PENDAHULUAN
Produk mi, baik berupa mi basah, mi kering, maupun mi instan kini sudah
menjadi bahan makanan utama kedua setelah beras bagi masyarakat Indonesia.
yang paling sering dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat baik sebagai
dari tepung terigu yang bahan bakunya, gandum tetapi masih harus diimpor dari
luar negeri. Oleh karena itu, pencarian berbagai bahan pangan lain sebagai
pengganti tepung terigu terus dilakukan. Salah satu alternatif substitusi tepung
Jagung dalam bahasa ilmiah disebut Zae mays L, adalah salah satu jenis
yang biasa tumbuh hampir dari seluruh dunia. Jagung termasuk bahan pangan
penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras (Purwono dan
dan Nusa Tenggara), jagung dijadikan sebagai bahan pangan utama. Tidak hanya
sebagai bahan pangan, jagung juga dikenal sebagai salah satu bahan pakan ternak
jagung di Indonesia. Menurut Badan Statistik Provinsi Riau, produksi jagung pada
tahun 2014 sebanyak 28.651 ton pipilan kering, sedangkan pada tahun 2015
2
sebanyak 30.870 ton pipilan kering. Produksi jagung pipilan kering mengalami
pangan pokok non beras yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Mi
basah yang ada di pasaran memiliki umur simpan yang pendek atau mudah rusak
oleh bakteri dan kapang. Untuk memperpanjang umur simpan mi, sebagian air
segar yang telah dikeringkan hingga kadar airnya mencapai 8-10%. Pengeringan
dengan oven. Karena bersifat kering, maka mi mempunyai daya simpan yang
jagung instan dengan bahan dasar tepung jagung dimana hasil analisis proksimat
untuk mi jagung instan adalah kadar air 11,67%, kadar abu 1,20%, kadar protein
6,16%, kadar lemak 2,27%, karbohidrat 78,69%, pati 65,95% dengan nilai energi
yang terkandung dalam mi jagung instan sebesar 360 kkal/100 gram. Budiyah
jagung dan protein jagung (Corn Gluten Meal) di mana hasil analisis proksimat
untuk mi jagung instan tersebut adalah kadar air 5,58%, kadar abu 1,56%, kadar
protein kasar 10,00%, kadar lemak kasar 21,43%, kadar karbohidrat 61,43%,
dengan nilai energi 479 kkal/100 gram. Fadlillah (2005) dalam Angelia (2008)
melakukan verifikasi pada desain proses produksi dan formulasi mi jagung instan
metode Budiyah (2004) berupa pengukusan seluruh bagian adonan dengan waktu
3
dengan total penambahan 10% dari adonan serta penambahan guar gum dengan
merancang proses dan formulasi mi jagung basah berbahan dasar tepung jagung
penambahan guar gum 0,6% dan waktu pengukusan selama 5 menit. Mi ini
memiliki kadar air 62,0358%, kadar abu 0,82%, kadar protein 7,63%, kadar
dibuat dari tepung terigu yang disubtitusi dengan tepung jagung lokal Pelalawan
sehingga menghasilkan komposisi tepung terigu dan tepung jagung yang terbaik
yaitu pencampuran tepung terigu 60% dan tepung jagung 40% dengan kadar air
10,02%, kadar abu 1,49%, kadar protein 16,28%, dan kadar karbohidrat 12,36%.
Akan tetapi, budidaya tanaman jagung lokal sangat jarang tentu produksinya pun
sangat sedikit sehingga sangat sulit untuk melakukan usaha produksi mi instan
jagung secara komersil. Sehingga dalam penelitan ini digunakan jagung varietas
2.1. Jagung
Tumbuhan Jagung (Zea mays) merupakan salah satu tanaman pangan dunia
yang terpenting selain gandum dan padi. Penduduk beberapa daerah di Indonesia
pokok (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Jagung (Zea mays L) merupakan tanaman
semusim dan umur tanam hingga panennya yaitu berkisar 80-100 hari. Tanaman
Monocotyledoneae, ordo: Poales, famili: Poaceae, genus: Zea, dan spesies: Zea
Teknik bertanam jagung sangat mempengaruhi hasil panen yang diperoleh. Agar
jagung, proses penanaman dan pemeliharaan tanaman yang benar (Purwono dan
Hartono, 2008). Jagung sebagai tanaman daerah tropik dapat tumbuh subur dan
dengan baik. Agar tumbuh dengan baik, tanaman jagung memerlukan temperatur
rata-rata antara 14-30oC, pada daerah dengan curah hujan sekitar 600 mm1.200
industri pangan. Hal ini ditunjang dengan teknik budidaya yang cukup mudah
dan berbagai varietas unggul. Kandungan nutrisi jagung tidak kalah dengan
(Suarni dan Firmansyah, 2005). Kandungan nutrisi atau gizi jagung per 100
hidupnya diselesaikan dengan 120 hari setelah tanam (HST). Paruh pertama siklus
pertumbuhan generatif.
Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi berkisar antara 1-3 meter. Tinggi
tanaman bisa diukur dari permukaan tanah hingga teratas sebelum bunga jantan.
Pada umumnya tanaman jagung hibrida Bisi-2 tidak memiliki kemampuan untuk
muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung
lignin (Purwono dan Hartono, 2006). Berikut adalah unsur gizi yang terkandung
7
dengan cara menggiling biji jagung yang bersih dan baik. Secara umum, terdapat
dua metode pembuatan tepung jagung yaitu metode basah dan metode kering.
Pada metode basah, biji jagung yang telah disosoh direndam dalam air selama 4
jam lalu dicuci, ditiriskan dan diproses menjadi tepung menggunakan mesin
penepung. Sedangkan pada metode kering, biji jagung yang telah disosoh
Tepung jagung dapat disiapkan menjadi bahan setengah jadi sebagai bahan
baku industri. Bentuk produk ini umumnya bersifat kering, awet dan tahan disimpan
lama, antaranya adalah beras jagung, tepung dan pati. Kandungan nutrisi biji jagung
mengalami penurunan setelah diolah menjadi bahan setengah jadi (Rihanna dan
Suarni, 2008). Kriteria fisik mutu tepung jagung (bau, rasa, warna) harus normal,
yaitu bau spesifik jagung, rasa khas jagung, warna sesuai bahan baku jagung (putih
dan kuning) dan secara umum sesuai spesifik bahan aslinya (Suarni, 2008). Mutu
tepung jagung berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) disajikan pada Tabel 3.
8
2.3. Mi Instan
Kandungan air mi dapat dibedakan menjadi dua yaitu mi basah atau segar
(makanan semi basah), yaitu suatu makanan yang mempunyai kadar air tidak
terlalu tinggi dan juga tidak terlalu rendah antara 15-55% dengan kisaran Aw
antara 0,65-0,85. Mi instan adalah produk makanan kering yang dibuat dari
tepung terigu dengan atau tanpa bahan tambahan makanan lain atau bahan
dimasak atau diseduh dengan air mendidih paling lama 4 menit (Ubaidillah,
2000).
9
Nilai gizi dari mi pada umumnya dapat dianggap baik karena selain
karbohidrat terdapat pula sedikit protein yang disebut gluten. Sesuai dengan
banyaknya mutu atau resep yang digunakan oleh pabrik maka nilai gizinya pun
didefinisikan sebagai produk makanan kering yang dibuat dari tepung terigu
dengan atau penambahan makanan lain dan bahan tambahan makanan yang
diizinkan, berbentuk khas mi dan siap dihidangkan setelah dimasak atau diseduh
dengan air mendidih paling lama 4 menit. Mi ini dibuat dengan penambahan
mencapai 5-8% sehingga memiliki daya simpan yang lama (Astawan, 2008).
Sedangkan adonan yang bagus dipengaruhi oleh bahan baku dan bahan tambahan
yang digunakan. Bahan baku yang digunakan pada pembuatan mi instan adalah
tepung terigu, tepung tapioka dan minyak goreng. Bahan tambahan yang
digunakan dalam proses pengolahan adalah tartrazine sebagai zat warna, sodium
karbonat sebagai zat pengembang, CMC sebagai pengental. Semua bahan ini
dilarutkan dalam air menjadi larutan alkali. Larutan alkali inilah yang
2000). Syarat mutu mi instan berdasarkan SNI 01-3551-2000 dapat di lihat pada
Tabel 4.
