Aspek Biomolekuler Aterosklerosis
Aspek Biomolekuler Aterosklerosis
2.1 Aterosklerosis Aterosklerosis adalah penyakit progresif yang merupakan suatu respon inflamasi kronik
terhadap deposisi lipoprotein pada dinding arteri. Adanya plak aterosklerosis pada intima arteri
akan menyebabkan dinding arteri menjadi kaku dan mengeras (Hansson, 2005). Patogenesis
aterosklerosis, seperti pada Gambar 2.1, diawali oleh oksidasi LDL yang akan berinteraksi dengan
LOX-1 pada permukaan sel endotel sehingga menyebabkan disfungsi endotel. Disfungsi endotel
memfasilitasi adhesi monosit menuju sel endotel dan migrasi menuju subendotel dimana
monosit akan berubah menjadi makrofag. Uptake OxLDL melalui scavenger receptor pada
makrofag menyebabkan terjadinya sel busa yang berintegrasi membentuk garis lemak (Tate,
2007). Ikatan terhadap LOX-1 menyebabkan disfungsi endotel, pembentukan leukosit yang
bersirkulasi, memicu pembentukan sel busa, migrasi dan proliferasi sel otot polos yang
berkontribusi terhadap perkembangan plak aterosklerosis. Selanjutnya, interaksi juga akan
berkontribusi ke destabilisasi plak melalui pengaruh apoptosis sel otot polos dan mengeluarkan
MMPs (Pirillo et al., 2013).
Rehabilitasi medik pada stroke akut dapat dimulai sedini mungkin. Tetapi harus
dibedakan antara rehabilitasi dengan mobilisasi. Program mobilisasi merupakan bagian dari
program rehabilitasi. Early rehabilitation tidak sama dengan early mobilitation. Early
rehabilitation dapat diberikan sedini mungkin untuk mencegah komplikasi lebih lanjut,
sedangkan early mobilitation harus menunggu sampai kondisi stabil. Adapun tingkatan waktu
dari stroke dibagi menjadi :
- fase hiperakut : waktu 6 jam pertama dari dimulainya onset serangan stroke
- fase akut : waktu 6 jam sampai 2 minggu serangan stroke.
- fase subakut : waktu 2 minggu sampai 3-6 bulan.
- fase kronik : waktu lebih dari 6 bulan
Penyakit stroke saat ini merupakan penyebab kematian dan kecacatan nomor 1 di Indonesia. Stroke
menghancurkan kehidupan si penderita yang aktif dan dinamis. Bahkan, stroke juga menyebabkan penderita
mengalami kecacatan fisik sehingga tidak mampu mandiri dan menjadi beban bagi keluarganya.
Stroke menimbulkan kecacatan fiisik yang dapat membebani seumur hidup sehingga menghancurkan penderita
secara psikologis dan ekonomi.
Stroke adalah penyakit gangguan pembuluh darah otak yang ditandai dengan kematian jaringan otak (Infark
Cerebri) yang terjadi akibat berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak yang disebabkan oleh adanya
sumbatan, penyempitan (iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (perdarahan)
Gangguan neurologic yang dirasakan terbagi 3 bagian yang saling berkait, diantaranya dalam fungsi motorik,
fungsi sensibilitas dan kehilangan kesadaran. Dalam penjelasan yang sederhana untuk kehilangan kesadaran
terjadi dalam waktu sekejap dan dapat berujung pada kondisi koma.
Sedangkan dampaknya pada fungsi motorik yang dimana gejala yang paling awal disadari oleh pasien adalah
kelumpuhan separuh badan, wajah yang tidak simetris dan kesulitan dalam berbicara secara jelas(pelo). Pada
sisi lain, untuk fungsi sensibilitas ada situasi seperti mati rasa, baal (kulit serasa tebal), kesemutan, pingsan
(black out) hingga terjadinya kebutaan.
Apa yang menyebabkan Stroke dan Gangguan Neurologik itu terjadi?
Secara umum, hal tersebut dikarenakan adanya perubahan pada pembuluh darah, atau dikenal sebagai
aterosklerosis. Hal ini membuat gangguan pada sistem peredaran darah ke otak, dimana terdapat 2 jenis kategori
yaitu Stroke Non Hemoragik (terdapat sumbatan) maupun Stroke Hemoragik (pendarahan) dengan lokasi yang
terdapat pada fungsi otak secara keseluruhan.
TIA (Transient Ischemic Attack): Gangguan neurologik akan menghilang dalam waktu kurang dari 24 jam
RIND (Reversible Insufficiency Neurological Deficits): Gangguan neurologik yang umumnya akan
menghilang dalam waktu 14 hari (2 minggu)
Incomplete stroke: Gangguan neurologik belum menetap masih dapat berkembang menjadi lebih buruk
Banyak hal, namun biasanya digolongkan menjadi 2 bagian besar yakni faktor resiko yang tak dapat
dimodifikasi seperti usia, jenis kelamin, ras atau etnik sedangkan faktor resiko yang dapat dimodifikasi antara
lain adalah: Hipertensi, Penyakit Jantung, Diabetes Melitus, Hiperkolesterolemia, merokok, alkoholik,
pengunaan narkotika, kegemukan (obesitas). Khusus untuk Jantung, disamping penyakit jantung koroner yang
dapat menjadi faktor resiko dari Stroke adalah problem gangguan irama jantung, gangguan katup jantung dan
gagal jantung.
Seberapa besar faktor resiko tersebut menjadi pemicu dan penyebab Stroke?
Resiko merokok pada perokok sebesar 2 kali lebih besar dibanding yang tidak perokok, pada penderita diabetes
sebesar 2 4 kali, pada penderita hipertensi sebesar 6 kali dan jika menderita stroke sebelumnya resiko terkena
stroke berulang sebesar 10 kali.
Yang terpenting adalah melakukan pengkontrolan atas faktor risiko-risiko yang ada, termasuk perubahan gaya
hidup yang sehat, perbaikan mental dari stres serta tentu pengobatan medis.
Yang perlu dipahami adalah stroke bisa terjadi kapan saja, di mana saja dan pada siapa saja(tanpa memandang
status sosial). namun yang perlu kita lakukan adalah menghindari faktor risiko yang menjadi pemicu dan
penyebab. Oleh karena itu mencegah stroke berfokus pada pencegahan terjadinya.
Waspadai Stroke, Brain Attack yang datang secara mendadak dan dapat berujung pada kondisi fatal.
Tips Kendali Resiko Stroke:
1. Stabilisasi emosi
2. Pola makan yang sehat dengan buah dan sayur setiap hari, hindari makanan manis berlebihan, tambahkan
minyak zaitun,
4. Upayakan selalu menjaga tekanan darah dibawah 140/90 mmHg serta kurangi konsumsi garam, stop
merokok dan kopi.
5. Bagi anda penderita Diabetes Melitus maka usahakan kendalikan kadar gula dalam darah dengan diet
asupan makanan terkontrol dan minum obat secara teratur.
7. Kenali nasihat akan gaya hidup sehat sederhana berikut ini; Kurangi 3K (kecemasan, kelelahan dan
kedinginan), Lakukan 3O (olah raga, olah seni dan olah batin) dan Konsumsi Sasa-Bubu (Sayur-sayuran
dan buah-buahan).
8. Konsultasikan problem kesehatan Anda secara regular ke dokter, untuk dapat melakukan evaluasi medis
berkala.
Narasumber :