Anda di halaman 1dari 5

D.

Analisis Distribusi Estimasi Curah Hujan dengan Data GSMap


Goal: - Peserta mampu mengolah data (Grads dan Script)

- Peserta mampu menganalisis dan mengidentifikasi distribusi estimasi curah hujan

a. Pola Spasial Curah Hujan

Deskripsi singkat karakteristik spasial curah hujan pada saat terjadinya awan konvektif
akibat sirkulasi lokal

Citra Produk GSMaP Tanggal 16 Mei 2017 Wilayah Sumatera Barat

01.00 UTC 02.00 UTC 03.00 UTC

04.00 UTC 05.00 UTC 06.00 UTC

07.00 UTC 08.00 UTC 09.00 UTC

Dari Produk citra GSMaP diatas dapat terlihat bahwa secara spasial hujan mulai terjadi pada siang hari
(pukul 06 UTC) di wilayah dekat pegunungan bukit barisan dan Pulau Siberut di wilayah Kep. Mentawai
(dilingkari merah) pada gambar diatas. Kemudian pada citra selanjutnya terlihat hujan semakin
berkurang dan bergerak ke arah pantai menjauhi bukit barisan. Distribusi spasial hujan diatas
menunjukkan faktor skala lokal yang dominan dimana proses konvektif akibat pemanasan matahari,
yang diiringi dengan adanya angin laut yang terhalang gunung, mengakibatkan pertumbuhan awan
berlangsung dengan cepat dan menghasilkan hujan yang sifatnya lokal dengan durasi yang relatif
singkat.

b. Pola Diurnal Curah Hujan

Deskripsi singkat pola diurnal curah hujan akibat sirkulasi lokal

Grafik Time Series Curah Hujan

Grafik diatas merupakan time series curah hujan di Pulau Siberut Kep. Mentawai, dimana
sumbu x adalah waktu, dan sumbu y adalah curah hujan (mm). Dari grafik dapat diketahui
bahwa hujan cenderung terjadi pada siang-sore hari yang ditandai dengan naiknya curah
hujan ditandai dengan lingkaran merah, hal ini terjadi setelah daratan mengalami pemanasan
maksimal dan memicu aktivitas konvektif, didukung dengan adanya suplai uap air dari laut.
Sementara itu pada dini hari hujan kembali meningkat (ditandai lingkaran biru) hal ini biasanya
terjadi karena pergerakan hujan dari pulau sumatera seiring aktifnya angin darat dan angin
gunung

Diagram Hovmoler Tanggal 16, 17 dan 19 Mei 2017

Diagram Hovmoler diatas menunjukkan pada siang-menjelang malam hari hujan cenderung terjadi di
daerah pegunungan bukit barisan dan kep. Mentawai (ditandai lingkaran merah). Kemudian pada
tanggal 17 Mei dan 19 Mei dapat terlihat bahwa setelah memasuki malam hujan cenderung terjadi di
laut bergerak menjauhi pulau sumatera (ditandai lingkaran putih).

c. Peta Jumlah Presipitasi dan Frekuensi Hujan Lebat


Pada titik yang dilingkari merah dapat diketahui bahwa jumlah Frekuensi Hujan Lebat 0-2, yang tidak
diikuti dengan Jumlah Presipitasi Hujan 20 mm/hari. Hal ini menunjukkan frekuensi hujan lebat per jam
nya masih kurang dari 50mm/hari.

Kesimpulan
Deskripsi singkat faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan cuaca local.

Faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan cuaca lokal di Wilayah Sumatera Barat
adalah Angin Laut dan Angin darat untuk wilayah disekitar pegunungan bukit barisan, dan konveksi
skala lokal di wilayah Kep. Mentawai

Anda mungkin juga menyukai