10
yaitu: mi, bumbu, minyak, dan ada yang menambahkan sayuran kering. Bumbu
yang menyertai mi instan antara lain terbuat dari garam, gula, monosodium
glutamate, hidrolisat protein sayur, penyedap rasa, bubuk bawang merah, bubuk
bawang putih, daun bawang kering, bubuk lada, dan bubuk cabai (Astawan,
2008).
ketergantungan pada suatu bahan pangan pokok, yaitu beras dapat dihindarkan.
(Astawan, 2008).
11
didapatkan bahwa penambahan pati sagu berpengaruh nyata terhadap kadar air
bilangan asam, keutuhan dan berpengaruh tidak nyata terhadap waktu rehidrasi.
Perlakuan terbaik dari parameter yang telah diuji berdasarkan SNI 01-3551-2000
adalah perlakuan JS dengan rasio antara tepung jagung 55%, pati sagu 35%.
tepung lima varietas jagung kuning hibrida yaitu varietas NT 10, Bisi-16, Nusantara
1, Jaya, dan Prima serta mengetahui potensi kelima tepung jagung tersebut untuk
diketahui semua varietas jagung kuning hibrida memiliki potensi untuk diolah
menjadi mi basah jagung berdasarkan sifat fisik dan tingkat kesukaan terhadap mi
pembuatan mi. Tepung terigu yang digunakan serta bahan tambahan lainnya
seperti air, garam, air abu, bahan pengembang, zat warna dan bumbu akan
12
Gluten merupakan bahan yang terbentuk dari jenis protein glutenin dan
gliadin. Protein tepung terigu yang digunakan dalam pembuatan mi harus dalam
jumlah yang cukup tinggi agar mi yang dihasilkan elastis dan tahan terhadap
cukup untuk sarapan pagi, apalagi kalau dikombinasikan dengan bahan makanan
lainnya. Tetapi sebungkus mi instan tidak cukup baik untuk bahan makan siang
karena setelah bekerja 6 jam, tubuh memerlukan enrgi dalam jumlah yang lebih
besar. Oleh kerena itu sebungkus mi saja (tanpa tambahan) sudah pasti tidak layak
yang tersusun oleh 67-70% karbohidrat, 10-14% protein, dan 1-3% lemak. Secara
garis besar ada dua jenis tepung gandum yaitu tepung gandum keras (strong flour)
dan tepung gandum lunak (soft flour). Tepung keras digunakan untuk membuat
roti dan produk-produk yang dibuat dengan melibatkan proses fermentasi serta
puff pastry, sedangkan tepung terigu lunak digunakan untuk membuat kue dan
lebih besar. Apabila dipanaskan, granula akan pecah dan hal tersebut dinamakan
tepung terigu yang beredar di pasaran dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu :
tinggi.
2. Medium hard flour, tepung jenis ini mengandung protein 9,5-11%. Tepung
ini banyak digunakan untuk pembuatan roti, mi dan macam-macam kue serta
biskuit.
kerangka baik atau tidaknya produk. Baik atau tidaknya produk akan ditentukan
oleh baik atau tidaknya jaringan, baik atau tidaknya jaringan ditentukan oleh
kuatnya gluten, kuat tidaknya gluten dipengaruhi oleh baik tidaknya protein,
banyak sedikitnya ditentukan oleh jenis tepung yang digunakan (Subagjo, 2007).
