Anda di halaman 1dari 31

Dasar Teknik Tenaga Listrik

Generator 3 Fase

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Teknik Tenaga Listrik

21 Mei 2017

DISUSUN OLEH

Rifki ariandhi 150120201028


Nabil Fadel M. 150120201008

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita ucapkan kepada ALLAH SWT karena berkat nikmat,
anugerah, dan rahmat-Nya sehingga penulis dapan menyelesaikan penulisan makalah ini
sesuai dengan waktu yang ditentukan dengan judul GENERATOR 3 FASE
Makalah ini merupakan tugas lanjutan dari sebuah mata kuliah teknologi maritime
yang di berikan kepada kami.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna Sebab penulis
berusaha semaksimal mungkin untuk menampilkan yang terbaik. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan isi yang
disajikan. Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca.

Tanjungpinang, 21 Mei 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar..................................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
1.3. Tujuan ............................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Generator .......................................................................................................... 2
2.3. Motor Listrik 3 Fase ......................................................................................... 4

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan ....................................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Generator AC atau arus bolak balik (juga disebut generator sinkron atau
alternator) adalah sumber utama dari semua energi listrik yang kita pakai sehari-hari
dan merupakan konverter energi terbesar di dunia. Kita dapat mengingat bahwa
tegangan yang dihasilkan setiap generator adalah tegangan bolak-balik dan bisa
dijadikan tegangan searah DC dengan dioda penyearah solid-state. Namun generator
arus searah tidak banyak dipakai seperti dulu sebab bisa digantikan dengan rangkaian
elektronik yang sudah berkembang dengan pesat.
Lebih dari 50% listrik yang diproduksi di Industri untuk memberi daya pada
motor-motor listrik, misalnya untuk memutar mesin atau roda-roda penggerak dan
menghasilkan energi mekanik. Operasi motor tergantung pada interaksi dua medan
magnet yaitu dua medan magnet dapat dibuat berinteraksi untuk menghasilkan gaya
gerak Torsi.
Bahwa prinsip kerja motor pada dasarnya sama dengan yang terjadi pada
transformator secara umum adalah jika sebuah kumparan yang berinti bahan
ferromagnetik dialiri aruslistrik, maka pada inti tersebut akan mengalir sejumlah garis
- garis gaya magnit atau flux (). Jika yang mengalir adalah arus yang searah maka
jumlah dan arah garis -garis gaya magnit tersebut akan konstan (tetap). Akan tetapi jika
yang mengalir adalah arus bolak - balik maka flux yang mengalir didalam inti berbentuk
sinus, flux yang terjadi juga berbentuk sinus, karena pada inti ada lilitan maka pada
lilitan akan membangkitkan gaya gerak listrik (GGL) dan arahnya berlawanan dengan
tegangan sumber.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa itu Generator dan motor listrik 3 fasa?
1.2.2 Bagaimana wujud dan perkembangannya?
1.2.3 Bagaimana aplikasinya?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui apa itu Generator
1.3.2 Mengetahui perkembangannya
1.3.3 Mengetahui aplikasinya

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. GENERATOR

2.1.1. Prinsip Kerja Generator


Prinsip kerja generator sinkron dapat dianalisis melalui pengoperasian generator
dalam kondisi berbeban, tanpa beban, menentukan reaktansi dan resistansi dengan
melakukan percobaan tanpa beban (beban nol), percobaan hubung -singkat dan percobaan
resistansi jangkar. Kecepatan rotor dan frekuensi dari tegangan yang dibangkitkan oleh suatu
generator sinkron adalah berbanding secara langsung. Gambar 2.9 akan memperlihatkan
prinsip kerja dari sebuah generator AC dengan dua kutub, dan dimisalkan hanya memiliki
satu lilitan yang terbuat dari dua penghantar secara seri.

Lilitan seperti disebutkan diatas disebut lilitan terpusat, dalam generator


sebenarnya terdiri dari banyak lilitan dalam masing-masing fasa yang terdistribusi pada
masing-masing alur stator dan disebut lilitan terdistribusi. Diasumsikan rotor berputar
searah jarum jam, maka fluks medan rotor bergerak sesuai lilitan jangkar.
Satu putaran rotor dalam satu detik menghasilkan satu siklus perdetik atau 1 Hertz
(Hz). Bila kecepatannya 60 Revolution per menit (Rpm), frekuensi 1 Hz. Maka untuk
frekuensi f = 60 Hz, rotor harus berputar 3600 Rpm. Untuk kecepatan rotor n rpm, rotor
harus berputar pada kecepatan n/60 revolution per detik (rps). Bila rotor mempunyai lebih
dari 1 pasang kutub, misalnya P kutub maka masing-masing revolution dari rotor
menginduksikan P/2 siklus tegangan dalam lilitan stator.

Prinsip kerja suatu generator arus searah berdasarkan hukum Faraday :

N = Jumlah Lilitan

= Fluksi Magnet

E = Tegangan imbas, GGL (Gaya gerak listrik)

2
Dengan lain perkataan, apabila suatu konduktor memotong garis-garis fluksi
magnetik yang berubah-ubah, maka GGL akan dibangkitkan dalam konduktor
itu.

Jadi syarat untuk dapat dibangkitkan GGL adalah :

harus ada konduktor ( hantaran kawat )


harus ada medan magnetik
harus ada gerak atau perputaran dari konduktor dalam medan, atau ada fluksi
yang berubah yang memotong konduktor itu

B
B C
A C
A D
D

B B
A
C C A
D D

Gambar 3. Prinsip kerja Generator DC

Keterangan gambar :

Pada gambar Generator DC Sederhana dengan sebuah penghantar kutub


tersebut, dengan memutar rotor ( penghantar ) maka pada penghantar akan
timbul EMF.

Kumparan ABCD terletak dalam medan magnet sedemikian rupa sehingga


sisi AB dan C-D terletak tegak lurus pada arah fluks magnet.

Kumparan ABCD diputar dengan kecepatan sudut yang tetap terhadap sumbu
putarnya yang sejajar dengan sisi A-B dan C-D.

