Anda di halaman 1dari 13

A.

Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu

tubuh (suhu mencapai >380C).kejang demam dapat terjadi karena proses

intracranial maupun ekstrakranial. Kejang demam terjadi pada 2-4% populasi

anak berumur 6 bulan sampai dengan 5 tahun (Amid dan Hardhi, NANDA

NIC-NOC, 2013).

Kejang demam adalah kejang yang terjadi akibat kenaikan suhu tubuh

diatas 38,4C tanpa disertai infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit

pada anak diatas usia 1 bulan, tanpa riwayat kejang tanpa demam sebelumnya

(Partini, 2013 : 65).

Kejang demam kompleks adalah kejang dengan satu ciri sebagai

berikut: kejang lama > 15 menit, kejang fokal / parsial satu sisi tubuh, kejang

> 1 kali dalam 24 jam ( Hartono, 2011 : 194).Kejang Demam Komplek adalah

adalah kejang yang bersifat fokal, lamanya lebih dari 10-15 menit atau

berulang dalam 24 jam.(IDAI, 2004).


B. Etiologi

Penyebab yang pasti dari terjadinya kejang demam tidak

diketahui.Kejang demam biasanya berhubungan dengan demam yang tiba-tiba

tinggi dan kebanyakan terjadi pada hari pertama anak mengalami demam.

Kejang berlangsung selama beberapa detik sampai beberapa menit.kejang

demam cenderung ditemukan dalam satu keluarga, sehingga diduga melibatkan

faktor keturunan (faktor genetik). Kadang kejang yang berhubungan dengan

demam disebabkan oleh penyakit lain, seperti keracunan, meningitis atau

ensefalitis. Roseola atau infeksi oleh virus herpes pada manusia juga sering

menyebabkan kejang demam pada anak-anak. Shigella pada Disentri juga

sering menyebakan demam tinggi dan kejang demam pada anak-anak

(Mediacastore, 2011: 8).

Menurut Jessica (2011: 3) penyebab dan faktor resiko terjadinya kejang

demam adalah sebagai berikut:

a. Infeksi virus

b. Infeksi traktus pernapasan atas

c. Infeksi traktus digestivus (gastroenteritis)

d. Infeksi saluran kemih

e. Otitis Media

f. Faktor genetik
C. Patofisiologi

Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel / organ otak diperlukan

energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak

yang terpenting adalah glucose, sifat proses itu adalah oxidasi dengan perantara

fungsi paru-paru dan diteruskan keotak melalui system kardiovaskuler.

Berdasarkan hal diatas bahwa energi otak adalah glukosa yang melalui proses

oxidasi, dan dipecah menjadi karbon dioksidasi dan air. Sel dikelilingi oleh

membran sel. Yang terdiri dari permukaan dalam yaitu limford dan permukaan

luar yaitu tonik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui oleh

ion Na+ dan elektrolit lainnya, kecuali ion clorida. Akibatnya konsentrasi K+

dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah. Sedangkan didalam sel

neuron terdapat keadaan sebaliknya,karena itu perbedaan jenis dan konsentrasi

ion didalam dan diluar sel. Maka terdapat perbedaan membran yang disebut

potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial

membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na, K, ATP yang terdapat

pada permukaan sel.

Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah dengan perubahan

konsentrasi ion diruang extra selular, rangsangan yang datangnya mendadak

misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya. Perubahan dari

patofisiologisnya membran sendiri karena penyakit/keturunan.Pada seorang

anak sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibanding dengan orang

dewasa 15 %. Dan karena itu pada anak tubuh dapat mengubah keseimbangan

dari membran sel neuron dalam singkat terjadi dipusi di ion K+ maupun ion
Na+ melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya lepasnya muatan

listrik.

Lepasnya muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas

keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang

disebut neurotransmitter sehingga mengakibatkan terjadinya kejang. Kejang

yang yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak

meninggalkan gejala sisa.Tetapi kejang yang berlangsung lama lebih 15 menit

biasanya disertai apnea, Na meningkat, kebutuhan O2 dan energi untuk

kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi hipoxia dan menimbulkan

terjadinya asidosis ( Hidayat, 2009: paragraf 4 ).


