152
PENYADAPAN JANTUNG
(CARDIAC CATHETERIZATION)
Rachmat Hamonangan, Hanafi B. Trisnohadi
PENDAHULUAN
Pada tahun 1980 dan 1990-an tekrik non invasif mulai
dikenal dan membantu Klinisi untuk menilai anatomi
dan hemodinamik jantung pada pasien dengan penyakit
Jentung struktural. Hingga saat ini teknik-teknik non
invasif yang sudah dikembangkan meliputi ekokardiografi,
‘muttislice CT scan, kardiologi nuklir, dan cardiac magnetic
resonance. Namun, seiring dengan meningkatnya
jumlah pasien dengan permasalahan kardiovaskular
yang kompleks, tindakan non invasif dirasakan memiliki
keterbatasan. Oleh karena itu, sat ini direkomendasikan,
kateterisasi atau penyadapan jantung untuk memecahkan,
persoalan tersebut. Penyadapan jantung ini memiliki
~akurasi yang paling baik dibandingkan teknik-teknik non
invasif dalam menilai anatomi dan fisiologi jantung dan.
pembuluh darah. Melalui prosedur tersebut, Klinisi dapat
melihat keberadaan atau keparahan lesi jantung yang
tidak dapat dievaluasi secara adekuat oleh teknik-teknik
ron invasif Risiko dari komplikasi berat dari penyadapan
Jantung kurang dari 19% dengan angka mortalitas kurang
dari 0,08%. ¢
DEFINISI
Kateterisasi atau penyadapan jantung adalah proses
memasukkan tabung plastik kecil (kateter) ke dalam
arteri dan vena untuk mencapai jantung dengan tujuan
memperoleh gambaran x-ray (angiografi) dari arteri
koroner dan ruang jantung, serta untuk mengukur tekanan
di dalam jantung (hemodinamik). Angiografi dilakukan
tidak hanya untuk menegakkan suatu diagnosis, namun
juga untuk melihat adanya penyakit di pembuluh darah
aorta, pulmonalis, dan perifer.*
Selain berguna untuk diagnosis, penyadapan jantung
Jjuge bisa digunakan untuk melakukan intervensi, seperti
‘angioplasti, untuk mengobati penyakit kardiovaskular akut.
Berikut adalah daftar prosedur yang dapat cilakukan.?
INDIKASI
Penyadapan jantung dilakukan untuk mengidentifikasi
penyakit jantung struktural seperi penyakit arteri
aterosklerotik, kelainan otot jantung (infark atau
kardiomiopati), kelainan katup jantung, atau penyakit
Jantung kongenital. Pada orang dewasa, penyadapan
jantung lebih sering dilakukan untuk mendiagnosis
ppenyakit arteri koroner. Indikasilainnya tergantung pada
riwayat, pemeriksaan fisik, elektrokardiogram (EKG),
cardiac stress test, hasil ekokardiografi, dan radiografi
dada, Indikasi penyadapan jantung lainnya dijelaskan
dalam tabel 2*
Penyadapan jantung dapat dilakukan pada berbagai
kondisi pasien, baik pada pasien yang kondisinya kritis
dan secara hemodinamik tidak stabil,hingga pasien rawat
Jalan, Berikut adalah penjelasan mengenai kepentingan
kateterisasi pada berbagai penyakitjantung?
+ Pada pasien dengan penyakit miokardium dan
disfungsi ventrikel kr
Kateterisasi jantung berguna untuk mengevaluasi
apakah gejala yang timbul merupakan akibat
penyakitarterikoroner dan mengukurfungsi ventrikel
kiri, tekanan jantung kanan, dan cardiac output.
Kateterisasi jantung juga dapat digunakan untuk
mengukur beratnya disfungsi sistolik dan diastolik,
mendiferensiasi restiksi miokardium dari konstriksi
11211122
KARDIOLOG!
‘Tabel 1 Prosedur yang Mungkin Dilakukan Bersamaan dengan Angiografi Koroner
No
1
2
9
PTCA, Percutaneous transluminal coronary angioplasty
Prosedur
‘Akses vena sentral (femoral, jugular interna,
subklavian)
Penilaian hemodinamik
2. Tekanan jantung kir (2orta dan ventrikel ki)
» Tekanan kombinasijantung kiri dan kanan
Angiografi ventikel kir
Anglografiselektf arteri mammari intema
Studi farmakologi
‘a. Ergonovine
b. Nitrogliserin intrakoroner/intravena/sublingual
Aortografi
acu jantung dan studi elektrofisiologi
“Tekik intervensi dan khusus
Atrial closure device
‘Tabel 2. Indikasi Penyadapan Jantung
No
1
Keterangan
Digunakan sebagai akses IV untuk pengobatan atau pemberian c
yang bersifat emergensi, pacu jantung sementars
Rutin untuk semua penyelidikan
‘Tidak rutin untuk penyakitarteri koroner; wajb untuk penyakit katup
jantung; rutin untuk gagaljantung kongestif (CHP), disfungsiventrkel
kanan, penyakit perikardium, kardiomiopati intracardiac shunts, dan
kelainan kongenital.
Rutin untuk semua penyelidikan, mungkin tidak dilakukan pada
pasien dengan risiko tinggi, stenosis aorta atau stenosis left main,
CCHF berat, gagal ginal.
