METODOLOGI PENELITIAN
ANTROPOLOGI
CLIFFORD GEERTZ
23 ThursdayJUL 2015
POSTED BY PUSPO NUGROHO IN UNCATEGORIZED
LEAVE A COMMENT
METODOLOGI PENELITIAN ANTROPOLOGI
Puspo Nugroho
A. PENDAHULUAN
Di negara kita di mana terdapat beragam golongan etnis, yang dalam bahasa
sehari-hari lebih dikenal sebagai suku bangsa, hidup sebagai warga dari sebuah
masyarakat yang luas dengan corak multi etnik, semakin disadari bahwa
pemahaman mengenai latar belakang budaya serta agama yang beragam itu
sangatlah penting. Disinilah letak pentingnya pemahaman antropologi sebagai
salah satu cabang ilmu yang mempelajari serta memahami sifat sifat semua
jenis manusia
Antropologi memiliki dua sisi holistik dimana berusaha meneliti manusia pada
tiap waktu dan tiap dimensi kemanusiannya. Arus utama inilah yang secara
tradisional memisahkan antropologi dari disiplin ilmu kemanusiaan lainnya
yang menekankan pada perbandingan atau perbedaan budaya antar manusia.
Walaupun begitu sisi ini banyak diperdebatkan dan menjadi kontroversi
sehingga metode antropologi sekarang seringkali dilakukan pada pemusatan
penelitan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal.
Antropologi terbagi menjadi dua bidang yaitu antropologi fisik dan antropologi
budaya. Secara lebih spesifik bisa dilihat pada bagan di bawah ini :
Penjelasan
kedua bidang tersebut sebagaimana diterangkan oleh Mahjunir (1967:24)
yaitu:
1. Antropologi fisik yaitu mempelajari seluk beluk jasmani umat manusia dan
pertumbuhannya sejak lahir ke dunia sampai kepada ras-ras manusia
sekarang
2. Antropologi budaya yaitu mempelajari bangsa bangsa /etnis sedunia
terutama yang terdapat diluar eropa barat dalam keadaan sekarang
Dalam antropologi fisik yang diteliti adalah pertanyaan-pertanyaan
mengenai asal usul manusia sebagai mahluk biologis, bagaimana proses
perkembangannya, perbedaan perbedaan lahiriyah yang terlihat pada
manusia. Ihromi (2006:5) menjelaskan bahwa dalam antropologi fisik ini
mempelajari manusia sebagai makhluq fisik yang berkembang, dan hendak
ditentukannya bagaimana dan apa sebabnya bangsa bangsa berbeda
menurut keadaan fisiknya. Haviland (1999:12) menambahkan salah satu
hal yang menjadi perhatiannya ialah evolusi manusia. Adapun antropologi
budaya memberikan jawaban mengenai munculnya pertanyaan yang
berhubungan dengan manusia sebagai makhluq sosial atau sebagai
manusia yang hidup dalam kelompok masyarakat (Ihromi:2006.x).
Haviland (1999:12) menambahkan sebagai cabang antropologi yang
mengkhususkan diri pada pola-pola kehidupan masyarakat.
Maksudnya ialah antara Mei 1953 sampai September 1954, merupakan masa
penelitian lapangan yang sesungguhnya, dan dilakukan di Mojokuto. Ia dan
istrinya sepanjang masa itu tinggal di rumah seorang buruh kereta api di ujung
kota, rumah itu sebenarnya tidak terletak di desa Mojokuto, tetapi di desa
sebelahnya, yang hanya bersifat kota di bagian tenggaranya.
Semua kegiatan, temasuk wawancara dengan para informan, ia lakukan
dengan menggunakan bahasa jawa, kecuali beberapa pelajar yang sangat
nasionalistik dan lebih senang berbahasa Indonesia (Melayu). Selanjutnya, dari
segi informan yang digunakan sebagai sampel dalam penelitiannya itu, Geertz
megatakan bahwa ia melakukan banyak kegiatan sistematis dan lama dengan
informan-informan tertentu mengenai suatu topik, baik dirumah mereka sendiri
maupun di kantor. Sedangkan pendekatan analisisnya sebagaimana tersebut
di atas adalah dengan menggunakan kerangka teori yang terdapat dalam ilmu
antropologi. Dengan pendekatan ini, fenomena keagamaan yang terjadi di
daerah Jawa dapat di jelaskan dengan baik.
Kladen (1998:xix-xx) menambahkan pada tahap ketiga ini analisisnya lebih dari
menggunakan kerangka teori antropologi, akan tetapi juga mempertanyakan
dan mempersoalkan kedudukan, fungsi dan peranan ilmu antropologi tersebut.
Dalam tahap tiga ini pertanyaan yang muncul tidak hanya bersifat teoretis dan
metodologis, akan tetapi menjadi pertanyaan epistemologis sehingga oleh
kladen masa ini ia sebut dengan tahapan studi epistemologis.
