Print Paper Obgyn
Print Paper Obgyn
Disusun Oleh :
Cici Ervanita
16360276
Pembimbing :
2017
[KEHAMILAN DENGAN KELAINAN REFRAKSI]
KATA PENGANTAR
Refraksi. Proses penulisan ini dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai
Penulis menyadari bahwa penulisan paper ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Penulis
2 Cici Ervanita
Universitas Malahayati - Lampung
RS Haji Medan
[KEHAMILAN DENGAN KELAINAN REFRAKSI]
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul........................................................................................... 1
Kata Pengantar.......................................................................................... 2
Daftar Isi.................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................... 4
DAFTAR PUSTAKA
3 Cici Ervanita
Universitas Malahayati - Lampung
RS Haji Medan
[KEHAMILAN DENGAN KELAINAN REFRAKSI]
BAB I
PENDAHULUAN
Myopia adalah salah satu kelainan refraksi yang paling umum, yang
diklasifikasilan menjadi sangat ringan atau rendah <3 dioptri, sedang atau
menengah 3-6 dioptri, parah atau tinggi > 6 dioptri. Terdapat kekhwatiran bahwa
pasien dengan myopia tinggi berisiko untuk terjadinya robekan retina apabila
mereka melalui persalinan normal pervaginam. Tetapi dalam beberapa studi telah
(myopia, ablasio retina yang telah ditangani) yang melahirkan secara pervaginam
myopia patologis. Myopia simpleks biasanya ringan dan myopia patalogis hampir
selalu progresif. Keadaan ini biasanya diturunkan orang tua pada anaknya.
Myopia tinggi adalah salah satu penyebab kebutaan pada usia dibawah 40 tahun.
Myopia tinggi adalah myopia dengan ukuran 6 dioptri atau lebih. Penderita
dengan minus diatas 6 dioptri mempunyai risiko 3-4 kali lebih besar untuk
4 Cici Ervanita
Universitas Malahayati - Lampung
RS Haji Medan
[KEHAMILAN DENGAN KELAINAN REFRAKSI]
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Myopia
2.1.1 Definisi
Bila bayangan benda yang terletak jauh difokuskan di depan retina oleh
nearsighted. Pada myopia, panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar
atau kekuatan pembiasan media refraksi terlalu kuat. Jika objek digeser lebih
dekat dari 6 meter, bayangan akan bergerak mendekati retina dan terlihat lebih
fokus. Titik tempat bayangan terlihat paling tajam fokusnya di retina disebut titik
jauh. Derajat myopia dapat diperkirakan dengan menghitung kebalikan dari titik
jauh tersebut.
2.1.2 Epidemiologi
myopia meningkat pada usia sekolah dan dewasa muda, mencapai 20-25 % pada
populasi remaja dan 25-35 % pada dewasa muda di Amerika Serikat dan negara-
negara maju. Dilaporkan bahwa prevalensi myopia lebih tinggi pada beberapa
area di Asia, seperti China dan Jepang. Prevalensi myopia pada populasi Asia
atas 45 tahun, mencapai 20 % pada usia 65 tahun, dan menurun hingga 14 % pada
5 Cici Ervanita
Universitas Malahayati - Lampung
RS Haji Medan
[KEHAMILAN DENGAN KELAINAN REFRAKSI]
yang kedua orang tuanya mengalami myopia. Pada anak yang memiliki satu orang
tua penderita myopia, prevalensinya adalah 23-40 %. Bila tak satupun orang tua
yang menderita myopia, hanya 6-15 % anak-anak mereka yang myopia. Myopia
yang diketahui dengan retinoskopi nonsikloplegik pada masa bayi dan kemudian
Suatu analisis menyatakan bahwa anomali refraksi yang dialami saat masuk
sekolah adalah prediktor yang lebih baik untuk mengetahui siapa yang akan
orang tua. Anak dan dewasa muda dengan anomali refraksi berkisar antara
yang lebih besar dibanding individu berusia sama dengan hiperopia lebih dari 0,5
D. Selain itu, risiko myopia lebih tinggi pada anak dengan astigmat against-the-
digunakan untuk membaca, pendidikan yang lebih tinggi, dan pekerjaan yang
melakukan banyak kegiatan jarak dekat. Kurvatura kornea yang lebih tajam dan
rasio panjang aksial terhadap radius kornea yang lebih dari 3,00 dapat menjadi
6 Cici Ervanita
Universitas Malahayati - Lampung
RS Haji Medan
[KEHAMILAN DENGAN KELAINAN REFRAKSI]
a. Myopia refraktif
rata, kelainan yang terjadi disebut myopia kurvatura atau myopia refraktif.
