Anda di halaman 1dari 20

BAB II

KEMAMPUAN MEMBACA AL-QURAN DAN METODE QIROATI

A. Kemampuan Membaca Al-Quran

1. Pengertian Kemampuan

Kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang artinya kuaasa

(bisa, sanggup) melakukan sesuatu, dapat atau bisa).1 Kemampuan adalah

kesanggupan, kecakapan dan kekuatan seseorang untuk melakukan sesuatu

pekerjaan dengan usaha sendiri.

Kemampuan adalah sebagai suatu dasar seseorang yang dengan

sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan secara efektif atau

sangat berhasil.2

Kemampuan berarti kapasitas seseorang individu untuk melakukan

beragam pekerjaan tugas dalam suatu pekerjaan.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

kemampuan adalah kecakapan atau potensi seseorang individu untuk

menguasai keahlian dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas

seseorang.

1
Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN. Balai Pustaka, 1985), hlm.
628.
2
Ibid., hlm. 628.

20
21

2. Pengertian membaca Al-Quran

a. Membaca

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, membaca yaitu

melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis dengan

melisankan atau hanya dalam hati.3

Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang

melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan,

tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik,

dan meta kognitif. Sebagai proses visual membaca merupakan

proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata

lisan. Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup aktivitas

pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis,

dan pemahaman kreatif. Pengenalan kata bisa berupa aktivitas

membaca kata-kata dengan menggunakan kamus.4

Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa banyak faktor

yang mempengaruhi keberhasilan membaca. Menurut Mc Laughlin

dan Allen, prinsip-prinsip membaca yang didasarkan pada

penelitian yang paling mempengaruhi pemahaman membaca ialah

sepaerti yang dikemukakan berikut ini:

1. Pemahaman merupakan proses kontruktivis sosial.

3
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1989), hlm. 62.
4
Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007),
hlm. 2.

21
22

2. Keseimbangan kemahiraksaan adalah kerangka kerja

kurikulum yang membantu perkembangan pemahaman.

3. Guru membaca yang profesional (unggul) mempengaruhi

belajar siswa.

4. Pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan

berperan aktif dalam proses membaca.

5. Membaca hendaknya terjadai dalam konteks yang bermakna.

6. Siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari

berbagai teks pada berbagai tingkat kelas.

7. Perkembangan kosa kata dan pembelajaran memengaruhi

pemahaman membaca.

8. Pengikut sertaan adalah suatu faktor kunci pada proses

pemahaman.

9. Strategi dan ketrampilan membaca bisa diajarkan.

10. Asesmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran

membaca pemahaman.5

Menurut definisi-definisi yang diuraikan di atas, dapat

disimpulkan bahwa membaca adalah suatu usaha pembaca untuk

memperoleh pesan atau informasi dan memahami isi dari apa

yang tertulis dengan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf)

ke dalam kata-kata lisan atau dalam hati.

5
Ibid., hlm. 4.

22
23

b. Pengertian Al-Quran

Al-Quran adalah firman Allah yang bersifat mukjizat yang

diturunkan kepada Nabi SAW, yang tertulis di dalam mushaf, di

nukil dari padanya secara mutawatir dan dipandang beribadah

dengan semata membacanya.6

Jadi dari definisi-definisi diatas, yang dimaksud dengan

kemampuan membaca Al-Quran adalah kesanggupan seseorang

dalam membaca Al-Quran sesuai dengan qiroah dan kaidah ilmu

tajwid untuk memperoleh pesan atau informasi serta memahami isi

dari kitab Allah yang ditulis dalam mushaf dan bahasa Arab

dengan melisankan atau hanya dalam hati.

3. Cara Membaca Al-Quran

Terdapat empat macam cara membaca Al-Quran:

a. Tahqiq

yaitu memberikan hak-hak bacaan dengan semestinya,

dengan menyempurnakan mad (panjang harokat) dan

memperjelas hamzah, menyempurnakan beberapa harokat,

berpegang teguh bacaan idzhar (jelas) dan beberapa tasydid

(huruf dobel), menjelaskan huruf dan menahannya,

mengeluarkan sebagian yang lain, dengan tenang, tartil (jelas

dan fasih) dan tudah, melihat kewenangan beberapa waqaf

(berhenti) dengan tanpa qashr (pendek) dan menyambar, tidak

6
Sudaryo El Kamali, Pengantar Studi Al-Quran, (Pekalongan; STAIN Press, 2006), hlm.
3.

23
24

membaca sukun (mati) huruf hidup dan tidak membaca idghom

(masuk kehuruf berikutnya), yaitu dengan melatih lidah dan

menegakkan. 7

Dianjurkan menyampaikan cara ini kepada para

saiswa/murid/santri untuk menghindari kessalahan, dengan

munculnya huruf dari harakat, mengulang-ulang bacaan,

menghidupkan yang sukun, mendengungkan nun dengan

melebihkan dalam ghunnah.

