PENDAHULUAN
1
psikososial yang dimaksud adalah kejadian dalam hidup yang menimbulkan
stres akut terhadap individu. Paparan tersebut tidak selalu menyebabkan
depresi pada remaja, namun apabila ada gen yang diturunkan pada anak,
remaja tersebut lebih mudah mengalami depresi.
Stres psikososial berhubungan erat dengan episode pertama depresi
yang terjadi pada individu daripada episode rekuren depresi. Seseorang yang
pertama kali menerima stresor psikososial yang berat berisiko depresi,
terutama perempuan. Individu yang mengalami kejadian hidup yang negatif
berkali- kali lebih berisiko depresi daripada individu yang mengalami
kejadian tersebut satu kali. Depresi merupakan salah satu gangguan kesehatan
serius yang dapat dialami oleh seseorang tanpa memandang usia. Anak-anak,
remaja, orang dewasa bahkan orang lanjut usia dapat mengalami depresi.
Depresi pada remaja ditunjukkan secara berulang dan menetap dengan
mengutarakan bahwa diri mereka merupakan orang yang tidak menarik secara
visual, bodoh, tidak mampu berteman dengan teman sebaya, tidak mampu
mencintai lain jenis, dan tidak dicintai orang sekeliling mereka.
Tubuh manusia dalam merespon stresor ditunjukkan melalui aktivasi
sistem endokrin yaitu melibatkan sirkuit yang terhubung dengan amigdala ke
hippocampus dan ventral meluas ke korteks prefrontal dan berhubungan
dengan aktivitas aksis hypothalamic - pituitary - adrenal (HPA). HPA
memberikan sinyal kepada kelenjar adrenal untuk memproduksi hormon
kortisol dan adrenaline lebih banyak. Hormon tersebut lepas di aliran darah
menyebabkan meningkatnya frekuensi detak jantung, respiratory rate,
tekanan darah dan metabolisme. Konsentrasi reseptor steroid seks yang tinggi
diidentifikasi oleh sirkuit HPA dan membuktikan wanita lebih berisiko stres
daripada laki-laki. Faktor risiko yang diturunkan maupun stres psikososial
dapat menjadi faktor risiko utama yang menentukan risiko depresi yang
didasari oleh peristiwa sirkuit neural dan sistem endokrin.
2
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah timbul pertanyaan yang akan dijawab
dalam referat ini :
a. Apakah yang dimaksud dengan stress?
b. Apa yang dimaksud dengan psikososial?
c. Bagaimanakah keterkaitan antara faktor stress dengan psikososial?
d. Bagaimana cara penanganan faktor stress yang berhubungan dengan
gangguan psikososial?
3
1.4.2.2. Bagi Penulis
Menambah wawasan penulis mengenai stress dalam psikososial dan pengalaman
untuk menulis referat serta mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dari sudut pandang ilmu kedokteran, menurut Hans Selye seorang ahli
fisiologi dan pakar stres yang dimaksud dengan stres ialah suatu respon tubuh
yang tidak spesifik terhadap aksi atau tuntutan atasnya. Jadi merupakan respon
automatik tubuh yang bersifat adaptif pada setiap perlakuan yang menimbulkan
perubahan fisis atau emosi yang bertujuan untuk mempertahankan kondisi fisis
yang optimal suatu organisme. Reaksi fisiologis ini disebut sebagai general
adaptation syndrome.
5
melarikan diri.
Sumbangan paling penting dalam penelitian stres dilakukan oleh Hans
Seyle pada tahun 1936 tentang General Adaptation Syndrome (GAS). Seyle
menyatakan bahwa ketika organisme berhadapan dengan stresor, dia akan
mendorong dirinya sendiri untuk melakukan tindakan yang diatur oleh kelenjar
adrenal yang menaikkan aktivitas sistem saraf simpatetik. Tanpa memperhatikan
penyebab dari ancaman, individu akan merespon dengan pola reaksi fisiologis
yang sama, selebihnya dengan mengulangi atau memperpanjang stres sehingga
akan melicinkan dan mematahkan sistem. Model oleh Seyle ini menjadi dasar
dalam membahas masalah stres.
