Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MAKALAH

SECTIO CAESAREA

Disusun oleh :
Azri Iskandar 12100114018
Raina Cerelia 12100114078
Rian Nandika 12100114035
Hafsah Suadaul Adzro 12100114044
Nadzir Z. Al-Askar 12100114092
Nurhayati Nufus 12100114105
Wisi Nasa 12100114012
Ina Ratna 12100114106

Preceptor :
Oki Haribudhiman, dr., Sp.OG

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AL-IHSAN
BANDUNG
2015

0
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. karena

atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah pada

SMF Ob Gyn RSUD Al-Ihsan Bandung Fakultas Kedokteran Universitas Islam

Bandung.

Dalam penulisan laporan kasus ini penulis menyadari masih banyak

terdapat kekurangan yang disebabkan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman

penulis. Oleh sebab itu, demi bertambahnya wawasan dan pengetahuan penulis,

penulis menerima segala kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.

Keberhasilan dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan,

bimbingan, pengarahan dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati,

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Oki Haribudhiman, dr. Sp.OG

selaku preseptor yang telah membimbing kami selama ini.

Selain ucapan terima kasih, penulis juga ingin menyampaikan permohonan

maaf kepada semua pihak apabila selama penulisan makalah ini, penulis banyak

melakukan sesuatu hal yang tidak berkenan. Penulis berharap karya tulis ini

berguna bagi siapa saja yang membacanya.

Wassalamuallaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh.

Bandung, Januari 2015

Penulis

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seksio cesarean ialah pembedahan untuk melahirkan janin dengan

membuka dinding perut dan dinding uterus. Dewasa ini cara ini jauh lebih aman

daripada dahulu berhubung adanya antibiotika, transfusi darah, teknik operasi

yang lebih sempurna, dan anesthesia yang lebih baik. Karena itu kini ada

kecenderungan untuk melakukan seksio cesarean tanpa dasar yang cukup kuat.

Dalam hal ini perlu diingat bahwa seorang ibu yang telah mengalami

pembedahan itu merupakan seseorang yang mempunyai parut dalam uterus, dan

tiap kehamilan serta persalinan berikut memerlukan pengawasan yang cermat dan

berhubung dengan bahaya ruptur uteri, walaupun bahaya ini dengan teknik yang

sempurna tidak besar.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Persalinan cesar didefinisikan sebagai kelahiran fetus melalui insisi pada

dinding abdomen (laparotomy) dan dinding uterus (hysterectomy). Definisi ini

tidak mencakup pengeluaran fetus dari kavum abdomen sebagai akibat rupture

uterus dan pada kasus kehamilan abdomen.1

2.2 Indikasi

Lebih dari 85% indikasi dilakukannya operasi cesar adalah persalinan cesar

sebelumnya, distosia, distress fetus, presentasi bokong.1

Sumber: Williams Obstetrics 23rd Edition

3
2.3 Jenis-jenis Operasi Cesar

Dikenal beberapa jenis seksio cesarean, yakni: 1) seksio cesarean

transperitoneal profunda; 2) seksio cesarean klasik atau seksio cesarean corporal;

dan 3) seksio cesarean ekstraperitoneal.2

Pembedahan yang dewasa ini paling banyak dilakukan ialah seksio cesarean

transperitonealis profunda dengan insisi di segmen bawah uterus. Keunggulan

pembedahan ini adalah:2

a.) Perdarahan luka insisi tidak seberapa banyak;

b.) Bahaya peritonitis tidak besar;

c.) Parut pada uterus umumnya kuat, sehingga bahaya rupture uteri di

kemudian hari tidak besar karena dalam masa nifas segmen bawah

uterus tidak seberapa banyak mengalami kontraksi seperti korpus uteri,

sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.

2.4 Teknik-teknik Dalam Operasi Cesar

ABDOMINAL INCISION

Biasanya baik itu midline vertical atau suprapubic transverse incision yang

paling umum digunakan. Hanya pada keadaan khusus saja paramedian atau

midtransverse incision digunakan.1

Vertical Incision

Insisi vertikal pada infraumbilical midline adalah yang tercepat dapat

dibuat. Insisi harus cukup panjangnya untuk dapat membuat kelahiran bayi tanpa

4
kesulitan. Untuk itu, panjang insisi harus berhungan dengan perkiraan ukuran

fetus.1

- Diseksi tajam dilakukan pada level anterior rectus sheath, yang terbebas

dari lemak subkutan untuk mengekspos fascia sepanjang 2 cm pada

midline.

- Otot rectus sheath dan otot pyramidalis dipisahkan dari midline oleh

diseksi tajam atau tumpul untuk mengekspos fascia transversalis dan

peritoneum.