b. Hadr

yaitu menjalankan bacaan, cepatnya bacaan dan

meringankannya dengan qasr dan sukun, menyambar,

mengganti dan idgham kabir, meringankan hamzah dan

sejenisnya dari riwayat yang shahih, sambil menjaga untuk

menegakkan irab dan lafadh, memungkinkan huruf-huruf tanpa

memotong huruf-huruf mad, menyambar sebagian besar harakat,

dan menghilangkan suara ghunnah (dengung), serta

sembarangan hingga keterlaluan yang menjadikan bacaan tidak

sah (tidak benar).8

c. Tadwir

yaitu tengah-tengah antara dua derajat dari cara tahqiq dan

hadr, artinya bacaan yang disampaikan dari sebagian besar para

imam dari orang yang tersebar, tidak sampai menyempurnakan


7
Al Sayid Muhammaad bin Alawi Al-Maliki Al-Hanasy, Alqawaidul Asaati fi Ulumil
Qurani (Pekalongan: Al Asri, 2008), hlm. 18.
8
Ibid., hlm. 19.

24
25

bacaannya. Ini jalan yang ditempuh oleh sebagian besar para

ahli qiraat mayoritas ulama realis.

d. Tartil

Yaitu bacaan perlahan-lahan, tenang dan melafazkan setiap

huruf dari makhrajnya secara tepat serta menurut hukum-hukum

bacaan tajwid dengan sempurna, merenungkan maknanya,

hukum dan pengajaran dari ayat. Tingkatan bacan tartil ini

biasanya bagi mereka yang sudah mengenal makhraj-makhraj

huruf, sifat-sifat huruf dan hukum-hukum tajwid. Tingkatan

bacaan ini adalah lebih baik dan diutamakan.9

B. Metode Qiroati

1. Pengertian Metode Qiroati

Secara etimologi, kata metode berasal dari bahasa Yunani dalam 2

perkataan yaitu meta yang berarti melalui dan hodos yang berarti jalan /

cara. Jadi metode adalah suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan.10

Dalam bahasa Arab metode disebut Thoriqot. Dalam kamus besar bahasa

Indonesia metode adalah cara yang teratur dan berfikir baik-baik untuk

mencapai maksud sehingga dapat dipahami bahwa metode adalah suatu cara

9
Tim Kreatif PRP, Pelajaran Tajwid Lengkap, (Semarang: Pustaka Nuun, 2015), hlm. 8.
10
Nur Unbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (IPI), (Bandung: Pustaka Setia, 1999), hlm. 99.

25
26

yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercipta tujuan

pelajaran.11

Menurut Moh. Athiyah Al Abrasyi, metode pengajaran adalah jalan

kita untuk ikut memberikan faham kepada murid-muridnya dalam segala

macam pelajaran. Menurut Shaleh dan Abd. Aziz, metode pengajaran adalah

makna yang luas dan menyeluruh yaitu memperoleh maklumat ditambah

dengan pandangan, kebiasaan, berfikir dan lain-lain.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa metode

pengajaran adalah suatu cara/ teknik yang dipilih oleh seorang guru dalam

mengadakan hubungan dengan siswa untuk menyampaikan bahan pengajaran

guna pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

Sedangkan qiroati sendiri diartikan membaca, yang mana membaca

menurut bahasa Arab adalah qaraa yang berbentuk kata perintah (fiil amr)

yaitu menjadi qiroati yang diartikan membaca. Adapun tujuan membaca Al-

Quran adalah bisa membaca dan menulis Al-Quran dengan fasih (baik dan

benar sesuai dengan kaidah qiroah dan tajwidnya). Apabila dalam membaca

dan menulis Al-Quran salah harokatnya saja, akan mengubah arti dalam ayat

Al-Quran itu sendiri, maka sangat penting sekali belajar membaca dan

menulis Al-Quran tidak mengalami kesalahan.12

11
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), hlm. 40.
12
Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis dan Mencintai Al-Quran,
(Jakarta: Gema Insani, 2004), hlm. 46.

