Anda di halaman 1dari 13

PENAMPILAN FISIK PUSKESMAS DI KABUPATEN SLEMAN

Mengapa Masyarakat Enggan Memanfaatkan Puskesmas?

Puskesmas hanya untuk kalangan pembantu, image ini terus berkembang di masyarakat
menengah atas atau mereka yang kaya. Bagi masyarakat miskin tidak demikian, puskesmas
adalah satu-satunya pemberi layanan yang dapat mereka jangkau karena murahnya biaya
pelayanan. Fenomena ini memberikan gambaran kepada kita Puskesmas sebagai pemberi
layanan kesehatan belum mampu menarik konsumen sebagai pelanggan. Berbeda jika kita
membandingkan dengan fasilitas kesehatan lainnya, masyarakat merasa bahwa mereka pergi
ke pusat layanan kesehatan sebagai pelanggan karena mereka merasa puas akan layanan yang
telah mereka dapatkan sebelumnya. Mereka merasa nyaman saat datang dan merasa yakin
akan pelayanan yang diberikan oleh fasilitas kesehatan selain puskesmas.

Apa yang membuat masyarakat merasa tidak nyaman dan tidak yakin akan
pelayanan di Puskesmas?

Puskesmas sebagai pemberi layanan kesehatan dasar harus mampu memenuhi kebutuhan
kesehatan masyarakat. Ketika masyarakat datang ke Puskesmas, mereka tentunya berharap
bahwa keluhan yang mereka rasakan terkait kesehatannya dapat sembuh. Kenyataannya saat
mereka datang ke Puskesmas layanan sudah tutup atau dokter tidak berada di tempat.
Pelayanan pengobatan kurang memuaskan karena obat yang mereka terima tidak jos
artinya obat yang mereka konsumsi tidak memberikan efek apapun terhadap penyakitnya.
Masalah lingkungan yang kurang bersih juga mempengaruhi masyarakat merasa tidak yakin
akan pelayanan yang diberikan. Bukan penyakit kita yang sembuh, akan timbul penyakit
yang baru jika Puskesmasnya sendiri kurang menjaga kebersihan lingkungannnya. Fisik
puskesmas yang hampir roboh juga mengurangi minat masyarakat untuk kembali. Sangat
berbeda jauh jika melihat kondisi tempat pelayanan kesehatan lainnya, kesan bersih, asri, dan
nyaman membuat masyarakat merasa yakin akan pelayanan yang nantinya akan mereka
dapatkan.

Upaya apa yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah ini?

Pelayanan kesehatan di Puskesmas memiliki citra kurang baik dibandingkan fasilitas lainnya.
Untuk meningkatkan citra dan reputasi ini Dinas Kesehatan menilai bahwa daya ungkitnya
adalah dengan memberikan kewenangan penuh kepada Puskesmas untuk mengelola sendiri
uang penerimaan pelayanan pengobatan. Kewenangan terhadap dana dari pemerintah untuk
pengobatan dan mengoptimalkan mobilisasi potensi pembiayaan masyarakat. Harapannya
Puskesmas mampu mengembangkan dan meningkatkan kualitas puskesmasnya sendiri
sehingga nantinya dapat menarik kelompok masyarakat ekonomi kuat memanfaatkan layanan
di Puskesmas.

Pada tahun 2003 keluar peraturan pemerintah yang menyatakan bahwa RSUD dan
vertikalnya sebagai Public enterprise, selanjutnya untuk pelayanan di Puskesmas diatur
dengan keputusan bersama antara Menkes dan Mendagri No 93A/MENKES/SKB/II/1996
dan No 17 tahun 1996 tentang pedoman pelaksanaan pungutan retribusi pelayanan kesehatan
pada puskesmas. Dalam peraturan tersebut ditetapkan bahwa 50% pendapatan di Puskesmas
dapat digunakan langsung sebagai operasional di Puskesmas, sedangkan 50% sebagai
pendapatan daerah.
Perbaikan Fisik Gedung Puskesmas Untuk Menarik Minat Masyarakat Ke Puskesmas

