Anda di halaman 1dari 18

8

Bab 2

Landasan Teori
2.1 Teori Umum

2.1.1 Komunikasi Organisasi

Menurut Pace dan Faules yang diterjemahkan oleh (Mulyana,

2010:33). Komunikasi organisasi adalah proses penciptaan makna atas

interaksi yang menciptakan, memelihara dan mengubah organisasi.

Evert M.Rogers dan Rekha Argawala Rogers dalam bukunya

Communication in Organization menyebutkan definisi tentang komunikasi

organisasi yaitu merupakan suatu sistem yang mapan dari mereka yang

bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama melalui suatu jenjang

kepangkatan dan pembagian tugas (Effendy, 2011:114).

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan pengertian

komunikasi organisasi adalah suatu komunikasi yang bertujuan untuk

mencapai suatu tujuan organisasi.

Menurut Pace dan Faules yang diterjemahkan oleh (Mulyana, 2010:184).

Dalam komunikasi organisasi ada beberapa arah aliran informasi :

1. Komunikasi ke bawah

Komunikasi ke bawah dalam sebuah organisasi berarti bahwa

informasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang

berotoritas lebih rendah.

2. Komunikasi ke atas
9

Komunikasi ke atas dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi

mengalir dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih

tinggi (penyelia).

3. Komunikasi horisontal

Komunikasi horisontal terdiri dari penyampaian informasi diantara

rekan-rekan sejawat dalam unit kerja yang sama.

4. Komunikasi lintas-saluran

Komunikasi lintas saluran yaitu adanya keinginan pegawai untuk

berbagi informasi melewati batas-batas fungsional dengan individu yang

tidak menduduki posisi atasan maupun bawahan mereka.

2.1.2 Komunikasi Internal dalam Organisasi

Organisasi sebagai kerangka menunjukkan adanya pembagian tugas

antara orang-orang di dalam organisasi itu dan dapat diklasifikasikan sebagai

tenaga pimpinan dan tenaga yang dipimpin. Untuk menyelenggarakan dan

mengawasi pelaksanaan tujuan yang akan dicapai, manajer atau administrator

mengadakan peraturan sedemikian rupa sehingga ia tidak perlu

berkomunikasi langsung dengan seluruh karyawan. Ia membuat kelompok-

kelompok menurut jenis pekerjaannya dan mengangkat seorang sebagai

penanggung jawab atas kelompoknya. Dengan demikian pimpinan cukup

berkomunikasi dengan para penanggung jawab kelompok. Dan jumlah

kelompok serta besarnya kelompok bergantung pada besar kecilnya

organisasi.( Effendy, 2011:122) :


10

2.1.3 Public Relations

Public Relations adalah keseluruhan upaya dilakukan secara terencana

dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik

dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya.

(Jefkins, 2004:9).

The British Institute of Public Relations dalam buku (Ruslan,

2012:16), mengatakan aktivitas public relations adalah mengelola

komunikasi antara organisasi dan publiknya, selain itu praktik public

relations adalah memikirkan, merencanakan dan mencurahkan daya untuk

membangun dan menjaga saling pengertian antara organisasi dan publiknya.

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan pengertian dari

Public Relation adalah suatu bentuk komunikasi baik kedalam maupun keluar

yang bertujuan untuk menciptakan suatu hubungan yang baik.

Menurut Edward L.Bernay dalam (Ruslan, 2012:18), terdapat 3 fungsi

utama public relations, yaitu:

1. Memberikan penerangan kepada masyarakat

2. Melakukan persuasi untuk mengubah sikap dan perbuatan masyarakat

secara langsung

3. Berupaya untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan suatu

badan/lembaga sesuai dengan sikap dan perbuatan masyarakat atau

sebaliknya.
11

Menurut pakar Humas Internasional, Cutlip & Centre, dan Canfield dalam buku

(Ruslan. 2012:19) fungsi public relations adalah:

1. Menunjang aktivitas utama manajemen dalam mencapai tujuan bersama.

2. Membina hubungan yang harmonis antara badan/organisasi dengan publiknya

yang merupakan khalayak sasaran.

