Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

R DENGAN DISPEPSIA

1. Tinjauan Teoritis Dispepsia


A. Pengertian Dispepsia

Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis (sindrom) yang terdiri

dari rasa tidak enak/sakit diperut bagian atas yang dapat pula disertai dengan

keluhan lain, perasaan panas di dada daerah jantung (heartburn), kembung, perut

terasa penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual, muntah, dan beberapa

keluhan lainnya (Warpadji Sarwono, et all, 1996, hal. 26). Dispepsia merupakan

salah satu gangguan pada saluran pencernaan, khususnya lambung.

Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa

tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan

keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan

regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III,

2000 hal : 488). Batasan dispepsia terbagi atas dua yaitu dispepsia organik, bila

telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya dan dispepsia non

organik, atau dispepsia fungsional, atau dispepsia non ulkus (DNU), bila tidak jelas

penyebabnya.

B. Anatomi dan Fisiologi


2. Anatomi

Lambung terletak oblik dari kiri ke kanan menyilang di abdomen atas tepat

dibawah diafragma.Dalam keadaan kosong lambung berbentuk tabung J, dan bila

penuh berbentuk seperti buah alpukat raksasa.Kapasitas normal lambung 1 sampai 2


liter.Secara anatomis lambung terbagi atas fundus, korpus dan antrum

pilorus.Sebelah atas lambung terdapat cekungan kurvatura minor, dan bagian kiri

bawah lambung terdapat kurvatura mayor.Sfingter kedua ujung lambung mengatur

pengeluaran dan pemasukan.Sfingter kardia atau sfingter esofagus bawah,

mengalirkan makanan yang masuk kedalam lambung dan mencegah refluks isi

lambung memasuki esofagus kembali. Daerah lambung tempat pembukaan sfingter

kardia dikenal dengan nama daerah kardia. Disaat sfingter pilorikum berelaksasi

makanan masuk kedalam duodenum, dan ketika berkontraksi sfingter ini akan

mencegah terjadinya aliran balik isis usus halus kedalam lambung.

Lambung terdiri dari empat lapisan yaitu :

1. lapisan peritoneal luar yang merupakan lapisan serosa.

2. Lapisan berotot yang terdiri atas 3 lapisan :

a. Serabut longitudinal, yang tidak dalam dan bersambung dengan otot

esophagus

b. Serabut sirkuler yang palig tebal dan terletak di pylorus serta membentuk otot

sfingter, yang berada dibawah lapisan pertama.

c. Serabut oblik yang terutama dijumpai pada fundus lambung dan berjalan dari

orivisium kardiak, kemudian membelok kebawah melalui kurva tura minor

(lengkung kelenjar).
3. Lapisan submukosa yang terdiri atas jaringan areolar berisi pembuluh darah dan

saluran limfe.

4. Lapisan mukosa yang terletak disebelah dalam, tebal, dan terdiri atas banyak

kerutan/ rugae, yang menghilang bila organ itu mengembang karena berisi

makanan. Ada beberapa tipe kelenjar pada lapisan ini dan dikategorikan menurut

bagian anatomi lambung yang ditempatinya.Kelenjar kardia berada dekat

orifisium kardia.Kelenjar ini mensekresikan mukus.Kelenjar fundus atau gastric

terletak di fundus dan pada hampir selurus korpus lambung. Kelenjar gastrik

memiliki tipe-tipe utama sel. Sel-sel zimognik atau chief cells mensekresikan

pepsinogen. Pepsinogen diubah menjadi pepsin dalam suasana asam.Sel-sel

parietal mensekresikan asam hidroklorida dan faktor intrinsik.

Faktor intrinsik diperlukan untuk absorpsi vitamin B 12 di dalam usus halus.