Tidak rutin kecuall digunakan saat evaluasi pada pasien post CABG
Rutin untuk kecurigaan adanya vasospasme koroner
Rutin untuk semua angigrafi koroner
Rutin untuk insufisiensi aorta, diseksi aorta, aneurism aorta, dengan
‘atau tanpa stenosis aorta rutin untuk menentukan lokasi bypass graft
yang tidak dapat dilthat dengan angioaraf selektit
Evaluasiaritmia
Angioplasti koroner (contoh, PTCA, stenting)
Intracoronary flow pressure untuk penilaian les\
Valvuloplasti kateter balon
Biopsi miokardium
ungsi ventrikel ki secara transseptal atau direk
Teknik ablas kateter
Untuk pasien yang cenderung mengelami perdarahan di tempat
punks! arteri
Indikasi Prosedur
Penyakit arteri Koroner balk yang masih dicurigai maupun yang sudah dliketahui
Angina onset-baru: Wy,cor
Angina unstable Wv,cor
Evaluasi sebelum tindakan pembedahian besar (atas incikasi) Wy, cOR
Iskemia silent Ly, COR, ERGO
Tes positive excercise tolerance LV, COR, ERGO
Nyeri dada atipikal atau spasm koroner LV, COR ERGO
Infark miokard
‘Angina unstable post infark Wy, cor
Trombolisis gagal 1V, COR, RH
syok LV, COR, RH
Komplikasi mekanik (ventricular septol defect (VSD), rupturnya dinding atau otot papillary LV, COR, RH
Kematian kardiovasular mendadak WY, CORR +L
Penyakit katup jantung LY, CORR +L, AO
Penyakitjantung kongenital (sebelum pembedahan untuk mengoreksi kelainan) LV,COR R+ LAO
Diseksi aorta AO, COR
‘Tamponade atau konstriksi perikardium WV,COR R +L
Keediomiopati LV, COR R + |, BX
Penilaian awal dan follow-up pada transplantasijantung WV, COR R+ 1, Bx
‘AO, aortography, BX, endomyacardal biopsy, COR, coronary angiography, ERGO, ergonovine provocation of coronary spasm: left
ventriculography Re, right heart oxygen saturation and hemodynamics (contoh, penempatan kateter Swan-Ganz) R + L, right and left
heart hemodynamicPENYADAPAN JANTUNG (CARDIAC CATHETERIZATION)
1123
perikardium, menilai luas regurgitasi katup, dan
menilai respon kardiovaskular terhadap intervensi
farmakologis akut.
+ Pada pasian dengan penyakit katup jantung
Kateterisasi jantung dapat mendefinisikan keparahan,
stenosis atau regurgitasi katup, terutama yang
tidak dapat diyakinkan dengan tindakan non
invasif. Dengan mengidentifikasi kelainan, menilai
konsekuensi hemodinamik dari lesi katup, dan respon
hemodinamik akut terhadap terapi farmakologi hal itu
‘menjadi informasi yang berguna untuk menentukan
risiko operasi dan respon tethadap pembedahan
serta mengizinkan pendekatan pembedahan secara
langsung.
+ Pada pasien dengan penyakit jantung kongenital
Sebenarnya dengan teknin non invasif seperti
ekokardiografi dan cardiac magnetic resonance ,
informasi mengenai anatomi jantung dan sebagainya
yang diperoleh sudah adekuat. Kateterisasi jantung
ppada penyakt ini hanya berfungsi untuk mendapatkan
beberapa informasi mengenai hemodinamik, seperti
tukuran pintas (shunt), resistensi vaskular pulmoner,
dan reversibilitas hipertensi pulmoner dengan
vasodilator untuk menentukan indikasi prosedur
pembedahan atau PCI
METODE
Data yang didapatkan melalui kateterisasi jantung dibagi
‘menjadi 2 kategori: data hemodinamik dan data angiografi
Data hemodinamik, yang diambil saat kateter berada di
dalam jantung, berguna untuk mengukur tekanan, curah
Jantung, dan saturasi oksigen di dalam jantung. Sedangkan
data angiografi, yang saat ini menggunakan teknologi
digital cineangiogram, berguna untuk menggambarkan
anatomi ruang jantung dan arteri koroner?
‘Sebelum memulai proses kateterisasiantung, terdapat
beberapa persiapan yang harus dilakukan. Pertama
persiapan fasilitas laboratorium kateter (catheterization
laboratory). Fasilitas yang harus tersedia sebelum
‘melakukan kateterisasi jantung antara lain*
+ Persone!
Personel yang dibutuhkan pada Laboratorium
kateterisasi antara lain: direktur medis, dokter,
perawat, tim kardiovaskular, asisten dokter, dan
teknisi radiologi. Seluruh personel diharapkan sudah
mendapatkan pelatihan mengenai resusitasi jantung
aru dan ACLS.
+ Beban kerja untuk laboran
Untuk menjaga kecakapan, laboran untuk dewasa harus
melakukan minimal 300 prosedur per tahunnya,
+ Perlengkapan
Perlengkapan yang dibutuhkan untuk kateterisasijantung
antara lain perlengkapan radiografi dan monitor data
fisiologi yang terdiri atas alat perekam dan akuisisi, alat
steri, dan cart emergensi
+ Pengamanan radiasi
Prinsip dasar untuk meminimalisit pajanan radiasi
adalah dengan meminimalisir fluoroscopic beam time
untuk fluoroskopi, menggunakan beam collimation,
‘memposisikan sumber x-ray dan penerimaan gambar
secara optimal, menggunakan magnifikasi terendah,
‘mengubah proyeksi radiografi pada prosedur yang
ppanjang untuk meminimalisir pajanan melalui kulit,
mencatat dosis pasien, dan memilih perlengkapan
dengan pengurangan dosis, termasuk mode rendah
fluoroskopi.
Protoko! laboratorium kateterisasi?
