Anda di halaman 1dari 9

UJIAN TENGAH SEMESTER

LEADERSHIP DAN AKK


PROGRAM PASCASARJANA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT (IKM) STIKIM
KELAS SABTU

Disusun Oleh :
Ervina Pransiska Rindu Pratiwi
20150000025
1
Narasi Yang Menggambarkan Apa Yang Sudah Di Dapat Selama Mengikuti Perkuliahan
Sampai Dengan UTS. Kaitannya Dengan Berbagai Konsep Dan Pembelajaran Tentang
System Thinking Dalam Five Disipline.

Yang sudah saya dapat selama perkuliahan sampai dengan UTS (Ujian Tengah Semester)
diantaranya adalah :
1. Pengantar Kebijakan Adminitrasi Kesehatan
2. Sistem Kesehatan Nasional
3. The Fifth Discipline
4. Personal Mastery
5. Share Vision
6. Mental Model
7. Kebutaan
System thinking dalam five discipline merupakan suatu kerangka konsep kerja, dimana segala
yang ada didalam sebuah organisasi memiliki hubungan. System thinking merupakan badan dari
pengetahuan, suatu pola yang jelas, dan yang membantu kita untuk bisa berubah secara efektif.
Dilihat dari semua materi yang saya dapat, baik AKK (Admistrasi Kebijakan Kesehatan) dan
Leadership memiliki kaitan atau hubungan satu sama lain. Mereka melengkapi satu sama lain.
Seperti yang sudah dipelajari Kebijakan Adminitrasi Kesehatan (AKK) merupakan peraturan
dan prosedur terkaitan dengan peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang harus ditaati.
Wadah dari AKK itu sendiri adalah Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang nantinya akan
menyalurkan kepada masyarakat.
Berbicara tentang masyarakat, yang kaitannya dengan orang banyak. Kita tidak bisa hanya
memerintah atau menerapkan kebijakan begitu saja pada masyarakat yang memiliki pola pikir,
karakter, dan budaya yang berbeda-beda. Walaupun ada sistem (SKN) kita tidak bisa langsung
menekan masyarakat untuk mengikuti sistem tersebut.
Karena itu diperlukan pengetahuan tentang leardership. Yang membuat kebijakan tentu
bukan orang sembarangan. Mereka adalah pemimpin, yaitu pemerintah. Pemerintah sebagai
pemimpin yang membuat kebijakan tidak hanya melihat masalah dari satu sisi saja, pemerintah
harus memiliki mental model yang baik sehingga bisa menentukan kebijakan yang baik untuk
semua.
Bukan hanya mental model, pemerintah juga harus memiliki personal masteri yang baik
sehingga nantinya akan menghasilkan visi bersama yang baik pula, yang nantinya akan
mempermudah dalam system thinking masing-masing anggota organisasi dalam memahami visi
tersebut. Outputnya akan menghasilkan suatu system dan tindakan yang dapat diterima oleh semua
pihak. Jika pemimpin memiliki semua hal diatas, itu akan meminimalisir terjadinya kebutaan
beserta efeknya dalam sebuah organisasi.
2
Renungan, penggalian atau eksplorasi mendalam tentang impian, aspirasi, nilai-nilai
(value, norm, belief, faith, etc) yang di miliki. Menjadikan proses perenungan/penggalian
atau dialog batin tersebut sebagai dasar menetapkan visi pribadi. Deskripsikan visi pribadi
tersebut sejelas mungkin, dan berikan argumentasi atau penjelasan mengapa hal tersebut
anda tetapkan sebagai visi pribadi.

Nilai yang saya pegang :


Nilai agama, Setiap orang berhak menganut kepercayaannya tanpa ada unsur paksaan, apalagi
kekerasan. Nilai hukum, hukum harus bersifat adil, merata, baik sipil, militer, pegawai negeri,
kaya ataupun miskin. Nilai sosial, setiap orang mempunyai kebebasan beraspirasi sepanjang tidak
menyalahi etika dan hukum, dan juga tidak memandang tua atau muda, senior atau junior, kaya
ataupun miskin.

Impian yang saya miliki :


Menjadi dosen, memiliki apotek, memiliki yayasan, mendirikan klinik/RS, mendirikan panti
asuhan, mendirikan sekolah/universitas.