Di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati KDH Sleman No 48/SK.KDH/A/1999 selain 50%


sebagai pendapatan yang langsung digunakan masih ditambah yang 50% sebagai subsidi dari
pemerintah sehingga sejak tahun 1999, pendapatan di Puskesmas 100% dikembalikan sebagai
operasional puskesmas. Dinas Kesehatan Sleman juga melakukan pembenahan terhadap
puskesmas. Pembenahan tersebut dimaksudkan agar puskesmas mendapat pengakuan
ditengah masyarakat, yaitu dapat memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
tuntutan masyarakat baik kalangan menengah bawah maupun atas. Salah satu bentuk
pembenahan yang dilakukan adalah adanya kebijakan untuk pemenuhan sarana dan prasarana
baik peralatan medis maupun non medis. Perbaikan sarana non medis terutama diarahkan
untuk perbaikan sarana fisik gedung atau bangunan yang disesuaikan dengan kondisi
sekarang.

Fisik puskesmas termasuk didalamnya bangunan dan lingkungan sangat ditentukan oleh
fungsi-fungsi yang terkandung didalamnya (form follows function), sehingga terjadi suatu
konsekuensi logis perubahan fungsi akibat pergeseran paradigma masyarakat khususnya
pengguna puskesmas. Faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk disain puskesmas, antara
lain akibat: a) terjadinya pergeseran sosekbudkesmas, b) pengaruh segmentasi pasar
puskesmas c) akibat kemajuan iptek seperti kemajuan peralatan, kemajuan manajemen,
kemajuan dibidang perancangan bangunan dan lain sebagainya. Adanya perubahan desain
puskesmas juga memungkinkan banyak tidaknya masyarakat atau pasien berkunjung ke
puskesmas itu. Apabila puskesmas tidak mampu merubah atau memperbaiki tampilan
fisiknya dapat menurunkan mutu puskesmas baik secara langsung maupun tidak langsung,
dimana kepuasan konsumen belum terpenuhi secara keseluruhan (Wisnu, 2001).

Seperti Apa Kondisi Fisik Puskesmas di Sleman?

Tahun 2004 tercatat 45% kondisi Fisik Puskesmas di kabupaten Sleman baik. Kriteria baik
dilihat dari kondisi fisiknya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Deskripsi Fisik Puskesmas di Kabupaten Sleman

Fisik Puskesmas Kategori Baik Fisik Puskesmas Kategori Kurang


Pintu, jendela, dan atap masing-masing Pintu dan jendela tidak berfungsi dengan
ruangan berfungsi dengan baik baik, ada beberapa atap yang sudah rusak
Bangunan puskesmas dilengkapi pagar, Papan nama sudah tidak terbaca, saluran
papan nama, dan saluran air yang bersih air tidak ada, jika ada saluran air mampat
dan masih berfungsi
Memiliki halaman dan tempat parkir Tidak ada tempat parkir dan halaman
yang dilengkapi taman
Pembagian ruangan jelas dan tertata Ruangan masih ada yang bergabung
dengan baik menjadi satu dan penyekat belum
berfungsi dengan baik
Dilengkapi dengan papan penunjuk Papan penunjuk ruangan tidak lengkap
ruangan yang jelas
Ruang tunggu dilengkapi dengan media Ruang tunggu belum dilengkapi dengan
promosi seperti poster dan papan media promosi dan papan penyuluhan
penyuluhan.
Tersedia kartu tunggu Tidak dilengkapi dengan kartu tunggu
Sistem pencahayaan dan pengaturan udara Sistem pencahayaan tidak berfungsi,
seperti kipas angin atau AC ada dan pengaturan udara seperti kipas angin atau
berfungsi dengan baik AC belum tersedia

Beberapa Puskesmas belum mampu memperbaiki kondisi fisiknya karena keterbatasan dana.
Upaya Dinas Kesehatan membantu pengembangan fisik Puskesmas tidak dapat sekaligus
dilakukan untuk seluruh Puskesmas. Pengembangan dilakukan berdasarkan anggaran proyek
yang diturunkan dengan jumlah terbatas sehingga pelaksanaan pembangunan, rehabilitasi,
renovasi puskdinesmas dilakukan bertahap.

Gambar 1. Sistem Perencanaan Pengembangan Puskesmas

Sebelum rencana perbaikan Puskesmas disetujui, dinas kesehatan melihat tingkat kebutuhan
berdasarkan jumlah kunjungan dan sumber daya yang dimiliki oleh Puskesmas itu sendiri.
Dinas kesehatan bersifat membantu, tidak 100% mengeluarkan biaya renovasi. Contoh
Puskesmas yang telah mendapatkan giliran di renovasi tampak pada Gambar 1.

