Anda di halaman 1dari 16

C.

Prinsip kerja peralatan

Seismik refleksi adalah metoda geofisika dengan menggunakan gelombang elastis


yang dipancarkan oleh suatu sumber getar yang biasanya berupa ledakan dinamit (pada
umumnya digunakan di darat, sedangkan di laut menggunakan sumber getar (pada media air
menggunakan sumber getar berupa air gun, boomer atau sparker). Gelombang bunyi yang
dihasilkan dari ledakan tersebut menembus sekelompok batuan di bawah permukaan yang
nantinya akan dipantulkan kembali ke atas permukaan melalui bidang reflektor yang berupa
batas lapisan batuan. Gelombang yang dipantulkan ke permukaan ini diterima dan direkam
oleh alat perekam yang disebut geophone (di darat) atau Hydrophone (di laut), (Badley,
1985). Refleksi dari suatu horison geologi mirip dengan gema pada suatu muka tebing atau
jurang. Metoda seismic refleksi banyak dimanfaatkan untuk keperluan Explorasi
perminyakan, penetuan sumber gempa ataupun mendeteksi struktur lapisan tanah. Seismik
refleksi hanya mengamati gelombang pantul yang datang daribatas-batas formasi geologi.
Gelombang pantul ini dapat dibagi atas beberapa jenis gelombang yakni: Gelombang-P,
Gelombang-S, Gelombang Stoneley, dan Gelombang Love
Seismik refleksi ini, dikonsentrasikan pada energi yang diterima setelah getaran awal
diterapkan. Secara umum, sinyal yang dicari adalah gelombang-gelombang yang
terpantulkan dari semua interface antar lapisan di bawah permukaan. Analisis yang
dipergunakan dapat disamakan dengan echo sounding pada teknologi bawah air, kapal,
dan sistem radar. Informasi tentang medium juga dapat diekstrak dari bentuk dan amplitudo
gelombang refleksi yang direkam.Struktur bawah permukaan dapat cukup kompleks, tetapi
analisis yang dilakukan masih sama dengan seismik refraksi, yaitu analisis berdasar kontras
parameter elastisitas medium.
Seismik refleksi umumnya dipakai untuk penyelidikan hidrokarbon. Biasanya
metode seismik refleksi ini dipadukan dengan metode geofisika lainnya, misalnya metode
grafitasi, magnetik, dan lain-lain. Namun metode seismik refleksi adalah yang paling mudah
memberikan informasi paling akurat terhadap gambaran atau model geologi bawah
permukaan dikarenakan data-data yang diperoleh labih akurat.
Pada umumnya metode seismik refleksi terbagi atas tiga tahapan utama, yaitu:

1. Pengumpulan data seismik (akuisisi data seismik): semua kegiatan yang berkaitan
dengan pengumpulan data sejak survey pendahuluan dengan survey detail.
2. Pengolahan data seismik (processing data seismik): kegiatan untuk mengolah data
rekaman di lapangan (raw data) dan diubah ke bentuk penampang seismik migrasi.
3. Interpretasi data seismik: kegiatan yang dimulai dengan penelusuran horison,
pembacaan waktu, dan plotting pada penampang seismik yang hasilnya disajikan atau
dipetakan pada peta dasar yang berguna untuk mengetahui struktur atau model
geologi bawah permukaan.

Tujuan utama dari suatu survei seismik refleksi adalah memberikan informasi mengenai
geologi bawah permukaan. Metoda seismik refleksi ini dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu :

Seismik dangkal (shallow seismic reflection) yang umumnya digunakan dalam


eksplorasi batu bara dan bahan tambang lainnya.
Seismik dalam yang umum digunakan untuk eksplorasi daerah prospek hidrokarbon.

Prinsip dasar dari metoda seismik pantul ini adalah pengiriman sinyal ke dalam bumi, dan
karena adanya bidang perlapisan (bidang kontak) maka bidang tersebut dapat menjadi bidang
pantul (reflektor).

