menentukan realitas sosial. Persoalan statik dan dinamik yang oleh Comte
final.38
wadah yang bernama masyarakat. Dari pergaulan itu, secara sepintas lalu
orang-orang lain, sedangkan dalam hal lain dia berbeda dengan mereka dan
38
Sindung Haryanto, Spektrum Teori Sosial: Dari Klasik hingga Postmodern
(Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2012), h. 14
25
26
nilai dan kaidah-kaidah.39 Proses inilah yang menjadi manusia untuk berhasrat
suatu naluri, yang kemudian terwujud di dalam proses interaksi sosial. Proses
perilaku hukum.40
39
Soerjono Soekanto, Pokok-pokok Sosiologi Hukum (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2001), h. 1-2.
40
Soerjono Soekanto dan Mustafa Abdullah, Sosiologi Hukum dalam Masyarakat, Cet.
III (Jakarta: CV. Rajawali, 1987), h. 47. Perilaku hukum yang muncul dari pedoman kaedah
hukum ini menjadikan aturan yang sangat penting dalam berinteraksi sosial, karena itu dapat
dijadikan hukum yang berlaku di masyarakat. Oleh karena itu, hukum dalam masyarakat sangat
penting dalam mengatur pola kehidupan masyarakat yang berbeda-beda. Hal ini, bisa dibuktikan
bahwa setiap ada kelompok manusia yang saling berinteraksi, dipastikan adanya kesepakatan
untuk menjamin kehidupannya masing-masing. Misalnya hukum pernikahan yang merupakan
interaksi hubungan manusia perorangan, hubungan antar kelompok, serta hubungan manusia
perorangan dengan kelompok.
27
paling primer. Dari merekalah berasal ide tentang suatu norma yang
Teori tentang fungsi hukum dalam masyarakat yang sudah maju dapat
aturan hukum untuk mengaturnya, sehingga sektor hukum ikut ditarik oleh
41
Rianto Adi, Sosiologi Hukum: Kajian Hukum secara Sosiologis ( Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia, 2012), h. 55.
42
Munir Fuady, Teori-teori Besar (Grand Theory) dalam Hukum (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2013), h. 245.
28
hukum sebagai alat menekan masyarakat oleh pemerintah totaliter seperti ini
dalam penjara atau ke tiang gantung, yang dijustifikasi secara semu oleh
penguasa negara.43
ide perubahan hukum sesuai dengan fungsi hukum dalam masyarakat sebagai
produk hukum diubah baik oleh parlemen, pemerintah atau oleh pengadilan,
hukum dalam masyarakat, semakin besar pula peran yang dimainkan oleh
43
Munir Fuady, , Teori-teori Besar (Grand Theory) dalam Hukum, h. 248.
29
masyarakat sudah mengubah dirinya sendiri. Dalam hal ini, hukum hanyalah
berfungsi sebagai ratifikasi dan legitimasi saja. Sehingga dalam kasus seperti
ini, bukan hukum yang mengubah masyarakat, tetapi yang terjadi adalah
B. Perubahan Hukum
paling tegas dan terperinci mengutarakan isinya adalah bentuk tertulis atau
dalam sistem hukum formal. Salah satu segi bentuk tersebut adalah
sifat kekakuan bentuk pengaturan ini. Kekakuan itu sendiri pada gilirannnya
pengaturannya oleh hukum formal itu. Memang harus diakui, apa yang
terdapat di dalam sistem hukum formal itu tidak dimaksudkan untuk merekam
44
Munir Fuady, , Teori-teori Besar (Grand Theory) dalam Hukum, h. 250.
30
dan mengubahnya. Namun demikian, apa pun yang dikehendaki oleh sistem
hukum formal itu, ia tak dapat melepaskan diri dari bahan-bahan yang
kesenjangan, kesenjangan ini terdapat antara hukum yang mengatur dan bahan
yang diaturnya.45
menggunakan pendekatan normatif atau studi law in books, tetapi lebih dari
terjadi pada awalnya karena berupa suatu peraturan yang kabur dan peraturan
Di samping itu juga karena latar sosial yang berubah (perubahan sosial) atau
yang berkembang.47
45
Satjipto Rahardjo, Hukum dan Masyarakat (Bandung: Angkasa, 1980), h. 50-51.