Mengapa Masyarakat Enggan Memanfaatkan Puskesmas?

Puskesmas hanya untuk kalangan pembantu, image ini terus berkembang di masyarakat
menengah atas atau mereka yang kaya. Bagi masyarakat miskin tidak demikian, puskesmas
adalah satu-satunya pemberi layanan yang dapat mereka jangkau karena murahnya biaya
pelayanan. Fenomena ini memberikan gambaran kepada kita Puskesmas sebagai pemberi
layanan kesehatan belum mampu menarik konsumen sebagai pelanggan. Berbeda jika kita
membandingkan dengan fasilitas kesehatan lainnya, masyarakat merasa bahwa mereka pergi
ke pusat layanan kesehatan sebagai pelanggan karena mereka merasa puas akan layanan yang
telah mereka dapatkan sebelumnya. Mereka merasa nyaman saat datang dan merasa yakin
akan pelayanan yang diberikan oleh fasilitas kesehatan selain puskesmas.

Apa yang membuat masyarakat merasa tidak nyaman dan tidak yakin akan
pelayanan di Puskesmas?
Puskesmas sebagai pemberi layanan kesehatan dasar harus mampu memenuhi kebutuhan
kesehatan masyarakat. Ketika masyarakat datang ke Puskesmas, mereka tentunya berharap
bahwa keluhan yang mereka rasakan terkait kesehatannya dapat sembuh. Kenyataannya saat
mereka datang ke Puskesmas layanan sudah tutup atau dokter tidak berada di tempat.
Pelayanan pengobatan kurang memuaskan karena obat yang mereka terima tidak jos
artinya obat yang mereka konsumsi tidak memberikan efek apapun terhadap penyakitnya.
Masalah lingkungan yang kurang bersih juga mempengaruhi masyarakat merasa tidak yakin
akan pelayanan yang diberikan. Bukan penyakit kita yang sembuh, akan timbul penyakit
yang baru jika Puskesmasnya sendiri kurang menjaga kebersihan lingkungannnya. Fisik
puskesmas yang hampir roboh juga mengurangi minat masyarakat untuk kembali. Sangat
berbeda jauh jika melihat kondisi tempat pelayanan kesehatan lainnya, kesan bersih, asri, dan
nyaman membuat masyarakat merasa yakin akan pelayanan yang nantinya akan mereka
dapatkan.

Upaya apa yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah ini?

Pelayanan kesehatan di Puskesmas memiliki citra kurang baik dibandingkan fasilitas lainnya.
Untuk meningkatkan citra dan reputasi ini Dinas Kesehatan menilai bahwa daya ungkitnya
adalah dengan memberikan kewenangan penuh kepada Puskesmas untuk mengelola sendiri
uang penerimaan pelayanan pengobatan. Kewenangan terhadap dana dari pemerintah untuk
pengobatan dan mengoptimalkan mobilisasi potensi pembiayaan masyarakat. Harapannya
Puskesmas mampu mengembangkan dan meningkatkan kualitas puskesmasnya sendiri
sehingga nantinya dapat menarik kelompok masyarakat ekonomi kuat memanfaatkan layanan
di Puskesmas.

Pada tahun 2003 keluar peraturan pemerintah yang menyatakan bahwa RSUD dan
vertikalnya sebagai Public enterprise, selanjutnya untuk pelayanan di Puskesmas diatur
dengan keputusan bersama antara Menkes dan Mendagri No 93A/MENKES/SKB/II/1996
dan No 17 tahun 1996 tentang pedoman pelaksanaan pungutan retribusi pelayanan kesehatan
pada puskesmas. Dalam peraturan tersebut ditetapkan bahwa 50% pendapatan di Puskesmas
dapat digunakan langsung sebagai operasional di Puskesmas, sedangkan 50% sebagai
pendapatan daerah.