+ Persiapan pasien
Persiapan pasien sebelum proses kateterisasi teri
atas informed consent dan evaluasiprekateterisas
laformed consent
Dokterharus menjelaskan risko dan keuntungan
katterisasiini dan menjawab seluruh pertanyaan
baie dari pasien maupun keluaroa
= Bvaluasi prekatetersasi
Evaluasi prekateterisesi terri atas pengecekan
ientitas pasien, anamnese, termasuk rivayat
penyakit sebelumnya (OM, status antikeagulan,
penyakit arteri perifer rivayat alergi Iateks/
media kontras) dan rwayat tindakan yang perah
diterima sebelumaya (katetersasijantung, PCL
ppembedahan arter peifr dan operasijantung}:
ppemeriksaan fisik; pemeriksaan laboratorium:
dan EKG. Pemeriksaan laboratorium berupa
pengecekan darah lengkap dengen platelet
elektrolit, prothrombin time dengan INR <1.
dan partial thromboplastin time (pada pasien
yang menerima heparin)
= Pasien dipuasakan minimal 6 jam
= Pasien terpasang IV line dan oksimet
= Penggunaan sedasi,baik oral maupun intravena
(contoh, benzodiazepin)
= Obat-obstan yang diperlukan atau yang tidak
boleh dilanutkan sebelum prosedur katetersasi
+ Protokol kateterisai
Pada proses kateterissi, prinsip dasarnya adalah
dengan mengukur hemedinamik dan curah jantung
sebelum melakukan angiograf. Tujuannya adalah
agar hasil yang diperoleh lebih mencerminkan
kondisi basal secara akurat dan untuk menuntun
angiografi, Pada kasus yang dianggap memilk isk
ting, sebaiknya informasi diagnostk yang penting
dilakukan di. awal Karena jka dilakukan kemudian124
masih ada kemungkinan terjadinya kejadian yang
tidak diinginkan.
+ Perlengkapan kateter dan pelengkapnya
Kateter. Kateter yang digunakan untuk kateterisasi
Jantung bermacam-macam panjang, ukuran, dan
konfigurasinya, Tipikal kateter panjangnya bervariasi
antara 50 hingga 125 cm. Ukuran panjang yang
biasanya digunakan untuk orang dewase yang
melakukan kateterisasi jantung kiri melalui femoral
adalah 100 cm. Diameter luar kateter dinyatakan
dengan satuan French unit (F) = 0,33 mm sedangkan
diameter dalamnya lebih kecil dari diameter luar.
Guidewire. Guidewire yang digunakan harus lebih
kecil dibandingkan diameter kateter dan introducer
needle. Guidewire digambarkan dengan panjang
dalam cm, diameter dalam inch, dan ujungnya,
Guidewire yang paling umum digunakan berukuran
panjang 150 cm, 0,035 inci J-tip.
Pemilihan ukuran kateter yang akan digunakan
dibuat dengan melihat kebutuhan untuk
mengopasifikasi arteri koroner dan ruang jantung
membatasi komplikasi vaskular, dan mengizinkan
ambulasi dini. Ukuran kateter yang lebih besar
biasanya memiliki manipulasi kateter yang lebih
besar dan visualisasi yang sempurna. Sedangkan
semakin kecil ukuran kateter, semakin membutuhken
keterampilan yang hebat untuk memanipulasi. Hingga
saat ini, kateter yang sering digunakan berukuran
4F hingga 6F. Sampai saat ini belum ditemukan
hubungan antara ukuran kateter dengan komplikasi
vaskular,
DATA HEMODINAMIK
Kateterisasi jantung menyediakan informasi fisiologis
jantung melalui pengukuran data hemodinamik, meliputi
pengukuran tekanan darah, pengukuran eliran (curah
jantung, alran shunt, aliran yang melewatilubang stenosis,
aliran regugirtasi, dan aliran darah koroner), oksimetri
darah, serta penentuan resistensi vaskular.
Darah bisa mengalir di dalam pembuluh darah karen
adanya perbedaan tekanan di dalam pembuluh darah
dan resistensi vaskular, seperti yang dideskripsikan olen
hukum Ohm; Q = AP/R, Tekanan darah dihasilkan oleh
kontraksi ototjantung dan ditransmisikan dari pembuluh
darah atau ruang jantung sepanjang kateter ke transducer
tekanan, yang mengkonversikan tekanan mekanik ke
sinyallistrik yang akan ditampilkan di layar monitor. Di
dalam laboratorium kateterisasi, pengukuran dilakukan
ssecara berurutan, Urutan ini memfasilitasi pengukuran
tekan di jantung secara simultan, Pengukuran tekanan
darah juga disertai pengukuran CO dan pengambilan
KARDIOLOG!
sampel untuk saturasi oksigen. Pengambilan data
hemodinamik dapat dilakukan dalam waktu kurang dari
30 menit*
Kateterisasi Jantung Kanan
Indikasi. Kateterisasi jantung kanan dilakukan untuk
mengukur dan menganalisis atrium kanan, ventrikel
kanan, arteri pulmonalis, dan pulmonary copillary wedge;
‘menentukan curah jantung; dan skrining shunt intrakardiak.
Biasanya kateterisasi jantung kanan diindikasikan pada
pasien dengan riwayat dispneu, kelainan katup jantung,
atau shunt intrakardiak. Prosedur ini dilakukan sebelum
kateterisasi jantung kiri?