Aturan hukum yang telah menjadi hukum formal memang menjadi polemik ketika perubahan di
masyarakat menghendaki harus diubah. Namun, nilai substansi hukum yeng terkandung dalam
hukum formal tersebut tidak berubah. Misalnya, hukum Islam yang selalu identik dengan
kompatibel dengan ruang dan waktu, harus bisa memberikan solusi hukumnya dengan kondisi
sosial masyarakat yang berkembang. Proses inilah yang menjadi perubahan hukum bahkan
pembaruan hukum Islam untuk bisa menghadapi tuntutan zaman dan kondisi sosial yang berbeda.
Sesuai dengan fungsi hukum yang bisa sebagai alat rekayasa dan alat kontrol sosial dalam
mengatur kehidupan.
46
Istilah law in books dan law in action, meminjam istilah yang digunakan oleh Tomasic
dalam bukunya The Sosiology of Law. Lihat Roman Tomasic, The sociology of Law (London:
Sage Publication, 1986), h. 6.
47
Lawrence M. Friedman, The Legal System: A Social Science Perspective, terj.
Alimandan, Sistem Hukum: Perspektif Ilmu Sosial, h. 401. Hal inilah yang terjadi dalam
pembaruan hukum keluarga di Maroko seorang perempuan tidak membutuhkan izi wali untuk
menikah.
31
sebagai kitab suci umat Islam dan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi
mengalami perubahan hukum. Begitu juga dengan Sunnah yaitu dalam istilah
pedoman umat Islam dalam penggalian dan penemuan hukum. Proses itulah
yang menjadi hukum Islam berkembang sesuai dan fleksibel dengan tuntutan
disebut dengan fikih atau yang secara sederhananya sebagai hukum Islam dari
literatur kitab-kitab klasik muncul beberapa kajian fikih sebagai aturan hukum
oleh umat Islam baik secara pribadi atau dengan masyarakat atau berhubungan
dengan Tuhannya, seperti fikih ibadah, fikih jinayat, fikih muamalah, fikih
48
Surah al-Baqarah 2: 185
49
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Usul al-Fiqh (Kuwait, Dar al-Qalam: 1977), h. 14.
50
Al-Quran dan al-Sunah merupakan dua sumber utama dalam pemikiran hukum Islam.
Apabila di dalam al-Quran ditemukan ketentuan hukum yang jelas, maka hukum itulah yang
diambil. Namun bila tidak ditemukan di dalamnya, maka dicari dalam Sunah. Jika di dalam
keduanya tidak terdapat ketentuan hukum, atau hanya disinggung secara samar, maka pencarian
hukumnya melalui ijtihd atau ray. Lihat Ilyas Supena dan M. Fauzi, Dekontruksi dan
Rekontruksi Hukum Islam, (Yogyakarta: Gama Media, 2002), h. 167-168. Hal inilah yang menjadi
ijtihad merupakan aktifitas daya nalar yang dilakukan oleh para fuqaha (mujtahidn) dan
alternatif metode dalam penggalian hukum Islam.
32
bersifat amaliyah furyah berdasarkan wahyu Illahi yang mengatur hal ihwal
yang berkenaan dengan pernikahan yang berlaku untuk seluruh umat yang
pernikahan tersebut.
(umat) Islam. Selain itu, kajian terhadap hukum keluarga Islam tetap penting
51
Amir Syarifuddin, Hukum Pernikahan Islam di Indonesia (Jakarta : Kencana, 2006), h.
5.
