Anda di halaman 1dari 45

BAB II

Tinjauan Teoritis

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Defenisi
a. Luka bakar adalah kerusakan pada kulit diakibatkan oleh panas, kimia
atau radio aktif (Wong, 2003).
b. Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh pana, arus listrik,
bahan kimia, dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang
lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001)
c. Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api
ketubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak
panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan
matahari (sunburn) (Moenajat, 2001).
Adapun kesimpulan dari kelompok yaitu luka bakar adalahkerusakan kulit
atau kehilangan jaringan yang disebabkan oleh panas, kimia, radioaktif, dan
sengatan listrik.
2. Anatomi fisiologi

http://1.bp.blogspot.com/-
ozXkqIEs_WA/UL1wXdg84YI/AAAAAAAAAQ8/WnXbFjfnDYc/s1600/s
kin_type.jpg (diunduh tanggal 31 Mei 2016 pukul 16:45 WIB)
Seluruh tubuh manusia bagian terluar terbungkus oleh suatu sistem yang
disebut sebagai sistem integumen. Integumen berasal dari bahasa Yunani
yang artinya penutup yang terdiri sebagian besar adalah kulit, rambut,
kuku,dan kelenjar. Sistem integumen adalah sistem organ yang paling luas.
Sistem ini terdiri atas kulit dan aksesorisnya, termaksud kuku, rambut,
kelenjar (keringat dan sebaseous) dan reseptor saraf khusus (untuk stimuli
perubahan internal atau lingkungan eksternal). Kulit merupakan organ tubuh
yang paling luas yang berkontribusi terhadap total bentuk tubuh sebanyak 7
0
/0. Keberadaan kulit memegang peranan penting dalam mencegah terjadinya
kehilangan cairan yang berlebihan, dan mencegah masuknya agen-agen yang
ada di lingkungan seperti bakteri, kimia, dan radiasi ultraviolet. Kulit juga
akan menahan bila terjadi kekuatan-kekuatan mekanik seperti gesekan
(friction), getaran (vibration) dan mendeteksi perubahan-perubahan fisik
dilingkungan luar, sehingga memungkinkan seseorang untuk menghindari
stimuli-stimuli yang tidak nyaman. Kulit membangun sebuah barrier yang
memisahkan organ-organ internal dengan lingkungan luar, dan turut
berpartiipasi dalam berbagai fungsi tubuh vital.
Kulit merupakan organ hidup yang mempunyai ketebalan yang sangat
bervariasi. Bagian yang sangat tipis terdapat di sekitar mata dan yang paling
tebal pada telapak kaki dan telapak tangan yang mempunyai cirri khas
(dermatoglipic pattern) yang berbeda pada setiap orang yaitu berupa garis
lengkung dan berbelok-belok, hal ini berguna untukmengidentifikasi
seseorang.
Dua sel yang di temukan dalam epitel kulit :
a. Selutma (terang), merupakan sel serosa yang menempati bagian tengah
sel. Sitoplasmanya mengandung bintik lemak dan granula pigmen. Sel ini
mengeluarkan getah encer mengendung bahan pelarut.
b. Sel-sel musigen (gelap), bertebaran diantara sel-sel serosa yang
mempunyai reticulum endoplasma granular dan granula sekretori
basophil, menghasilkan glikoprotein mukoid. Kontraksi sel ini membantu
pengosongan getah kelenjar dan berfungsi sebagai bangun penyangga
menahan perubahan tekanan osmotik yang memungkinkan bahaya pada
keutuhan susunan kanalikuli intersel.
Kulit terdiri dari tiga lapisan, yaitu : epidermis (kulitari), dermis (kulit
janngat), dan lapisan subkutan.

a. Epidermis
Kuit aria tau epidermis adalah lapisan paling luar yang terdiri dari lapisan
epitel gepeng unsur utamanya adalah sel-sel tanduk (keratinosis) dan sel
melanosit. Lapisan epidermis tumbuh terus karena lapisan selinduk yang
berada di lapisan bawah bermitosis terus, lapisan paling luar epidermis
akan terkelupas atau gugur. Epidermis tersusun oleh sel-sel epidermis
terutama serat-serat kolagen dan sedikit serat elastis. Epidermis terdiri
beberapa lapis sel. Sel-sel ini berbeda dalam beberapa tingkat pembelahan
sel secara mitosis. Lapisan permukaan dianggap sebagai akhir keaktifan
sel lapisan tersebut, terdiri dari lima lapis yaitu:
1) Stratum Korneum
Terdiri dari banyak lapisan tanduk (keratinasi), gepeng, kering, dan
tidak berinti. Sitoplasma diisi dengan serat keratin, makin keluar,
letak sel makin gepeng seperti sisik lalu terkelupas dari tubuh, yang
terkelupas digantikan oleh sel yang lain. Zat tanduk merupakan
keratin lunak yang susunan kimianya berada dalam sel-sel keratin
keras. Lapisan tanduk hampir tidak mengandung air karena adanya
penguapan air, elastisnya kecil dan sangat efektif untuk pencegahan
penguapan air dari lapisan yang lebih dalam.
2) Stratum Lusidum
Terdiri dari beberpa lapis sel yang sangat gepeng dan bening. Sulit
melihat membrane yang membatasi sel-sel itu sehingga lapisannya
secara keseluruhan tampak seperti kesatuan yang bening. Lapisan ini
ditemukan pada daerah tubuh yang berkulit tebal.
3) Stratum Gronulosum
Terdiri dari 2-3 lapis sel pologonal yang agak gepeng inti di tengah,
dan sitoplasma berisi butiran granula keratohialin atau gabungan
keratin dengan hialin. Lapisan ini menghalangi masuknya benda
asing, kuman, dan bahan kimia kedalam tubuh.
4) Stratum Spinosum (Stratum Akantosum)
Terdiri dari banyak lapisan sel berbentuk kubus dan polygonal, inti
terdapat di tengah dan sitoplasmanya berisi berkas-berkas serat yang
terpaut pada desmosome (jembatan sel) seluruh sel terikat rapat lewat
serat-serat itu sehingga secara keseluruan lapisan sel-sel berduri.
Lapisan ini untuk menahan gesekan dan tekanan dari luar, sehingga
harus tebal dan terdapat di daerah tubuh yang banyak bersentuhan
atau menahan beban dan tekanan seperti tumit dan pangkal telapak
kali.
5) Stratum Malfighi
Unsur-unsur lapis taju yang mempunyai susunan kimia yang khas,
inti bagian basal lapis taju mengandung kolesterol dan asam-asam
amino. Stratum malfighi lapisan terdalam dari epidermis berbatasan
dengan dermis dibawah, terdiri dari selapis sel berbentuk kubus
(batang). Desmosome banyak sekali pada membrane sel merupakan
selinduk epidermis. Sel ini aktif bermitosis terus sampai individu
meninggal. Sebanding dengan terkelupasnya sel pada stratum
korneum, sel induk ini pun menggantinya dengan yang baru dari
bawah. Sejak berbentuksampai terkelupas sampai umur sel 15-30
hari.
Gabungan stratum malfghi dan stratum spinosum disebut stratum
germinatifum. Gabungan ini terletak bergelombang karena lapisan
dermis dibawahnya membentuk tonjolan yang disebut papilla. Batas
germonatifum dengan dermis dibawahnya berupa lapisan tipis
jaringan pengikat yang disebut lamina basalis. Pada stratum malfighi,
diantara sel epidermis terdapat melanosit yaitu sel yang berisi pigmen
melanin yang bewarna coklat dan sedikit kuning. Pada orang berkulit
hitam, melanosit menerobos sampai ke dermis, melanosit ini
mempunyai tonjolan banyak, panjang dan halus menyelusup di antara
sel-sel epidermis stratum germinatifum.
Warna kulit di tentukan oleh factor warna kulitnya sendiri, karena
kandungan karoten (pigmen) darah pada pembuluh darah dermis
memberikan warna kemerahan dan kandungan pigmen melanin
memberikan bayangan coklat. Melanin terletak di dalam lapisan basal dan
bagian bawah lapisan laju Melanosit bertebaran di antara keratinosit lapis
basal, lapis taju, dalam folikel rambut dan jaringan ikat dermis. Perbedaan
warna kulit disebabkan oleh perbedaan jumlah dan ukuran melnosom
didalam keratinosit. Pigmentasi kulit bergantung pada beberapa pengaruh
termaksud factor keturunan, hormone, dan lingkungan. Factor genetic
mempengaruhi ukuran satuan melanin epidermis, hormone pemacu
melanosit MSH (melanosit stimulating hormone) merangsang
perpindahan melanosom kedalam cabang-cabang sitoplasma melanosit
dan keratinosit. Faktor lingkungan seperti ultraviolet meningkatkan
kegiatan enzim melanosit, meningkatkan produksi melanin dan
penimbunannya di dalam keratinosit sehingga kulit menjadi coklat.
Sel langerhans adalah sel yang berentuk intang dengan banyak cabang
mirip dendrit terutama ada pada lapisan taju epidermis. Sel ini tampak
seperti sel bening sitoplasmanya mengandung inklusi (suatu sel yang
terpendam dalam sel) mirip batang, disebut granula birbeck. Selain itu
juga terdapat dalam epitel mukosa mulut, esofagus, vagina, di dalam
folikel rambut, sebasea, kelenjar timus, dan linfonodus.
Sel malker bertebaran di dalam epidermis terlihat di dekat stratum
germinativum dan berhubungan dengan ujung-ujung saraf intraepitel.
Bentuk intinya tidak teratur, sitoplasma mengandung berkas longgar
tonofilamen (filamen halus pada sel) mengandung granulasi kecil dan
padat. Sel melker terletak pada keratinosit, di sekitarnya banyak
desmosom, fungsinya sebagai reseptor mekanisme karena sifat
granulanya.
b. Dermis
Batas dermis yang pasti sukar di tentukan karena menyatu dengan
lapisan subkutis (hipodermis). Ketebalannya antara 0,5-3 mm. Beberapa
kali lebih tebal dari epidermis dibentuk dari komponen jaringan pengikat.
Devivat (turunan) dermis terdiri dari bulu, kelenjar minyak kelenjar
lendir, dan kelenjar keringat yang membenam jauh ke dalam dermis.
Dermis bersifat ulet dan elastis yang berguna untuk melindungi
bagian yang lebih dalam. Pada perbatasan antara kulit ari dan dermis
terdapat tonjolan-tonkolan kulit kedalam epidermis yang disebut papil
kulit jagat. Dermis terdiri dari serat-serat kolagen, serabut-serabut elastis,
dan serabut-serabut retikulum. Serat-serat ini bersama pembuluh darah
dan pembuluh getah bening membentuk anyaman-anyaman yang
memberikan pendarahan untuk kulit. Lapisan dermis terdiri dari :
1) Lapisan papila, mengandung lekuk-lekuk papila sehinga stratum
malfigi juga ikut berlekuk. Lapisan ini mengandung lapisan
pengikat longgar membentuk lapisan bunga karang disebut lapisan
stratum spongeosum. Lapisan papila terdiri dari serat kolagen
halus, elastis, dan retikulin yang tersusun membentuk jaringan
halus terdapat dibawah epidermis. Lapisan ini memegang peranan
penting dalam peremajaan dan pengandaan unsur-unsur kulit.
Serat retulin dermis membentuk alas dari serabut yang menyisip
ke dalam membran basal dibawah epidermis. Pada umunyan
papil-papil kulit sangat rendah tetapi pada telapak kaki dan telapak
tangan papil tinggi tebal dan bnyak sehingga tampak berhimpitan
membentuk rigi-rigi yang menonjol di permukaan kulit ari dan
membentuk pola sidik jari tangan dan jari kaki. Setiap papil
dinentuk oleh anyaman serabut halus yang mengandung serabut
elastin, pada bagian ini terlihat lengkung-lengkung kapiler dan
ujung-ujung saraf perasa.
2) Lapisan retikulosa, mengandung jaringan pengikat rapat dan serat
kolagen. Sebagian besar lapisan ini tersusun bergelombang,
sedikit serat retikulin, dan banyak serat elastin. Sesuai dengan arah
jalan serat-serat tersebut terbentuk garis ketegangan kulit. Bahan
dasar dermis meerupakan bahan matrik amorf yang membenam
pada serat kolagen, elastin, dan turunan kulit. Glikosaminoglikans
utama kulit adalah asam hilaruronat, dermatan sulfat dengan
perbandingan yang beragam di berbagai tempat, bahan dasar ini
sangat hidrofilik. Lapisan ini terdiri dari anyaman jaringan ikat
yang lebih tebal. Dalam lapisan ini ditemukan sel0sel fibrosa, sel
histiosit, pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf, kandung
rambut kelenjar sebasea, kelenjar keringat, se lemak dan otot
penegak rambut.

