Anda di halaman 1dari 19

SEJARAH RINGKAS

NAGARI SUMPUR KUDUS


DAN
SILSILAH RAJA-RAJA
MINANGKABAU PAGARUYUNG

DITULIS OLEH :

DOESRI BIN DARLEL


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT , Tuhan semesta alam, Shalawat


beriringan salam untuk Nabi kita Muhammad SAW beserta keluarganya,
sahabatnya dan mereka yang mengikutinya dengan baik hingga hari
kiamat, yang terutus jadi Rasul Allah sebagai Rahmat semesta alam.

Berangkat dengan kesadaran sendiri yang didorong oleh teman-


teman generasi muda untuk menuliskan pengetahuan-pengetahuan dan
pengalaman yang berkenaan dengan sejarah Nagari untuk kiranya dapat
dipedomani, selaku narasumber bagi generasi berikut yang berminat, baik
untuk pendidikan maupun sekedar pengetahuan menyangkut harga diri
selaku warga nagari Sumpur Kudus dalam rangka membina rasa
kebanggaan dan bernegara.

Dengan niat yang tulus, saya memberanikan diri meramu buku kecil
ini dengan segala kelemahan dan kekurangannya menyajikan sebuah
naskah tentang sejarah Nagari Sumpur Kudus dan silsilah Raja-raja
Minangkabau Pagaruyung.

Semoga bantuan semua pihak dan kritik sehat yang sudah dan akan
diterima, mudah-mudahan menjadi Setawar Sidingin bagi penulis dan tak
lupa penulis mengucapkan setinggi-tingginya terima kasih dan salam
takzim kepada semuanya.

Sumpur Kudus, 30 November 2013


Wassalam
Penulis

DOESRI BIN DARLEL


Sejarah adalah kisah tentang peristiwa-peristiwa pada masa
lampau, objek peristiwa itu adalah manusia yang menggali tentang
gerak hidup yang meliputi berbagai aspek kehidupan yang mempunyai
hubungan kausal, selain objek peristiwa manusia yang tak terlepas
dengan daerah atau lokasi manusia itu bertempat tinggal atau
berdomisili yang mempunyai hubungan saling terkait.

I. SUMPUR KUDUS DAERAH RAJO IBADAT


Kenagarian Sumpur Kudus termasuk nagari tertua di
Minangkabau, yang terletak pada titik koordinat oo 0, 260, 490
Lintang Selatan dan 1000 540 bujur timur, berada pada ketinggian
244 Mdpl, suhu rata-rata 220-320 dan curah hujan 1100 mm/thn,
berada dalam Kecamatan Sumpur Kudus, Kabupaten Sijunjung,
Provinsi Sumatera Barat, Kode Pos 27563, dengan orbitasi jarak
ibu kecamatan 28 Km, ke Ibukota Kabupaten 55 Km dan jarak ke
Kota Provinsi 155 Km.
Jumlah penduduk per 31 Desember 2013 sejumlah 3.445 jiwa
dan 995 kepala keluarga, terdiri dari 9 buah jorong, yaitu :
1. Jorong Pintu Rayo
2. Jorong Kampung Rajo
3. Jorong Koto
4. Jorong Batang Somi
5. Jorong Ujung Luhak
6. Jorong Tombang
7. Jorong Payo Syahadat
8. Jorong Taratak Tangah
9. Jorong Taratak Sipuah

Dalam Kenagarian Sumpur Kudus ini terdapat beberapa objek


wisata yang dapat dikembangkan bahkan dapat dijadikan
destinasi wisata yaitu wisata budaya dan wisata alam, wisata
budaya adanya makam Rajo Ibadat, makam Syekh Ibrahim dan
budaya adat istiadat, lokasi wisata alam yaitu wisata lubuk
pendakian yang mempunyai air terjun yang tinggi dan sangat
unik sekali, tempat ini sering dikunjungi, bukan saja oleh kaum
muda saja bahkan orang dewasa pun menyempatkan diri melihat
keindahan objek wisata ini, dan juga di Sumpur Kudus ini juga
mempunyai wisata alam dengan pemandangan yang cukup
indah, yaitu di Puncak Bukik Lantiak, di waktu hari cukup cerah
terlihat jelas gugusan gunung seribu yang membentang cukup
indah dan sewajarnya objek wisata disini pantas dijadikan daerah
tujuan wisata.