52
Nama-nama atau sebutan fikih munakahat menjelma menjadi hukum keluarga Islam
,banyak bentuknya dalam berbegai istilah, seperti: Law of Family Rights (Qnn Qarar al-Huqq
al-Ailah) di Turki, sementara itu di Lebanon dengan the Law of the Rights of the Family, di Mesir
dengan Personal Status (Amandement) Law, di Iran dengan Protection of Family (Himyt al-
Khniwad), di Yaman dengan Family Law (Qanun al-Usrah), di Yordania dengan Law of
Personal Status (Qnn al-Awl al-Syakhshyah, di Syria dengan The Syrian Code of Personal
Status, di Tunisia dengan Code of Personal Status (Majallt al-Awal al-Syakhshyah), di Maroko
dengan Mudawwanah al-Awl al-Syakhshyah yang kemudian diamandemen pada tanggal 5
Februari 2004 dengan nama Mudawwanah al-Usrah , Iraq dengan Personal Status (Qnn al-
Awl al-Syakhshyah al-Irqah), di AlJazair dengan the Algerian Family Code, di India dengan
The Muslim Personal Law (Syariah) Application Act, di Bangladesh dengan The Muslim Personal
Law, di Somalia dengan the Family Code of Somalia, di Afghanistan dengan Qanun-i Izdiwaj, di
Malaysia dengan Mohammedan Marriage Ordonance, di Indonesia dengan Kompilasi Hukum
Islam, dan di Filipina dengan Code of Muslim Personal Laws
33
keluarga Islam dalam setting perubahan sosial akan menarik dalam konteks
dunia Islam modern, hukum keluarga dalam dunia Ilmu Fikih dikenal dengan
hubungan antara suami isteri, anak, dan keluarganya. Pokok kajian hukum
seorang pria dan seorang wanita serta menetapkan hak-hak dan kewajiban
putusnya pernikahan, iddah, talak, ruju, ila, zihar, lian, nusyuz, syiqaq,
yang baik pada pribadi dan keluarga akan menciptakan masyarakat yang baik
53
J. N. D. Anderson, Islamic Law in the Modern World, terj. Machsun Husain, Hukum
Islam di Dunia Modern (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994), 46-47.
54
Dalam undang-undang di dunia Islam modern masih ada juga yang menggunakan
istilah hukum keluarga dengan al-Awl al-Syakhshyah, seperti di Maroko yaitu Mudawwanah
al-Awl al-Syakhshyah, namun seiring dengan reformasi tanggal 5 februari 2004 terhadap
undang-undang tersebut, kemudian diganti dengan istilah Mudawwanah al-Usrah.
55
Lihat M. A. Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah
Lengkap (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2009). H. 67.
34
dan harmonis, oleh karena itu pula, hukum keluarga menempati posisi penting
dalam hukum Islam. Hukum keluarga dirasakan sangat erat kaitannya dengan
ketentuan dan peraturan yan telah diberikan oleh Allah SWT dalam setiap
terdapat jiwa wahyu Ilahi dan sunnah Rasulullah, sedangkan pada hukum
hukum Barat (Kristen) dengan berbagai cara, seperti: teori resepsi, pilihan
(opsi) hukum, penundukan dengan suka rela, pernyataan berlaku hukum Barat
Barat kepada umat Islam, kendatipun bertentangan dengan asas dan kaidah
menyebabkan hukum Islam sebagai suatu sistem hukum di dunia ini menjadi
56
M. Sularno, Dinamika Hukum Islam Bidang Keluarga di Indonesia (Yogyakarta, Al-
Mawarid, Edisi XVIII Tahun 2008), h. 249-250. Lihat juga dalam Abdullah Ahmad al-Naim,
Toward an Islamic Reformation: Civil Liberaties, Human Right, and International Law, terj.
Ahmad Suaedy dan Amiruddin Ar Rany, Dekontruksi Syariah: Wacana Kebebasan Sipil, Hak
35
Hukum keluarga dianggap sebagai inti syariah. Hal ini berkaitan dengan
asumsi umat Islam yang memandang hukum keluarga sebagai pintu gerbang
Islam tidak dapat menghindar dari perubahan sosial yang ada. Sesuai dengan
hanya terdapat pada sifat atau tingkat perubahan itu. Perubahan dapat kentara
dan menonjol atau tidak; dapat cepat atau lambat; dapat menyangkut soal-soal
kecil saja. Namun bagaimanapun sifat dan tingkat perubahan itu, masyarakat
terutama dalam hukum. Perubahan hukum dalam hukum keluarga Islam yang
tak lain demi menjaga eksistensi hukum keluarga Islam yang selama ini masih
Asasi Manusia, dan Hubungan Internasional dalam Islam, h. 88-89. Hukum Islam yang masih
diterapkan dalam dunia muslim modern hanya dalam hukum keluarga dan waris.
