Anda di halaman 1dari 2

Pertanyaan

1. Mengapa salah satu diagnosis banding pada pasien adalah tinea kapitis?
Jawaban :
Karena pada pasien terdapat keluhan gatal, kemerahan dan adanya
skuama. Infeksi jamur pada kulit sering bermanifestasi sebagai rasa gatal
yang cukup mengganggu penderitanya. Terdapat juga spesies dermatofita
yaitu Trichophyton tonsurans yang memberikan gejala tinea kapitis berupa
eritema, skuama namun tidak ada alopesia.7 Oleh karena beberapa gejala
sesuai dengan tinea kapitis sehingga salah satu diagnosis banding pada
pasien adalah tinea kapitis. Namun untuk memastikannya dilakukan
pemeriksaan KOH 20% pada kerokan kulit berskuama di regio skalp
pasien untuk menemukan apakah terdapat elemen jamur dermatofita.
2. Pada pemeriksaan fisik ditemukan lesi pada wajah terutama regio
nasolabialis fold, perlukah diberi penatalaksanaan juga dan apa terapi yang
diberikan?
Jawaban :
Ketika pasien datang ke poliklinik kulit, yang menyebabkan pasien
datang hanya karena keluhan pada kulit kepalanya. Namun pada saat
dilakukan pemeriksaan fisik ternyata juga didapatkan lesi pada wajah
pasien. Hal itu menunjukkan bahwa pasien tidak merasa terganggu dengan
lesi pada wajahnya. Namun lesi pada wajahnya merupakan salah satu
bagian dari dermatitis seboroik yang dideritanya sehingga perlu diedukasi
juga kepada pasien terkait hal tersebut. Lesi pada wajah pasien dapat
ditatalaksana dengan preparat krim kombinasi ketokonazole 2% +
desonide 0,05% 1x sehari selama 2 minggu dioleskan tipis-tipis setelah
mencuci wajah dan dalam kondisi kering.2,3
3. Bagaimana penatalaksanaan pada kerak yang tebal seperti cradle cap?
Jawaban :
Baik pada dewasa maupun bayi jika skuama kasar berlapis dapat
ditatalaksana untuk membantu mengangkat skuama tersebut dengan
kompres olive oil hangat hingga lembap dan skuama mudah diangkat.2
4. Faktor utama apakah yang menyebabkan bayi dapat terkena dermatitis
seboroik?
Jawaban :
Terdapat beberapa faktor yang masih diduga sebagai penyebab
dermatitis seboroik baik dari segi host, agent dan environment. Dermatitis
seboroik pada bayi terjadi pada 3 bulan pertama kehidupan. Dan pada
semua golongan usia, laki-laki lebih sering terkena dermatitis seboroik
dibandingkan dengan perempuan. Para peneliti mengatakan bahwa hal
tersebut terjadi karena jumlah dan aktivitas kelenjar sebasea tinggi pada
bayi yang dipengaruhi oleh hormon androgen dari ibu. Dan karena angka
kejadian dermatitis seboroik pada bayi hanya sebanyak 42% artinya tidak
semua bayi lahir terkena dermatitis seboroik, menunjukkan bahwa terdapat
faktor kerentanan pada bayi tersebut terhadap metabolit jamur Malassezia
yang merupakan flora normal kulit dan menyebabkan respons peradangan
yang berlebihan.1,2,4,5

Anda mungkin juga menyukai