pembiasan lebih kuat. Sama dengan myopia bias atau myopia indeks,
yakni myopia yang terjadi akibat pembiasan media penglihatan kornea dan
b. Myopia aksial
Myopia aksial terjadi bila mata berukuran lebih panjang daripada normal.
miopik 3 dioptri.
Myopia berat atau tinggi, dimana myopia lebih besar dari 6 dioptri
Pasien dengan myopia akan menyatakan melihat jelas bila dekat malahan
melihat terlalu dekat, sedangkan melihat jauh akan kabur atau biasa disebut
rabun jauh. Pasien akan memberikan keluhan sakit kepala, sering disertai
dengan juling dan celah kelopak yang sempit. Seseorang dengan myopia akan
untuk mendapatkan efek pinhole. Pasien dengan myopia juga memiliki pungtum
remotum yang dekat sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi.
Bila kedudukan mata ini menetap, maka penderita akan terlihat juling ke dalam
atau esotropia.
bulan sabit yang terlihat pada polus posterior fundus mata myopia, sklera oleh
koroid. Pada mata dnegan myopia tinggi akan terdapat pula kelainan pada fundus
okuli seperti degenerasi makula dan degenerasi retina bagian perifer. Myopia
gangguan retina degeneratif seperti ablatio retinae1 ataupun gangguan lain seperti
juling. Juling biasanya esotropia atau juling ke dalam akibat mata berkonvergensi
terus-menerus. Bila terdapat juling keluar, mungkin fungsi satu mata telah
2.2 Persalinan
Persalinan atau partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang
dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Partus immaturus
ialah partus yang terjadi pada masa kehamilan kurang dari 28 minggu namun
lebih dari 20 minggu dengan berat janin antara 1000 500 gram. Partus
prematurus adalah suatu partus dari hasil konsepsi yang dapat hidup tetapi belum
cukup bulan. Berat janin antara 1000 sampai 2500 gram atau tua kehamilan antara
adalah partus yang terjadi 2 minggu atau lebih dari waktu partus yang
diperkirakan.4
8 Cici Ervanita
Universitas Malahayati - Lampung
RS Haji Medan
[KEHAMILAN DENGAN KELAINAN REFRAKSI]
Partus dibagi menjadi 4 kala. Pada kala I serviks membuka samapai terjadi
pembukaan 10 cm. Kala I dinamakan pula kala pembukaan. Kala II disebut pula
kala pengeluaran, oleh karena berkat kekuatan his dan kekuatan mengedan, janin
didorong keluar sampai lahir. Dalam kala III atau kala uri plasenta terlepas dari
dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV mulai dari lahirnya plasenta dan lamanya 1
Kala I
Klinis dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan wanita tersebut
mengeluarkan lendir yang bersemu darah. Lendir yang bersemu darah ini berasal
dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar.
membuka. Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase,
yaitu:
a. Fase Laten
b. Fase Aktif
cm.
9 Cici Ervanita
Universitas Malahayati - Lampung
RS Haji Medan
[KEHAMILAN DENGAN KELAINAN REFRAKSI]
pertama, ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu, sehingga serviks
akan mendatar dan menipis. Baru kemudian ostium uteri eksternum membuka.
Pada multigravida ostium uteri internum sudah sedikit terbuka. Ostium uteri
internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat
yang sama. Ketuban akan pecah dengan sendirinya ketika pembukaan hampir atau
telah lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkam ketika pembukaan hampir
atau telah lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan
hampir lengkap atau telah lengkap. Bila ketuban telah pecah sebelum mencapai
pembukaan 5 cm, disebut ketuban pecah dini. Kala I selesai apabila pembukaan
serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam,
Kala II
Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3
menit sekali. Karena biasanya dalam hal ini, kepala janin sudah masuk di ruang
panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang
10 Cici Ervanita
Universitas Malahayati - Lampung
RS Haji Medan
[KEHAMILAN DENGAN KELAINAN REFRAKSI]
secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa pula tekanan pada
rektum dan hendak buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan
menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama
kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his. Bila dasar panggul
sudah lebih berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi di luar his, dan dengan his
bawah simfisis dan dahi, muka dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat
sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan, dan anggota bayi. Pada
primigravida, kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata-rata
0,5 jam.