Kekurangan faktor intrinsik akan mengakibatkan anemia pernisiosa. Sel-sel

mukus (leher) ditemukan dileher fundus atau kelenjar-kelenjar gastrik.Sel-sel ini

mensekresikan mukus.Hormon gastrin diproduksi oleh sel G yang terletak pada

pylorus lambung.Gastrin merangsang kelenjar gastrik untuk menghasilkan asam

hidroklorida dan pepsinogen. Substansi lain yang disekresikan oleh lambung

adalah enzim dan berbagai elektrolit, terutama ion-ion natrium, kalium, dan

klorida.

Persarafan lambung sepenuhnya otonom.Suplai saraf parasimpatis untuk

lambung dan duodenum dihantarkan ke dan dari abdomen melalui saraf

vagus.Trunkus vagus mempercabangkan ramus gastrik, pilorik, hepatik dan


seliaka.Pengetahuan tentang anatomi ini sangat penting, karena vagotomi selektif

merupakan tindakan pembedahan primer yang penting dalam mengobati tukak

duodenum.

Persarafan simpatis adalah melalui saraf splenikus major dan ganlia

seliakum.Serabut-serabut aferen menghantarkan impuls nyeri yang dirangsang

oleh peregangan, dan dirasakan di daerah epigastrium.Serabut-serabut aferen

simpatis menghambat gerakan dan sekresi lambung. Pleksus saraf mesentrikus

(auerbach) dan submukosa (meissner) membentuk persarafan intrinsik dinding

lambung dan mengkordinasi aktivitas motoring dan sekresi mukosa lambung.

Seluruh suplai darah di lambung dan pankreas (serat hati, empedu, dan

limpa) terutama berasal dari daerah arteri seliaka atau trunkus seliaka, yang

mempecabangkan cabang-cabang yang mensuplai kurvatura minor dan

mayor.Dua cabang arteri yang penting dalam klinis adalah arteri

gastroduodenalis dan arteri pankreas tikoduodenalis (retroduodenalis) yang

berjalan sepanjang bulbus posterior duodenum.Tukak dinding postrior duodenum

dapat mengerosi arteria ini dan menyebabkan perdarahan.Darah vena dari

lambung dan duodenum, serta berasal dari pankreas, limpa, dan bagian lain

saluran cerna, berjalan kehati melalui vena porta.

2. Fisiologi

Fisiologi Lambung :

- Mencerna makanan secara mekanikal


- Sekresi, yaitu kelenjar dalam mukosa lambung mensekresi 1500 3000 mL

gastric juice (cairan lambung) per hari. Komponene utamanya yaitu mukus,

HCL (hydrochloric acid), pensinogen, dan air. Hormon gastrik yang

disekresi langsung masuk kedalam aliran darah.

- Mencerna makanan secara kimiawi yaitu dimana pertama kali protein

dirobah menjadi polipeptida

- Absorpsi, secara minimal terjadi dalam lambung yaitu absorpsi air, alkohol,

glukosa, dan beberapa obat.

- Pencegahan, banyak mikroorganisme dapat dihancurkan dalam lambung

oleh HCL.

- Mengontrol aliran chyme (makanan yang sudah dicerna dalam lambung)

kedalam duodenum. Pada saat chyme siap masuk kedalam duodenum, akan

terjadi peristaltik yang lambat yang berjalan dari fundus ke pylorus.

(http://keperawatan-gun.blogspot.com/2008/11/asuhan-keperawatan-klien-

dg-dispepsia.html diakses 20 Agustus 2010).

C. Etiologi

Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid

reflux.Jika anda memiliki penyakit acid reflux, asam lambung terdorong ke atas

menuju esofagus (saluran muskulo membranosa yang membentang dari faring ke

dalam lambung).Hal ini menyebabkan nyeri di dada.Beberapa obat-obatan, seperti


obat anti-inflammatory, dapat menyebabkan dispepsia.Terkadang penyebab dispepsia

belum dapat ditemukan. Penyebab dispepsia secara rinci adalah:

1. Menelan udara (aerofagi)

2. Regurgitasi(alir balik, refluks) asam dari lambung

3. Iritasi lambung (gastritis)

4. Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis

5. Kanker lambung

6. Peradangan kandung empedu (kolesistitis)

7. Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya)

