Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN EVALUASI PROGRAM POKOK PUSKESMAS

PENEMUAN PASIEN BARU TB BTA POSITIF DI PUSKESMAS II


KEMRANJEN

Pembimbing:
dr. M. Amir Fuad

Disusun oleh:
Onika Adi Wijaya
G4A015206

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


JURUSAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

2017

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN EVALUASI PROGRAM POKOK PUSKESMAS

PENEMUAN PASIEN BARU TB BTA POSITIF DI PUSKESMAS II


KEMRANJEN

Disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dari


Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Jurusan Kedokteran
Fakultas Kedokteran
Universitas Jenderal Soedirman

Disusun oleh:

Onika Adi Wijaya

G4A015206

Telah dipresentasikan dan disetujui


Pada tanggal Juni 2017

Mengetahui,

Perseptor Lapangan
Kepala Puskesmas II Kemranjen

dr. M. Amir Fuad


NIP. 19701006 200701 007

2
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan 2
Daftar Isi.. 3
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 4
B. Tujuan Penulisan. 5
C. Manfaat Penulisan... 6
II. ANALISIS SITUASI
A. Gambaran Umum Puskesmas .................... 7
III. ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS
A. Analisis Sistem.. 20
B. Analisis SWOT . ........................................................ 23
IV. PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DAN ALTERNATIF PEMECAHAN
MASALAH
A. Pembahasan Isu dan Alternatif Pemecahan Masalah .................. 29
V. KESIMPULAN DAN SARAN
B. Kesimpulan.............................. .................... 32
C. Saran....... 32
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 34

3
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) merupakan satu dari sepuluh penyakit penyebab
kematian di dunia. TB merupakan penyakit infeksi kronik yang disebabkan
oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis (PDPI, 2011). WHO
mendefinisikan penderita TB sebagai penderita yang terbukti secara positif
terinfeksi tuberkulosis berdasarkan hasil apusan basil tahan asam TB dibagi
menjadi sputum positif atau sputum negatif (WHO, 2011).
TB menjadi permasalahan kesehatan masyarakat dunia walaupun
upaya pengendalian dengan strategi DOTS telah diterapkan di banyak negara
sejak tahun 1995. WHO memperkirakan terdapat 8.6 juta kasus TB pada tahun
2012 dengan 1.1 juta orang (13%) diantaranya adalah pasien TB dengan HIV
positif serta terdapat 450.000 orang yang menderita TB Multi Drug Resistance
(MDR). Pada tahun 2012 proporsi kasus TB anak diantara seluruh kasus TB
secara global mencapai 6% (530.000 pasien TB anak/tahun). Meskipun
jumlah kasus TB tetap tinggi untuk penyakit yang dapat dicegah dan
disembuhkan namun angka insidensi TB secara global menunjukkan
penurunan yakni 2% per tahun pada tahun 2012 (Kemenkes RI, 2014).
Kasus baru TB BTA positif di Indonesia pada tahun 2013 ditemukan
sebanyak 196.310 kasus. Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat di
provinsi dengan jumlah penduduk yang besar, yaitu Jawa Barat, Jawa Timur,
dan Jawa Tengah.Kasus baru TB BTA positif di tiga provinsi tersebut hampir
sebesar 40% dari jumlah seluruh kasus baru di Indonesia (Kemenkes, 2014).
Penemuan kasus baru TB BTA positif di Provinsi Jawa Tengah pada tahun
2014 adalah sebesar 63 kasus per 100.000 penduduk dengan total 20.796
kasus baru. Penemuan kasus baru TB BTA positif tertinggi adalah di Kota
Magelang, yaitu sebanyak 650 kasus. Kabupaten Banyumas menempati
urutan ke-6 dengan penemuan jumlah kasus TB sebanyak 91 kasus (Dinkes
Jateng, 2014).
Tujuan Pemerintah Indonesia adalah menurunkan angka kesakitan dan
kematian akibat TB yang merujuk pada Rencana Pembangunan Jangka

4
Menengah Nasional (RPJMN) setiap 5 tahun. Target RPJMN 2010-2014
yakni penurunan jumlah kasus TB per 100.000 penduduk dari 235 menjadi
224, persentase kasus baru TB Paru (BTA Positif) dari 73% menjadi 90%,
dan persentase kasus baru TB paru (BTA Positif) yang sembuh dari 85%
menjadi 88%. Pada tahun 2015-2019 target program pengendalian TB
disesuaikan dengan Rencana Pembangunan Jangka Mengenah (RPJMN) II,
target Global TB Strategy pasca 2015, dan Sustainable Development Goals
(SDGs) yaitu penurunan insidensi TB yang lebih cepat dari hanya sekitar 1-
2% per tahun menjadi 3-4% per tahun dan penurunan angka mortalitas > dari
4-5% pertahun (Kemenkes RI, 2014).
Pada Puskesmas II Kemranjen, tahun 2016 angka CDR (Case Detection
Rate) TB Paru BTA positif baru mencapai 21,28 %. Target Standar Pelayanan
Minimal (SPM) Puskesmas II Kemranjen untuk penemuan kasus baru TB
Paru BTA Positif adalah 100%, sehingga jika dibandingkan dengan SPM
maka program penemuan kasus baru TB Paru BTA Positif belum memenuhi
target. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk melakukan evaluasi program
Penemuan Pasien Baru TB Paru BTA Positif di Puskesmas II Kemranjen
Kabupaten Banyumas.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu menganalisa masalah kesehatan dan metode pemecahan masalah
kesehatan di Puskesmas II Kemranjen
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran umum keadaan kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas II Kemranjen.
b. Mengetahui secara umum program dan cakupan program Penemuan
Pasien Baru TB Paru BTA Positif di Puskesmas II Kemranjen.
c. Mengetahui pelaksanaan dan keberhasilan program Penemuan
Pasien Baru TB Paru BTA Positif di Puskesmas II Kemranjen.

5
d. Menganalisis kekurangan dan kelebihan pelaksanaan program
Penemuan Pasien Baru TB Paru BTA Positif di Puskesmas II
Kemranjen.

C. Manfaat Penulisan
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi Puskesmas dalam melakukan evaluasi
dalam kinerja program Penemuan Pasien Baru TB Paru BTA Positif di
Puskesmas II Kemranjen.
2. Sebagai bahan untuk perbaikan program Penemuan Pasien Baru TB Paru
BTA Positif kearah yang lebih baik guna mengoptimalkan mutu
pelayanan kepada masyarakat pada umumnya dan individu pada
khususnya di wilayah kerja Puskesmas II Kemranjen.

6
II. ANALISIS SITUASI
A. Deskripsi Situasi dan Kondisi Puskesmas dan Wilayah Kerjanya
1. Keadaan Geografis
Kecamatan Kemranjen terletak di bagian selatan Kabupaten
Banyumas dan dibatasi oleh Kecamatan Banyumas dan Kecamatan
Somagede disebelah utara, Kabupaten Cilacap disebelah selatan,
Kecamatan Sumpiuh di sebelah timur dan Kecamatan Kebasen di sebelah
barat. Kecamatan Kemranjen memiliki 15 desa, yaitu Desa Alasmalang,
Desa Grujugan, Desa Karanggintung, Desa Karangjati, Desa
Karangsalam, Desa Kebarongan, Desa Kecila, Desa Kedungpring, Desa
Nusamangir, Desa Pageralang, Desa Petarangan, Desa Sibalung, Desa
Sibrama, Desa Sidamulya dan Desa Sirau.

