Anda di halaman 1dari 43

KOMBINASI PEMBERIAN KUNYIT, BAWANG PUTIH DAN

MINERAL ZINK SEBAGAI FEED ADDITIVE UNTUK


MENINGKATKAN PERFORMA BROILER

LAPORAN
PROYEK USAHA MANDIRI

MUHAMMAD ARDI AGUSMAN


BP. 1301372032

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH
2016

ix
KOMBINASI PEMBERIAN KUNYIT, BAWANG PUTIH DAN
MINERAL ZINK SEBAGAI FEED ADDITIVE UNTUK
MENINGKATKAN PERFORMA BROILER

Oleh : Muhammad Ardi Agusman


(Di bawah bimbingan Drh.Prima Silvia Noor, M.si)

RINGKASAN
Salah satu sumber protein hewani yang mudah dijumpai di pasar adalah
protein yang berasal dari ayam, baik berupa daging maupun telur. Untuk itu perlu
ditingkatkan usaha dalam bidang peternakan, salah satunya adalah peternakan
broiler.Melihat fenomena banyaknya manusia yang terserang penyakit jantung
koroner, obesitas dan hipertensi maka konsumen cenderung untuk mengkonsumsi
atau memilih produk hewani yang rendah kadar lemak, dan bebas residu
antibiotik, serta banyaknya broiler yang terserang oleh penyakit. Seiring seruan
Uni Eropa pada tahun 2006 tentang pelarangan penggunaan AGPs (Antibiotic
GrowthPromotors) akibat residu dan berakibat fatal bagi manusia yang
mengkonsumsi daging yang menggunakan antibiotik sintetik. (Purwanti Sri, dkk,
2010).Penggunaan herbal serbuk bawang putih dan serbuk kunyit ke dalam pakan
serta penambahan mineral zink ke dalam air minum menjadi salah satu alternatif
dalam menanggulangi masalah tersebut.
Kegiatan proyek usaha mandiri (PUM) menggunakan dua perlakuan yaitu
dengan pemberian kombinasi kunyit 3%, bawang putih 5% dan mineral zink 180
ppm yang diberikan (perlakuan) dan tanpa penambahan teknologi pada (kontrol).
Jumlah ayam dari masing-masing perlakuan adalah 50 ekor. Pemberian perlakuan
serbuk kunyit, bawang putih dan mineral zink untuk perlakuan diberikan mulai
dari minggu kedua sampai panen (4 minggu). Pemeliharaan dan pengambilan data
ayam dilakukan sampai dengan ayam berumur 4 minggu. Parameter yang diukur
adalah pertambahan bobot badan ayam, konsumsi pakan dan konversi pakan.
Hasil dari pengamatan menunjukan bahwa dengan pemberian kombinasi
serbuk kunyit, bawang putih dan mineral zink dapat meningkatkan berat badan
broiler pada periode 1 yaitu 1.600kg, sedangkan berat broiler kontrol 1.400kg.
periode ke 2 perlakuan yaitu 1.500 dan yang kontrol 1.300. Untuk konversi
broiler pada periode 1 perlakuan 1.25 dan kontrol 1.40. Untuk periode ke 2
perlakuan 1.30 dan kontrol 1.43. Sedangkan keuntungan yang diperoleh dari
perlakuan lebih besar dari kontrol yaitu sebesar Rp.324.508, dan kontrol
Rp.212.258 dengan R/C ratio untuk perlakuan 1,29 dan kontrol 1,21 pada periode
1, sedangkan pada periode 2 keuntungan dari yang perlakuan 141.508 dan pada
kontrol 40.158,dengan R/C ratio perlakuan 1.12 dan yang kontrol 1.04.

Kata kunci :kunyit,bawang putih, mineral zink,berat badan, konversi, keuntungan

ix
KOMBINASI PEMBERIAN KUNYIT, BAWANG PUTIH DAN
MINERAL ZINK SEBAGAI FEED ADDITIVE UNTUK
MENINGKATKAN PERFORMA BROILER

Oleh:
Muhammad Ardi Agusman
NBP.1301372032

Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan mata ajaran
Proyek Usaha Mandiri pada Jurusan Budidaya Tanaman Pangan
Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH
2016

ix
KOMBINASI PEMBERIAN KUNYIT, BAWANG PUTIH DAN
MINERAL ZINK SEBAGAI FEED ADDITIVE UNTUK
MENINGKATKAN PERFORMA BROILER

LAPORAN
PROYEK USAHA MANDIRI

Oleh :
MUHAMMAD ARDI AGUSMAN
BP. 1301372032

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERIPAYAKUMBUH
2016

ix
KOMBINASI PEMBERIAN KUNYIT, BAWANG PUTIH DAN
MINERAL ZINK SEBAGAI FEED ADDITIVE UNTUK
MENINGKATKAN PERFORMA BROILER

LAPORAN
PROYEK USAHA MANDIRI

Oleh :
MUHAMMAD ARDI AGUSMAN
BP. 1301372032

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERIPAYAKUMBUH
2016

ix
LAPORAN
PROYEK USAHA MANDIRI

KOMBINASI PEMBERIAN KUNYIT, BAWANG PUTIH DAN


MINERAL ZINK SEBAGAI FEED ADDITIVE UNTUK
MENINGKATKAN PERFORMA BROILER

Oleh :
MUHAMMAD ARDI AGUSMAN
BP. 1301372032

Menyetujui :

Ketua Jurusan Dosen Pembimbing


Budidaya Tanaman Pangan

Ir.Setya Dharma, M.Si Drh.Prima Silvia Noor,


M.Si
NIP. 196010061987031003 NIP. 196208171991032001

DirekturPoliteknikPertanian
NegeriPayakumbuh

Ir. Gusmalini, M.Si


NIP : 195711101987032001

ix
LAPORAN
PROYEK USAHA MANDIRI

KOMBINASI PEMBERIAN KUNYIT, BAWANG PUTIH DAN


MINERAL ZINK SEBAGAI FEED ADDITIVE UNTUK
MENINGKATKAN PERFORMA BROILER

Oleh:
MUHAMMAD ARDI AGUSMAN
BP. 1301372032

Telahdiujidandipertahankan di depantimpengujiLaporanProyek Usaha


MandiriJurusanBudidayaTanamanPangan
PoliteknikPertanianNegeri Payakumbuh
PadaTanggal 11 Februari 2016

No Nama Jabatan TandaTangan

1 Nilawati, SPt, MP. Ketua

2 Eva Yulia, S.Pt.,M.Si Anggota

3 Drh.Prima Silvia Noor, M.Si Anggota

ix
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas Berkah dan

Rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan Proyek Usaha Mandiri

(PUM) yang berjudul: Kombinasi Pemberian Serbuk Kunyit, Bawang Putih dan

Mineral Zink Sebagai Feed Additive untuk meningkatkan performa broiler.