- Fascia transversalis dan lemak preperitoneal di diseksi secara hati-hati

untuk mencapai peritoneum.

- Peritoneum yang terletak diujung atas insisi dibuka secara hati-hati, baik

tumpul, atau diangkat menggunakan 2 buah hemostat yang berjarak sekitar

2 cm.

- Lipatan peritoneum diantara klem kemudian diperiksa dan dipalpasi untuk

memastikan bahwa omentum, bladder, atau bowel tidak berada

didekatnya.

- Peritoneum kemudian di insisi superior dari kutub teratas insisi dan

mengarah ke bawah hingga bagian atas refleksi peritoneal melewati

bladder.

Transverse Incision

Dengan Pfannenstiel incision yang telah dimodifikasi, kulit dan jaringan

subkutan di insisi menggunakan insisi bawah, transverse, dan sedikit

melengkung.1

5
- Insisi dibuat pada level pubic hairline dan diperpanjang hingga melewati

batas lateral dari otot rectus.

- Diseksi tajam dilanjutkan melalui lapisan subkutan hingga selevel fascia.

- Setelah jaringan subkutan dipisahkan dari fascia untuk sekitar 1 cm pada

setiap sisi, fascia di insisi.

- Terdapat dua lapis fascia, secara ideal, keduanya di insisi masing-masing

pada saat pemanjangan insisi fascia.

- Pada saat pemanjangan insisi harus diwaspadai pemotongan pembuluh

darah. Jika terpotong maka lakukan ligase ataupun dengan cauter untuk

mencegah perdarahan.

- Secara berurutan, ujung superior lalu ujing inferior dari fascia ditahan

dengan menggunakan clamp dan diangkat oleh assisten dengan operator

memisahkan fascial sheath dengan otot rectus baik itu secara tajam

maupun secara tumpul.

- Pemisahan fascia dilakukan dekat dengan umbilicus untuk memudahkan

insisi midline longitudinal yang adekuat.

- Otot rectus kemudian dipisahkan dari midline untuk mengekspos

peritoneum.

Insisi pfannenstiel mengikuti Langer lines of skin and tension sehingga

didapatkan hasil kosmetik terbaik. Ini juga mengurangi rasa sakit pasca operasi.

Uterine Incision

Terkadang insisi vertikal pada bagian bawah segmen (Kronig, 1912) atau

disebut juga insisi klasik adalah sebuah insisi vertikal kepada badan uterus diatas

6
dari segmen bawah uterus dan mencapai fundus uterus. Insisi ini jarang digunakan

dewasa ini.1

Teknik untuk Insisi Transverse Cesarean

- Refleksi peritoneum yang terletak diatas batas dari bladder bladder flap

ditahan dengan menggunakan forceps di midline dan di insisi secara

transverse dengan gunting. (Gambar 1)1

Gambar 1: Vesicouterine serosa longgar ditahan menggunakan forceps dan

dipotong dengan gunting metzenbaum.

- Gunting dimasukkan diantara vesicouterine serosa dan myometrium dari

segmen bawah uterus.

7
- Gunting didorong lateral dari midline dan kemudian ditarik sambil bagian

tajamnya dibuka.

- Hal ini akan memisahkan lapisan serosa selebar 2 cm, yang kemudian di

insisi.

- Batas lateral masing-masing didekati, gunting mengarah cephalad.

(Gambar 2)

Gambar 2: Serosa longgar diatas batas atas bladder di angkat di insisi secara

lateral

- Flap bawah dari peritoneum diangkat, kemudian bladder dipisahkan secara

diseksi tumpul ataupun tajam dari myometrium. (Gambar 3)

8
Gambar 3: Bagian menyilang diseksi tumpul dari bladder untuk memperlihatkan

bagian bawah uterus

- Secara umum, pemisahan bladder tidak boleh melebihi 5 cm dalamnya dan

biasanya lebih pendek.

- Uterus dimasuki melalui segmen bawah uterus sekitar 1 cm dibawah batas

atas dari refleksi peritoneum.

- Uterus dapat di insisi dengan bermacam-macam teknik. Diawali masing-

masing dengan menggunakan scalpel untuk menginsisi bagian bawah

uterus secara transverse sepanjang 1 hingg 2 cm di midline. (Gambar 4)

9
Gambar 4: Myometrium di insisi dengan hati-hati untuk menghindari

pemotongan kepala fetus.

- Saat uterus terbuka, insisi dapat diperpanjang dengan cara memotong

secara lateral dan sedikit keatas dengan menggunakan gunting perban.

- Insisi uterus harus dibuat cukup besar agar kepala dan badan fetus

dapat melewatinya tanpa harus merobek atau memotong pembuluh

uterus.