Sinyal yang dikirim melalui alat peledak (S) direfleksikan oleh bidang reflektor oleh titik
refleksi (R), dan sinyal yang dipantulkan direkam oleh detektor berupa geofon (G). Jika h
adalah ketebalan lapisan, maka waktu (t) yang dibutuhkan oleh sinyal untuk sampai ke
detektor adalah

Untuk satu lapisan :

Untuk dua lapisan :


dimana kecepatan rambat dan waktu dapat diketahui, sehingga ketebalan masing-masing
lapisan dapat dihitung.

Gambar 18. Sketsa prinsip dasar seismik refleksi

Parameter-parameter yang Harus Diperhatikan

Kualitas data seismik sangat ditentukan oleh kesesuaian parameter lapangan yang
digunakan dengan kondisi geologi dan kondisi permukaan daerah survei. Disamping itu
parameter lapangan juga harus disesuaikan dengan target eksplorasi yang ingin dicapai. Jadi
keberhasilan suatu survei seismik sangat ditentukan dari desain parameter lapangan
digunakan.

Beberapa parameter lapangan yang harus ditentukan dan disesuaikan dengan kondisi
lapangan adalah sebagai berikut :

Jumlah dan susunan geopon


Interval sampling
Jumlah bahan peledak dan kedalaman lubang bor
Jarak antar titik tembak
Jarak antara geopon
Geometri penembakan
Filter (high-cut dan low-cut).

Parameter lapangan dirancang berdasarkan data geologi dan data geofisika yang ada, dan
penentuannya dilakukan dengan uji coba secara langsung di lapangan. Parameter dipilih
berdasarkan optimasi keterbatasan parameter lapangan dalam memecahkan problem yang
muncul. Selain itu faktor ekonomis juga merupakan pertimbangan utama dalam optimasi ini.
D. Peralatan

Seismik refleksi adalah metoda geofisika dengan menggunakan gelombang elastis


yang dipancarkan oleh suatu sumber getar yang biasanya berupa ledakan dinamit (pada
umumnya digunakan di darat, sedangkan di laut menggunakan sumber getar (pada media air
menggunakan sumber getar berupa air gun, boomer atau sparker). Adapun peralatan
pendukung yang digunakan yakni:

1. Vibrator truck / Vibrator ship


2. Recorder truck / Vibrator ship
3. Geophone group / Hydrophone group
4. Recorder channels
5. Theodolith / GPS

Gelombang bunyi yang dihasilkan dari ledakan tersebut menembus sekelompok


batuan di bawah permukaan yang nantinya akan dipantulkan kembali ke atas permukaan
melalui bidang reflektor yang berupa batas lapisan batuan. Gelombang yang dipantulkan ke
permukaan ini diterima dan direkam oleh alat perekam yang disebut geophone (di darat) atau
Hydrophone (di laut), (Badley, 1985). Refleksi dari suatu horison geologi mirip dengan gema
pada suatu muka tebing atau jurang. Metoda seismic repleksi banyak dimanfaatkan untuk
keperluan Explorasi perminyakan, penetuan sumber gempa ataupun mendeteksi struktur
lapisan tanah.

Gambar 1. Deteksi darat metode refleksi

(Sumber : http://jefrigeophysics.wordpress.com/2010/07/21/seismik-refleksi-untuk-
eksplorasi-2/)
Gambar 2. Deteksi metode refleksi media air

(Sumber : http://rullypieritsz.blogspot.com/2009_06_18_archive.html)

E. Prosedur Kerja

Cara Penentuan Parameter Lapangan

a. Menganalisa noise (gangguan)

Analisa noise ditujukan untuk mendeskripsikan parameter fisis sinyal dan


noise sehingga desain parameter lapangan dapat dilakukan dengan baik. Analisa (test)
noise ini dilakukan paling awal sebelum survei seismik dimulai. Noise adalah
gelombang yang tidak diharapkan dan sering muncul pada saat perekaman seismik.
Biasanya mengganggu sinyal refleksi.
b. Menyusun geopon (array geophone)

