Dispepsia MUSTIKA
Dispepsia MUSTIKA
R DENGAN DISPEPSIA
dari rasa tidak enak/sakit diperut bagian atas yang dapat pula disertai dengan
keluhan lain, perasaan panas di dada daerah jantung (heartburn), kembung, perut
terasa penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual, muntah, dan beberapa
keluhan lainnya (Warpadji Sarwono, et all, 1996, hal. 26). Dispepsia merupakan
tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan
keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan
regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III,
2000 hal : 488). Batasan dispepsia terbagi atas dua yaitu dispepsia organik, bila
telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya dan dispepsia non
organik, atau dispepsia fungsional, atau dispepsia non ulkus (DNU), bila tidak jelas
penyebabnya.
Lambung terletak oblik dari kiri ke kanan menyilang di abdomen atas tepat
pilorus.Sebelah atas lambung terdapat cekungan kurvatura minor, dan bagian kiri
mengalirkan makanan yang masuk kedalam lambung dan mencegah refluks isi
kardia dikenal dengan nama daerah kardia. Disaat sfingter pilorikum berelaksasi
makanan masuk kedalam duodenum, dan ketika berkontraksi sfingter ini akan
esophagus
b. Serabut sirkuler yang palig tebal dan terletak di pylorus serta membentuk otot
c. Serabut oblik yang terutama dijumpai pada fundus lambung dan berjalan dari
(lengkung kelenjar).
3. Lapisan submukosa yang terdiri atas jaringan areolar berisi pembuluh darah dan
saluran limfe.
4. Lapisan mukosa yang terletak disebelah dalam, tebal, dan terdiri atas banyak
kerutan/ rugae, yang menghilang bila organ itu mengembang karena berisi
makanan. Ada beberapa tipe kelenjar pada lapisan ini dan dikategorikan menurut
terletak di fundus dan pada hampir selurus korpus lambung. Kelenjar gastrik
memiliki tipe-tipe utama sel. Sel-sel zimognik atau chief cells mensekresikan
adalah enzim dan berbagai elektrolit, terutama ion-ion natrium, kalium, dan
klorida.
duodenum.
Seluruh suplai darah di lambung dan pankreas (serat hati, empedu, dan
limpa) terutama berasal dari daerah arteri seliaka atau trunkus seliaka, yang
lambung dan duodenum, serta berasal dari pankreas, limpa, dan bagian lain
2. Fisiologi
Fisiologi Lambung :
gastric juice (cairan lambung) per hari. Komponene utamanya yaitu mukus,
- Absorpsi, secara minimal terjadi dalam lambung yaitu absorpsi air, alkohol,
oleh HCL.
kedalam duodenum. Pada saat chyme siap masuk kedalam duodenum, akan
(http://keperawatan-gun.blogspot.com/2008/11/asuhan-keperawatan-klien-
C. Etiologi
reflux.Jika anda memiliki penyakit acid reflux, asam lambung terdorong ke atas
5. Kanker lambung
D. Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat
seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan
oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan
maupun cairan.
E. Tanda dan Gejala
1. Nyeri perut
6. Perut kembung
F. Pencegahan
Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan
kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkomsumsi makanan
yang berkadar asam tinggi, cabai, alkohol, dan pantang rokok, bila harus makan obat
karena sesuatu penyakit, misalnya sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak
G. Prognosis
Berdasarkan penelitian pada populasi umum didapatkan bahwa 15 30 %
orang dewasa pernah mengalami hal ini dalam beberapa hari. Di inggris dan
% (Suryono S, et all, 2001 hal 154). Dan dispepsia cukup banyak dijumpai. Menurut
asia pasifik, dispepsia juga merupakan keluhan yang banyak dijumpai, prevalensinya
H. Pemeriksaan Penunjang
Helicobacter pylori, dan urea breath test (belum tersedia di Indonesia. Endoskopi
halnya pada sindrom dispepsia, oleh karena dispepsia hanya merupakan kumpulan
a. Laboratorium
b. Radiologis
c. Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi)
d. USG (ultrasonografi)
Dapat dilakukan dengan scintigafi atau dengan pellet radioopak. Pada dispepsia
I. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan non farmakologis
- Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
- Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda, obat-obatan
Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan terutama
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang dilakukan
yaitu : Mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa data. Data fokus
yang berhubungan dengan dispepsia meliputi adanya nyeri perut, rasa pedih di ulu
hati, mual kadang-kadang muntah, nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang, perut
kembung, rasa panas di dada dan perut, regurgitasi (keluar cairan dari lambung secar
keluhan/gejala klinis (sindrom) yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit diperut bagian
atas yang dapat pula disertai dengan keluhan lain, perasaan panas di dada daerah
sendawa, anoreksia, mual, muntah, dan beberapa keluhan lainnya (Warpadji Sarwono,
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Inayah (2004) bahwa diagnosa keperawatan yang lazim timbul pada
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah
makan, anoreksia.
mual, muntah
3. Intervensi
Rencana keperawatan adalah tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
Tujuan : Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri, dengan kriteria klien
Anjurkan klien untuk menghindari makanan yang dapat meningkatkan kerja asam
lambung
peristaltik
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan,
anoreksia.
diharapkan
Timbang BB klien
mulut, kemampuan menelan, adanya bising usus, riwayat mual/rnuntah atau diare.
diet klien.