GGL induksi yang terbentuk pada sisi A-B dan sisi C-D besarnya sesuai
dengan perubahan fluks magnet yang dipotong kumparan ABCD tiap detik.

3
Untuk menentukan arah arus pada setiap saat, berlaku pada kaidah tangan
kanan :

ibu jari : gerak perputaran


jari telunjuk : medan magnetik kutub utara dan selatan
jari tengah : besaran galvanis tegangan U dan arus I

Untuk perolehan arus searah dari tegangan bolak-balik, meskipun tujuan


utamanya adalah pembangkitan tegangan searah, tampak bahwa tegangan
kecepatan yang dibangkitkan pada kumparan jangkar merupakan tegangan
bolak-balik. Bentuk gelombang yang berubah-ubah tersebut karenanya harus
disearahkan.

Untuk mendapatkan arus searah dari arus bolak balik dengan menggunakan

Saklar
Komutator
Dioda

Sistem Saklar

Saklar berfungsi untuk menghubungsingkatkan ujung-ujung kumparan. Prinsip kerjanya


adalah sebagai berikut :

Bila kumparan jangkar berputar, maka pada kedua ujung kumparan akan timbul tegangan
yang sinusoida. Bila setengah periode tegangan positif saklar di hubungkan, maka tegangan
menjadi nol. Dan bila saklar dibuka lagi akan timbul lagi tegangan. Begitu seterusnya setiap
setengah periode tegangan saklar dihubungkan, maka akan di hasilkan tegangan searah
gelombang penuh.

Sistem Komutator

Komutator berfungsi sebagai saklar, yaitu untuk menghubungsingkatkan kumparan jangkar.


Komutator berupa cincin belah yang dipasang pada ujung kumparan jangkar.Bila kumparan
jangkar berputar, maka cincin belah ikut berputar. Karena kumparan berada dalam medan
magnet, akan timbul tegangan bolak balik sinusoidal.

4
Bila kumparan telah berputar setengah putaran, sikat akan menutup celah cincin sehingga
tegangan menjadi nol. Karena cincin berputar terus, maka celah akan terbuka lagi dan timbul
tegangan lagi. Bila perioda tegangan sama dengan perioda perputaran cincin, tegangan yang
timbul adalah tegangan arus searah gelombang penuh.

Gambar 4. Efek Komutasi

Sistem Dioda

Dioda adalah komponen pasif yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

Bila diberi prasikap maju (forward bias) bisa dialiri arus.

Bila diberi prasikap balik (reverse bias) dioda tidak akan dialiri arus.

Berdasarkan bentuk gelombang yang dihasilkan, dioda dibagi dalam:

Half Wave Rectifier (penyearah setengah gelombang)

Full Wave Rectifier (penyearah satu gelombang penuh)

Medan magnet pada generator dapat dibangkitkan dengan dua cara yaitu :

dengan magnet permanen

5
dengan magnet remanen

Generator listrik dengan magnet permanen sering juga disebut magneto


dynamo. Karena banyak kekurangannya, maka sekarang jarang digunakan.
Sedangkan generator dengan magnet remanen menggunakan medan magnet
listrik, mempunyai kelebihan-kelebihan yaitu :

Medan magnet yang dibangkitkan dapat diatur

Pada generator arus searah berlaku hubungan-hubungan sebagai berikut :

Dimana :

Ea = GGL yang dibangkitkan pada jangkar generator

= Fluks per kutub

z = jumlah kecepatan penghantar total

n = ecepatan putar

e = jumlah hubungan pararel

, Bila(Konstanta), maka :

Berdasarkan cara memberikan fluks pada kumparan medannya, generator arus


searah dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu:

1. Generator berpenguatan bebas

Generator tipe penguat bebas dan terpisah adalah generator yang lilitan
medannya dapat dihubungkan ke sumber dc yang secara listrik tidak tergantung
dari mesin. Tegangan searah yang dipasangkan pada kumparan medan yang
mempunyai tahanan Rf akan menghasilkan arus If dan menimbulkan fluks pada
kedua kutub.

6
Tegangan induksi akan dibangkitkan pada generator.

Jika generator dihubungkan dengan beban, dan Ra adalah tahanan dalam


generator, maka hubungan yang dapat dinyatakan adalah:

Besaran yang mempengaruhi kerja dari generator :

Tegangan jepit (V)

Arus eksitasi (penguatan)


Arus jangkar (Ia)

Kecepatan putar (n)

2. Generator berpenguatan sendiri

a. Generator searah seri

7
b. Generator Shunt

Pada generator shunt, untuk mendapatkan penguatan sendiri diperlukan :

Adanya sisa magnetik pada sistem penguat

Hubungan dari rangkaian medan pada jangkar harus sedemikian, hingga


arah medan yang terjadi, memperkuat medan yang sudah ada.

Mesin shunt akan gagal membangkitkan tegangannya kalau:

Sisa magnetik tidak ada.

Misal: Pada mesin-mesin baru. Sehingga cara memberikan sisa magnetik


adalah pada generator shunt dirubah menjadi generator berpenguatan
bebas atau pada generator dipasang pada sumber arus searah, dan
dijalankan sebagai motor shunt dengan polaritas sikat-sikat dan
perputarannominal

Hubungan medan terbalik,

Karena generator diputar oleh arah yang salah dan dijalankan, sehingga
arus medan tidak memperbesar nilai fluksi. Untuk memperbaikinya
denganhubungan-hubungan perlu diubah dan diberi kembali sisa
magnetik, seperti carauntuk memberikan sisa magnetik

Tahanan rangkaian penguat terlalu besar.