8. Kelainan gerakan usus

9. Stress psikologis, kecemasan, atau depresi

10. Infeksi Helicobacter pylory

D. Patofisiologi

Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat

seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan

menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat

mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung,

kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan

merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla

oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan

maupun cairan.
E. Tanda dan Gejala

1. Nyeri perut

2. Rasa perih di ulu hati

3. Mual, kadang-kadang sampai muntah

4. Nafsu makan berkurang

5. Rasa lekas kenyang

6. Perut kembung

7. Rasa panas di dada dan perut

8. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)

F. Pencegahan

Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan

kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkomsumsi makanan

yang berkadar asam tinggi, cabai, alkohol, dan pantang rokok, bila harus makan obat

karena sesuatu penyakit, misalnya sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak

mengganggu fungsi lambung.

G. Prognosis
Berdasarkan penelitian pada populasi umum didapatkan bahwa 15 30 %

orang dewasa pernah mengalami hal ini dalam beberapa hari. Di inggris dan

skandinavia dilaporkan angka prevalensinya berkisar 7 41 % tetapi hanya 10 20 %

yang mencari pertolongan medis. Insiden dispepsia pertahun diperkirakan antara 1 8

% (Suryono S, et all, 2001 hal 154). Dan dispepsia cukup banyak dijumpai. Menurut

Sigi, di negara barat prevalensi yang dilaporkan antara 23 dan 41 %. Sekitar 4 %

penderita berkunjung ke dokter umumnya mempunyai keluhan dispepsia. Didaerah

asia pasifik, dispepsia juga merupakan keluhan yang banyak dijumpai, prevalensinya

sekitar 10 20 % (Kusmobroto H, 2003)

H. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan radiologi yaitu, OMD degan kontras ganda, serologi

Helicobacter pylori, dan urea breath test (belum tersedia di Indonesia. Endoskopi

merupakan pemeriksaan baku emas, selain sebagai diagnostic sekaligus teraupetik.

Pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan endoskopi adalah :

CLO (rapid urea test)

Patologi antaomi (PA)

Kultur moikroorganisme (MO) jaringan

PCR (Plymerase chain reaction), hanya dalam rangka penelitian

(Mansjoer, A edisi III, 2000: 488)

Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama, seperti

halnya pada sindrom dispepsia, oleh karena dispepsia hanya merupakan kumpulan

gejala dan penyakit disaluran pencernaan, maka perlu dipastikan penyakitnya.


Untuk memastikan penyakitnya, maka perlu dilakukan beberapa pemeriksaan,

selain pengamatan jasmani, juga perlu diperiksa : laboratorium, radiologis,

endoskopi, USG, dan lain-lain.

a. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan untuk

menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti: pankreatitis kronik, diabets

mellitus, dan lainnya. Pada dispepsia fungsional biasanya hasil laboratorium

dalam batas normal.

b. Radiologis

Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit di saluran

makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan radiologis terhadap

saluran makan bagian atas, dan sebaiknya menggunakan kontras ganda.

c. Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi)

Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia fungsional, gambaran

endoskopinya normal atau sangat tidak spesifik.

d. USG (ultrasonografi)

Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini makin banyak

dimanfaatkan untuk membantu menentukan diagnostik dari suatu penyakit,


apalagi alat ini tidak menimbulkan efek samping, dapat digunakan setiap saat

dan pada kondisi klien yang beratpun dapat dimanfaatkan

e. Waktu Pengosongan Lambung

Dapat dilakukan dengan scintigafi atau dengan pellet radioopak. Pada dispepsia

fungsional terdapat pengosongan lambung pada 30 40 % kasus.

I. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan non farmakologis
- Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
- Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda, obat-obatan

yang berlebihan, nikotin rokok, dan stress


- Atur pola makan
b. Penatalaksanaan farmakologis yaitu:

Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan terutama

dalam mengantisipasi kekambuhan.Hal ini dapat dimengerti karena pross

patofisiologinya pun masih belum jelas.Dilaporkan bahwa sampai 70 % kasus DF

reponsif terhadap placebo. Obat-obatan yang diberikan meliputi antacid (menetralkan

asam lambung) golongan antikolinergik (menghambat pengeluaran asam lambung)

dan prokinetik (mencegah terjadinya muntah)

2. Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan Dispepsia

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang dilakukan

yaitu : Mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa data. Data fokus
yang berhubungan dengan dispepsia meliputi adanya nyeri perut, rasa pedih di ulu

hati, mual kadang-kadang muntah, nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang, perut

kembung, rasa panas di dada dan perut, regurgitasi (keluar cairan dari lambung secar

tiba-tiba). (Mansjoer A, 2000, Hal. 488). Dispepsia merupakan kumpulan

keluhan/gejala klinis (sindrom) yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit diperut bagian

atas yang dapat pula disertai dengan keluhan lain, perasaan panas di dada daerah

jantung (heartburn), regurgitasi, kembung, perut terasa penuh, cepat kenyang,

sendawa, anoreksia, mual, muntah, dan beberapa keluhan lainnya (Warpadji Sarwono,

et all, 1996, hal. 26)

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut Inayah (2004) bahwa diagnosa keperawatan yang lazim timbul pada

klien dengan dispepsia.

a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah

makan, anoreksia.

c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya

mual, muntah

d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya

3. Intervensi
Rencana keperawatan adalah tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan

untuk menngulangi masalah keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan.

Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.

Tujuan : Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri, dengan kriteria klien

melaporkan terjadinya penurunan atau hilangnya ras nyeri

Kaji tingkat nyeri, beratnya (skala 0 10)

Rasional : Berguna dalam pengawasan kefektifan obat, kemajuan penyembuhan

Berikan istirahat dengan posisi semifowler

Rasional : Dengan posisi semi-fowler dapat menghilangkan tegangan abdomen

yang bertambah dengan posisi telentang

Anjurkan klien untuk menghindari makanan yang dapat meningkatkan kerja asam

lambung

Rasional : dapat menghilangkan nyeri akut/hebat dan menurunkan aktivitas

peristaltik

Anjurkan klien untuk tetap mengatur waktu makannya

Rasional :mencegah terjadinya perih pada ulu hati/epigastrium

Observasi TTV tiap 24 jam


Rasional :sebagai indikator untuk melanjutkan intervensi berikutnya

Diskusikan dan ajarkan teknik relaksasi

Rasional :Mengurangi rasa nyeri atau dapat terkontrol

Kolaborasi dengan pemberian obat analgesic

Rasional :Menghilangkan rasa nyeri dan mempermudah kerjasama dengan

intervensi terapi lain

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan,

anoreksia.

Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkan

individu, dengan kriteria menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi

Pantau dan dokumentasikan dan haluaran tiap jam secara adekuat

Rasional : Untuk mengidentifikasi indikasi/perkembangan dari hasil yang

diharapkan

Timbang BB klien

Rasional :Membantu menentukan keseimbangan cairan yang tepat

Berikan makanan sedikit tapi sering

Rasional : meminimalkan anoreksia, dan mengurangi iritasi gaster


Catat status nutrisi paasien: turgor kulit, timbang berat badan, integritas mukosa

mulut, kemampuan menelan, adanya bising usus, riwayat mual/rnuntah atau diare.

Rasional : Berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan intervensi yang

tepat Berguna dalam pengawasan kefektifan obat, kemajuan penyembuhan

Kaji pola diet klien yang disukai/tidak disukai.

Rasional : Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan intake

diet klien.

Monitor intake dan output secara periodik.

Rasional : Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan

Catat adanya anoreksia, mual, muntah, dan tetapkan jika ada hubungannya dengan

medikasi. Awasi frekuensi, volume, konsistensi Buang Air Besar (BAB).

Rasional :Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah

untuk meningkatkan intake nutrisi.

c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya mual,

muntah
Tujuan : Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan prilaku yang perlu untuk

memperbaiki defisit cairan, dengan kriteria mempertahankan/menunjukkan

perubaan keseimbangan cairan, dibuktikan stabil, membran mukosa lembab,

turgor kulit baik.