Menurut sejarah di Nagari Sumpur Kudus ini dahulu pernah


memerintah Sultan Alif Khalifatullah Fil Alam Johan, berdaulat
sebagai Rajo Ibadat, sekitar tahun 1674 M dan sekaligus menjadi
pucuk pimpinan kerajaan Alam Minangkabau Pagaruyuang
sekitar tahun 1640-1680 M, bukti-bukti sejarahnya dapat dilihat
seperti :

1. Pandam Pekuburan Sultan Alif Khalifatullah


2. Bekas-bekas istana
3. Batu kasur, batu bersurat, batu balai dan Batu Rajo Sekutu,
cap (stempel) kerajaan, Tombak Gumalo, Peti Begawang,
Rambut Sikatimuno dan lain sebagainya.

Pada zaman revolusi fisik tahun 1948-1949, Nagari Sumpur


Kudus merupakan basis pusat Pemerintahan Darurat Republik
Indonesia (PDRI) di bawah pimpinan Mr. Syarifuddin Prawira
Negara, yang mana Sumpur Kudus juga ada sender radio
(pemancar YBJ-6) yang dibawa langsung oleh tim PTT-RRI (Pos
Telegraph dan Telepon Radio Republik Indonesia dari Bukittinggi
melalui Halaban Kab. 50 kota, dengan membawanya dengan
bersusah payah bisa sampai ke Sumpur Kudus, Tim YBJ-6
memancarkan gelombangnya melalui saluran morse radio yang
di dikte dengan tangan secara bergantian dengan siaran
Broadcast, baru setelah tiga hari tepat pada tanggal 17 Januari
1949 berhasil menghubungi pemancar VWX-2 milik pemerintah
india, dan tanggal 19 Januari 1949 ketua PDRI mengirim
Telegram pertama pada Panitia Konferensi Pan Asia melalui wakil
Indonesia di New Delhi yakni Bapak Dr Soedarsoeno yang
menyatakan situasi memperjuangkan kemerdekaan Negara
Republik Indonesia waktu itu dan telah berhasil menembus
Blokade Belanda (Baca buku sekitar PDRI Karangan Mr. Sutan
Muhammad Rasyid).

II. SEJARAH KENAGARIAN SUMPUR KUDUS


Sulit mencari data yang konkrit tentang kapan Nagari ini mulai
dihuni, dari mana asal penghuninya, sekarang ini hanyalah
berdasarkan sejarah yang berbaur unsur-unsur cerita atau
dongeng dalam tambo, berdasarkan bunyi tambo dan keterangan
yang dikumpulkan dari orang tua-tua di Kenagarian Sumpur
Kudus dan begitu juga kita temui dalam buku kesusasteraan
lama Indonesia karangan Dr. Zuber Usman, tersebutlah Wan
Empu dan Wan Malini (dua orang perempuan) berhuma di kaki
Bukit Siguntang-Guntang Mahameru dekat Palembang, pada
suatu hari mereka melihat seorang anak Raja menunggang
seekor lembu putih yang diberi pakaian, diiringi oleh para
hulubalang bersenjatakan lengkap tombak dan pedang, begitu
juga Raja Sriwijaya yang bernama Demang Lebar Daun dengan
segala menteri hulubalang dan rakyatnya turut mengiringinya,
ketika anak Raja itu datang, tampak sinar bercahaya-cahaya
dibukit itu, padi Wan Empu dan Wan Malini berbuah emas dan
berdaun perak berbatang tembaga dan suasa, sedang tanah
disekitar bukit itu berubah menjadi seperti emas, oleh kedua
perempuan itu dinamai anak raja itu dengan Sang Sapurba.
Kemudian Sang Sapurba dengan para Hulubalang dan
pengikutnya dengan mengendarai lancang keemasan berlayar
dari Palembang menuju Minangkabau, setibanya di Minangkabau
menurut cerita orang tua-tua, Sang Sapurba diminta untuk
membunuh seekor naga (yang dinamakan Sikati Muno) yang
sering membinasakan perumahan di Minangkabau, Ular Naga
(Sikati Muno) itu dapat dibunuh oleh Panglima Sapurba yang
bernama Parma Sikumbang dengan sebuah senjata tombak yaitu
Tombak Gumbalo (Tombak dan bulu (rambut) Sikati Muno itu
sampai sekarang masih tersimpan di Sumpur Kudus dan kepala
Sikati Muno dibawa ke Pagaruyung, lalu Sang Sapurba dirajakan
orang Minangkabau dan disana jua di mangkat, inilah yang
disebut dalam tambo :