Protokel. Kateter jantung kanan yang paling banyak
digunakan adalah balloon flotation catheters. Kateter
Jantung kanan memiliki lengkungan distal berbentuk J
atau S yang berguna untuk memfasilitasialiran dari vena
kava superior ke arteri pulmonalis? Kateter dimasukan
secara per kutan yang aksesnya dapat dicapai melalui vena,
femoralis, internal, jugular, subklavian, atau antekubital?”
Pads kateterisasijantung kanan, akses yang paling sering
digunakan adalah vena femoralis.
thot nvoduced
Basle wr 298
vane saan,
ara swerarvena cae
‘erg heat
caer may be
“nde v8
GGambar 1, Akses kateterisas\jantung kanan*
Dengan kontrol fluoroskopi, kateter akan didorong
masuk ke dalam atrium kanan, ventrikel kanan,
pulmonary capillary wedge, dan arteri pulmon:
TTekanan dan saturasi oksigen akan diukur dalam setiap
ruangan yang dilewatinya, Protokol kateterisai jantung
kanan akan dijelaskan secara lebih rinci sebagal berikut?
Atrium kanan
= Dorong kateter ke vena kava inferior
= Ambilsampelsaturasioksigen (1 ml syringe yang
berheparin)
= Dorong kateter ke atrium kanan
= Rekam tekanan fasik (phasic pressure) (0-40 mm
Hg scale, 25 mm/detik sweep speed)
= Cektekanan rata-rata (10 mm/detiksweep speed,
‘manuver inspires (inspiration maneuver)PENVADAPAN JANTUNG (CARDIAC CATHETERIZATION)
1125
+ Ventrkel kanan
= Dorong kateter ke ventrikel kanan
= Rekam tekanan fasik (0-40 mmHg scale, 25 mm/
detik sweep speed)
+ Pulmonary Capillary Wedge (PCW)
= Dorong kateter ke PCW
~ _ Rekam tekanan fasik/rata-rata/fasik (25/10/25
mm/detik sweep speed)
+ Arteri pulmonalis
= Dari POW, biarkan balon turun, tarik kateter
kembali untuk tekanan arteri pulmonalis
= Rekam tekanan fasik/rata-rata/fasik (25/10/25
mm/detik sweep speed)
= Ambil sampe! saturasi oksigen, arteri pulmonalis
dan arteri
*) hanya 1-2 tetes heparin yang perlu diaspirasi dan
flushed out dalam 1-3 ml syringe berheparin
Kateterisasi Jantung Kiri
Kateterisasi jantung kiri paling banyak dilakukan dengan
telerik Judkins. Teknik Judkins dipilin karena relatif mudah,
cepat reliabel, dan memilkirasio Komplikasi yang rendah,
Teknik ini juga yang paling banyak digunakan dalam
arteriografi koroner.
Indikasi. indikasi dilakukannya kateterisasi jantung kiti
sama seperti incikasi dilakukan kateterisasi pada umumnnya
yang disampaikan dalam tabel 2
Protokol. Akses arteri yang biasanya digunakan adalah
arteri femoralis. Penggunaan heparin secara rutin belum
ditetapkan. Heparin biasanya digunakan pada prosedur
yang lama, seperti pada pasien dengan bypass groft atau
kelainan katup stenosis
Gambar 2. Kateterisas jantung kit?
Protokal kateterisasi jentung kiri akan dijelaskan
sebagai berikut
‘Menyamakan Tekanan di Perifer dan Aorta Sentral
Kateter pigtail dimasukan melalui selubung arteri(selubung
hharus lebih besar 1 french dibandingkan kateter)
‘Masukan heparin (40 U/kg atau per laboratory routine)
Dorong kateter ke katup aorta
Zero pigtail pressure (0-200 mmHg skala)
Zero sheath pressure (0-200 mmm Hg skala)
Rekam arteri femoral (selubung) dan tekanan aorta sentral
(fasik/rata-rata/fasik 25/10/25 mm/detik sweep speed)
Penilaian Katup Aorta
Dorong pigtail ke ventrkel
Rekam tekanan ventrikel kiri dan arterifemorals (25 mm/
detik speed, 0-200 scale) tekanan fasik/arteri femoralis
rata-rata/fasik
Perhitungan Data Hemodinar
Setelah memperoleh data hemodinemik, selanjutnya
dilakukan perhitungan untuk mengklarifikasi dan
meningkatkan perhitungan fungsi jantung. Perhitungan
yang biasanya digunakan adalah penilaian kerja jantung,
perhitungan resistensialiran, peritungan luas katup, dan
pethitungan shunt
+ Mengukur Curah Jantung
Saat ini, terdapat 2 cara pengukuran jantung
yang sering digunakan: metode fick dan metode
termodilus.
Metode fick
Prinsip Fick mengasumsikan bahwa kecepatan oksigen
dikonsumsi sama dengan kecepatan aliran darah
dlkali kecepatan oksigen yang diambil oleh sel darah
merah?
Konsumsi oksigen (ml/min
Curah jantung Fick
ANVO2 x 1,36 x Hgb x 10
Dimana AVO2 adalah perbedaan saturasi oksigen
arteri-vena, Hgb adalah konsentrasi hemoglobin (mg/dl),
dan konstanta 1,36 adalah kapasitas hemoglobin untuk
‘membawa oksigen (diekspresikan dalam ml 02/g Hgb).
Metode termoditusi
Pengukuran curah jantung dengan metode ini
dilakukan dengan menggunaan persamaan yang
menganggap temperatur dan gravitasi spesifik dari
darah bersama dengan volume yang dlinjeksikan.1126
KARDIOLOGI
+ Menghitung resistensi aliran
Resistensi aliran dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
Resistensi arteri pulmonalis
Rerata tekanan pulmonalis- rerata tekanan atrium itt
(atau rerata POW)
Curah jantung
Resistensi total pulmonalis
arab jantung
Resistensi pembuluh darah sisterik
Rerata perbuluh darah sistemik
jantung
Perhitungan resistensi mengikuti bentuk hukum Ohm,
R= dp/Q yang mana R = resistence, Ap = perbedaan
rerata tekanan yang melintasi vascular bed; Q = aliran
darah, Satuan resistensi (mmHg/L/min) disebut juga
unit resistensi Aybrid atau unit Wood. Untuk mengubah
unit Wood menjadi resistensi metrik (dynes xs xm-5),
dikali dengan 80.
+ Menghitung luas katup
Las katup dapat dihitung dengan menggunakan
rumus dar Gorlin, Untuk menggunakan rumus Gostin
perlu diketahui
= Cardiac output
= Perbedean tekanan (pressure gradient) pada katup
yang mau dihitung luasnya
= Systolic ejection period atau diastolic filing period
tergantung dari katup yang mau diukur luasnya
Pethitungan luas katup dijelaskan sebagai berikut
Luas katup =
Aran katup (ml/detily
MVG berarti mean valvular gradient (mmHg), K(44,3)
adalah Konstanta turunan dari gorlin dan gorlin, C
adalah konstanta empirik yang mana nilai 1 untuk
katup semilunar dan 0,85 untuk katup mitral,
sedangkan alran katup diukur dalam milter per detik
selama periode aliran diastolik dan sistolik
Luas katup mitral =
CCurah jantung (rni/erit)
~ diastolic filling period (detik/menit)
Yang mana diastolic filing period didapatkan dari =
diastolic period (detik/denyut) x HR
Luas katup semilunar=
sistolic ejection period (detik/menit)
Yang mana systolic ejection period (detik/menit) =
systolic period (detik/denyut) x HR
Menghitung shunt
Untuk menghitung shunt di dalam jantung, prinsip
yang digunakan sama seperti yang digunakan
untuk menentukan curah jantung dengan metode
Fick. Untuk menentukan ukuran shunt kirl ke
keenan sebelumnya harus menentukan aliran darah
ppulmonalis (PBF) dan alran darah sisternik SBF). Alran
darah pulmonalis didapat dengan membagi konsumsi
coksigen dengan perbedaan kandungan oksigen yan
melintasi pulmonary bed, sedangkan aliran darah
sistemik didapat dengan membagi konsumsi oksigen
dengan perbedaan kandungan oksigen yang melintasi
systemic bed. Mirah darah efektif (EBF) adalah fraksi
campuran venous return yang diterima oleh paru-paru
tanpa kontaminasi oleh alan shunt. Tenpa adanya
shunt, PBF, SBF, EBF semuanya sama, Persamaannya
adalah sebagai berikut
Konsumsi O, (mi/menit)
PBF
(PVG,-PAG,)
fe __ Konsumsi O, (mi/menit)
sai KonsumsiO, (mi/menit)
(V0,-PMVO)
Yang mana PVO2, PAO?, SAO2, dan MVO2 merupakan
kandungan oksigen di vena pulmonalis, arteri
pulmonalis,arter sistem, dan campuran darah vena.
Rasio aliran PBF/SBF digunakan untuk menentukan
signifikansi dari shunt. Rasio <1,5 mengindikasikan
shunt kiri-ke-kanan berukuran kecil, 1,5-2,0
berukuran sedang, dan >2,0 berukuran besar dan
biasanya membutuhkan perbaikan per kutan atau
pembedahan untuk mencegah terjadinya komplikasi
pulmonalis atau ventrikel kanan. Sedangkan rasio
<<1,0 mengindikasikan shunt dari kanan-ke-kirl Jka
konsumsi oksigen tidak diukur, maka rasio aliran darah
pparu-ke-sistemik dapat dihitung sebagai berikut:
ap/as=per/ser= SA2MV2)
Yang mana SAO2, MVO2, PVO2, dan PAO2 adalah
arteri sistemik, mixed venous, vena pulmonalis, dan
saturasi oksigen di dalam arteri pulmonalis.PENYADAPAN JANTUNG (CARDIAC CATHETERIZATION)
1127
DATA ANGIOGRAFI
Angiogram merupakan hasil dari kateterisasi jantung dan
‘merupakan tes yang paling penting pada pasien dengan
penyakit jantung. Data angiografi terdiri ates arteriografi
koroner, ventrikulografi, dan aortografi. Data angiografi
yang akan dibahas di sini adalah arteriografi koroner dan
ventrikulografi
Arteriografi Koroner
Arteriografi koroner masih menjadi standar untuk
‘mengidentifikasi ada atau tidaknya penyempitan arteri
yang berhubungan dengan penyakit arteri koroner
(CAD) dan menyediakan informasi anatomi yang paling
dapat dipercaya untuk menentukan kesesuaian terapi
medis, percutaneous coronary intervention (PCI), atau
pembedahan coronary artery bypass graft (CABG) pada
pasien dengan iskemik CAD.