Tujuan dari penentuan array geophone ini adalah untuk mendapatkan bentuk
susunan geophone yang dapat berfungsi meredam noise (ground roll) secara optimal
sehingga signal to noise ratio-nya (S/N ratio) tinggi. Untuk menaikkan (S/N ratio)
ground roll harus diredam dengan cara menebarkan geophone.

c. Test kedalaman dan jumlah dinamit

Tujuan test ini adalah untuk menentukan kedalaman pemboran dan jumlah
dinamit yang paling optimum, artinya dapat memberikan hasil perekaman seperti
yang diharapkan tetapi juga dengan biaya yang ekonomis.

d. Menentukan jarak titik tembak

Untuk melakukan pemilihan jarak terdekat dan terjauh ini, kita kaitkan dengan
target dari survei. Untuk memilih jarak terdekat biasanya digunakan acuan target
terdangkal, sedangkan untuk jarak terjauh kita gunakan acuan target terdalam.

e. Menentukan Geometri Penembakan

Informasi struktur geologi dan data geofisika yang ada di daerah penyelidikan
sangat diperlukan untuk menentukan geometri penembakan. Pemilihan cara
penembakan, tergantung pada kedalaman zona prospek dan kompleksitas struktur
bawah permukaan. Pemilihan geometri penembakan berguna untuk memfokuskan
energi seismik sehingga efektifitas sumber menjadi lebih optimal.

f. Dilakukan Filter (low cut dan high cut)

Penentuan filter low-cut dan high-cut ini kita lakukan pada instrumen yang
kita gunakan. Pemilihan high cut filter dapat ditentukan atas dasar sampling rate yang
digunakan karena sampling rate menentukan besarnya frekuensi aliasing. Pemilihan
besarnya low cut filter ditujukan untuk meredam noise berfrekuensi lebih rendah dari
frekuensi geophone yang digunakan apabila noise tersebut terlalu menenggelamkan
sinyal.

g. Menentukan Sampling rate


Penentuan besar kecilnya sampling rate bergantung pada frekuensi maksimum
sinyal yang ingin direkam pada daerah survei tersebut. Tetapi pada kenyataannya,
besarnya sampling rate dalam perekaman sangat bergantung pada kemampuan
instrumentasi perekaman yang digunakan, dan biasanya sudah ditentukan oleh pabrik
pembuat instrumen tersebut. Penentuan sampling rate ini akan memberikan batas
frekuensi tertinggi yang terekam akibat adanya aliasing.

Prosedur Pengambilan Data di Lapangan

a. Pemasangan patok
Sebelum dilakukan pengukuran seismik, maka terlebih dahulu harus ditentukan posisi
koordinat (X, Y, dan Z) dari tiap-tiap titik geophone maupun shot point. Penentuan
koordinat ini dapat dilakukan dengan menggunakan theodolith ataupun GPS. Titik-
titik tersebut, kemudian ditandai dengan patok yang sudah mempunyai harga
koordinat terhadap referensi tertentu.
b. Pemasangan geophone
Geophone dipasang sesuai dengan rencana tipe penembakan yang akan dilakukan dan
disusun berurutan. Pemasangan geophone diusahakan sedekat mungkin dengan patok
yang sudah diukur koordinatnya.
c. Pemasangan sumber peledak
Sumber peledak dipasang sesuai dengan rencana tipe penembakan
d. Persiapan alat perekaman data seismik
Sebelum melakukan penembakan alat perekam harus dicek terlebih dahulu, sehingga
data yang dihasilkan cukup optimal.
e. Penembakan
Penembakan hanya dapat dilakukan ketika alat perekam data seismik sudah dilakukan
pengecekan dan terpasang dengan baik.
f. Pencatatan data pengamatan pada observer log
Data pengamatan dan kejadian selama berlangsungnya pengukuran kemudian disalin
pada buku observer log
F. Contoh Studi Kasus