26
27

Metode Qiroati merupakan metode praktis membaca Al-Quran yang

disusun oleh H. Dahlan Salim Zarkasyi di Semarang yang terdiri dari enam

jilid dan ditambah dengan satu jilid Ghorib yang memuat musykilat dan

bacaan-bacaan asing di dalam Al-Quran. Secara umum metode pengajaran

Al-Quran dengan menggunakan metode Qiroati dapat digunakan secara

klasikal dan individual, guru menjelaskan dengan memberi contoh materi

pokok bahasan, selanjutnya siswa membaca sendiri-sendiri, membaca tanpa

mengeja dan sejak permulaan belajar siswa ditekankan untuk membaca yang

tepat dan cepat.13

Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa metode Qiroati adalah suatu

cara yang digunakan dalam pembelajaran Al-Quran yang langsung

memasukkan dan mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan tajwidnya. Dan

metode Qiroati disini adalah metode yang disusun oleh H. Dahlan Salim

Zarkasyi dari Semarang yang merupakan buku panduan mengajar yang

disertai metode pengajarannya.

2. Langkah-langkah Penerapan Metode Qiroati

Metode Qiroati adalah metode praktis yang sekaligus memesukkan

bacaan tajwid.14 Oleh karena itu harus ada langkah-langkah dalam

menerapakan metode Qiroati agar bisa membaca Al-Quran dengan tartil dan

13
H. Dahlan Salim Zarkasyi, Metode Praktis Belajar Membaca Al-Quran Jilid I,
(Semarang: Yayasan Pendidikan Al-Quran Raudhotul Mujawwidin), hlm.2.
14
Ibid., hlm.2.

27
28

sesuai dengan kaidah ilmu tajwid, yang diantaranya langkah-langkah tersebut

adalah:

a. Langsung membaca huruf-huruf hijaiyah yang berharokat tanpa

mengeja.

b. Langsung praktek secara mudah dan praktis bacaan yang

bertajwid, santri tidak harus belajar ilmu tajwid untuk membaca

dengan baik dan benar.

c. Materi pelajaran diberikan secara bertahap dari yang mudah

menuju yang sulit.

d. Materi pelajaran diberikan sesuai modul, dan tidak boleh naik jilid

sebelum jilid yang dipelajari bisa dikuasai.

e. Pelajaran yang diberikan selalu diulang-ulang dengan

memperbanyak latihan agar santri dapat lancar membaca.

f. Belajar sesuai dengan kemampuan dan kecerdasan siswa.

g. Pemakaian Qiroati harus melalui tahsis bacaan Al-Quran.

3. Prinsip-prinsip Dasar Metode Qiroati

Metode Qiroati adalah metode dalam belajar membaca Al-Quran.

Tujuan belajar membaca Al-Quran adalah bisa membaca Al-Quran dengan

fasih sesuai kaidah qiroah dan tajwidnya. Agar tujuan tersebut dapat berhasil

dengan baik, maka guru dan peserta didik harus memperhatikan beberapa

prinsip dalam penerapannya. Adapun prinsip dasar metode Qiroati, yaitu:

28
29

a. Untuk Guru

Adapun yang harus diperhatikan oleh guru adalah:

1. Dak-Tun (tidak boleh menuntun)

Dalam mengajarkan Qiroati, guru tidak boleh menuntun, guru

hanya menerangkan setiap pokok pelajarannya saja dan memberi contoh

bacaan yang benar, sekedar satu atau dua baris saja.

2. TI-was-gas (Teliti, waspada, tegas)

Dalam memberi contoh, guru harus teliti dan benar jangan sampai

salah. Dalam menyimak/ mendengarkan bacaan Al-Quran, guru harus teliti

dan waspada. Dalam menentukan kenaikan peserta didik, guru harus tegas

tidak boleh segan, ragu atau berat hati. Maka dari itu guru harus

mengkoordinasikan antara mata, telinga, lisan dan hati.15

3. Jika peserta didik belum atau tidak lancar, tidak boleh dinaikkan ke jilid

berikutnya atau halaman berikutnya.

15
Anik Mahiroh, Efektifitas Metode Qiroati dalam Belajar Membaca Al-Quran di TPQ
AL-Karomah Tirto Pekalongan, Skripsi, (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2007),
hlm. 20.

29
30

b. Untuk peserta didik

Adapun prinsip yang harus diperhatikan oleh peserta didik adalah:

1. Dalam belajar, peserta didik harus aktif membaca sendiri tanp

dituntun oleh gurunya.