Indikasi Arteriografi
“Tujvan dari angiografikoroner adalah untuk mermvsualisasikan
arteri koroner, cabang, kolateral, dan kelainannya dengan
ccukup detil untuk membuat sebuah diagnosis yang tepat,
rmerencanakan strategi terapi, dan menentukan prognosis
‘untuk pasien dengan tands-tanda dan gejalaiskemik CAD*
Arteriografi koroner juga bisa digunakan sebagai alat
‘peneltian untuk mengevaluasi perubahan serial yang terjadi
setelah PCI atau terapi farmakologi
Indikasi arteriografi koroner:
+ Pasien dengan angina pektors stabil ataupun tak stabil
+ Pasien dengan exercise test yang positif
‘+ Pasien dengan infark jantung akut maupun infark lama
Kontraindikasi Arteriografi
Tidak ada kontrainlikasi absolut untuk tindakan arteriograf
koroner. Sedangkan kontraindikasi relatf dari arteriografi
koroner antara lain: demam yang tidek dapat dielaskan,
infeksi yang tidak diobati, anemia berat dengan konsentrasi
hemoglobin kurang dari 8mg/dl, ketidakseimbangan
elektrolit berat, perdarahan aktf yang berat, hipertensi
sistemik yang tak terkontrol, toksisitas digitalis, reaksi
tethadap kontres namun tidak dilakukan premecikasi
dengan kortikosteoid, dan stroke yang sedang berlangsung,
Penyakit lain yang merupakan kontraindikasirelatif antara
lain gagal ginjal akut, gagal jantung kongestif yang
terdekompensasi koagulopatiintinsik atauiatrogenik (INR
>20), dan endokarditif aktit*
Teknik Arteriografi
Kateter didorong sampai di muara arteri koroner, dan
secara selektif disuntikkan bahan kontras radiografi ke
dalam pembuluh koroner dan dilakukan pemotretan
dengan alat cineangiografi, sehingga pembuluh koroner
sampai ke cabang-cabangnya dapat divisualisasi.
‘Ada 2 macam cara melakukan arteriografi koroner
yaitu metode Sones dengan memakai kateter Sones
yang biasa dilakukan melalui arteri brakialis dan metode
Judkins yang dilakukan dengan kateter Judkins melalui
arteri femoralis, Belakangan melalui arteri brakialis juga
dipakai kateter Judkins maupun kateter multipurpose.
Akhir-akhir ini banyak juga dipakai arteri radialis, Dengan
arteriografi koroner, lokasi, beratnya dan morfologi tempat
penyempitan dapat dianalisis dengan baik, dan hasilnya
ppenting untuk menentukan apakah pasien membutuhkan
bbedah pintas koroner atau tindakan intervensi dengan
‘memakai dasar kateter.
Untuk mendapatkan data yang optimal, mengurangi
overlapping, serta menentukan beratnya penyempitan
secara lebih akurat, setiap pembuluh koroner dilihat dari
berbagai projeksi. Untuk semua prosedur kateterisasi
Jantung, sumber x-ray diletakkan di bawah pasien atau
di bawah meja pemeriksaan sedangkan image intensifier
diletakkan di atas pasien. Sumber dan image intensifier
ini akan bergerak secara berlawanan dengan mengelilingi
pasien yang berada di tengah. Permukaan tubuh pasien
yang menghadap observer menentukan pandangan
spesifik, Posisi ini dipertahankan untuk segala possi, baik
terlentang, berdiri, atau berputar.
‘Gambar 3. Peralatan sineangiografi. Komponen utama meliputi
sebuah generator, tabung x-ray, image intensifier menempel ke
‘positioner seperti C-arm, sister optikal kamera video, perekarn
Videokaset (VCR), analog terhadap algital converter (ADC), dan
‘monitor televis. Tabung x-ray merupakan sumber dar-ray beam,
yang mana melewati pasien secara superior?
Berikut adalah beberapa istilah yang digunakan
+ Posisi anteroposterior. Image intensifier berada di atas
pasien dengan cahaya berjalan secara tegak lurus dari
belakeng ke depan menembus pasien yang berbaring
datar di meja pemeriksaan.
+ Posisi RAO (right anterior oblique). Image intensifier
berada di sisi kanan pasien.
+ Posisi LAO (left anterior oblique). Image intensifier
berada di sebelah kiri pasien,1128
+ Pada posisi oblik, sisi bahu yang maju menghadap
image intensifier.
+ Posisi kranial-kaudal. Posisi ini menggambarkan
hubungan antara sudut image intensifier dengan
ssumbu panjang pasien.
+ Kranial, Image intensifier dimiringkan ke arah kepala
pasien,
‘abel 3 Rasional Angiographic Views Rutin
‘Arteri koroner Kiri
1. Anteroposterior (AP)
Untuk melihat seluruh left main coronary artery
(UMA)
2. LAO-kranial
‘Untuk melihat LMCA (sedikit foreshortened), LAD, dan
cabang diagonainya
3. RAQ-kaudal
Untuk melihat bifurkasi LMCA yang tegak lurus
tethadap sudut LAO-kranial
4, RAO-kranial
Melinat pangkal arteri LAD bagian tengah (mid) dan
distal
5. LAO-kaudal (spider view)
Melinat LMICA (foreshortened) dan bifurkesi LMCA ke
dalam arterisirkumfleks dan LAD
6. Lateral
Posisiterbaik untuk melihat LAD bagian tengah (mid)
dan distal
KARDIOLOG!
Keudal. Image intensifier dimiringkan ke arah keki
pasien.
