Anda di halaman 1dari 10

Pemanfaatan Vitamin C Dan E sebagai Antioksidan Untuk Memperbaiki

Kuantitas Dan Kualitas Spermatozoa

Ditulis oleh Dedy Winarto, S.Pt, M.Si

Selasa, 16 Maret 2010 10:13

Abstrak

Vitamin C dan vitamin E merupakan protektor (antioksidan) yang secara


terus menerus akan bertindak sebagai scavanger terhadap radikal bebas yang
terbentuk sehingga dimungkinkan tidak terjadi gangguan keutuhan dan fungsi sel.
Vitamin C merupakan antioksidan non enzimatik yang mudah larut dalam air
sehingga vitamin ini terdapat dicairan extra seluler sedangkan vitamin E sebagai
antioksidan yang larut dalam lemak. Vitamin C mempunyai sifat polaritas yang
tinggi karena banyak mengandung gugus hidroksil sehingga membuat vitamin ini
akan mudah diubah tubuh. Oleh karena itu vitamin C dapat bereaksi dengan
radikal bebas yang bersifat aqueous dan mampu menetralisir radikal bebas.
Radikal bebas yang menumpuk berdampak terjadinya stres. Stres
merupakan respon suatu mahluk hidup terhadap rangsangan baik berupa fisik,
kimia, psikis, psikosial, kultural dan sebagainya yang berasal dari luar maupun
dalam organisme itu sendiri. Stres panas berdasarkan faktor penyebabnya
termasuk klasifikasi stressor fisik-biologik dan dapat menyebabkan reaktif
oxygen species (ROS) sejenis radikal bebas yang berperan penting terjadinya
apoptosis (programmed cell death). Peningkatan stres akan menimbulkan stres
oksidatif, yaitu keadaan dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya. Stres oksidatif dapat dicegah dan
dikurangi dengan asupan antioksidan yang cukup dan optimal ke dalam tubuh

Kata kunci: vitamin C, vitamin E, stres, kualitas sperma

I. Pendahuluan

Jaringan testis pada mamalia termasuk ternak sangat sensitive terhadap


terhadap cekaman panas. Menurut (Wibisono, 2001) cekaman panas pada testis
dapat menyebabkan fragmentasi total bisa berakibat kerusakan jaringan testis
yang menyebabkan kegagalan proses spermatogenesis, sedangkan fragmentasi
parsial berpengaruh terhadap spermatozoa yang dihasilkan. Walaupun sel tubuh
selalu dihadapkan pada radikal bebas baik dari hasil samping produksi
metabolisme sel fagosit atau didapat dari luar, sampai batas tertentu sel masih
dapat bertahan terhadap kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas. Hal ini
disebabkan karena adanya protektor terhadap radikal bebas.
Stress dapat menyebabkan perubahan patologis pada tubuh ternak maupun
manusia, salah satu diantaranya adalah gangguan reproduksi seperti infertilitas.
Infertilitas pada keadaan stress dapat disebabkan oleh adanya hambatan motilitas
sperma, meningkatnya kerusakan membran, adanya kelainan morfologi dan
viabilitas spermatozoa (Lamirande dan Gagnon, 1997). Stress oksidatif
merupakan keadaan dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya. Akibat intensitas proses oksidasi sel-sel
tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih
banyak.

II. Pembahasan

A. Vitamin C

1. Sifat Vitamin C
Vitamin C mempunyai sifat polaritas yang tinggi karena mempunyai
banyak gugus hidroksil sehingga vitamin C mudah larut dalam air (Favier, 1995).
Produk vitamin C banyak ditemukan baik alami yang terkandung dalam buah-
buahan maupun sintesis misalnya E. Merck.

