Anda di halaman 1dari 5

Aspek Biomolekuler Aterosklerosis

Aterosklerosis dapat terjadi karena berbagai faktor yang melibatkan


berbagai reaksi inflamasi kronis. Secara molekuler, aterosklerosis dan penyakit
kardiovaskuler disebabkan karena naiknya kadar lemak dan glukosa dalam darah.
Namun demikian beberapa faktor non molekuler seperti hipertensi, penuaan atau
merokok dapat menjadi penyebab utama aterosklerosis. Dari beberapa penelitian
menyebutkan adanya faktor-faktor lain penyebab aterosklerosis seperti sitokin
inflamasi, faktor tumbuh (growth factor) dan signal apoptosis (Mannarino dan
Pirro, 2008).
Mahmoudi et al (2006) menyebutkan bahwa timbunan plak pada
atherosclerosis merupakan akumulasi dari vascular smooth muscle cells (VSMCs)
dan sel-sel inflamasi, bersama dengan lipid dan protein matriks ekstraseluler.
Disini juga terjadi kalsifikasi. Meskipun plak yang kronis tersebut merupakan
akibat reaksi inflamasi, tetapi ternyata berkaitan pula dengan terjadinya
kerusakan DNA pada sel-sel yang telah mengalami lesi (luka) di sekitar plak.
Menurut Mannarino dan Pirro (2008), atherosclerosis diawali dengan
akumulasi sejumlah senyawa lemak lipoprotein dalam endothelium yang memacu
reaksi inflamasi. Reaksi ini diawali dengan berkumpulnya leukosit dan produksi
faktor tumbuh yang memacu proliferasi sel. Tingginya kadar lemak berdensitas
rendah atau Low-density-lipoprotein (LDL) dan kilomikron yang kaya akan
trigliserida merupakan pemicu terjadinya dislipidemia yang mengarah pada
aterosclerosis. Pada kasus ini, LDL atau trigliserid dapat menembus dinding
pembuluh darah yang memicu terjadinya perubahan struktur kimia LDL atau TG
akibat reaksi oksidasi. Lipoprotein yang termodifikasi strukturnya tersebut akan
memicu terjadi reaksi inflamasi pada dinding pembuluh darah.
Terakumulasinya lemak pada dinding pembuluh darah merupakan awal
terjadinya inflamasi. Proses inilah yang mengawali terjadinya disfungsi
endothelium. Kerusakan pada dinding pembuluh darah di titik tertentu akan
menimbulkan berakumulasinya leukosit karena adanya suatu reaksi adhesi (gaya
tarik antara sel-sel leukosit dengan sel dinding pembuluh darah). Sekali sel darah
putih (leukosit) melekat maka akan diproduksi khemokine pada intima kemudian
akan bermigrasi ke sub-endotelium. Monosit yang memasuki intima
berdiferensiasi menjadi makrofag yang mengkespresikan reseptor, selanjutnya
menginduksi terbentuknya fragmen sel apoptosis dan akhirnya mengoksidasi LDL
yang masuk. Aktifasi makrofag akan berlanjut pada terbentuknya sitokin,
protease dan molekul radikal sitotoksik. Limfosit T selanjutnya memasuki bagian
lesi atherosclerosis. Limfosit T berdierensiasi menjadi sel T helper dan memulai
produksi interferon-gamma, yang meningkatkan presentasi antigen oleh
makrofag dan menstimulasi pembentukan sitoin lain seperti TNF dan IL-1. Reaksi
inflamasi tersebut terus berlanjut.
Pada tahap awal proses aterosklerosis, pada dinding pembuluh darah akan
terbentuk Reactive Oxygen Spesies (ROS). Beberapa penelitian menunjukkan
penyebab atherosclerosis tingkat lanjut adalah sebagai akibat meningkatnya
konsentrasi Reactive Oxygen Species (ROS) beberapa saat setelah terjadinya
lesi dinding pembuluh darah. ROS dapat terbentuk dari reaksi metabolisme tidak
sempurna akibat adanya kerusakan pada DNA mitokondria atau hasil oksidasi
lipoprotein itu sendiri. Perubahan genetik pada DNA akan memicu terjadinya
penuaan sel dan kematian sel pada pembuluh kapiler darah yang akan
menyebabkan perubahan struktur sel-sel otot polos pembuluh darah.
Intra Cellular Adhesion Molecule 1 (ICAM 1) dan Vascular cell adhesion molecule-1
(VCAM-1) adalah group molekul adhesi imunoglobulin, protein reseptor untuk proses
marginalisasi dan pergerakan leukosit mononuklear sepanjang endotholium. ICAM 1 dan
VCAM 1 merupakan penanda awal dari aterosklerosis yang dapat dideteksi pada usia dini