Dengan selesainya penyusunan laporan PUM ini penulis mengucapkan

banyak terima kasih kepada orang tua dan keluarga yang telah memberi semangat,

dan dukungan moril maupun material kepada penulis, serta Drh. Prima Silvia

Noor, M.si selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah membantu penulis

sehingga dapat menyelesaikan laporan PUM ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan PUM ini masih

mempunyai kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran

demi kesempurnaannya.

Tanjung Pati, Maret 2016

MAA

ix
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR................................................................................ iv
DAFTAR ISI.............................................................................................. v
DAFTAR TABEL...................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. viii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Landasan Usaha.................................................................................... 3
2.1.1 Potensi Permintaan................................................................... 3
2.1.2 Potensi Penawaran.................................................................... 5
2.1.3 Proyeksi Peluang Pasar............................................................. 7
2.1.4 Rencana Penjualan dan Strategi Pasar...................................... 7
2.1.5 Strategi Distribusi..................................................................... 8
2.2 Analisis Lingkungan Usaha.................................................................. 8
2.2.1 Kondisi Alam............................................................................ 8
2.2.2 Sosial Budaya Masyarakat....................................................... 9
2.2.3 Usaha Peternakan Rakyat......................................................... 9
2.2.4 Kebijakan Pemerintah.............................................................. 10
2.3 Aspek Teknologi................................................................................... 10

2.3.1 Broiler....................................................................................... 10
2.3.2 Bawang Putih............................................................................ 11
2.3.3 Kunyit....................................................................................... 12
2.3.4 Mineral Zink............................................................................. 12
2.4 Teknologi Produksi............................................................................... 12

III. METODE PELAKSANAAN


3.1 Waktu dan Tempat................................................................................. 14
3.2 Alat Dan Bahan..................................................................................... 14

3.2.1 Alat........................................................................................... 14
3.2.2 Bahan........................................................................................ 14

12
3.3 Pelaksanaan Proyek.............................................................................. 14
3.3.1 Proses Produksi........................................................................ 14
3.3.2 Pemeliharaan............................................................................ 16
3.3.3 Tolok Ukur Keberhasilan Produksi.......................................... 17
3.3.4 Pola Produksi............................................................................ 18
3.4 Kebutuhan Sarana dan Prasarana.......................................................... 18

IV. ASPEK FINANSIAL


4.1 Biaya ................................................................................................... 19
4.1.1 Biaya penyusutan Alat........................................................... 19
4.1.2 Biaya Bahan .......................................................................... 20
4.1.3 Biaya Tenaga Kerja................................................................ 22
4.1.4 Biaya Lain-Lain..................................................................... 23
4.1.5 Rekapitulasi Biaya................................................................. 23
4.2 Produksi dan Pendapatan...................................................................... 24
4.3 Analisa Kelayakan Finansial................................................................. 25
4.4 Hasil Pengamatan................................................................................. 25
4.5 Pembahasan........................................................................................... 26
4.5.1 Aspek Produksi...................................................................... 26
4.3.2 Aspek Finansial...................................................................... 28

V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................

5.1 Kesimpulan............................................................................... 30
5.2 Saran......................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 31
LAMPIRAN............................................................................................... 32

13
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

14
Salah satu sumber protein hewani yang mudah dijumpai di pasar adalah

protein yang berasal dari ayam, baik berupa daging maupun telur. Untuk itu perlu

ditingkatkan usaha dalam bidang peternakan, salah satunya adalah peternakan

broiler.

Broiler merupakan salah satu jenis ternak potong yang mempunyai peluang

cukup besar untuk dikembangkan agar terpenuhinya kebutuhan protein hewani

masyarakat. Hal ini karena pertumbuhannya sebagai penghasil daging yang cepat

dan mampu mencukupi kebutuhan gizi masyarakat. Beternak broiler memiliki

prospek dan potensi usaha yang cukup cerah, mengingat kebutuhan pasar selama

ini cukup tinggi. Bahkan, kebutuhannya dipastikan akan terus meningkat seiring

dengan meningkatnya daya beli masyarakat dan kesadaran akan pentingnya gizi

keluarga. Pemeliharaan broiler sangat sederhana sehingga mudah untuk dipelajari

dan dilakukan oleh siapa saja.

Melihat fenomena banyaknya manusia yang terserang penyakit jantung

koroner, obesitas dan hipertensi maka konsumen cenderung untuk mengkonsumsi

atau memilih produk hewani yang rendah kadar lemak, dan bebas residu

antibiotik, serta banyaknya broiler yang terserang oleh penyakit. Seiring seruan

Uni Eropa pada tahun 2006 tentang pelarangan penggunaan AGPs (Antibiotic

Growth Promotors) akibat residu dan berakibat fatal bagi manusia yang

mengkonsumsi daging yang menggunakan antibiotik sintetik. (Purwanti Sri, dkk,

2010).

Penggunaan herbal serbuk bawang putih dan serbuk kunyit ke dalam pakan

serta penambahan mineral zink ke dalam air minum menjadi salah satu alternatif

dalam menanggulangi masalah tersebut. Disamping kandungan zat bioaktif kedua

15
herbal berfungsi sebagai antibiotik, maka diharapkan dapat mengurangi biaya

untuk memacu pertumbuhan ternak dengan tidak menggunakan antibiotik sintetik.

Penggunaan herbal bawang putih secara tunggal telah banyak dilakukan,

penelitian mengkombinasikan ketiga herbal (bawang putih 5%) (serbuk kunyit

(kunyit 3%) ditambah mineral zink (180 ppm), (Purwanti, 2008), untuk melihat

seberapa jauh kombinasi ketiga herbal ini mampu menghasilkan pertumbuhan

yang optimal dengan kualitas karkas yang optimal pula.

Disamping itu diharapkan akan menghasilkan feed additive yang dapat

menggantikan antibiotik sintetik dan ransum memiliki waktu simpan yang agak

lama dengan mencegah adanya ketengikkan.

1.2 Tujuan

Tujuan dilaksanakannya proyek usaha mandiri (PUM) ini adalah:.

1. Mahasiswa mampu bekerja sendiri serta menumbuhkan jiwa kewirausahawan

dan mampu menganalisa kelayakan produksi usaha ternak broiler.

2. Untuk mengetahui pengaruh kombinasi kunyit, bawang putih dan mineral

zink sebagai feed additive untuk meningkatkan performa broiler.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Usaha

2.1.1. Potensi Permintaan

16
Tinggi rendahnya permintaan suatu produk dapat diketahui dari besarnya

permintaan terhadap produk tersebut. Daging broiler sangat dibutuhkan oleh

masyarakat karena mengandung protein hewani yang harganya relatif lebih

murah. Besarnya permintaan daging ayam di Kabupaten Limapuluh Kota dari

tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, karena adanya peningkatan jumlah

penduduk.