Unsur utama sel dermis adalah fibroblas dan makrofag, juga terdapat
sel lemak yang berkelompok. Di samping itu juga sel jaringan ikat
bercabang, berpigmen pada lingkungan epidermis yang banyak
mengandung pigmen (misalnya areola mamae dan sekitar anus)
Serat otot polos dijumpai di dalam dermis tersusun membentuk berkas
yang dihubungkan dengan folikel. Rambut bertebaran diseluruh dermis
dalam jumlah yang cukup banyak pada kulit, puting susu, penis, skrotum,
dan sebagian perinium. Kontraksinya menyebabkan kulit daerah yang
bersangkutan mengerut.
c. Hipodermis
Lapisan bawah kulit (fasia superfisialis) terdiri dari jaringan pengikat
longgar. Komponennya serat longgar, elastis, dan sel lemak. Pada lapisan
adiposa terdapat susunan lapisan subkutan yang menetukan mobilitas
kulit diatasnya. Bila terdapat lobus lemak yang merata di hipodermis
membentuk bantalan lemak yang disebut panikulus adiposus. Pada daerah
perut, lapisan ini dapat mencapai ketebalan 3 cm. Pada kelopak mata,
penis, dan skrotum lapisan subkutan tidak mengandung lemak. Bagian
superfisial hipodermis mengandung kelenjar keringat dan folikel rambut.
Dalam lapisan hipodermis terdapat anyaman pembuluh arteri,
pembuluh vena, anyaman saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan
kulit dibawah dermis. Lapisan ini mempunyai ketebalan bervariasi dan
mengikat kulit secara longgar terhadap jaringan dibawahnya.
1) Sirkulasi pada kulit
Jimlah panas yang hilang dari tubuh dalam batas luar diatur oleh
perubahan jumlah darah yang mengalir melalui kulit. Aliran darah
diakibatkan adanya perangsangan saraf anastomosis yang
berhubungan antara arteri dan venolus. Aliran darah akibat respons
terhadap adanya rangsangan dapat bervariasi. Darah dapat mengalir
melalui anastomosis, kapiler subdermal, dan pleksus vena dari
reservoar (rongga penyimpanan) darah. Kulit merupakan tempat
reaksi pembuluh darah.
a) Reaksi putih
Bila ujung satu objek ditekan pada permukaan kulit maka
perlahan-lahan pada titik tekan terlihat pucat (reaksi putih).
Rangsangan mekanik menimbulkan konstriksi sfingter kapiler dan
darah akan terlihat kembali sekitar 15 detik.
b) Tripel respons
Bila kulit ditekan lebih keras lagi dengan alat yang runcing. Maka
pada sebagian reaksi putih terdapat kemerahan di tempat tersebut
yang diikuti oleh pembengkakan dan bintik kemerahan di sekitar
luka yang disebabkan dilatasi kapiler terhadap tekanan.
Pembengkakan lokal disebabkan oleh peningkatan permeabilitas
kapiler dan venolus. Kemerahan disebabkan oleh dilatasi
anteriola. Sedangkan denervasi disebabkan oleh hambatan saraf
yang menimbulkan rasa nyeri.
c) Hiperemia aktif
Kelainan jumlah darah dalam satu daerah yang dihidupkan
kembali setelah periode penyumbatan atau tekanan. Respons
pembuluh darah yang terjadi pada organ dalam kulit, darah
mengalir dalam pembuluh darah yang melebar sehingga membuat
kulit menjadi sangat merah karena efek lokal hipoksia yang
dipengaruhi oleh zat kimia.

Aliran darah dalam kulit melayani dua fungsi utama. Pleksus


venosus subkutis yang luas mengandung sejumlah besar darah
yang dapat memanaskan permukaan kulit.anastomosis
anteriovenosa merupakan hubungan vaskuler yang besar langsung
diantara arteri dan pleksus venosus. Dinding anastomosis ini
mempunyai lapisan otot yang kuat, dipersarafi oleh serabut
vasokonstriktor simpatis yang menyekresi norepinefrin.
Kecepatan aliran darah melalui kulit berubah-ubah karena
diperlikan untuk mengatur suhu tubuh. Sebagai reaksi terhadap
kecepatan kegiatan metabolisme tubuh dan suhu sekitarnya. Pada
suhu kulit, biasa jumlah darah yang mengalir melalui pembuluh
darah kulit untuk melayani pengaturan panas beberapa kali lebih
banyak daripada yang diperlukan untuk memberikan kebutuhan
gizi jaringan tersebut. Bila kulit terpapar pada suhu sangat dingin,
aliran darah semakin sedikit sehungga nutrisi mulai terganggu.
Pertumbuhan kuku lebih lambat pada suhu yang sangat dingin.
Bila kulit dipanaskan smpai terjadi vasodilatasi maksimum aliran
darah semakin besar pada kulit, dapat terjadi pengairan curah
jantung yang besar.
Pengaturan aliran darah melalui kulit adalah untuk mengatur
suhu tubuh. Aliran darah melalui kulit diatur oleh mekanisme
saraf, bukan oleh pengaturan setempat. Pusat pengaturan suhu di
hipotalamus anterior merupakan pusat saraf yan dapat mengatur
suhu tubuh. Pemanasan pada daerah kulit menyebabkan
vosodilatasi semua pembulluh darah kulit dan menyebabkan
berkeringat. Sedangkan pendinginan menyebabkan vasokontriksi
dan berhentinya pengeluaran keringat.
2) Mekanisme vasokontriksi
Kulit di seluruh tubuh dipersarafi oleh serabut vasokonstriktor
simpatis yang menyekresikan norepinefrin pada ujung-ujungnya.
Sistem ini sangat kuat pada kaki, tangan, bibir, hidung, dan telinga
yang merupakan daerah paling terpapar cuaca sangat dingin dan
ditemukan sejumlah anastomosis arteri ovenosa. Pada suhu tubuh
normal, faktor simpatis mempertahankan anastomosis ini hampir
tertutup, tetapi bila tubuh dipanasi secara berlebihan jumlah impuls
simpatis sangat berkurang sehingga anastomosis tersebut berdilatasi
dan sejumlah besar darah hangat mengalir dalam fleksus venosus,
dengan demikian meningkatkan pengeluaran panas.
Pada bagian tubuh lainya (misalnya : permukaan lengan, tungkai,
dan batang tubuh) hampir tidak ada anastomosis anteriovenosa.
Pengeturan vasokonstriktor terhadap pembuluh darah nutritif masih
dapat menyebabkan perubahan besar dalam aliran darah. Bila tubuh
dipanaskan secara berlebihan impuls vasokontriktor berhenti dan
aliran darah ke pembuluh darah kulit meningkat dua kali lipat. Efek
langsung pada konstriktor simpatis kulit sangat peka terhadap
norepinefrin dan epinefrin yang bersirkulasi di daerah kulit.
Kehilangan persarafan simpatis menyebabkan vasokontriksi yang
hebat dan dapat merusak kulit, keadaan ini disebut Raynaud.
3) Mekanisme vasodilatasi
Bila suhu beerlebihan dan keringat mulai keluar, aliran darah kulit
lengan bawah dan batang tubuh bertambah tiga kali lipat karena
vasodilatasi aktif. Serabut simpatis yang menyekresi asetilkolin
mengektifkan kelenjar keringat, menyebabkan vasodilatasi sekunder,
menyebabkan kelenjar ini melepaskan enzim kalekrin yang sebaiknya
memecah polipeptida bradikinin dari globulin di dalam cairan
interstisial. Inhibisi bradikinin tidak mengahalangi peningkatan aliran
darah yang menyertai pengeluaran keringat.
Bila benda dingin ditempelkan langsung pada kulit, pembuluh
darah makin berkontraksi sampai suhu 15oC. Saat titik mencapai
derajat konstriksi maksimum pembuluh darah mulai berdilatasi.
Dilatasi ini disebabkan oleh efek langsung pendinginan setempat
terhadap pembuluh itu sendiri. Pengeturan aliran darah setempat
mempunyai peranan kecil untuk pengaturan aliran darah kulit. Bila
orang duduk selama lebih dari 30 menit kemudian berdiri, akan
mengalami kemerahan yang hebat pada daerah kulit yang terkena.
Proses ini disebut juga hipermia reaktif, karena berkurangnya
penyediaan bahan gizi untuk jaringan selama periode penekanan.

4) Kelenjar-Kelenjar Kulit
Kelenjar kulit meliputi kelenjar sebasea, kelenjat keringat, dan
kelenjar mamae.
a) Kelenjar sebasea
Kelenjar sebasea berhubungan dengan folikel rambut yang
bermuara dalam sebuah folikel rambut, tetapi saluran bermuara
langsung ke permukaan kulit seperti yang terdapat pada glans
penis, labium minus, kelenjar tersalia pada kelopak mata. Kelenjar
ini tiodak teerdapat pada kulit telapak kaki dan tangan dan terletak
di dalam dermis.
Setiap kelenjar berkapsul jaringan ikat tipis berupa kelenjar
alveolar yang membuat lipid. Setiap alveolus terisi penuh dengan
epitel berlapis terletak diatas membran basa tipis yang permukaan
dalamnya ditempati oleh sederetan sal kubis kecil yang
berhubungan dengan sel-sel basal epidemis pada leher folikel
rambut.
b) Kelenjar keringat
Kelenjar tubular bergelung tidak bercabang, terdapat pada seluruh
kulit kecuali pada dasar kuku, batas bibir, glans penis, dan
gendang telinga. Kelenjar ini paling banyak terdapat pada telapak
tangn dan telapak kaki. Bagian skretori terletak di dalam dermis
atau hipodermis bergabung membentuk massa tersendiri.
Duktusnya keluar menuju epidermis, berjalan berkelok-kelok
menyatu dengan epidermis dan berjalan spiral untuk mencapai
permukaan kulit. Tempat bermuaranya disebut pori keringat.
Terdapat dua macam kelenjar keringat:
i. Kelenjar keringat ekrin
Tersebar diseluruh kulit tubuh kecuali kulup penis, bagian
dalam telinga luar, telapak tanga, telapak kaki, dan dahi.
Badan kelenjar terdapat antara perbatasan kulit ari dan kulit
jangat. Saluran berbelok-belok keluar berada dalam lapisan
jangat, berjalan lurus ke lapisan epidermis, dan bermuara pada
permukaan kulit pada pori-pori keringat.
ii. Kelenjar keringat apokrin
Kelenjar keringat yang besar hanya dapat ditemukan pada
ketiak, kulit puting susu, kulit sekitar alat kelamin, dan dubur.
Kelenjar ini terletak lebih dalam, saluran keluarnya berbelok-
belok, kemudian lurus menuju epidermis dan bermuara pada
folikel rambut. Bersama keringat keluar bagian-bagian sel
kelenjar yang sudah rusak dan berbau khas.