2. Dalam membaca, pesrta didik harus membaca dengan lancar, cepat,

tepat dan benar.

4. Tujuan Metode Qiroati

Tujuan adalah pedoman yang memberi arah kemana kegiatan belajar

mengajar akan dibawa.16 Dalam bukunya, Zakiyah Daradjat mengemukakan

tujuan pendidikan yaitu tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan

pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara yang lain. 17 Dalam

penggunaan sebuah metode juga perlu diperhatikan kedudukannya agar

penggunaan metode tersebut dapat menunjang kegiatan belajar mengajar,

sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efektif untuk mencapai tujuan

pengajaran.

Metode Qiroati merupakan metode dalam belajar mengajar

membaca Al-Quran agar bisa membaca Al-Quran dengan fasih dan benar

yang sesuai dengan kaidah Qiroah dan ilmu tajwidnya. Adapun tujuan

16
Syaiful Bahri Djamaroh dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002) Cet. Ke-2, hlm. 84.
17
Zakiyah Derajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 30.

30
31

pengajaran metode Qiroati sebagaimana yang sesuai dengan standar

kompetensi lulusan Taman Pendidikan Al-Quran, antara lain:

a. Santri memiliki kemampuan membaca Al-Quran dengan baik dan

benar sesuai dasar ilmu tajwid.

b. Santri mampu menguasai teori ilmu tajwid.

c. Santri mampu menghafalkan 28 surah pendek (QS. An-Naas Al-

Ala) dengan baik dan benar.

d. Santri memiliki kemampuan menghafalkan 27 doa harian dengan baik

dan benar.

e. Santri mampu menghafalakan bacaan sholat fardhu dan sholat sunnah

tertentu.

f. Santri mampu mempraktekkan adzan dan iqamah, wudhu dan sholat

wajib serta sholat sunnah tertentu dengan baik dan benar.

g. Santri mampu menghafalkan 9 tema ayat pilihan dengan baik dan

benar.

h. Santri memiliki kemampuan menulis Arab dengan benar, baik dan

indah.

i. Santri mampu menguasai dasar-dasar Dinul Islam serta aplikasinya

dalam kehidupan sehari-hari.18

18
Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Standarisasi Nasional Mutu
Pendidikan Al-Quran, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012), hlm. 24-25.

31
32

5. Macam-Macam Metode Dalam Pembelajaran Qiroati.

Dalam metode pembelajaran Qiroati dikenal beberapa bentuk dalam

pelaksanaanya, yakni:

a. Sorogan, Individual, atau Privat

Dalam bentuk ini anak didik bergiliran satu persatu untuk

mendapatkan pelajaran membaca dari guru/ustadz (berdasarkan

kemampuan anak didik).

b. Klasikal-Individual

Sebagian waktu dipergunakan untuk menerangkan pokok pelajaran,

sekedar satu atau dua halaman dan seterusnya. Sedangkan membacanya

sangat ditekankan, kemudian dinilai prestasinya pada lembar data.

c. Klasikal Baca Simak

Dalam bentuk ini guru menerangkan bentuk pelajaran (klasikal)

kemudian anak didik di tes satu persatu dan disimak oleh semua anak didik,

kemudian dilanjutkan pelajaran berikutnya dengan cara yang sama sampai

pelajaran selesai.19

Selain metode diatas metode-metode yang bisa digunakan dalam

pembelajaran Qiroati antara lain:

19
Eni sumarni, Upaya Guru PAI dalam Meningkatkan Kualitas Membaca Al-Quran
Siswa Kelas IV di SDN 03 Karangasem Petarukan Pemalang, Skripsi, (Pekalongan: Perpustakaan
STAIN Pekalongan, 2014), hlm. 23-24.

32
33

1. Ceramah

Metode ceramah, yaitu cara penyajian pelajaran yang dilakukan

guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung. Metode ini

dikatakan sebagai metode tradisional karena sudah digunakan sejak dulu

sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan siswa. Meskipun metode ini

lebih banyak menuntut keaktifan guru, metode ini tidak dapat ditinggalkan

begitu saja dalam setiap kegiatan pengajaran.20

2. Tugas

yaitu cara penyajian pelajaran dengan memberikan tugas tertentu

agar siswa melakukan kegiatan belajar didalam kelas, dai halaman sekolah,

di perpustakaan, di laboraturium atau dirumah siswa. Hal ini dilakukan jika

dirasakan bahan pelajaran terlalu banyak sementara waktu sedikit. Tugas

dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah (PR), tetapi jauh lebih luas.

Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar secara individu

maupun kelompok.

3. Tanya jawab

Metode tanya jawab, yaitu cara penyajian pelajaran dalam bentuk

pertanyaan yang harus dijawab terutama dari guru pada siswa, tetapi bisa

dilakukan dari siswa pada siswa dan dari siswa pada guru.

20
Syaiful Bahri D, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hlm. 94-
110.

33
34

4. Drill

Metode drill atau metode latihan, yaitu cara mengajar untuk

menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu untuk memperoleh suatu

ketangkasan, ketepatan dan ketrampilan.

Sedangkan petunjuk cara mengajar buku Qiroati jilid satu sampai

dengan enam adalah sebagai berikut:

1. Untuk Jilid Satu

Adapun petunjuk mengajar jilid satu adalah:

a. Guru menjelaskan pokok pelajaran dilanjutkan memberikan contoh

membaca sekedar satu atau dua baris tanpa diurai (Alif fathah A, Ba

fathah BA). Huruf yang berharokat langsung dibaca tanpa mengeja,

yaitu langsung dibaca dua-dua/ tiga-tiga huruf dengan cepat dan tidak

memanjangkan suatu huruf yang pertama atau huruf yang terakhir,

supaya dibaca sama pendeknya setiap hurufnya.

b. Dalam mengajarkan dilarang menuntun, murid harus mampu baca

sendiri sejak jilid satu sampaimembaca Al-Quran.

c. Pelajaran dalam kotak baris paling bawah, (Huruf hijaiyyah) dibaca

menurut kelompok huruf (ALIF, BA, TA, TSA) jangan dipisah-pisah.

ALIF, BA, TA, TSA.21

21
Dahlan Salim Zarkasyi, Metode Praktis Membaca Al-Quran Jilid 1, (Semarang:
Yayasan Pendidikan Al-Quran Raudhatul Mujawwidin, 1990), hlm. 2.

34
35

2. Untuk Jilid Dua

Adapun cara mengajar jilid dua tidak berbeda dengan mengajar

jilid satu, yaitu:

a. Huruf hidup (berharokat) langsung dibaca tanpa diurai.

b. Setelah guru menjelaskan pokok pelajaran, peserta didik baca sendiri.

c. Setiap tulisan dalam kotak baris bawah, termasuk pelajaran yang harus

dibaca oleh murid.

d. Supaya murud mengerti nama-nama harokat, maka guru seharusnya

sering menanyakan nama harokat.

e. Pelajaran angka Arab tidak harus berbahasa Arab, terserah guru

mengajarkan.

f. Guru supaya berusaha agar setiap murid dapat membaca lancar tanpa

salah.

g. Halaman 25 sampai terakhir, pelajaran MAD (Mad dengan ALIF, YA,

WAWU). Dan setiap murid membaca MAD, supaya jelas panjang dan

pendeknya.

h. Murid dibolehkan melanjutkan kejilid berikutnya, apabila telah dapat

membaca lancar tanpa ada salah baca.22

22
Dahlan Salim Zarkasyi, Metode Praktis Membaca Al-Quran Jilid 1I, (Semarang:
Yayasan Pendidikan Al-Quran Raudhatul Mujawwidin, 1990), hlm. 2.

35
36

3. Untuk Jilid Tiga

Adapun petunjuk mengajar jilid tiga, adalah sebagai berikut:

a. Metode mengajar jilid tiga ini seperti mengajar jilid-jilid sebelumnya

yaitu dibaca langsung, tidak diurai dan guru tidak menuntun

membaca, murid membaca sendiri setiap halaman, setelah guru

menjelaskan pokok pelajaran dan memberikan contoh membac

sekedar satu baris.

b. Jangan dipindah ke halaman berikutnya jika murid belum dapat

membaca lancar tanpa banyak salah membaca.

c. Buku ini terdiri dari 13 pokok bahasan/ pokok pelajaran. Setiap murid

diharuskan menguasai pokok bahasan, dan guru jangan memindahkan

ke pokok pelajaran berikutnya jika murid belum lancar membaca dan

banyak salah baca.23

4. Untuk Jilid Empat

Adapun cara mengajarkan buku Qiroati jilid empat adalah sebagai

berikut:

a. Mengenalkan huruf NUN sukun langsung dengan tajwid (setiap huruf

NUN sukun harus dibaca dengung).

