FISIK PUSKESMAS Sleman
FISIK PUSKESMAS Sleman
Puskesmas hanya untuk kalangan pembantu, image ini terus berkembang di masyarakat
menengah atas atau mereka yang kaya. Bagi masyarakat miskin tidak demikian, puskesmas
adalah satu-satunya pemberi layanan yang dapat mereka jangkau karena murahnya biaya
pelayanan. Fenomena ini memberikan gambaran kepada kita Puskesmas sebagai pemberi
layanan kesehatan belum mampu menarik konsumen sebagai pelanggan. Berbeda jika kita
membandingkan dengan fasilitas kesehatan lainnya, masyarakat merasa bahwa mereka pergi
ke pusat layanan kesehatan sebagai pelanggan karena mereka merasa puas akan layanan yang
telah mereka dapatkan sebelumnya. Mereka merasa nyaman saat datang dan merasa yakin
akan pelayanan yang diberikan oleh fasilitas kesehatan selain puskesmas.
Apa yang membuat masyarakat merasa tidak nyaman dan tidak yakin akan
pelayanan di Puskesmas?
Puskesmas sebagai pemberi layanan kesehatan dasar harus mampu memenuhi kebutuhan
kesehatan masyarakat. Ketika masyarakat datang ke Puskesmas, mereka tentunya berharap
bahwa keluhan yang mereka rasakan terkait kesehatannya dapat sembuh. Kenyataannya saat
mereka datang ke Puskesmas layanan sudah tutup atau dokter tidak berada di tempat.
Pelayanan pengobatan kurang memuaskan karena obat yang mereka terima tidak jos
artinya obat yang mereka konsumsi tidak memberikan efek apapun terhadap penyakitnya.
Masalah lingkungan yang kurang bersih juga mempengaruhi masyarakat merasa tidak yakin
akan pelayanan yang diberikan. Bukan penyakit kita yang sembuh, akan timbul penyakit
yang baru jika Puskesmasnya sendiri kurang menjaga kebersihan lingkungannnya. Fisik
puskesmas yang hampir roboh juga mengurangi minat masyarakat untuk kembali. Sangat
berbeda jauh jika melihat kondisi tempat pelayanan kesehatan lainnya, kesan bersih, asri, dan
nyaman membuat masyarakat merasa yakin akan pelayanan yang nantinya akan mereka
dapatkan.
Pelayanan kesehatan di Puskesmas memiliki citra kurang baik dibandingkan fasilitas lainnya.
Untuk meningkatkan citra dan reputasi ini Dinas Kesehatan menilai bahwa daya ungkitnya
adalah dengan memberikan kewenangan penuh kepada Puskesmas untuk mengelola sendiri
uang penerimaan pelayanan pengobatan. Kewenangan terhadap dana dari pemerintah untuk
pengobatan dan mengoptimalkan mobilisasi potensi pembiayaan masyarakat. Harapannya
Puskesmas mampu mengembangkan dan meningkatkan kualitas puskesmasnya sendiri
sehingga nantinya dapat menarik kelompok masyarakat ekonomi kuat memanfaatkan layanan
di Puskesmas.
Pada tahun 2003 keluar peraturan pemerintah yang menyatakan bahwa RSUD dan
vertikalnya sebagai Public enterprise, selanjutnya untuk pelayanan di Puskesmas diatur
dengan keputusan bersama antara Menkes dan Mendagri No 93A/MENKES/SKB/II/1996
dan No 17 tahun 1996 tentang pedoman pelaksanaan pungutan retribusi pelayanan kesehatan
pada puskesmas. Dalam peraturan tersebut ditetapkan bahwa 50% pendapatan di Puskesmas
dapat digunakan langsung sebagai operasional di Puskesmas, sedangkan 50% sebagai
pendapatan daerah.