Tubulus sekretori makin menyempit menjadi duktus


ekskretorius yang dibatasi oleh dua lapis sel kubis yang
terpulas gelap. Sel-sel membentuk lapisan dalam dinding,
mempunyai batas khusus, tampak kasar disepanjang
perrmukaannya. Secara fungsional kelenjar keringat berperan
dalam pengaturan suhu tubuh dengan membuat lapisan lembab
di permukaan untuk pendingin dengan penguapan. Kelenjar ini
juga peka terhadap stres kejiwaan terutama kelenjar yang
terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki.
c) Kelenjar Mamae
Glandula mamae sebagai kelenjar kulit karena berasal dari lapisan
ektodermal. Sebagai fungsional termaksud sistem reproduksi,
terletak diatas fasia pektoralis superfisialis dan dihubungkan
dengan perantaraan jaringat ikat longgar dan jaringan lemak, serta
melekat erat dengan kulit diatasnya. Di sekitar puting susu papila
mamae terdapt retikulum kutis yang tumbuh dengan baik
dinamakan ligamentum suspensorium. Kedalam puting susu
bermuara 15-20 duktuk laktiferus. Di sekitar papilar mamae
terdapat areola mamae yang mengandung kelenjar sebasea
montgomeri (glandula areola mamae) untuk melindungi dan
melicinkan puting susu pada waktu bayi menghisap. Pada daerah
subkutan terdapat lobus-lobus yang berhubungan satu sama lain
oleh jaringan areolar, pembuluh darah dan duktus laktiferus.
Pada wanita yang hamil dan tidak menyusui, aveoli tampak kecil
dan pada berisi sel-sel granular. Pada waktu hamil, alfeoli akan
membesar dan sel-sel pada alveoli mengalami degenerasi normal
dan menghasilkan kolostrum. Hormon estrogen memperbanyak
alveoli dan hormon prolaktin yang dihasilkan kelenjar hipofise
merangsang pengeluaran kolostrum.
5) Pembuluh darah
Suplai darah untuk kulit berasal dari pembuluh darah besar di
dalam lapisan bawah kulit yang bercabang ke arah permukaan
kulit. Sejumlah pembuluh membentuk jala pada tempat pertemuan
antara dermis dan hipodermis. Dari jala-jali ini, cabang-cabang
memperdarahi jaringan subkutis termaksud kelenjar keringat dan
folikel rambut.
Dari jala-jala kecil menuju papila, tempat percabangan papila,
membentuk jaringan kapiler dan memperdarahi papila, kelenjar
sebasea, dan bagian tengah folikel rambut. Vena-vena
penghimpun darah dari daerah subpapilar membentuk jala-jala
tepat di bawah kulit, jala-jala ini berhungan dengan jala-jala kedua
yang sedikut lebih dalam. Lewat jala kedua darah mengelir
kedalam jala ketiga pada tepat pertemuan dermis dan hipodermis
ke dalam jala ketiga bermuara sampai selur vena dari lobus lemak
dan kelenjar keringat. Dari jala-jala ketiga vena berjalan ke jala-
jala yang lebih dalam yang terdiri dari vena besar dalam jaringan
subkutis dan bermuara ke dalam vena besar bersama arteri pada
dermis yang paling dalam.
Pembuluh limfe mulai didalam papila sebagai celah yang
dibatasi endotel dengan jala-jala kapilar linfe di dalam lapisan
pipilar. Jala-jala ini bergabung dengan jala-jala kapiler linfe yang
lebih besar di dalam jaringan subkutis yang juga merupakan
tempat bermuara cairan linfe dari jala-jala yang halus di sekitar
kelenjar sebase, kelenjar keringat, dan folikel rambut.
6) Saraf kulit
Kulit dan kelengkapannya menerima rangsangan dari
llingkungannya karena dilengkapi banyak saraf sensorik. Di dalam
jaringan subkutis terdapat berkas-berkas serat saraf yang cabang-
cabangnya menuju beberapa pleksus di dalam daerah retikular
papilar dan subepitel. Di dalam semua lapisan kulit dan
hipoderermis terdapat banyak badan akhir sel saraf. Folikel
rambut dipersarafi secar terpisah dari ujung-ujung bebas saraf
sensoris tidak bermielin yang terdapat di dalam atau dekat
epidermis. Selain serat saraf sensorik terdapat saraf eferen
simpatis yang mempersarafi pembuluh darah, otot penegak rambut
dan sel sekretorik kelenjar keringat.

7) Perlemhkapan kulit
a. Kuku
Kuku merupakan lempeng yang membentuk pelindung
pembungkus permukaan dorsal falang jari tangn dan jari kaki.
Strukturnya berhubungan dengan dermis dan epidermis.
Pertumbuhan kuku terjadi sepanjang garis datar lengkungn dan
sedikit miring terhadap permukaan pada bagian proksimalnya.
Kuku berproferasi membentuk matrik kuku. Epidermis yang
tepat di bawah menjadi dasar kuku yang berbentuk U bila
dilihat dari atas, diapit oleh lipatan dinding kuku. Disini
terdapat kelenjar keringat dan polikel. Sel-selnya bbanyak
mengandung fibril. Sitoplasma hilang pada tahap akhir setelah
sel menjadi homogen (berstruktur sama), menjadi zat tanduk
dan menyatu dengan lempeng kuku. Tidak pernah dijumpai
granula keratohialin didalam sel matrik dan kerotin kuku. Pada
lapisan dalam matrik kuku mengandung melanosit sehingga
lempenga kuku mungkin berpigmen pada ras kulit hitam.
Lempeng kuku terdiri dari sisik epidermis yang menyatu
erat dan tidak mengelupas. Badan kuku berwarna bening
sehingga kelihatan kemerahan karena ada pembuluh kapiler
darah di dalam dasar kuku. sel-sel stratum korneum meluas
dari dinding kuku ke permukaan lempeng kuku sebagai
epikondrium atau kutikula.
Dengan bertambahnya sel-sel baru dalam akar kuku
menghasilkan geseran lambat lempeng kuku diatas dasar kuku.
Laju pertumbuhan kuku rata-rata 0,5 mm perminggu.
Pertumbuhan ini lebih pesat pada jari tangan dari pada jari
kaki dan bila lempeng kuku dicabut paksa, asalkan matriknya
tidak rusak kuku akan tumbuh kembali.

b. Rambut
Rambut berupa benang keratin elastis yang berkembang
dari epidermis dan tersebar di sekujur tubuh kecuali telapak
kaki, telapak tangan, permukaan dorsal falang distal, seluruh
lobang dubur dan urogenital. Setiap rambut mempinyai batang
yang bebas dan akar yang tertanam di dalam kulit. Akar
rambut di bungkus oleh foliker rambut yang berbentuk tabung
terdiri dari bagian berasal dari epidermis(epitel) dan bagian
berasal dari dermis (jaringan ikat). Pada ujung bawah folikel
mengembung membentuk bulbus rambut, beberapa kelenjar
sebase dan seberkas otot polos (elektor pili). Kontraksi otot ini
menyebabkan tegaknya rambut. Struktur rambut:
1) Medula: bagian tengah rambut yang longgar terdiri dari
dua sampai tiga lapis sel kubis mengerut satu sama lain,
dipisahkan oleh ruang berisi udara.
2) Korteks: bagian utama rambut beberapa lapis sel gepeng,
panjang berbentuk, gelondong berbentuk keratin keras.
3) Kutikula: terdapat pada permukaan selapis sel tipis jernih
yaitu kutikula tidak berinti kecuali yang terdapat pada akar
rambut.
Sarung akar dermis:
1) Lapisan paling luar berkas serat kolagen kasar yang
berjalan memanjang sesuai dengan lapisan retikular
dermis.
2) Lapisan tengah lebih tebal sesuai dengan lapisan papila
dermis. Lapisan ini padat sel dan mengandung serat
jaringan ikat halus yang tersusun melingkar.
3) Lapisan dalam berupa sabuk homogen sempit yang disebut
glassy membran basal dibawah epidermis.
Susunan rambut:
1) Batang rambut merupakan bagian rambut yang terdapat di
luar kulit.
a) Selaput rambut (kutikula) merupakan lapisan yang
paling luar terdiri dari sel-sel tanduk yang tersusun
seperti sisik ikan, dapat di ketahui bila rambut disasak
dengan baik.
b) Kulit rambut: korteks rambut merupakan lapisan kulit
yang paling tebal, terdiri dari lapisan rambut berbentuk
kulparan tersusun memanjang mengandung butir-butir
mielin.
c) Sumsung rambut (medula): bagian yang paling dalam
dibentuk oleh sel tanduk misalnya alis, kumis dan
sebagian tambut kepala.
2) Akar rambut itu merupakan bagian rambut yang
tertanam miring dalam kulit, terselubung oleh kandung
rambut atau folikel rambut. Akar rambut ini tertanam
amat dalam dapat mencapai lapisan hipodermis.
a) Kandung rambut: tabung yang menyelubungi akar
rambut mulai dari permukaan kulit sampai bagian
bawah umbi rambut. Pada selubung ini terdapat
unsur-unsur yaitu dari lapisan dermis dan
epidermis.
b) Papil rambut: bagian bawah folikel rambut
berbentuk lonjong seperti telur yang ujung
bawahnya terbuka, berisi jaringan ikat tanpa serabut
elastis ke dalamnya masuk pembuluh kapiler untuk
menyuplai nutrisi ke umbi rambut.
c) Umbi rambut atau tunas rambut merupakan bagian
akar rambur yang melebar merupakan sebening
yang terus menerus bertambah banyak berkembang
secara mitosis.

M. erektropili adalah otot penegak rambut yang terdiri


dari otot polos yang terdapat pada kandung rambut
dengan perantaraan serabut elastis. Bila otot ini
berkontraksi otot akan tegak kelenjar akan mengalami
kompresi sehingga isinya di dorong keluar untuk
melumasi rambut.

