Pendahuluan
Sebagian besar kelompok yang terbentuk sekarang ini kenyataannya merupakan bagian
dalam pengembangan masyarakat yang dirancang untuk mengakses proyek. Sehingga
sulit dipisahkan apakah kelompok masyarakat itu timbul dari motivasi masyarakat
sendiri ataukah terbentuk karena proyek. Kelompok yang dibentuk karena adanya
proyek, tidak akan mengakar di masyarakat. Oleh karena itu, ketika proyek selesai
kelompokpun bubar. Demikian pula halnya dengan kelompok-kelompok yang dibentuk
oleh masyarakat untuk mendapatkan bantuan, ketika bantuan tak kunjung datang maka
aktifitas semakin surut dan akhirnya menghilang.
Dari sisi masyarakat, dengan berkelompok akan lebih mudah mencapai tujuan-
tujuan yang diinginkan, dibandingkan dengan bekerja sendiri. Lagipula, kelompok
merupakan wadah belajar bersama dimana masyarakat bisa saling bertukar
pengalaman dan pengetahuan. Selain itu, kelompok membangun solidaritas
sesama warga desa.
Pada tahun 1997 suatu Tim dari Dinas Peternakan Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi
Utara, memfasiliatsi kegiatan Kajian Keadaan Pedesaan secara Partisipatif di desa Buntalo.
Berdasarkan kajian masyarakat, muncul beberapa masalah, potensi dan peluang untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat. Salah satu masalah adalah kematian ayam buras.
Namun petani merasa bahwa adanya potensi untuk mengembangkan usaha ternak ayam
buras, karena tidak membutuhkan banyak modal dan ayam mudah untuk menjual. Mereka
juga tahu bahwa untuk mengatasi masalah kematian tersebut, tersedia vaksin yang murah
dan mudah dipakai. Vaksin dapat dibeli di Ibu Kota Kabupaten yang agak jauh dari desa
mereka namun satu ampul termasuk 50 dosis walaupun satu petani rata-rata memiliki hanya
10 sampai 15 ekor
Berdasarkan ini, masyarakat membentuk Kelompok Sengkanaung pada bulan Feburari tahun
1998. Anggota ambil keputusan untuk kerja sama dalam kelompok untuk mengatasi masalah
penyakit. Mereka membentuk 'Kader Kesehatan Hewan' yang dilatih olah Dinas Peternakan
dalam memvaksinasi ayam serta aspek-aspek pemeliharaan ayam lain. Kelompok mengumpul
uang untuk beli vaksin bersama supaya lebih murah dan efisien waktu dan tidak ada
sisaDengan demikian, melalui kerja sama dalam kelompok, masyarakat mampu mengatasi
masalah sendiri dengan biaya rendah dan meningkatkan produksi ayam masing-masing
anggota.
Dari sisi lembaga, terbatasnya kesanggupan lembaga untuk mendampingi seluruh
masyarakat desa, melalui kelompoklah lembaga mencoba melakukan pendekatan
pengembangan masyarakat, dengan harapan hasil-hasil yang positif dapat disebar
luaskan ke anggota masyarakat lainnya.
Kelompok dapat diartikan sebagai suatu wadah masyarakat untuk berkumpul dan
bekerjasama dalam mencapai tujuan mereka. Pengembangan Kelompok merupakan
serangkaian proses kegiatan memampukan / memberdayakan kumpulan anggota
masyarakat yang mempunyai tujuan bersama. Proses Pengembangan Kelompok dimulai
dari proses pengenalan akan program, berlanjut pada Kajian Keadaan Pedesaan secara
Partisipatif dan diperkuat ketika masyarakat merasa mereka perlu berbagi tugas dan
tanggung jawab dalam melakukan kegiatan yang dibutuhkan untuk menjawab
permasalahan yang mereka hadapi.
Peran pihak luar hanyalah sebatas mendampingi kelompok ke arah kemandirian. Sikap
pendamping yang mau belajar dari masyarakat, merasa setara (bukan guru petani),
tanggap terhadap kebutuhan masyarakat, sikap bersahabat akanlah sangat membantu
proses ini.
Proses pendampingan dilakukan untuk jangka waktu tertentu dan tidak untuk
selamanya, dengan mempertimbangkan berbagai hal terutama upaya kemandirian
masyarakat dan kemampuan lembaga. Alangkah baiknya jika pendampingan suatu
kelompok dilakukan lebih dari satu orang dan merupakan suatu tim multidisiplin
sehingga bisa saling melengkapi termasuk pendamping pria dan perempuan.