Untuk melihat besarnya permintaan broiler, dapat dilihat dari jumlah

pemotongan broiler di Kabupaten Limapuluh Kota (Badan Pusat Statistik

Kabupaten Limapuluh Kota 2015) pada tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Pemotongan broiler di Kabupaten Limapuluh Kota Tahun 2009


2013
Tahun Pemotongan broiler (ekor) Pemotongan (kg)
2009 3.255.972 2.962.934,52
2010 4.447.988 4.047.669,08
2011 6.394.081 5.818.613,71
2012 6.518.344 5.931.693,04
2013 4.069.334 3.703.093,94
Jumlah 24.685.719 22.464.004,29
Rata-rata 4.937.144 4.492.800,86
Asumsi: 1 ekor beratnya 1.4 kg dengan persentase karkas 65%

17
Gambar 1. Grafik Jumlah Pemotongan Broiler di Kabupaten Limapuluh Kota
tahun 2009-2013.

Jumlah proyeksi pemotongan broiler di Kabupaten Limapuluh Kota tahun

2016 2020 dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Proyeksi Jumlah Pemotongan Broiler di Kabupaten Limapuluh Kota


tahun 2016 - 2020
Tahun Pemotongan broiler (ekor) Pemotongan broiler (Kg)
2016 6.785.684 6.174.972
2017 7.155.392 6.511.407
2018 7.525.100 6.847.841
2019 7.894.808 7.184.275
2020 8.264.516 7.520.709
Ket: Perhitungan menggunakan metode trend linear.

Gambar 2. Grafik Proyeksi Pemotongan Broiler di Kabupaten LimaPuluh Kota


tahun 2016 2020

2.1.2. Potensi Penawaran

Jumlah populasi broiler merupakan potensi penawaran yang akan

mempengaruhi nilai jual broiler tersebut. Bila populasi tinggi sedangkan

permintaan rendah maka harga broiler akan turun, akan tetapi bila populasi

rendah dan permintaan tinggi maka harga jual pun akan bernilai tinggi.

18
Potensi penawaran dapat diketahui dari banyaknya populasi broiler di

daerah Kabupaten Limapuluh Kota, dan dapat dilihat pada tabel 3 berikut.

Tabel 3. Populasi broiler di Kabupaten Limapuluh Kota tahun 2009 - 2013


Tahun Populasi broiler (ekor) Populasi broiler
2009 3.436.800 3.127.488
2010 4.080.680 3.713.418,8
2011 5.867.890 5.339.779,9
2012 5.981.927 5.443.553,6
2013 3.734.454 3.398.353,1
Jumlah 23.101.751 21.022.593,41
Rata-rata 4.620.350 4.204.518,68

Gambar 3 : Grafik Populasi Broiler di Kabupaten Limapuluh Kota tahun 2009


2013
Proyeksi populasi broiler di Kabupaten Limapuluh Kota tahun 2016

2020 dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Proyeksi Populasi Broiler di Kabupaten Limapuluh Kota tahun


2016-2020
Tahun Populasi broiler (ekor) Populasi broiler (Kg)
2016 5.868.628 5.340.451
2017 6.118.283 5.567.638
2018 6.367.939 5.794.824
2019 6.617.594 6.022.011
2020 6.867.250 6.249.197

19
Gambar 4. Proyeksi Jumlah Populasi di Kabupaten Limapuluh Kota tahun 2016-
2020.

2.1.3. Proyeksi Peluang Pasar

Adapun proyeksi peluang pasar di kabupaten Limapuluh kota dari tahun

2016 - 2020 dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Peluang Pasar Broiler di Kabupaten Limapuluh Kota tahun 2016 - 2020
Proyeksi permintaan Proyeksi Penawaran Peluang Pasar
Tahun (Kg) (Kg) (Kg)
2016 6.174.972 5.340.451 834.521
2017 6.511.407 5.567.638 943.769
2018 6.847.841 5.794.824 1.053.017
2019 7.184.275 6.022.011 1.162.264
2020 7.520.709 6.249.197 1.271.512

2.1.4 Rencana Penjualan dan Strategi Pemasaran

Broiler yang akan dipasarkan yaitu broiler yang sudah berumur 4 minggu

dengan berat rata-rata 1,3 - 1,5 kg per ekor. Penjualan daging broiler ini dijual

sendiri langsung kepada konsumen dengan cara menawarkan kepada masyarakat

disekitar kampus dan kepada masyarakat sekitar Tanjung Pati.

20
a. Strategi Produk

Produk yang akan dipasarkan adalah ternak broiler dengan perkiraan

bobot badan rata-rata 1,3 1,5 kg/ekornya.

b. Strategi Harga

Dalam menentukan harga broiler, harus disesuaikan dengan harga pasaran

dan kesepakatan dengan pelanggan atau konsumen sesuai dengan harga yang

berlaku dipasaran pada saat itu.

2.1.5 Strategi Distribusi

Pemasaran broiler dilakukan ke warga yang ada di kampus politani dan

masyarakat disekitar daerah Tanjung Pati.

2.2 Analisis Lingkungan Usaha

2.2.1 Kondisi Alam

Broiler sangat sensitif, dan memerlukan perhatian kondisi lingkungan yang

ideal. Rasyaf (2004) menyatakan, pada minggu pertama suhu indukan yang

dibutuhkan adalah 35C. Kemudian minggu ke-2 suhunya 32,2C. Sedangkan

minggu ke-3 tidak diperlukan lagi (untuk daerah pegunungan. Bila memang

diperlukan, indukan dapat diteruskan sampai minggu ke-3 dengan suhu 29,4C).

Daerah Tanjung Pati merupakan daerah yang beriklim sedang yang dapat

memberikan pengaruh baik terhadap produksi daging ayam, dimana

ketinggiannya yaitu 500 meter dari permukaan laut, curah hujannya 2000-2500

mm/tahun, distribusi hujan merata dan suhu teratur (Stasiun Klimatologi

Kabupaten Limapuluh Kota) .

21
Untuk mendapatkan bahan baku usaha broiler ini cukup mudah, seperti

bibit, pakan, dan peralatan bisa didapatkan dari Poultry Shop yang ada disekitar

Tanjung Pati. Bawang Putih dan Mineral Zink bisa didapatkan dipasar daerah

Tanjung Pati.

2.2.2 Sosial Budaya Masyarakat

Dari aspek sosial dan budaya masyarakat Kabupaten Limapuluh Kota,

broiler dapat diterima semua lapisan masyarakat sebagai penghasil daging.