8) Modalitas Rasa Kulit


Rasa mekanik, suhu, dan rasa nyeri berbeda dengan alat indra
lain yang reseptornya tergabung dalam satu atau dua organ
tertentu. Masing-masing modalitas rasa ini berdiri sendiri secara
terpisah dan tersebar dari seluruh bagian tubuh. Serat aferen tidak
membentuk berkas saraf khusus tetapi tersebar pada banyak saraf
primer dan jaringan saraf di pusat dengan demikian modalitas rasa
ini tidak membentuk alat indra tertentu yang khas.
a. Rasa Mekanik
Beberapa modalitas (kualitas) rasa tekan, rasa raba, rasa
getar, dan rasa geli berada di setiap bagian tubuh tertentu.
Dengan menggunakan aestesiometer dapat mengetahui bagian
kulit yang paling peka terhadap rangsangan pada permukaan
kulit yang peka. Titik tekan lebih padat dibandingkan dengan
kulit lain. Hal ini merupakan manifestasi adanya reseptor
tekan pada kulit dibawahnya.
1) Ambang diskriminasi spasial (ADS), merukan kemampuan
untuk menbedakan dua titik berdekatan sebagai titik yang
terpisah yaitu ambang diskriminasi spasial suksesif
(pengganti) dan ambang diskriminasi spasial simultan.
ADS suksesif lebih kecil dibandingkan ADS simultan. Hal
ini disebabkan ADS suksesif dihantarkan oleh saraf yang
sama sedangkan ADS simultan (bersamaan) dihantarkan
oleh dua saraf yang hubungannya dengan korteks sensori
melalui saraf yang berbeda.
2) Reseptor raba, merupakan pengindraan yang kecepatan
dan reseptor akar rambut bila pada punggung tangan di
raba akan timbul rasa raba. Hanya jika rambut itu
bergerak, intensitas yang ditimbulkan oleh gerakan rambut
berbanding langsung dengan kecepatan gerak rambut.
3) Reseptor getar, rangangan berbentuk gelombang siku yang
kuatnya sama dan beberapa kali lebih kuat dari rangsangan
ambang, menghasilkan atu impuls dan reseptor ini sangat
cepat beradaptasi. Reseptor getar ini merupakan reseptor
percepatan struktur yang mempunyai sifat sesuai dengan
badan pacini.
4) Reseptor geli, melalui ujung saraf bebas yang merupakan
ujung saraf pengindra, ambang rangsangan hanya dapat
mengetahui adanya rangsangan untuk reseptor.
Rangsangan mekanik ringan bergerak seperti gerakan
serangga kecil di kulit. Gatal ditimbulkan oleh rangsangan
frekuensi rendah yang berulang pada serabut-serabut saraf
kulit dengan rangsangan lemah yang dihasilkan oleh suatu
yang bergerak pada kulit. Distribusi rasa gatal terjadi pada
kulit, maka membran mukosa tertentu dan rasa nyeri
biasanya terjadi berulang-ulang.
b. Rasa Suhu
Kulit mempunyai dua submodalitas yaitu rasa dingin dan
rasa panas. Reseptor ini berfungsi mengindra rasa
dingin/panas dan reflek pengaturan suhu tubuh. Reseptor ini
dibantu oleh reseptor dalam sistem saraf pusat, dengan
pengukuran waktu reaksi dapat dinyatakan kecepatan rasa
dingin lebih cepat dibandingkan kecepatan hantaran rasa
panas.
Rasa suhu kulit tetap (statis) bila seseorang berada dalam air
hangat mula-mula akan timbul rasa hangat, kemudian rasa
hangat tidak dirasakan lagi, dan bila keluar dari air, rasa
hangat akan kembali. Hal ini karena tubuh secara penuh
beradaptasi dengan suhu kulit yang baru. Adaptasi penuh ini
hanya terjadi pada suhu netral (suhu nyaman). Rasa hangat
yang mantap akan dirasakan diatas 36oC dan rasa dingin
dirasakan pada suhu 17oC.
Rasa suhu kulita yang berubah. Terdapat tiga parameter
tertentu, yaitu suhu awal, kecepatan perubahan suhu, dan luas
kulit yang terpapar terhadap rangsangan suhu. Pada suhu kulit
yang rendah ambang rasa hangat tinggi. Sedangkan ambang
rasa dingin meningkat. Kecepatan perubahan suhu
berpengaruh terhadap timbulnya rasa panas atau dingin.
Luasnya daerah kulit yang terpapar juga berpengaruh pada
timbulnya rasa panas/dingin.
Titik-titik rasa dingin dan panas. Permukaan kulit yang
peka terhadap rasa panas dan dingin berlokasi pada titik-titik
tertentu. Kepadatan titik-titik rasa suhu lebih rendah
dibandingkan titik rasa raba/tekan. Titik rasa dingin lebih
banyak dibandingkan rasa panas. Kulit wajah merupakan
daerah yang paling peka terhaap rasa suhu dan kepadatan titik-
titik rasa dingin yang paling tinggi.
Sifat reseptor suhu:
1) Selalu mengeluarkan impuls pada suhu kulit yang konstan
dan frekuensinya bergantung pada suhu kulit itu sendiri.
2) Pada penurunan/peningkatan suhu akan terjadi perubahan
frekuensi impuls.
3) Tidak peka terhadap rangsangan lain.
4) Ambang rangsang sesuai dengan kepekaan rasa suhu
manusia terhadap rangsangan suhu di kulit.
5) Mempunyai daerah reseptif yang sempit. Setiap serat
eferen hanya menyarafi satu atau beberapa titik rasa suhu
saja.
c. Rasa Propriosepsi
Rasa propriosepsi berasal dari dalam tubuh, disebut juga
rasa dalam. Rasa ini tidak terdapat pada kulit tetapi bagian
yang lebih dalam, misalnya otot, tendo, dan sendi. Informasi
propriosepsi dihantarkan ke medula spinalis melalui kolom
dorsal dan masuk ke serebelum. Sebagian berjalan ke
laminikus medial, talamus, dan sebagian lagi ke korteks.
Impuls berasal dari kumparan otot berbentuk urat golgi, organ
sensorik dalam, dan sekitar sendi. Neuron dalam korteks
sensoris berespons terhadap gerakan-gerakan tertentu.
Terdapat tiga submodalitas yaitu:
1) Rasa posisi: menghindari bagian-bagian tubuh dan ruang
atau posisi ruas sendi tubuh yang satu dengan ruas sendi
yang berdekatan. Rasa ini sedikit sekali bahkan mungkin
tidak beradaptasi.
2) Rasa gerakan: timbulnya menghindari gerak pada setiap
sendi dan berapa besar perubahan sudut dan kecepatan
gerak pada sendi yang bergerak.
3) Rasa kekuatan: seberapa besar kekuatan atau tahanan yang
di kerahkan untuk gerak otot itu.

Integrasi sentra. Dalam kehidupan sehari-hari alat indra ini


tidak bekerja sendiri-sendiri. Alat-alat ini bekerja secara
terpadu dalam mengindrai suatu benda. Rasa raba, rasa
suhu, rasa propriosepsi semua berperan dan diperlukan
oleh fungsi sistem saraf pusat.
d. Rasa Nyeri
Rasa nyeri ditimbulkan oleh rangsangan yang merusak.
Rasa ini berfungsi melindungi dan mencegah kerusakan lebih
lanjut dari jaringan yang terkena. Modalitas rasa nyeri terdiri
dari submodalitas nyeri somatik yaitu nyeri permukaan dan
nyeri dalam , dan nyeri viseral. Zat kimia pada kadar tertentu
dapat menimbulkan nyeri, misalnya asetilkolin, seratokinin,
dan histamin yang juga menimbulkan rasa gatal.
Pada otot jangtung yang mengalami iskemia, nosiseptor
(reseptor rasa nyeri) akan terangsang untuk menimbulkan rasa
nyeri yang disebut angina pektoris. Alat dalam yang
mengandung reseptor nyeri, misalnya usus, uretra, dan
empedu. Reseptor nyeri peka terhadap rangsangan yang kuat
sehingga terjadi nyeri viseral yang disebut kolik. Rasa nyeri
terdiri dari:
1) Nyeri proyeksi: nyeri yang timbul bila rangsangan bukan
pada reseptornya tetapi langsung pada serat saraf di salah
satu tempat pada perjalanan sarafnya. Nyerinya bukan
pada tempat rangsangan tetapi pada proyeksi perifer
(ujung) saraf yang bersangkutan.
2) Nyeri alih: rasa nyeri berasal dari alat dalam. Serat saraf
yang terangsang di alat dalam dan serat saraf dari kulit satu
segmen dengan alat dalam, dan bersinaps pada satu neuron
yang sama serta menimbulkan eksitas (rangsangan)
sehingga impuls diteruskan ke SSP. Rasa nyeri yang
timbul diinterprestasikan datang dari kulit.
3) Hiperalgesia: salah satu bentuk nyeri khususyang dialami
seseorang yang kulitnya terkena rangsangan nosiseptif.
Misalnya, teerik matahari dan luka bakar. Bagian yang
luka mengalami vasodilatasi dan rasa nyeri yang lama
kelamaan bagian yg nyeri akan menjadi lebih peka
terhadap rangsangan mekanik. Kemungkinan rasa nyeri
ditimbulkan oleh zat kimia yang akan dilepaskan oleh
jaringan yang rusak, vasodilatasi beerlangsung beberapa
hari.
4) Hipoalgesia: menurunnya rasa nyeri (analgesia)akibat
kerusakan saraf atau tindakan analgesia dengan obat atau
tusuk jarum. Hal ini dapat disertai dengan hilangnya
modalitas rasa (anestesia).
5) Nyeri kronis: suatu perubahan pada sistem saraf pusat pada
pengolahan rasa nyerinya belum diketahui sebabnya. Salah
satu organ tubuh yang diamputasi dapat mengalami rasa
nyeri yang dirasakan seperti berasal dari bagian tubuh
yang telah dibuang. Rasa nyeri ini sukar diobati dan timbul
karena gangguan sentral yang prosesnya belum dapat
diterangkan.
e. Rasa Gatal
Rasa gatal merupakan bentuk khusus rasa nyeri yang
timbul pada kondisi perangsangan tertentu. Rangsangan
semakin kuat saat rasa gatal yang timbul diganti dengan rasa
nyeri. Bila rangsanganya mencapai intensitas yang tinggi
maka rasa gatal yang dialami dapat hilang. Pada jaras
spinotalmik yang sedang dilewati rasa gatal dilewati juga oleh
rasa nyeri dengan cara tertentu jika titik gatal sesuai dengan
titik nyeri. Reseptol gatal terletak pada bagian kulit
permukaan, sedangkan reseptor nyeri terdapat lebih dalam dari
kulit.

9) Fungsi Kulit
a. Fungsi Termoregulasi
Panas tubuh dihasilkan dari aktivitas metabolik dan
pergerakan otot. Panas seperti ini harus dikeluarkan atau suhu
tubuh akan naik diatas batas normal. Pada lingkungan suhu
dingin panas harus dipertahankan atau suhu tubuh akan turun
dibawah batas normal.
Pengeluaran panas melalui kulit berlangsung melalui
evaporasi air (perubahan molekul air) yang di sekresi oleh
kelenjar keringat dan juga melalui proses perspirasi (sekresi
keringat), difusi molkul air melalui kulit. Misalnya:
1) Pada cuaca panas dan lembab, keringat sangat banyak
keluar tetapi tingkat evaporasi sangat rendah sehingga
menyebabkan rasa tidak nyaman. Keringat sebagai salah
satu mekanisme pendinginan hanya akan efisien pada
tingkat kelembapan yang lebih rendah.
2) Pengeluaran keringat dikendalikan melalui sistem saraf,
yang merespons pemanasan atau pendinginan darah secar
berlebihan.