Perbaikan Fisik Gedung Puskesmas Untuk Menarik Minat Masyarakat Ke Puskesmas

Di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati KDH Sleman No 48/SK.KDH/A/1999 selain 50%


sebagai pendapatan yang langsung digunakan masih ditambah yang 50% sebagai subsidi dari
pemerintah sehingga sejak tahun 1999, pendapatan di Puskesmas 100% dikembalikan sebagai
operasional puskesmas. Dinas Kesehatan Sleman juga melakukan pembenahan terhadap
puskesmas. Pembenahan tersebut dimaksudkan agar puskesmas mendapat pengakuan
ditengah masyarakat, yaitu dapat memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
tuntutan masyarakat baik kalangan menengah bawah maupun atas. Salah satu bentuk
pembenahan yang dilakukan adalah adanya kebijakan untuk pemenuhan sarana dan prasarana
baik peralatan medis maupun non medis. Perbaikan sarana non medis terutama diarahkan
untuk perbaikan sarana fisik gedung atau bangunan yang disesuaikan dengan kondisi
sekarang.

Fisik puskesmas termasuk didalamnya bangunan dan lingkungan sangat ditentukan oleh
fungsi-fungsi yang terkandung didalamnya (form follows function), sehingga terjadi suatu
konsekuensi logis perubahan fungsi akibat pergeseran paradigma masyarakat khususnya
pengguna puskesmas. Faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk disain puskesmas, antara
lain akibat: a) terjadinya pergeseran sosekbudkesmas, b) pengaruh segmentasi pasar
puskesmas c) akibat kemajuan iptek seperti kemajuan peralatan, kemajuan manajemen,
kemajuan dibidang perancangan bangunan dan lain sebagainya. Adanya perubahan desain
puskesmas juga memungkinkan banyak tidaknya masyarakat atau pasien berkunjung ke
puskesmas itu. Apabila puskesmas tidak mampu merubah atau memperbaiki tampilan
fisiknya dapat menurunkan mutu puskesmas baik secara langsung maupun tidak langsung,
dimana kepuasan konsumen belum terpenuhi secara keseluruhan (Wisnu, 2001).

Seperti Apa Kondisi Fisik Puskesmas di Sleman?

Tahun 2004 tercatat 45% kondisi Fisik Puskesmas di kabupaten Sleman baik. Kriteria baik
dilihat dari kondisi fisiknya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Deskripsi Fisik Puskesmas di Kabupaten Sleman

Fisik Puskesmas Kategori Baik Fisik Puskesmas Kategori Kurang


Pintu, jendela, dan atap masing-masing Pintu dan jendela tidak berfungsi dengan
ruangan berfungsi dengan baik baik, ada beberapa atap yang sudah rusak
Bangunan puskesmas dilengkapi pagar, Papan nama sudah tidak terbaca, saluran
papan nama, dan saluran air yang bersih air tidak ada, jika ada saluran air mampat
dan masih berfungsi
Memiliki halaman dan tempat parkir Tidak ada tempat parkir dan halaman
yang dilengkapi taman
Pembagian ruangan jelas dan tertata Ruangan masih ada yang bergabung
dengan baik menjadi satu dan penyekat belum
berfungsi dengan baik
Dilengkapi dengan papan penunjuk Papan penunjuk ruangan tidak lengkap
ruangan yang jelas
Ruang tunggu dilengkapi dengan media Ruang tunggu belum dilengkapi dengan
promosi seperti poster dan papan media promosi dan papan penyuluhan
penyuluhan.
Tersedia kartu tunggu Tidak dilengkapi dengan kartu tunggu
Sistem pencahayaan dan pengaturan udara Sistem pencahayaan tidak berfungsi,
seperti kipas angin atau AC ada dan pengaturan udara seperti kipas angin atau
berfungsi dengan baik AC belum tersedia

Beberapa Puskesmas belum mampu memperbaiki kondisi fisiknya karena keterbatasan dana.
Upaya Dinas Kesehatan membantu pengembangan fisik Puskesmas tidak dapat sekaligus
dilakukan untuk seluruh Puskesmas. Pengembangan dilakukan berdasarkan anggaran proyek
yang diturunkan dengan jumlah terbatas sehingga pelaksanaan pembangunan, rehabilitasi,
renovasi puskesmas dilakukan bertahap.
Gambar 1. Sistem Perencanaan Pengembangan Puskesmas

Sebelum rencana perbaikan Puskesmas disetujui, dinas kesehatan melihat tingkat kebutuhan
berdasarkan jumlah kunjungan dan sumber daya yang dimiliki oleh Puskesmas itu sendiri.
Dinas kesehatan bersifat membantu, tidak 100% mengeluarkan biaya renovasi.