Perbaikan Fisik Gedung Puskesmas Untuk Menarik Minat Masyarakat Ke Puskesmas
Fisik puskesmas termasuk didalamnya bangunan dan lingkungan sangat ditentukan oleh
fungsi-fungsi yang terkandung didalamnya (form follows function), sehingga terjadi suatu
konsekuensi logis perubahan fungsi akibat pergeseran paradigma masyarakat khususnya
pengguna puskesmas. Faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk disain puskesmas, antara
lain akibat: a) terjadinya pergeseran sosekbudkesmas, b) pengaruh segmentasi pasar
puskesmas c) akibat kemajuan iptek seperti kemajuan peralatan, kemajuan manajemen,
kemajuan dibidang perancangan bangunan dan lain sebagainya. Adanya perubahan desain
puskesmas juga memungkinkan banyak tidaknya masyarakat atau pasien berkunjung ke
puskesmas itu. Apabila puskesmas tidak mampu merubah atau memperbaiki tampilan
fisiknya dapat menurunkan mutu puskesmas baik secara langsung maupun tidak langsung,
dimana kepuasan konsumen belum terpenuhi secara keseluruhan (Wisnu, 2001).
Tahun 2004 tercatat 45% kondisi Fisik Puskesmas di kabupaten Sleman baik. Kriteria baik
dilihat dari kondisi fisiknya dapat dilihat pada Tabel 1.
Beberapa Puskesmas belum mampu memperbaiki kondisi fisiknya karena keterbatasan dana.
Upaya Dinas Kesehatan membantu pengembangan fisik Puskesmas tidak dapat sekaligus
dilakukan untuk seluruh Puskesmas. Pengembangan dilakukan berdasarkan anggaran proyek
yang diturunkan dengan jumlah terbatas sehingga pelaksanaan pembangunan, rehabilitasi,
renovasi puskdinesmas dilakukan bertahap.
Sebelum rencana perbaikan Puskesmas disetujui, dinas kesehatan melihat tingkat kebutuhan
berdasarkan jumlah kunjungan dan sumber daya yang dimiliki oleh Puskesmas itu sendiri.
Dinas kesehatan bersifat membantu, tidak 100% mengeluarkan biaya renovasi. Contoh
Puskesmas yang telah mendapatkan giliran di renovasi tampak pada Gambar 1.
Puskesmas hanya untuk kalangan pembantu, image ini terus berkembang di masyarakat
menengah atas atau mereka yang kaya. Bagi masyarakat miskin tidak demikian, puskesmas
adalah satu-satunya pemberi layanan yang dapat mereka jangkau karena murahnya biaya
pelayanan. Fenomena ini memberikan gambaran kepada kita Puskesmas sebagai pemberi
layanan kesehatan belum mampu menarik konsumen sebagai pelanggan. Berbeda jika kita
membandingkan dengan fasilitas kesehatan lainnya, masyarakat merasa bahwa mereka pergi
ke pusat layanan kesehatan sebagai pelanggan karena mereka merasa puas akan layanan yang
telah mereka dapatkan sebelumnya. Mereka merasa nyaman saat datang dan merasa yakin
akan pelayanan yang diberikan oleh fasilitas kesehatan selain puskesmas.
Apa yang membuat masyarakat merasa tidak nyaman dan tidak yakin akan
pelayanan di Puskesmas?
Puskesmas sebagai pemberi layanan kesehatan dasar harus mampu memenuhi kebutuhan
kesehatan masyarakat. Ketika masyarakat datang ke Puskesmas, mereka tentunya berharap
bahwa keluhan yang mereka rasakan terkait kesehatannya dapat sembuh. Kenyataannya saat
mereka datang ke Puskesmas layanan sudah tutup atau dokter tidak berada di tempat.
Pelayanan pengobatan kurang memuaskan karena obat yang mereka terima tidak jos
artinya obat yang mereka konsumsi tidak memberikan efek apapun terhadap penyakitnya.
Masalah lingkungan yang kurang bersih juga mempengaruhi masyarakat merasa tidak yakin
akan pelayanan yang diberikan. Bukan penyakit kita yang sembuh, akan timbul penyakit
yang baru jika Puskesmasnya sendiri kurang menjaga kebersihan lingkungannnya. Fisik
puskesmas yang hampir roboh juga mengurangi minat masyarakat untuk kembali. Sangat
berbeda jauh jika melihat kondisi tempat pelayanan kesehatan lainnya, kesan bersih, asri, dan
nyaman membuat masyarakat merasa yakin akan pelayanan yang nantinya akan mereka
dapatkan.
