Anda di halaman 1dari 4

ABSTRAK

Telah dilakukan penentuan komposisi ion kompleks. Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah
mempelajari cara penentuan komposisi senyawa kompleks ion logam (III) salisilat menggunakan metoda JOB.
Pada percobaan ini, penentuan komposisi ion kompleks dilakukan dengan metoda JOB atau metoda variasi
kontinyu. Dalam metoda variasi kontinyu, larutan kation dan ligan dicampur sesuai dengan komposisi yang di
inginkan dengan volume total yang sama. Kemudian absorbansi dari tiap komposisi larutan diukur pada panjang
gelombang maksimum. Besarnya absorbansi pada panjang gelombang maksimum dari semua larutan tersebut
diplotkan dalam grafik. Dari grafik yang diperoleh ini maka didapatkan besarnya X maksyang kemudian
digunakan untuk menghitung n (jumlah ion asa dalam senyawa kompleks terbentuk. Pada percobaan ini
dilakukan variasi terhadap fraksi mol ligan yaitu asam salisilat. Variasi fraksi mol yang digunakan adalah 0,1;
0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6; 0,7; 0,8; dan 0,9. Absorbansi maksimum pada larutan campuran Cr 3+ dan asam salisilat
pada panjang gelombang 530 nm sebesar 0,335. Kompleks yang terbentuk adalah [Cr(asa)9]3+.

PENDAHULUAN

1. Senyawa Kompleks
Senyawa kompleks adalah senyawa yang terdiri dari satu atom pusat atau lebih yang menerima sumbangan
pasangan electron dari atom lain, gugus atom penyumbang electron ini disebut ligan (pudyaatmaka, 2001). Satu
ion (molekul) kompleks terdiri dari satu atom pusat dengan sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom pusat.
Atom pusat ditandai dengn bilangan koordinasi. Suatu angka bulat yang ditunjukkan dengan ligan monodentat
yang dapat membentuk kompleks stabil dengan atom pusat (Vogel, 1989). Kemampuan ion kompleks
melakukan reaksi yang menghasilkan pergantian satu atau lebih ligan dalam lingkungan koordinasinya oleh
yang lain disebut kelabilan. Kompleks inert adalah yang reaksi pergantian ligannya cukup lambat. Denngan cara
memasukkan bersama-sama zat pereaksi di dalam wadah (Cotton, 1989).
2. Spektrofotometer UV-Vis
Spektrofotometer adalah alat yang terdiri atas spectrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar
dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat untuk mengukur intensitas energy
cahaya yang ditransmisikan atau diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energy secara
relative jika energy tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang
gelombang. Sinar ultraviolet dan sinar tampak memberikan energy yang cukup untuk terjadinya transisi
elektronik. Dengan demikian, spectra uv-visible disebut spectra elektronik. Keadaan energy yang paling rendah
disebut dengan keadaan dasar (ground state). Transisi-transisi elektronik akan meningkatkan energy molekuler
dari keadaan dasar ke satu atau ion lebih tingkat energy tereksitasi. Penentuan kadar secara spektrofotometri
sinar tampak dilakukan dengan mengukur absorbansi maksimum. Apabila senyawa fisik tidak berwarna maka
senyawa diubah dulu menjadi senyawa berwarna melalui reaksi kimia dan absorbansi ditentukan dalam daerah
sinar tampak (khopkar, 1990).
3. Metoda Job
Variasi kontiyu merupakan suatu cabang ilmu kimia yang sangan penting karena dapat menentukan dan
melakukan suatu proses perubahan-perubahan secara fisika maupun kimia yang dapat kita amati melalui variasi
kontiyu. Metoda variasi kontinyu yang dikemukakan oleh Job dapat menimbulkan kondisi optimum
pembentukan dan konstanta kestabilan senyawa kompleks yang mengandung konsentrasi ion logam maupun
konsentrasi ligan divariasikan. Metoda job dilakukan dengan pengamatan terhadap kuantitas molar pereaksi
yang berubah-ubah. Namun molar totalnya sama. Sifat fisika (massa, volume, suhu, dava serap) diperiksa dan
perubahannya digunakan untuk meramal stoikiometri system. Dari grafik aluran sifat fisik terhadap kuantitas
pereaksi, akan diperoleh titik maksimal atau minimal yang sesuai dengan titik stoikiometri system yang
menyatakan perbandingan pereaksi dalam senyawa (Ewine, 1985).
Senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk melalui ikatan
koordinasi (ikatan kovalen koordinasi) antara ion/atom pusat dengan ligan (gugus
pelindung). Senyawa kompleks pertama kali ditemukan oleh Tassert (1798), yaitu
CoCl3.6NH3. Senyawa tersebut dianggap aneh karena terbentuk oleh 2 senyawa
stabil yang masing-masing valensinya sudah jenuh. Hal ini baru bisa dipahami
setelah waktu berlalu sekitar 100 tahun
Warna pada senyawa kompleks disebabkan oleh terjadinya perpindahan elektron
pada orbital d, yaitu dari orbital yang tingkat energinya lebih rendah ke orbital yang
tingkat energinya lebih tinggi ; misalnya dari t 2g ke eg (pada kompleks oktahedral)
atau dari eg ke t2g (pada kompleks tetrahedral). Perpindahan elektron tersebut
dimungkinkan karena hanya memerlukan sedikit energi, yaitu bagian dari sinar
tampak (pada panjang gelombang tertentu). Warna yang muncul sebagai warna
senyawa kompleks tersebut adalah warna komplemen dari warna yang diserap
dalam proses eksitasi tersebut
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Ion Kompleks
1. Aspek ion pusat