Retensi panas adalah salah satu fungsi dari kulit adn


jaringan adiposa adlam lapisan subkutan. Lemak merupakan
isulator (pelepasan energi) panas untuk tubuh dan derajat
insulasi bergantung pada jumlah jaringan adiposa.
Pembuluh darah dalam papila dermal juga dikendalikan
oleh sistem saraf. Jika pembuluh darah berdilatasi, aliran darah
ke permukaan kulit meningkat, sehingga konduksi panas pada
bagian ekterior dapat terjadi. Pembuluh darah berkonstriksi
untuk menurunkan aliran darah ke permukaan kulit dalam
upaya mempertahankan panas tubuh sentral.
Dalam pengaturan suhu tubuh kulit berperan
mengeluarkan keringat dan kontraksi otot dengan pembuluh
darah kulit. Kulit kaya akan pembuluh darah sehingga
memungkinkan kulit mendapat nitrisi yang cukup baik. Tonus
vaskular dipengaruhi saraf simpatis (asetilkolon). Pada bayi
dinding pembuluh darah belum sempurna sehingga terjadi
ekstra cairan sehingga kulit bayi tampak edema karena lebih
banyak mengandung air dan natrium.
b. Fungsi Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis
(mialnya, gesekan tarikan, gangguan kimiawi) yang dapat
menimbulkan iritasi; gangguan panas (misalnya, radiasi, sinar
ultraviolet, dan infeksi dari luar [bakteri, jamur]). Bantalan
lemak di bawah kulit berperan sebagai pelindung terhadap
gangguan fisis. Melanosit melindungi kulit dari sinar matahari.
Proteksi rangsangan kimia karena stratum korneum yang
impermeabel terhadap zat kimia dan air. Terdapat lapisan
keasaman pada kulit untuk melindungi kontak zat kimia
dengan kulit. Sabun menyebabkan keasaman kulit berada
antara pH 5-5,6 merupakan perlindungan terhadap infeksi dan
jamur. Sel kulit yang telah mati melepaskan diri secar teratur.
c. Fungsi Absorpsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air dan larut tetapi
cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap. Begitu juga
yang larut dalam lemak. Permeabilitas kulit terhadap oksigen,
karbon dioksida, dan uap air memungkinkan kulit ikut
mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan absorpsi
kulit mempengaruhi tebal atau tipisnya kulit, hidrasi,
kelembapan, dan metabolisme. Penyerapan terjadi melalui
celah antar-sel, menembus sel-sel epidermis, dan saluran
kelenjar.
d. Fungsi Ekskresi
Kelenjar kulit mengeluarkan zat yang tidak berguna (zat
sisa metabolisme) dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat,
dan amonia. Lapisan subum berguna untuk melindungi kulit
karena lapisan subum mengandung minyak untuk melindungi
kulit, menahan air yang berlebihan sehingga kulit tidak
menjadi kering. Produkdi kelenjar lemak dan keringat
menyebabkan keaaman pada kulit.
e. Fungsi Persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis
dan subkutis untuk merangsang panas yang diterima oleh
dermis dan subkutis. Sedangkan untuk rangsangan dingin
terjadi di dermis. Perbedaan dirasakan oleh papila dermis
marker renvier yang terletak pada dermis, sedangakan tekanan
dirasakan oleh epidermis serabut saraf sensorik yang lebih
banyak jumlahnya di daerah erotik.
f. Fungsi Pembentukan Pigmen
Melanosit membentuk warna kulit. Enzim melanosom
dibentuk alat golgi dengan bantuan tiroksinasi yang
meningkatkan metabolisme sel, ion Cu, dan oksigen. Sinar
matahari memmengaruhi melanosom, pigmen yang tersebar di
epidermis melalui tangan-tangan dendrit, sedangkan lapisan
dibawah oleh melanofag. Warna kulit tidak selamanya
dipengaruhi oleh pigmen kulit melainkan jyga oleh
tebal/tipisnya kulit.
g. Fungsi Keratinasi
Sel basal akan berpindah keatas dan berubah bentuk
menjadi sel spinosum. Makin keatas sel ini makin gepeng dan
bergranula menjadi sel granulosum. Selanjutnya inti sel
menghilang dan keratinosit menjadi sel tanduk yang amorf.
Proses ini berlangsung terus menerus seumur hidup.
Keratinosit melalui proses sintesis dan generasi menjadi
lapisan tar k yang berlangsung kira-kira 14-21 hari. Keratin
memberi perlindungan kulit terhadap infeksi melalui
mekanisme fisiologis.
h. Fungsi Pembentukan Vitamin D
Pembentukan vitamin D berlangsung dengan mengubah
dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari.
Kebutuhan vitamin D tidak cukup hanya dari proses tersebut,
pemberiaan vitamin D sistemik masih tetap diperlukan.

3. Fase Luka Bakar


a. Fase Akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita
akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan napas), breathing
(mekanisme bernapas), dan circulation (sirkulasi). Gangguan airway
tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar,
namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernapasan akibat cedera
inhalasi 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab
kematian utama penderita pada fase akut.
Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik
b. Fase sub akut
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah
kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak dengan siumber panas.
Luka yang terjadi menyeabkan
1) Proses inflamasi dan infeksi
2) Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang
atau berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ-organ
fungsonal.
3) Keadaan hipermetabolisme
c. Fase lanjut
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat
luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang
muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik,
kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.
4. Klasifikasi
Respon luka bakar terhadap tubuh bergantung pada kondisi kedalaman dan
luas dari cedera luka bakar. Semakin dalam dan semakin luas cedera akan
dapat mempengaruhi respon sistemik baik sistem kadiovaskuler, pernapasan,
kondisi cairan elektrolit, urinarius dan gastrointestinal.
a. Kedalaman Luka Bakar
Derajat kedalaman luka bakar dapat digolongkan sebagai berikut:
1) Derajat1, yaitu luka bakar superfisial
2) Derajat 2, yaitu luka bakar partial-thickness
3) Derajat 3, yaitu full-thickness dalam
4) Derajat 4, yaitu luka bakar yang merusak tulang, otot, dan jaringan
dalam, serta luka bakar akibat sengatan arus listrik yang
menyebabkan robekna jaringan.
Untuk membedakan derajat 2 dan 3 pada awalnya bisa sangat sulit.
Sebagai contohna full-thickness biasanya dengan tampilan warna putih
atau merah setelah bula pecah. Hal ini juga terjadi pada luka bakar
partial-thickness dalam. Penilaian estimasi derajat kedalaman luka bakar
sangat diperlukan dalam 24-72 jam pertama sebagai indikator awal
untuk perencanaan intervensi selanjutnya.
Penilaian lainnya dari kedalaman luka bakar dengan menilai karakteristik
luka bakar yang dapat dilihat pada tabel berikut.
Karakteristik
klasifikasi etiologi penampilan sensasi
Waktu Bekas luka
penembuhan
Luka Terbakar Terbatas di Nyeri Penyembuhan Tidak
superfisial matahari epidermis terjadi secara menimbulkan
spontan dalam jaringan parut.
3-4 hari Biasanya tidak
timbul
komplikasi

Luka bakar Pajanan air Meluas ke Sangat 7-20 hari Luka bakar ini
partial- panas epidermis nyeri biasanya
thickness dan kedalam sembuh tanpa
lapisan meninggalkan
dermis, jaringan parut.
serta Komplikasi
menimbulka jarang terjadi,
n bula walaupun
dalam mungkin
beberapa timbul infeksi
menit sekunder pada
luka.
Luka bakar Pajanan air Meluas Nyeri Penembuhan Folikel rambut
partial panas, keseluruh dengan beberapa mungkin utuh
thickness kontak dermis. tekana minggu. dan akan
dalam langsung Namun n Memerlukan tumbuh
dengan api, daerah parsial tindakan kembali. Pada
atau disekitarnya debridement luka bakar ini
minyak biasanya untuk selalu terjadi
panas mengalami membuang pembentukan
luka bakar jaringan yang jaringan parut.
derajat mati. Biasanya
kedua diperlukan
superfisial tandur kulit.
yang nyeri.
Luka bakar Pajanan air Meluas ke Saraf Luka bakar Luka bakar
full- panas, epidermis, rusak jenis ini derajat ketiga
thickness. kontak dermis, dan sehing mungkin membentuk
langsung jaringan ga luka memerlukan jaringan parut
dengan api, subkutis. tidak waktu dan jaringan
minyak Kapiler dan terasa berbulan-bulan tampak seperti
panas, uap vena nyeri untuk sembuh kulit yang
panas, agen mungkin kecuali dan diperlukan keras. Resiko
kimia, dan hangus dan dengan pembersihan tinggi untuk
listrik aliran darah tekana secara bedah terjadinya
tegangan ke darah ke n dan kontraktur.
tinggi. daerah dalam. penanduran
tersebut Namun
berkurang ,derah
di
sekitar
luka
bakar
derajat
kedua

b. Luas luka bakar


Penilaian luas luka bakar dilakukan dengan persentase total luas
permukaan tubuh (TBSA) yang disebabkan oleh cedera.
Klasifikasi menurut luas luka bakar
1) Derajat I Dangkal (Superficial)
Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis. Organ-organ
kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih
utuh. Bula mungkin tidak terbentuk beberapa jam setelah cedera, dan
luka bakar pada mulanya tampak seperti luka bakar derajat I dan
mungkin terdiagnosa sebagai derajat II superficial setelah 12-24 jam.
Ketika bula dihilangkan, luka tampak berwarna merah muda dan
basah. Jarang menyebabkan hypertrophic scar. Jika infeksi dicegah
maka penyembuhan akan terjadi secara spontan kurang dari 3 minggu
(Brunicardi et al., 2005).
2) Derajat II dalam (Deep)
Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis. Organ-organ
kulit seperti folikel-folikel rambut, kelenjar keringat,kelenjar sebasea
sebagian besar masih utuh. Penyembuhan terjadi lebih lama
tergantung biji epitel yang tersisa. Juga dijumpai bula, akan tetapi
permukaan luka biasanya tanpak berwarna merah muda dan putih
segera setelah terjadi cedera karena variasi suplay darah dermis
(daerah yang berwarna putih mengindikasikan aliran darah yang
sedikit atau tidak ada sama sekali, daerah yg berwarna merah muda
mengindikasikan masih ada beberapa aliran darah) (Moenadjat,
2001)
Jika infeksi dicegah, luka bakar akan sembuh dalam 3 -9 minggu
(Brunicardi et al., 2005)
3) Luka bakar derajat III (Full Thickness burn)
Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dermis dan lapisan lebih
dalam, tidak dijumpai bula, apendises kulit rusak, kulit yang terbakar
berwarna putih dan pucat. Karena kering, letak nya lebih rendah
dibandingkan kulit sekitar. Terjadi koagulasi protein pada epidermis
yang dikenal sebagai scar, tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang
sensasi, oleh karena ujung ujung syaraf sensorik mengalami
kerusakan atau kematian. Penyembuhanterjadi lama karena tidak ada
proses epitelisasi spontan dari dasar luka (Moenadjat, 2001).