Datanglah ruso latuih-salatuih badie babunyi


Manyemba ikan dalam lauik, baku kecak ayam dalam dusun
Jawi malanguah dalam bajakan, kudo maringi di bari kakang

Maksudnya kedatangan Sang Sapurba ke Minangkabau


dengan senang hati diterima oleh orang Minangkabau waktu itu.
Seiring dengan kedatangan Sang Sapurba ke Minangkabau ini
terdapatlah nenek moyang orang Sumpur Kudus dari suku
melayu yang pertama diam / penghuni Sumpur Kudus atau
disebut rombongan pertama, mereka adalah :
1. Rajo Sekutu
2. Salelo
3. Puyu Beriang

Setelah rombongan Sapurba sampai di suatu tempat


(sekarang bernama Siluka Durian Gadang, maka Rajo Sekutu,
Salelo, Puyu Beriang beserta kawannya memisahkan diri mencari
tempat yang akan dihuni dan kemudian mendirikan suatu
kerajaan yang diberi nama dengan kerajaan Pinang Tungga
(Pinang Sabatang), dan setelah beberapa lama kemudian
Kerajaan Pinang Tungga, maka terniatlah untuk memperluas
wilayah atau daerahnya, maka Rajo Sekutu dan beberapa
kaumnya ditinggalkannya di Siluka Pinang Tungga sebagai
pelanjut kerajaan.

Dalam tambo disebutkan, tidak beberapa lama dalam


perjalanan, sampailah rombongan Rajo Sekutu di suatu tempat,
yang sekarang tempat itu bernama Manganti yang asal katanya
tempat menanti (Menunggu) segala rombongan, kemudian
perjalanan dilanjutkan kearah utaranya, maka tertalaoklah
(terdampar) Raja Sekutu dan kaumnya ke Sumpur Kudus ini
sampai sekarang tempat Rajo Sekutu tertalaok tersebut diberi
nama Talao di Kenagarian Sumpur Kudus Selatan (Koto Salo
Calau) sekarang, sebelum sampai ke Talao ini, ada suatu tempat
yang diberi nama Uncang Labuah (sekarang Ambacang Labuah)
yakni tempat tertinggalnya uncang (tas) rajo dijalan yang dilalui
menjelang sampai ke Koto Sumpur Kudus sekarang.

Menurut cerita dalam tambo pada masa itu semua dataran di


Sumpur Kudus penuh digenangi air semata-mata, oleh sebab itu
Rajo Sekutu dengan kaumnya mencari tempat tinggal (berdiam)
pada tempat yang ketinggian dari permukaan air, didapatlah
suatu tempat disebelah barat ditepi sebuah anak Sungai Lansek,
nama sungai lansek berasal dari nama permaisuri Rajo Sekutu
yang bernama Lansek Talarang, Sungai Lansek itu sekarang
bernama batang karangan, karena dimuara sungai ini nama
Sumpur Kudus di karang, sungai Lansek ini bermuara ke sebuah
sungai yang dinamakan dahulunya Sungai Kehijauan, karena
Sungai itu sangat dalam airnya dari sungai lainnya, sekarang
sungai ini dinamakan dengan Batang Sumpur.

Rombongan kedua yang datang mula-mula ke Sumpur Kudus ini


ialah :

1. UJU RAHMAN
2. MARWAN SANI
3. MARWAN SALASIH

Ketiga ini satu kaum yang datang di Bukit Siguntang-guntang


Mahameru dengan Gunting Awannyo (biduk/perahu) menurut
tambo setibanya di Tamparungo sekarang, mereka tersiparoklah
gunting awannyo (terdampar perahunya) bukti nyatanya
sekarang masih ada, yang mana tempat-tempat tersiparok
perahu itu dinamakan dengan Sipuah.

Rombongan Uju Rahman, Marwan Sani dan Marwan Salasi


dengan jalan kaki menuju daerah Sungai Lansek Sungai
kehijauan tempat Rajo Sekutu dan rombongan mendapat
persetujuan dari Rajo Sekutu untuk sama-sama berdiam di
daerah Sungai Lansek, kemudian kaum itu mendirikan suatu
kerajaan yang diberi nama kerajaan Sungai Lansek, sungai
kehijauan dan kerajaan ini menurut tambo merupakan kerajaan
tertua di Minangkabau ketika itu menganut agama hindu dengan
Raja pertamanya Rajo Sekutu dengan para pembesarnya antara
lain : Puyu Berian, Salelo, Uju Rahman, Marwan Sani dan Marwan
Salasih.