Gambar 2.1 Peta Kecamatan Kemranjen


Terdapat dua Puskesmas di Kecamatan Kemranjen yaitu
Puskesmas I Kemranjen dan Puskesmas II Kemranjen. Puskesmas II
Kemranjen merupakan puskesmas yang berada di Jalan Raya Buntu, Desa
Sidamulya, Kecamatan Kemranjen, Kabupaten Banyumas. Puskesmas II
Kemranjen memiliki luas wilayah kerja sekitar 250 km 2, yang terdiri atas
wilayah Desa Sirau (47.3 km2), Desa Kebarongan (44.3 km2), Desa
Grujungan (25.6 km2), Desa Sidamulya (21.7 km2), Desa Pageralang (59.2

7
km2), Desa Alasmalang (30.2 km2) dan Desa Nusamangir (21.6 km2).
Batas wilayah Puskesmas II Kemranjen sebelah utara adalah Desa
Karangrau, Kecamatan Banyumas; sebelah Selatan berbatasan dengan
Desa Mujur lor, Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap; sebelah Timur
berbatasan dengan Desa Karangjati, Kecamatan Kemranjen; sedangkan
sebelah Barat berbatasan dengan Desa Adisana, Kecamatan Kebasen.
2. Keadaan Demografi Kecamatan Kemranjen
a. Pertumbuhan penduduk
Data dari Puskesmas II Kemranjen menunjukkan pada akhir
tahun 2016 di bulan Desember, jumlah penduduk di wilayah
Puskesmas II Kemranjen adalah 40.085 jiwa dengan jumlah penduduk
laki-laki sebanyak 19.734 jiwa dan jumlah penduduk perempuan
sebanyak 20.351 jiwa. Jumlah penduduk tertinggi berada di Desa
Pageralang yaitu sebesar 10.313 jiwa, sedangkan jumlah penduduk
terendah berada di Desa Nusamangir yaitu sebesar 3.080 jiwa.
b. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur
Jumlah penduduk di wilayah Puskesmas II Kemranjen
berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur pada tahun 2016 dapat
dilihat pada tabel 2.1. berikut:
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok
Umur di Wilayah Puskesmas II Kemranjen Tahun 2016
Jumlah penduduk
Kelompok
No Laki-laki +
umur (tahun) Laki-laki Perempuan
perempuan
1 0-4 1.076 1.081 2.157
2 5-14 3.037 3.245 6.282
3 15-24 3.353 3.446 6.799
4 25-34 3.273 3.355 6.628
5 35-44 3.112 3.218 6.330
6 45-59 3.527 3.602 7.129
7 60-85+ 2.356 2.404 4.760
Jumlah 19.734 20.351 40.085
Sumber : Data Sekunder Puskesmas II Kemranjen Tahun 2016
Jika dilihat dari jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur
pada tabel diatas, maka jumlah penduduk dalam kelompok umur 45-
59 tahun adalah yang tertinggi, yaitu sebesar 7.129 jiwa.

8
c. Kepadatan penduduk
Penduduk diwilayah Puskesmas II Kemranjen adalah bervariasi
kepadatanya. Desa dengan jumlah penduduk terpadat berada di desa
Sidamulya dengan tingkat kepadatan sebesar 22,25 jiwa setiap
kilometer persegi, sedangkan wilayah dengan tingkat kepadatan yang
paling rendah berada di desa Sirau yaitu sebesar 13,54 jiwa setiap
kilometer persegi.
d. Tingkat Pendidikan
Data tingkat pendidikan penduduk yang berusia 10 tahun ke atas
di wilayah Puskesmas II Kemranjen menurut tingkat pendidikan
tertinggi yang ditamatkan tercatat pada tahun 2016 dapat diamati pada
tabel berikut :
Tabel 2.2 Tingkat Pendidikan Penduduk yang Berusia 10 Tahun Ke
Atas di Wilayah Puskesmas II Kemranjen pada Tahun 2016

Jumlah
Pendidikan Laki- Laki-laki + Persentase
Perempuan
laki perempuan
Tanpa ijazah 2.020 2.706 4.726 18,53
SD/ MI 4.851 4.750 9.601 37,64
SMP/ MTs 3.791 2.826 6.617 25,94
SMA/ MA 2.644 1.729 4.373 17,14
SMK 356 334 690 2,71
D1/ D2 176 149 325 1,27
D3 177 145 322 1,26
D4/ S1 314 281 595 2,33
S2/ S3 30 26 56 0,22
Jumlah 14.359 12.946 27.305
Sumber : Data Sekunder Puskesmas II Kemranjen Tahun 2016
e. Tingkat Pekerjaan Penduduk
Data tingkat pekerjaan penduduk di wilayah Puskesmas II
Kemranjen tercatat pada tahun 2015 dapat diamati pada tabel berikut:

9
Tabel 2.3 Tingkat Pekerjaan Penduduk di Wilayah Puskesmas II
Kemranjen pada Tahun 2015

Jenis Pekerjaan Jumlah (jiwa) Persentase (%)


Petani 18.951 47,19
PNS 6.035 15,03
TNI 566 1,41
Pedagang 7.128 17,75
Nuruh 7.489 18,65
Sumber: BPS Kabupaten Banyumas, 2015
3. Sumber Pelayanan Kesehatan
a. Tempat Pelayanan Kesehatan
Puskesmas :1
Puskesmas Pembantu :1
PKD :7
BPM : 13
Posyandu Balita : 59
Posyandu Lansia : 33
RS Swasta :1
BP Swasta :1
Dokter Praktek Swasta :1
b. Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas II Kemranjen
Berdasarkan data sekunder dari Puskesmas II Kemranjen tahun 2015
didapatkan jumlah tenaga kesehatan sebagai berikut :
Dokter umum PNS/Kontrak : 3 orang
Dokter Gigi : 1 orang
Bidan Puskesmas : 21 orang
Perawat PNS/Kontrak : 11 orang
Petugas Laboratorium : 1 orang
TU dan Staf Administrasi : 5 orang
Petugas Farmasi : 2 orang
Petugas Gizi : 2 orang
Petugas Imunisasi/Bidan : 1 orang
Petugas Kesling/Epidemiologi : 2 orang
Petugas Cleaning Service/Supir/Penjaga Malam : 4 orang