2. Peranan Vitamin C terhadap Kuantitas Spermatozoa


Vitamin C selain mampu mengurangi radikal bebas penyebab kanker, juga
merupakan antioksidan yang baik. Vitamin C sangat esensial untuk pembentukan
sperma. Kekurangan vitamin C pada manusia dapat menghambat dalam
memperoleh keturunan. Perbaikan untuk hal ini memerlukan waktu satu bulan
dengan meningkatkan konsumsi vitamin C sebanyak 500 miligram. Kualitas dan
kuantitas sperma serta aktivitasnya dapat ditingkatkan dengan menambah
konsumsi vitamin C (Jishage et al., 2005). Vitamin C tidak dapat disintesis
sendiri oleh tubuh sehingga perlu disuplai dari luar tubuh untuk mempertahankan
daya tahan tubuh.
Dalam suatu penelitian membuktikan pemberian vitamin C dosis tertentu
selama 15 hari dapat meningkatkan jumlah spermatozoa pada Mus musculus
yang dipapar gelombang ultrasonik. Paparan gelombang ultrasonik dengan
frekuensi 30 kHz daya 3.5 watt/cm2 selama 20 menit dan frekuenzi 60 kHz daya
0.5 watt/cm2 selama 15 menit dapat menyebabkan munculnya radikal bebas.
Pemberian vitamin C sampai dosis 0.20 mg/gram berat badan/hari dapat
mengurangi jumlah spermatozoa yang mengalami kerusakan akibat radikal bebas
karena vitamin C mampu menetralisir radikal bebas (Wibisono, 2001).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dimungkinkan pemberian vitamin C dosis
tertentu dapat mempertahankan atau memperbaiki kualitas spermatozoa akibat
stressor panas. Gelombang ultrasonik memancarkan energi panas, semakin lama
intensitas makin tinggi dan suhu testis lebih tinggi dari toleransi 5-6 oC dari suhu
tubuh maka berdampak pada penurunan jumlah spermatozoa. Dengan demikian
bperlu adanya penelitian tentang aplikasi vitamin C sebagai antioksidan terhadap
ternak yang terkena cekaman stres.
Pada pemberian vitamin C dosis tinggi 0.40 mg/g berat badan/hari pada
mencit terjadi penuruanan jumlah spermatozoa karena vitamin C merupakan
bahan yang bersifat pro-oksidan. Radikal askorbat yang terbentuk setelah
menetralkan radikal bebas akibat paparan gelombang ultrasonik, setelah
mengalami transfer elktron, akan terbentuk askorbat dianion. Selanjutnya setelah
mengalami auto-oksidasi, askorbat dianion tersebut akan menjadi radikal
askorbat dan radikal anion superoksid.

Reaksi kimianya sebagai berikut : Asc2- + O2 Asc0- + O20-

Dari reaksi tersebut menunjukkan bahwa vitamin C menghasilkan anion


superoksid meskipun jumlahnya sangat rendah. Pemberian dosis vitamin C 0.40
mg/g berat badan/hari pada mencit terjadi penurunan jumlah spermatozoa
dimungkinkan lebih banyak dihasilkan radikal anion superoksid karena vitamin C
bisa bersifat pro-oksidan.
Menurut (Suastika, 2007), salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya
komplikasi vaskuler pada jaringan tertentu adalah meningkatnya stres oksidatif
(radikal bebas). Hal ini terjadi karena beberapa mekanisme seperti kegagalan
dalam ekspresi enzim SOD (superoxide dismutase), penurunan kapasitas
antioksidan, meningkatnya glikosilasi protein dan lain-lain. Pemakaian vitamin
yang berfungsi sebagai antioksidan dalam dosis yang sesuai cukup membantu.
Vitamin yang dapat digunakan sebagai antioksidan misalnya vitamin C dan E.
Kombinasi vitamin E dosis besar dapat meningkatkan kapasitas antioksidan dari
vitamin C. Namun hal yang ditakutkan pada pemberian vitamin E dosis besar
adalah meningkatnya risiko terjadinya aterosklerosis.