Pelayanan kesehatan di Puskesmas memiliki citra kurang baik dibandingkan fasilitas lainnya.
Untuk meningkatkan citra dan reputasi ini Dinas Kesehatan menilai bahwa daya ungkitnya
adalah dengan memberikan kewenangan penuh kepada Puskesmas untuk mengelola sendiri
uang penerimaan pelayanan pengobatan. Kewenangan terhadap dana dari pemerintah untuk
pengobatan dan mengoptimalkan mobilisasi potensi pembiayaan masyarakat. Harapannya
Puskesmas mampu mengembangkan dan meningkatkan kualitas puskesmasnya sendiri
sehingga nantinya dapat menarik kelompok masyarakat ekonomi kuat memanfaatkan layanan
di Puskesmas.
Pada tahun 2003 keluar peraturan pemerintah yang menyatakan bahwa RSUD dan
vertikalnya sebagai Public enterprise, selanjutnya untuk pelayanan di Puskesmas diatur
dengan keputusan bersama antara Menkes dan Mendagri No 93A/MENKES/SKB/II/1996
dan No 17 tahun 1996 tentang pedoman pelaksanaan pungutan retribusi pelayanan kesehatan
pada puskesmas. Dalam peraturan tersebut ditetapkan bahwa 50% pendapatan di Puskesmas
dapat digunakan langsung sebagai operasional di Puskesmas, sedangkan 50% sebagai
pendapatan daerah.
Fisik puskesmas termasuk didalamnya bangunan dan lingkungan sangat ditentukan oleh
fungsi-fungsi yang terkandung didalamnya (form follows function), sehingga terjadi suatu
konsekuensi logis perubahan fungsi akibat pergeseran paradigma masyarakat khususnya
pengguna puskesmas. Faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk disain puskesmas, antara
lain akibat: a) terjadinya pergeseran sosekbudkesmas, b) pengaruh segmentasi pasar
puskesmas c) akibat kemajuan iptek seperti kemajuan peralatan, kemajuan manajemen,
kemajuan dibidang perancangan bangunan dan lain sebagainya. Adanya perubahan desain
puskesmas juga memungkinkan banyak tidaknya masyarakat atau pasien berkunjung ke
puskesmas itu. Apabila puskesmas tidak mampu merubah atau memperbaiki tampilan
fisiknya dapat menurunkan mutu puskesmas baik secara langsung maupun tidak langsung,
dimana kepuasan konsumen belum terpenuhi secara keseluruhan (Wisnu, 2001).
Tahun 2004 tercatat 45% kondisi Fisik Puskesmas di kabupaten Sleman baik. Kriteria baik
dilihat dari kondisi fisiknya dapat dilihat pada Tabel 1.
Beberapa Puskesmas belum mampu memperbaiki kondisi fisiknya karena keterbatasan dana.
Upaya Dinas Kesehatan membantu pengembangan fisik Puskesmas tidak dapat sekaligus
dilakukan untuk seluruh Puskesmas. Pengembangan dilakukan berdasarkan anggaran proyek
yang diturunkan dengan jumlah terbatas sehingga pelaksanaan pembangunan, rehabilitasi,
renovasi puskesmas dilakukan bertahap.
Gambar 1. Sistem Perencanaan Pengembangan Puskesmas
Sebelum rencana perbaikan Puskesmas disetujui, dinas kesehatan melihat tingkat kebutuhan
berdasarkan jumlah kunjungan dan sumber daya yang dimiliki oleh Puskesmas itu sendiri.
Dinas kesehatan bersifat membantu, tidak 100% mengeluarkan biaya renovasi.
Keberhasilan Puskesmas mencapai nilai baik dari segi penampilan fisiknya tidak saja terlihat
dari baru atau tidaknya bangunan Puskesmas. Puskesmas dengan bangunan lama tetapi
kondisi lingkungan tetap terjaga bersih memberikan nilai positif dalam penilaian fisiknya.
Kesan bersih dan nyaman memberikan kepuasan tersendiri bagi pengguna Puskesmas.