6
1.Bioecological Stress (sumber stres bioekologikal)
2. Psychosocial Stress (sumber stres psikososial)
3. Job Stress (sumber stres pekerjaan)
4. Tipe kepribadian dan cara berpikir
7
manusia.
Contohnya, tenaga medis yang mempunyai beban kerja yang berat dan
harus berhati-hati supaya tidak membuat kesalahan sehingga dapat
menimbulkan konsekuensi yang serius.
Orang yang pertama kali menerima stresor psikososial yang berat berisiko
depresi, terutama perempuan. Individu yang mengalami kejadian hidup yang
negatif berkali- kali lebih berisiko depresi daripada individu yang mengalami
kejadian tersebut satu kali. Stresor psikososial yang paling berpengaruh adalah
buruknya hubungan di dalam keluarga (negative family relationship).
8
dinginkan atau tidak terduga dalam hidup, keluarga yang mengalami kesulitan,
dapat meningkatkan risiko depresi pada anak 2-3 kali.
9
perspektif medis.
10
2.6 Respon Tubuh terhadap Stres
11
Respons saraf utama terhadap rangsangan stres adalah pengaktifan sistem
saraf simpatis generalisata. Peningkatan curah jantung dan ventilasi serta
pengalihan aliran darah dari bagian yang aktivitasnya ditekan dan mengalami
vasokonstriksi, misalnya saluran cerna dan ginjal ke otot dan jantung yang lebih
aktif, yang mempersiapkan tubuh untuk melawan atau berlari.
Secara bersamaan, sistem simpatis mengaktifkan penguatan hormon dalam
bentuk pengeluaran besar-besaran epinefrin dari medulla adrenal. Fungsi dari
peningkatan epinefrin untuk memperkuat sistem saraf simpatis dalam menyiapkan
tubuh terhadap stresor dan memobilisasi simpanan energi lemak dan karbohidrat.
Epinefrin dan glukagon, kadar keduanya meningkat saat stress. Baik
sistem saraf simpatis maupun epinefrin yang disekresikan keduanya menghambat
insulin dan merangsang glukagon. Perubahan hormon ini bekerja sama untuk
meningkatkan kadar glukosa dan asam lemak darah dan mendorong glikogenolisis
hati dan glukoneogenesis hati.
Selain epinefrin, respon utama terhadap stres adalah pengaktifan sistem
hormon CRH-ACTH-kortisol. Peran kortisol dalam membantu menghadapi stress
diperkirakan berkaitan dengan efek metaboliknya. Kortisol menguraikan
simpanan lemak dan protein dan memperbanyak simpanan karbohidrat dan
meningkatkan ketersediaan glukosa darah. Terjadi peningkatan cadangan glukosa,
asam amino dan asam lemak yang dapat digunakan sesuai kebutuhan, misalnya
untuk mempertahankan nutrisi ke otak dan menyediakan bahan baku untuk
memperbaiki jaringan yang rusak.
ACTH juga berperan dalam mempertahankan stress. ACTH adalah salah
satu dari beberapa peptida yang mempermudah proses belajar dan mempengaruhi
perilaku. Karena itu, peningkatan ACTH selama stres psikologis membantu tubuh
menghadapi stresor serupa di masa depan dengan mempermudah proses
mempelajari respons perilaku yang sesuai. -endorfin juga disekresi bersama
dengan ACTH pada stimulasi CRH selama stres. Sebagai opiat endogen yang
poten, -endorfin menyebabkan berkurangnya persepsi terhadap nyeri jika selama
stres fisik.
12
Selain perubahan-perubahan hormon yang memobilisasi simpanan energi
selama stres, sistem renin-angiotensin-aldosteron diaktifkan untuk
mempertahankan volume darah dan tekanan darah selama keadaan darurat. Sistem
simpatis dan epinefrin berperan besar dalam bekerja langsung pada jantung dan
pembuluh darah untuk memperbaiki fungsi sirkulasi. Selain itu, sistem renin-
angiotensin-aldosteron juga diaktifkan sebagai konsekuensi penurunan aliran
darah ke ginjal yang dipicu oleh saraf simpatis.