B. Vitamin E

1. Definisi Vitamin E
Vitamin E (tokoferol) merupakan suatu komponen lipid yang esensial
terdiri dari selaput-selaput biologi yang saling berhubungan dengan radikal
peroxyl yang berfungsi dalam mencegah perkembangan lipid peroxidan (Jishage,
et al., 2005). Tokoferol pertama kali ditemukan tahun 1922 sebagai salah satu
faktor anti ketidak suburan (anti-infertilitas). Lebih lanjut dijelaskan oleh (Dutta-
Roy, 1994) vitamin E merupakan vitamin yang larut dalam lemak yang terdiri
dari campuran dan substansi tokoferol (a, b, g, dan d) dan tokotrienol (a, b, g, dan
d), pada manusia a-tokoferol merupakan vitamin E yang paling penting untuk
aktifitas biologi tubuh. Bentuk vitamin E ini dibedakan berdasarkan letak
berbagai grup metil pada cincin fenil rantai cabang molekul dan ketidakjenuhan
rantai cabang.
Menurut (Dutta-Roy, 1994) a-tokoferol merupakan bentuk vitamin E yang
paling aktif, berdasarkan penelitian pada rodentia dan anak ayam. Menurut
Linder (1992) bentuk dtokoferol sangat lebih aktif daripada bentuk l. Grup
hidroksil yang aktif pada cincin fenil dapat diesterifikasi untuk aktivitasnya. Dl -
a - tokoferol asetat dapat digunakan untuk membuat definisi unit-unit
internasional untuk vitamin E, yaitu 1 mg = 1 IU, oleh karena 1 mg dl - a-
tokoferol (tidak diesterifikasi) = 1,36 IU dan 1 mg d - a - tokoferol = 1,49 IU.

2. Peranan Vitamin E terhadap Fertilitas


Hampir 60% komponen lipid dalam semen kalkun adalah fosfolipid
(Cerolini et al., 1997). Secara fisiologis, ukuran PUFA (polyunsaturated fatty
acids) yang tinggi dalam semen unggas bersifat integral karena menjaga
ketidakstabilan selaput dan fleksibilitas selama proses fertilisasi. Pengaruh
kerusakan lipid peroksidasi pada sperma unggas dapat mengurangi motilitas
kemampuan fertilisasi. Pada beberapa penelitian menggunakan sperma mamalia
pengaruh kerusakan lipid peroksidasi seperti penurunan fungsi akrosom,
kerusakan kromatin dan penurunan kemampuan fusi sperma dengan ovum
termasuk didalamnya berpengaruh terhadap fertilitas semen yang disimpan
(Kodama et al., 1996).
Karakteristik sperma kalkun yang peka terhadap lipid peroxidation,
diperlukan satu sistim antioksidan yang efisien di dalam semen kalkun yang
disimpan dalam ruang tubules untuk melindungi membran sperma dari kerusakan
peroksidatif (Kelso et al., 1996). Vitamin E merupakan penstabil alami pada
plasma sperma dan membran mitokondria (Surai and Ionov, 1992). Vitamin E
terbukti dapat memperbaiki motilitas sperma kalkun dan kelangsungan hidup di
dalam ruang penyimpanan selama 48 jam pada suhu 5C (Donoghue and
Donoghue, 1997). Vitamin E dapat meningkatkan kualitas spermatozoa kalkun
secara signifikan (P < 0.05) pada dosis 40 g/ml (Long and Kramer, 2003).
Epididimis merupakan jaringan komplek yang secara anatomi dan histologi
dipisahkan menjadi 4 bagian kelompok yang berbeda, yaitu segmen awal, caput,
corpus dan cauda epididimis. Keempat bagian tersebut responsif terhadap faktor
umur. Beberapa perubahan terkait dengan umur misalnya akumulasi lipofuscin
yang distribusinya diubah menjadi sistem antioksidan. Penurunan ekpresi gen
dipengaruhi oleh pertahanan antioksidan. Kemungkinan stres oksidatif berperan
dalam penuaan epididimis. Stres oksidatif yang berkepanjangan berdampak pada
proses penuaan epididimis dan kerusakan yang semakin meluas (Kathryn et al.,
2004).
Vitamin E merupakan kelompok lipid yang mudah larut dalam lemak, dapat
memutuskan rantai ikatan radikal bebas terutama a-tocoferol. Vitamin E
berfungsi sebagai antioksidan yang mencegah perkembangan lebih lanjut reaksi
radikal bebas dan selanjutnya melindungi sel dari kerusakan. Vitamin E berperan
penting dalam melawan lipid peroxidasi, radikal bebas menyerang asam lemak
yang menyebabkan kerusakan struktural pada membran dan hasilnya terbentuk
malondialdehyde dan 4-hidroxy, 2-nonenal (4-HNE). Indikator tersebut yang
biasa digunakan untuk mengetahui radikal bebas menyerang lipid (lipid
peroxidation) (Kathryn et al., 2004).
Berdasarkan hasil penelitian (Kathryn et al., 2004) membuktikan defisiensi
vitamin E menyebabkan corpus epididimis mengalami peningkatan 4-HNE.
Difesiensi vitamin E pada jaringan juga berdampak meningkatnya
immunoreactivity dalam sitoplasma sepanjang epididimis.