D. Pathway

Infeksi virus,factor genetic, Infeksi traktus pernapasan dan lain-lain.

Merusak sel saraf

Peningkatan suhu tubuh hipertermi

Resiko tinggi gg
Metabolisme basal meningkat
kebutuhan nutrisi

O2 keotak menurun

Kejang demem TIK meningkat

Kejang demam sederhanan kejang demam kompleks Gg perfusi jaringan

Resiko tinggi
Resiko injuri
Resiko tinggi ganguan tumbuh
kejang berulang kembang kembang

E. Tanda dan Gejala

Durasi kejang bervariasi, dapat berlangsung beberapa menit sampai

lebih dari 30 menit, tergantung pada jenis kejang demam tersebut.Sedangkan

frekuensinya dapat kurang dari 4 kali dalam 1 tahun sampai lebih dari 2 kali

sehari.Pada kejang demam kompleks, frekuensi dapat sampai lebih dari 4 kali

sehari dan kejangnya berlangsung lebih dari 30 menit.


Gejalanya berupa:

Demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang tejradi

secara tiba-tiba)

Pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir selalu terjadi

pada anak-anak yang mengalami kejang demam)

Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya

berlangsung selama 10-20 detik)

Gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama,

biasanya berlangsung selama 1-2 menit)

Lidah atau pipinya tergigit

Gigi atau rahangnya terkatup rapat

Inkontinensia (mengompol)

Gangguan pernafasan

Apneu (henti nafas)

Kulitnya kebiruan

Setelah mengalami kejang, biasanya:

Akan kembali sadar dalam waktu beberapa menit atau tertidur selama 1

jam atau lebih

Terjadi amnesia (tidak ingat apa yang telah terjadi)-sakit kepala

Mengantuk

Linglung (sementara dan sifatnya ringan


F. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang kejang demam menurut Hartono (2011 : 195) antara

lain :

a. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang

demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi

penyebab atau keadaan lain, misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai

demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan, darah perifer,

elektrolit, dan gula darah.

b. Lumbal Fungsi

Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau

menyingkirkan kemungkinan meningitis.

G. Penatalaksanaan

1. Penanganan Umum Saat Kejang

a. Jangan panik berlebihan.

b. Jangan masukkan sendok atau jari ke mulut.

c. Jangan memberi obat melalui mulut saat anak masih kejang atau masih

belum sadar.

d. Letakkan anak dalam posisi miring, buka celananya kemudian berikan

diazepam melalui anus dengan dosis yang Sama.

e. Bila masih kejang, diazepam dapat diulang lagi setelah 5 menit, sambil

membawa anak ke rumah sakit.


f. Bila anak demam tinggi, usahakan untuk menurunkan suhu tubuh anak

anda dengan mengkompres tubuh anak dengan air hangat atau air

biasa, lalu berikan penurun demam bila ia sudah sadar.

g. Jangan mencoba untuk menahan gerakan-gerakan anak pada saat

kejang, berusahalah untuk tetap tenang.

h. Kejang akan berhenti dengan sendirinya. Amati berapa lama anak anda

kejang.

i. Ukurlah suhu tubuh anak anda pada saat itu, hal ini bisa menjadi

pegangan anda untuk mengetahui pada suhu tubuh berapa anak anda

akan mengalami kejang.

j. Hubungi petugas kesehatan jika kejang berlangsung lebih lama dari 10

menit.

k. Jika kejang telah berhenti, segeralah ke dokter untuk mencari

penyebab dan mengobati demam.

2. Penanganan Kejang Demam Saat Di Rumah Sakit

a. Memastikan jalan napas anak tidak tersumbat

b. Pemberian oksigen melalui face mask

c. Pemberian diazepam 0,5 mg/kg berat badan per rektal (melalui anus)

atau jika telah terpasang selang infus 0,2 mg/kg per infus

d. Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan

e. Sebagian sumber menganjurkan pemeriksaan kadar gula darah untuk

meneliti kemungkinan hipoglikemia. Namun sumber lain hanya

menganjurkan pemeriksaan ini pada anak yang mengalami kejang


cukup lama atau keadaan pasca kejang (mengantuk, lemas) yang

berkelanjutan .

H. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji

a. PENGKAJIAN.

1. Identitas

2. Identitas Penanggung Jawab

3. Riwayat Penyakit

a. Keluhan Utama

b. Riwayat Penyakit Sekarang

4. Pola funsional

a. Pola Aktivitas dan Latihan

5. Pemeriksaan Fisik

a.kesadaran umum

b. Abdomen

c. Genetalia

6. Data focus

a. Data subjektif

b. Data objektif
I. Diagnosa Keperawatan

1. Hipertermi b.d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus

2. Resiko cidera sekunder akibat kejang b.d gerakan klonik yang tidak

terkontrol selama episode kejang.

3. Resiko tinggi terjadinya kejang berulang ulang b.d peningkatan suhu tubuh.

J. Intervensi Keperawatan
No Diagnose NOC NIC
keperawatan

1 Hipertermi Tujuan : setelah dilakukan 1. Monitor TV.


b.d efek tindakan keperawatan suhu dalam 2. Pantau suhu tubuh
langsung dari rentang norma 3. Beriselimut dingin/matras
sirkulasi Indicator IR ER 4. Berikan kompres
endotoksin 1. Suhu 5. Ajarkan keluarga cara
pada tubuh kompres hangat
hipotalamus dalamren 6. Kolaborasi pemberian obat
tang sesuai kebutuhan
normal
2. Nadi dan
RR
dalam
rentang
normal
3. Tidak
ada
perubaha
n warna
kulit dan
tidak
warna
kulit
4. tidak
pusing
5. Indicator
skala

2 Resiko cidera Tujuan : Setelah dilakukan 1. Lakukan kewaspadaan


sekunder kejang,seperti pasang
tindakan keperawatan selama
akibat kejang penghalang tempat tidur
proses keperawatan diharapkan
b.d gerakan 2. Catata berbagai gerakan tubuh
klonik yang tidak akan terjadi cidera dengan anak dan lama kejangnya
tidak 3. Kaji pernafasan anak
kriteria hasil anak tidak
terkontrol 4. Kolaborasi beri pengobatan
mengalami cidera akibat kejang
selama antikonuulsan sesuai indikasi
episode Indikator IR ER
kejang. 1. Pengetahuan
tentang resiko
2. Monitor
lingkungan
yang dapat
menjadi
resiko
3. Monitor
kemasan
personal
4. Kembangkan
strategi
efektif
pengendalian
resiko
5. Penggunaan
sumber daya
masyarakat
untuk
pengendalian
resiko

3 Resiko tinggi Tujuan :Setelah dilakukan 1. Monitor ttv


terjadinya 2. Pantau suhu tubuh
tindakan keperawatan selama
kejang 3. Hitung frekuensi kejang
proses keperawatan diharapkan
berulang ulang 4. Kolaborasi pemberian obat
b.d tidak akan terjadi kejang dengan (diazepam) sesuai indikasi
peningkatan 5. Kolaborasi pemberian obat
kriteria :
suhu tubuh penurun panas (parasetamol
o Anak tidak kejang lagi
syrup)
o Suhu dalam batas normal
6. Anjurkan keluarga
(36,0 C 37,0 C)
memantau atau mengawasi
kondisi anak
DAFTAR PUSTAKA

Lumbantobing SM, 2009, Penatalaksanaan Mutakhir Kejang Pada Anak, Gaya


Baru, Jakarta.

Lynda Juall C, 2012, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan,


Penerjemah Monica Ester, EGC, Jakarta.

Ngastiyah, 2009, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.

Rendle John, 2006, Ikhtisar Penyakit Anak, Edisi ke 6, Binapura Aksara, Jakarta.

Santosa NI, 2007, Perawatan I (Dasar-Dasar Keperawatan), Depkes RI, Jakarta.

Santosa NI, 2008, Asuhan Kesehatan Dalam Konteks Keluarga, Depkes RI,
Jakarta.

Soetjiningsih, 2012, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai