Dengan sesama auditor, auditor intern pemerintah wajib menggalang kerjasama yang
sehat, sinergis, saling membimbing dan mengoreksi.
E. Hubungan Auditor dengan Auditan
Hubungan dengan auditan harus dijaga dengan menjaga performance, saling menghargai
dan mendukung dalam penyelesaian tugas, serta menghindari hal-hal yang melanggar hukum.
F. Larangan
Dalam KEP-005/AAIPI/DPN/2014 diatur larangan auditor intern pemerintah, yakni:
1. Melakukan pengawasan di luar lingkup surat tugas
2. Menggunakan data/informasi rahasia untuk kepentingan pribadi atau golongan
3. Menerima pemberian dari auditan yang dapat mempengaruhi keputusannya
4. Berafiliasi dengan partai politik.
G. Pelanggaran
Pelanggaran KE-AIPI ditangani oleh Komite Kode Etik yang selanjutnya dilaporkan
kepada pimpinan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). Pimpinan APIP kemudian
melaporkan kepada pimpinan organisasi. Penegakan KE-AIPI dilakukan dengan membentuk
Majelis Kode Etik yang bersifat temporer. Majelis Kode Etik beranggotakan sekurang-
kurangnya lima orang. Satu orang sebagai ketua, satu orang sebagai sekretaris, dan 3 orang
lainnya sebagai anggota. Pangkat dan jabatan anggota Majelis Kode Etik tidak boleh lebih
rendah dari pangkat dan jabatan auditor yang melakukan pelanggaran KE-AIPI tersebut.
Keputusan Majelis Kode Etik bersifat final dan tidak dapat diajukan keberatan atasnya.
H. Sanksi atas Pelanggaran
Pelanggaran KE-AIPI dapat dibagi dalam tiga kategori, yakni Pelanggaran Ringan,
Pelanggaran Sedang, dan Pelanggaran Berat. Sanksi oleh Komite Kode Etik, antara lain
berupa: teguran tertulis, usulan pemberhentian dari tim pengawasan, dan tidak diberi
penugasan pengawasan selama jangka waktu tertentu.
Dalam KEP- 005/AAIPUDPN/2014 Standar Audit Intern Pemerintah terbagi dalam tiga
bagian, yakni Standar Umum, Standar Pelaksanaan Audit, dan Standar Komunikasi Audit.
Berikut adalah kutipan ketiga standar tersebut.
A. Standar Umum
2000. Kompetensi dan Kecermatan Profesional
Penugasan audit intern harus dilakukan dengan kompetensi dan kecermatan profesional.
2010. Kompetensi Auditor
Auditor harus mempunyai pendidikan, pengetahuan, keahlian dan keterampilan,
pengalaman, serta kompetensi lain yang diperlukan untuk melaksanakan tanggung jawabnya.
2011. Latar Belakang Pendidikan Auditor
Auditor harus mempunyai tingkat pendidikan formal yang diperlukan.
2012. Kompetensi Standar
Kompetensi standar yang harus dimiliki oleh auditor adalah kompetensi umum,
kompetensi teknis audit intern, dan kompetensi kumulatif.
2013. Sertifikasi Jabatan serta Pendidikan dan Pelatihan Berkelanjutan Auditor harus
mempunyai sertifikasi jabatan fungsional auditor (JFA) dan/atau sertifikasi lain di
bidang pengawasan intern pemerintah, dan mengikuti pendidikan dan pelatihan
profesional berkelanjutan (continuing professional education).
2014. Penggunaan Tenaga Ahli
Pimpinan APIP dapat menggunakan tenaga ahli apabila Auditor tidak mempunyai
keahlian yang diharapkan untuk melaksanakan penugasan audit intern.
2020. Kecermatan Profesional Auditor
Auditor harus menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama (due
professional care) dan secara hati-hati (prudent) dalam setiap penugasan audit intern.
2100. Kewajiban Auditor
2110. Mengikuti Standar Audit
Auditor harus mengikuti Standar Audit dalam segala pekerjaan audit intern yang dianggap
material.
2120. Meningkatkan Kompetensi
Auditor wajib meningkatkan pengetahuan, keahlian dan keterampilan, serta kompetensi
lain melalui Pendidikan dan Pelatihan Profesional Berkelanjutan (Continuing Professional
Education) guna menjamin kompetensi yang dimiliki sesuai dengan kebutuhan APIP dan
perkembangan lingkungan pengawasan.
2200. Program Pengembangan dan Penjaminan Kualitas
Pimpinan APIP harus merancang, mengembangkan, dan menjaga program pengembangan
dan penjaminan kualitas yang meliputi semua aspek kegiatan audit intern.