Kebersihan Mendukung Penampilan Puskesmas Lebih Baik

Keberhasilan Puskesmas mencapai nilai baik dari segi penampilan fisiknya tidak saja terlihat
dari baru atau tidaknya bangunan Puskesmas. Puskesmas dengan bangunan lama tetapi
kondisi lingkungan tetap terjaga bersih memberikan nilai positif dalam penilaian fisiknya.
Kesan bersih dan nyaman memberikan kepuasan tersendiri bagi pengguna Puskesmas.
Masyarakat semakin percaya jika Puskesmas sebagai pemberi layanan kesehatan mampu
memberikan kesan sehat akan penampilannya sendiri. Kategori Puskesmas telah
memperhatikan kebersihan lingkungan lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Deskripsi Kebersihan Lingkungan Puskesmas di Sleman

Kebersihan Lingkungan Puskesmas Kebersihan Lingkungan Puskesmas


Baik Kurang
Dinding selalu diganti catnya tiap tahun. Tidak mengganti cat dindingnya tiap
tahun.
Peralatan meubel seperti meja, kursi, Kotak sampah tertutup belum tersedia di
lemari, dan rak tersedia utuh dan bersih. masing-masing ruangan.
Kotak sampah tertutup di masing-masing Ruang periksa tidak dilengkapi dengan
ruangan. wastafel.
Alat-alat kebersihan lengkap, tersedia Belum ada tempat pengolahan limbah
sapu, sulak, alat pengepel lantai. medis.
Ruang periksa dilengkapi wastafel, Sarung tangan, masker dan jas
penggunaan sarung tangan, masker dan laboratorium tidak dipakai.
jas laboratorium saat bertugas.
Kondisi toilet terawat, tidak bau, tersedia Toilet tidak berfungsi dan tidak terawat
bak penampungan air bersih.
Tersedia toilet khusus petugas dan pasien Tidak ada pembedaan toilet khusus pria -
serta pembedaan toilet wanita dan laki- wanita dan pembedaan toilet petugas
laki. maupun pasien

Lima puluh persen Puskesmas di Sleman memenuhi kriteria kebersihan lingkungan yang
baik. Puskesmas mampu memberikan kesan bersih dan terawat. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan adalah ketersediaan kotak sampah tertutup, tempat pengolahan limbah medis,
dan pemisahan toilet pria-wanita. Puskesmas belum seluruhnya menyediakan fasilitas ini,
Puskesmas menyediakan kotak sampah terbuka dan pengelolaan limbah medisnya dengan
jalan membakarnya secara tradisional. Keberadaan toilet yang terbatas ini sudah cukup jika
toilet tetap dijaga kebersihannya setiap waktu. Pengolahan sampah medis menggunakan
incenerator sementara waktu dapat bekerja sama dengan rumah sakit daerah terdekat.
Penyediaan kotak sampah terbuka hanya untuk ruang tunggu saja, itupun harus dibedakan
antara kotak sampah organik dan non organik. Penampilan Fisik Puskesmas semakin baik di
mata masyarakat jika Puskesmas tetap memperhatikan kebersihan lingkungannya setiap
waktu.

Faktor Penunjang Penampilan Fisik Puskesmas Lebih Baik

Faktor kesiapan sarana, kesiapan petugas, kesiapan prosedur pelayanan dan alokasi biaya
menjadi faktor pendukung keberhasilan Puskesmas mencapai penampilan fisik yang baik.
Ada dana khusus perawatan dan perbaikan di Puskesmas. Kelengkapan Sarana di Puskesmas
meningkatkan minat masyarakat datang ke Puskesmas. Variabel kesiapan sarana yang
meningkatkan penampilan fisik dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Deskripsi Kesiapan Sarana Puskesmas di Kabupaten Sleman

Kesiapan Sarana Puskesmas Baik Kesiapan Sarana Puskesmas Kurang


Ruang tunggu, BP, gigi, KIA/KB lengkap Tidak menyediakan televisi dan dispenser
dengan lantai keramik. di ruang tunggu.
Sistem informasi pelayanan jelas, Ruang tunggu tidak dilengkapi dengan
dispenser dan televisi tersedia di ruang papan alur pelayanan/ informasi
tunggu. pelayanan.
Peralatan meubel lengkap di masing- Ruang tindakan (IGD) belum ada.
masing ruangan.
Ada ruang tindakan tersendiri. Lantai ataupun dinding ruang BP, gigi
maupun KIA/KB belum keramik.
Peralatan di ruang BP, gigi, KIA/KB Ruang laboratorium tidak lengkap.
lengkap.
Sistem pencahayaan dan sirkulasi udara di Jaringan telepon belum ada.
tiap ruangan baik.
Sarana telepon ada. Jaringan telepon belum ada
Gambar 3. Faktor Penunjang Penampilan Fisik Puskesmas