Karena broiler mempunyai daging yang empuk dan rasanya yang khas. Tetapi

masyarakat belum bisa terlepas dari minat ke ayam kampung. Walaupun begitu

ayam kampung dan broiler mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing

sehingga broiler tetap digemari oleh masyarakat.

2.2.3 Usaha Peternakan Rakyat

Daerah Kabupaten Limapuluh Kota ini merupakan daerah sentral penghasil

produk-produk peternakan di Sumatera Barat, khususnya ternak unggas mulai dari

skala kecil sampai skala besar. Pola usaha peternakan broiler di Kabupaten

Limapuluh Kota berupa PIR, usaha keluarga dan perusahaan.

2.2.4 Kebijakan Pemerintah

Pemerintah mendukung usaha peternakan broiler karena dengan adanya

usaha peternakan baru merupakan peluang lapangan pekerjaan baru bagi

masyarakat. Salah satu wujud dukungan pemerintah terhadap usaha peternakan

yaitu dengan adanya penyuluhan yang merata pada setiap daerah, dimana dapat

mengarahkan dan membantu peternak dalam mengatasi masalahnya.

Kebijakan pemerintah dalam mengatur usaha peternakan broiler di

indonesia. Surat Keputusan Mentri Dalam Negeri Republik Indonesia Pertanian

22
Nomor TN 330/342/5/1984, yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan petunjuk

pelaksanaan usaha peternakan ayam/keppres 50/1981, mengenai pola usaha

Perusahaan Inti Rakyat (PIR) perunggasan.

2.3 Aspek Teknologi

2.3.1 Daging Broiler

Broiler merupakan sejenis ayam pedaging baik ayam jantan ataupun betina

dipelihara dalam jangka waktu relatif pendek yaitu 6-8 mingggu, yang dipelihara

secara intensif, guna memperoleh produksi daging secara optimal. Rasyaf (2004),

menyatakan bahwa broiler yang baik adalah pertumbuhannya cepat, warna

bulunya putih, mempunyai ukuran yang seragam dan badan gemuk. Broiler biasa

disebut sebagai ayam pedaging merupakan salah satu jenis ayam ras unggulan

hasil persilangan bangsa- bangsa ayam yang mempunyai daya produktivitas

tinggi, terutama dalam hal memproduksi daging.

Daging broiler ini bertekstur lembut, dengan warna merah terang, bersih,

dan menarik, mempunyai kandungan asam amino yang lengkap serta mudah

untuk diolah (Rasyaf, 2004).

2.3.2 Bawang Putih

Komponen aktif dalam bawang putih adalah allicin mempunyai daya

bunuh pada bakteri dan anti radang, Allciin merupakan suatu asam amino anti

biotik dan menurunkan kolesterol darah pada daging broiler. Pemberian serbuk

bawang putih 5% dalam ransum dapat meningkatkan konversi ransum,

meningkatkan persentase karkas, serta menurunkan koloni bakteri Salmonella

typhimurium. Pemberian serbuk bawang putih dicampurkan pada pakan yang

23
akan diberikan pada boiler. Pemberian serbuk bawang putih mulai broiler

berumur 1 minggu sampai minggu ke empat (Purwanti, dkk, 2010).

2.3.3 Kunyit

Kunyit mengandung komponen aktif yang memiliki sifat antibakteri yaitu,

kurkumin. Minyak atsiri pada kunyit terbukti bersifat membunuh (bakterisidal)

terhadap bakteri golongan Bacillus cereus, Bacillus subtilis, dan Bacillus

megetinium. Selain itu minyak atsiri mampu menghambat pertumbuhan sel

vegetativ bacillus dengan menghambat sporanya (Purwanti, dkk 2010).

2.3.4 Mineral Zink

Mineral zink dalam bentuk zink anorganik mempunyai fungsi meningkatkan

performans dan respon imun terhadap broiler (Ali et al. 2003).

2.4 Teknologi Produksi

Proyek Usaha Mandiri (PUM) ini memakai 2 jenis perlakuan yaitu dengan

pmberian perlakuan dan tidak diberikan perlakuan (kontrol). Teknologi yang

digunakan untuk perlakuan yaitu pemberian kombinasi bawang putih, kunyit dan

mineral zink seabagai feed additive untuk meningkatkan peforma broiler. Kontrol

yaitu pemberian ransum komersil saja tanpa pemberian serbuk kunyit, bawang

putih dan mineral zink.

Serbuk Kunyit dan Bawang Putih diperoleh melalui serangkaian proses,

mula-mula bawang putih dilakukan pengupasan kulit luar lalu diiris-iris tipis.

Irisan bawang putih dikeringkan di bawah sinar matahari hingga kering dan

dilanjutkan ke dalam oven (60C), hingga kering kerupuk. Kunyit dan bawang

putih yang telah kering dicincang untuk dibuat serbuk agar mudah tercampur

24

Bawang putih dan kunyit


dengan bahan pakan dan siap digunakan sesuai level pada perlakuan untuk kunyit

sebanyak 3% dan untuk serbuk bawang putih yaitu sebanyak 5 % dari jumlah

pakan yang diberikan. Pemberian serbuk kunyit dan bawang putih yaitu dengan

cara mencampurkan dengan pakan yang akan diberikan pada broiler (Purwanti,

dkk, 2010). Bagan Alir pembuatan serbuk Kunyit dan Bawang Puti dapt dilihat

pada gambar 6

Kunyit dan Bawang putih

Pengupasan kulit

Bawang putih dan kunyit di Iris


tipis

Keringkan

Di cincang halus

Serbuk kunyit dan Bawang Putih

Gambar 6. Skema/bagan alir pembuatan serbuk kunyit dan bawang putih.

Mineral Zink dicampurkan pada air minum broiler dengan dosis 180 ppm,

yang didapatkan dari apotik. Pemberian mineral zink ini diberikan DOC berumur

1 minggu sampai broiler siap dipanen dengan cara dicampurkan pada air minum

broiler (Purwanti,dkk, 2010).

25
III. METODE PELAKSANAAN

3.1. Waktu dan Tempat

Kegiatan Proyek Usaha Mandiri ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan,

dimulai dari bulan September sampai bulan November 2015. Berlokasi di

kandang praktek ternak unggas pedaging Politeknik Pertanian Negeri

Payakumbuh.

3.2. Alat dan Bahan


3.2.1. Alat

Alat yang digunakan dalam pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri ini adalah:

tempat makan, tempat minum, bola lampu pijar, kabel, piting lampu, tirai plastik

serta peralatan kandang seperti liter, sekop, ember, timbangan dan gayung.

3.2.2. Bahan

Bahan yang digunakan adalah DOC Strain Cobb yang berasal dari PT.