10
B. Cakupan Program Pelayanan Kesehatan Dasar
Untuk memberikan gambaran derajat kesehatan masyarakat di wilayah
kerja Puskesmas II Kemranjen, ditampilkan tabel berupa resum profil
kesehatan di wilayah kerja Puskesmas II Kemranjen pada tahun 2016.
1. Angka Kematian (Mortalitas)
Berikut ini akan diuraikan perkembangan tingkat kematian pada periode
tahun 2016 yaitu sebagai berikut :
a. Jumlah Lahir Hidup
Jumlah kelahiran di wilayah kerja Puskesmas II Kemranjen pada
tahun 2016 sebanyak 565 jiwa, dengan 285 jiwa berjenis kelamin laki-
laki dan 278 jiwa berjenis kelamin perempuan. Jumlah kelahiran hidup
sebanyak 556 jiwa, dan jumlah kelahiran mati sebanyak 9 jiwa.
b. Angka Kematian Bayi
Data profil Puskesmas II Kemranjen menunjukkan angka
kematian bayi laki-laki dan perempuan sebesar 15.9 per 1000 kelahiran
hidup, yaitu berjumlah 9 kasus kematian.
c. Angka Kematian Ibu
Angka kematian ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas di
Puskesmas II Kemranjen adalah 1. Dapat dikatakan angka kematian ibu
hamil, ibu bersalin, dan ibu nifas sebesar 173 per 100.000 kelahiran
hidup.
2. Angka Kesakitan (Morbiditas)
a. AFP Rate (non polio) < 15 tahun
Acute Flaccid Paralysis non polia merupakan kasus kelumpuhan
ekstremitas bawah yang tidak disebabkan oleh penyakit polio. Jumlah
kasus AFP (non polio) pada tahun 2015 adalah 0 kasus.
b. Jumlah Kasus TB Paru
Jumlah perkiraan TB Paru kasus baru di Puskesmas II Kemranjen
pada tahun 2016 adalah 47 kasus dengan jumlah kasus TB Paru yang
ditemukan sebanyak 10 kasus. Hal ini menunjukkan angka penemuan
kasus mencapai 21.28%. Angka kesembuhan dan pengobatan lengkap

11
pada kasus TB Paru sebesar 50%. Jumlah kasus TB Paru kasus lama
sebanyak 15 kasus. Hal ini menunjukkan penangan pasien TB paru di
Puskesmas II Kemranjen belum berjalan dengan baik.
c. Pneumonia Pada Balita
Jumlah perkiraan balita penderita pneumonia pada tahun 2016
sebanyak 79 kasus. Kasus Pneumonia pada balita yang ditemukan dan
ditangani di wilayah kerja Puskesmas II Kemranjen adalah sebanyak 4
kasus atau sebesar 5,06% dengan 3 kasus pada laki-laki dan 1 kasus pada
perempuan. Hal ini menunjukkan pencapaian kasus pneumonia pada
balita masih rendah.
d. Penyakit Diare
Jumlah kasus diare yang ditemukan dan ditangani pada tahun 2016
sebanyak 455 kasus, dengan 214 kasus pada laki-laki dan 241 kasus
pada perempuan.
e. Penyakit Demam Berdarah Dengue
Kasus penyakit Demam Berdarah Dengue pada tahun 2016
sebanyak 10 kasus. Masing-masing ditemukan di desa Kebarongan,
Sirau, Sidamulya, Pageralang, dan Nusamangir. Angka insidensinya
sebesar 24,9 per 100.000 penduduk. Pasien DBD yang ditangani
sebanyak 10 kasus yang berarti pencapaian pengobatan pasien DBD
mencapai 100%.
f. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
Data di Puskesmas II Kemranjen menunjukkan jumlah kasus
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang meliputi
difteri, pertusis, tetanus neonatorum, campak, polio dan hepatitis B
sebanyak 0 kasus. Hal ini didukung pula dengan pencapaian standar
pelayanan minimal Puskesmas II Kemranjen terhadap imunisasi sudah
berjalan maksimal.
g. Hipertensi
Kasus penyakit hipertensi di wilayah kerja Puskesmas II
Kemranjen pada tahun 2016 sebanyak 748 kasus.

12
3. Upaya Kesehatan
Upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan Puskesmas sebagai
pelayanan kesehatan dasar harus dilakukan secara tepat dan cepat,
diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat sudah dapat
diatasi. Kegiatan pokok Puskesmas biasa dikenal dengan istilah basic six
atau enam program pokok puskesmas yang meliputi: Promosi Kesehatan
(Promkes), Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Ibu dan Anak termasuk KB,
Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat, Pencegahan dan Pemberantasan
Penyakit Menular, dan Pengobatan.
a. Promosi kesehatan
Program-program yang dilakukan oleh Puskesmas II Kemranjen
khususnya dalam bidang Promosi Kesehatan adalah melalui kegiatan-
kegiatan berikut:
1) Penyuluhan PHBS
Upaya penyuluhan PHBS yang dilakukan oleh Puskesmas II
Kemranjen pada tahun 2015 meliputi rumah tangga, institusi
pendidikan (sekolah), institusi sarana kesehatan, institusi TTU, dan
insitusi tempat kerja. Target cakupan penyuluhan PHBS pada
tingkat rumah tangga tahun 2015 yaitu 80%, dengan target yang
dicapai 60,42% dari 8557 target. Target cakupan penyuluhan PHBS
pada tingkat institusi pendidikan tahun 2015 yaitu 100%, dengan
target yang dicapai 100% . Target cakupan penyuluhan PHBS pada
tingkat sarana kesehatan tahun 2015 yaitu 80%, dengan target yang
dicapai 77,8%. Target cakupan penyuluhan PHBS pada tingkat
institusi TTU tahun 2015 yaitu 100%, dengan target yang dicapai
18%. Target cakupan penyuluhan PHBS pada tempat kerja tahun
2015 yaitu 80%, dengan target yang dicapai 75%. Hal ini
menunjukkan bahwa pada tahun 2015 target PHBS untuk tingkat
rumah tangga, institusi pendidikan, sarana kesehatan, TTU, dan
tempat kerja belum mendapatkan hasil yang baik, karena
pencapaian kurang dari target.

13
Jumlah rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat di
wilayah kerja Puskesmas II Kemranjen sebanyak 8695 rumah
namun yang dipantau hanya sebanyak 123 rumah yaitu hany 1.4%
dari total semua rumah. Dari jumlah rumah yang dipantau rumah
Ber-PHBS sebesar 108 rumah yaitu 87.8%. Wilayah kerja
Puskesmas II Kemranjen mencakup 7 desa, yaitu desa Kebarongan,
desa Sirau, desa Grujuran, desa Sidamulya, desa Pageralang, desa
Alasmalang dan desa Nusamangir.
2) Bayi mendapat ASI eksklusif
Salah satu promosi kesehatan yang gencar dilakukan di
Puskesmas II Kemranjen adalah nasehat untuk memberikan ASI
ekslusif oleh ibu kepada bayinya. Berdasarkan data Puskesmas II
Kemranjen tahun 2016, target bayi yang mendapat ASI ekslusif
yaitu 80% cakupan dengan pencapaian 83.3%. Hal ini
menunjukkan program sudah berjalan dengan baik.
3) Mendorong terbentuknya upaya kesehatan bersumber masyarakat
Untuk mendorong terbentuknya upaya kesehatan yang
bersumber dari masyarakat, Puskesmas II Kemranjen
mencanangkan program posyandu madya (baru), posyandu
purnama, dan mandiri. Ketiga cakupan tersebut terlaksana pada
tahun 2016 dengan pencapaian 39 posyandu (65%) terdiri dari
target cakupan 21 posyandu madya (33,90%), 38 posyandu
purnama (64,41%), dan 1 posyandu mandiri (1,69%). Posyandu
aktif 65% yang menunjukkan program belum berjalan dengan baik.
4) Penyuluhan Napza
Berdasarkan data Puskesmas II Kemranjen tahun 2016, salah
satu upaya promosi kesehatan yang dilakukan di wilayah kerja
puskesmas adalah melakukan penyuluhan Napza dengan sasaran
siswa-siswi SD, SMP dan SMA. Cakupan program penyuluhan
Napza di Puskesmas II Kemranjen mencapai 100% cakupan 40
target penyuluhan institusi pendidikan formal dengan pencapaian