Judul : Menentukan Urutan basaltik Menggunakan seismik Refleksi dan Metode Resistiviti

Abstrak
Penelitian ini dilakukan di Harat Rahat (selatan Almadinah Almonwarah)
menggunakan refleksi dan metode resistivitas seismik. Tujuan utama dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui sejauh mana lapisan basal dan untuk menentukan kesalahan bawah
permukaan dan patahan yang dapat mempengaruhi dan mengontrol pergerakan air tanah di
daerah penelitia. Sebuah profil seismik 2D diperoleh dan hasilnya menunjukkan bahwa
bawah permukaan di daerah penelitian memiliki kesalahan. Diperoleh hasil seismik yang baik
dibandingkan dengan sumur bor. Sebagai alat pelengkap, metode resistivitas diterapkan untuk
mendeteksi tingkat air tanah. Hasil dari metode resistiviti menunjukkan bahwa enam lapisan
yang berbeda telah diidentifikasi. Penafsiran enam lapisan ini menunjukkan bahwa lapisan
pertama tiga, lapisan keempat, lapisan kelima dan bagian bawah menunjukkan berbagai
struktur bawah permukaan dan batuan; berbagai lapisan basaltik, basalt retak, lapuk basement
dan lapisan basalt segar, masing-masing. Hal ini jelas bahwa keberhasilan survei geofisika
tergantung pada kombinasi dengan sumber data bawah permukaan lainnya untuk
menghasilkan peta yang akurat.

1. Pendahuluan
Metode seismik refleksi resolusi tinggi efektif untuk menggambarkan struktur bawah
permukaan bumi. Banyak ahli geofisika telah mendeteksi batubara menggunakan metode ini.
Peneliti lainnya telah memanfaatkan Metode seismik refleksi resolusi tinggi untuk berbagai
aplikasi. Sebagai contoh diterapkan untuk menentukan dikonsolidasi struktur sedimen di
Belanda. Diterapkan metode untuk mendeteksi akuifer tak terkonsolidasi di Australia.
Digunakan untuk membantu dalam perencanaan tambang dan pengeboran horisontal untuk
ekstraksi metana batubara. Diterapkan ke gambar tipis, diamondiferous kimberlite tanggul.
Digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan lipat dan kesalahan dangkal di bawah
dataran rendah Puget selatan, metode resistivitas berhasil diterapkan dalam penyelidikan
tanah untuk beberapa tujuan. Aplikasi di geoteknik dan teknis investigasi dicapai seperti
tanah dan air tanah dipetakan oleh peneliti seperti digunakan metode tahanan listrik untuk
menemukan struktur bawah permukaan. pemetaan luasnya lapisan basal dan struktur bawah
permukaan adalah tujuan utama dari studi ini, yang dilakukan dengan menggunakan seismik
refleksi, sumur bor dan resistivitas metode. Hasil seismik menunjukkan bahwa bawah
permukaan di daerah penelitian memiliki kesalahan serta efisiensi metode seismik untuk
mengidentifikasi tabel tingkat air. Hasil metode resistivitas menunjukkan bahwa enam
lapisan yang berbeda telah diidentifikasi. Oleh karena itu, hasil refleksi dan resistivitas survei
seismik yang cukup mirip dengan sumur bor.
1.1. Prosedur lapangan dan Pengolahan Data Seismik Metode Refleksi
Sebuah profil seismik 2D diperoleh dengan menggunakan peralatan dan dipilih
parameter berdasarkan sifat fenomena geologi dan daerah aksesibilitas. Data seismik
berkorelasi tercatat dengan 112 saluran, di mana interval kelompok geophone dan interval
shotpoint adalah 5m, dan offset antara geophone dan shotpoint adalah 10m, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 1 Selain itu, bidang pa-parameter-dipilih dalam penelitian ini
adalah ditunjukkan pada Tabel 1.
Tujuan utama dari pengolahan data seismik adalah untuk menghasilkan gambar
resolusi tinggi di bawah permukaan, dicapai dengan meningkatkan sinyal untuk rasio
kebisingan dan perpindahan tempat gelombang dipantulkan ke posisi yang benar . Urutan
pemrosesan konvensional data seismik refleksi, namun tidak terbatas pada: penyaringan,
aplikasi statika, dekonvolusi, menyortir CMP, analisa kecepatan, koreksi NMO, penumpukan
dan migrasi. Gambar 2 dan Gambar 3 menunjukkan penampang seismik yang ditumpuk
dalam skala waktu dan urutan proses yang tepat, untuk mendapatkan sinyal yang lebih baik
ditingkatkan hasil masing-masing.