Charoen Pokphand, pakan komersil 311, pakan komersil 511, gula, vaksin ND,

sekam, kertas koran, kapur, kunyit, Bawang putih, Mineral Zink, desinfektan, air

dan detergen.

3.3. Pelaksanaan Proyek


3.3.1. Proses Produksi

Tahapan proses produksi yang dilakukan dalam pemeliharaan DOC sampai

panen adalah sebagai berikut:

A. Persiapan Sarana dan Prasarana Kandang

Kandang merupakan faktor penting dalam pemeliharaan broiler, karena

fungsi kandang adalah memudahkan manajemen pemeliharaan. Sebelum kandang

digunakan dalam pemeliharaan dilakukan sanitasi. Sanitasi dilakukan dengan

26
cara membersihkan semua sisi kandang maupun lantai kandang dengan

menggunakan sapu dan sikat. Setelah itu dilakukan pengapuran pada bagian

lantai dan pada bagian sekat.

Tempat makan dan minum dicuci sampai bersih menggunakan sabun atau

deterjen, kemudian direndam dengan larutan desinfektan setelah itu dikeringkan.

Tujuan desinfeksi adalah untuk membunuh kuman dan sumber penyakit.

Dilakukan pemasangan sekat sesuai dengan kapasitas yang digunakan dan

diusahakan tidak dapat dilewati oleh DOC sehingga harus dipasang atau

ditempelkan dengan kertas koran pada dinding sekat. Kemudian dilakukan

pemberian alas kandang atau litter yang berupa sekam padi atau serutan kayu

dengan tebal 5 cm. Di atas sekam diberi kertas koran sebanyak tujuh lapis yang

bertujuan agar anak ayam tidak memakan sekam padi dan juga untuk

mempermudah dalam membersihkan litter. Kertas koran dipakai hingga anak

ayam berumur satu minggu.

Kandang juga dilengkapi dengan lampu yang digunakan sebagai sumber

pemanas dan penerangan terutama untuk malam hari dengan tujuan memberikan

kesempatan pada ayam untuk makan dan minum pada malam hari. Lampu yang

digunakan adalah bola lampu 75 watt sebanyak 2 buah untuk 100 ekor ayam.

Lampu digantung dengan ketinggian lebih kurang 15-30 cm dari permukaan litter

atau setinggi punggung ayam.

Selain itu kandang juga dilengkapi dengan tirai plastik yang dipasang

disekeliling kandang untuk mencegah pengaruh luar terutama angin. Kemudian

kandang ditutup rapat dengan tirai plastik sampai ayam berumur satu minggu.

Hal ini dilakukan karena pada umur tersebut ayam sangat peka terhadap

27
lingkungan, pada minggu kedua tirai sudah dapat dibuka 1/3 bagian dan pada

minggu ketiga dibuka 2/3 bagian selanjutnya tirai dapat dibuka seluruhnya

sampai ayam panen (Rasyaf, 2004).

B. Pengadaan Bibit (DOC)

Bibit yang akan digunakan adalah bibit yang merupakan Strain Cobb

yang berasal dari PT. Charoen Pokphand yang langsung dipesan di Poultry Shop

dan langsung di antar ke lokasi kandang. Adapun syarat bibit yang baik adalah

berat awal 39,5-44 gr/ekor, sehat, lincah, tidak cacat, bulu bersih, tidak ada

kotoran yang melekat pada kloaka, kaki hangat dan tembolok lunak. Untuk

mengetahui kritaria tersebut kita harus mengetahui induk asalnya.

C. Penerimaan DOC (Day Old Chick)

DOC yang baru datang biasanya mengalami stress dan kondisi fisik

menurun, hal ini terjadi akibat transportasi atau perjalanan yang jauh. Untuk

mengatasi ini dapat diberikan larutan gula dengan konsentrasi 2%. Larutan gula

ini berfungsi untuk memulihkan tenaga DOC yang hilang selama dalam

perjalanan dan menggantikan cairan tubuh yang hilang serta membantu

menghilangkan stress.

3.3.2 Pemeliharaan

A. Pemberian pakan dan minum

Pemberian air minum pertama kali pada DOC adalah 2-3 jam setelah DOC

sampai dan dimasukkan ke dalam brooder. Setelah 2 jam DOC diberi air minum

kemudian dilanjutkan pemberian pakan. Pakan yang diberikan pada minggu

pertama yaitu 150 gr/ekor, minggu kedua 350 gr/ekor, minggu ke tiga 500 gr/ekor,

28
dan minggu ke empat 800 gr/ekor, pemberian pakan diberikan pada pagi dan sore

hari.

B. Pengendalian penyakit

Untuk mencegah penyakit maka harus dilakukan penjagaan yang ketat

terutama terhadap lingkungan pemeliharaan. Keadaan kandang harus tetap dijaga

dalam keadaan bersih dan kering. Litter harus juga dijaga kekeringannya untuk

mengurangi kelembaban udara di dalam kandang.

C. Penimbangan Bobot Badan

Berat badan awal ditentukan dengan cara menimbang DOC agar dapat

mengetahui pertambahan bobot badan. Penimbangan selanjutnya dilakukan

seminggu sekali guna untuk mengetahui pertambahan bobot badan pada minggu

berikutnya.

D. Panen dan pemasaran

Panen broiler dalam Proyek Usaha Mandiri dilakukan pada umur 4-5

minggu dengan menjual langsung kepada penduduk sekitar atau menjual kepada

masyarakat yang mengadakan acara pesta. Dengan bobot badan 1,3-1,5 kg/ekor.

III.3.3 Tolok Ukur Keberhasilan Produksi

Standar produksi yang digunakan dalam penilaian keberhasilan Proyek

Usaha Mandiri dapat dilihat dari pertambahan berat badan, konsumsi pakan, dan

konversi ransum.

III.3.4 Pola Produksi

29
Pemeliharaan dilakukan 2 periode, tiap periode berjumlah 100 ekor

broiler. Untuk perlakuan 50 ekor dan untuk kontrol 50 ekor. Pemeliharaan

dilakukan selama 4 minggu tiap periode. Pemberian serbuk kunyit, bawang putih

dan mineral zink dilakukan pada minggu ke 2 dengan cara serbuk kunyit dan

bawang putih diberikan ketika pemberian pakan dilakukan, dengan

mencampurkan serbuk kunyit serta bawang putih dengan pakan yang akan

diberikan kepada broiler. Sedangkan pemberian Mineral zink di campurkan ke air

minum broiler.