14
50%, hal ini menunjukkan program belum berjalan dengan
maksimal.
b. Kesehatan Lingkungan
Program-program yang dilakukan oleh Puskesmas II Kemranjen
khususnya dalam bidang Kesehatan lingkungan adalah melalui
kegiatan-kegiatan berikut:
1) Penyehatan lingkungan pemukiman dan jamban keluarga
Berdasarkan data Puskesmas II Kemranjen tahun 2016,
capaian jamban sehat di wilayah kerja Puskesmas adalah 61% dari
target sebesar 72%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa
cakupan rumah sehat di wilayah kerja Puskesmas II Kemranjen
belum memenuhi target.
2) Penyehatan air
Berdasarkan data Puskesmas II Kemranjen tahun 2016,
jumlah keluarga dengan sanitasi air bersih adalah 65% dari target
sebesar 72%. Pencapaian tersebut masih belum memenuhi target
2016. Hal ini masih menjadi perhatian Puskesmas dalam upaya
penyediaan air bersih di wilayah kerjanya.
3) Sanitasi makanan dan minuman
Berdasarkan data Puskesmas II Kemranjen tahun 2016,
jumlah tempat pengelolaan makanan yang terdata di Puskesmas II
Kemranjen adalah sebanyak 45 tempat. Dari pemeriksaan terhadap
sanitasi makanan dan minuman pada tahun 2016, didapatkan hasil
sebesar 80% dari 45 tempat yang diperiksa merupakan TPM yang
sehat. Target TPM sehat tahun 2016 adalah sebesar 100%,
sehingga dapat disimpulkan bahwa capaian TPM sehat pada tahun
2016 di wilayah kerja Puskesmas II masih belum memenuhi target.
4) Sanitasi tempat-tempat umum
Berdasarkan data Puskesmas II Kemranjen tahun 2016,
capaian sanitasi tempat-tempat umum yang terdata di Puskesmas II
Kemranjen sebanyak 30 tempat dari 45 tempat yaitu sebanyak 66%
yang memenuhi syarat dengan target 100%. Hal ini menunjukkan

15
bahwa sanitasi tempat umum pada wilayah kerja puskesmas II
Kemranjen masih belum mencapai target, sejauh ini intervensi
sanitasi tempat umum hanya dilakukan inspeksi tanpa adanya
pembinaan.
c. Kesehatan Ibu dan Anak Termasuk KB
Program-program yang dilakukan oleh Puskesmas Kemranjen
tahun 2015 khususnya dalam bidang kesehatan ibu dan anak termasuk
KB adalah melalui kegiatan-kegiatan berikut:
1) Kesehatan ibu
Berdasarkan data Puskesmas II Kemranjen tahun 2016,
pelayanan kesehatan bagi ibu hamil sesuai standar untuk kunjungan
lengkap mencapai 87.9% dari target sebesar 100%. Pelayanan
persalinan oleh tenaga kesehatan sesuai standar mencapai 94.1% dari
target sebesar 95.2%, pelayanan nifas lengkap (ibu dan neonatus)
sesuai standar (KN 3) mencapai 93.6% dari target sebesar 99.7%.
Dari data yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa cakupan
persalinan oleh tenaga kesehatan, serta cakupan pelayanan nifas
lengkap belum memenuhi target 2016.
2) Kesehatan bayi
Berdasarkan data Puskesmas II Kemranjen tahun 2016
capaian BBLR yang ditangani adalah 100% dari target 100%. Dari
hasil tersebut dapat disimpulkan cakupan kesehatan bayi telah
memenuhi target 2016.
3) Upaya kesehatan balita dan anak pra-sekolah
Upaya kesehatan yang dilakukan Puskesmas II Kemranjen
dalam rangka meningkatkan kesehatan balita dan anak pra-sekolah,
meliputi pelayanan deteksi dan stimulasi dini tumbuh kembang balita
(kontak pertama), dan pelayanan deteksi dan stimulasi dini tumbang
anak pra sekolah. Berdasarkan data Puskesmas II Kemranjen tahun
2016, capaian pelayanan kesehatan bagi balita (minimal 8 kali)
adalah 100% dari target sebesar 100% sedangkan capaian
penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat adalah 100% dari

16
target sebesar 100%. Dari data yang telah dipaparkan, dapat
disimpulkan bahwa target 2016 untuk pelayanan kesehatan balita
serta penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat telah terpenuhi.
4) Pelayanan KB
Berdasarkan data Puskesmas II Kemranjen tahun 2016,
capaian peserta akseptor KB aktif mencapai 100% dari 4.701 target,
sedangkan capaian akseptor KB aktif MKJP (metode KB jangka
panjang) di puskesmas mencapai 42,2% dari target sebesar 80%.
Dari data yang tersebut, dapat disimpulkan bahwa capaian akseptor
KB aktif di puskesmas sudah baik, tetapi pada akseptor KB aktif
MKJP masih belum mencapai target.
d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
Tujuan umum upaya perbaikan gizi puskesmas adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan setiap keluarga di
wilayah Puskesmas untuk mencapai Keluarga Sadar Gizi agar terwujud
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya melalui program:
1) Pemberian kapsul vitamin A
Berdasarkan data puskemas II Kemranjen tahun 2016, capaian
pemberian kapsul vitamin A mencapai 100% dari target 100%. Hal
ini menunjukkan target telah terpenuhi.
2) Pemberian tablet besi pada ibu hamil
Berdasarkan data puskemas II Kemranjen tahun 2016, capaian
pemberian tablet besi pada ibu hamil mencapai 88,26% dari target
92%. Hal ini menunjukkan target belum terpenuhi.
3) Pemberian PMT pemulihan bayi gizi buruk pada gakin
Berdasarkan data puskemas II Kemranjen tahun 2016,
capaian pemberian PMT pemulihan gizi buruk pada gakin mencapai
100% dari target 100%. Hal ini menunjukkan target telah terpenuhi.
4) Balita dibawah garis merah/KEP
Berdasarkan data puskemas II Kemranjen tahun 2016,
capaian balita dibawah garis merah/KEP mencapai 1.1%.