Adanya dokter, perawat, bidan, analis, asisten apoteker, dan petugas kebersihan setiap hari di
Puskesmas menambah nilai positif bagi penilaian penampilan fisik Puskesmas. Petugas
melakukan tugas pokoknya masing-masing setiap hari kerja. Masyarakat akan menilai kinerja
petugas di Puskesmas semakin baik, mereka merasa puas akan layanan yang didapatkan.
Begitu pula dengan prosedur layanan di Puskesmas, masyarakat semakin nyaman dengan
adanya informasi lengkap pelayanan. Mereka tidak harus bingung bagaimana arah layanan
yang harus mereka jalani saat pertama datang ke Puskesmas. Masyarakat akan kembali ke
Puskesmas sebagai pelanggan karena mereka mendapatkan kebutuhan mereka terpenuhi di
Puskesmas.

Upaya Perbaikan Berkesinambungan Mempercepat Pencapaian Penampilan Fisik


Puskesmas Lebih Baik

Puskesmas dapat mulai meningkatkan citra dirinya sendiri dengan berupaya memperbaiki
penampilan fisiknya. Semua ini dapat dilakukan sendiri oleh Puskesmas jika manajemen
perencanaan di Puskesmas baik. Dana perawatan yang hanya 2% dari dana pendapatan
hendaknya dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk pemeliharaan Puskesmas. Pencapaian hasil
total dalam penampilan fisik tidaklah berlangsung sekaligus tetapi bertahap, dimulai dengan
perbaikan secara terus menerus tanpa berhenti tetapi meningkat ke keadaan yang lebih baik
dan ini melibatkan seluruh bagian dalam puskesmas. Hal ini sesuai dengan dasar pemikiran
total quality management (TQM), yaitu bahwa kualitas yang terbaik dapat dicapai
memerlukan upaya perbaikan secara berkesinambungan terhadap kemampuan manusia,
proses dan lingkungan (Yamit, 2001). Kemampuan manusia dalam hal ini berkaitan dengan
kesiapan petugas; proses disini berkaitan dengan prosedur pelayanan dan alokasi biaya;
sedangkan lingkungan disini berkaitan dengan kesiapan sarana, kebersihan lingkungan dan
fisik bangunan.

Keberhasilan masing-masing indikator penilaian fisik puskesmas juga bergantung kepada


sistem manajemen perencanaan dan pengendalian yang diterapkan oleh puskesmas. oleh
karena itu peran leadership juga sangat menetukan keberhasilan masing-masing indikator
pendukung baik buruknya penampilan fisik puskesmas. Untuk dapat mencapai kualitas
penampilan fisik puskesmas yang baik dibutuhkan kepemimpinan yang berorientasi pada
peningkatan kualitas secara berkesinambungan. Pemimpin harus dapat mengembangkan
fokus pada aspek kualitas dengan melibatkan semua karyawan maupun pelanggan. Seorang
pemimpin juga harus dapat memberikan arahan untuk perbaikan yang bersifat inkremental
yaitu tidak sekedar memperbaiki proses tetapi juga mengupayakan proses-proses yang
berbeda. Pemimpin juga harus memiliki tujuan yang jelas dalam melakukan perbaikan yang
sesuai dengan ukuran pelanggan. Pemimpin hendaknya melakukan pengecekkan terhadap
hasil kerja sebelumnya sehingga jika ada masalah dapat dilakukan perubahan secepatnya
menyesuaikan kondisi. Pemimpin Puskesmas dapat mencoba menerapkan sistem manajemen
berdasarkan siklus P-D-C-A seperti pada Gambar 4.