Aspirasi yang saya miliki :


Untuk pemerintah : Harapan saya besar agar anggaran untuk kesehatan dinaikan, selama ini
anggaran pemerintah untuk kesehatan masih 5% sedangkan masalah kesehatan diindonesia masih
banyak, dan mayoritas masyarakat Indonesia berekonomi menengah kebawah. Lalu harap
diperhatikan kesejahteraan tenaga pendidik (Guru/Dosen), dibeberapa negara maju, tenaga
pendidik lebih dijamin kesejahteraannya, karena mereka yang mencerdaskan anak bangsa. Tapi
diindonesia masih banyak honor tenaga pendidik, terutama guru ysng belum manusiawi, padahal
mereka diharuskan mengenyam pendidikan tinggi. Yang terakhir harap peduli bangsa sendiri,
kurangi konsumsi produk luar, sekolahkan pemuda/I yang berprestasi, agar kelak mereka kembali
ke Negara sendiri dan memajukan bangsanya sendiri, karena sayang sekali kita memiliki sumber
daya alam yang melimpah, tapi sumber daya manusia yang terbatas.
Visi Pribadi :
1. Menjadikan agama sebagai dasar menentukan dan melaksanakan segala hal.
Argumentasi : Agama memuat hukum yang mutlak harus dipatuhi oleh yang mempercayainya,
saya percaya agama saya akan menunjukan peraturan yang benar untuk setiap jalan hidup saya,
dan saya juga percaya tuhan dari agama saya akan menunjukan jalan yang benar.
2. Menjadikan hari esok lebih baik dari hari ini, jangan sampai hari ini masih sama dengan hari
kemarin.
Argumentasi : Saya akui cukup sulit untuk mewujudkan visi saya pada point ini. Tapi saya
berusaha hari esok selalu bisa lebih baik dengan menyelesaikan tugas-tugas lebih awal,
menciptakan sesuatu yang baru dalam hal positif, seperti program untuk tempat kerja, memberi
lebih banyak, dan bersyukur lebih banyak.
3. Menjadi pribadi yang mandiri, meminimalisir ketergantungan dengan orang lain, sekalipun itu
orang tua.
Argumentasi : Saya anak satu-satunya, semua orang memandang saya sebagai anak manja
yang hanya bisa mengandalkan orang tua dalam segala hal. Pada kenyataannya tidak demikian,
orang tua saya mendidik saya sebagai anak yang mandiri, dan memposisikan saya pada situasi
yang harus mandiri. Jadi saya selalu ingin meminimalisir ketergantungan saya kepada orang
lain, saya bekerja lebih keras, dan saya berusaha lebih keras, supaya saya tidak merepotkan
orang lain.
4. Menjadi pribadi yang lebih baik, merubah karakter yang buruk, membiasakan hal-hal yang
baik.
Argumentasi : Banyak karakter saya yang masih buruk, baik itu karakter bawaan, efek dari
didikan, atau efek trauma masa lalu. Saya ingin merubah itu semua, dan berusaha menanamkan
kebiasaan-kebiasaan baik yang baru.
5. Menjadi pribadi yang berjiwa pemimpin, adil dan bertanggung jawah.
Argumentasi : Saya selama ini selalu bekerja dibawah pimpinan orang lain, yang saya rasakan
banyak ketidakadilan dan banyak ketidak sesuaian, sehingga saya kelak ingin menjadi seorang
pemimpin yang mampu mensejahterakan, adil, dan bertangggung jawab.
6. Menjadi pribadi yang lebih produktif dan inovatif dalam segala hal yang positif.
Argumentasi : Ini ada kaitannya dengan visi di point 2, menjadi lebih baik dengan cara lebih
produktif dan inovatif, sehingga menghasillkan manfaat bagi orang lain.
7. Menjadi pribadi yang lebih bersabar dan berkepala dingin dalam menghadapi masalah.
Argumentasi : Karena pada dasarnya saya bukan orang yang penyabar, dan banyak masalah
yang datang bertubi-tubi, membuat saya ingin menjadi pribadi yang penyabar dan tidak mudah
tepancing emosi. Karena saya sudah merasakan akibat dari menyelasikan masalah dengan
emosi.
8. Menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.
Argumentasi : Rasanya ada kebahagiaan tersendiri saat saya bisa membuat orang lain
tersenyum, bisa memberikan bantuan walaupun baru sebatas kemapuan saya.
9. Memiliki pendidikan tinggi dan berwawasan luas.
Argumentasi : Saya cinta pengetahuan, saya menghargai setiap pengetahuan yang saya dapat
walaupun itu tidak ada hubungannya dengan bidang saya, saya selalu ingin tahu hal-hal baru.
Dengan berwawasan luas otomatis saya memiliki silaturahmi yang luas juga, saya suka
bersosialisasi, karena itu juga bisa menambah wawasan dan pengetahuan. Dengan pendidikan
tinggi dan wawasan yang luas saya bisa mewujudkan impian-impian saya.
3
Pemahaman tentang bagaimana keterkaitan Personal Mastery dengan topik pembelajaran
lainnya. Apa hubungannya Personal Mastery dengan makna dan penerapan Learning?
Lalu apa pula kaitannya dengan System Thinking? Berturut-turut jelaskan pula
keterkaitan dan relevansi Personal Mastery dengan mental model dan upaya membangun
interaksi serta relasi intersubjek.