Gambar 1. Ditunjukan studi geometri

Tabel 1. Bidang parameter di kasus ini


Gambar 2. Gambaran bagian seismik di skala waktu
Gambar 3. Langkah pemprosesan di penilitian ini

1.2. Metode Resistivitas Listrik


Peralatan konvensional untuk survei resistivitas, seperti ammeter, voltmeter, sumber
daya, elektroda, dan menghubungkan kawat yang digunakan dalam penelitian ini. Selain itu,
dilakukan lima soundings listrik vertikal (VES) saja garis seismik untuk mempelajari variasi
resistivitas kedalaman. Gambar 4 menggambarkan bahwa diambil dengan array
Schlumberger, memiliki pemisahan maksimum 1000 m antara elektroda, dan pemisahan
setengah saat elektroda berangsur-angsur meningkat 3-1000 m. Pemisahan maksimum antara
arus potensial adalah 120 m, dengan kenaikan ini dimulai dari 0,6.
Langkah-langkah utama dalam mengolah data resistivitas terdiri dari berikut.
Pertama, menghasilkan kurva yang terdengar ditampilkan resistivitas jelas terhadap elektroda
jarak, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 5 Selanjutnya, model diciptakan untuk
menunjukkan kurva sesuai dengan model bumi saat ini seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 6 . Setelah itu, membangun model terbalik yang mewakili kurva teorikal terdengar
sesuai dengan model awal bumi dan setiap model percobaan berikutnya sebagai hasil
konvergensi. terakhir, analisis kesetaraan diterapkan untuk menunjukkan berbagai model
bumi yang berhubungan dengan data yang diperoleh untuk model membalikan akhir,
sebagaimana terungkap dalam Gambar 7 Perhatikan bahwa pengolahan pertama VES. Hal ini
disebabkan fakta bahwa proses urutan cukup mirip dengan langkah-langkah untuk VES
pertama.

2 Interpretasi Hasil
Bagian seismik ditafsirkan untuk mengidentifikasi lapisan permukaan air di seluruh
wilayah survei. Intepretasi mulai dengan mengubah bagian ditumpuk dari waktu (ms) ke
kedalaman (m), di mana akurasi konversi kedalaman tersebut tergantung pada seberapa
akurat pengolahan data seismik; yang mengatakan, konversi kedalaman akurat tergantung
pada keakuratan kecepatan dan waktu direkam. Diterapkan pendekatan kecepatan interval
untuk mengkonversi data dari waktu ke skala kedalaman. Bagian ditumpuk menunjukkan
bahwa bawah permukaan di daerah penelitian memiliki kesalahan besar. Selain itu, hasil
penampang seismik menunjukkan bahwa ada dua reflektor seismik, di mana kedua re-flector
dikaitkan dengan tabel air pada kisaran kedalaman 125 m sampai 230 m. Reflektor ini
dianggap permukaan lapisan seismik ketiga yang merupakan tanah jenuh basal retak.
Peningkatan mendadak dan luar biasa dalam kedalaman lapisan kedua adalah karena patahan