17
e. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
Program-program yang dilakukan oleh Puskesmas Kemranjen khususnya
dalam bidang pencegahan dan pemberantasan penyakit menular adalah
melalui kegiatan-kegiatan berikut:
1) Pencegahan dan Pemberantasan Tuberkulosis Paru
Berdasarkan data dari programer Tuberkulosis Paru
Puskesmas dapat diketahui bahwa pada tahun 2016, target
pengobatan TB paru 100% dengan capaian 50%. Hal ini
menunjukkan upaya Puskesmas mengobati pasien dengan TB Paru
belum berjalan dengan baik karena tidak memenuhi target.
2) Pelayanan Imunisasi
Berdasarkan data petugas Puskesmas II Kemranjen tahun
2015, capaian desa atau kelurahan Universal Child Imunization
(UCI) sebanyak 100%. Capaian program imunisasi meliputi
imunisasi HB 1 pada bayi < 7 hari 99,28% dengan target 100%.
Capaian imunisasi BCG 98,75% dengan target 100%. Capaian
imunisasi DPT-HB3/DPT-HB-HIB3 pada bayi 99% dengan target
100%. Capaian imunisasi Polio4 pada anak 98,61% dengan target
100%. Capaian imunisasi Campak pada anak 95,83% dengan target
100%. Capaian imuniasasi dasar lengkap 93,04% dengan target
100%.
3) Diare
Berdasarkan data puskemas II Kemranjen tahun 2015,
capaian penemuan kasus dan penanganan diare 100% dengan target
100%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa program diare
telah memenuhi target.

18
C. Top-10 Diseases
D. Tabel 2.4 Data 10 penyakit terbesar di puskesmas II Kemranjen Periode
Februari-April 2017
No Penyakit Februari Maret April Jumlahkas
us
1 Dispepsia 164 174 165 503
2 ISPA 241 264 251 756
3 Cephalgia 169 182 173 524
4 Gastroenteritis (GE) 107 111 109 327
5 Hipertensi 96 101 100 297
6 TB Paru 35 29 29 93
7 Myalgia 51 53 54 158
8 Faringitis 56 60 60 176
9 Typhoid Fever 54 54 56 164
10 GERD 86 86 70 242
Sumber: Data Sekunder Puskesmas II Kemranjen 2017

19
III. ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS

A. Analisis Sistem pada Program Kesehatan


1. Input
a. Man
Tenaga kesehatan merupakan tenaga kunci dalam mencapai
keberhasilan pembangunan bidang kesehatan. Jumlah tenaga medis
dan non medis di Puskesmas II Kemranjen terdiri dari 3 dokter
umum, 1 dokter gigi, 2 tenaga farmasi, 21 tenaga bidan, 11 tenaga
perawat, 2 tenaga gizi, 1 tenaga kesehatan lingkungan, 1 petugas
imunisasi, 3 petugas cleaning service, dan 1 supir.
Petugas penanggungjawab program P2M TB terdiri dari 1
orang yang merupakan sarjana keperawatan yang bertugas
memantau P2M TB di wilayah kerja Puskesmas II Kemranjen dan
dibantu oleh 1 orang sarjana kesehatan masyarakat. Puskesmas II
Kemranjen yang Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Rujukan
Mikrobiologis dalam penanggulangan TB, sudah memenuhi
persyaratan minimal tenaga kesehatan yang harus tersedia, yaitu 1
dokter, 1 perawat, dan 1 petugas laboratorium dan semuanya sudah
mendapatkan pelatihan DOTS.

b. Money
Sumber dana dalam pelaksanaan program P2M TB Paru
berasal dari pemerintah, yaitu sumber Dana Bantuan Operasional
Kesehatan (BOK). Sumber dana ini dapat digunakan untuk
kegiatan promotif dan preventif seperti penyuluhan, pelacakan
kasus TB Paru, pemantauan kasus TB Paru., serta pelacakan kasus
kontak TB. Dana ini juga digunakan untuk uang transport setelah
melakukan kegiatan Pengawasan Minum Obat (PMO), kunjungan
kasus drop out, perbaikan gizi pasien TB berupa pemberian
makanan tambahan.

20
c. Material
Logistik seperti pengadaan obat TB Paru, reagen
pemeriksaan bakteriologis TB Paru, serta sarana seperti spuit
maupun pelarut obat, selalu tersedia di Puskesmas Kemranjen II
dan dananya disediakan dari pemerintah.
d. Method
Metode yang digunakan dalam penemuan kasus TB secara
pasif ,yaitu menunggu masyarakat datang ke penyedia layanan
kesehatan dengan keluhan kesehatan tertentu, dengan disertai
promosi dan penjaringan kasus secara aktif.
Kegiatan P2M TB Paru di Puskesmas II Kemranjen meliputi
kegiatan yang dilakukan di dalam puskesmas maupun di luar
puskesmas. Kegiatan di dalam puskesmas seperti pemeriksaan
bakteriologis TB Paru melalui sputum dan konsultasi TB Paru,
serta pemberian obat. Konsultasi mengenai penyakit TB Paru,
tanda dan gejala, penularan, pencegahan penularan, pengobatan,
efek pengobatan, efek samping pengobatan, serta memotivasi
pasien TB Paru agar senantiasa rutin minum obat dan mencegah
penularan kepada masyarakat sekitar. Selain itu konsultasi TB paru
juga melibatkan kerja sama lintas program, salah satunya adalah
program gizi. Disediakan ruangan khusus untuk konsultasi gizi
bagi para penderita TB mengingat salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap kejadian TB adalah karena gizi yang buruk.
Selain itu, terdapat program kelas TB . Penderita TB diundang
untuk dilakukan penyuluhan secara masal terkait dengan penyakit
TB. Program ini dijadwalkan dilaksanakan setiap akhir tahun.
Kegiatan di luar puskesmas dilakukan oleh pemegang
program bekerja sama dengan bidan. Kegiatan di luar puskesmas
berupa kunjungan rumah ke rumah pasien yang didiagnosis BTA
positif. Kegiatan ini bertujuan untuk pelacakan kasus kontak BTA
positif.

21
e. Minute
Kegiatan program P2M TB Paru baik kegiatan di dalam
puskesmas maupun di luar puskesmas, sudah rutin dilakukan.
Kegiatan di dalam puskesmas terkait pemeriksaan dan pengecekan
BTA dilakukan setiap hari kerja. Namun, pengambilan obat rutin
apabila pasien sudah dinyatakan BTA positif, dilaksanakan setiap
hari Rabu. Sedangkan kegiatan P2M Tb paru di luar Puskesmas,
seperti homevisit untuk pelacakan kasus kontak, belum rutin
dilakukan. Homevisit belum dilakukan pada semua pasien TB BTA
positif.
f. Market
Sasaran kegiatan program P2M TB paru meliputi seluruh desa di
wilayah kerja Puskesmas II Kemranjen.