Rombongan ketiga, setelah berselang beberapa lama waktu


dan setelah agama Islam masuk ke daerah ini, maka datang
rombongan Alim Permato dari Pariangan Padang Panjang melalui
Awar Saiyo (Tanjung Bonai Aur sekarang).

Rombongan keempat adalah Paduko Rajo dari Periangan


Padang Panjang melalui Awar Saiyo.

Rombongan kelima dan seterusnya ialah rombongan Bandaro


Hitam dari Periangan Padang Panjang melalui Limo Kaum, jadi
dengan demikian setelah agama Islam masuk lengkaplah
kedatangan rombongan sebagai penghuni atau penduduk daerah
ini, menurut cerita, mata pencaharian atau penghidupan
masyarakat pada waktu itu adalah berburu liar jenis apa saja dan
kerajaan Sungai Lansek, Sungai Kehijauan ini mempunyai
hubungan timbal balik dengan Kerajaan Dhamasraya di Sungai
Lansek Siguntur yang rajanya bernama Sri Tribuana Raya
Mauliwarman Dewa.

III. PENYIARAN AGAMA ISLAM OLEH SYEKH IBROHIM/SYEKH


BROI DI SUMPUR KUDUS

Tidak seberapa jauh di sebelah barat kerajaan Sungai Lansek,


Sungai Kehijauan terdapat pula suatu daerah yang bernama Awar
Saiyo (Awal Seiya) sekarang bernama Tanjung Bonai Aur di tepi
Batang Kawas (Batang Sinamar) yang diperintah oleh tujuh orang
ninik (Niniak waktu itu dengan raja) yang terdiri dari :
1. Niniek Perpatih Suanggih
2. Niniek Perpatih Sabatang
3. Niniek Jalelo
4. Niniek Paduko
5. Niniek Cumano
6. Niniek Rangkayo bungsu
7. Niniek Rajo Mengawal
Yang dituakan dari kutujuh, niniek itu adalah Niniek Perpatih
Suanggih, dalam pada waktu berselang datanglah seorang ulama
berasal dari Kudus (Jawa Tengah) Kenagarian Awar Saiyo melalui
Nagari Sintuk (Tanah Datar) kira-kira pada pertengahan abad ke
14 Masehi ulama tersebut bernama Syekh Ibrohim atau dipanggil
dengan Syekh Broi, dan nama waktu kecilnya yaitu Al Muttaqin,
berkat bantuan ketujuh Niniak tersebut Syekh Ibrohim dengan
mudah mengembangkan Agama Islam di Awar Saiyo, maka
didirikanlah pincuran air tujuh buah, ditempat itu kesucian Niniek
yang bertujuh yang membawa masyarakatnya memeluk Agama
Islam, dan didirikanlah Masjid pertama di Awar Saiyo ini yang
digunakan dengan Masjid Pancuran Tujuh.

Selanjutnya Syekh Ibrohim pula untuk mengembangkan


Agama Islam ke kerajaan Sungai Lansek Sungai Kehijauan yang
penduduknya masih beragama Hindu waktu itu. Kekhawatiran
penduduk kerajaan Sungai Lansek Sungai Kehijauan yang kuat
memegang ajaran agama Hindu akan menolak maksud
kedatangan Syekh Ibrohim, maka cara yang dilakukan oleh Syekh
Ibrahim dengan cara Asimilasi, Syekh Ibrohim datang sebagai
seorang yang mengajarkan tentang bercocok tanam dan
mengolah tanah yang baik, tidak lansung mengembangkan
agama islam, dengan demikian kedatangannya di terima dengan
baik oleh masyarakat dan penguasa kerajaan sungai lansek
sungai kehijauan.