Mannarino, E, and M. Pirro. 2008. Molecular Biology of Atherosclerosis. Clinical Case in


Mineral and Bone Metabolism; 5(1) : 57-62 (http:/www.ncbi.nlm.nih.gov)

2.1 Aterosklerosis Aterosklerosis adalah penyakit progresif yang merupakan suatu respon inflamasi kronik
terhadap deposisi lipoprotein pada dinding arteri. Adanya plak aterosklerosis pada intima arteri
akan menyebabkan dinding arteri menjadi kaku dan mengeras (Hansson, 2005). Patogenesis
aterosklerosis, seperti pada Gambar 2.1, diawali oleh oksidasi LDL yang akan berinteraksi dengan
LOX-1 pada permukaan sel endotel sehingga menyebabkan disfungsi endotel. Disfungsi endotel
memfasilitasi adhesi monosit menuju sel endotel dan migrasi menuju subendotel dimana
monosit akan berubah menjadi makrofag. Uptake OxLDL melalui scavenger receptor pada
makrofag menyebabkan terjadinya sel busa yang berintegrasi membentuk garis lemak (Tate,
2007). Ikatan terhadap LOX-1 menyebabkan disfungsi endotel, pembentukan leukosit yang
bersirkulasi, memicu pembentukan sel busa, migrasi dan proliferasi sel otot polos yang
berkontribusi terhadap perkembangan plak aterosklerosis. Selanjutnya, interaksi juga akan
berkontribusi ke destabilisasi plak melalui pengaruh apoptosis sel otot polos dan mengeluarkan
MMPs (Pirillo et al., 2013).

REHABILITASI MEDIK PADA STROKE FASE AKUT

Rehabilitasi medik pada stroke akut dapat dimulai sedini mungkin. Tetapi harus
dibedakan antara rehabilitasi dengan mobilisasi. Program mobilisasi merupakan bagian dari
program rehabilitasi. Early rehabilitation tidak sama dengan early mobilitation. Early
rehabilitation dapat diberikan sedini mungkin untuk mencegah komplikasi lebih lanjut,
sedangkan early mobilitation harus menunggu sampai kondisi stabil. Adapun tingkatan waktu
dari stroke dibagi menjadi :
- fase hiperakut : waktu 6 jam pertama dari dimulainya onset serangan stroke
- fase akut : waktu 6 jam sampai 2 minggu serangan stroke.
- fase subakut : waktu 2 minggu sampai 3-6 bulan.
- fase kronik : waktu lebih dari 6 bulan

STROKE: Serangan Mendadak yang Patut Diwaspadai

Penyakit stroke saat ini merupakan penyebab kematian dan kecacatan nomor 1 di Indonesia. Stroke
menghancurkan kehidupan si penderita yang aktif dan dinamis. Bahkan, stroke juga menyebabkan penderita
mengalami kecacatan fisik sehingga tidak mampu mandiri dan menjadi beban bagi keluarganya.

Stroke menimbulkan kecacatan fiisik yang dapat membebani seumur hidup sehingga menghancurkan penderita
secara psikologis dan ekonomi.

Apa itu Stroke dan penjelasan singkatnya?

Stroke adalah penyakit gangguan pembuluh darah otak yang ditandai dengan kematian jaringan otak (Infark
Cerebri) yang terjadi akibat berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak yang disebabkan oleh adanya
sumbatan, penyempitan (iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (perdarahan)

Bagaimana kondisi gangguan Neurologik itu dirasakan?

Gangguan neurologic yang dirasakan terbagi 3 bagian yang saling berkait, diantaranya dalam fungsi motorik,
fungsi sensibilitas dan kehilangan kesadaran. Dalam penjelasan yang sederhana untuk kehilangan kesadaran
terjadi dalam waktu sekejap dan dapat berujung pada kondisi koma.

Sedangkan dampaknya pada fungsi motorik yang dimana gejala yang paling awal disadari oleh pasien adalah
kelumpuhan separuh badan, wajah yang tidak simetris dan kesulitan dalam berbicara secara jelas(pelo). Pada
sisi lain, untuk fungsi sensibilitas ada situasi seperti mati rasa, baal (kulit serasa tebal), kesemutan, pingsan
(black out) hingga terjadinya kebutaan.
Apa yang menyebabkan Stroke dan Gangguan Neurologik itu terjadi?