2. Proses
a. Plan
Arah sesuai dengan visi Puskesmas II Kemranjen, yaitu Pelayanan
Kesehatan Dasar Paripurna Menuju Masyarakat Sehat Mandiri.
Puskesmas II Kemranjen sudah memiliki SOP untuk pelaksanaan
program P2M TB.
b. Organizing
1) Meningkatkan komunikasi dan kerja sama lintas program dan
lintas sektoral
2) Mempertimbangkan jumlah tenaga, beban kerja, serta sarana
yang ada
3) Meningkatkan kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia
4) Mobilisasi sumber daya
c. Action
Tim Puskesmas II Kemranjen khususnya bagian P2M bekerjasama
dengan bidan desa dan kader guna menindaklanjuti penyakit
menular terutama tuberkulosis.
d. Control
1) Dinas Kesehatan wilayah Banyumas

22
2) Puskesmas II Kemranjen khususnya bagian P2M TB
3) Pemantauan wilayah setempat oleh bidan desa dan kader,
perangkat desa dan masyarakat
3. Output
Penemuan pasien TB BTA positif di Puskesmas II Kemranjen dari
bulan Januari sampai Desember 2016 sebanyak 10 orang dengan IR di
provinsi Jawa Tengah sebesar 115,17 sehingga didapatkan CDR
sebesar 21,28% dari target 100%. Hal ini menunjukkan bahwa belum
maksimalnya pelaksanaan program.
B. Analisis Strenght, Weakness, Opportunity, Threat (SWOT)
Analisis penyebab masalah dilakukan berdasarkan pendekatan sistem
(input-process-output), kemudian dilihat apakah output mencapai target
indikator atau tidak. Apabila program kegiatan tidak mencapai target
indikator, penyebab masalah tersebut dapat kita analisis dari input dan
proses kegiatan.

Input

1. Strenght
Aspek kekuatan dari program Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)
Tuberkulosis (TB) Paru terdapat pada aspek input dan aspek proses
(perencanaan).
a. Man

Puskesmas II Kemranjen memiliki 3 orang dokter umum yang


dapat melakukan deteksi dini atau mendiagnosa pasien dengan
gejala atau tanda TB Paru di Balai Pengobatan (ruang periksa
umum) Puskesmas. Selain itu, dibantu 1 orang yang merupakan
sarjana keperawatan yang bertugas memantau P2M TB di wilayah
kerja Puskesmas II Kemranjen dan dibantu oleh 1 orang sarjana
kesehatan masyarakat sebagai pemegang program P2M TB Paru.

b. Money
Sumber dana dalam pelaksanaan program P2M TB Paru berasal
dari pemerintah, yaitu sumber Dana Bantuan Operasional

23
Kesehatan (BOK) Sumber dana ini dapat digunakan untuk
kegiatan promotif dan preventif seperti penyuluhan, pelacakan
kasus TB Paru, pemantauan kasus TB Paru., serta pelacakan
kasus kontak TB. Dana ini juga digunakan untuk uang transport
setelah melakukan kegiatan Pengawasan Minum Obat (PMO),
homevisit untuk penjaringan kasus kontak, kunjungan kasus drop
out, perbaikan gizi pasien TB berupa pemberian makanan
tambahan.

c. Material
Logistik seperti pengadaan obat TB Paru, reagen
pemeriksaan bakteriologis TB Paru, serta sarana seperti spuit
maupun pelarut obat, selalu tersedia di Puskesmas Kemranjen II
dan dananya disediakan dari pemerintah.
d. Method
Proses penemuan pasien paru BTA positif dilakukan secara
pasif, yaitu menunggu pasien datang ke pelayanan kesehatan
untuk berobat. Kegiatan P2M TB Paru di Puskesmas II
Kemranjen meliputi kegiatan yang dilakukan di dalam puskesmas
maupun di luar puskesmas. Kegiatan di dalam puskesmas seperti
pemeriksaan bakteriologis TB Paru melalui sputum dan
konsultasi TB Paru, serta pemberian obat. Pasien dengan keluhan
klasik TB akan dilakukan pemeriksaan sputum 3 kali (sewaktu,
pagi, sewaktu) oleh analis laboratorium, kemudian pasien yang
terdiagnosis TB paru BTA positif diberikan edukasi dan
konseling terkait dengan tanda gejala, pencegahan, pengobatan
pasien TB paru dan diminta agar memeriksakan keluarga ke
Puskesmas karena ada kemungkinan tertular. Setelah itu
dilakukan kunjungan rumah ke rumah pasien yang terdiagnosis
BTA positif untuk pelacakan kasus kontak BTA positif yaitu
dengan cara petugas kesehatan datang dengan membawa pot dan
mengambil sampel sputum keluarga yang kontak dengan pasien.

24
Puskesmas II Kemranjen mengadakan hari TB, yaitu pasien
dengan TB paru dianjurkan untuk kontrol pada hari Rabu karena
kunjungan rawat jalan pada hari rabu tidak ramai sehingga
menghindari terjadinya penularan pada pasien lain dan
mengumpulkan psien TB paru agar tidak merasa terasing dan
sendiri.
e. Minute
Kegiatan program P2M TB Paru baik kegiatan di dalam
puskesmas maupun di luar puskesmas, sudah rutin dilakukan.
Kegiatan di dalam puskesmas terkait pemeriksaan dan
pengecekan BTA dilakukan setiap hari kerja. Namun,
pengambilan obat rutin apabila pasien sudah dinyatakan BTA
positif, dilaksanakan setiap hari Rabu. Sedangkan kegiatan P2M
Tb paru di luar Puskesmas, seperti homevisit untuk pelacakan
kasus kontak, belum rutin dilakukan.
f. Market
Sasaran kegiatan program P2M TB paru meliputi seluruh
desa di wilayah kerja Puskesmas II Kemranjen.
2. Weakness

Aspek kelemahan dari program Pemberantasan Penyakit Menular


(P2M) Tuberkulosis (TB) Paru terdapat pada aspek input, proses
(pengorganisasian, penggerakan dan pelaksanaan program, serta
pengawasan dan pengendalian kegiatan).
Input
a. Man
Kader khusus yang menangani TB di wilayah kerja
Puskesmas II Kemranjen belum terbentuk. Hal ini disebabkan
kurangnya sumber daya manusia yang tanggap di setiap desa
sebagai kader kesehatan untuk menangani program P2M masalah
TB paru maupun hanya sebagai PMO. Sumber daya manusia
yang aktif menjadi kader kesehatan, sudah aktif menjadi kader di
bidang lain seperti kader lansia dan balita, sehingga beban kerja