57
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Cet. XII. (Jakarta: Rajawali Press,
1995), h. 56
36
Islam, terutama sesudah pembukaan abad ke-19, yang dalam sejarah Islam
Modern dan lainnya. Ada yang baru lagi yaitu pembaruan undang-undang
terutama hukum keluarga yang selama ini menjadi pedoman dalam kehidupan
seperti : Law of Personal Status, Family Law, Las Family of Rights dan lain-
lain.
peranan wali dalam nikah. Yang selama ini masih belum bisa diterima
terjadi di Maroko.
58
Harun Nasution, Pembaruan dalam Islam: Sejarah, Pemikiran dan Gerakan (Jakarta:
Bulan Bintang, 1975), h. 11.
59
Pembatasan umur minimal untuk kawin bagi laki-laki dan wanita, peranan wali dalam
nikah, pendaftaran dan pencatatan pernikahan, keuangan pernikahan: maskawin dan biaya
pernikahan, poligami dan hak-hak istri dalam poligami, nafkah istri dan keluarga serta rumah
tinggal, talak dan cerai dimuka pengadilan, hak-hak wanita yang dicerai suaminya, masa hamil dan
akibat hukumnya, serta hak dan tanggungjawab pemeliharaan anak setelah terjadi perceraian. Lihat
Tahir Mahmood, Personal Law in Islamic Countries (History Text dan Comparative Analysis), h.
12.
37
berikut :
hukum keluaraga) yang terjadi saat ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara
lain:
aturan hukumnya.
60
J. N. D Anderson, Islamic law in The Modern World, terj. Machnun Husein, Hukum
Islam di Dunia Modern (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1994), h. 100.
38
Uni Emirat Arab dan negara-negara teluk lainnya telah mendasarkan pada
berkurang.62
hukum Islam adalah salah satunya pengaruh kemajuan dan pluralitas sosial-
budaya dan politik dalam masyarakat dan negara. Kalau dicermati pada masa
mazhab, yakni Hijaz, Irak, dan Siria, maka jelas sekali peran dan pengaruh
61
Abdul Manan, Reformasi Hukum Islam di Indonesia (Jakarta: Rajawali Press, 2006), h.
153.
62
Ade Maman Suherman, Pengantar Perbandingan Sistem Hukum Civil Law, Common
Law, Hukum Islam (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2008), 136. Di samping juga ada negara-
negara dunia yang menggunakan sistem hukumnya menganut tidak mendasarkan pada hukum
syariah dengan mengadopsi hukum bangsa Eropa, seperti Turki.
39
tafsiran ayat al-Quran dan Sunnah dalam konteks sosial-budaya dan politik.63
oleh umat Islam di era modern telah menimbulkan sejumlah masalah serius,
belum memuaskan.64
dalam hukum keluarga yang merupakan sesuatu yang tidak terelakkan. Di sisi
lain, hukum keluarga yang selama ini masih dipertahankan oleh umat Islam
penting dalam Islam. Hukum keluarga dianggap sebagai inti syariah. Hal ini
sebagai pintu gerbang untuk masuk lebih jauh ke dalam agama Islam. Oleh
63
A. Qodri Azizy, Eklektisisme Hukum Nasional: Kompetisis antara Hukum Islam dan
Hukum Umum (Yogyakarta: Gama Media, 2002), h. 32-33.
64
Amir Muallim dan Yusdani, Konfigurasi Pemikiran Hukum Islam, Cet. II
(Yogyakarta: UII Press, 2001), h. 49. Lihat Abdullah Ahmad an-Naim, Toward an Islamic
Reformation: Civil Liberaties, Human Right, and International Law, terj. Ahmad Suaedy dan
Amiruddin Ar Rany, Dekontruksi Syariah: Wacana Kebebasan Sipil, Hak Asasi Manusia, dan
Hubungan Internasional dalam Islam, (Yogyakarta: LKiS, 1994), h. 92.