Catatan:
View kranial paling baile digunakan untuk melihat arteri LAD,
sedangkan pandangan kaudal paling baik untuk melihat
arteri sirkumfleks. Arteri koronari kiri biasanya dilihat
‘menggunakan sudut pandang anteroposterior (AP),
‘Arteri koroner kanan
1. LAO-kranial
Untuk melihat pangkal RCA, dan bifurkasi posterior descending artery
(DA)
2. RAO
Untuk melihat RCA bagian tengah dan panjang PDA serta cabang
posterolateral
3. AP-kranial
Untuk melihat pangkal dari RCA
4, Lateral
Untuk melihat pangkal RCA (terutama pada pasien dengan lubang yang
lebih terorientasi secara anterior) dan RCA bagien tenga (mid)
Gambar 4. Pandangan anglograf ater koroner kir=PENYADAPAN JANTUNG (CARDIAC CATHETERIZATION)
1129
Ventrikulografi
Ventrikulografi dapat dilakukan sebelum atau sesudsh
arteriografi Koroner, Pergerakan dinding jantung dapat
dilihat dan diperhitungkan, Pergerakan abnormal dinding
jantung mengindikasikan keberadaan iskemia koroner,
infark, aneurisma, atau hipertropi. Ventrikulografi kiri
juga menyediakan informasi mengenai volume ventikel
saat sistol dan diastol, ejection fraction, kecepatan ejeksi,
kualitas dari kontraktilitas, keberadaan miopati hipertropi,
dan regurgitasi katup. Menilai fungsi ventrikel dapat
memprediksi outcome jangka panjang pasien dengan
penyakit arteri koroner
Indikasi Ventrikulograt
Indikasi ventrikulograf iri
= Identifikasi fungsi ventrikel kiri pada pasien
dengan penyakit arteri koroner, miopati, atau
penyakit katup jantung
Identifikasi ventricular septal defect
Menghitung derajat regurgitasi mitral
Menghitung masa miokardium untuk regresi
hipertropi atau penelitian yang mirip
Indikasi ventrikulografi kanan
= Mendokumentasikan regurgitasi trikuspid
= Menilai displasia ventrike! kanan untuk aritmia
Menilai stenosis pulmonalis
Menilai kelainan aliran pulmonalis
= Menilai shunt ventrikel kanan-ke-kiri
KOMPLIKASI
Komplikasi beratarteriografikoronerjarang terjadi (<2%).
“Angke kematian 0,1 -0,14%),inferk miokard (0,06 -0,07%
reaksi agen kontras (0,23%), stroke 0,07 ~ 0,14%, dan
komplikasi vaskular lokal 0,24 ~ 1%.
KONTRAINDIKASI
Tidak ada kontraindikasi absolut untuk dilakukannya
kateterisasi jantung selain penolaken dari pasien yang
ianggap kompeten dan ketidakcukupan alat atau fasiitas
Untuk melakukan kateterisasi? Bahkan prosedur ini dapat
dilakukan pada pasien yang berada dalam kondisi yang
sangat kris dengan rsiko yang reatifrendah Sedangkan
kontraindikasi relatf dilakukannya kateterisasi jantung
adalah sebagai berikut®
+ Perdarahan akut gastrointestinal
+ Hipokalemia berat
+ Intoksikasi obat (contoh: digital
+ Antikoagulasi dengen rasio
phenothiazine)
iternasional yang
dinermalkan >1,8 atau mengalami koagulopati
berat
+ Reaksi anafilakt:
kontras
+ Stroke akut (<1 bulan)
Gagal ginjal akut atau penyakit ginjal kronik berat
yang tidak bergantung pada dialisis
+ Demam yang tidak dapat dijelaskan atau infeksi aktif
yang tidak diobati
+ Anemia berat
+ CHF yang tidak terkontrol, tekanan darah tinggi,
aritmia
+ Kehamilan
+ Pasion yang tidak kooperatif
sebelumnya terhadap media
KOMPLIKASI DAN RISIKO
Kateterisasi jantung merupakan prosedur yang relatif
‘aman namun memiliki risiko yang digambarkan dengan
jelas, beik dari segi morbiditas dan mortalitasnya.
Komplikasi yang terjadi biasanya berhubungan dengan
penyakit penyertanya
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah
perdarahan di arteri yang dijadikan jalan masuk
kateter. Perdarahan tersebut biasanya bermanifestasi
‘menjadi cozing minor atau hematoma kecil. Sedangkan
komplikasi mayor di vaskular biasanya meliputi oklusi,
perdarahan retroperitoneal, pembentukan hematoma,
pseudcaneurisma, pembentukan fistula arteriovens, dan
infeksi
Komplikasisistemik yang bisa terjadi bervariasi dari
respon vasovagal ringan hingga respon vasovagal berat
yang mengakibatkan hipotensi berkepanjangan. Pasien
juga bisa merasakan adanya episode angina yang singkat,
yang hanya berlangsung kurang dari 10 menit.
Komplikasi yang sering terjadi pada kateterisasi
jantung kanan adalah terjadinya aritmia atrial dan
ventrikular. Sedangkan komplikasi mayor yang jarang
terjadi meliputiinfark pulmoner, perforasiarteri pulmoner
atau ventrikel kanan, dan infeksi
‘Angka kejadian kematian pada tindakan kateterisasi
adalah sebesar 0,08% hingga 0,75% pasien, tergantung
dati populasi yang diselidiki? Angke morbicitas lainnya
ditampilkan pada tabel 4?