Seseorang yang telah menguasai Personal Mastery memiliki komitmen yang tinggi
terhadap suatu hal, lebih sering mengambil insiatif, secara terus menerus mengembangkan
kemampuannya untuk menciptakan hasil terbaik dalam kehidupan yang benar-benar diinginkan.
Dalam hal ini memicu dirinya untuk terus belajar Learning, sedangkan perannya pada kelompok,
Personal Mastery diperlukan untuk menjamin adanya pembelajaran organisasi (Learning
Organization). Paduan karakter personal yang dimiliki oleh anggota team dalam suatu organisasi
akan membuat dinamika dan menumbuhkan organisasi tersebut. Dari interasksi ini munculnya
benih-benih leadership yang diharapkan akan melahirkan pemimpin-pemimpin yang tangguh.
Personal Mastery menuntut komitmen seseorang terhadap kontinuitas pengembangan
suatu hal yang dikerjakan dan dalam semua aspek kehidupan seseorang. Sehingga Personal
Mastery (Penguasaan Diri) merupakan suatu proses pembelajaran kehidupan seseorang, bukan
sesuatu yang sudah dimiliki.
Saat seseorang memiliki personal mastery yang baik, maka dia akan menerapkan system
Thinking yang baik pula, dia akan mengamati seluruh system, tidak hanya fokus pada individu.
Sehingga pada saat dia menjadi seorang pemimpin, dia akan mampu memikirkan pemecahan
masalah yang dilihat dari segala sisi.
Model mental merupakan sebuah asumsi, generalisasi, bahkan gambaran yang tersimpan
kuat dalam pikiran dan perasaan sehingga mempengaruhi segala tindakan, perilaku dan pandangan
tentang kehidupan dan dunia pada umumnya.
Personal mastery seseorang akan sangat mempengaruhi model mentalnya. Model mental
hendaknya mampu membuat inovasi melalui tindakan nyata. Umumnya orang sudah memahami
bahwa harus bersikap begini dan begitu untuk maju. Akan tetapi tidak jarang pemahaman saja
tidak menghasilkan perubahan karena orang itu tidak sanggup mengubah satu hal yang sudah lama
ada padanya. Contoh yang sederhana : semua orang paham bahwa Tepat Waktu adalah syarat bagi
efektivitas usaha. Akan tetapi sangat sedikit pemimpin di Indonesia, termasuk di kalangan muda
terpelajar, yang secara sadar dan konsisten menerapkan hal itu. Jadi pemahaman saja tidak
mengubah model mental menjadi lebih sesuai dengan kemajuan. Yang diperlukan adalah
kesediaan dan kemampuan meninggalkan model mental lama, termasuk perilaku dan cara berpikir,
yang tidak cocok dengan kemajuan; sebaliknya menerapkan model mental baru yang sesuai
dengan tuntutan kemajuan. Kalau terjadi perubahan model mental secara luas dalam masyarakat,
maka dengan sendirinya terjadi perubahan dalam budaya bangsa.
4
Penjelasan Creative Tension

Creative Tension adalah kesenjangan (gap) antara realita dan upaya mencapai visi. Orang
kreatif akan menggunakan antara visi dan realitas untuk menghasilkan energi untuk berubah.
Selalu ada kesenjangan yang tak terhindarkan diantara visi seseorang dengan kenyataan yang ada
sekarang. Misalnya kita ingin membuka perusahaan namun anda kekurangan modal. Kesenjangan
mematahkan semangat kita, namun kesenjangan itu sendiri sebenarnya sumber daya kreatif.
Kesenjangan ini memompa tegangan kreatif.

Ada dua cara untuk menyeimbangkan tegangan diantara kenyataan dan visi. Entah visi
akan menarik kenyataan kedalamnya, atau kenyataan menggusur visi ke bawah. Dari kedua visi
dan realitas tersebut ada yang menarik dan ada yang ditarik. Hal ini tergantung dari keputusan
yang kita ambil.

Sebagian orang dan perusahaan seringkali memilih pilihan yang terakhir, karena mudah
untuk "menyatakan kemenangan" dan berpaling dari masalah. Cara itu melepaskan kita dari
ketegangan. Namun, cara-cara tersebut merupakan dinamika kompromi dan kebiasaan lama.
Sesungguhnya, orang-orang yang kreatif memanfaatkan kesenjangan diantara apa yang mereka
inginkan dan apa yang harus dilakukan untuk menghasilkan daya perubahan. Mereka ini tetap
teguh dengan kebenaran visi mereka.

Anda mungkin juga menyukai