3. Mengidentifikasi segala sesuatu yang berkaitan dengan opini, persepsi dan

tanggapan masyarakat terhadap badan atau organisasi yang diwakilinnya.

4. Melayani keinginan publiknya dan memberikan sumbang saran kepada

pimpinan manajemen demi tujuan dan manfaat bersama.

5. Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, dan mengatur arus informasi,

publikasi serta pesan dari badan atau organisasi ke publiknya atau sebaliknya,

demi tercapainya citra positif bagi kedua belah pihak.

Menurut (Ruslan, 2012:22) Ruang lingkup tugas Public Relations dalam sebuah

organisasi lembaga antara lain meliputi aktivitas:

1. Membina hubungan ke dalam (publik internal)

Publik internal adalah publik yang menjadi bagian dari unit

atau badan atau perusahaan atau organisasi itu sendiri. Seorang PR

harus mampu mengidentifikasi atau mengenali hal-hal yang

menimbulkan gambaran negatif di dalam masyarakat, sebelum

kebijakan itu dijalankan oleh organisasi

2. Membina hubungan keluar (publik eksternal)


12

Publik eksternal adalah publik umum (masyarakat).

Mengusahakan tumbuhnya sikap dan gambaran publik yang positif

terhadap lembaga yang diwakilinya.

Menurut H. Fayol dalam (Ruslan, 2012:23) beberapa kegiatan dan sasaran PR

adalah:

1. Membangun Indentitas dan Citra Perusahaan

a. Menciptakan identitas dan citra perusahaan yang positif

b. Mendukung kegiatan komunikasi timbal balik dua arah dengan

berbagai pihak

2. Menghadapi Krisis

a. Menangani keluhan dan menghadapi krisis yang terjadi dengan

membentuk manajemen krisis dan PR Recovery of image yang

bertugas memperbaiki lost of image and damage.

b. Mempromosikan Aspek Kemasyarakatan

c. Mempromosikan yang menyangkut kepentingan publik

d. Mendukung kegiatan kampanye sosial

2.2 Teori Khusus

2.2.1 Kepemimpinan
13

Menurut Wayne dan Don yang diterjemahkan oleh (Mulyana, 2010:

276). Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan

tujuan organisasi, memotivasi para perilaku untuk mencapai tujuan.

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kelompok menuju

tercapainya sasaran.(Robbins, 2010:177).

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa

kepemimpinan adalah proses untuk mempengaruhi seseorang dalam

mencapai suatu tujuan.

Kepemimpinan selalu menjadi isu yang sangat diperhatikan dari awal

orang-orang berkumpul dalam kelompok untuk mencapai sasaran. Akan

tetapi, tidak sampai permulaan abad keduapuluh para peneliti mulai

mempelajari kepemimpinan. Teori-teori kepemimpinan awal itu berfokus

pada pemimpin (teori ciri) dan cara pemimpin itu berinteraksi dengan

anggota kelompoknya (teori perilaku).

Teori Ciri

Riset kepemimpinan di tahun 1920-an dan 1930-an berfokus pada ciri

pemimpin karakteristik yang mungkin digunakan untuk membedakan

pemimpin dari non pemimpin. Maksudnya adalah mengisolasi satu ciri atau

lebih yang dimiliki pemimpin, tetapi tidak dimiliki non pemimpin. Beberapa

ciri yang dipelajari itu meliputi postur fisik, penampilan, kelas sosial,

stabilitas emosi, kecekatan berpidato, dan kemampuan bersosialisasi. Adapun

enam ciri yang terkait dengan kepemipinan yang efektif meliputi :

1. Dorongan
14

Pemimpin menunjukan tingkat usaha yang tinggi. Mereka

relatif mempunyai kehendak yang tinggi akan pencapaian prestasi,

mereka ambisius, mereka mempunyai banyak energi, mereka tak

kenal lelah dalam kegiatannya, dan mereka menunjukan inisiatif.