E. Kesimpulan
Selanjutnya dalam kesimpulan ini, secara sederhana pengertian antropologi
yaitu sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik
serta kebudayaan (cara-cara berperilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang
dihasilkan sehingga setiap manusia satu dengan yang lain yang memiliki
keragaman yang berbeda-beda. Dalam penelitiannya dilihat dari segi informan
yang digunakan sebagai sampel dalam penelitiannya itu, Geertz megatakan
bahwa ia melakukan banyak kegiatan sistematis dan lama dengan informan-
informan tertentu mengenai suatu topik, baik dirumah mereka sendiri maupun
di kantor tempat ia bekerja, dilingkungan pasar, sawah dll. Sedangkan
pendekatan analisisnya sebagaimana tersebut di atas adalah dengan
menggunakan kerangka teori yang terdapat dalam ilmu antropologi. Dengan
pendekatan ini, fenomena keagamaan yang terjadi di daerah Jawa dapat di
jelaskan dengan baik.
Dengan memperhatikan uraian tersebut di atas, dapat kiranya disimpulkan
bahwa model penelitian antropologi agama yang dilakukan Geertz dapat di
jadikan model atau bahan perbandingan bagi para peneliti selanjutnya. Hal ini,
karena secara metodologi penelitian yang dilakukan Geertz tergolong penelitian
yang lengkap dan memenuhi prosedur penelitian lapangan yang baik. Ia
fokuskan dengan penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif. Penelitian
ini didasarkan pada data-data yang dikumpulkan melalui wawancara,
pengamatan, survey, dan penelitian Grounded Research, yakni penelitian yang
penelitinya terlibat langsung dalam kehidupan masyarakat yang ditelitinya.
Secara umum dibulatkan bahwa metode yang digunakan oleh Geertz dalam
penelitiannya ini adalah dengan penguasaan bahasa lokal, pembagian tugas
dengan tim peneliti lain, pemanfaatan banyak informan local, pendalaman
topik-topik tertentu yang membutuhkan penjelasan rinci, dan pengumpulan
data-data empirik-statistik. Dan bagian paling besarnya adalah waktunya
kesemuanya ia fokuskan untuk penelitian secara menyeluruh dengan
pendekatan observasi partisipatif dalam tiga tahapan.
Dalam temuannya pasca penelitian, ia dapat merumuskan beberapa point
sebagai hasil dari penelitian tersebut menghasilkan pengklasifikasian 3 sub
variant agama masyarakat jawa menjadi tiga subtradisi. Ketiga tipe
kebudayaan ini adalah abangan, santri dan priyayi.
Wallahualamu bishowab..
DAFTAR PUSTAKA
Geertz, Clifford. The Religion of Java. The Free Press of Glencoe. London.
1964
Geertz, Clifford. Abangan Santri Priyayi dalam Masyarakat Jawa. terj. Aswab
Mahasin. Bandung: Dunia Pustaka Jaya.1981
Geertz, Clifford. Tafsir Kebudayaan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 1992
(Terjmh. The Interpretation of Culture. Hutchinson & CO Publisher LTD. London.
1974)
Geertz, Clifford. Kebudayaan & Agama. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 1992
(Terjmh. The Interpretation of Culture: Selected Essays. Hutchinson & CO
Publisher LTD. London. 1974)
Kleden, Ignaz, Dari Etnografi ke Etnografi tentang Etnografi: Antropologi
Clifford Geertz dalam Tiga Tahap dalam Clifford Geertz, After the Fact. Dua
Negeri Satu Dasawarsa, Satu Antropolog. Clifford Geertz. (Yogyakarta: LKiS,
1998), ix-xxi terjemah dari (Clifford Geertz. After the Fact. Two Countries, Four
Decades, One Antropologist., Harvard University Press.1995)
Ihromi,.T.O. Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Yayasan Obor Indonesia.
Jakarta. 2006
Soekadijo.R.G. Antropologi edisi Keempat Jilid 1. Penerbit Erlangga. Universitas
Sebelas Maret Surakarta. 1993 Terjmh dari (Haviland.A.William. Antropologi
4th Edition.CBS College Publishing.1985)
Mahjunir. Mengenal pokok-pokok Antropologi dan Kebudayaan. Bratara.
Djakarta. 1967
Baidhawy, Zakiyuddin, Studi Islam Pendekatan dan Metode. Insan
Media,Yogyakarta, 2011
Koentjaraningrat. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Djambatan. Jakarta.
2004
Soekadijo.R.G. Antropologi edisi Keempat Jilid 2. Penerbit Erlangga. Universitas
Sebelas Maret Surakarta. 1993 Terjmh dari (Haviland.A.William. Antropologi
4th Edition.CBS College Publishing.1985)
Abdullah, Irwan. Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta. 2009.