III.4 Kebutuhan Sarana dan Prasarana

Adapun sarana dan prasarana yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :


Tabel.6. Kebutuhan peralatan kandang
No Nama Alat Satuan Jumlah
1 Tempat pakan Unit 4
2 Tempat minum Unit 4
3 Bola lampu Unit 2
4 Tirai plastic Meter 4
5 Jaring Meter 4
6 Tali Gulung 1

Tabel 7. Sarana produksi


No Nama Alat Satuan Jumlah
1 DOC Ekor 100
2 Pakan komersil 311 Kg 15
3 Pakan komersil 511 Kg 165
4 Bawang Putih % 5
5 Kapur Kg 1
6 Sekam Karung 1
7 Rodalon Cc 2
8 Gula Kg 0,25
9 Koran Kg 1
10 Mineral Zink Ppm 180
11 Kunyit % 3

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

30
4.1 Biaya
4.1.1 Biaya penyusutan alat
Biaya penyusutan alat dan sewa kandang dalam proyek usaha mandiri

(PUM) seperti yang tertera pada Tabel 8.

Tabel 8. Biaya depresiasi alat dan sewa kandang selama 1 periode pemeliharaan
50 ekor broiler kontrol dan 50 ekor perlakuan
Biaya Penyusutan
Kebutuhan UE
Harga (Rp)
Nama /
No Satuan Satuan
Alat period Perlaku
Perlakuan Kontrol (Rp) Kontrol
e an
1 Bola unit 1 1 6.000 7 857 857
Lampu
2 Tirai meter 2 2 5.000 2 2.500 2.500
plastik
3 Kabel meter 2 2 2.500 7 714 714
4 Tali gulung 1 1 1.000 7 142 142
5 Peting unit 1 1 3.000 7 428 428
lampu
6 Kepala unit 1 1 4.000 7 571 571
peting
7 Selotip unit 1 1 1.000 1 1.000 1.000

Total 6.212 6.212


Catatan : 1 tahun = 7 periode

4.1.2 Biaya bahan

31
Biaya dan kebutuhan bahan dalam proyek usaha mandiri (PUM) ini seperti

yang terlihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Biaya kebutuhan bahan pemeliharaan broiler 50 ekor broiler kontrol dan
50 ekor perlakuan pada periode 1
Harga Jumlah Jumlah
Uraian Satuan (RP) (Rp)
No bahan Satuan Kebutuhan (RP) Kontrol Perlakuan
190.0
1 DOC Ekor 50 3.800 00 190.000
2 Pakan
mabar Kg 100 7.500 750.000 750.000

3 Koran Kg 1 3.000 3.000 3.000

4 Sekam Karung 1 3.000 3.000 3.000


5 Gula Kg 0.04 11.000 400 400
6 Kapur Kg 0.5 6.000 3.000 3.000
7 Vaksin Botol 0.01 13.000 130 130
8 Bawan
g putih Kg 6.25 18.000 - 112.500
9 Mineral
Zink Ppm 180 50 - 9.000
10 Hekter Kotak 0.5 2.000 1.000 1.000
11 Kunyit kg
3.75 12.000 - 45.000
950 1.11
Jumlah .530 7.030
Catatan : berat bawang putih 6,25 kg = 3,125 kg serbuk bawang putih
berat kunyit 3,75 kg = 1,875 kg serbuk kunyit

Tabel 10. Biaya kebutuhan bahan pemeliharaan broiler 50 ekor broiler kontrol
dan 50 ekor perlakuan pada periode 2

32
Harga Jumlah Jumlah
Uraian Satuan (RP) (Rp)
No bahan Satuan Kebutuhan (RP) Kontrol Perlakuan
220.0
1 DOC Ekor 50 4.400 00 220.000
2 Pakan
mabar Kg 100 7.500 750.000 750.000

3 Koran Kg 1 3.000 3.000 3.000

4 Sekam Karung 1 3.000 3.000 3.000


5 Gula Kg 0.04 11.000 400 400
6 Kapur Kg 0.5 6.000 3.000 3.000
7 Vaksin Botol 0.01 13.000 130 130
8 Serbuk
Bawan
g putih Kg 6.25 18.000 - 112.500
9 Mineral
Zink Ppm 180 50 - 9.000
10 Hekter Kotak 0.5 2.000 1.000 1.000
11 Serbuk kg
kunyit 3.75 12.000 - 45.000
980 1.14
Jumlah .530 7.030

4.1.3 Biaya tenaga kerja

33
Biaya tenaga kerja selama proyek usaha mandiri (PUM) seperti yang tertera

pada Tabel 11 dan 12.

Tabel 11.Biaya tenaga kerja pemeliharaan broiler untuk kontrol dan perlakuan
selama periode 1
Harga Kontrol Perlakuan
No Jenis kegiatan Satuan Jumlah (Rp) (Rp) (Rp)
1 Persiapan
kandang HKO 0.28 50.000 7.000 7.000
2 Pemeliharaan HKO 1 50.000 25.000 25.000
3 Pemberian HKO 0.05 50.000 - 2.500
serbuk kunyit,
bawang putih
dan mineral
zink.
4 Panen HKO 0.1 50.000 2.500 2.500
5 Pemasaran HKO 0.1 50.000 2.500 2.500
6 Pembuatan
serbuk kunyit
dan bawang
putih HKO 0.5 50.000 - 25.000
Jumlah 37.000 64.500

Tabel 12.Biaya tenaga kerja pemeliharaan broiler untuk kontrol dan perlakuan
selama periode 2
Harga Kontrol Perlakuan
No Jenis kegiatan Satuan Jumlah (Rp) (Rp) (Rp)
1 Persiapan
kandang HKO 0.28 50.000 7.000 7.000
2 Pemeliharaan HKO 1 50.000 25.000 25.000
3 Pemberian HKO 0.05 50.000 - 2.500
serbuk kunyit,
bawang putih
dan mineral
zink.
4 Panen HKO 0.1 50.000 2.500 2.500
5 Pemasaran HKO 0.1 50.000 2.500 2.500
6 Pembuatan
serbuk kunyit
dan bawang
putih HKO 0.5 50.000 - 25.000
Jumlah 37.000 64.500

4.1.4 Biaya lain- lain

34
Kebutuhan dari biaya-biaya lain yang dibutuhkan dalam pemeliharaan

broiler selama PUM seperti yang tertera pada Tabel 13.

Tabel 13. Rencana biaya lain- lain dalam pemeliharaan broiler sebanyak 50 ekor
broiler kontrol dan 50 ekor perlakuan selama 2 periode
No Jenis Biaya Kontrol Perlakuan
1 Sewa kandang, 12.000 12.000
Tempat makan dan minum

2 Biaya transportasi 7.000 7.500


Jumlah Rp. 19.000 Rp. 19.500

4.1.5 Rekapitulasi Biaya

Tabel 14. Rekapitulasi biaya


Perlakuan Kontrol
No Uraian Rencana Periode Periode Rencana Periode Periode
I II I II
1 Penyusutan 7.700 6.212 6.212 7.700 6.212 6.212
alat
2 Biaya 1.153.380 1.117.030 1.147.030 927.490 950.530 980.530
bahan
3 Biaya 38.750 64.500 64.500 36.250 37.000 37.000
tenaga
kerja
4 Biaya lain- 17.500 19.500 19.500 17.000 19.000 19.000
lain
Total 1.217.330 1.207.242 1.237.242 988.440 1.012.742 1.042.742

4.2 Produksi dan Pendapatan

35
a. Produksi

Total produksi selama Proyek Usaha Mandiri (PUM) sebanyak 2 periode

disajikan dalam Tabel 15.