3. Peranan Vitamin E terhadap Kebuntingan


Vitamin E sangat diperlukan selain sebagai faktor sebagai anti-infertilitas
juga diperlukan selama kehamilan untuk mengontrol kebutuhan vitamin E pada
induk (ibu) dan embrio yang tidak bisa terpisah. Vitamin E dikenal sebagai lipid
yang paling dapat larut kuat sebagai antioksidan. Pada percobaan penelitian
menggunakan hewan model mencit (Jishage et al., 2005) membuktikan bahwa
sistem fetoplacental cenderung mudah diserang oleh adanya oksidan dan
antioksidan vitamen E berperan dalam melindungi sel syncytiotrophoblast.
Dengan demikian vitamin E berperan dalam kebuntingan dengan memenuhi
kebutuhan placenta untuk menekan produksi kortikosteroid dalam ginjal.

4. Peranan Vitamin E sebagai Antioksidan


Vitamin E dapat mengendalikan peroksida lemak dengan menyumbangkan
hidrogen kedalam reaksi, menyekat aktivitas tambahan yang dilakukan oleh
peroksida, sehingga memutus reaksi berantai dan bersifat membatasi kerusakan
(Watson and Leonard, 1986). Peran vitamin E dan antioksidan lain secara tepat
masih dipelajari, untuk itu pada penelitian ini akan dikaji tentang kemampuan
vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada usia tua.
Stres oksidasi pada spermatozoa merupakan penyebab utama disfungsi
spermatozoa dengan menghambat proses oksidasi fosforilasi. Oksidasi fosforilasi
yang terganggu menyebabkan peningkatan reactive oxygen species (ROS)
spermatozoa. Kadar ROS yang tinggi dalam sel dapat mengoksidasi lipid,
protein, dan DNA. Lipid membran plasma spermatozoa memiliki fosfolipid
dengan kadar yang tinggi sehingga menyebabkan spermatozoa sangat rentan
terhadap ROS. Hal ini menunjukkan bahwa membran spermatozoa adalah target
utama ROS dan lipid merupakan sasaran yang potensial (Lamarande et al., 1997).
Oksidasi lipid (lipid peroksidase) pada membran spermatozoa menghasilkan
senyawa alondialdehyde (MDA), yang bersifat toksik pada sel sehingga
menyebabkan kerusakan membran spermatozoa. Membran spermatozoa yang
rusak akan menyebabkan penurunan integritas membran spermatozoa, sehingga
pada akhirnya menyebabkan penurunan kualitas sperma.
Malondialdehyde (MDA) adalah suatu senyawa yang merupakan hasil dari
oksidasi lipid yang menjadi peroksida. Pengukuran kadar MDA merupakan cara
pengukuran aktivitas radikal bebas secara tidak langsung, sebab yang diukur
adalah produk dari reaksi radikal bebas bukan pengukuran radikal bebas secara
langsung (Edyson, 2002).
Membran plasma spermatozoa terdiri dari lipid ganda yang mengandung
asam lemak tidak jenuh yang sangat rentan terhadap ROS sehingga menimbulkan
peroksidasi lipid (Sjodin et al., 1990). Hasil akhir peroksidasi lipid pada
membran spermatozoa adalah terputusnya rantai asam lemak tidak jenuh dan
menghasilkan MDA yang bersifat toksik terhadap sel. Senyawa MDA
menyebabkan kerusakan membran spermatozoa dan penurunan integritas
membran spermatozoa sehingga terjadi penurunan kualitas sperma (Sanocka et
al., 2004). Terdapat korelasi negatif antara kadar MDA sperma dan integritas
membran spermatozoa dapat dijelaskan bahwa tingginya kadar MDA akan
menurunkan integritas membran sel dan kerusakan spermatozoa yang
menyebabkan terjadinya penurunan kualitas sperma, sehingga makin tinggi kadar
MDA, persentase integritas normal membran spermatozoa makin rendah.
Secara fisiologis sebenarnya tubuh sudah mempersiapkan diri untuk
menangkal radikal bebas atau oksidan dengan tersedianya antioksidan dalam
sistem intrasel membran, cairan ekstrasel, sitoplasma dan lipoprotein membran