Gambar 5. Sistem Manajemen Berdasarkan Siklus P-D-C-A

Kebersihan Mendukung Penampilan Puskesmas Lebih Baik

Keberhasilan Puskesmas mencapai nilai baik dari segi penampilan fisiknya tidak saja terlihat
dari baru atau tidaknya bangunan Puskesmas. Puskesmas dengan bangunan lama tetapi
kondisi lingkungan tetap terjaga bersih memberikan nilai positif dalam penilaian fisiknya.
Kesan bersih dan nyaman memberikan kepuasan tersendiri bagi pengguna Puskesmas.
Masyarakat semakin percaya jika Puskesmas sebagai pemberi layanan kesehatan mampu
memberikan kesan sehat akan penampilannya sendiri. Kategori Puskesmas telah
memperhatikan kebersihan lingkungan lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Deskripsi Kebersihan Lingkungan Puskesmas di Sleman

Kebersihan Lingkungan Puskesmas Kebersihan Lingkungan Puskesmas


Baik Kurang
Dinding selalu diganti catnya tiap tahun. Tidak mengganti cat dindingnya tiap
tahun.
Peralatan meubel seperti meja, kursi, Kotak sampah tertutup belum tersedia di
lemari, dan rak tersedia utuh dan bersih. masing-masing ruangan.
Kotak sampah tertutup di masing-masing Ruang periksa tidak dilengkapi dengan
ruangan. wastafel.
Alat-alat kebersihan lengkap, tersedia Belum ada tempat pengolahan limbah
sapu, sulak, alat pengepel lantai. medis.
Ruang periksa dilengkapi wastafel, Sarung tangan, masker dan jas
penggunaan sarung tangan, masker dan laboratorium tidak dipakai.
jas laboratorium saat bertugas.
Kondisi toilet terawat, tidak bau, tersedia Toilet tidak berfungsi dan tidak terawat
bak penampungan air bersih.
Tersedia toilet khusus petugas dan pasien Tidak ada pembedaan toilet khusus pria -
serta pembedaan toilet wanita dan laki- wanita dan pembedaan toilet petugas
laki. maupun pasien

Lima puluh persen Puskesmas di Sleman memenuhi kriteria kebersihan lingkungan yang
baik. Puskesmas mampu memberikan kesan bersih dan terawat. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan adalah ketersediaan kotak sampah tertutup, tempat pengolahan limbah medis,
dan pemisahan toilet pria-wanita. Puskesmas belum seluruhnya menyediakan fasilitas ini,
Puskesmas menyediakan kotak sampah terbuka dan pengelolaan limbah medisnya dengan
jalan membakarnya secara tradisional. Keberadaan toilet yang terbatas ini sudah cukup jika
toilet tetap dijaga kebersihannya setiap waktu. Pengolahan sampah medis menggunakan
incenerator sementara waktu dapat bekerja sama dengan rumah sakit daerah terdekat.
Penyediaan kotak sampah terbuka hanya untuk ruang tunggu saja, itupun harus dibedakan
antara kotak sampah organik dan non organik. Penampilan Fisik Puskesmas semakin baik di
mata masyarakat jika Puskesmas tetap memperhatikan kebersihan lingkungannya setiap
waktu.

Faktor Penunjang Penampilan Fisik Puskesmas Lebih Baik

Faktor kesiapan sarana, kesiapan petugas, kesiapan prosedur pelayanan dan alokasi biaya
menjadi faktor pendukung keberhasilan Puskesmas mencapai penampilan fisik yang baik.
Ada dana khusus perawatan dan perbaikan di Puskesmas. Kelengkapan Sarana di Puskesmas
meningkatkan minat masyarakat datang ke Puskesmas. Variabel kesiapan sarana yang
meningkatkan penampilan fisik dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Deskripsi Kesiapan Sarana Puskesmas di Kabupaten Sleman

Kesiapan Sarana Puskesmas Baik Kesiapan Sarana Puskesmas Kurang


Ruang tunggu, BP, gigi, KIA/KB lengkap Tidak menyediakan televisi dan dispenser
dengan lantai keramik. di ruang tunggu.
Sistem informasi pelayanan jelas, Ruang tunggu tidak dilengkapi dengan
dispenser dan televisi tersedia di ruang papan alur pelayanan/ informasi
tunggu. pelayanan.
Peralatan meubel lengkap di masing- Ruang tindakan (IGD) belum ada.
masing ruangan.
Ada ruang tindakan tersendiri. Lantai ataupun dinding ruang BP, gigi
maupun KIA/KB belum keramik.
Peralatan di ruang BP, gigi, KIA/KB Ruang laboratorium tidak lengkap.
lengkap.
Sistem pencahayaan dan sirkulasi udara di Jaringan telepon belum ada.
tiap ruangan baik.
Sarana telepon ada. Jaringan telepon belum ada