Syarat mutu tepung terigu sebagai bahan makanan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Syarat mutu tepung terigu sebagai bahan makanan SNI 3751:2009
Jenis Uji Satuan Persyaratan
Keadaan :
a. Bentuk - Serbuk
b. Bau - normal (bebas dari bau)
c. Warna - Tidak ada
Benda asing - Tidak ada
Serangga dalam semua
Bentuk stadia dan potongan yang - Tidak ada
tampak
Kadar Air (b/b) % min. 14,5
Kadar Abu (b/b) % min. 0,70
Kadar Protein (b/b) % min. 7,0
Keasaman mg KOH/100 g maks 50
Falling number (atas dasar kadar detik min. 300
air 14%)
Besi (Fe) mg/kg min. 50
Seng (Zn) mg/kg min. 30
Vitamin B1 mg/kg min. 2,5
Vitamin B2 mg/kg min. 4
Asam folat mg/kg min. 2
Cemaran logam :
a. Timbal (Pb) mg/kg maks. 1,0
b. Raksa (Hg) mg/kg maks. 0,05
c. Cadmium (cd) mg/kg maks. 0,1
Cemaran arsen
Cemaran mikroba:
a. angka lempeng total koloni/g maks. 1 x 106
b. E.coli APM/g maks. 10
c. Kapang koloni/g maks. 10 x 104
d. Bacillus cereus koloni/g maks. 1 x 104
Sumber : Badan Standarisasi Nasional (2009)
15
Penyusun utama protein adalah gluten yang terdiri dari gliadin (20-25%)
dan glutenin (35-40%). Sekitar 30% asam amino gluten adalah hidrofobik dan
interaksi hidrofobik serta mengikat lemak dan substansi non polar lainnya. Ketika
dengan polimer lainnya melalui ikatan hidrogen, ikatan hidrofobik, dan disulfide
terbanyak dari tepung terigu adalah pati, sekitar 70% yang terdiri dari amilosa dan
Mutu tepung terigu dtentukan oleh setiap komposisi kimia yang ada di
dalamnya. Adapun komposisi kimia tepung terigu dapat dilihat pada Tabel 7.
2.4.2. Telur
membentuk warna dan flavor yang khas pada mi, memperbaiki cita rasa dan
kesegaran mi, membantu pembentukan adonan yang kalis, meningkatkan nilai gizi
16
serta kelembutan produk. Telur berfungsi memunculkan warna khas kuning khas
sumber protein dan air pada pembuatan adonan mi. Albumin pada telur
menyebabkan peningkatan kadar air pada mi. Namun dalam penggunaannya telur
juga tidak boleh terlalu berlebih, hal ini dapat menyebabkan adonan menjadi
lembek, dan susah kalis. Selain itu juga telur berfungsi sebagai pengemulsi
(Winarno, 1994).
untuk digunakan dalam makanan. CMC merupakan turunan dari selulosa dan
memiliki sifat higroskopis, mudah larut dalam air, dan membentuk larutan koloid.
2.4.4. Air
Kandungan pati dan gluten yang terdapat pada tepung akan mengembang
memiliki pH antara 6-7 karena naiknya pH air akan mempengaruhi daya absorpsi
air oleh tepung. Air berperan penting dalam pengembangan serat-serat gluten
berselang dan terbungkus dalam pati. Cara inilah yang akan membuat adonan
milunak, halus serta elastis. Jumlah air yang ditambahkan sekitar 28-38%
(Rustandi, 2011).
2.4.5. Garam
maksimum penggunaan garam dapur dalam pembuatan mi adalah 2-4% dari berat
Waktu penelitian direncanakan berlangsung selama Maret 2017 sampai Mei 2017
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jagung varietas Bisi-2
yang diperoleh dari Dinas Pertanian Provinsi Riau di Pekanbaru, tepung terigu
komersil Cakra Kembar, aquades, air, telur, cuka, minyak goreng, air abu, garam
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi lesung, blender, pisau,
kompor, sendok pengaduk, cawan porselin, desikator, labu kjeldahl, labu ukur dan
neraca analitik, penangas listrik dan penangas air, tanur, pipet ukur, plastik
Formulasi pembuatan mi instan dari tepung terigu dan tepung jagung pada
Parameter yang diuji dalam penelitian ini adalah kadar air, kadar abu,
kadar serat, kadar protein, keutuhan, waktu rehidrasi dan uji sensori secara
bahan baku yaitu jagung yang baru dipanen, kemudian dicuci dengan air untuk
tongkolnya agar pengeringan cepat dan rata, dilakukan pengeringan pada suhu
50C, hingga kadar air menjadi 12% sambil dibolak-balik biji jagung saat
mesh untuk menghasilkan tepung jagung yang seragam dan terakhir dilakukan
pengamatan kadar air dari tepung jagung. Diagram alir proses pembuatan tepung
dimulai dengan cara mencampur semua bahan sesuai perlakuan yang terdiri dari
tepung terigu, tepung jagung, telur, garam, CMC, dan air secara manual sambil
diaduk hingga merata sampai terbentuk adonan. Adonan yang sudah terbentuk
selama 1 jam dengan suhu 110C. Setelah itu dilanjutkan dengan proses
direbus dalam air mendidih selama 5 menit dan ditiriskan. Setelah itu mi ditaburi
bumbu mi instan dan diaduk hingga merata. Kemudian dilakukan uji sensori.