25
akan meningkat dan keefektifan program akan kurang jika kader-
kader tersebut dijadikan kader TB.
b. Method
Kegiatan P2M di Puskesmas II Kemranjen seharusnya
melibatkan penanggung jawab lintas program, seperti gizi,
promkes, kesling, dan surveilans, namun kegiatan ini belum
berjalan dengan baik. Pada saat berkunjung ke Puskesmas pasien
TB paru seharusnya mendapat edukasi oleh petugas gizi,
mengingat salah satu faktor risiko penyakit TB paru adalah
karena gizi yang buruk. Namun, program ini tidak berjalan karena
kurangnya sumber daya. Petugas gizi merangkap sebagai petugas
administrasi, sehingga pada saat ada pasien TB paru yang datang,
tidak dapat diberikan edukasi karena petugas tidak ada di lokasi
konseling gizi.
Program kelas TB yang merupakan salah satu upaya
promosi kesehatan, sudah dijadwalkan untuk dilakukan setiap akhir
tahun di Puskesmas II Kemranjen. Program ini dilakukan dengan
mengundang semua pasien yang terdiagnosis TB paru beserta
keluarganya yang ada di wilayah kerja Puskesmas II Kemranjen ,
untuk dilakukan edukasi massal terkait dengan penyakit TB paru.
Namun, penanggung jawab program ini hanya 1 orang dengan
dibantu oleh 1 orang lagi dan merangkap sebagai penanggung
jawab program lain yang berjalan dalam waktu yang hampir
bersamaan, sehingga program tidak dapat terlaksana.
Dalam penjaringan kasus TB paru, seharusnya dilakukan
penjaringan secara rutin kepada masyarakat terutama kelompok
khusus yang rentan ( pasien DM, HIV, malnutrisi), kelompok pada
tempat tinggal risiko tinggi (lapas, pengungsi, daerah kumuh,
tempat kerja, asrama, panti jompo), orang yang kontak aktif
dengan penderita TB. Penjaringan kasus yang dilakukan di
Puskesmas II Kemranjen hanya pada kelompok kontak, yaitu
keluarga pasien TB paru BTA positif. Setelah didiagnosis TB paru

26
BTA positif, petugas P2M TB melakukan homevisit sambil
membawa pot untuk mengambil sampel dahak keluarga pasien.
Namun, kegiatan homevisit ini juga belum dilaksanakan pada
semua pasien TB paru BTA positif
c. Minute
Kegiatan promosi aktif belum terlaksana dengan baik di
Puskesmas II Kemranjen. Penyuluhan mengenai penyakit
Tuberkulosis kepada masyarakat, terutama kelompok rentan tidak
sering dilakukan. Program kelas TB yang sudah direncanakan
untuk diadakan juga belum bisa terlaksana karena terkendala
tenaga dan waktu. Kurangnya promosi aktif ini menyebabkan
banyak masyarakat tidak mengetahui mengenai penyakit TB paru
dan penularannya.
Opportunity

Dukungan dari pemerintah untuk mengatasi permasalahan pada


program P2M TB paru agar berjalan dengan baik sudah ada, yaitu
adanya pemantauan rutin dari Dinas Kesehatan terkait penyakit
menular. Selain itu, dukungan pemerintah ditunjukkan dengan
kecukupan dana untuk penyediaan sarana dan prasarana laboratorium
dan pengobatan, melakukan penyuluhan TB paru, serta melakukan
pelacakan dan pemantauan kasus TB paru di setiap desa. Kerja sama
lintas sektoral dengan Rumah Sakit Umum Daerah terdekat dalam
rangka menegakkan diagnosis dan pengobatan pasien TB.
Dukungan dari pemerintah untuk kasus TB MDR juga tergolong
baik. Hal ini ditunjukkan dengan mudahnya sistem rujukan ke RS
Moewardi dengan biaya yang ditanggung pemerintah dan pengawasan
oleh puskesmas satelit di Kemranjen.
3. Threat
Ancaman kasus TB Paru terjadi di Kecamatan Kemranjen masih
tinggi. Kesadaran untuk patuh obat yang rendah meningkatkan resiko
terjadinya MDR.

27
Keadaan sosial ekonomi, kebiasaan hidup bersih dan sehat
masyarakat yang masih rendah dapat meningkatkan risiko penularan
tuberkulosis. Sikap dan kesadaran masyarakat juga masih kurang
terkait dengan penyakit TB yang bersifat menular, sehingga ketika
satu anggota keluarga terkena TB, tidak berinisiatif memeriksakan
anggota keluarga yang lain. Pasien juga tidak melaksanakaan perintah
dari peugas kesehatan untuk selalu memakai masker. Hal ini
meningkatkan risiko penularan TB baik ke keluarga maupun tetangga
disekitar rumah pasien.
Tingkat pendidikan dan pemahaman masyarakat tentang
penyakit tuberkulosis masih kurang. Pasien berpikir penyakitnya
sudah sembuh apabila sudah tidak batuk, sehingga seringkali pasien
tidak meneruskan pengobatan sampai tuntas. Selain itu masih kerap
dijumpai stigma masyarakat yang menyatakan bahwa berobat itu
mahal.
Kerjasama dengan pihak swasta terutama klinik swasta atau
dokter praktik mandiri belum terjalin dengan baik. Pasien suspek TB
paru yang berobat di klinik swasta dan DPM tidak dilaporkan ke
Puskesmas, sehingga belum semua pasien suspek TB paru terdeteksi.

28
IV. PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DAN ALTERNATIF PEMECAHAN
MASALAH

A. Pembahasan Isu Strategis


Berdasarkan hasil analisis SWOT, dapat disimpulkan permasalahan
yang terjadi dalam program P2M TB berasal dari aspek input, dan proses.
Kekuatan yang dimiliki Puskesmas dalam upaya meningkatkan P2M TB
adalah tersedianya sarana transportasi yang memadai, adanya dana yang
berasal dari Dana Bantuan Operasional Kesehatan. Selain itu di puskesmas II
Kemranjen sudah terdapat beberapa program penanganan kasus TB paru
yang sudah berjalan dengan baik. Akan tetapi, kondisi ini kurang mendukung
karena hal-hal berikut :
1. Tenaga kesehatan yang bertanggung jawab terhadap penyelesaian masalah
P2M TB di Puskesmas II Kemranjen juga bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan program lain. Penanggung jawab ini bertugas mengurusi
pendataan, pencatatan, dan pelaporan pasien TB dalam melaksanakan
pengobatan dan melakukan pemeriksaan laboratorium, serta kegiatan
promosi aktif dan penjaringan kasus.
2. Sistem case finding secara aktif belum berjalan dengan baik walaupun
yang pasif sudah berjalan, namun dirasa masih kurang efektif karena tidak
memenuhi target penemuan pasien TB di Puskesmas II Kemranjen.
3. Belum adanya kader-kader TB selain petugas kesehatan yang ada di desa,
sehingga pelaksanaan penjaringan kasus TB di desa belum terlaksana
secara maksimal.
4. Pengetahuan warga yang masih kurang tentang penyakit TB yaitu
mengenai tanda gejala, faktor risiko, cara penularan, serta pengobatan
yang harus dijalani. Hal ini disebabkan karena penyuluhan mengenai TB
kepada masyarakat tidak sering dilakukan. Banyaknya pasien yang terkena
TB di suatu lingkungan keluarga, sangat memungkinkan anggota keluarga
yang lain tertular TB dari droplet atau jasad mikroorganisme dalam dahak.
Dari keterangan petugas kesehatan serta bidan, kesadaran untuk
memeriksakan anggota keluarga lain masih rendah di wilayah kerja