Sekresi vasopressin juga meningkat selama situasi stres. Secara
bersamaan, hormon-hormon ini meningkatkan volume plasma dengan mendorong
retensi garam dan H2O. peningkatan volume plasma diperkirakan berfungsi
sebagai tindakan protektif untuk membantu mempertahankan tekanan darah jika
terjadi kehilangan cairan plasma melalui perdarahan atau keringat berlebihan.
Vasopressin dan angiotensin juga memiliki efek vasopressor langsung dalam
mempertahankan tekanan arteri jika kehilangan darah akut. Vasopressin juga
mampu mempermudah proses belajar, yang berdampak pada adaptasi terhadap
stres.
13
Adapun pengertian sosial adalah segala perilaku manusia yang
menggambarkan hubungan nonindividualis. Jadi, pengertian psikologi
sosial adalah sebuah ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai
pengaruh hubungan individualis terhadap perilaku dan fungsi mental
manusia secara ilmiah.
Psikologi Sosial sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku
manusia dalam lingkungan sosialnya, baru berkembang lebih kurang
seratus tahun yang lalu. Sebelumnya gejala perilaku manusia dalam
masyarakatnya dipelajari dalam Sosiologi dan Antropologi. Adapun
psikologi sosial lebih menekankan pada tingkah laku manusia sebagai
individu, sebagai ilmu yang relatif baru dalam perkembangannya banyak
menggunakan materi-materi yang sudah ada dalam disiplin ilmu Sosiologi
dan Antropologi.
Fokus kajian Psikologi Sosial lebih bertitik tolak pada manusia
sebagai individu yang membina hubungan-hubungan sosial di masyarakat,
misalnya persepsi, motivasi dan sikap, dan berusaha memahami proses-
proses yang mempengaruhi kelangsungan dan keseragaman jenis maupun
bentuk hubungan social seperti kepemimpinan, kerja sama, dan konflik.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa objek studi dalam psikologi
sosial lebih menitik beratkan pada semua kondisi psikologis individu
dalam masyarakat, dalam hal ini berusaha melihat hubungan yang ada
antara berbagai kondisi sosial dengan kondisi psikologis individu dalam
masyarakat. Yang dimaksud kondisi sosial di sini adalah semua aspek
yang ada dalam lingkungan sosial yang mempengaruhi individu.
Berdasarkan prosesnya, interaksi ini dibedakan dalam 3 pola hubungan,
yaitu :
14
2. Interaksi yang terjadi karena hubungan individu dengan kelompok
(terjadi hubungan timbal balik)
3. Interaksi yang terjadi karena hubungan antar kelompok (dua atau
lebih).
2. A.M . Chorus
Psikologi Sosial adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia
sebagai anggota suatu masyarakat.
5. Davis O Sears
Psikologi Sosial merupakan usaha sistematis untuk memahami prilaku
sosial, yakni :
a) Bagaimana kita mengamati orang lain dan situasi sosial
b) Bagaimana orang lain bereaksi terhadap kita
c) Bagaimana kita dipengaruhi oleh situasi sosial
15
6. Shaw & Costanzo (1970)
Psikologi Sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku
individu sebagai fungsi dari rangsang-rangsang sosial.
3. Inisiatif vs Kesalahan
16
Tahap ketiga adalah tahap kelamin-lokomotor (genital-
locomotor stage) atau yang biasa disebut tahap bermain. Tahap
ini terjadi pada usia 3 sampai 5 atau 6 tahun. Tugas yang harus
diemban seseorang pada masa ini adalah untuk belajar
mempunyai gagasan (inisiatif) tanpa melakukan kesalahan
yang terlalu banyak.