DELIVERY OF THE INFANT

- Pada presentasi kepala, tangan diselipkan ke rongga uterine diantara

symphisis dan kepala fetus. Kemudian tangan dinaikkan dengan jari dan

telapak tangan melewati insisi, dibantu dengan menekan fundus melalui

transabdominal. (Gambar 5)

10
Gambar 5 Setelah insisi uterus dan memecahkan fetal membrane, jari diselipkan

diantara symphisis pubis dan kepala fetus hinggamencapai permukaan posterior

kepala. Kepala diangkat secara hati-hati kea rah anteriot, dan superior hingga

kepala bayi terbawa ke symphisis dan insisi uterine serta abdominal. Ketika

kepala diangkat melewati insisi, berikan tekanan pada fundus uterine melewati

abdomen untuk membantu dalam mendorog fetus.

- Pada persalinan yang lama akibat cephalopelvic disproportion, kepala fetal

akan terjepit di birth canal. Tekanan ke arah atas diberikan oleh tangan di

vagina dengan bantuan asisten akan membantu melepaskan kepala dan

membantu proses persalinan ke symphisis.

- Forceps atau vacuum dapat digunakan dalam persalinan kepala fetus

yang sulit melewati insisi uterine. (Gambar 6)

11
Gambar 6 A penempalatan C-section forcep blade . B. traksi sedikit ke

atas dan keluar untuk mengangkat kepala melewati insisi

- Lalu bahu dapat dikeluarkan dengan menggunakan traksi ditambah dengan

bantuan tekanan pada fundus, setelah itu tubuh fetus dapat dikeluarkan

juga.(Gambar 7)

12
Gambar 7 Bahu anterior (A) dan posterior (B) dilahirkan.

- Untuk mengurangi aspirasi cairan amnion, nares dan mulut fetal diaspirasi

dengan bulb syringe.

- Setelah bahu dilahirkan, 2 ampul atau 20 unit oksitosin dalam 1 liter

cairan kristaloid diinfus sebanyak 10 mL./ menit sehingga uterus

berkontraksi dengan baik. Setelah itu, kecepatan dapat dikurangi.

- Umbilical cord di klem dan bayi baru lahir diberikan pada tim yang akan

melakukan resusitasi.

- Letak pendarahan pada insisi uterine diobservasi kemudian di klem

dengan ring forceps atau pennington atau instrument lainnya. Kemudian

plasenta dilahirkan secara spontan atau manual. Masase fundus dimulai

setelah fetus dilahirkan juga dapat membantu mengurangi pendarahan dan

mempercepat kelahiran plasenta.

UTERINE REPAIR

- Setelah plasenta dikeluarkan, uterus dinaikkan kearah insisi menuju

dinding abdominal dan fundus ditutupi dengan pack laparotomy yang

13
lembab. Hal ini bertujuan umtuk lebih cepat mengidentifikasi atonia

uterus, letak pendarahan dan insisi juga lebih mudah dilihat serta

diperbaiki, sterilisasi tuba lebih mudah.

- Rongga uterine diinspeksi, disuction, atau di bersihkan dengan gauze untu

menghilangkan vemix, clots dan debris lainnya.

Gambar 8 The cut edges of the uterine incision are approximated with a running-

lock suture.

- Sudut potongan bagian atas dan bawah pada setiap sisi lateral insisi uterine

diperiksa ada tidaknya pendarahan. Jika ada, permbuluh darah diligasi

dengan suture.

- Insisi uterine ditutup dengan 1-2 lapis suture absorbable 0- or #1.

14
ABDOMINAL CLOSURE

- Semua kasa dibuang, dan paracolic gutters dan cul-de-sac dikosongkan

dari darah serta cairan amnion dengan suction. Setelah sponge dan jumlah

instrument dihitung dengan tepat, insisi abdomen ditutup lapis demu lapis.

Ketika setiap lapis ditutupm pendarahan ditentukan, diklem dan diligasi

atau dikoagulasi dengan electrosurgical blade.

- Rectus muscle dan fascia rectus sekitarnya di suturing dengan delay-

absorbable suture.

- Jaringan subkutan biasanya tidak ditutup apabila ketebalannya kurang dari

2 cm dan kulit ditutup dengan vertical mattress sutures of 3-0 or 4-0 silk or

equivalent suture secara subkutikula.

- Jika tebal jaringan subkutan lebih dari 2 cm, maka jaringan dijahit.

15
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Williams Obstetrics. 23rd edition. New York. McGraw-Hill Medical. 2010.

1385 page.

2. Ilmu Kebidanan. Edisi 3 cetakan ke 7. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo. 2005.

16

Anda mungkin juga menyukai