Gambar 3. Faktor Penunjang Penampilan Fisik Puskesmas

Adanya dokter, perawat, bidan, analis, asisten apoteker, dan petugas kebersihan setiap hari di
Puskesmas menambah nilai positif bagi penilaian penampilan fisik Puskesmas. Petugas
melakukan tugas pokoknya masing-masing setiap hari kerja. Masyarakat akan menilai kinerja
petugas di Puskesmas semakin baik, mereka merasa puas akan layanan yang didapatkan.
Begitu pula dengan prosedur layanan di Puskesmas, masyarakat semakin nyaman dengan
adanya informasi lengkap pelayanan. Mereka tidak harus bingung bagaimana arah layanan
yang harus mereka jalani saat pertama datang ke Puskesmas. Masyarakat akan kembali ke
Puskesmas sebagai pelanggan karena mereka mendapatkan kebutuhan mereka terpenuhi di
Puskesmas.

Upaya Perbaikan Berkesinambungan Mempercepat Pencapaian Penampilan Fisik


Puskesmas Lebih Baik

Puskesmas dapat mulai meningkatkan citra dirinya sendiri dengan berupaya memperbaiki
penampilan fisiknya. Semua ini dapat dilakukan sendiri oleh Puskesmas jika manajemen
perencanaan di Puskesmas baik. Dana perawatan yang hanya 2% dari dana pendapatan
hendaknya dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk pemeliharaan Puskesmas. Pencapaian hasil
total dalam penampilan fisik tidaklah berlangsung sekaligus tetapi bertahap, dimulai dengan
perbaikan secara terus menerus tanpa berhenti tetapi meningkat ke keadaan yang lebih baik
dan ini melibatkan seluruh bagian dalam puskesmas. Hal ini sesuai dengan dasar pemikiran
total quality management (TQM), yaitu bahwa kualitas yang terbaik dapat dicapai
memerlukan upaya perbaikan secara berkesinambungan terhadap kemampuan manusia,
proses dan lingkungan (Yamit, 2001). Kemampuan manusia dalam hal ini berkaitan dengan
kesiapan petugas; proses disini berkaitan dengan prosedur pelayanan dan alokasi biaya;
sedangkan lingkungan disini berkaitan dengan kesiapan sarana, kebersihan lingkungan dan
fisik bangunan.

Keberhasilan masing-masing indikator penilaian fisik puskesmas juga bergantung kepada


sistem manajemen perencanaan dan pengendalian yang diterapkan oleh puskesmas. oleh
karena itu peran leadership juga sangat menetukan keberhasilan masing-masing indikator
pendukung baik buruknya penampilan fisik puskesmas. Untuk dapat mencapai kualitas
penampilan fisik puskesmas yang baik dibutuhkan kepemimpinan yang berorientasi pada
peningkatan kualitas secara berkesinambungan. Pemimpin harus dapat mengembangkan
fokus pada aspek kualitas dengan melibatkan semua karyawan maupun pelanggan. Seorang
pemimpin juga harus dapat memberikan arahan untuk perbaikan yang bersifat inkremental
yaitu tidak sekedar memperbaiki proses tetapi juga mengupayakan proses-proses yang
berbeda. Pemimpin juga harus memiliki tujuan yang jelas dalam melakukan perbaikan yang
sesuai dengan ukuran pelanggan. Pemimpin hendaknya melakukan pengecekkan terhadap
hasil kerja sebelumnya sehingga jika ada masalah dapat dilakukan perubahan secepatnya
menyesuaikan kondisi. Pemimpin Puskesmas dapat mencoba menerapkan sistem manajemen
berdasarkan siklus P-D-C-A seperti pada Gambar 4.

Gambar 5. Sistem Manajemen Berdasarkan Siklus P-D-C-A

posted by adhi_ns at 7:13 PM

0 Comments:

Post a Comment

<< Home
About
About Me
Name: adhi_ns
Location: Yogyakarta, Indonesia

...;)

View my complete profile

Previous
Puskesmas Merubah Penampilan Fisiknya??? Kenapa Ti...
Hi......

Anda mungkin juga menyukai