Sasaran Pengembangan kelompok adalah siapa saja yang berminat terutama 'mereka
yang kerapkali terabaikan', seperti kelompok masyarakat yang miskin, kaum perempuan,
mereka yang berpendidikan rendah, dan juga mereka yang cacat serta kelompok
lainnya. 'Mereka yang terabaikan' merupakan bagian dari masyarakat, mereka juga
mempunyai potensi dalam memecahkan permasalahan yang ada.
Pendekatan khusus dan informal mungkin perlu dilakukan kepada mereka, karena
mungkin sekian lama, mereka tersisih dari proses pembangunan yang ada di desa.
Anggota-anggota yang lain juga perlu didorong untuk memikirkan bagaimana kelompok
ini dapat berpartisipasi dalam pengembangan kelompok dengan segala potensi dan
keterbatasan yang mereka miliki. Keputusan untuk ikut atau tidak sebagai anggota
kelompok ada di tangan mereka, karena mereka perlu waktu untuk menilai apakah
program ini akan membantu atau memberatkan mereka.
Perlu pula diingat bahwa, tokoh masyarakat yang berminat bisa saja menjadi anggota
kelompok yang tentu saja dalam perjalanan kelompok, para tokoh masyarakat perlu
mempunyai peran yang setara dengan anggota lainnya, dalam arti tidak mendominasi
kegiatan. Kesetaraan dalam kelompok tidaklah mudah dicapai. Seringkali, tokoh
masyarakat menganggap dirinya lebih tinggi daripada anggota masyarakat biasa, tetapi
bisa juga terjadi masyarakat yang menempatkan tokoh tersebut dalam posisi yang lebih
tinggi, padahal tokoh tersebut tidak berkehendak demikian.
Karena sifatnya yang partisipatif dan arahnya ke pemberdayaan, maka yang terpenting
bukanlah jumlah, melainkan minat anggota untuk melakukan kegiatan secara bersama
dan teratur. Lebih baik kelompok dengan jumlah kecil terdiri dari orang-orang yang
berminat daripada kelompok berjumlah besar dimana anggotanya hanyalah semu
belaka. Bila ada tiga orang yang bersepakat untuk mengembangkan kegiatan bersama,
mereka dapat membentuk kelompok. Dalam perkembangannya, jumlah anggota
kelompok bisa saja bertambah atau berkurang.
Dalam Pemberdayaan Masyarakat, jangan hanya melibatkan kaum pria saja, tetapi juga
penting keterlibatan kaum perempuan. Kelompok bisa terdiri dari kaum perempuan
saja, kaum pria saja atau campuran.
Masyarakat yang terlibat bukan hanya tokoh masyarakat saja (elit desa), tetapi
terutama mereka yang miskin, yang tidak berpendidikan dan kelompok lainnya agar
pembangunan bisa merata.
Mulai dari awal proses, keswadayaan masyarakat penting untuk diterapkan. Dengan
demikian masyarakat merasa mereka mempunyai bagian dalam proses pembangunan
dan bukan hanya sekedar penerima bantuan. Keswadayaan penting untuk menunjang
keberlanjutan suatu kegiatan.
Kelompok Samaturue di Desa Lipukasi, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan mendapat modal
usahanya dari simpanan wajib, sukarela dan pokok dari ke 28 anggotanya. Dari uang yang
terkumpul mereka mencoba mengembangkan toko pakan kecil-kecilan untuk dijual ke
anggotanya. Mereka membeli dedak yang bermutu di pasar kemudian menjualnya di desa.
Harga dedak untuk anggota lebih murah dibandingkan dengan untuk yang bukan anggota.
Dari empat kali penjualan satu kali rugi dan tiga kali untung. Mereka rugi karena menjual
dedak tidak tepat waktunya. Tetapi mereka tidak putus asa dan mencoba lagi menjual pada
saat dedak tidak ada di kampung, dan kali ini usaha mereka mendapatkan keuntungan. Dari
jumlah kerugian dan keuntungan mereka mendapat tambahan uang Rp 300,000 setelah
dipotong bagi yang mengelola penjualan. Ada komentar tamu yang datang ke kelompok dan
mengatakan: "Untungnya terlalu kecil". Yulianus, petugas PPL yang mendampingi kelompok
menjawab: "Untuk bisa mengelola uang yang banyak, perlu dimulai dari yang kecil, dan ini
semua hasil keringat bersama bukan uang pemberian". Kata masyarakat: 'Ini adalah semua
usaha kami, kami yang membeli dan kami menjual. Walaupun awalnya rugi tapi tidak apa-
apa, dengan itu kami belajar dan berusaha lebih baik lagi.'
Dalam hal ini merekalah yang merumuskan permasalahan yang mereka hadapi, mencari
jalan ke luar ataupun mengusulkan kegiatan dan pihak luar hanya mendampingi. Dengan
demikian pengembangan kelompok berpedoman dari, oleh dan untuk masyarakat.