29
Puskesmas II Kemranjen. Seharusnya, dalam peningkatan P2M ini, selain
petugas kesehatan yang proaktif, juga dibutuhkan peran serta masyarakat.
Masyarakat seharusnya bisa lebih mengetahui terkait penyakit TB dan
memperbaiki perilaku bersih dan sehat, sehingga bisa lebih waspada dan
mengurangi risiko penularan TB paru.
B. Analisis Pemecahan Masalah
Berdasarkan hasil analisis SWOT dan pembahasan isu strategis,
didapatkan upaya pemecahan masalah yang dapat dilakukan, yaitu :

1. Meningkatkan pengetahuan pemegang program dengan baik, seperti


mengikuti pelatihan DOTS dan melakukan supervisi terhadap petugas,
serta rutin melakukan evaluasi program untuk memaksimalkan kerja di
setiap aspek pengelolaan TB.
2. Membentuk kader TB di setiap desa sehingga perhatian kader tidak
terpecah untuk mengawasi program lainnya. Kader ini befungsi sebagai
kepanjangan tangan pihak Puskesmas dalam penjaringan kasus TB,
edukasi terhadap masyarakat terkait penyakit TB, serta melakukan
kegiatan homevisit dalam pelacakan kasus TB dan pengawasan
pengobatan. Hal ini bertujuan agar pencarian kasus secara dini dapat
dilakukan secara efektif sehingga target pemberantasan penyakit menular
TB bisa tercapai. Selain itu juga untuk menurunkan kemungkinan kasus
putus obat dan MDR yang saat ini banyak terjadi di masyarakat. Setelah
terbentuk kader TB, perlu diberikan pelatihan kader secara rutin untuk
meningkatkan keterampilan dan pengetahuan kader TB. Kader TB bisa
diambil dari pemuda karangtaruna atau bekas pasien TB paru. Selain itu
perlu diberikan penghargaan terhadap kader yang paling aktif dalam
pelaksanaan program P2M TB paru ini.
3. Penjaringan kasus secara aktif untuk keluarga dan orang yang kontak
secara langsung dengan pasien, dan pada kelompok rentan serta
lingkungan yang memilik risiko penularan tinggi. Contohnya adalah
dilakukan terhadap pasien HIV, anak yang kurang gizi, penghuni
rutan/lapas, pondok pesantren, daerah kumuh, daerah padat penduduk,
pasien diabetes, serta perokok.

30
4. Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektoral terutama
dalam hal pencegahan dan pengendalian TB paru serta pelaporan kasus
TB di wilayah kerja Puskesmas II Kemranjen.
5. Memberikan penyuluhan terhadap masyarakat umum terkait penyakit
TB, PHBS, dan rumah sehat secara rutin sehingga tumbuh kesadaran
masyarakat terhadap bahaya TB apabila tidak diobati. Selain itu, edukasi
terhadap penderita untuk memeriksakan anggota keluarga lain untuk
memastikan kemungkinan tertular perlu ditingkatkan. Kegiatan kelas TB
yang sudah direncanakan untuk dilaksanakan, perlu dilakukan secara rutin
dan diberikan penambahan frekuensi dua kali dalam satu tahun, dan
pelaksanaannya dipilih pada bulan yang tidak terdapat banyak kegiatan.
6. Membina dan mengontrol kebersihan dan kesehatan rumah penderita TB
dan lingkungan sekitarnya.

31
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Program kesehatan yang masih memiliki masalah dalam
pelaksanaan dan pencapaiannya di Puskesmas II Kemranjen
adalah program penemuan kasus baru TB BTA positif, dengan
nilai penemuan TB BTA + tahun 2016 sebesar 21,28% dari target
100%.
2. Kekuatan yang dimiliki program pengelolaan TB Puskesmas II
Kemranjen antara lain tersedianya sumber dana yang mencukupi,
sarana dan prasarana yang memadai.
3. Kelemahan yang dimiliki program pengelolaan TB Puskesmas II
Kemranjen antara lain petugas pengelolaan TB yang masih
kurang fokus ke TB, penjaringan pasien TB yang masih bersifat
pasif, tidak adanya kader TB, serta beberapa program yang
belum berjalan dengan baik seperti kelas TB, edukasi gizi, dan
kegiatan pengendalian dan pengawasan berupa homevisit.
4. Kesempatan yang dimiliki program pengelolaan TB antara lain
sumber dana yang memadai, dukungan penuh dari RS mitra
terdekat, dukungan dari pemerintah terutama untuk kasus-kasus
TB MDR.
5. Ancaman yang ditemui program pengelolaan TB antara lain
ketidakpatuhan penderita dalam pengobatan TB, partisipasi dan
pemahaman masyarakat yang kurang, kondisi sosial ekonomi,
kebiasaan hidup bersih dan sehat, serta pengetahuan yang masih
rendah, dan stigma warga mengenai pengobatan TB Paru.
B. Saran
1. Puskesmas dapat mengoptimalkan tenaga kesehatan yang sudah
tersedia, mempersiapkan pemegang program dengan baik, serta
evaluasi rutin terhadap pelaksanaan program P2M TB.
2. Puskesmas dapat mempertimbangkan untuk membentuk kader
kesehatan TB yang hanya berfokus terhadap upaya pengendalian

32
TB dan diberikannya pelatihan kader yang berkesinambungan
sehingga dapat membantu pelaksanaan program P2M TB paru di
Puskesmas II Kemranjen.
3. Penjaringan kasus secara aktif untuk keluarga dan orang yang
kontak secara langsung dengan pasien, dan pada kelompok rentan
serta lingkungan yang memiliki risiko penularan tinggi.
4. Puskesmas lebih meningkatkan frekuensi penyuluhan sebagai
upaya menambah pengetahuan dan pemahaman masyarakat
tentang TB, serta meningkatkan peran masyarakat dalam
pemberantasan penyakit TB. Selain itu juga perlu
dipertimbangkan untuk menambah frekuensi pelaksanaan kelas
TB.
5. Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektoral.
6. Membina dan mengontrol kebersihan dan kesehatan rumah
penderita TB dan lingkungan sekitarnya.
7. Memberikan pemahaman terhadap penderita bahwa TB Paru
merupakan penyakit menular sehingga sangat disarankan untuk
memakai masker terutama saat berada di luar rumah.
8. Menentukan jadwal setiap perencanaan kegiatan pengendalian TB
Paru dengan lebih baik lagi sehingga semuanya dapat terlaksana
tepat pada waktunya.

33
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa tengah. 2014. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah 2014. Semarang. Diakses di http://www.dinkesjateng.go.id. Diakses
pada 22 Desember 2016.

Dinas Kesehatan Banyumas. 2014. Profil Kesehatan Kabupaten Banyumas 2014.


Banyumas.

Kemenkes 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta :


Kemernterian Kesehatan RI.

Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Dapat diakses di


http://www.depkes.go.id. Diakses pada 28 Desember 2016.
PDPI, 2011. Pedoman Penatalaksanaan TB (Konsensus TB). Available at :
http://klikpdpi.com/konsensus/Xsip/tb.pdf,

Puskesmas II Kemranjen. 2016. Profil Kesehatan Puskesmas II Kemranjen Tahun


2016. Banyumas : Puskesmas II Kemranjen.

WHO. 2015. Global Tuberculosis Report. Diakses pada http://apps.who.int.

34

Anda mungkin juga menyukai