Anda di halaman 1dari 3

SUNGAI TALANG

Tasabuik nagari Sungai Talang dalam daerah kecamatan Guguak Bab. Lima Puluh Kota
Provisi Sumatera Barat.

Nagari sungai talang disebut juga nagari IV Koto yang terdiri dari : Kaluden, Guguk Nunang,
Belubas, dan Bungo Satangkai.di talao bikit apit, yang keempat nagari ini ibu nagarinya adalah
sungai talang.

Di sungai talang terdapat beberapa batu menhir ada yang berdiri dan ada yang tertidur.
Batu batu menhir itu merupakan salah satu tinggalan tradisi megalitikum dari zaman prasejarah
yang diperkirakan berasal dari tahun + 3000M ( sebelum masehi ) sampai dengan awal abad
pertama masehi.

Konon menurut ceritanya batu batu itu dibuat di atas bukit puncak lqadang sunda.
Dengan penggalian pembuatan batu batu menhir tersebut, terbentuklah sebuah lurah yag diberi
nama lurah Tajuyik.
Batu batu menhir itu dibuat untuk pembentukan nagari yang berfungsi sebagai tempat duduk
dalam pembentukan nagari.
Betu menhir yang terdiri dua buah di samping halamn masjid berfungsi sebagai tempat
duduk Dt. Pucuk dan satu lagi tempat duduk serambinga ( wakil ), dan 4 buah terletak di sudut
sudut yang empat yang berfungsi sebagai tempat duduk Dt. Keempat suku. Kemudian batu
batu yang lainnya dijadikan sebagai tempat duduk anggota masyarakat dalam melaksanakan
musyawarah ( rapat ). Seteelah itu batu batu menhir ini ada yang dijadikan untuk jmbatan dan
sebagai tanda kuburan.

Sekitar tahun 1989 batu batu menhir yang dijadikan jabatan itu, dilakukan pembugaran
oleh Dinas kebudayaan Propinsi di bawah pimpinan Bapak ALI UMAR dan dikumpulkan di dua
tempat, untuk di jadikan benda bersejarah.

Menurut penelitian dari mahasiswa ITB yang berkebangsaan Belanda, bahwa dari sudah
sekian banyak batu menhir yang ia keker, mereka mengatakan batu menhir yang ada di nagari
sungai talang inilah yang paling tua. Di Kabupaten Lima Puluh Kota, mungkin di Provinsi
Sumatera Barat, sebab tak ada satupun batu batu menhir itu yang bertulisan, hanya menyerupai
bentuk saja.

Dibaca dari segi sejarah memang betul juga, kerena zaman sejarah dan prasejarah yaitu :

Zaman prasejarah zaman di mana manusia belum mengenal tulisan zaman sejarah adalah
zaman dimana manusi sudah mengenal sejarah / tulisan.

Begitulah segelumit pengenalan tentang batu menhir yang ada di kenagarian sungai
talang.
PERUNDINGAN PADANG JAPANG

ROEM ROYEN STATEN dan hasil Mubes Sumpur Kudus bertemu dalam perundingan
Syafrudin Natsir tanggal 6 Agustus 1949 di desa padang japang nagari VII koto talago
kabupaten lima puluh kota yang terletak ik 50 km utara Bukittinggi menjadi pusat terakhir
pemerintahan PDRI Soekarno Hatta sengaja mengutus delegosi yang terdiri dari :

- MOH. NATSIR
- DR. J. LEIMENA
- DR. HALIM dan
- AGUS YAMAN

Untuk perundingan dengan delegasi PDRI di bawah Pimpinan Syafudin Prawanegara. Delegosi
ini di kutus sesudah 1 bulan sebelumnya Hatta gagal menemui Syafudin di kota raja aceh. Natsir
diutus Soekarno Hatta untuk membujuk Syafudin, agar sedia ikut ke yogyakarta dan
menyerahkan kembali mandat PDRI Syafrudin dkk Mr. Teuku Mohammad Hasan, Mr St. Moh
Rasjid, Mr. Lukman Hakim, Rm.Danubroto, Dahlan Ibrahim, Dll. Awalnya bersekeras kenapa
PDRI tidak diajak perundingan ROEM, ROYEN padahal yang berkuasa sesungguhnya adalah
PDRI.