2. Kehendak untuk memimpin

Pemimpin mempunyai kehendak yang kuat untuk

mempengaruhi dan memimpin orang lain. Mereka menunjukan

kemauan mengemban tanggung jawab.

3. Kejujuran dan integritas

Pemimpin membangun hubungan saling mempercayai antara

mereka dan pengikutnya dengan menjadi jujur dan tidak menipu, serta

dengan menunjukan konsistensi yang tinggi antara perkataan dan

perbuatan.

4. Kepercayaan diri

Para pengikut melihat pemimpinnya tidak ragu akan dirinya.

Oleh karena itu, pemimpin perlu menunjukan kepercayaan diri untuk

menyakinkan pengikutnya tentang kebenaran sasaran dan

keputusannya.

5. Kecerdasan

Pemimpin haruslah cukup cerdas untuk mengumpulkan,

menganalisis dan menafsirkan banyak informasi, dan mereka perlu


15

mampu untuk menciptakan visi, memecahkan masalah, dan membuat

keputusan yang tepat.

6. Pengetahuan yang terkait dengan pekerjaan

Pemimpin yang efektif mempunyai tingkat pengetahuan yang

tinggi tentang perusahaan, industri, dan hal-hal teknis. Pengetahuan

yang mendalam membuat pemimpin dapat membuat keputusan yang

terinformasi dengan baik dan memahami akibat dari keputusan itu.

Teori Perilaku

Teori perilaku adalah teori-teori kepemimpinan yang

mengenai perilaku dengan membedakan antara pemimpin yang efektif

dan yang tidak efektif.

Studi Universitas Lowa (yang dilakukan oleh Kurt Lewin)

mempelajari tiga gaya kepemimpinan (Robbins, 2010:179) :

1. Gaya Otokratis, pemimpin yang cenderung memusatkan wewenang,

mendiktekan metode kerja, membuat keputusan unilateral, dan

membatasi partisipasi karyawan. Mendiktekan metode kerja,

memusatkan pengambilan keputusan dan membatasi partisipasi.

2. Gaya Demokratis, pemimpin yang cenderung melibatkan karyawan

dalam mengambil keputusan, mendelegasikan wewenang, mendorong

partisipasi dalam memutuskan metode dan sasaran kerja.


16

3. Gaya Laissez Faire, pemimpin yang umumnya memberi kelompok

kebebasan penuh untuk membuat keputusan dan menyelesaikan

pekerjaan dengan cara apa saja yang dianggap sesuai.

Studi Ohio State (Robbins, 2010:181) mengenali dua dimensi

penting perilaku pemimpin :

1. Dimensi pertama disebut pengusulan struktur yaitu mengacu pada

seperti apa pemimpin mendefinisikan dan menyusun peranannya dan

peran anggota kelompok untuk mencapai sasaran. Dimensi itu

meliputi perilaku yang mencakup usaha mengorganisasi pekerjaan,

hubungan kerja, dan sasaran.

2. Dimensi kedua disebut pertimbangan, yang didefinisikan sebagai

seberapa jauh hubungan kerja pemimpin bercirikan saling percaya dan

hormat terhadap ide dan perasaan para anggota kelompok. Pemimpin

yang pertimbangannya tinggi akan membantu anggota kelompok

menangani masalah pribadi, ramah, mudah dihubungi, dan

memperlakukan semua anggota kelompok sama. Ia menunjukan

perhatian kenyamanan, kesejahteraan, status, dan kepuasaan para

pengikutnya.

Studi Universitas Michigan, Studi kepemimpinan yang diadakan di Pusat

Riset Survei Universitas Michigan pada waktu yang sama dengan yang

dilakukan di Ohio State mempunyai tujuan riset yang sama yaitu mengenali

karakteristik perilaku pemimpin yang terkait dengan keefektifan kinerja.

Kelompok Michigan juga menghasilkan dua dimensi perilaku kepemimpinan,

yaitu berorientasi karyawan dan berorientasi produksi.


17

1. Pemimpin yang berorientasi karyawan digambarkan menekankan

hubungan antar pribadi, mereka memberikan perhatian pribadi ke

kebutuhan para pengikutnya dan menerima perbedaan individu

antar anggota kelompok.