4) Luka bakar derajat IV


Luka full thickness yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan ltulang
dengan adanya kerusakan yang luas. Kerusakan meliputi seluruh dermis,
organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar
keringat mengalami kerusakan, tidak dijumpai bula, kulit yang terbakar
berwarna abu-abu dan pucat, terletak lebih rendah dibandingkan kulit
sekitar, terjadi koagulasi protein pada epidemis dan dermis yang dikenal
scar, tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensori karena ujung-ujung
syaraf sensorik mengalami kerusakan dan kematian. penyembuhannya
terjadi lebih lama karena ada proses epitelisasi spontan dan rasa luka
(Moenadjat, 2001).
Penilaian estimasi yang akurat dari TBSA sangat penting untuk
intervensi selanjutnya. Penilaian luas luka bakar dapat menggunakan
1) Metode Lund dan Browder
Metode yang lebih tepat untuk memperkirakan luas permukaan tubuh
yang terbakar adalah metode Lund dan Browder yang mengakui
bahwa presentase luas luka bakar pada berbagai bagian anatomik,
khususnya kepala dan tungkai akan berubah menurut pertumbuhan.
Dengan membagi tubuh menjadi daerah-daerah yang sangat kecil dan
memberikan estimasi proporsi luas permukaan tubuh untuk bagian-
bagian tubuh tersebut, dengan cara itu bisa memperoleh estimasi luas
permukaan tubuh tang terbakar. Evaluasi pendahuluan dibuat ketika
pasien tiba di rumah sakit dan kemudian direvisi pada hari kedua
serta ketiga pasca-luka bakar karena garis demarkasi biasanya baru
tampak jelas sesudah periode tersebut.
Estimasi dengan metode Lund dan Bowder sangat akurat dan
efektif dilakukan pada anak-anak.
Area Lahir - 1 1-4 5-9 10-14 15 dewasa 2 nd 3nd TBSA
th th th th
Kepala 19 17 13 11 9 7
Leher 2 2 2 2 2 2
Dada dan
abdomen 13 13 13 13 13 13
depan
Dada dan
abdomen 13 13 13 13 13 13
belakang
Bokong
2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5
kanan
Bokong
2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5
kiri
Genetalia 1 1 1 1 1 1
Lengan
atas
4 4 4 4 4 4
kanan

Lengan
4 4 4 4 4 4
atas kiri
Lengan
bawah 3 3 3 3 3 3
kanan
Lengan
bawah 3 3 3 3 3 3
kiri
Telapak
2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5
tangan
kanan
Telapak
tangan 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5
kiri
Paha
5.5 5.5 5.5 5.5 5.5 5.5
kanan
Paha kiri 5.5 5.5 5.5 5.5 5.5 5.5
Kaki
5 5 5 5 5 5
kanan
Kaki kiri 5 5 5 5 5 5
Kaki
3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5
kanan
Kaki kiri 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5
Total

2) Rumus sembilan (rule of nines)


Estimasi luas tubuh yang terbakar disederhanakan menggunakan
rumus sembilan. Rumus Sembilan merupakan cara yang cepat untuk
menghitung luas daerah yang terbakar. Sistem tersebut menggunakan
persentase dalam kelipatan sembilan terhadap permukaan tubuh yang
luas.

http://1.bp.blogspot.com/-
H0vaQiQ05e4/Viw7UG9REwI/AAAAAAAAQjg/_j61f7nTtnA/s1600/dewasa.
png (diunduh pada tanggal 26 mei 2016 pukul 20:56 WIB)
penghitungan luas luka bakar :

4 cc/kg BB/%luka bakar/24 jam

Separuhnya diberikan dalam 8 jam pertama dan separuhnya lagi


diberikan dalam 16 jam berikutnya

Contoh:

Korban gawat darurat dengan BB 50 kg dan luas luka bakar 20%.


Maka korban gawat darurat akan mendapat 50 x 20 x 4 /24 jam =
4000 cc/24 jam.

Separuhnya adalah 2000 cc (4 kolf) dalam 8 jam pertama.

3) Metode telapak tangan


Pada banyak pasien dengan luka bakar yang menyebar, metode yang
dipakai untuk memperkirakan persentase luka bakar adalah metode
telapak tangan (palm method). Lebar telapak tangan pasien kurang
lebih sebesar 1% luas permukaan tubuhnya. Lebar telapak tangan
dapat digunakan untuk menilai luas luka bakar (Amirsheybani,
2001).
5. Etiologii
Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah
a. Luka bakar suhu tinggi(Thermal Burn): gas, cairan, bahan padat.
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald)
,jilatan api ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat
terpapar atau kontak dengan objek-objek panas lainnya(logam panas, dan
lain-lain) (Moenadjat, 2005).
b. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang
biasa digunakan dalam bidang industri militer ataupu bahan pembersih
yang sering digunakan untuk keperluan rumah tangga (Moenadjat, 2005).
c. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan
ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki
resistensi paling rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh darah,
khusunya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke
distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik kontak
dengan sumber arus maupun grown (Moenadjat, 2001).
d. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radio
aktif. Tipe injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif
untuk keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran dan industri. Akibat
terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka
bakar radiasi (Moenadjat, 2001).

6. Patofiologi
Luka bakar (combustio) pada tubuh dapat terjadi karena konduksi panas
langsung atau radiasi elektromagnetik. Setelah terjadi luka bakar yang parah,
dapat mengakibatkan gangguan hemodinamika, jantung, paru, ginjal serta
metabolik akan berkembang lebih cepat. Dalam beberapa detik saja setelah
terjadi jejas yang bersangkutan, isi curah jantung akan menurun, mungkin
sebagai akibat dari refleks yang berlebihan serta pengembalian vena yang
menurun. Kontaktibilitas miokardium tidak mengalami gangguan. Segera
setelah terjadi jejas, permeabilitas seluruhh pembuluh darah meningkat, sebagai
akibatnya air, elektrolit, serta protein akan hilang dari ruang pembuluh darah
masuk ke dalam jarigan interstisial, baik dalam tempat yang luka maupun yang
tidak mengalami luka. Kehilangan ini terjadi secara berlebihan dalam 12 jam
pertama setelah terjadinya luka dan dapat mencapai sepertiga dari volume darah.
Selama 4 hari yang pertama sebanyak 2 pool albumin dalam plasma dapat
hilang, dengan demikian kekurangan albumin serta beberapa macam protein
plasma lainnya merupakan masalah yang sering didapatkan. Dalam jangka
waktu beberapa menit setelah luka bakar besar, pengaliran plasma dan laju
filtrasi glomerulus mengalami penurunan, sehingga timbul oliguria. Sekresi
hormon antideuretika dan aldosteron meningkat. Lebih lanjut lagi
mengakibatkan penurunan pembentukan kemih, penyerapan natrium oleh
tubulus dirangsang, ekskresi kalium diperbesar dan kemih dikonsentrasikan
secara maksimal. Albumin dalam plasma dapat hilang, dengan demikian
kekurangan albumin serta beberapa macam protein plasma lainnya merupakan
masalah yang sering didapatkan. Dalam jangka waktu beberapa menit setelah
luka bakar besar, pengaliran plasma dan laju filtrasi glomerulus mengalami
penurunan, sehingga timbul oliguria. Sekresi hormon antideuretika dan
aldosteron meningkat. Lebih lanjut lagi mengakibatkan penurunan pembentukan
kemih, penyerapan natrium oleh tubulus dirangsang,

7. Tanda Dan Gejala


Menurut Wong and Whaleys 2003, tanda dan gejala pada luka bakar adalah:
a. Grade I
Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar), kulit kering kemerahan,
nyeri sekali, sembuh dalam 3 - 7 hari dan tidak ada jaringan parut.

b. Grade II
Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar) dan dermis (kulit bagian
dalam), terdapat vesikel (benjolan berupa cairan atau nanah) dan oedem
sub kutan (adanya penimbunan dibawah kulit), luka merah dan
basah,mengkilap, sangat nyeri, sembuh dalam 21 - 28 hari tergantung
komplikasi infeksi.
c. Grade III
Kerusakan pada semua lapisan kulit, nyeri tidak ada, luka merah keputih-
putihan (seperti merah yang terdapat serat putih dan merupakan jaringan
mati) atau hitam keabu-abuan (seperti luka yang kering dan gosong juga
termasuk jaringan mati), tampak kering, lapisan yang rusak tidak sembuh
sendiri (perlu skin graf).

8. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Doenges, 2000, diperlukan pemeriksaan penunjang pada luka bakar
yaitu :
a. Laboratorium
1) Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya
pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari
15% mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang
meningkat menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht
turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan
oleh panas terhadap pembuluh darah. Leukosit : Leukositosis dapat
terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau inflamasi.
2) GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan
cedera inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan
tekanan karbon dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi
karbon monoksida.
3) Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan
dengan cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada
awal mungkin menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat
terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai
diuresis.

4) Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan


kelebihan cairan , kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan
cairan.
5) Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan
perpindahan cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium.
6) Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon
stress.
7) Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada
edema cairan.
8) BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi
atau fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera
jaringan.
9) Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap
efek atau luasnya cedera.
10) EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau
distritmia.
11) Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka
bakar.

9. Penatalaksanaan Medik
Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan kondisi dan pasien dirawat
melibatkan berbagai lingkungan perawatan dan disiplin ilmu antara lain
mencakup penanganan awal (ditempat kejadian), penanganan pertama diunit
gawat darurat, penanganan diruang intensif atau bangsal. Tindakan yang
diberikan antara lain adalah terapi cairan, fisioterapi dan psikiatri. Pasien
dengan luka bakar memerlukan obat-obatan topical. Pemberian obat-obatan
topical anti microbial bertujuan tidak untuk mensterilkan luka akan tetapi
akan menekan pertumbuhan mikroorganisme dan mengurangi kolonisasi,
dengan memberikan obat-obatan topical secara tepat dan efektif dapat
mengurangi terjadinya infeksi luka dan mencegah sepsis yang sering kali
masih menjadi penyebab kematian pasien.( Effendi. C, 1999)
Medical Surgical Manajemen
Medis
Awalnya perawatan langsung, manajemen medis klien melibatkan menjaga
jalan napas terbuka, yang memuat tingkat yang memadai oksigenasi,
menggantikan cairan tubuh dan elektrolit, pemantauan fungsi ginjal,
mengendalikan rasa sakit, dan melindungi luka bakar dengan dressing steril
untuk meminimalkan hilangnya tubuh suhu dan risiko infeksi. Dalam kasus
luka bakar yang parah, klien biasanya membutuhkan intubasi endotrakeal dan
pemberian 100% oksigen yang dilembabkan. Sebuah kateter vena sentral
multiport atau dua menanggung kateter vena perifer diperlukan untuk cairan
dan elektrolit pengganti. Sebuah kateter Foley digunakan dan output urin
diukur per jam untuk membantu memantau fungsi ginjal. Nyeri dapat
dikontrol dengan dosis intravena kecil narkotika. trauma emosional dan
psikologis dapat meningkatkan persepsi nyeri. klien akan cemas, tidak hanya
untuk bertahan hidup, tetapi juga tentang penampilan fisiknya efek cedera ini
akan memiliki pada efek. Profilaksis klien menerima tetanus toksoid.
perawatan stabil setelah kondisi klien telah stabil, perawatan berfokus pada
mempromosikan penyembuhan mencegah komplikasi, mengendalikan rasa
sakit, dan fungsi. Selama fase pemulihan, mencegah infeksi merupakan
prioritas penting. Luka bakar mungkin memerlukan pembersihan dan ganti
perban setiap hari. Karena sifat dari cedera, luka bakar mengandung sejumlah
besar jaringan mati bersama dengan cairan, mereka sangat rentan terhadap
infeksi bahkan dengan yang terbaik dari perawatan. Antibiotik dan teknik
aseptik yang ketat sangat penting. Jaringan mati dari ketebalan penuh luka
bakar bentuk kering, eschar kasar gelap (keropeng protein) dalam waktu 48
sampai 72 jam. infeksi dapat sering mulai di bawah eschar, menyebabkan
jaringan peluruhan eschar harus debridement sebelum dapat debriding,
menghapus jaringan mati dan rusak atau bahan asing dalam luka bakar
kadang-kadang dilakukan secara mekanis dengan hidroterapi, perendaman
dalam pusaran air mandi klien pada meja semprot dan langsung
menempatkan luka dengan sistem selang yang mengontrol baik untuk suhu
dan larutan (Fritsch & Yurko 1995). Luka bakar mungkin memerlukan
debridement bedah. Dasar luka harus bebas dari infeksi dan jaringan nekrotik
sebelum dapat ditutupi dengan cangkok kulit.