Awasi tekanan darah dan nadi, pengisian kapiler, status membran mukosa, turgor

kulit

Rasional : Indikator keadekuatan volume sirkulasi perifer dan hidrasi seluler

Awasi jumlah dan tipe masukan cairan, ukur haluaran urine dengan akurat

Rasional : Klien tidak mengkomsumsi cairan sama sekali mengakibatkan

dehidrasi atau mengganti cairan untuk masukan kalori yang berdampak pada

keseimbangan elektrolit

Diskusikan strategi untuk menghentikan muntah dan penggunaan laksatif/diuretic

Rasional : Membantu klien menerima perasaan bahwa akibat muntah dan atau

penggunaan laksatif/diuretik mencegah kehilangan cairan lanjut

Identifikasi rencana untuk meningkatkan/mempertahankan keseimbangan cairan

optimal misalnya : jadwal masukan cairan.

Rasional : Melibatkan klien dalam rencana untuk memperbaiki keseimbangan

untuk berhasil
Berikan/awasi hiperalimentasi IV

Rasional : Tindakan daruat untuk memperbaiki ketidak seimbangan cairan

elektrolit

d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya

Tujuan : Mendemonstrasikan koping yang positif dan mengungkapkan penurunan

kecemasan, dengan kriteria menyatakan pemahaman tentang penyakitnya.

Kaji tingkat kecemasan

Rasional : Mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan yang dirasakan oleh klien

sehingga memudahkan dlam tindakan selanjutnya

Berikan dorongan dan berikan waktu untuk mengungkapkan pikiran dan dengarkan

semua keluhannya

Rasional : Klien merasa ada yang memperhatikan sehingga klien merasa aman

dalam segala hal tundakan yang diberikan

Jelaskan semua prosedur dan pengobatan


Rasional : Klien memahami dan mengerti tentang prosedur sehingga mau

bekejasama dalam perawatannya.

Berikan dorongan spiritual

Rasional : Bahwa segala tindakan yang diberikan untuk proses penyembuhan

penyakitnya, masih ada yang berkuasa menyembuhkannya yaitu Tuhan Yang

Maha Esa.

4. Evaluasi

Tahap evaluasi dalam proses keperawatan mencakup pencapaian terhadap tujuan

apakah masalah teratasi atau tidak, dan apabila tidak berhasil perlu dikaji,

direncanakan dan dilaksanakan dalam jangka waktu panjang dan pendek tergantung

respon dalam keefektifan intervensi.

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DISPEPSIA

A. Pengkajian

1. Biodata

a Identitas Pasien

Nama : Ny. R

Umur : 52 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku / Bangsa : Aceh / Indonesia

Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan : SMA

Alamat : Cot Girek Kandang

b Identitas penanggung jawab

Nama : Tn. A

Umur : 56 Tahun

Jenis Kelamin : Laki- laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Hub dengan pasien : Suami

Alamat : Cot Girek

2. Keluhan Utama

Pasien mengeluh kepala pusing, sakit kepala,nyeri perut, rasa perih di hulu hati,

nafsu makan berkurang dll

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Pasien mengeluh sakit kepala, pusing, rasa perih di hulu hati, nafsu mkan

berkurang, dan badan terasa lemah.

b. Riwayat kesehatan yang lalu

Pasien belum pernah di rawat tetapi punya penyakit Gastritis

c Riwayat kesehatan keluarga


Di dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit Dispepsia seperti

yang di alami, oleh klien.