(Packer, 1995). Apabila serangan radikal bebas dalam tubuh tidak terkendali,
maka elastisitas jaringan kolagen dan otot akan hilang. Akibatnya kulit menjadi
keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecokelatan (lipofuchsin) pada kulit.
Akibat lain dari serangan radikal bebas timbulnya beberapa penyakit seperti:
penyakit jantung, aterosklerosis, stroke, kanker dan kerusakan-kerusakan lainnya
dalam jaringan reproduksi.
Radikal bebas dapat menyebabkan terbentuknya reaksi dengan asam lemak
tidak jenuh dan membentuk senyawa antara yang sangat reaktif yang dapat
merusak membran sel, termasuk membran lisosom, sehingga enzim lisosom
menjadi bebas dan merusak bagianbagian sel yang lain. Dengan demikian dapat
merubah fungsi organ yang diakibatkan oleh adanya aktivitas enzim, jumlah
enzim, juga oleh tanggapan enzim terhadap perubahan keadaan.
Vitamin E berfungsi untuk memutus rantai peroksida lemak dengan
menyumbangkan ion hidrogen ke dalam reaksi, sehingga dapat menurunkan
kadar lemak peroksida darah. Mekanisme kerja vitamin E dalam mendonorkan
ion hidrogen untuk menetralkan atau mengurangi kadar lemak peroksida darah
dimulai dengan kerja a-tocoferol radikal yang kemudian berubah menjadi a
tocoferol perokside. Dari dua a-tocoferol radikal berubah menjadi a-tocoferol
dimer dan akhirnya menjadi a-tocoquinone yang oleh vitamin C dapat
diregenerasi kembali menjadi a-tocoferol (Frankel, 1998).
Mekanisme respon tubuh terhadap stres diawali dengan adanya rangsang
yang berasal dari luar maupun dari dalam tubuh individu sendiri yang akan
diteruskan pada sistem limbik sebagai pusat pengatur adaptasi. Sistem limbik
meliputi thalamus, hipothalamus, amygdala, hippocampus dan septum. Sistem
Limbik juga dapat mempengaruhi kerja dari sistem otonom. Hipothalamus
memiliki efek yang sangat kuat pada hampir seluruh sistem visceral tubuh kita
dikarenakan hampir semua bagian dari otak mempunyai hubungan dengannya.
Oleh karena hubungan inilah, maka hipothalamus dapat merespon rangsang
psikologis dan emosional. Peran hipothalamus terhadap stres meliputi empat
fungsi spesifik. Fungsi tersebut adalah:
Menginisiasi aktivitas sistem saraf otonom,
Merangsang hipofise anterior memproduksi hormon ACTH,
Memproduksi ADH atau vasopressin,
Merangsang kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroksin. Pemahaman empat
fungsi ini sangat penting untuk mengerti tentang respons tubuh terhadap stres.
Hipothalamus saat stres akan mensekresikan CRF (corticotropin releasing
hormone) yang memacu hipofise anterior untuk memproduksi ACTH
(adrenocorticotrophic hormone) dan TRF (thyrotropin releasing factor).
Pelepasan ACTH membuat kelenjar adrenal mensekresikan beberapa hormon,
meliputi glukokortikoid (kortisol), adrenalin dan noradrenalin. Pelepasan TRF
akan merangsang kelenjar hipofise untuk memproduksi tirotropin yang akan
mengatur kecepatan sekresi tiroksin dan triiodotironin pada kelenjar tiroid.
Hormon kortisol akan menekan sistem imun, sehingga menyebabkan
produksi limfosit dan eosinofil berkurang terutama limfosit sangat ditekan
produksinya. Selain itu, peningkatan jumlah kortisol juga menyebabkan
terjadinya penurunan jumlah monosit dan basofil dalam sirkulasi, hanya saja
mekanismenya masih belum jelas diketahui. Pada stres tahap berat, intensitas
stres mengakibatkan gangguan yang berat dan merusak karena terjadi
penyempitan pembuluh darah (vasokontriksi) akibat hormon vasopresin.
Selanjutnya sirkulasi nutrisi, oksigan dan hormon salah satunya gonadotrophin
(Hartono dan Budiwiyono, 2006).