Diagram alir proses pemasakan mi instan menjadi mi siap saji dapat dilihat pada
Lampiran 3.
3.5. Pengamatan
dikeringkan dalam oven pada suhu sekitar 100C selama 10 menit). Cawan yang
telah berisi bahan kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105C selama 3
jam lalu didinginkan dengan menggunakan desikator selama sekitar 15 menit dan
berturut-turut kurang dari 0,2 mg). Kadar air dihitung dengan rumus :
22
kadar abu berhubungan dengan kandungan mineral dalam suatu bahan. Sampel
(sebelum cawan porselin digunakan terlebih dahulu dikeringkan dalam oven pada
ditambahkan 7,5 g K2SO4 10%, 0,35 g HgO dan 15 ml H2SO4 98% lalu dikocok
campuran selama 1-1,5 jam hingga cairan berwarna jernih dan didinginkan. Hasil
akuades dengan mencuci labu kjeldahl 5-6 kali dengan 10 ml akuades. Akuades
bilasan dimasukkan ke dalam labu ukur dan volumenya ditetapkan hingga 100 ml
destilasi sampai diperoleh destilat kira-kira 30 ml. Hasil destilasi dititrasi dengan
dengan akuades tanpa menambah sampel. Cara kerjanya sama dengan cara kerja
3.5.4. Keutuhan
Kemudian mi yang hancur dipisahkan dan ditimbang (W1 g). Analisis keutuhan
W W1
Keutuhan = 100%
W
Keterangan :
W : Berat keseluruhan
mengabsorpsi air sehingga teksturnya menjadi kenyal dan elastis seperti sebelum
ditekan menggunakan jari. Mi instan yang sudah matang adalah mi yang tidak
keras saat ditekan. Penentuan waktu rehidrasi dihitung mulai dari mi dimasukkan
sensori dilakukan oleh 30 orang panelis menggunakan uji deskriptif dan 80 orang
instan melalui beberapa atribut mutu yaitu warna, aroma, rasa dan tekstur (atribut
warna diuji sebelum dan sesudah mi dimasak, sedangkan atribut rasa, aroma dan
tekstur diuji sesudah mi dimasak). Uji ini dilakukan oleh panelis (mahasiswa/i
evaluasi sensori.
mi instan. Urutan penilaian uji hedonik yaitu 1-5 (sangat suka, suka, netral, tidak
suka dan sangat tidak suka). Panelis diminta untuk menilai masing-masing sampel
ragam (ANOVA). Jika Fhitung Ftabel maka dilanjutkan dengan uji Duncans New
Yij = + j + ij
Keterangan:
perlakuan ke-i
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, R. 2011. Evaluasi mutu mi kering yang dibuat dari tepung terigu
yang disubstitusi dengan tepung jagung. Skripsi. Fakultas Pertanian
Universitas Riau. Pekanbaru.
Badan Pusat Statistik Provinsi Riau. 2015. Data Produksi Jagung Provinsi Riau
Tahun 2015. Badan Pusat Statistik Provinsi Riau. Riau.
Budiyah. 2004. Pemanfaatan pati dan protein jagung (Corn Gluten Meal)
dalam pembuatan mi jagung instan. Skripsi. Departemen Ilmu dan
Teknologi Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Fennema, O.R. Editor. 1996. Food Chemistry, 3rd ed. Marcel Dekker. New York
Maylani, D. 2014. Kajian Mutu Mi Instan yang Terbuat dari Tepung Jagung
Lokal Riau dan Pati Sagu. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Pertanian.
Vol. 1 (2). Oktober 2014.
Subagjo, A., 2007, Manajemen Pengolahan Roti dan Kue. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Budidaya Secara Hidroponik. CV.
Nuansa Aulia. Bandung.
Ubaidillah, M., 2000. Penamabahan Pegental Pada Mie. Karya Ilmiah. F-MIPA
USU. Medan.
Jagung
Tepung
30
Pembuatan lembaran-lembaran
Pendinginan lembaran
Pencetakan mi
Mi instan
31
Mi instan
Ditimbang
Mi siap saji
32
No kode Karakteristik
Sampel Aroma Warna Rasa Kepatahan
33
No kode Karakteristik
Sampel Aroma Warna Rasa Kepatahan