4. Keadaan Umum

a. Tingkat kecemasan : Compos mentis

b. Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Suhu : 37,0oC

Nadi : 72 x/ menit

Respirasi : 20 x / menit

c. Penampilan umum

Pasien lemah

5. Pemeriksaan

a. Kulit

Warna kulit : Sawo matang

Tekstur kulit : Lembab dan kotor

b. Kuku

Keadaan kuku : Bersih

Warna : Putih

c. Kepala

Bentik kepala : Simetris

Kelainan : Tidak ada kelainan


Keadaan rambut : Bersih

Kulit kepala : Bersih

d. Mata

Sklera : Anikterik

Konjungtiva : Ananemis

Reflek cahaya : Normal, ditandai pada saat dilakukan reflek

Cahaya mata pasien langsung berkedip

Pupil : Normal

Kelainan : Tidak ada

e. Hidung

Fungsi penciuman : Normal, ditandai bisa mencium bau minyak

Kayu putih

Bentuk : Simetris

Serumen : Sedikit

Kelainan : Tidak ada

f. Telinga

Fungsi pendengaran : Normal, ditandai bisa mendengar pertanyaanPerawat

Bentuk : Simetris

Keadaan : Bersih

g. Mulut

Fungsi pengcapan : Normal, ditandai bisa membedakan rasa asin

dan manis

Kebersihan gigi : Kotor


Kelainan bibir : Tidak ada

h. Dada dan paru-paru

Bentuk : Simetris

Frekuensi napas : Normal 20 x / menit

i. Abdomen

Nyeri tekanan : Ada nyeri tekan pada bagian epigastrium

j. Genitalia

Keadaan rectum : Bersih

k. Kekuatan otot

Reflek bisep : Normal, ditandai pada saat diperiksa dengan

reflek hammer ada pergerakan

Reflek trisep : Normal, ditandai pada saat diperiksa dengan

reflek hammer terjadi pergerakan

Reflek patella : Normal, ditandai pada saat diperiksa dengan

reflek hammer terjadi pergerakan

Reflek babyn sky : Normal, ditandai adanya gerakan pada telapak

kaki saat dilakukan pemeriksaan

6. Aspek Psiko-Sosial-Spiritual

a. Aspek Psikologis

Keadaan emosi pasien stabil

b. Aspek Sosial

Pasien bersosialisasi baik dengan lingkungan dan keluarga.

c. Aspek Spritual
Pasien seorang muslim, pasien melakukan shalat 5 (lima) waktu

B. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

.
1. DS: Pasien mengeluh nyeri Iritasi Nyeri

epigastrium mukasa
DO a. Wajah pasien terlihat
lambung
: meringis menahan sakitnya

b. TD : 72 x / menit

c. S : 37.00C
2. DS: Pasien mengatakan mulai dari Peningkatan Nutrisi kurang dari

pertama kali datang tidak nafsu asam kebutuhan tubuh

makan lambung
DO - Keadaan umum pasien masih

: lemah, bibir kering, dan

pecah-pecah
- Porsi makan tidak habis
- Tampak mual-mual

C. Diagonasa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan asam

lambung.
D. Perencanaan

Perencanaan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan
Intervensi Implementasi Evaluasi
1. Nyeri berhubungan dengan intasi pada Hilangnya rasa 1. Kaji frekuensi 1. Mengkaji frekuensi nyeri S: Pasien menyatakan nyeri
2. Menganjurkan istirahat dengan
mukosa lambung . nyeri dengan nyeri O: berkurang
DS: Pasien mengeluh nyeri 2. Berikan istirahat posisi semi fowler
criteria : 3. Menganjurkan pasien untuk Wajah tampak sedikit tenang
DO: epigastrium dengan posisi semi
1. Nyeri hilang menghindari makanan yang TD : 110/70 MmHg
Wajah klien terlihat meringis fowler
2. Pasien tidak dapat meningkatkan kerja asam N : 72 x / menit
menahan sakitnya 3. Anjurkan pasien
meringis lambung S : 37.40C
TD : 110/10 mmHg untuk menghindari 4. Memberikan kompres hangat
menahan sakit A: Masalah sebagian teratasi
N : 72 x/ menit makanan yang bagian abdomen
lagi P: Lanjutkan intervensi
S : 37.40C dapat

meningkatkan

kerja asam

lambung

4. Berikan kompres

hangat pada bagian

abdomen
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Nutrisi terpenuhi 1. Anjurkan makan 1. Menganjurkan makan sedikit S: Pasien mengatakan bahwa