2. Pemimpin yang berorientasi produksi sebaliknya cenderung

menekankan aspek teknis atau tugas dari pekerjaan, sangat

memerhatikan penyelesaian tugas kelompoknya, dan menganggap

anggota kelompok sebagai sarana untuk mencapai hasil.

Teori Kepemimpinan Kontingensi

Ada 4 teori kepemimpinan kontingensi yaitu (Robbins, 2010:183) :

1. Model Fiedler teori kepemimpinan yang mengemukakan bahwa kinerja

kelompok yang efektif tergantung pada perpaduan yang memadai antara gaya

interaksi pemimpin dengan bawahannya dan situasi yang memungkinkan

pemimpin itu mengendalikan dan mempengaruhi.

Riset Fiedler menyingkapkan tiga dimensi kontingensi yang mendefinisikan

faktor-faktor situasi utama untuk menentukan efektifitas pemimpin, yakni :

a. Hubungan pemimpin anggota, tingkat kepercayaan, keyakinan, dan

rasa hormat bawahan terhadap pemimpin mereka, diperingkat sebagai

baik atau buruk.

b. Struktur tugas, tingkat formalisasi dan pemroseduran tugas-tugas

kerja, diperingkat sebagai tinggi atau rendah.


18

c. Sekuasaan posisi, tingkat pengaruh pemimpin terhadap kegiatan-

kegiatan yang didasarkan pada kekuasaan, seperti memperkejakan,

memecat, menertibkan, menaikkan pangkat, dan menaikkan gaji,

diperingkat sebagai kuat atau lemah.

2. Teori Kepemimpinan Situasional Hershey dan Blanchard, yaitu teori yang

berfokus pada kesiapan para pengikutnya, yaitu kesiapan dimana orang

mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan tugas tertentu.

3. Model Partisipasi Pemimpin atau Leader Participation, model kepemimpinan

yang menghubungkan perilaku pemimpin dan partisiasi dalam pembuatan

keputusan.

4. Model Alur Sasaran atau Path Goal Theory model yang menyatakan bahwa

tugas pemimpin adalah membantu pengikut-pengikutnya mencapai sasaran

mereka serta memberikan arahan dan dukungan yang perlu guna menjamin

agar sasaran itu cocok dengan tujuan keseluruhan kelompok atau organisasi

tersebut.

Adapun 3 gaya kepemimpinan dalam (Robbins, 2010:193)

1. Kepemimpinan Transformasional-Transaksional,

Pemimpin transaksional, yaitu pemimpin yang membimbing atau

memotivasi pengikutnya menuju sasaran yang ditetapkan dengan

memperjelas peran dan persyaratan tugas.


19

Pemimpin transformasional, yaitu pemimpin yang memberikan

pertimbangan yang sifatnya individu dan stimulasi intelektual, serta memiliki

karisma.

2. Kepemimpinan Kharismatik-Visioner

Pemimpin Kharismatis adalah pemimpin yang antusias, dan percaya

diri yang kepribadian dan tindakannya memengaruhi orang untuk berperilaku

dengan cara tertentu.

Kepemimpinan Visioner adalah kepemimpinan untuk menciptakan

dan menegaskan suatu visi yang realistis, dapat dipercaya, dan menarik

mengenai masa depan bagi sebuah organisasi yang tumbuh dari keadaan

sekarang dan memperbaiki keadaan sekarang.

3. Kepemimpinan Tim

Pemimpin tim adalah pembina, mereka memperjelas harapan dan

peran, mengajar, menawarkan dukungan, memberi semangat, dan melakukan

apa saja yang perlu untuk membantu para anggota tim mempertahankan

tingat kinerja mereka yang tinggi.

2.2.2 Citra

Menurut David A.Arker, John G. Mayer dalam citra adalah

seperangkat anggapan, impresi atau gambaran seseorang atau sekelompok

orang mengenai suatu objek bersangkutan.