Kala III
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di atas
bayi lahir dengan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.
Kala IV
11 Cici Ervanita
Universitas Malahayati - Lampung
RS Haji Medan
[KEHAMILAN DENGAN KELAINAN REFRAKSI]
sistemik maupun okular. Pada saat kehamilan, terjadi perubahan fisiologis pada
pada mata. Perubahan hormon dan metabolik yang terjadi pada saat kehamilan,
yang serius. Perubahan penglihatan pada kehamilan sering terjadi, dan sebagian
sementara, namun dapat juga menetap. Efek okular pada kehamilan ini dapat
bersifat fisiologis maupun patologis, atau bisa eksaserbasi dari kondisi yang telah
ada sebelumnya.
angiomas dan ptosis. Perubahan yang dapat terjadi pada segmen anterior yaitu
Perubahan yang dapat terjadi pada segmen posterior termasuk perburukan dari
12 Cici Ervanita
Universitas Malahayati - Lampung
RS Haji Medan
[KEHAMILAN DENGAN KELAINAN REFRAKSI]
distrofi vitreokorioretinal perifer dan ablatio retina, dan efek yang menguntungkan
dan sklerosis multipel. Gangguan intrakranial dengan efek pada okuler pada
Adneksa Okular
dan pipi. Perubahan pigmentasi tersebut akan hilang perlahan setelah melahirkan.
Spider angiomas, yang merupakan salah satu jenis telengiektasi, biasanya timbul
pada saat kehamilan di daerah muka dan tubuh bagian atas, dan juga hilang
setelah melahirkan.8,9 Ptosis telah dilaporkan timbul saat dan setelah kehamilan
defek yang terjadi pada aponeurosis m.levator akibat adanya perubahan cairan
13 Cici Ervanita
Universitas Malahayati - Lampung
RS Haji Medan
[KEHAMILAN DENGAN KELAINAN REFRAKSI]
Kerusakan Lensa
lakrimal dan redistribusi limfosit dari periductal foci ke celah interacinar, serta
meningkatkan reaktivitas imun terhadap prolactin, TGF- beta 1 dan EGF pada sel
duktus.
Kornea
pada lengkungan kornea pada trimester kedua dan ketiga, namun akan hilang
yang sedikit namun dapat terukur pada kornea disebabkan oleh terjadinya edema
terbesar terjadi pada tahap akhir kehamilan. Akibat dari variasi ketebalan tersebut,
indeks refraksi kornea juga dapat berubah. Namun dianjurkan untuk menunda
pemberian resep maupun lensa kontak sampai beberapa minggu setelah kelahiran.
14 Cici Ervanita
Universitas Malahayati - Lampung
RS Haji Medan
[KEHAMILAN DENGAN KELAINAN REFRAKSI]
dilaporkan. Hilangnya daya akomodasi yang bersifat sementara dapat terjadi pada
berhubungan dengan laktasi. Hasil operasi refraksi mata sebelum, selama ataupun
segera setelah kehamilan tidak dapat diprediksi, dan operasi ini disarankan untuk
meningkat selama kehamilan. Ini telah dibuktikan oleh Pizzarello yang telah
perubahan penglihatan selama kehamilan dan dan post partum. Wanita hamil yang
myopia yang telah ada pada kehamilan, yang kemudiannya kembali ke tingkat
Tekanan Intraokular
dihubungkan dengan penurunan tekanan intraokular pada mata yang sehat dan
intraokular sampai 19,6%. Hampir 35% dari keseluruhan penurunan terjadi pada
15 Cici Ervanita
Universitas Malahayati - Lampung
RS Haji Medan
[KEHAMILAN DENGAN KELAINAN REFRAKSI]
a. Retinopati Diabetika
Perubahan diabetik yang terjadi selama kehamilan tidak jauh berbeda dengan
yang ditemukan pada pasien non diabetik dan pada pria. Namun, kehamilan pada
pasien diabetes yang terkontrol tidak menjadi faktor resiko untuk terjadinya
diabetika pada kehamilan jarang terjadi, akan tetapi dapat terjadi konsekuensi
yang buruk terhadap ibu dan bayinya. Foto-koagulasi dengan laser harus
kelahiran.