Masyarakat semakin percaya jika Puskesmas sebagai pemberi layanan kesehatan mampu
memberikan kesan sehat akan penampilannya sendiri. Kategori Puskesmas telah
memperhatikan kebersihan lingkungan lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.
Lima puluh persen Puskesmas di Sleman memenuhi kriteria kebersihan lingkungan yang
baik. Puskesmas mampu memberikan kesan bersih dan terawat. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan adalah ketersediaan kotak sampah tertutup, tempat pengolahan limbah medis,
dan pemisahan toilet pria-wanita. Puskesmas belum seluruhnya menyediakan fasilitas ini,
Puskesmas menyediakan kotak sampah terbuka dan pengelolaan limbah medisnya dengan
jalan membakarnya secara tradisional. Keberadaan toilet yang terbatas ini sudah cukup jika
toilet tetap dijaga kebersihannya setiap waktu. Pengolahan sampah medis menggunakan
incenerator sementara waktu dapat bekerja sama dengan rumah sakit daerah terdekat.
Penyediaan kotak sampah terbuka hanya untuk ruang tunggu saja, itupun harus dibedakan
antara kotak sampah organik dan non organik. Penampilan Fisik Puskesmas semakin baik di
mata masyarakat jika Puskesmas tetap memperhatikan kebersihan lingkungannya setiap
waktu.
Faktor kesiapan sarana, kesiapan petugas, kesiapan prosedur pelayanan dan alokasi biaya
menjadi faktor pendukung keberhasilan Puskesmas mencapai penampilan fisik yang baik.
Ada dana khusus perawatan dan perbaikan di Puskesmas. Kelengkapan Sarana di Puskesmas
meningkatkan minat masyarakat datang ke Puskesmas. Variabel kesiapan sarana yang
meningkatkan penampilan fisik dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.
Adanya dokter, perawat, bidan, analis, asisten apoteker, dan petugas kebersihan setiap hari di
Puskesmas menambah nilai positif bagi penilaian penampilan fisik Puskesmas. Petugas
melakukan tugas pokoknya masing-masing setiap hari kerja. Masyarakat akan menilai kinerja
petugas di Puskesmas semakin baik, mereka merasa puas akan layanan yang didapatkan.
Begitu pula dengan prosedur layanan di Puskesmas, masyarakat semakin nyaman dengan
adanya informasi lengkap pelayanan. Mereka tidak harus bingung bagaimana arah layanan
yang harus mereka jalani saat pertama datang ke Puskesmas. Masyarakat akan kembali ke
Puskesmas sebagai pelanggan karena mereka mendapatkan kebutuhan mereka terpenuhi di
Puskesmas.
Puskesmas dapat mulai meningkatkan citra dirinya sendiri dengan berupaya memperbaiki
penampilan fisiknya. Semua ini dapat dilakukan sendiri oleh Puskesmas jika manajemen
perencanaan di Puskesmas baik. Dana perawatan yang hanya 2% dari dana pendapatan
hendaknya dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk pemeliharaan Puskesmas. Pencapaian hasil
total dalam penampilan fisik tidaklah berlangsung sekaligus tetapi bertahap, dimulai dengan
perbaikan secara terus menerus tanpa berhenti tetapi meningkat ke keadaan yang lebih baik
dan ini melibatkan seluruh bagian dalam puskesmas. Hal ini sesuai dengan dasar pemikiran
total quality management (TQM), yaitu bahwa kualitas yang terbaik dapat dicapai
memerlukan upaya perbaikan secara berkesinambungan terhadap kemampuan manusia,
proses dan lingkungan (Yamit, 2001). Kemampuan manusia dalam hal ini berkaitan dengan
kesiapan petugas; proses disini berkaitan dengan prosedur pelayanan dan alokasi biaya;
sedangkan lingkungan disini berkaitan dengan kesiapan sarana, kebersihan lingkungan dan
fisik bangunan.
Keberhasilan Puskesmas mencapai nilai baik dari segi penampilan fisiknya tidak saja terlihat
dari baru atau tidaknya bangunan Puskesmas. Puskesmas dengan bangunan lama tetapi
kondisi lingkungan tetap terjaga bersih memberikan nilai positif dalam penilaian fisiknya.