4. Kerajinan vs Inferioritas
Tahap keempat adalah tahap laten yang terjadi pada usia
sekolah dasar antara usia 612 tahun. Salah satu tugas yang
diperlukan pada tahap ini ialah mengembangkan kemampuan
bekerja keras dan menghindari perasaan rendah diri serta tidak
percaya diri.
6. Keintiman vs Isolasi
Tahap keenam terjadi pada masa dewasa awal yang berusia
sekitar 20-30 tahun. Hal yang perlu dibangun adalah keinginan
untuk mencapai kedekatan/keakraban dengan orang lain dan
berusaha menghindari sikap menyendiri.
7. Generativitas vs Stagnasi
Masa dewasa/dewasa tengah berada pada posisi ketujuh,
dan ditempati oleh orang-orang yang berusia sekitar 30 sampai
60 tahun. Salah satu tugas yang harus dicapai adalah dapat
17
mengabdikan diri guna menyeimbangkan antara sifat
melahirkan/menciptakan sesuatu (generativitas) dengan tidak
berbuat apa-apa (stagnasi).
8. Integritas vs Keputusasaan
Tahap terakhir dalam teori Erikson disebut tahap usia senja
yang diduduki oleh orang-orang yang berusia sekitar 60 sampai
65 ke atas. Yang menjadi tugas pada usia senja ini adalah
integritas dan berupaya menghilangkan putus ada dan
kekecewaan.
18
2.11 Gambaran klinis Stres Psikososial
Gejala penyerta :
agresi
kekerasan
pengendalian impuls yang buruk
depresi
gangguan berhubungan dengan zat
Psikoterapi
Psikoterapi psikodinamika berguna dalam pengobatan banyak pasien
dengan gangguan stress pasca traumatic.pada beberapa kasus, rekonstruksi
peristiwa traumatik dengan abreaksi dan kataris yang menyertai bersifat
terapeutik. Psikoterapi harus dilakukan secara individual.
Intervensi psikodinamika untuk gangguan stress pasca traumatic adalah
terapi perilaku, terapi kognisi dan hipnosis. Sifat jangka pendek dari psikoterapi
19
menekan resiko dari ketergantungan dan kronisitas. Ahli terapi harus mengatasi
penyangkalan pasien tentang peristiwa traumatic, mendorong mereka untuk
santai, dan mengeluarkan dari sumber stres. Dukungan dari lingkungan seperti
teman dan kerabat harus disediakan. Pasien harus didorong untuk mengingat dan
melepaskan perasaan emosional yang berhubungan dengan peristiwa traumatic
dan merencanakan pemulihan di masa depan.
Psikoterapi setelah peristiwa traumatik harus mengikuti modul intervensi
krisis dengan dukungan pendidikan dan perkembangan mekanisme mengatasi dan
penerimaan peristiwa. Ada dua pendekatan psikoterapeutik utama yang dapat
dilakukan. Pertama adalah pemaparan dengan peristiwa traumatik melalui teknik
pembayangan atau pemaparan in vivo. Pendekatan yang kedua adalah
mengajarkan pasien metode penatalaksanaa stress termasuk teknik relaksasi dan
pendekatan kognitif untuk mengatasi stress. Beberapa data awal menyatakan
bahwa walaupun teknik penatalaksanaan stress efektif lebih cepat dibandingkan
teknik pemaparan, hasil dari teknik pemaparan lebih bertahan lama. Selain itu,
terapi kelompok dan terapi keluarga efektif pada kasus gangguan stres.
Keuntungan terapi kelompok adalah berbagi pengalaman dan mendapatkan
dukungan dari anggota kelompok.
Menurut Lazzarus dan Folkman, coping stres merupakan suatu proses di
mana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan
(baik itu tuntutan yang berasal dari individu maupun tuntutan yang berasanl dari
lingkungan) dengan sumber-sumber daya yang mereka gunakan dalam
menghadapi situasi penuh tekanan. Secara umum, stres dapat diatasi dengan
melakukan transaksi dengan lingkungan di mana hubungan transaksi ini
merupakan suatu proses yang dinamis.