Tabel 15. Produksi broiler


Perlakuan Kontrol
No Uraian Periode Periode Periode Periode
Rencana I II Rencana I II
1 Produksi 50 51 50 48 50 49
(Ekor)
2 Produksi 1.5 1.6 1.5 1.3 1.4 1.3
Rata-
rata
(Kg/Ekr)
Total (Kg) 75 81.6 75 62.4 70 63.7

b. Pendapatan
Pendapatan utama dalam PUM ini adalah dari penjualan ayam, pendapatan

tersaji dalam Tabel 16.

Tabel 16. Pendapatan Broiler selama PUM


Perlakuan Kontrol
No Uraian Periode Periode Periode Periode
Rencana I II Rencana I II
1 Total 75 81,6 75 62,4 70 63,7
Produksi
(Kg)
2 Harga Per 18.000 17.209 18.333 18.000 18.571 20.000
Kg (Rp)
3 Pendapatan 1.350.000 1.405.500 1.375.000 1.123.200 1.300.000 1.274.000

4.3 Analisa Kelayakan Finansial

36
Analisis biaya dan pendapatan meliputi pendapatan, total biaya proyek,

laba rugi proyek, B/C Ratio, R/C Ratio, BEP harga, BEP skala usaha dan BEP

hasil, tertera pada Tabel 17.

Tabel 17. Analisis biaya broiler selama PUM


Perlakuan Kontrol
No Uraian Periode Periode Periode Periode
Rencana I II Rencana I II
1 Pendapatan 1.350.000 1.405.500 1.375.000 1.123.200 1.300.000 1.274.000
2 Biaya 1.217.330 1.207.242 1.237.242 988.440 1.012.742 1.042.742
Proyek
3 Laba/Rugi 132.670 198.258 137.758 134.760 287.258 231.258
4 R/C ratio 1.11 1.16 1.11 1.14 1.28 1.22
5 B/C ratio 0.11 0.16 0.11 0.14 0.28 0.22
6 BEP Harga
16.300 14.795 16.497 15.850 14.468 16.369
(Rp)
7 BEP Hasil
67.63 70.15 67.49 54.92 57.87 61.34
(kg)

4.4. Hasil Pengamatan

Dari hasil Proyek Usaha Mandiri didapatkan pertambahan bobot badan

broiler, konsumsi ransum dan konversi ransum dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Pertambahan bobot badan, konsumsi, dan konversi


Perlakuan Kontrol
No Uraian Periode Periode Periode Periode
Rencana I II Rencana I II
1 BBA 1.500 1.600 1.500 1.300 1.400 1.300
(gr/ekor)
2 PBB 1.460 1.555 1.455 1.260 1.355 1.255
(gr/ekor
3 Konsumsi 1.800 2.000 2.000 1.800 2.000 2.000
(gr/ekor)
4 Konversi 1.20 1.25 1.30 1.38 1.40 1.43

4.5. Pembahasan

37
4.5.1 Aspek Produksi

A. Perbandingan Rencana dan Realisasi

1. Pertambahan Bobot Badan (PBB)

Pertambahan bobot badan yang direncanakan pada proyek usaha mandiri

(PUM) ini adalah sebesar 1.500 gr pada perlakuan dan kontrol 1.300 gr/ekor.

Pada realisasi didapatkan berat badan 1.600 gr/ekor untuk perlakuan periode 1,

dan perlakuan pada periode II tidak terjadi penambaan bobot badan yaitu tetap

1.500gr/ekor. Hal ini disebabkan induk muda yang kurang bagus dan kandang

kurang bersih. Bobot badan kontrol periode I 1.400 gr/ekor dan bobot badan

periode II 1.300 gr/ekor.

Dalam tabel 18 di atas dapat dilihat yaitu pertambahan bobot badan

dengan pemberian serbuk kunyit, serbuk bawang putih dan mineral zink cukup

memberikan nilai plus bagi broiler. Pertambahan bobot badan perlakuan adalah

1.555 gr/ekor sedangkan yang tanpa perlakuan 1.355 gr/ekor. Begitu juga pada

periode ke II perlakuan didapatkan 1.455 gr/ekor dan yang tanpa perlakuan 1.255

gr/ekor. Serbuk kunyit, bawang putih dan mineral zink mempengaruhi

peningkatan bobot badan, karena bahan aktif yang ada pada kunyit dan bawang

putih antara lain kurkuminoid, minyak arsiri dan allisin tidak mempengaruhi

proses metabolisme yang merugikan pada ternak. Jadi secara numerik perlakuan

ini memperlihatkan kecenderungan nilai pertambahan bobot badan yang lebih

tinggi dibandingkan dengan yang tanpa perlakuan (Purwanti Sri, dkk, 2010).

b. Konsumsi Pakan

38
Konsumsi ransum yang direncanakan pada proyek usaha mandiri (PUM)

adalah dengan pemberian strandar. Pada minggu pertama kebutuhan pakan yaitu

150gram/ekor/minggu, minggu ke II 350 gram/ekor/minggu, minggu ke III 550

gram/ekor/minggu, minggu ke IV 800 gram/ekor/minggu, jadi total konsumsi

broiler adalah 1.800 gram/ekor. Pelaksanaan PUM pada periode pertama dan

periode II pemberian pakan sama sebesar 1.800 gram/ekor baik perlakuan maupun

kontrol.

Pemberian kombinasi kunyit, bawang putih dan mineral zink tidak

mempengaruhi konsumsi ransum, konsumsi tetap 2.000 gram pada perlakuan

maupun yang tanpa perlakuan disetiap periode. Hal ini berbeda dengan Purwanti,

dkk, (2010) yang menyatakan bahwa pemberian serbuk bawang putih, serbuk

kunyit dan mineral zink meningkatkan konsumsi pakan.

c. Konversi Pakan

Pada perencanaan, konversi pakan yang diperkirakan adalah 1,20 untuk

perlakuan dan 1,38 pada kontrol. Realisasi konversi pakan perlakuan pada

periode 1 didapatkan sebesar 1,25 dan kontrol 1,40. Sedangkan pada periode II

konversi ransum perlakuan sebesar 1,30 dan kontrol 1,43. Hal ini disebabkan pada

perlakuan ditambahkan serbuk bawang putih, serbuk kunyit dan mineral zink.