23
Dahlan Salim Zarkasyi, Metode Praktis Membaca Al-Quran Jilid II1, (Semarang:
Yayasan Pendidikan Al-Quran Raudhatul Mujawwidin, 1990), hlm. 2.

36
37

b. Mengenalkan setiap TANWIN harus dibaca dengung sebab, suara

TANWIN sama dengan suara NUN sukun.

c. Mengenalkan bacaan MAD wajib/jaiz. Supaya dibaca panjang yang

nyata.

d. Pelajaran makhroj SIN dan SYIN, HA (cha) dan KHO (cho). Setiap

guru supaya berusaha agar murid dapat membaca dengan makhroj

sebaik mungkin.

e. Mengenalkan setiap huruf NUN dan MIM bertasydid, supaya dibaca

GHUNNAH nyata.

f. Mengenalkan semua huruf-huruf bertasydid, supaya ditekan

membacanya. Termasuk bacaan bacaan Syamsiyah.

g. Mengenalkan huruf WAWU yang tidak dibaca sebab tidak ada tanda

harokat.

h. Setiap MIM sukun tidak boleh dibaca dengung, kecuali MIM sukun

berhadapan dengan huruf MIM harus dibaca dengung.

i. Setiap huruf NUN sukun jikaberhadapan dengan huruf MIM, suara

NUN sukun hilang ditukar dengan suara MIM.

j. Setiap NUN sukun/tanwin jika berhadapan dengan huruf LAM/RA,

suara NUN sukun/tanwin hilang ditukar dengan huruf LAM/RA

sukun.

k. Pelajaran dalam kotak baris paling bawah harus dibaca oleh

setiapmurid.

37
38

l. Murid tidak dibenarkan pindah ke jilid berikutnya jika belum dapat

membaca lancar tanpa salah baca.

m. Ketelitian dan kewaspadaan guru setiap murid sedang membaca

pelajaran sangat diperlukan.24

5. Untuk Jilid Lima

Adapun cara mengajarkan buku Qiroati jilid lima adalah sebagai berikut:

a. Guru mengenalkan cara membaca NUN sukun atau tanwin ketika

bertemu huruf WAWU, YA, dan BA

b. Setiap fathahtain/ fathah berdiri, waqafnya dibaca panjang, selain

fathahtain waqafnya dibaca sukun.

c. Guru berusaha agar murid dapat membaca HA, TSA, GHAIN,

dengan makhroj sebaik mungkin.

d. Guru menjelaskan dan memberikan contoh bacaan TARQIQ atau

TAFKHIM pada lafadh Allah ketika dibaca.

e. Guru menjelaskan cara membaca dan memberikan contoh bacaan

Qolqolah.

24
Dahlan Salim Zarkasyi, Metode Praktis Membaca Al-Quran Jilid 1V, (Semarang:
Yayasan Pendidikan Al-Quran Raudhatul Mujawwidin, 1990), hlm. 2.

38
39

6. Untuk Jilid Enam

Jilid enam adalah pelajaran khusus IZHAR HALQI dan mulai belajar

membaca Al-Quran juz satu. Adapun cara mengajar jilid enam adalah

sebagai berikut:

a. Mengajar jilid enam ini sebaiknya klasikal. Guru menjelaskan pokok

pelajaran, selanjutnya seluruh murid membaca bersama halaman yang

telah diterangkan oleh guru dilanjutkan setiap murid membaca dua baris

di halaman satu, halaman dua,halaman tiga, sampai empat.

b. Jika setiap murid dalam membaca dua baris tidak pernah salah baca

dalam bacaan tajwidnya pada hari berikutnya dilanjutkan kehalaman

lima. Namun jika ada yang salah baca, supaya mengulang dari halaman

pertama lagi.

c. Cara mengajar diawali seluruh murid membaca bersama, dilanjutkan

setiapmurid membaca satu ayat sampai selesai satu halaman. Jika masih

ada waktu maka sebaiknya dilanjut kehalaman berikutnya.

d. Setelah selesai jilid enam, pindah kelas khusus pelajaran Al-Quran

diajarkan pula bacaan Musykilat/Ghorib. Materinya mencakup bacaan-

bacaan asing yang harus berhati-hati dalam mempelajarinya. Cara

mengajarnya satu halaman satu hari.25

25
Dahlan Salim Zarkasyi, Metode Praktis Membaca Al-Quran Jilid VI, (Semarang:
Yayasan Pendidikan Al-Quran Raudhatul Mujawwidin, 1990), hlm. 2.

39

Anda mungkin juga menyukai