65
Alasan pembaruan hukum Islam lebih identik dengan pembaruan hukum keluaran
Islam adalah salah satunya mayoritas pemerintah bagsa-bangsa Muslim telah melakukan dua tipe
pembaruan sejak pertengahan abad XIX. Pertama, mengganti syariah dengan hukum sekuler
dalam maslah perdagangan, sipil, konstitusi, dan pidana. Di sebagian besar dunia Muslim, hanya
hukum keluarga dan waris yang diwujudkan dalam hukum syariah. Kedua, pembaruan dilakukan
dengan tetap mengakui prinsip-prinsip dan aturan syariah seperti diterapkan dalam hukum
keluarga dan waris bagi umat Islam. Abdullah Ahmad an-Naim, Toward an Islamic Reformation:
Civil Liberaties, Human Right, and International Law, terj. Ahmad Suaedy dan Amiruddin Ar
Rany, Dekontruksi Syariah: Wacana Kebebasan Sipil, Hak Asasi Manusia, dan Hubungan
Internasional dalam Islam, h. 88.
40
karena itu, pembaruan hukum Islam lebih identik dengan pembaruan hukum
suatu kekuatan yang dinamis dan kreatif. Hal ini dapat dilihat dari munculnya
latar belakang sosiokultural dan politik mazhab hukum itu tumbuh dan
66
Walaupun ada dalam pembaruan hukum Islam yang lebih luas cakupannya terkait
pembaruan hukum Islam yang tidak hanya memfokuskan hukum keluarga saja atau bahkan diluar
hukum keuarga Islam yang merupakan sisi kehidupan kaum Islam di dunia Islam. Sebut saja
Fazlur Rahman menggunakan teori doble movement (gerak ganda) yang bisa dilihat tidak hanya
hukum keluarga saja, tetapi hukum Islam secara luar. Lihat Ghufran A. Masadi: Pemikiran
Fazlur rahman tentang metodologi Pembaruan Hukum Islam, Rajawali Press, Jakarta, 1997.
Muhammad Syahrur dalam karya monumentalnya al-Kitb wa al Quran: Qiraah al-Muas irah
dengan pembacaan ulangnya terhadap Islam menghasilkn pemahaman dan kesan yang kuat
tentang akurasi istilah-istilah yang digunakan dalam al-Kitab (al-Quran). Sehingga dalam
pembacaan ulangnya ini teori yang cukup terkenal yang ditawarkannya adalah teori batas
(Nazariyyah al-Hudud) yang bidang kajian hukum Islam secara keseluruhan tidak hanya hukum
keluarga saja. Lihat M. Inam Esha, Muhammad Syahrur: Teori Batas dalam Khudori Soleh dkk,
Pemikiran Islam Kontemporer (Yogyakarta Jendela, 2003), h. 296. Berbeda dengan Abdullah
Ahmad an-Naim, perhatian utamanya adalah hukum Islam kaitannya dengan isu-isu internasional
modern seperti HAM, konstitusionalisme modern, dan hukum pidana modern. Tidak ada fokus
pada hukum keluarga. Metode pembaruan hukum Islam Abdullah Ahmad an-Naim sebenarnya
berangkat dari metodologi yang diintroduksi dari gurunya sendiri, Mahmoud Muhammad Thaha
yakni teori evolusi yang memuat teori naskh (sebagaimana dikenal dalam ushul Fiqh) namun
substansi dalam penerapannya akan berbeda. Lihat Abdullah Ahmad an-Naim, Toward an Islamic
Reformation: Civil Liberaties, Human Right, and International Law. terj. Ahmad Suaedy dan
Amiruddin Ar Rany, Dekontruksi Syariah: Wacana Kebebasan Sipil, Hak Asasi Manusia, dan
Hubungan Internasional dalam Islam. Lihat Juga Adang Djumhur Salikin, Reformasi Syariah
dan HAM dalam Islam: Bacaan Kritis terhadap Pemikiran an-Naim (Yogyakarta: Gama Media,
2004).
41
dan politik yang berkembang saat itu. Inilah yang menjadikan perubahan yang
maupun tempat, telah cukup disadari oleh para tokoh hukum Islam
yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Benar bahwa antara negara Islam yang
satu dengan negara Islam yang lain atau antara negara berpeduduk muslim
yang satu dengan negara berpenduduk muslim lain terdapat sebuah perbedaan
dibalik persamaan atau persesuaian yang dijumpai, namun perbedaan yang ada
67
Abdul Halim, Menimbang Paradigma Kontemporer Metode Pemikiran Hukum Islam
http://badilag.net, diakses tanggal 15 September 2013.