Konversi pakan adalah perbandingan antara pakan dengan pertambahan bobot

badan broiler. Konversi pakan merupakan keefesienan pakan, jadi semakin

rendah konversi pakan maka pakan semakin efisien.

Tabel 18 memperlihatkan bahwa nilai konversi ransum antara perlakuan

dan tanpa perlakuan cukup baik, dan tidak menunjukan hasil yang signifikan

diantara perlakuan dengan yang tanpa perlakuan. Nilai konversi yang paling

39
rendah terjadi pda perlakuan periode 1 yaitu 1.2. Semakin rendah angka konversi

ransum berarti kualitas ransum baik, selain ualitas ransum,konversi ransum juga

dipengaruhi oleh teknik pemberian pakan. Amrullah (2004)

4.5.2 Aspek Finansial

Sebagai parameter untuk menyatakan bisnis layak untuk dikembangkan, kita

dapat melihat dari analisis finansialnya, dimana jika anasisis finansialnya

mendapatkan suatu keuntungan maka usaha dapat dilanjutkan dan dikembangkan.

Hasil analisis finansial menunjukan Laba, Rugi, R/C ratio,B/C ratio, BEP harga,

BEP hasil dan BEP skala usaha.

Pada perencanaan keuntungan yang dicapai sebesar Rp.132.670,00 untuk

perlakuan dan Rp.134.670,00 pada kontrol, selain itu pada perencanaan juga

dihitung R/C, BEP Harga, dan BEP Hasil. Pada perencanaan didapatkan R/C

sebesar 1.11 untuk perlakuan dan 1.14 kontrol sedangkan BEP Harga yaitu

Rp.16.300,00 perlakuan dan kontrol Rp.13.440,00 kemudian juga didapatkan BEP

Hasil sebesar 67.63 pada perlakuan dan 54.92 untuk kontrol.

Pada realisasi periode I keuntungan yang diperoleh pada perlakuan sebesar

Rp.198.258,00 dan kontrol sebesar Rp.287.258,00 R/C untuk perlakuan yaitu

sebesar 1.11 sedangkan pada kontrol didapatkan yaitu 1.28. BEP Harga pada

perlakuan sebesar Rp.14.795,00 dan kontrol sebesar Rp.14.468,00 BEP Hasil dari

perlakuan sebesar 70.17 dan kontrol 57.87.

Pada realisasi periode II keuntungan yang diperoleh pada perlakuan

sebesar Rp.137.758,00 dan kontrol sebesar Rp. 231.258,00 R/C untuk perlakuan

yaitu sebesar 1.16 sedangkan pada kontrol didapatkan yaitu 1.22. BEP Harga pada

40
perlakuan sebesar Rp.16.497,00 dan kontrol sebesar Rp.16.369,00 BEP Hasil dari

perlakuan sebesar 67.49 dan kontrol 61.34.

Bila dilihat pada perencanaan dan realisasi tidak jauh berbeda, baik itu

keuntungan, R/C, BEP Harga, BEP Skala usaha dan BEP Hasil. Dapat di lihat

R/C ratio pada periode pertama dan kedua ini lebih dari 1, baik kontrol maupun

yang perlakuan, dengan begitu dapat dikatakan usaha ini mendapatkan

keuntungan.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

41
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemberian serbu bawang putih, serbuk kunyit dan mineral zink tidak

mempengaruhi konsumsi pakan antara perlakuan dan kontrol.

2. Pemberian serbuk kunyit, bawang putih dan mineral zink meningkatkan

pertambahan bobot badan pada broiler, yaitu pada perlakuan mengalami

pertambahan bobot badan 1.505 gr/ekor sedangkan kontrol pertambahan

bobot badan sebesar 1.305 gr/ekor

3. Konversi ransum antara perlakuan dan kontrol cukup baik,nilai konversi

yang paling rendah terjadi pada perlakuan periode 1 yaitu 1.20.

5.2 Saran

Disarankan kepada peternak dalam memilihara broiler disarankan

memberikan serbuk kunyit, bawang putih dan mineral zink sebagai feed additive

pada broiler agar memperoleh broiler yang sehat.

DAFTAR PUSTAKA

Aak. 2004. Beternak Ayam Pedaging. Kanisius, Yogyakarta.

Amrullah, I K. 2003. Nutrisi Ayam Broiler. Ed ke 1 Lembaga satu gungung budi.


Bogor.

42
Fadila, R. 2013. Beternak Ayam Broiler. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Kusnadi, E. 2008. Pengaruh temperatur kandang terhadap konsumsi ransum dan


komponen darah ayam broiler.
http://peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/semnas/pro11-98.pdf.( 20
Maret 2014)

Nastiti, R. 2012. Menjadi Milyarder budidaya ayam broiler. Pustaka Baru Press.
Yogyakarta.

Nuroso. 2009. Panen ayam pedaging dengan produksi 2 kali lipat. Penebar
Swadaya, Jakarta.

Purwanti, S, A Natsir, M, Syam. 2010. Pemberian kombinasi bawang putih,


kunyit dan mineral zink sebagai zat additive untuk meningkatkan
performans broiler. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.

Purwatmoko. B, Iriyanti. N, dan Indrasanti. D. 2013. Suplementasi vitamin c dan


e pada pakan itik manila terhadap jumlah sel darah merah dan kadar
hemoglobin. Jurnal ilmiah peternkan 1 (3), 2013; 889-896.
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jip/article/viewFile/672/336.(pdf). (15
maret 2014)

Rasyaf, M. 2004. Beternak ayam pedaging. Cet. 8. Peneber Swadaya, Jakarta.

Sudaryani, T. Hari, S. 1993. Pembibitan ayam ras. Penebar Swadaya. Jakarta.

Tamalluddin, R. 2012. Ayam broiler. Penebar Swadaya. Jakarta.

43
Lampiran 1
Jadwal Pelaksanaan Proyek
WAKTU PELAKSANAA
NO KEGIATAN 1 2 3
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Priode I
1 Persiapankandang
dan peralatan
2 Penyediaan Bibit
3 Pemeliharaan dan
pengambilan data
4 Panen
Priode II
5 Sanitasi
6 Pengadaan bibit
7 Pemeliharaan
8 Panen

Lampiran 2
Lay Out Proyek
s

Gambar 1. Penempatan tempat makan, tempat minum dan lampu dalam kandang.
Keterangan :

: Tempat makan

: Lampu

: Tempat Air Minum

Lampiran 3
Dokumentasi
a.DOC baru datang b. DOC dalam kandang
c.bawang putih

Anda mungkin juga menyukai