Catat adanya anoreksia, mual, muntah, dan tetapkan jika ada hubungannya dengan
muntah
Tujuan : Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan prilaku yang perlu untuk
Awasi tekanan darah dan nadi, pengisian kapiler, status membran mukosa, turgor
kulit
Awasi jumlah dan tipe masukan cairan, ukur haluaran urine dengan akurat
dehidrasi atau mengganti cairan untuk masukan kalori yang berdampak pada
keseimbangan elektrolit
Rasional : Membantu klien menerima perasaan bahwa akibat muntah dan atau
untuk berhasil
Berikan/awasi hiperalimentasi IV
elektrolit
Rasional : Mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan yang dirasakan oleh klien
Berikan dorongan dan berikan waktu untuk mengungkapkan pikiran dan dengarkan
semua keluhannya
Rasional : Klien merasa ada yang memperhatikan sehingga klien merasa aman
Maha Esa.
4. Evaluasi
apakah masalah teratasi atau tidak, dan apabila tidak berhasil perlu dikaji,
direncanakan dan dilaksanakan dalam jangka waktu panjang dan pendek tergantung
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Biodata
a Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Umur : 52 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA
Nama : Tn. A
Umur : 56 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
2. Keluhan Utama
Pasien mengeluh kepala pusing, sakit kepala,nyeri perut, rasa perih di hulu hati,
3. Riwayat Kesehatan
Pasien mengeluh sakit kepala, pusing, rasa perih di hulu hati, nafsu mkan
4. Keadaan Umum
b. Tanda-tanda vital
Suhu : 37,0oC
Nadi : 72 x/ menit
Respirasi : 20 x / menit
c. Penampilan umum
Pasien lemah
5. Pemeriksaan
a. Kulit
b. Kuku
Warna : Putih
c. Kepala
d. Mata
Sklera : Anikterik
Konjungtiva : Ananemis
Pupil : Normal
e. Hidung
Kayu putih
Bentuk : Simetris
Serumen : Sedikit
f. Telinga
Bentuk : Simetris
Keadaan : Bersih
g. Mulut
dan manis
Bentuk : Simetris
i. Abdomen
j. Genitalia
k. Kekuatan otot
6. Aspek Psiko-Sosial-Spiritual
a. Aspek Psikologis
b. Aspek Sosial
c. Aspek Spritual
Pasien seorang muslim, pasien melakukan shalat 5 (lima) waktu
B. Analisa Data
.
1. DS: Pasien mengeluh nyeri Iritasi Nyeri
epigastrium mukasa
DO a. Wajah pasien terlihat
lambung
: meringis menahan sakitnya
b. TD : 72 x / menit
c. S : 37.00C
2. DS: Pasien mengatakan mulai dari Peningkatan Nutrisi kurang dari
makan lambung
DO - Keadaan umum pasien masih
pecah-pecah
- Porsi makan tidak habis
- Tampak mual-mual
C. Diagonasa Keperawatan
lambung.
D. Perencanaan
Perencanaan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan
Intervensi Implementasi Evaluasi
1. Nyeri berhubungan dengan intasi pada Hilangnya rasa 1. Kaji frekuensi 1. Mengkaji frekuensi nyeri S: Pasien menyatakan nyeri
2. Menganjurkan istirahat dengan
mukosa lambung . nyeri dengan nyeri O: berkurang
DS: Pasien mengeluh nyeri 2. Berikan istirahat posisi semi fowler
criteria : 3. Menganjurkan pasien untuk Wajah tampak sedikit tenang
DO: epigastrium dengan posisi semi
1. Nyeri hilang menghindari makanan yang TD : 110/70 MmHg
Wajah klien terlihat meringis fowler
2. Pasien tidak dapat meningkatkan kerja asam N : 72 x / menit
menahan sakitnya 3. Anjurkan pasien
meringis lambung S : 37.40C
TD : 110/10 mmHg untuk menghindari 4. Memberikan kompres hangat
menahan sakit A: Masalah sebagian teratasi
N : 72 x/ menit makanan yang bagian abdomen
lagi P: Lanjutkan intervensi
S : 37.40C dapat
meningkatkan
kerja asam
lambung
4. Berikan kompres
abdomen
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Nutrisi terpenuhi 1. Anjurkan makan 1. Menganjurkan makan sedikit S: Pasien mengatakan bahwa
Sehubungan dengan peningkatan asam dengan criteria : sedikit demi sedikit demi sedikit nafsu makan mulai bertambah
2. Menyajikan kebutuhan nutrisi
lambung. - Porsi makan tapi sering 3. Menyajikan makanan yang O: Klien tampak tidak lemas lagi
DS: Pasien mengatakan mulai dari habis 2. Kaji kebutuhan bervariasi terbukti makannya habis 1
- Pasien tampak 4. Menyajikan makanan yang
pertama kali datang tidak nafsu nutrisi pasien porsi
segar 3. Sajikan makanan masih hangat
DO: makan A: Masalah teratasi
yang bervariasi
5. Keadaan umum pasien 4. Sajikan makan yang P: Intervensi dipertahankan
7. Tampak mual-mual
E. Catatan Perkembangan
No Diagnosa
Tanggal Tindakan Evaluasi Paraf
. Keperawatan
1 Nyeri 21-03-2017 MS Pasien
M: MmHg
emberikan N : 2 x/menit
kompres S : 37,40C
M intervensi
emberikan P:
posisi yang
nyaman
2. Nutrisi kurang 21-03-2017 1. Menganjurkan S: Pasien
4. Menyajikan A sebagiaan
P:
Diagnosa
No. Tanggal Tindakan Evaluasi
Keperawatan
1 Nyeri 21-03-2017 M S: Pasien mengatakan
M S : 37,00C
emberikan
emberikan posisi
yang nyaman
2. Nutrisi kurang 21-03-2017 5. Menganjurkan S: Pasien mengatakan
bervariasi dihentikan
8. Menyajikan
makanan yang
masih hangat
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2 Jakarta,
EGC
Inayah Iin, 2004, Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
aeusculapeus.
Suryono slamet, et al, 2001, buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid 2, edisi, Jakarta,
FKUI