III. Simpulan dan Saran

Simpulan:

Vitamin C dan E merupakan antioksidan yang bersifat vitamin. Berdasarkan


beberapa penelitian vitamin C dapat meningkatkan konsentrasi sperma pada
mencit yang dipapar gelombang ultrasonik. Sedangkan vitamin E memperbaiki
morfologi sel sperma yang abnormal dan motilitas rendah, karena vitamin E
dapat mencegah peningkatan produksi malondialdehid (MDA). Pemberian
antioksidan vitamin E atau vitamin C dapat menghambat terbentuknya radikal
bebas sehingga dapat menghambat kerusakan sel spermatozoa dan dapat
meningkatkan motilitas serta kemampuan penetrasi sel spermatozoa pada ovum.
Saran:
Penggunaan vitamin C harus sesuai dengan dosis dan perlu penelitian lebih lanjut
terhadap penggunaan dosis yang tepat bagi ternak baik jantan maupun betina.
Apabila dosis berlebihan akan terjadi penurunan kualitas karena vitamin C
bertindak sebagai pro-oksidan.
2Perlu diteliti lebih lanjut efektifitas penggunaan antioksidan vitamin E, karena
vitamin C berkemampuan untuk mendaur ulang radikal tocoferol, yang
merupakan hasil kerja vitamin E setelah bereaksi dengan radikal bebas.
Daftar Pustaka

Cerolini, S., P. F. Surai, A. Maldejian, T. Ghozzi, and R. Noble. 1997. Lipid


composition of semen in different fowl breeders. Journal Poult. Avian Biol. Rev.
8:141-148

Donoghue, A. M., and D. J. Donoghue. 1997. Effects of waterand lipid-soluble


antioxidants on turkey sperm viability, membrane integrity, and motility during
liquid storage. Journal Poult. Sci. 76:1440-1445

Dutta-Roy, A.K., M.J. Gorden., F.M, Campbell., G.G., Duthie, & W.P.T., James.,
1994, Vitamin E Requirements, Transport, and Metabolism: Role of a-Tocoferol-
Binding Proteins. J. Nutr. Biochem., 5 : 562 - 570

Edyson. 2002. Pengaruh pemberian kombinasi Vit C dan E terhadap


aktivitas.superoxide dismutase (SOD) dan kadar malondialdehyde (MDA) pada
eritrosit rattus norvegicus galur winstar yang diinduksi L-Tiroksin. Tesis,
Universitas Airlangga. Surabaya

Favier, A.E. et al. 1995. Analysys of Free Radicals in Biological System.