Gambar 4. Bagan susunan bidang untuk VES di Schlumberger array


Gambar 5. Kurva dugaan

Gambar 6. Perbandingan odel bagian depan dengan data


Gambar 7. Model kebalikan di perbandingkan dengan data

di daerah antara 40 dan 260 m jauh dari titik tembakan. Untuk mencapai kedalaman lebih
akurat disajikan hanya dengan penampang seismik, terikat lima sumur bor (W-1, W-2, W-7, W-11,
dan W-12) untuk data seismik seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8 Tabel 2 menunjukkan
informasi detail tentang lima sumur bor terpadu dengan bagian ditumpuk untuk menandai lapisan
permukaan air. W-1 dan W-2 adalah sumur kering karena mereka berada pada kedalaman dangkal
135m, sedangkan lapisan muka air terletak pada kedalaman 230 m. Lapisan air ditemukan dalam W-
7, W-11 dan W-12 pada kedalaman 125 m, 150 m, dan 150 m masing-masing.

Tahanan Interpretasi Data

Interpretasi dari lima stasiun VES menunjukkan bahwa daerah yang diteliti memiliki enam
lapisan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9. Lapisan pertama adalah lapisan tipis batuan basalt
sangat kering, dengan nilai rata-rata = 8430 Ohm.m, dan pada kedalaman antara 1-7,5 m. Nilai
tahanan jenis semu pada lapisan kedua adalah tentang > 4000 Ohm.m dan pada kedalaman antara
7,5-20 m, yang mungkin terdiri dari basalt segar. Lapisan ketiga memiliki nilai tahanan jenis semu
antara 1000-1200 Ohm.m dan pada kisaran kedalaman 20 sampai 60 m. Lapisan ini ditafsirkan
sebagai air tawar jenuh basal retak, diselingi dengan beberapa pasir serak. Analisis lapisan keempat
menunjukkan bahwa nilai-nilai tahanan jenis semu yang be-tween 150 dan 200 Ohm.m dan dengan
berbagai kedalaman 60-155 m. Lapisan ini ditandai sebagai retak basal dengan tanah liat jenuh
dengan garam-air. Nilai-nilai dari tahanan jenis semu pada lapisan kelima adalah antara 100 dan 120
Ohm.m dan kisaran kedalaman adalah 126-184 m. Lapisan ini ditafsirkan sebagai basement lapuk.
Lapisan keenam memiliki resistivitas jelas> 300 Ohm.m, dan yang ditafsirkan sebagai basement
kompak
Gambar 8. Intepretasi tumpukan (dalam)

Gambar 9. Diagram campuran dari data seismik dan VES

3 Kesimpulan
Metode geofisika yang digunakan memungkinkan kita untuk mengidentifikasi struktur bawah
permukaan, untuk mendapatkan informasi litologi, dan untuk menggambarkan kondisi aliran bawah
tanah di daerah penelitian. Interpretasi data seismik disepakati dengan sumur bor yang tersedia
untuk menemukan kedalaman muka air yang bervariasi umumnya dari 120 m sampai 150 m, serta
efektivitas metode seismik untuk mendeteksi kesalahan permukaan. Selain itu, metode resistiviti
terletak berbagai satuan batuan di bawah permukaan, seperti lapisan basal yang berbeda, basal
retak, lapuk basement dan lapisan basal segar. Jelas bahwa keberhasilan akhir dari survei geofisika
tergantung pada inklusi sumber data bawah permukaan lainnya untuk menghasilkan peta yang
tepat.
G. REFRENSI

Alanezi, A.,Qadrouh, A. Determining the Basaltic Sequence Using Seismic Reflection and
Resistivity Methods Open Journal of Geology, 2013, 3, 17-21. doi:10.4236/ojg.2013.32B004

Pieritsz, Rully. (2009).WEST BERAU 2D & 3D OBC SEISMIC SURVEY.


[Online].Tersedia: http://rullypieritsz.blogspot.com/2009_06_18_archive.html diakses
03 September 2014.

Sianturi, Jefri DS.(2010). Seismik Refleksi Untuk Eksplorasi.[Online].Tersedia :


http://jefrigeophysics.wordpress.com/2010/07/21/seismik-refleksi-
untuk-eksplorasi-2/ diakses 03 September 2014.

Anda mungkin juga menyukai