68
Asni, Pembaruan Hukum Islam di Indonesia: Telaah Epistemologis Kedudukan
Perempuan dalam Hukum Keluarga ( Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia, Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam, Direktorat Pendidikan Tinggi Islam, 2012), h. 44.
69
Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, h. 162.
42
modern di dunia Islam terkait pembaruan hukum Islam atau bahkan hukum
keluarga juga disebabkan oleh empat faktor, yaitu:70 (1) apakah suatu
apalagi hukum Keluarga Islam yang masih berlaku dan mengakar kuat
dikutip Ahsan Dawi, pembaruan hukum Islam tidak terlepas dari hukum
siyasah,(2) tidak terikatnya umat Islam hanya pada satu mazhab hukum
70
Fazlurrahman, Islam dan Modernitas Tentang Transformasi Intentelektual, alih bahasa
Ahsin Muhammad, cet. II (Bandung:Pustaka, 2000), h. 50-51
43
yang disebut doktrin tabiq, dan (4) perubahan hukum dari yang lama kepada
hukum agamanya, mulai dari yang paling ekstrim kiri sampai ekstrim
pernikahan jika suami belum mencapai 18 tahun atau istri belum 16 tahun
71
Ahsan Dawi, Pembaruan Hukum Keluarga Di Turki (Studi Atas Perundang-Undangan
Pernikahan) http://badilag.net, diakses tanggal 18 September 2013.
72
An-Naim, Toward an Islamic Reformation: Civil Liberaties, Human Right, and
International Law, terj. Ahmad Suaedy dan Amiruddin Ar Rany, Dekontruksi Syariah: Wacana
Kebebasan Sipil, Hak Asasi Manusia, dan Hubungan Internasional dalam Islam, h. 88-91. Ada
juga yang menyebutkan ada 4 model pembaruan hukum Islam, yaitu: Kebijakan administratif,
aturan tambahan, talfq, serta reinterpretasi dan reformulasi. Amir Syarifuddin, Meretas Kebekuan
Ijtihad: Isu-isu Penting Hukum Islam Kontemporer Indonesia, h. 77-80.
44
tertentu dan tidak memilih pendapat yang dominan di dalam mahab arus
yang berkaitan dengan hukum perdata umat Islam. Cara ini disebut
talfiq.73
73
Talfq termasuk masalah yang muncul di kemudian hari setelah masa Rasulullah SAW
dan sahabatnya. Sebagai term yang tidak dikenal masa awal pembinaan hukum Islam, muslim
sebaiknya berlapang dada dalam menerima kenyataan akhir-akhir ini dengan problematika multi
dimensi yang senantiasa terus muncul. Persoalan beragam ini tentu membutuhkan jawaban cepat
dan tepat yang tidak mungkin tanpa melakukam proses eklektisisme pemahaman hukum. Ruh
zaman kini tentu tidak memungkinkan perwujudan model hukum dengan mempertahankan status
quo terhadap pemikiran aliran tertentu. Alasannya adalah berpikir seperti tidak hanya menaifkan
jawaban terhadap problematika yang dihadapi umat, tetapi menimbulkan kerancuan metodologis
yang berakhir pada kebuntuan. Fauzi Saleh, Problematika Talfq Mazhab dalam Penemuan
Hukum Islam ( Surabaya: Islamica, Jurnal Studi Islam, Vol. 6, No. 1, September 2011), h. 72.
45
Sunnah yang jelas dan pasti. Pengadilan hanya menyatakan hak untuk
berbeda dari pandangan para ahli hukum yang sudah ada, bukan hak untuk
74
Asni, Pembaruan Hukum Islam di Indonesia: Telaah Epistemologis Kedudukan
Perempuan dalam Hukum Keluarga, h. 53.
46
Menurut Tahir Mahmood minimal ada tiga belas isu yang penting
nikah, sehingga wali nikah bukan merupakan syarat rukun pernikahan yang
75
Lihat. Juga J. N. D Anderson, Islamic Law in the Modern World, terj. Machnun Husein,
Hukum Islam di Dunia Modern ( Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1994), h. 100-101. Lihat juga,
Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, h. 162-164.
76
Tahir Mahmood, Personal Law in Islamic Countries (History, Text and Comparative
Analysis), h. 12.