Kesan bersih dan nyaman memberikan kepuasan tersendiri bagi pengguna Puskesmas.
Masyarakat semakin percaya jika Puskesmas sebagai pemberi layanan kesehatan mampu
memberikan kesan sehat akan penampilannya sendiri. Kategori Puskesmas telah
memperhatikan kebersihan lingkungan lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.
Lima puluh persen Puskesmas di Sleman memenuhi kriteria kebersihan lingkungan yang
baik. Puskesmas mampu memberikan kesan bersih dan terawat. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan adalah ketersediaan kotak sampah tertutup, tempat pengolahan limbah medis,
dan pemisahan toilet pria-wanita. Puskesmas belum seluruhnya menyediakan fasilitas ini,
Puskesmas menyediakan kotak sampah terbuka dan pengelolaan limbah medisnya dengan
jalan membakarnya secara tradisional. Keberadaan toilet yang terbatas ini sudah cukup jika
toilet tetap dijaga kebersihannya setiap waktu. Pengolahan sampah medis menggunakan
incenerator sementara waktu dapat bekerja sama dengan rumah sakit daerah terdekat.
Penyediaan kotak sampah terbuka hanya untuk ruang tunggu saja, itupun harus dibedakan
antara kotak sampah organik dan non organik. Penampilan Fisik Puskesmas semakin baik di
mata masyarakat jika Puskesmas tetap memperhatikan kebersihan lingkungannya setiap
waktu.
Faktor kesiapan sarana, kesiapan petugas, kesiapan prosedur pelayanan dan alokasi biaya
menjadi faktor pendukung keberhasilan Puskesmas mencapai penampilan fisik yang baik.
Ada dana khusus perawatan dan perbaikan di Puskesmas. Kelengkapan Sarana di Puskesmas
meningkatkan minat masyarakat datang ke Puskesmas. Variabel kesiapan sarana yang
meningkatkan penampilan fisik dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.
Adanya dokter, perawat, bidan, analis, asisten apoteker, dan petugas kebersihan setiap hari di
Puskesmas menambah nilai positif bagi penilaian penampilan fisik Puskesmas. Petugas
melakukan tugas pokoknya masing-masing setiap hari kerja. Masyarakat akan menilai kinerja
petugas di Puskesmas semakin baik, mereka merasa puas akan layanan yang didapatkan.
Begitu pula dengan prosedur layanan di Puskesmas, masyarakat semakin nyaman dengan
adanya informasi lengkap pelayanan. Mereka tidak harus bingung bagaimana arah layanan
yang harus mereka jalani saat pertama datang ke Puskesmas. Masyarakat akan kembali ke
Puskesmas sebagai pelanggan karena mereka mendapatkan kebutuhan mereka terpenuhi di
Puskesmas.
Puskesmas dapat mulai meningkatkan citra dirinya sendiri dengan berupaya memperbaiki
penampilan fisiknya. Semua ini dapat dilakukan sendiri oleh Puskesmas jika manajemen
perencanaan di Puskesmas baik. Dana perawatan yang hanya 2% dari dana pendapatan
hendaknya dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk pemeliharaan Puskesmas. Pencapaian hasil
total dalam penampilan fisik tidaklah berlangsung sekaligus tetapi bertahap, dimulai dengan
perbaikan secara terus menerus tanpa berhenti tetapi meningkat ke keadaan yang lebih baik
dan ini melibatkan seluruh bagian dalam puskesmas. Hal ini sesuai dengan dasar pemikiran
total quality management (TQM), yaitu bahwa kualitas yang terbaik dapat dicapai
memerlukan upaya perbaikan secara berkesinambungan terhadap kemampuan manusia,
proses dan lingkungan (Yamit, 2001). Kemampuan manusia dalam hal ini berkaitan dengan
kesiapan petugas; proses disini berkaitan dengan prosedur pelayanan dan alokasi biaya;
sedangkan lingkungan disini berkaitan dengan kesiapan sarana, kebersihan lingkungan dan
fisik bangunan.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home
About
About Me
Name: adhi_ns
Location: Yogyakarta, Indonesia
...;)
Previous
Puskesmas Merubah Penampilan Fisiknya??? Kenapa Ti...
Hi......