Secara umum, coping stres mempunyai dua macam fungsi, yaitu:
1. Emotion-focused copingDigunakan untuk mengatur respon emosional
terhadap stres. Pengaturan ini melalui perilaku individu, seperti
penggunaan obat penenang, bagaimana meniadakan fakta-fakta yang tidak
menyenangkan, melalui strategi kognitif. Bila individu tidak mampu
mengubah kondisi yang stresful, individu akan cenderung untuk mengatur
20
emosinya.
Ada delapan strategi coping yang berbeda yang secara umum dikenal
dalam psikologi, yaitu :
1. Konfrontasi
2. Mencari dukungan sosial
3. Merencanakan pemecahan masalah dikaitkan dengan problem-focused
coping
4. Kontrol diri
5. Membuat jarak
6. Penilaian kembali secara positif
7. Menerima tanggung jawab
8. Lari atau penghindaran
Tidak ada satu metode pun yang dapat digunakan untuk semua situasi
stres. Tidak ada strategi coping yang paling berhasil. Strategi coping yang paling
efektif adalah strategi yang sesuai dengan jenis stres dan situasi. Keberhasilan
coping lebih tergantung pada penggabungan strategi coping yang sesuai dengan
ciri masing-masing kejadian yang penuh stres, daripada mencoba menemukan
satu strategi coping yang paling berhasil.
Perbedaan individu dalam menyesuaikan diri terhadap berbagai macam
stres di antaranya dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki (misal inteligensi,
kreativitas, kecerdasan emosional), pengaruh lingkungan, pendidikan,
pengembangan diri, dan usia. Ada pula beberapa penyesuaian yang dapat bersifat
mengurangi gejala stres. Penyesuaian yang tidak disadari yaitu dengan
menggunakan defense mechanisms (mekanisme pertahanan diri), sedangkan
21
penyesuaian yang disadari di antaranya membicarakan masalah yang dihadapi
dengan orang lain, melakukan pekerjaan lain yang mengurangi simptom stres,
atau sekadar tertawa.
Penyesuaian yang sifatnya problem solving terhadap stres, merupakan
jenis penyesuaian terhadap stres yang bersifat disadari, berupaya menghilangkan
sumber stres, tidak tergesa-gesa atau lebih terarah, ada strategi tertentu, dan lebih
efektif. Ini dapat dilakukan dengan memodifikasi diri agar lebih toleran terhadap
stres atau memodifikasi situasi yang menimbulkan stres.
Prognosis yang baik diramalkan oleh onset gejala yang cepat, durasi gelaja
yang singkat ,(6 bulan), fungsi premorbid yang baik, dukungan sosial yang kuat,
dan tidak adanya gangguan psikiatri, medis atau berhubungan denga zat lainnya.
22
BAB III
PENUTUP
3. Kesimpulan
Stres merupakan respon keseimbangan tubuh dan pikiran terhadap
perubahan. Stres merupakan bentuk ketegangan fisik, psikis dan mental
seseorang.
Stres dapat mengganggu fungsi kognitif, berkurangnya konsentrasi,
memori, perhatian dan kemampuan dalam membuat keputusan. Stres
dapat berkontribusi menimbulkan permasalahan secara fisik maupun
tingkah laku.
Stressor dibagi menjadi beberapa bagian seperti Bioecological Stress
(sumber stres bioekologikal),Psychosocial Stress (sumber stres
psikososial),Job Stress (sumber stres pekerjaan) dan Tipe kepribadian
dan cara berpikir
Respons tubuh terhadap perubahan-perubahan tersebut dapat dibagi
menjadi 3 fase yaitu alarm reaction (reaksi peringatan), the stage of
resistance (reaksi pertahanan) dan stage of exhaustion (reaksi kelelahan).
Psikososial adalah hubungan antara kondisi sosial seseorang dengan
kesehatan mental/emosionalnya.
Stres dalam psikososial dapat terbagi menjadi gangguan stres pasca
traumatic dan gangguan stress akut.
23
DAFTAR PUSTAKA
24