8
Hal ini terjadi misalnya pada hubungan terbuka dalam rangkaian medan,
hingga Rf tidak berhingga atau tahanan kontak sikat terlalu besar atau
komutator kotor.

c. Generator Kompon

Generator kompon merupakan gabungan dari generator shunt dan


generator seri, yang dilengkapi dengan kumparan shunt dan seri dengan sifat
yangdimiliki merupakan gabungan dari keduanya. Generator kompon
bisadihubungkan sebagai kompon pendek atau dalam kompon panjang.
Perbedaandari kedua hubungan ini hampir tidak ada, karena tahanan
kumparan seri kecil, sehingga tegangan drop pada kumparan ini ditinjau
daritegangan terminal kecil sekali dan terpengaruh.

Biasanya kumparan seri dihubungkan sedemikian rupa, sehingga


kumparan seri ini membantu kumparan shunt, yakni MMF nya searah. Bila
generator ini dihubungkan seperti itu, maka dikatakan generator itu
mempunyai kumparankompon bantu.

Mesin yang mempunyai kumparan seri melawan medan shunt disebut


kompon lawan dan ini biasanya digunakan untuk motor atau
generatorgenerator khusus seperti untuk mesin las. Dalam hubungan kompon
bantu yang mempunyai peranan utama ialah kumparan shunt dan kumparan
seri dirancang untuk kompensasi MMF akibat reaksi jangkar dan juga
tegangan drop di jangkar pada range beban tertentu. Ini mengakibatkan
tegangan generator akan diatur secara otomatis pasa satu range beban tertentu

d. Kompon Panjang

9
e. Kompon Pendek

Pembangkitan Tegangan Induksi Pada Generator Berpenguatan Sendiri

Disini akan diterangkan pembangkitan tegangan induksi generator shunt


dalam keadaan tanpa beban. Pada saat mesin dihidupkan (S tutup), timbul suatu
fluks residu yang memang sudah terdapat pada kutub. Dengan memutarkan
rotor, akan dibangkitkan tegangan induksi yang kecil pada sikat. Akibat adanya
tegangan induksi ini mengalirlah arus pada kumparan medan. Arus ini akan
menimbulkan fluks yang memperkuat fluks yang telah ada sebelumnya. Proses
terus berlangsung hingga dicapai tegangan yang stabil.

Jika tahanan medan diperbesar, tegangan induksi yang dibangkitkan menjadi


lebih kecil. Berarti makin besar tahanan kumparan medan, makin buruk
generator tersebut.

10
Generator AC

Generator selanjutnya bisa dibedakan menjadi generator AC dan generator


DC. Dimana arus listrik AC tidaklah sama dengan arus listrik DC. Arus listrik
DC merupakan arus listrik yang mengalir dari kutub positif ke kutub negatif.
Sementara arah arus listrik AC pada rangkaian listrik didapati bolak-balik dari
kutub yang satu ke kutub yang lain secara periodik.

Generator AC atau yang sering disebut generator sinkron memiliki fungsi


utama mengubah tenaga mekanis menjadi tenaga listrik arus bolak-balik.
Generator jenis ini selanjutnya dibedakan menjadi dua jenis, diantaranya
generator arus bolak-balik 1 fasa dan 3 fasa.

Generator AC terdiri atas dua bagian utama, yakni stator dan rotor. Stator
adalah bagian diam dari generator yang berfungsi mengeluarkan tegangan bolak-
balik. Stator generator AC terdiri atas badan generator dari material baja.
Fungsinya untuk melindungi bagian dalam dari generator, name plate generator,
dan kotak terminal. Lain lagi dengan inti stator yang dibuat dari material
ferromagnetik berlapis yang mana terdapat alur-alur tempat meletakkan lilitan
stator. Lilitan stator itulah yang menjadi tempat utama menghasilkan tegangan.
Sementara rotor adalah bagian bergerak yang menghasilkan medan magnet yang
nantinya akan menginduksi stator. Rotor berbentuk salient atau kutub sepatu
atau kutub dengan celah udara yang sama rata.

11
2.1.2. Konstruksi Generator Sinkron
Pada dasarnya konstruksi dari generator sinkron adalah sama dengan konstruksi
motor sinkron, dan secara umum biasa disebut mesin sinkron . Ada dua struktur kumparan
pada mesin sinkron yang merupakan dasar kerja dari mesin tersebut, yaitu kumparan yang
mengalirkan penguatan DC atau disebut kumparan medan dan sebuah kumparan atau disebut
kumparan jangkar tempat dibangkitkannya GGL arus bolak-balik. Hampir semua mesin
sinkron mempunyai kumparan jangkar berupa stator yang diam dan struktur medan magnet
berputar sebagai rotor. Kumparan DC pada struktur medan yang berputar dihubungkan pada
sumber DC luar melalui cincin geser (slip ring) dan sikat arang (carbon brush), tetapi ada
juga yang tidak mempergunakan sikat arang yaitu sistem brushless excitation.
Untuk medan rotor yang digunakan tergantung pada kecepatan mesin, mesin dengan
kecepatan tinggi seperti turbo generator mempunyai bentuk silinder seperti pada gambar
2.8a, sedangkan mesin dengan kecepatan rendah seperti Hydroelectric(PLTA) atau
Generator Listrik Diesel mempunyai rotor kutub menonjol.

Stator dari Mesin Sinkron terbuat dari bahan ferromagnetik, yang berbentuk laminasi
agar dimaksudkan untuk mengurangi rugi-rugi arus pusar. Dengan inti ferromagnetik yang
bagus berarti mengandung bahan yang memiliki permeabilitas dan resistivitas tinggi.
Gambar 2.9 memperlihatkan alur stator yang terdapat kumparan jangkar. Kumparan/belitan
jangkar pada stator yang umum digunakan oleh mesin sinkron tiga fasa, ada dua tipe yaitu :

12
a. Belitan satu lapis (Single Layer Winding). b. Belitan berlapis ganda (Double Layer
Winding).