Birkausher. Boston

Frankel, E.N., 1998, Lipid Oxidation. The Oily Press Dundee. California

Hartono, A. dan Budiwiyono, I. 2006. Pengaruh Stress Akibat Cemas Ujian


Semester terhadap Jumlah Leukosit Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNDIP
Angkatan 2001. Edisi Januari-Juni 2006. Majalah Media Medika Muda, Fakultas
Kedokteran, Universitas Diponegoro, Semarang

Jishage K, Tachibe T, Ito T, Shibata N, Suzuki S, Mori T, Hani T, Arai H, Suzuki


H. 2005. Vitamin E is Essensial for Mouse Placentation but Not for Embryonic
Development Itself. Journal Biology of Reproduction 73: 983-987

Kathryn, M. Jervis and Robaire, B. 2004. The Effects of Long-Term Vitamin E


Treatment on Gene Expression and Oxidative Stress Damage in the Aging Brown
Norway Rat Epididymis. Journal Biology of Reproduction 71: 1088-1095

Kelso, K. A., R. C. Cerolini, N. H. Noble, C. Sparks, and B. K. Speake. 1996.


Lipid and antioxidant changes in the semen of broiler fowl from 25 to 60 wk of
age. J. Reprod. Fertil. 106:201-206

Kodama, H., Y. Kuribayashi, and C. Gagnon. 1996. Effect of sperm lipid


peroxidation on fertilization. Journal Androl 17:151-157

Lamarinde E, Jiang H, Zini A, Kodama H, dan Gagnon C. 1997. Reactive oxygen


species and sperm physiology. Review of Reproduction 2: 4854

Long, J.A., and Kramer, M., 2003. Effect of Vitamin E on Lipid Peroxidation and
Fertility After Artificial Insemination with Liquid-Stored Turkey Semen. Journal
Poultry Science 82: 1802-1807

Packer L., 1995, Oxidative Stress, Antioxidants, Aging and Desease, in: Cutler,
R.G., L. Packer., J. Bertram., & A. Mori., 1995, Oxidative Stress and
Aging., irkhauser Verlag, Basel Switzerland. pp. 114

Sanocka D, dan Kurpisz M, 2004. Reactive oxygen species and sperm cells.
Reproductive Biology and Endocrinology 2(12): 17

Sjodin B, Westing YH, Apple FS, 1990. Biochemical mechanisms for oxygen
free radical formation during exercise. Spons Medicine 10(4): 236-54

Suastika, K. 2007. Dexa Media. Jurnal Kedokteran dan Farmasi, Jakarta 3 (20):
103-105

Surai, P. F., and I. A. Ionov. 1992. Vitamin E in fowl sperm. Pages 535537 in
Proceedings of the 12th International Congress on Animal Reproduction, the
Hague, The Netherlands

Watson, R.R. & Leonard, T.K., 1986, Selenium and Vitamin A, E, and C:
Nutrient with Cancer Prevention Properties. J. Am. Diet Ass., 86 : 505-510
Wibisono, Mufied. 2001. Pemanfaatan Vitamin C untuk Meningkatkan Jumlah
Spermatozoa pada Mus musculus yang Dipapar Gelombang Ultrasonik. Jurnal
Media Medika, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya No.3 (20) Juli-
September 2002

Penulis
Dedy Winarto, S.Pt, M.Si - Dosen Program Studi Peternakan Universitas
Muhammadiyah Purworejo.

Anda mungkin juga menyukai