Menurut (Jefkins, 2004: 20-22). Ada beberapa jenis citra :

1.Citra Bayangan (mirror image)


20

Citra bayangan adalah citra yang dianut oleh orang dalam mengenai

pandangan luar terhadap organisasinya. Citra ini seringkali tidaklah tepat,

bahkan hanya sekedar ilusi, sebagai akibat dari tidak memadainya informasi,

pengetahuan atau pun pemahaman yang dimiliki oleh kalangan dalam

organisasi itu mengenai pendapat atau pandangan dari pihak luar.

2.Citra yang berlaku

Citra yang berlaku adalah suatu citra atau pandangan yang dianut oleh

pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi, citra yang berlaku semata-mata

terbentuk dari pengalaman atau pengetahuan orang-orang luar yang biasanya

serba terbatas.

3.Citra yang diharapkan

Citra yang diharapkan adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak

manajemen. Citra ini juga tidak sama dengan citra yang sebenarnya. Biasanya

citra yang diharapkan itu lebih baik atau lebih menyenangkan daripada citra

yang ada, walaupun dalam keadaan tertentu, citra yang terlalu baik juga bisa

merepotkan. Namun secara umum, yang disebut sebagai citra harapan itu

memang sesuatu yang berkonotasi lebih baik. Citra yang diharapkan itu

biasanya dirumuskan dan diterapkan untuk sesuatu yang relatif baru, ketika

khalayak belum memiliki informasi yang memadai mengenainya.

4.Citra Perusahaan

Citra Perusahaan adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi

bukan sekedar citra atas produk dan pelayanannya. Citra perusahaan ini terbentuk

dari banyak hal, seperti sejarah atau riwayat hidup perusahaan yang gemilang,
21

keberhasilan dan stabilitas di bidang keuangan, kualitas produk, keberhasilan ekspor,

hubungan industri yang baik, reputasi sebagai pencipta lapangan kerja, kesediaan

turut memikul tanggung jawab sosial, dan komitmen mengadakan riset.

5.Citra Majemuk

Banyaknya jumlah pegawai, cabang, atau perwakilan dari sebuah perusahaan

atau organisasi dapat memunculkan suatu citra yang belum tentu sama dengan citra

organisasi atau perusahaan tersebut secara keseluruhan. Jumlah citra yang dimiliki

suatu perusahaan boleh dikatakan sama banyaknya dengan jumlah pegawai yang

dimilikinya. Untuk menghindari berbagai hal yang tidak diinginkan, variasi citra

harus ditekan seminimal mungkin dan citra perusahaan secara keseluruhan harus

ditegakkan. Banyak cara untuk melakukan hal itu, antara lain dengan mewajibkan

semua karyawan memakai seragam, warna mobil dinas, simbol, lencana dll untuk

menunjang dan mempromosi-kan identitas perusahaan.

Menurut Sutojo dalam (Nova, 200:300), citra perusahaan yang baik dan kuat

mempunyai manfaat-manfaat, yaitu :

1. Daya saing jangka menengah dan jangka panjang yang mantap

2. Menjadi perisai selama masa krisis

3. Menjadi daya tarif eksekutif handal

4. Meningkatkan efektivitas strategi pemasaran

5. Penghematan biaya operasional

Citra Perusahaan merupakan akumulasi dari berbagai dimensi citra yaitu citra

produk, citra sumber daya manusia, financial performance, penguasaan pangsa


22

pasar (market share) dan juga corporate culture (budaya perusahaan) yang ada

dalam perusahaan. Setiap unsur bukanlah standing alone factor. Karena setiap

unsur saling terkait.

2.3 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian terdahulu Influence of Leadership Style and

Compensation Againts Employee Performance Through Motivation dalam Jurnal

Ilmu Administrasi Bisnis Vol II no 2 tahun 2007 maka penulis akan melakukan

penelitian lebih lanjut mengenai gaya kepemimpinan. Dalam jurnal ini peneliti

meneliti dengan cara studi kasus pada PT. Dwimatama Multikarsa, pupuk kemasan

unit, Tanjung Emas Semarang. Adapun tujuan dari penelitian dalam jurnal ini yaitu

untuk mengetahui sejauh mana pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja dan

motivasi karyawan. Dari hasil yang didapat dari penelitian terdahulu bahwa gaya

kepemimpinan mempengaruhi motivasi kerja, maka sekarang penulis akan

membahas mengenai analisis gaya kepemimpinan dalam membentuk citra positif

dimata karyawan. Dalam Penelitian yang berjudul Influence of Leadership Style

and Compensation Againts Employee Performance Through Motivation peneliti

menganggap mirip karena, di dalam jurnal tersebut peneliti sama-sama meneliti

tentang gaya kepemimpinan. Dan dalam penelitian terdahulu yang kedua, yang

berjudul Successful Leadership Strategies In Best Practice Small Business

Organization peneliti pun menanggap adanya kemiripan karena di dalam jurnal

tersebut peneliti juga membahas tentang bagaimana peran seorang pemimpin dalam

keberhasilan kerja seorang karyawan. Penulis menjelaskan tentang (a) peran apa

yang dimainkan para pemimpin, (b) apa strategi pemimpin digunakan, (c) apa

tantangan yang dihadapi para pemimpin, dan (d) bagaimana pemimpin mengatasi
23

hambatan. Dan pemimpin itu sangat berperan dalam strategi jangka panjang. Adapun

penelitian yang ketiga diambil dari jurnal Vol 2 No 1 Mei 2011 berjudul Analisis

Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja SPG PD.Sumber Jaya peneliti menganggap

mirip karena penelitian ini sama-sama membahas tentang gaya kepemimpinan.

Dalam penelitian ini gaya kepemimpinan yang ada yaitu merupakan gaya

kepemimpinan demokratis, yaitu gaya kepemimpinan yang secara individual

memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap kinerja SPG PD Sumber Jaya. Dan

dalam jurnal yang ke empat yang berjudul Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan

Transformasional Dengan Stress Kerja Karyawan PDAM Surya Sembada Kota

Surabaya penulis juga meanganggap mirip karena penelitian ini membahas tentang

gaya kepemimpinan, khusunya kepemimpinan transformasional. Penelitian ini

diambil dari jurnal Psikologi Industri dan Organisasi Volume 1, No 2, 2 Juni 2012.

Jurnal ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dimana variable dalam jurnal

ini adalah gaya kepemimpinan transformasional (X) dan stress kerja karyawan (Y).

Dan Penelitian terakhir berjudul The Influence of Supervisors Leadership Style on

Telecommuters. Penelitian ini diambil dari Journal of Business Strategies Volume

29 No 1 , tahun 2012. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif

dimana penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak dari gaya kepemimpinan

Supervisor di dalam sebuah perusahaan.

2.4 Kerangka Teori

Teori Umum Teori Khusus

Komunikasi Organisasi Gaya Kepemimpinan

-Ke Atas -Otokratis


-Ke bawah -Demokratis
-Horizontal
-Laissez - Faire
-Lintas Saluran
24

Citra
Public Relation
-citra bayangan
-membangun identitas & citra
perusahaan -citra yang berlaku

-menghadapi krisis -citra yang diharapkan

-mempromosikan aspek -citra perusahaan


kemasyarakatan
-citra majemuk

Gambar 2.4 Kerangka Teori

2.5 Asumsi

Asumsi peneliti berdasarkan latar belakang yang ada yaitu gaya

kepemimpinan dalam membangun citra positif perusahaan dimata karyawan yang

baik akan berhasil dilakukan oleh Pasar Segar Cinere (PT. Cahaya Permai Lestari).

Dimana proses pembangunan citra akan berjalan dengan sempurna sesuai target yang

telah direncanakan dan dibentuk oleh Pasar Segar Cinere (PT Cahaya Permai

Lestari). Ketika gaya kepemimpinan dalam membangun citra positif yang dilakukan

Pasar Segar Cinere (PT Cahaya Permai Lestari) berhasil maka akan mempengaruhi

citra perusahaan dimata karyawan.


25

Anda mungkin juga menyukai