2.1.3. Bentuk Stator Satu lapis (Single Layer Winding)


Gambar 2.10 memperlihatkan belitan satu lapis, karena hanya ada satu sisi lilitan
didalam masing-masing alur. Bila kumparan tiga fasa dimulai pada Sa, Sb, dan Sc dan
berakhir di Fa, Fb, dan Fc bisa disatukan dalam dua cara, yaitu hubungan bintang dan
segitiga. Antar kumparan fasa dipisahkan sebesar 120 . Untuk menunjukkan arah dari
putaran rotor seperti ditunjukkan oleh gambar 2.11 (searah jarum jam), urutan fasa yang
dihasilkan o leh suplai tiga fasa adalah ABC disebut urutan fasa positif, dengan demikian
tegangan maks imum pertama terjadi dalam fasa A, diikuti fasa B, dan kemudian fasa C.
Sedangkan kebalikan arah putaran (berlawanan arah jarum jam) dihasilkan dalam urutan
ACB, atau disebut urutan fasa negatif.

2.1.4. Belitan Berlapis Ganda (Double Layer Winding)


Generator praktisnya mempunyai kumparan terdistribusi dalam beberapa alur
perkutub perfasa. Gambar 2.9 memperlihatkan bagian dari sebuah kumparan jangkar yang
secara umum banyak digunakan. Pada masing -masing alur ada dua sisi lilitan dan masing-
masing lilitan memiliki lebih dari satu putaran. Bagian dari lilitan yang tidak terletak
kedalam alur biasanya disebut winding overhang, sehingga tidak ada tegangan dalam
winding overhang.

2.1.5. Generator Tanpa Beban


Apabila sebuah mesin sinkron difungsikan sebagai generator dengan diputar pada
kecepatan sinkron dan rotor diberi arus medan ( If), maka pada kumparan jangkar stator akan
diinduksikan tegangan tanpa beban ( Eo), yaitu sebesar:
Eo = 4,44 .Kd. Kp. f. m. T Volt
Dalam keadaan tanpa beban arus jangkar tidak mengalir pada stator, sehingga tidak
terdapat pengaruh reaksi jangkar. Fluks hanya dihasilkan oleh arus medan (If). Bila besarnya
arus medan dinaikkan, maka tegangan keluaran juga akan naik sampai titik saturasi (jenuh).

2.1.6.Generator Berbeban

13
Bila generator diberi beban yang berubah -ubah maka besarnya tegangan terminal V
akan berubah-ubah pula, hal ini disebabkan adanya kerugian tegangan pada :
a. Resistansi Jangkar
Resistansi jangkar/fasa Ra menyebabkan terjadinya kerugian tegangan jatuh/fasa dan
I . Ra yang sefasa dengan arus jangkar.
b. Reaktansi Bocor Jangkar
Saat arus mengalir melalui penghantar jangkar, sebagian fluks yang terjadi tidak
mengimbas pada jalur yang telah ditentukan, hal seperti ini disebut fluks bocor.
c. Reaksi Jangkar
Adanya arus yang mengalir pada kumparan jangkar saat generator dibebani akan
menimbulkan fluks jangkar (A) yang berintegrasi dengan fluks yang dihasilkan pada
kumparan medan rotor (F), sehingga akan dihasilkan suatu fluks resultan sebesar R = F
+ A

2.1.7. Sistem Eksitasi pada Generator Sinkron


Sistem eksitasi adalah sistem pasokan listrik DC sebagai penguatan pada generator
listrik atau sebagai pembangkit medan magnet, sehingga suatu generator dapat
menghasilkan energi listrik dengan besar tegangan keluaran generator bergantung pada besar
arus eksitasinya. Sistem ini merupakan sistem yang vital pada proses pembangkitan listrik
dan pada perkembangannya, sistem Eksitasi pada generator listrik ini dapat dibedakan
menjadi 2 macam, yaitu:
1. Sistem Eksitasi dengan menggunakan sikat ( brush excitation)
2. Sistem Eksitasi Tanpa Sikat ( Brushless Excitation)

2.1.8. Generator Dijadikan Motor Start pada Turbin Gas


Untuk menstart turbin gas diperlukan daya mekanis untuk memutar poros turbin dan
juga poros dari kompresor agar didapat udara bertekanan yang akan dicampur dengan bahan
bakar dalam ruang bakar yang untuk selanjutnya akan dinyalakan agar menghasilkan gas
hasil pembakaran penggerak turbin sehingga akhirnya turbin bergerak.
Daya mekanis yang diperlukan untuk menstrat turbin bisa berasal dari mesin diesel
yang distart dengan menggunakan baterei aki atau dari motor listrik yang disediakan khusus
untuk strat.

14
Generator utama memberikan dayanya kepada rel 150 kV. Rel 6,6 kV adalah rel
untuk alat-alat bantu seperti motor penggerak pompa air pendingin dan motor pengisi air
ketel. Rel 400 Volt adalah rel untuk memasok berbagai alat bantu seperti :
1. SEE : Peralatan eksitasi statis yang diperlukan sewaktu strat.
2. SFC : Pengubah frekuensi statis yang diperlukan untuk menstart generator sebagai
motor start.

Pada waktu menstart turbin gas dengan cara menjadikan generator sebagai motor
start, generator tersebut harus dilengkapi dengan komparan asinkron kemudia distart sebagai
motor asinkron. Pada proses start ini, generator tersebut diberi pasokan 400 volt dengan
frekuensi rendah yang diatur oleh SFC. Setelah generator ini mulai berputar sebagai motor
asinkron, frekuensinya secara bertahap dinaikkan sehingga putaran generator terus naik dan
apabila sudah mendekati putaran sinkron kemudian diberi penguatan oleh SEE sehingga
generator ini mencapai tegangan untuk paralel dengan sistem. Kemudian generator tersebut
diparalel dengan sistem melalui proses sinkronisasi. Setelah generator ini paralel dengan
sistem, langkah selanjutnya adalah menghidupkan turbin gas.

Paralel Generator
Paralel generator dapat diartikan menggabungkan dua buah generatoratau lebih dan
kemudian dioperasikan secara bersama sama dengan tujuan :
1. Mendapatkan daya yang lebih besar.
2. Untuk effisiensi (Menghemat biaya pemakaian operasional dan Menghemat biaya
pembelian)
3. Untuk memudahkan penentuan kapasitas generator.
4. Untuk menjamin kotinyuitas ketersediaan daya listrik.