Ini adalah kelainan makular yang ditandai oleh ablatio retina serosa
45 tahun. Lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita dengan perbandingan
10:1. Kehamilan adalah salah satu faktor resiko terjadinya penyakit ini.
fibrinosa ini terlihat pada 90% pasien, dibandingkan dengan kurang dari 20%
16 Cici Ervanita
Universitas Malahayati - Lampung
RS Haji Medan
[KEHAMILAN DENGAN KELAINAN REFRAKSI]
secara spontan pada akhir kehamilan atau setelah melahirkan, namun dapat timbul
tipe hipokinetik.5
atas indikasi resiko tinggi terjadinya kelainan retina. Banyak ahli obstetri masih
resiko tinggi.
17 Cici Ervanita
Universitas Malahayati - Lampung
RS Haji Medan
[KEHAMILAN DENGAN KELAINAN REFRAKSI]
e. Edema Makular
Edema makular dengan atau tanpa retinopati proliferatif juga dapat timbul
pada masa kehamilan. Hal tersebut dapat timbul ataupun memburuk selama
wanita hamil yang menderita diabetes yang juga memiliki proteinuria dan
membaik secara spontan setelah kelahiran namun dapat juga menetap, dan
f. Uveitis
Uveitis mengacu pada peradangan dari traktus uvea, terdiri dari iris, badan
kehamilan. Apabila kondisi tersebut timbul saat kehamilan, umumnya terjadi pada
Harada, uveitis idiopatik dan penyakit Behcets. Sebagian besar dari wanita-
18 Cici Ervanita
Universitas Malahayati - Lampung
RS Haji Medan
[KEHAMILAN DENGAN KELAINAN REFRAKSI]
dengan myopia yang tinggi beresiko mengalami robekan retina pada saat
melahirkan secara spontan. Namun tidak ada kasus yang dilaporkan dalam
literatur yang dapat menghubungkan ablasio atau robekan retina dengan myopia
Socha et. Al telah melakukan suatu studi, dimana sebanyak 4895 operasi
seksio Caesarea yang dilakukan telah diamati, 100 (2.04 %) diantaranya karena
indikasi okular yang telah dikonsulkan ke spesialis mata dan disarankan untuk
persalinan secara operasi. Frekuensi operasi seksio Caesarea atas indikasi okular
telah meningkat banyak pada tahun 2005 hingga 2006 tapi merosot sejak tahun
2006.
Namun demikian, hal itu tetap menjadi dua kali lebih tinggi pada tahun
2000. Dua kelainan mata yang paling sering mengarah ke operasi seksio Caesarea
adalah myopia dan retina diabetikum. Hampir setengah dari keputusan untuk
retina pada persalinan spontan. Papamicheal et al. telah melakukan survei pada 74
19 Cici Ervanita
Universitas Malahayati - Lampung
RS Haji Medan
[KEHAMILAN DENGAN KELAINAN REFRAKSI]
persalinan yang normal dan tidak ada faktor lain yang mempengaruhi keputusan
tinggi, riwayat ablasio retina, riwayat keluarga dengan ablasio retina dan riwayat
operasi mata sebelumnya menjadi kategori risiko rendah, sedang atau tinggi untuk
atau risiko rendah (59 %), riwayat ablasio retina sebagai risiko sedang-tinggi (73
%), riwayat keluarga dengan ablasio retina sebagai risiko rendah-sedang (73 %)
dan riwayat operasi mata sebelumnya sebagai risiko tinggi (56 %).