Bedah cangkok kulit menutupi luka bakar luka untuk mempromosikan


menyembuhkan. Empat jenis cangkokan kulit dapat digunakan:
a. Autograft- kulit klien sendiri yang dihapus dari daerah yang tidak
terbakar dan diterapkan pada luka.
b. homograft-kulit yang diperoleh dari mayat dalam waktu 6 sampai 24 jam
setelah kematian.
c. Heterograft-kulit yang diperoleh dari hewan, seperti babi.
d. kulit sintetis pengganti-produk buatan manusia yang memiliki sifat mirip
dengan kulit (Fritsch & Yurko, 1995)
Homografts, heterografts, dan tutes kulit sintetis adalah cangkok sementara
yang memfasilitasi penyembuhan. Ini mencegah air, elektrolit, dan
kehilangan protein Mereka menurunkan rasa sakit dan memungkinkan lebih
banyak kebebasan bergerak untuk klien. Ketika kondisi klien adalah tempat
tidur luka memiliki sehat jaringan granulasi (jaringan ikat halus yang terdiri
dari fibro kolagen, dan kapiler), penutupan permanen dari luka bakar
dilakukan dengan tanda tangan. Granulasi jaringan berwarna merah dan
menyediakan dasar untuk penyembuhan (Seeley et al., 1995) Autografts
diambil dari daerah kulit yang sehat. Mereka dapat berupa cangkok split-
ketebalan atau cangkok ketebalan penuh. cangkok split-ketebalan antara
epidermis dan bagian dari dermis. Mereka tidak begitu dalam untuk
mencegah regenerasi kulit di lokasi donor.
Penerapan dressing tekanan selama fase rehabilitasi mengurangi
pengembangan jaringan parut trofik hipertensi, suatu kondisi di mana bekas
luka menjadi tinggi dan memiliki keju Swiss "muncul Ance Beare & Myers,
1998). Tekanan dressing, yang menjadi membungkus elastis, stockinettes,
atau pakaian tekanan custom-made, harus dipakai terus-menerus dan harus
dihapus selama perawatan kebersihan sehari-hari. penuh matura tion dari
bekas luka bakar dapat mengambil 1 sampai 2 tahun. Sebagai luka fisik
sembuh, begitu juga emosional dan psikologi. kemampuan klien untuk
mengatasi stres sehari-hari dan melanjutkan kegiatan sosial dan kerja
biasanya bertepatan dengan proses penyembuhan fisik.
Farmakologi
debridement luka, serta gerakan atau manipulasi sangat menyakitkan bagi
klien. Banyak klien menjadi sangat cemas. takut nyeri serta pengrusakan
permanen dan hilangnya fungsi. Biasanya morphine, dapat diberikan 10
sampai 15 menit sebelum prosedur. Dengan mengurangi kecemasan dan
ketakutan, dosis harian obat psikotropika dapat meningkatkan efektivitas dari
obat nyeri dan membantu klien dengan prospek perawatan rehabilitasi jangka
panjang
Perawatan dari luka bakar dengan agen topikal dapat menurunkan
infeksi dan meningkatkan penyembuhan. Agen topikal yang umum
digunakan adalah mafenide asetat (Sulfamylon); silver sulfadiazine
(Silvadene); povidone-iodine (Betadine), nitrofurazone (Furacin) dan agen
antibiotik seperti sulfat neomycin (Myciguent), bacitracin (Baciguent), dan
sulfat gentamisin (Garamycin) Mafenide asetat (Sulfamylon) dapat
menembus eschar tebal dan efektif terhadap gram-negatif dan gram-positif,
termasuk Pseudomonas aeruginosa.
Perak sulfadiazin (Silvadene) adalah efektif melawan berbagai
organisme positif dan gram negatif gram serta organisme candida. Hal ini
menimbulkan rasa sakit dan agak menusuk tetapi dapat menyebabkan ruam
kulit. Povidone-iodine (Betadine) memiliki aksi mikroba spektrum yang luas
terhadap berbagai macam bakteri, jamur, ragi, virus, dan protozoa.
Penerapan povidone-iodine untuk daerah terbuka yang luas dapat
menyebabkan kadar serum yodium yang tinggi. zona Nitrofura- (Furacin)
memiliki kecocokan umum spektrum aktivitas dan efektif-upaya melawan
Staphylococcus aureus, itu tidak diserap secara sistemik dan memiliki
insiden rendah sensitivitas. salep antibiotik digunakan untuk mengurangi
infeksi. Neomycin sulfat (Myciguent) dan sulfat gentamisin (Garamycin)
dapat diserap secara sistemik dan memiliki efek samping yang serius dari
ototoxicity dan nefrotoksisitas Bacitracin (Baciguent memiliki minimal ity
activ- antimikroba, tetapi sangat berguna untuk mencegah pengeringan luka.
Agen topikal harus diterapkan dalam lapisan tipis dengan sarung tangan
steril. luka dapat dibiarkan terbuka ke udara atau ditutupi dengan saus kasa,
tergantung pada sifat-sifat obat. Aplikasi obat ini bisa menyakitkan karena
manipulasi jaringan dibakar. Menetralisir nyeri mungkin diperlukan sebelum
memberikan perawatan luka. Kulit di sekitarnya harus dinilai untuk setiap
ruam alergi.
Penjelasan obat:
a. Morphine
Dosis: Dewasa : PO sedang sakit parah 5-20 mg 4 Hrly . Extended-
release : 5-20 mg 12 Hrly . Nyeri IV terkait w / MI 5-10 mg pada 1-2 mg
/ menit diikuti oleh 5-10 mg lanjut yang diperlukan . Akut edema paru 5-
10 mg melalui inj lambat pada 2 mg / menit . Intraspinal sedang sakit
parah Awalnya , 5 mg inj epidural , kemudian 1-2 mg setelah 1 jam
sampai dosis total 10 mg / 24 jam , jika nyeri tidak memuaskan .
Liposomal inj : 10-20 mg . Intratekal sedang sampai parah nyeri 0,2-1
mg sekali sehari , sampai 20 mg / hari diperlukan . Parenteral sedang
sakit parah IM / SC : 5-20 mg ; IV : 2,5-10 mg via inj lambat lebih dari
4-5 menit atau dosis awal 1-2 mg / hr melalui infus kontinyu ( max : 100
mg / hari ; 4 g / hari pada pasien kanker ) . Premedikasi dalam operasi IM
/ SC : Hingga 10 mg , diberikan 60-90 menit sebelum operasi . Dubur
parah nyeri 10-20 mg
Kontra Indikasi : depresi resp , penyakit saluran napas obstruktif ,
tertunda pengosongan lambung , perut akut , gagal jantung sekunder
akibat penyakit kronis paru-paru , diketahui atau diduga ileus paralitik ,
feokromositoma . Bersamaan admin w / MAOIs atau w / di 2 minggu
setelah pengobatan .
Interasi obat: Aditif efek depresan dengan depresi SSP lainnya
(misalnya obat penenang , hipnotik , anaesth umum , fenotiazin ,
tranquilisers lainnya ) . Dapat meningkatkan aksi pemblokiran
neuromuskuler dari relaksan otot rangka . Mengurangi efek analgesik
dengan campuran agonis/analgesik opioid antagonis (mis pentazocine,
nalbuphine, buprenorfin) . Peningkatan konsentrasi plasma dengan
cimetidine. Dapat mengurangi khasiat diuretik dengan menginduksi
pelepasan hormon antidiuretik. Dapat menunda penyerapan mexiletine.
Mungkin memusuhi efek GI dari cisapride, domperidone dan
metoclopramide. Dapat menghasilkan hiperpireksia dan toksisitas SSP
dengan dopaminergics. Berpotensi Fatal: MAOIs mengintensifkan efek
morfin dihasilkan peristiwa parah dan bahkan fatal ( mis kecemasan,
kebingungan, resp depresi, kadang-kadang menyebabkan koma).
Mekanisme kerja: Keterangan: Morfin merupakan turunan fenantrena
yang bertindak terutama pada SSP dan otot polos. Ini mengikat reseptor
opiat di CNS mengubah persepsi nyeri dan respon. Analgesia, euforia
dan ketergantungan dianggap karena aksinya di mu-1 reseptor sementara
depresi resp dan penghambatan gerakan usus yang disebabkan aksi di
mu-2 reseptor. analgesia spinal dimediasi oleh aksi agonis morfin pada
reseptor K. Onset: Sekitar 30 menit (tab konvensional); 5-10 menit (IV).
Durasi: 4 jam (tab konvensional); 8-24 hr (tab extended-release / cap)
farmakokinetik: Penyerapan: Nah diserap dari saluran pencernaan;
mudah diserap ke dalam darah (IM / SC). Bioavailabilitas: 17-33%
(oral).Distribusi: Didistribusikan ke seluruh tubuh terutama di ginjal,
hati, paru-paru dan limpa, w / konsentrasi yang lebih rendah di otak dan
otot. Melintasi penghalang darah-otak dan plasenta; memasuki ASI.
Volume distribusi: 1-6 L / kg. protein plasma mengikat: Approx 35%.
Metabolisme: dimetabolisme dalam hati dan usus melalui
glucuronidation untuk menghasilkan morfin-3-glucoronide dan morfin-6-
glucoronide; mengalami metabolisme lintas pertama yang ekstensif.
Ekskresi: Via urin (kira-kira 90%) dan melalui empedu ke tinja (10%),
terutama sebagai konjugat. Berarti eliminasi paruh plasma: Approx 2 hr
(morfin); 2,4-6,7 jam (morfin-3-glucoronide).
Golongan : Cough & Cold Preparations / Analgesics (Opioid)
b. Silver Sulvadiazine
Indikasi: Pengobatan dan pencegahan infeksi pada luka bakar
Dosis: Dewasa : topikal Sebagai 1 % cream : Terapkan ke daerah yang
terkena 1-2 kali / hari
Kontra Indikasi: Hipersensitivitas terhadap sulfonamid ; porfiria ; bayi
prematur dan bayi < 2 mth ; hamil dan menyusui
Metabolisme: Keterangan : Perak sulfadiazin memiliki aktivitas
antimikroba yang luas ; itu adalah aktif terhadap bakteri gram positif dan
gram - negatif serta beberapa ragi dan jamur . Garam perak bertindak
terutama pada dinding sel dan membran untuk mengganggu integrity nya
sehingga memungkinkan untuk merusak enzim penting , DNA bakteri
dan RNA yang menyebabkan kematian sel .
farmakokinetik : Penyerapan : Perlahan rilis sulfadiazin ketika datang
ke dalam kontak dengan eksudat luka . Sampai dengan 10 % dari
sulfadiazine dapat diserap
golongan: Mata Anti -infeksi & Antiseptik / Antibiotik topikal
c. Nitrofurazone (furacin)/ nitrofural
Dosis: Topikal / Cutaneous Luka, luka bakar , bisul dan infeksi kulit ,
Persiapan permukaan sebelum pencangkokan kulit. Dewasa : Jadikan 0,2
% persiapan topikal dalam basis larut dalam air atau air - larut ke daerah
yang terkena.
Kontra Indikasi: Hipersensitivitas, Lintas sensitasi mungkin terjadi
dengan derivatif nitrofuran lainnya.
Mekanisme kerja: Description: Nitrofural is a nitrofuran derivative
bactericidal against a wide spectrum of gram-negative and gram-positive
bacteria. It also has activity against trypanosomes.
Golongan: Antibiotik topikal
d. Sulfat Gentamycin (Garamycin)
Komposisi: Gentamicin sulfate.
Indikasi: Infeksi primer kulit : impetigo contagiosa, folikulitis superfisial,
ecthyma, furunkulosis, sycosis barbae, dan pioderma gangrenosum.
Infeksi kulit sekunder : dermatitis eczematoid yang menular, jerawat,
psoriasis pustular, dermatitis seboroik yang disertai infeksi, dermatitis
kontak yang disertai infeksi, laserasi terinfeksi, kista kulit dan abses kulit
lainnya bila didahului dengan insisi dan drainase, paronychia, borok
stasis / kulit yang terinfeksi, luka bakar dangkal yang disertai infeksi,
termasuk infeksi setelah gigitan serangga.
Kontra Indikasi: Jangan digunakan untuk penderita yang mengalami
reaksi hipersensitivitas (alergi) terhadap gentamicin atau antibiotika
golongan aminoglikosida lainnya.Hindarkan juga pemakaian antibiotik
ini untuk bayi prematur ataupun bayi baru lahir.
Efek samping: Efek samping garamycin salep (gentamicin sulfate) yang
mungkin terjadi adalah terjadinya iritasi ringan pada kulit seperti
erythema, dan pruritus
Dosis: Oleskan pada kulit yang terinfeksi 3 4 x sehari.
Golongan: Aminoglikosida.
e. Mefenide
Gol: topikal antibiotik
Dosis: Topikal Sebagai 8,5 % krim : Oleskan lapisan sekitar 16 mm tebal
di dibersihkan , daerah luka bakar debridement . Sebagai mafenide asetat
5 % soln : Terapkan sebagai diarahkan memastikan bahwa daerah yang
terkena ditutupi w / krim setiap saat
kontraIndikasi: hipersensitivitas, ibu menyusui
mekanisme :Mafenide adalah antibakteri topikal dengan spektrum yang
luas dari aktivitas . Tidak memiliki mekanisme tindakan yang pasti dan
tidak aktif oleh PABA tapi tampaknya mengganggu metabolisme sel
bakteri dengan menghambat anhydrase karbonat .farmakokinetik
:Penyerapan : Diserap secara sistemik setelah aplikasi topikal
.Metabolisme : dimetabolisme dengan cepat berikut penyerapan
.Ekskresi : diekskresikan sebagai metabolit dalam urin .
f. Providone iodine
Gol: Persiapan untuk Oral Ulserasi & Peradangan / persiapan untuk
Kondisi Vagina / Kulit Antiseptik & Desinfektan
Dosis: Mulut / Tenggorokan kebersihan oral Sebagai 0,1 % soln : Bilas
mulut w / 10 mL soln murni atau diencerkan w / jumlah yang sama air 4
kali / hari selama 14 hari . kandidiasis oral Sebagai 1 % soln : Bilas
mulut seperti yang diarahkan . Vag Vag kandidiasis Sebagai 200 mg alat
pencegah kehamilan : Insert 200 mg seperti yang diarahkan . infeksi luka
topikal Sebagai 0,5-5 % powd : Terapkan seperti yang diarahkan .
Kontraindikasi: hipersensitivitas ; penggunaan jangka panjang pada
pasien dengan gangguan tiroid atau terapi lithium . neonatus prematur
atau neonatus dengan berat < 1,5 kg .
Mekanisme : Povidone - iodine adalah iodophore dengan aktivitas kuman
spektrum luas kuat terhadap berbagai bakteri , virus, jamur , protozoa
dan spora farmakokinetik :Penyerapan : penyerapan sistemik Minimal (
topikal ) . Cepat konsentrasi serum total yodium dan iodida anorganik
meningkat secara signifikan ( vagina ) .
g. Sulfat neomycin/Bravoderm N
Gol: Topikal anti infeksi dengan Kortikosteroid
Dosis: Oleskan pada daerah yang terkena 1-2 kali sehari
Kontraindikasi: Dermatosis di anak berusia < 1 tahun . gangguan kulit
karena infeksi akut , TB , herpes simplex , virus , varicella .
h. Bacitracin
Gol: topical antibiotik
Dosis: Dewasa : PO Clostridium difficile colitis ; Resisten vankomisin
enterococci 20.000-25.000 u tiap 6 jam selama 7-10 hari . IM
stafilokokus infections10,000-25,000 u tiap 6 jam . Max : 25.000 u /
dosis dan 100.000 u / hari . Infeksi lokal topikal W / neomycin :
Terapkan 1-3 kali / hari.
Kontraindikasi: hipersensitivitas, gangguan ginjal
Mekanisme : Keterangan : Bacitracin mencegah transfer mucopeptides
ke dalam dinding sel tumbuh sehingga menghambat sintesis dinding sel
bakteri Durasi : 6-8 jam .
farmakokinetik :Penyerapan : Tidak baik diserap dari saluran GI.
Ekskresi : Tentang 10-40 % dari dosis disuntikkan tunggal diekskresikan
dalam urin dalam waktu 24 jam .