Sinkronisasi

15
Jika kita hendak memparalelkan dua generator atau lebih tentunya kita harus
memperhatikan beberapa persyaratan paralel generator tersebut. Beberapa persyaratan yang
harus dipenuhi adalah :
1. Tegangan kedua generator harus mempunyai amplitudo yang sama.
2. Tegangan kedua generator harus mempunyai frekwensi yang sama, dan
3. Tegangan antar generator harus sefasa.
Dengan persyaratan diatas berlaku apabila :
1. Lebih dari dua generator yang akan kerja paralel.
2. Dua atau lebih sistem yang akan dihubungkan sejajar.
3. Generator atau pusat tenaga listrik yang akan dihubungkan pada sebuah jaringan.

Metoda sederhana yang dipergunakan untuk mensikronkan dua generator atau lebih
adalah dengan mempergunakan sinkroskop lampu. Yang harus diperhatikan dalam metoda
sederhana ini adalah lampu lampu indikator harus sanggup menahan dua kali tegangan
antar fasa.

2.2. Karakteristik Generator


Tidak seperti transformator , tiga urutan reaktansi sebuah generator tidak sama
.Reaktansi yang kosong bernilai rendah , dan urutan reaktansi positif bervariasi seiring
berjalannya waktu. Generator biasanya akan lebih tinggi inisial arus Ground-fault dari arus
A three 3 Phase fault jika generator itu sendiri dasarnya kuat. Menurut nema , generator
diperlukan untuk menahan hanya pada tingkat yang kini berlaku yakni 3 Fase itu kecuali bila
tidak demikian halnya yang telah ditentukan.
Sebuah generator dapat mengembangkan third-harmonic yang signifikan tegangan
ketika dimuat .Sebuah kokoh didasarkan netral dan kurangnya harmonik impedansi ke posisi
ketiga eksternal saat ini akan memungkinkan aliran third-harmonic ini saat ini , saat ini yang
nilainya mungkin pendekatan dinilai. Jika yang berkelok kelok dirancang 23 dengan sebuah
lapangan , third-harmonic listrik ini akan dijelaskan tapi dikosongkan akan impedansi
rendah , peningkatan Ground-fault saat ini. Ground-fault dalam internal kokoh didasarkan
generator dapat menghasilkan kesalahan besar arus .Arus ini inti dapat kerusakan dilaminasi
, menambahkan signifikan terhadap waktu dan biaya yang dari perbaikan, baik besar dan
durasi arus ini hendaknya dibatasi jika mungkin.
Resistansi Grounding

16
Resistansi Tinggi
a. Lebih sering LV dari MV
b. Kurang dari 10 amp seterusnya
c. Terhindar penghentian mendadak
d. Sedikit kerusakan
Resistansi Rendah
a. Lebih sering MV dari LV
b. kurang dari 1000 amps dalam 10 detik
c. Mati secara aman
d. Kurang kerusakan dari pengkokohan yang didasarkan

2.3. Motor listrik 3 Fasa


Pada sistem tenaga listrik 3 fase, idealnya daya listrik yang dibangkitkan, disalurkan
dan diserap oleh beban semuanya seimbang, Ppembangkitan = Ppemakain, dan juga pada
tegangan yang seimbang. Pada tegangan yang seimbang terdiri dari tegangan 1 fase yang
mempunyai magnitude dan frekuensi yang sama tetapi antara 1 fase dengan yang lainnya
mempunyai beda fase sebesar 120listrik, sedangkan secara fisik mempunyai perbedaan
sebesar 60, dan dapat dihubungkan secara bintang (Y, wye) atau segitiga (delta, , D).

Bila fasor-fasor tegangan tersebut berputar dengan kecepatan sudut dan dengan arah
berlawanan jarum jam (arah positif), maka nilai maksimum positif dari fase terjadi berturut-
turut untuk fase V1, V2 dan V3. sistem 3 fase ini dikenal sebagai sistem yang mempunyai
urutan fasa a b c . sistem tegangan 3 fase dibangkitkan oleh generator sinkron 3 fase.

2.3.1. Hubungan Bintang (Y, wye)


Pada hubungan bintang (Y, wye), ujung-ujung tiap fase dihubungkan menjadi satu
dan menjadi titik netral atau titik bintang. Tegangan antara dua terminal dari tiga terminal a
b c mempunyai besar magnitude dan beda fasa yang berbeda dengan tegangan tiap

17
terminal terhadap titik netral. Tegangan Va, Vb dan Vc disebut tegangan fase atau Vf.
Dengan adanya saluran / titik netral maka besaran tegangan fase dihitung terhadap saluran
atau titik netralnya, juga membentuk sistem tegangan 3 fase yang seimbang dengan
magnitudenya (akar 3 dikali magnitude dari tegangan fase).

2.3.2. Hubungan Segitiga


Pada hubungan segitiga (delta, , D) ketiga fase saling dihubungkan sehingga
membentuk hubungan segitiga 3 fase.

Dengan tidak adanya titik netral, maka besarnya tegangan saluran dihitung antar fase,
karena tegangan saluran dan tegangan fasa mempunyai besar magnitude yang sama, maka:
Vline = Vfase
Tetapi arus saluran dan arus fasa tidak sama dan hubungan antara kedua arus tersebut
dapat diperoleh dengan menggunakan hukum kirchoff, sehingga:
Iline = akar 3 Ifase = 1,73Ifase

2.3.3. Daya pada Sistem 3 Fase


2.3.3.1. Daya sistem 3 fase Pada Beban yang Seimbang
Jumlah daya yang diberikan oleh suatu generator 3 fase atau daya yang diserap oleh
beban 3 fase, diperoleh dengan menjumlahkan daya dari tiap-tiap fase. Pada sistem yang
seimbang, daya total tersebut sama dengan tiga kali daya fase, karena daya pada tiap-tiap
fasenya sama.