a. Stabilitas ion kompleks bertambah jika rapat muatan ion pusat bertambah

b Stabilitas ion kompleks bertambah dengan adanya CFSE, karena CFSE


merupakan energi penstabilan tambahan yang diakibatkan oleh
terjadinya splitting orbital d.
c. Ion-ion logam klas a (asam keras) yaitu yang memiliki muatan tinggi dan ukuran
kecil akan membentuk kompleks ysng stabil jika ligannya berasal dari basa keras,
yaitu yang elektronegatifitasya besar dan berukuran kecil

2. Aspek ligan

a. Kompleks khelat lebih stabil dibanding kompleks nonkhelat analog (yang atom
donornya sama). [Ni(en)3]3+ dengan 3 sebesar 4.1018adalahlebih stabil dibanding
[Ni(NH3)6]3+ 6 sebesar 108
b. Ukuran cincin : Jika ligan tidak memiliki ikatan angkap, ikatan cincin 5 adalah yang
paling stabil, tetapi jka ligan memiliki ikatan rangkap, maka yang paling stabil
adalah ikatan cincin 6.

c. Steric effect : Ligan-ligan bercabang pada umumnya kurang stabi dibanding ligan-
ligan tak bercabang yang analog.

d. Polarisabilitas : Ion-ion logam klas a (asam keras) yaitu yang memiliki muatan
tinggi dan ukuran kecil akan membentuk kompleks ysng stabil jika ligannya berasal
dari basa keras, yaitu yang elektronegatifitasya besar dan berukuran kecil (Cotton,
1989).

Spektrofotometer UV-VIS

Spektrofotometer adalah alat yang terdiri atas spektrometer dan fotometer.


Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu
dan fotometer adalah alat untuk mengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan
atau diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara
relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai
fungsi dari panjang gelombang (Khopkar, 1990).

Secara skematis pola kerja spektrofotometer UV-VIS (Gambar 1) adalah sebagai


berikut:

a. Sumber-sumber lampu, lampu deuterium digunakan untuk daerah UV pada


panjang gelombang dari 190 350 nm, sementara lampu halogen kuarsa atau
lampu tungsten digunakan untuk daerah visibel pada panjang gelombang antara 350
800 nm.

b. Monokromator digunakan untuk mendipersikan sinar ke dalam komponen-


komponenpanjang gelombangnya yang selanjutnya akan dipilih oleh celah.

c. Detektor berfungsi mengubah sinyal radiasi yang diterima menjadi sinyal


elektronik. Prinsip spektrofotometri didasarkan adanya interaksi dari energi radiasi
elektromagnetik dengan zat kimia. Dengan mengetahui interaksi yang terjadi,
dikembangkan teknik-teknik analisis kimia yang memanfaatkan sifat-sifat dari
interaksi tersebut

Sinar ultraviolet dan sinar tampak memberikan energi yang cukup untuk terjadinya
transisi elektronik. Dengan demikian, spektra uv-visible disebut spektra elektronik.
Keadaan energi yang paling rendah disebut dengan keadaan dasar (ground state).
Transisi-transisi elektronik akan meningkatkan energi molekuler dari keadaan dasar
ke satu atau lebih tingkat energi tereksitasi

Penentuan kadar secara spektrofotometri sinar tampak dilakukan


dengan mengukur absorbansi maksimum. Apabila senyawa fisik
tidak berwarna maka senyawa diubah dulu menjadi senyawa
berwarna melalui reaksi kimia dan absorbansi ditentukan dalam
daerah sinar tampak

Variasi kontinyu
Dari dasar percobaan adalah metode job atau metode kontinyu.
Dalam metode ini dilakukan sederet pengamatan yang kuantitas
molar pereaksinya berubah-ubah. Salah satu sifat fisika tertentu
dipilih untuk diperiksa misalnya masa, volume, suhu dan daya
serap.
Oleh karena itu kuantitas pereaksinya berlainan, perubahan harga
sifat fisika dan sistem ini dapat digunakan untuk meramal
stokiometri sistem. Bila digambarkan grafik aliran sifat fisika yang
diamati terhadap pereaksi kuantitas pereaksinya, maka akan
diperoleh suatu titik maksimum atau titik minimum yang sesuai
dengan titik stokiometri sistem.yaitu yang menyatakan
perbandingan pereaksi-pereaksi dalam senyawa,
Pada saat kesetimbangan nilai n = cS / cFe saat nilai
absorbansinya paling tinggi.Cs adalah konsentrasi dari asam
salisilat dan cFe adalah konsentrasi dari Fe(III). Metode ini
menggunakan deret larutan yang memiliki konsentrasi c total
sama. c = cS+cFe
Fe3+ + nS P + nH
Kn = PHnFe3+Sn
Karena absorbansi sebanding dengan konsentrasi kompleks, sehingga xP adalah
nilai konsentrasi yang member nilai absorbansi maksimum maka :

x=1/(n+1). Dari nilai x dapat diketahui cB/cA = n (Pecsok, 1976).

Anda mungkin juga menyukai