Sehubungan dengan peningkatan asam dengan criteria : sedikit demi sedikit demi sedikit nafsu makan mulai bertambah
2. Menyajikan kebutuhan nutrisi
lambung. - Porsi makan tapi sering 3. Menyajikan makanan yang O: Klien tampak tidak lemas lagi
DS: Pasien mengatakan mulai dari habis 2. Kaji kebutuhan bervariasi terbukti makannya habis 1
- Pasien tampak 4. Menyajikan makanan yang
pertama kali datang tidak nafsu nutrisi pasien porsi
segar 3. Sajikan makanan masih hangat
DO: makan A: Masalah teratasi
yang bervariasi
5. Keadaan umum pasien 4. Sajikan makan yang P: Intervensi dipertahankan

masih lemah, bibir kering masih hangat


5. Sajikan makanan
dan pecah-pecah
kesukaan pasien
6. Porsi makan tidak habis

7. Tampak mual-mual
E. Catatan Perkembangan

No Diagnosa
Tanggal Tindakan Evaluasi Paraf
. Keperawatan
1 Nyeri 21-03-2017 MS Pasien

berhubungan enganjurkan : mengatakan

dengan iritasi pasien napas masih nyeri

pada mukosa dalam-dalam Wajah tampak

lambung. (relaksasi jika meringis

nyeri muncul) O TD : 110/70

M: MmHg

emberikan N : 2 x/menit

kompres S : 37,40C

hangat pada Masalah teratasi

daerah yang A sebagian

nyeri / sakit : Pertahankan

M intervensi

emberikan P:

posisi yang

nyaman
2. Nutrisi kurang 21-03-2017 1. Menganjurkan S: Pasien

dari kebutuhan makan sedikit mengatakan

tubuh demi sedikit bahwa nafsu

Sehubungan 2. Menyajikan makan mulai

dengan kebutuhan bertambah

peningkatan nutrisi O Klien masih

asam lambung. 3. Menyajikan : tampak lemas


makanan yang

bervariasi Masalah teratasi

4. Menyajikan A sebagiaan

makanan yang : Intervensi

masih hangat dipertahankan

P:

Diagnosa
No. Tanggal Tindakan Evaluasi
Keperawatan
1 Nyeri 21-03-2017 M S: Pasien mengatakan

berhubungan enganjurkan nyeri berkurang

dengan iritasi pasien napas Wajah tampak

pada mukosa dalam-dalam tenang

lambung. (relaksasi jika O: TD : 110/70 MmHg

nyeri muncul) N : 72 x/menit

M S : 37,00C

emberikan

kompres hangat A: Masalah teratasi

pada daerah yang P: Tindakan

nyeri / sakit dihentikan

emberikan posisi

yang nyaman
2. Nutrisi kurang 21-03-2017 5. Menganjurkan S: Pasien mengatakan

dari kebutuhan makan sedikit bahwa nafsu makan

tubuh demi sedikit mulai bertambah


Sehubungan 6. Menyajikan O: Klien tampak

dengan kebutuhan nutrisi semangat

peningkatan 7. Menyajikan A: Masalah teratasi

asam lambung. makanan yang P: Intervensi

bervariasi dihentikan

8. Menyajikan

makanan yang

masih hangat
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2 Jakarta,

EGC

Inayah Iin, 2004, Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan sistem

pencernaan, edisi pertama, Jakarta, Salemba Medika.

Manjoer, A, et al, 2000, Kapita selekta kedokteran, edisi 3, Jakarta, Medika

aeusculapeus.

Suryono slamet, et al, 2001, buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid 2, edisi, Jakarta,

FKUI

Doengoes. E. M, et al, 2000, Rencana asuhan keperawatan, edisi 3 Jakarta, EGC

Keperawatan. Gun.blogsprot. Com/2008

Tim Keperawatan format Askep 2008

Anda mungkin juga menyukai