2.3.3.2. Daya sistem 3 fase pada beban yang tidak seimbang

Sifat terpenting dari pembebanan yang seimbang adalah jumlah phasor dari ketiga
tegangan adalah sama dengan nol, begitupula dengan jumlah phasor dari arus pada ketiga
fase juga sama dengan nol. Jika impedansi beban dari ketiga fase tidak sama, maka jumlah
phasor dan arus netralnya (In) tidak sama dengan nol dan beban dikatakan tidak seimbang.
Ketidakseimbangan beban ini dapat saja terjadi karena hubung singkat atau hubung terbuka
pada beban.

Dalam sistem 3 fase ada 2 jenis ketidakseimbangan, yaitu:

18
1. Ketidakseimbangan pada beban.
2. ketidakseimbangan pada sumber listrik (sumber daya).
Kombinasi dari kedua ketidakseimbangan sangatlah rumit untuk mencari pemecahan
permasalahannya, oleh karena itu saya hanya akan membahas mengenai ketidakseimbangan
beban dengan sumber listrik yang seimbang.
terjadi gangguan, saluran netral pada hubungan bintang akan teraliri arus listrik.
Ketidakseimbangan beban pada sistem 3 fase dapat diketahui dengan indikasi naiknya arus
pada salahsatu fase dengan tidak wajar, arus pada tiap fase mempunyai perbedaan yang
cukup signifikan, hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan.

2.3.4. Tegangan dan Arus pada Rangkaian Tiga Fasa yang Seimbang
Sistem tenaga listrik biasanya disuplay oleh generator berfasa tiga. Biasanya
generator mensuplay beban-beban berfasa tiga yang seimbang, yang artinya bahwa pada
ketiga fasa tersebut terdapat beban yang identik.

2.3.5. Daya Pada Rangkain Tiga Fasa Yang Seimbang


Total daya yang diberikan oleh sebuah generator tiga fasa atau yang diserap suatu
beban tiga fasa dapat diperoleh dengan mudah dengan menjumlahkan dya pada ketiga
fasanya. Pada suatu rangkaian yang seimbang, ini sama dengan 3 kali daya pada fasa yang
mana juga, karena daya pada semua fasa adalah sama.

Pada sistem tenaga listrik 3 fase, idealnya daya listrik yang dibangkitkan, disalurkan
dan diserap oleh beban semuanya seimbang, P pembangkitan = P pemakain, dan juga pada
tegangan yang seimbang. Pada tegangan yang seimbang terdiri dari tegangan 1 fase yang
mempunyai magnitude dan frekuensi yang sama tetapi antara 1 fase dengan yang lainnya
mempunyai beda fase sebesar 120listrik, sedangkan secara fisik mempunyai perbedaan
sebesar 60, dan dapat dihubungkan secara bintang (Y, wye) atau segitiga (delta, , D).

2.4. DG ISLANDING
Dahulu, jaringan distribusi terdiri dari pengumpan radial yang berasal dari gardu induk.
Beban pasif dihubungkan sepanjang pengumpan. Selain itu, mungkin ada recloser garis
tengah pada pengumpan. Pengumpan memiliki satu sumber - gardu induk. De-memberi

19
energi pada feeder yang menyertai membuka pemutus feeder. Penambahan generator ke
jaringan mengubah situasinya. Perhatikan jaringan yang ditunjukkan pada Gambar. 1, yang
menggambarkan feeder distribusi dengan recloser. Beban agregat dan generator terletak di
hilir feeder. Jika recloser terbuka, maka generator mungkin terus memasok daya ke beban.
Ini dikenal sebagai pulau. Secara umum, islanding tidak diijinkan karena beberapa alasan.
Pertama, islanding merupakan bahaya keselamatan yang mungkin bagi personil operasi.
Seorang pekerja dapat menyimpulkan bahwa sirkuit di hilir dari saklar terbuka tidak
berenergi dan karena itu aman untuk dikerjakan. Studi terhadap risiko ini menyimpulkan
bahwa hal itu dapat ditangani secara memadai dengan mengikuti standar yang disetujui

2.5 RECLOSING SKENARIO


A. Reclosing After Fault
Transient faults dapat menjelaskan 80 sampai 90 persen kesalahan dalam jaringan
distribusi. Perlindungan yang diterapkan pada pemutus gardu dan pada recloser
biasanya mencakup fitur yang dikenal sebagai autoreclose. Fungsi autoreclose
meningkatkan ketersediaan pasokan ke pelanggan pada pengumpan dengan secara
otomatis menutup pemutus setelah tersandung karena kesalahan. Standar IEEE 1547
untuk Interkoneksi Sumber Daya Terdistribusi dengan Sistem Tenaga Listrik
merekomendasikan untuk melepaskan atau melepaskan DG dalam waktu 2 detik
setelah kondisi islanding. Namun, utilitas sering memilih waktu autoreclose dalam
urutan 0,5 detik. Penting untuk dicatat bahwa autoreclose diprakarsai oleh fungsi
perlindungan dan bukan operasi manual pemutus gardu atau recloser. Oleh karena itu,
operasi autoreclose hanya terjadi setelah terjadi kesalahan pada pengumpan. IEEE
1547 Bagian 4.2.1 menyatakan, "Unit DR [sumber daya terdistribusi] harus berhenti
memberi energi pada Area EPS [sistem tenaga listrik] untuk kesalahan pada rangkaian
Area EPS yang terhubung dengannya" [1]. Ini berarti bahwa DG juga diharuskan untuk
memutuskan kesalahan pengumpan. Perlindungan interkoneksi yang terletak di DG
bertanggung jawab untuk mendeteksi kesalahan pengumpan. Menetapkan proteksi
interkoneksi membutuhkan sebuah studi kesalahan. Persyaratan untuk mendeteksi
kesalahan pengumpan dapat memberikan beberapa batasan pada rancangan DG.
Namun, masuk akal untuk menyimpulkan bahwa dalam sistem yang dirancang dengan
benar, reclosing ke DG yang terhubung setelah kesalahan hanya mungkin terjadi dalam

20
contoh di mana perlindungan interkoneksi DG tidak tersedia atau pemutus DG gagal
beroperasi.