Padang japang VII koto talago kabupaten lima puluh kota menjadi pusat perundingan
bupati militer lima puluh kota S.J.St. Mangkuto menjadi tuan rumah didampingi Anwar Z.A dan
Ismail Hasan tanggal 06 juli 1949 sampai larut malam perundingan berjalan di rumah kak Jawa
Ibu jawahir, mulai ujam 20.00 sesudah igya sampai jam 04.00 sbuh leimena dan halim seakan
tak sabar sampai sampai mengucapkan kata kata : dulu sewaktu Soekarno Hatta diwan
kami tidak tahu bagaimana nasib repoblik apabila PDRI tidak ada dan sekarang pun kami tidak
bersedia kembali ke yogyakarta

Akhirnya natsir mencairkan suasana peundingan dengan melantunkan sebuah syair.

tidaklah semua keinginan manusia akan tercapai karena angin berhembus si tengah larut malam
tidak selamanya mengikuti keinginan perahu yang sedang berlayar.

Syafrudin larut mendengar syair natsir dan akhirnya syafrudin pun menyerah dan bersedia
kembali ke yogyakarta untuk mengembalikan mandat PDRI Soekarno Hatta. Dalam ucapanny
yang terakhir syafrudin sempat berkata dalam perjuangan kita tidak pernah memikirkan pangkat
[dan jabatan karena kita berundingpun duduk di atas lantai, yang penting adalah kejujuran, siapa
yang jujur kepada rakyat dan jujur kepada tuahn perjuangannya akan selamat.

Sesuai perundingan kami antara Syafrudin dan Natsir mandi ke pincuran tobek gadang.
Tanggal 7 juli 1949 di adakan rapt umum di koto kociak, padang japang dimana Syafrudin dan
Natsir berturut turut berbicara sesudah di dahului kata pengantar Mr. St.Moh. Raja dan Dr. J.
Leimena yang memuji muji rakyat dan pemerintahan PDRI Syafrudin dan Natsir mohon diri
pamitan meninggalkan daerah gerilya, karena sudah tercapai untuk mengembalikan mandat
PDRI kepda Soekarno Hatta ditengah tengah suasana rapt umum tersebut Natsir sempat
mengucapkan 2 buah pantun yang berbunyi :
Mandaki ka gunuang marapi mandaki ka gunuang talang

Manurun ka tabek patah manurun ka batu banyak

Nampak nan dari koto tuo nampak nan dari saruaso

Lah duo kali musim baganti lah duo kali di longgar pasang

Lah awak bana nan mamarintah namun tapian indak baranjak

Nasib kami bk nangko juo di sinan lataknyo tanago bangso

Tnggal 18 juli 1049 jam 10.00 pagi robongan Syafrudin dan Natsir melintas garis demokrasi
desa dangung dangung berangkat menuju ke payakumbuh, bikittinggi, padang, kemudian
jakarta. Menjelang saat berpisah Dr. Halim masih sempat berpantun :

Kalau ada sumur di ladang

Boleh kita menmpang mandi

Kalau ada umur panjang

Dapatlah kita berjumpa lagi

Kemudian disusul dengan pantun Natsir

Pulau pandan jauh di tengah

Dibalik pulai angsa dua

Hancur badan dikandung tanah

Budi baik dikenang jua

Tanggal 14 juli 1949 Syafrudin disambut oleh wakil presiden Moh. Hatta di lapangan
Terbang Maguwo Yogyakarta tanggal 13 juli 1949 malam pada dalam sidang kabinet khusus Mr.
Syafrudin Prawinegara mengerahkan kabinet mandat PDRI kepada Soekarno Hatta penyerahan
mandat ini kedengaran agak delementis atau agak ajaib. Satu manda yang secara resmi tak
pernah di terima namun diserahkan secara formal di depan disang kabinet Bung Hatta pernah
menyebut Syafrudin adalah Presiden darurat.Syafrudin pernah berucap di markas gerilyanya di
padang panjang bahw beliu tak pernah mimpi untuk mencari pangkat da jabatan, dihadapan
hanya terbentang perjuangan menyelamatkan Republik bermodalkan kejujuran dan pengobanan.

Dengan demikianlah berakhir tugas dan perjuangan PDRI. Sekaligus berakhirlah perang
gerilya perang kemerdekaan yang datang hanya einmaleg atau satu kali tsakkan ada lagi Bintang
Gerilya takkan ada lagi perang kemerdekaan, datangnya satuy kali, dan semuanya telah berakhir.

Sekali merdeka tetap merdeka kata Buya Hamka ALLAHU AKBAR.

Anda mungkin juga menyukai