Apabila ditanyakan tentang kondisi mata yang manakah jika ada akan
pasien tanpa riwayat kelainan mata, 13.6 % lagi mengatakan pasien dengan
yang lebih praktis. 48 % juga mengatakan pasien dengan riwayat ablasio retina
merupakan indikasi untuk operasi seksio Caesarea. Hasil survei ini sejalan dengan
data yang dilakukan di Inggeris dan ini mungkin menunjukkan pegangan ini
persalinan spontan harus dihindari karena peningkatan risiko ablasio retina akibat
Valsalva pada kala 2 persalinan. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa
20 Cici Ervanita
Universitas Malahayati - Lampung
RS Haji Medan
[KEHAMILAN DENGAN KELAINAN REFRAKSI]
okular. Hal ini hanya dapat disebabkan oleh kondisi yang mempengaruhi aliran
drainase dari aqueous pada ruang anterior mata seperti glaukoma. Selain itu,
retina.10
myopia tinggi disertai riwayat operasi ablatio retina pada salah satu mata, tidak
terbukti adanya progresivitas dari perubahan retina dan terjadinya robekan retina,
Penelitian lain juga mendukung hal ini. Penelitian yang dilakukan pada 10
wanita yang telah mengalami 19 persalinan (10 prospektif dan 9 retrospektif) dan
degenerasi lattice yang luas, atau telah mendapat terapi simptomatik untuk
kerusakan retina. Subjek diikuti sejak trimester ketiga kehamilan sampai pada
proses persalinan dan post partum, diawasi adanya perubahan pada retina.
pada kelainan retina asimptomatik tidak dianjurkan, dan kelahiran spontan per
vaginam dapat dilakukan pada wanita dengan resiko tinggi terjadinya kelainan
retina.
21 Cici Ervanita
Universitas Malahayati - Lampung
RS Haji Medan
[KEHAMILAN DENGAN KELAINAN REFRAKSI]
Penelitian ini dilakukan dengan mengamati 50 wanita dengan myopia (4.5 15.0
retina dan kerusakan retina ditemukan pada pemeriksaan pre partum, namun tidak
ditemukan adanya perburukan dari kelainan yang ada pada pemeriksaan post
partum. Dari hasil penelitian tersebut, disarankan untuk tetap dilakukan persalinan
persalinan secara seksio caesarean pada pasien denga myopia tinggi. Loncare et.
Al telah meneliti 30553 persalinan selama 9 tahun di antara 1993 hingga 2002.
tersebut terdapat 693 wanita hamil dengan myopia, 421 orang (61 %) dengan
myopia rendah, 159 orang (23%) dengan myopia sedang dan 113 orang (16 %)
kurang lebih sama pada pasien yang tidak myopia, dan myopia tingkat rendah-
sedang serta lebih tinggi pada pasien dengan myopia tinggi.Tingkat persalinan
secara ekstraksi vakum diamati lebih tinggi pada pasien dengan myopia sedang
dan tinggi berbanding pasien dengan myopia rendah dan tidak myopia. Di antara
semua pasien, pasien dengan myopia tinggi mempunyai kadar persalinan secara
22 Cici Ervanita
Universitas Malahayati - Lampung
RS Haji Medan
[KEHAMILAN DENGAN KELAINAN REFRAKSI]
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
23 Cici Ervanita
Universitas Malahayati - Lampung
RS Haji Medan
[KEHAMILAN DENGAN KELAINAN REFRAKSI]
DAFTAR PUSTAKA
1. Somani S., MD, FRCSC, Bhatti A., BSc, Ahmed IIK., MD, FRCSC,
http://emedicine.medscape.com/ophthalmology#unclassified, eMedicine,
Nov 4, 2008
3. Hidayat W, http://wicakhidayat.blogdetik.com/2008/03/12/rabun-jauh-dan-
4. Putz RV., Univ-Prof. Dr. Med., Pabst R., Univ-Prof. Dr. Med., Atlas
5. Ilyas HS., Prof. dr. SpM, Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga, Balai Penerbit
6. Dempsey B. http://www.medrounds.org/ophthalmology-
pearls/2009/02/causes-of-myopic-shift-acquired-myopia.html The
7. Ayahbunda http://keluargasehat.wordpress.com/2008/10/22/luka-mata
2006
24 Cici Ervanita
Universitas Malahayati - Lampung
RS Haji Medan
[KEHAMILAN DENGAN KELAINAN REFRAKSI]
2009
14. Gerhard K. Lang, M. D., page 328-33 Degenerative Retinal Disorders in:
15. Section 12, subchapter III, topic IV Pathologic myopia (High Myopia,
rights reserved.
file:///D:/portal/utils/pageresolver.fcgi?recordid=1272600629783162 1996
Feb
September, 1995
25 Cici Ervanita
Universitas Malahayati - Lampung
RS Haji Medan