Diet
Setelah luka bakar sedang dan berat, kebutuhan kalori dan protein meningkat.
hilangnya protein yang sebenarnya kadang dari luka bakar itu sendiri. Selain
itu, beberapa proteinnya dimetabolisme untuk memenuhi kebutuhan energi
meningkat disebabkan oleh stres. Untuk perbaikan jaringan dan
penyembuhan terjadi, kebutuhan protein harian akan naik 2-4 kali normal
kebutuhan protein harian (Fritsch & Yurko, 1995). Dua kali berbagai
ketentuan kalori yang normal mungkin diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan energi tubuh. vitamin dan juga mineral. Awalnya, kebutuhan
sehari-hari gizi klien dapat bertemu dengan nutrisi parenteral total (TPN)
karena ileus paralitik dan dilatasi lambung. Setelah luka bakar yang parah,
penurunan sirkulasi enterik mengarah ke melambat berhenti peristaltik.
Makanan dan cairan tidak dapat diberikan secara oral atau dengan makan
tabung sampai peristaltik dipulihkan Mendengar usus aktif suara adalah salah
satu indikasi aktifitas peristaltic dalam usus. Imobilitas, stres, dan
keseimbangan nitrogen negatif yang dibawa oleh metabolisme protein
menekan nafsu makan. Pertemuan nasional nutrisi klien kebutuhan bisa
menjadi suatu tantangan. 6 sampai 8 porsi kecil setiap hari dan tinggi protein
atau supplemen protein dapat membantu memenuhi kebutuhan gizi harian.
Melibatkan keluarga dalam membawa makanan favorit bisa nafsu makan juga
menstimulasi akhir klien.

Kegiatan
Kontraktur adalah salah satu komplikasi yang paling serius dari luka bakar
yang parah. Mereka dapat dicegah dengan program pengaturan posisi, bidai ,
berolahraga. Ketika reposisi, tubuh klien harus disimpan dalam keselarasan
yang benar. Bantal dapat digunakan untuk menjaga anggota badan sejalan.
Splints dapat digunakan pada anggota badan untuk mencegah kontraktur atau
untuk membatasi gerak sendi bersama pencangkokan kulit. Latihan ROM
mempertahankan mobilitas sendi. Bila mungkin, latihan ROM aktif sampai
pasif harus didorong. Latihan aktif meningkatkan sirkulasi, mempertahankan
fleksibilitas sendi, dan meningkatkan otot. Sebagai pemulihan klien, aktivitas
sehari-hari dapat ditingkatkan dan ambulasi dapat dimulai.
10. Komplikasi
Penghancuran kulit menjadikan itu tidak dapat memenuhi fungsinya.
sejumlah besar cairan internal dan trolytes elec hilang. Kemampuan untuk
mempertahankan tubuh tempera ture diubah, dan individu rentan terhadap
infeksi serius. Awalnya komplikasi yang paling mengancam kehidupan
adalah kegagalan pernapasan dan kerugian besar cairan tubuh.
a. Menghirup asap dan Karbon Monoksida Keracunan
Panas dan asap dapat menyebabkan kerusakan serius pada saluran
pernapasan. luka bakar wajah, rambut hidung hangus, dan dahak
karbon-biruan tanda-tanda bahwa klien mungkin telah mengalami
kerusakan saluran pernapasan (Ogden, 1998).
Menghirup panas dan asap dalam kebakaran tertutup ruang
menyebabkan peradangan saluran napas dan edema yang cosa
pernapasan. Karbon monoksida yang dihirup bersama dengan panas dan
asap menempel hemoglobin, membentuk senyawa, karboksi
hemoglobin. Tingkat tinggi hemoglobin karboksi dalam darah berarti
bahwa oksigen tidak sedang dikirimkan ke jaringan tubuh yang vital.
Klien mungkin stupor karena anoksia serebral. Menjaga jalan napas
terbuka dan pemberian 100% oksigen dilembabkan penting untuk
mengobati kedua kondisi ini. Intubasi sering diperlukan.
b. Syok
parah dibakar klien mungkin menderita baik kejutan volemic hipo
(kondisi yang mengancam jiwa disebabkan oleh kerugian besar dari
darah dan cairan beredar) dan shock rogenic neutrofil (bentuk kejutan
yang terjadi ketika pe dilatasi pembuluh darah perifer terjadi
menyebabkan hipotensi). Cairan dan elektrolit harus diganti secepat
mereka hilang. jumlah besar cairan yang hilang melalui luka bakar diri
sendiri maupun ke jaringan sekitarnya dalam bentuk edema. Shock
kehilangan cairan yang hasilnya bisa menyebabkan kolaps sirkulasi dan
shutdown ginjal. Menggunakan Rule of Nines untuk menilai sejauh
mana luka bakar dapat membantu dalam membimbing penggantian
cairan. Berharap setidaknya dua kateter vena besar-menanggung untuk
memberikan volume besar cairan dengan cepat.
c. Infeksi
Setelah klien telah stabil, infeksi menimbulkan risiko serius.
Staphylococcus aureus, organisme selalu hadir di lingkungan, adalah
penyebab umum dari infeksi. Memprihatinkan adalah infeksi yang
disebabkan oleh methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA)
menjadi- menyebabkan ketegangan ini staphylococcus resisten terhadap
semua tibiotics sebuah kecuali vankomisin hidroklorida (Vanc antibiotik
ini memiliki efek samping yang serius, terutama untuk saraf dan hati,
dan hanya digunakan ketika antibiotik lain gagal. Semua orang datang
ke dalam kontak dengan klien luka bakar harus memakai gaun, sarung
tangan, masker, dan topi untuk membantu mencegah masuknya
organisme seperti Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa,
atau coli- bentuk basil dalam luka bakar. teknik steril digunakan untuk
perubahan perawatan luka dan berpakaian. Perawatan luka bakar parah
klien di unit luka bakar khusus mengurangi kemungkinan infeksi karena
pencegahan dan pengendalian infeksi yang ketat dan lingkungan
dikendalikan dengan hati-hati.

Anda mungkin juga menyukai