Secara umum, hal tersebut dikarenakan adanya perubahan pada pembuluh darah, atau dikenal sebagai
aterosklerosis. Hal ini membuat gangguan pada sistem peredaran darah ke otak, dimana terdapat 2 jenis kategori
yaitu Stroke Non Hemoragik (terdapat sumbatan) maupun Stroke Hemoragik (pendarahan) dengan lokasi yang
terdapat pada fungsi otak secara keseluruhan.

Terdapat berapa Tingkatan dari Serangan Stroke?

Berdasarkan perjalanan penyakit, maka stroke terbagi menjadi:

TIA (Transient Ischemic Attack): Gangguan neurologik akan menghilang dalam waktu kurang dari 24 jam

RIND (Reversible Insufficiency Neurological Deficits): Gangguan neurologik yang umumnya akan
menghilang dalam waktu 14 hari (2 minggu)

Incomplete stroke: Gangguan neurologik belum menetap masih dapat berkembang menjadi lebih buruk

Complete stroke: Gangguan neurologik telah menetap

Apa yang menjadi pemicu dan faktor resiko dari Stroke?

Banyak hal, namun biasanya digolongkan menjadi 2 bagian besar yakni faktor resiko yang tak dapat
dimodifikasi seperti usia, jenis kelamin, ras atau etnik sedangkan faktor resiko yang dapat dimodifikasi antara
lain adalah: Hipertensi, Penyakit Jantung, Diabetes Melitus, Hiperkolesterolemia, merokok, alkoholik,
pengunaan narkotika, kegemukan (obesitas). Khusus untuk Jantung, disamping penyakit jantung koroner yang
dapat menjadi faktor resiko dari Stroke adalah problem gangguan irama jantung, gangguan katup jantung dan
gagal jantung.

Seberapa besar faktor resiko tersebut menjadi pemicu dan penyebab Stroke?

Resiko merokok pada perokok sebesar 2 kali lebih besar dibanding yang tidak perokok, pada penderita diabetes
sebesar 2 4 kali, pada penderita hipertensi sebesar 6 kali dan jika menderita stroke sebelumnya resiko terkena
stroke berulang sebesar 10 kali.

Kiranya sebaiknya pencegahan yang dilakukan seperti apa?

Yang terpenting adalah melakukan pengkontrolan atas faktor risiko-risiko yang ada, termasuk perubahan gaya
hidup yang sehat, perbaikan mental dari stres serta tentu pengobatan medis.

Yang perlu dipahami adalah stroke bisa terjadi kapan saja, di mana saja dan pada siapa saja(tanpa memandang
status sosial). namun yang perlu kita lakukan adalah menghindari faktor risiko yang menjadi pemicu dan
penyebab. Oleh karena itu mencegah stroke berfokus pada pencegahan terjadinya.

Bagaimana gaya hidup Sehat dapat diterapkan?


Pola makan yang sehat, berhenti merokok maupun konsumsi alkohol serta narkoba, kemudian lakukan olahraga
teratur dan hindari kecemasan. Dalam bahasa yang sangat sederhana kita perlu mengingat POIN yakni P:
Pikiran tenang, O: Olahraga teratur, I: Istirahat cukup, N: Nutrisi seimbang. Dengan demikian, kita telah
mereduksi potensi resiko Stroke melalui kebiasaan sehat.

Waspadai Stroke, Brain Attack yang datang secara mendadak dan dapat berujung pada kondisi fatal.
Tips Kendali Resiko Stroke:

1. Stabilisasi emosi

2. Pola makan yang sehat dengan buah dan sayur setiap hari, hindari makanan manis berlebihan, tambahkan
minyak zaitun,

3. Lakukan relaksasi dan istirahat yang cukup

4. Upayakan selalu menjaga tekanan darah dibawah 140/90 mmHg serta kurangi konsumsi garam, stop
merokok dan kopi.

5. Bagi anda penderita Diabetes Melitus maka usahakan kendalikan kadar gula dalam darah dengan diet
asupan makanan terkontrol dan minum obat secara teratur.

6. Lakukan olahraga secara rutin dan mencegah obesitas

7. Kenali nasihat akan gaya hidup sehat sederhana berikut ini; Kurangi 3K (kecemasan, kelelahan dan
kedinginan), Lakukan 3O (olah raga, olah seni dan olah batin) dan Konsumsi Sasa-Bubu (Sayur-sayuran
dan buah-buahan).

8. Konsultasikan problem kesehatan Anda secara regular ke dokter, untuk dapat melakukan evaluasi medis
berkala.

TIME IS BRAIN EVERY SECOND COUNTS

TIME IS BRAIN ACT FAST

Narasumber :

dr. S. Saunderajen, SpS, M.Si. Med


( Dokter Spesialis Saraf Ciputra Hospital )

Anda mungkin juga menyukai