B. Operasi Manual atau Masalah Pengendalian

Kejadian penutupan juga dapat terjadi jika pemutus feeder atau pembebas tidak
sengaja dibuka tanpa terlebih dahulu melepaskan hubungan di bagian hilir. Setelah
terbentuknya pulau tersebut, pemutus tersebut ditutup kembali. Bisa dibayangkan bahwa
kesalahan di sirkuit kontrol pemutus feeder atau recloser bisa menghasilkan hasil yang
sama. IEEE 1547 Bagian 4.4.1 menyatakan, "Untuk sebuah pulau yang tidak disengaja
dimana DR memberi energi pada sebagian Area EPS melalui PCC [titik kopling umum],
sistem interkoneksi DR harus mendeteksi pulau tersebut dan berhenti memberi energi pada
Area EPS dalam Dua detik terbentuknya sebuah pulau "[1]. Salah satu cara untuk
mematuhi klausul ini adalah memastikan bahwa DG tidak dapat menyediakan cukup daya
untuk muatan di dalam pulau. Sebagian besar utilitas menggunakan peraturan dua banding
satu - yang berarti bahwa muatan pulau minimum harus dua kali lebih besar dari rating DG
[2]. Akibatnya, tidak mungkin mencocokkan beban dan pembangkitan di dalam pulau, dan
pulau ini tidak berkelanjutan. Untuk aplikasi DG dengan penetrasi yang lebih tinggi,
mungkin sulit atau tidak mungkin untuk memastikan adanya ketidakcocokan yang
signifikan antara beban dan pembangkitan di dalam pulau. Skema anti-pulau diterapkan
untuk memastikan bahwa DG tidak tetap terhubung. Beberapa skema dapat digunakan,
seperti berikut ini: Skema anti-pulau yang pasif mendeteksi kejadian kepulauan dengan
mengukur sinyal sistem daya, seperti voltase atau frekuensi, di DG. Skema pasif telah
terbukti memiliki zona nondeteksi [3]. Dengan kata lain, jika daya nyata dan reaktif
mengalir melalui pemutus islanding adalah nol pada saat sebelum pembukaan, skema pasif
tidak dijamin beroperasi. Namun, penelitian telah menunjukkan bahwa skema pasif dapat
beroperasi untuk ketidakcocokan daya dalam kisaran beberapa persen rating DG kVA [4].
Skema anti-islanding aktif umumnya hanya berlaku untuk DG berbasis inverter.
Biasanya, skema ini memperkenalkan umpan balik positif yang disengaja untuk
mengganggu kestabilan kontrol inverter. Akibatnya, inverter tidak bisa mengatur voltase
atau frekuensi pada nilai nominal bila terputus dari grid. Skema ini bisa dibilang lebih
efektif daripada skema pasif karena zona nondetection mereka lebih kecil atau nol.
Transfer tripping memerlukan pengiriman sinyal perjalanan ke DG saat pemutus arus

21
terbuka. Karena DG terletak jauh, sebuah sistem komunikasi diperlukan. Selain itu, setiap
hulu interrupter yang bisa mengapalkan DG harus mengirimkan sinyal trip trip. Skema ini
lebih rumit jika switch dasi dapat mentransfer DG dari satu feeder ke feeder lainnya.
Singkatnya, reclosing karena operasi manual dan / atau kontrol yang salah hanya mungkin
dilakukan pada sistem dimana islanding berkelanjutan dimungkinkan dan hanya jika skema
anti-islanding telah gagal.

2.6 RECLOSING INRUSH CURRENT

Setelah pemutus dibuka, DG memasok muatan lokal ke feeder. Kontrol DG harus


dikonfigurasi sehingga tidak dapat secara aktif mengatur voltase atau frekuensi. Akibatnya,
ketidakcocokan kecil pada beban dan pembangkitan (baik daya nyata atau reaktif)
menyebabkan besarnya tegangan dan / atau sudut menyimpang dari voltase grid.
Selanjutnya, tegangan yang signifikan berkembang melintasi pemutus terbuka.

Perhatikan bahwa jika besaran tegangan ditahan konstan pada 1 pu, bila sudutnya
mencapai 60 derajat, tegangan pemutusnya adalah 1 pu, dan pada 180 derajat, Tegangan
pemutusnya adalah 2 pu. Saat perangkat ditutup lagi, voltase ini menggerakkan arus masuk
arus, yang mengalir diantara grid dan DG. Kita dapat membuat perkiraan tentang
kemungkinan sudut untuk peristiwa autoreclose out-phase. Kami berasumsi bahwa
islanding terjadi karena kesalahan, bahwa proteksi DG gagal mendeteksi kesalahan, dan
bahwa ketidakcocokan daya menghasilkan frekuensi kurang dari pickup elemen kurang
frekuensi. IEEE 1547 menentukan tersandung pada 59,3 Hz dalam 0,16 detik untuk

22
generator kurang dari 30 kW. Jika kita asumsikan autoreclose waktu 0,5 detik, maka
perbedaan sudut pada reclosing adalah:

2.7. POTENSI KERUSAKAN

Secara umum, peralatan listrik dapat mengalami kerusakan dalam beberapa cara.
Misalnya, isolasi rusak saat peralatan dioperasikan di atas suhu disainnya. Situasi ini sering
diakibatkan oleh peningkatan kerugian I2R selama overload. Selain itu, pada generator,
motor, dan transformer, kondisi tegangan lebih menyebabkan kejenuhan inti. Arus eddy
yang dihasilkan menyebabkan kerusakan. Potensi kerusakan untuk berbagai komponen
dalam jaringan distribusi dijelaskan pada bagian berikut.

A. Daya Transformator

Arus masuk saat ini setara dengan kesalahan patahan yang terletak di antara sumber
grid dan DG, termasuk transformator gardu induk dan transformator step up DG. Arus
masuk sekarang menghasilkan gaya magnet yang menyebabkan perpindahan konduktor,
kompresi insulasi, dan keausan insulasi.