Saat ini, insidensi terjadinya komplikasi sudah
menurun seiring dengan penggunaan media kontras yang
bersifat rendah dan isoosmolar, lower profile diagnostic
catheter, pengurangan penggunaan antikoaqulasi, serta
peningkatan pengalaman operator. Risiko terhadap
komplikasi kateterisasi meningkat pada kondisi pasien
sebagai berikut?1130
Tabel 4, Risiko Kateterisasi Jantung dan Angiografi
Koroner
Komplitasi
Mortalitas
Infark Miokard 0,05
Cerebrovascular accident (CVS) 0.07
Avitmia 038
Komplikasi vaskular 043
Reaksi Kontras 037
Komplikasi hemodinarnik 026
Perforasi ruang jantung, 0.03
Komplikasilainnya 028
Total komplikasi mayor 1,70
+ Infark miokard akut
+ Usialanjut (>75 tahun)
+ Aneurisma aorta
+ Stenosis aorta
+ Gagal jantung kongestif
Diabetes
+ Penyakit arteri koroner perluasan tiga pembuluh
+ Disfungsiventrikel kr (ejection fraction dari ventrkular
kiri <3596)
+ Obesitas
+ CVAsebelumnya
+ Insufisiensi renal
+ Stenosis koroner kiri utama yang dicurigai ataupun
yang sudah tegak
+ Hipertensi tidak terkontrol
+ Angina unstable
Contoh data yang diperoleh dari penyadapan jantung
pada pelbagai macam kelainan jantung
‘Stenosis mitral. Pada stenosis mitral tekanan di atrium kiri
lebih tinggi dari ventrikel kiri pada masa diastol, schingga
‘ada perbedaan tekanan di atrium kiri dan ventrikel ki yang
disebut “gradient ketup mitral’. Makin tinggi perbedaan
tekanan tersebut makin berat stenosis katup mitral. Luas
katup mitral dapat dihitung dengan rumus Gorlin. Dari
ventrikulografi kiri dapat dlihat pergerakan katup mitral,
‘adanya kalsifikasi pada katup mitral dan apakah ada
kebocoran pada katup mitral. Faal ventrikel kri juga dapat,
dinilai dan kadang dapat dinilai apakah ada trombus di
atrium kir, Adanya hipertensi pulmonal juga dapat dina
dengan mengukur tekenan di arteri pulmonalis.
Insufisiensi mitral. Adanya insufisiensi mitral dapat
diduga bila dari pemeriksaan grafik rekaman tekanan di
pposisi wedge dari arteri pulmonalis yang menggambarkan
tekanan di atrium kiti menunjukkan adanya gelombang
v yang besar. Kebocoran dari katup mitral dapat dengan
mudah dilihat dari pemeriksaan ventrikulografikiri, di
KARDIOLOG!
Gambar 5. pressure gradient pada pasien dengan stenosis
imitral,Tekanan di atriim kiri melebihitekanan di ventrikel Kiri,
saat diastol, menghasilkan sebuah diastolic pressure gradient
(daerah yang berwarna hijau)?
mana akan tampak aliran kontras dari ventrikel kiri ke
atrium kiri pada waktu sistol, Dari ventrikulografi juga
dapat dinilai besarnya dan faal ventvikel kir
%
Gambar 6. Evaluasi angiografiregurgitasi mitral?
Stenosis aorta. Diagnosis stenosis aorta ditegakkan
bila ada perbedaan tekanan sistolik di ventrikel kiri
dibandingkan dengan tekanan sistolik di aorta (tekanan
sistolik di ventrikel kit lebih tinggi dari tekanan sistolik di
aorta, dalam keadaan normal tekanan sistolik di ventrikel
kiri dan aorta sama) Makin tinggi perbedaan tekanannya
‘makin besar stenosisnya, Luas katup aorta dapat dihitungPENYADAPAN JANTUNG (CARDIAC CATHETERIZATION)
1131
dengan rumus Gorlin, Dari pemeriksaan aortografi dapat
dilihat bentuk katup aorta, pergerakannya, adanya
kalsifikasi dan apakah ada insufisiensi aorta.
Insufisiensi aorta, Pada insufisiensi aorta adanya
kebocoran katup aorta dapat dilihat dari pemeriksaan
aortografi. Bentuknya katup aorta, dan beratnya
insufisiensi juga dapat ditentukan, Faal ventrikel kir juga
dengan mudah dapat dilihat
Gambar 7. Atas. Cineframe yang menunjuken reguraitasi
aorta dari aortogram left anterior descending. Lihat
‘pasifikasi ventrikel kri menyamai aorta. Bawah. Ventrikel kr
‘masih mengalamai opasificas setelah beberapa kali denyutan,
Inj menggambarkan regurgitasi aorta berat*
Defek septal ventrikel. Adanya defek septal ventrikel
(VSD) dapat diketahui karena adanya kenaikan saturasi
‘oksigen di ventrikel kanan dibandingkan dengan atrium
kanan. Dari pemeriksaan ventrikulografi kiri tampak
adanya aliran kontras dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan
melalui septum interventrikularis (posisi left anterior
oblique). Lokasi VSD juga dapat ditentukan. Flow ratio
dapat dinilai dan tekanan di arteri pulmonalis dapat
diukur apakah sudah ada hipertensi pulmonal. Biasanya
dianjurkan tindaken operasi penutupan VSO bila flow ratio
lebih dari 1,5
REFERENSI
1, Nishimura RA, Carabello BA, Hemodynamics inthe cardiac
catheterization laboratory of the 2Ist century. Circulation,
2012 May 1:125(17):2138-50
Davidson CJ, Bonow RO. Cardiac Catheterization Ir: Braun-
wald E, Bonow RO, Mann Dl, Zipes DP, Libby P, editors,
raunwaldy’s Heart Disease, A Textbook of Cardiovascular
Medicine. Sth ed. Philadelpia: Elsevier Saunders; 2012 p.
389-105,
3. Kern MJ The Cardiac Catheterization Handbook. Sth ed
Philadelphia: Saunders Elsevier 2011
4. Popma J). Coronary Arteriography. In: Braunvvald F editor
Braundwald’s Heart Disease A Textbook of Cardiovascular
Medicine. 9th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2012 p.
40631.