Efeknya kumulatif sepanjang masa transformator. ANSI / IEEE C57.12.00-1987


menentukan arus hubungan simetris maksimum yang menahan arus [7]. Penahan
shortcircuit untuk transformator tiga fasa kurang dari 500 kVA diberikan pada Tabel I.
Untuk Kategori II (501 sampai 1.667 kVA), arus hambat arus pendek dihitung dengan
menggunakan (4) dan mengabaikan impedansi sistem ekuivalen di balik transformator,
XSYS. Tahan hubung pendek dihitung untuk transformer yang lebih besar (Kategori III
dan IV) dengan menggunakan (4) dan mempertimbangkan impedansi transformator dan
sistem

B. Circuit Breaker dan Recloser

Salah satu peringkat utama dari pemutus arus atau recloser adalah nilai interrupting-
nya. Nilai ini dinyatakan dalam ampere (simetris) pada tegangan pengenal maksimum.
Sebagai contoh, recloser singlephase dapat memiliki nilai interrupting yang berkisar antara

23
1.250 A (untuk recloser 50 A) sampai 12.500 A (untuk recloser 800 A). Interrupters yang
berada di antara sumber grid dan DG terpapar arus masuk sekarang yang ditentukan oleh
(3), dan arus ini menghasilkan kekuatan mekanis di dalam interrupter. Selain itu, pemutus
arus atau recloser yang membentuk titik terbuka antara grid dan pulau dikenai tegangan
hingga 2 pu melintasi kontak terbuka, seperti yang diilustrasikan pada Gambar. 2. Situasi
ini setara dengan pemutus sinkronisasi di pembangkit listrik. Breaker flashover diketahui
terjadi saat menyinkronkan generator, dan akibatnya, pemutus tersebut sering dilengkapi
dengan skema kegagalan pemutus yang dimodifikasi [8]. IEEE C37.04-1999 menentukan
kemampuan perpindahan arus out-of-phase untuk pemutus arus [9]. Perlu dicatat bahwa
tidak perlu menyertakan spesifikasi ini untuk semua aplikasi. Ini hanya berlaku untuk
pemutus arus yang akan digunakan untuk menghubungkan dua bagian sistem selama
kondisi di luar fase, misalnya pemutus sinkronisasi di stasiun pembangkit. Jika ditentukan,
peringkat yang disukai adalah 25 persen rating arus pendek (simetris) pemutus arus [9].
Terbukti, tidak ada peringkat serupa untuk recloser.

C. Generator Terdistribusi

IEEE C50.12 dan C50.13 mencantumkan persyaratan untuk generator sinkron besar.
NEMA MG1 mencakup generator yang lebih kecil. Dokumen-dokumen ini berhati-hati
terhadap sinkronisasi yang buruk karena nilai arus dan torsi yang tinggi. Sudut penutup
pemutus maksimum 10 derajat ditentukan. Torsi transien tinggi dapat menyebabkan
kegagalan kopling. Hal ini juga dapat menyebabkan isolasi koil / bar retak [10]. Standar
tersebut mengharuskan generator dirancang untuk menahan hubung singkat tiga fase di
terminalnya saat beroperasi pada voltase pengenal dan voltase 1.05 volt.

Namun, telah ditunjukkan pada [11] bahwa torsi transien dapat melebihi kesalahan tiga
fasa dengan faktor 2 sampai 3 kali selama acara sinkronisasi di luar fase. Torsi ini
menyebabkan tekanan mekanis pada generator dan penggerak utama. Torsi maksimum
diproduksi pada sudut 120 derajat daripada nilai 180 derajat yang menghasilkan arus
masuk arus maksimum [12]. Akibatnya, dalam tulisan ini, kita menggunakan torsi puncak
daripada arus masuk sekarang sebagai ukuran potensi kerusakan pada generator dan motor.
Simulasi komputer digunakan untuk menentukan nilai puncak torsi.
D. Beban
Beban pasif, seperti pemanasan atau pencahayaan, yang terhubung di dalam
pulau tidak terpengaruh oleh arus masuk saat ini karena reklamasi out-ofphase. Namun,

24
kasus motor sangat berbeda. Selama islanding, motor tetap sinkron dengan DG yang
terhubung. Jika, pada saat bersamaan, ada pergeseran sudut antara DG dan sistem, maka
motor mengalami torsi sementara dengan cara yang sama seperti DG terpengaruh. ANSI
C50.41 membahas motor induksi di dalam pembangkit dan mendefinisikan batasan untuk
rekluksi di luar fase yang dinyatakan sebagai nilai volt-perhertz di pemutus terbuka.
Namun, tidak ada batasan yang sama untuk motor di luar pembangkit. NEMA MG1,
bagaimanapun, mencatat nilai torsi breakdown untuk motor induksi kecil (lihat Tabel 2).

25
BAB III
PENUTUP

1.1. Kesimpulan
Pada dasarnya semua tranformator adalah sama yaitu suatu alat untuk memindahkan
daya dari suatu rangkaian kerangkaian yang lain secara elektromagnetik dengan
frekuensi yang tetap. Daya listrik yang dihasilkan pada stasiun
pembangkit harus mengalami beberapa tahap pendistribusian sebelum daya
itu dapat digunakan oleh beban listrik.

Kerugian tranfo tergantung dari konstruksi inti besi misalnya :


1. Sambungan antara inti besi
2. Susunan plat-plat besi berlapis
3. Mutu dari pelat besi
4. Mutu isolasi antara pelat besi

Mesin Induksi 3 fasa atau mesin tak serempak dibagi atas dua jenis yaitu :
1. Motor Induksi 3 fasa
2. Generator Induksi 3 fasa, yang pada umumnya disebut alternator.

Secara umum motor induksi terdiri dari rotor dan stator. Rotor merupakan bagian
yang bergerak, sedangkan stator bagian yang diam. Diantara stator dengan rotor ada
celah udara yang jaraknya sangat kecil

26
BAB IV

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

27
DAFTAR PUSTAKA

28

Anda mungkin juga menyukai