Untuk mengembangkan ajaran agama islam, pertama kali


Syekh Ibrohim mengumpulkan anak-anak di tempat tinggal
beliau dengan dalih mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan
berburu dan sebagainya, sekali dalam seminggu anak-anak
tersebut diajak untuk makan bersama ditempat beliau, (disurau-
surau saat ini dinamakan baado ado) tentu saja mereka itu
membawa berbagai macam makanan, ada pula yang membawa
makanan yang diharamkan menurut ajaran Islam, karena mereka
belum mengetahui mana yang halal dan mana yang haram,
kepada anak-anak itu diajarkan bahwa daging babi, ular, tikus
dan sejenisnya tidak baik dimakan, karena membahayakan
kesehatan, Syekh tidak langsung mengatakan bahwa daging-
daging tersebut haram, beliau menganjurkan memakan daging
rusa, daging kijang dan daging ayam, ikan dan sejenisnya untuk
menambah kesehatan dengan sendirinya anak-anak itu
menyampaikan kepada orangtuanya masing-masing, hal itu
lansung diterima oleh penduduk karena dianggap baik, maka
terjadilah perubahan makanan (alat bahan sambal lauk pauk)
didaerah ini.

Syekh ibrahim terus mengajarkan tentang berbagai kebaikan


dan kebenaran dengan cara memikat hati, sehingga ia menjadi
dihormati dan disegani didaerah kerajaan sungai lansek sungai
kehijauan ini.

Sampai suatu ketika setelah ia telah berhasil mengambil hati


masyarakat beserta para pemimpinnya dan sudah merasa tiba
saatnya untuk menyampaikan ajaran Islam, Syekh Broi kembali
ke Awar Saiyo merundingkan langkah selanjutnya dengan ninik
Datuk Perpatih Suanggih Cs, bagaimana cara untuk
menyampaikan hal tersebut kepada Rajo Sekutu di Sungai
Lansek Sungai Kehijauan, maka ninik Perpatih Suanggih di Awar
Saiyo mengirim salah seorang utusan yang bernama Rajo Gagah
menemani Syekh Brai untuk menemani Rajo Sekutu, untuk
menyampaikan tentang ajaran agama islam yang sesungguhnya,
tanpa menemui kesulitan Rajo Sekutu akhirnya setuju untuk
mengislamkan kerajaan serta penduduknya, tidak alam
kemudian terjadilah upacara massal mengislamkan penduduk di
suatu tempat yang sekarang tempat itu dinamakan Payo
Syahadat, ditempat inilah penduduk mengumandangkan Dua
Kalimah Syahadat sebagai tanda masuk atau memeluk agama
Islam, sebagai puncak dari peristiwa pertukaran agama tersebut
dari agama hindu ke agama islam, diadakan juga upacara
sumpah berlanjut di Koto Tuo di tepi Sungai Lansek, peristiwa
tersebut dinamakan sumpah suci atau sempurna suci yang
mengandung pengertian bahwa penduduk telah sampai
kesuciannya memeluk agama islam, dari peristiwa inilah nama
sungai lansek sungai kehijauan berubah menjadi sempurna
kudus dan seterusnya menjadi sumpur kudus, begitu juga
dengan nama Sungai Lansek berganti nama dengan batang
karangan,karena ditepi sungai itu dikarang nama Nagari Sumpur
Kudus pada sebuah Prasasti di atas batu, dan Sungai Kehijauan
diganti namanya Batang Sumpur mengikuti nagarinya, Sumpur
Kudus.

Syekh ibrahim memberi gelar kepada Rajo Sekutu dengan


gelar Labai Galombang sebagai Rajo Ibadat didalam ranah
Sumpur Kudus, itulah kerajaan pertama Sumpur Kudus (sebelum
kerajaan Tigo Selo).

Sebagai ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya Rajo


Sekutu kepada niniak Perpatih Suanggih di Awar Saiyo yang
membantu dan mendorong Syekh Broi untuk menyebarkan
agama islam ke sumpur kudus, pada suatu ketika rajo sekutu
berkunjung ke Awar Saiyo, didapatlah kata sepakat bahwa kedua
daerah itu menjadi bersahabat dan bertali keluarga (batali tak
putuih, baarang tak ratak) untuk selama-lamanya, sehingga
dibuatlah suatu tanda dengan menanamkan tiga batang pohon
kubang yang dijadikan lambang pertalian dan persatuan yang
dinamakan dengan Kubang Tigo Baririk, dan pada peringkat
berkuasanya Sultan Alif Khalifatullah Fil Alam Johan berdaulat,
Kubang Tigo Baririk dijadikan lambang adat, syarak dan undang
bagi seluruh alam Minangkabau, hingga saat ini, bahkan Niniek
Perpatih Suanggih menyatakan pada waktu itu bahwa Rajo
Sekutu bergelar Lebai Galombang menjadi Rajo Ibadat yang
meliputi ranah sumpur Kudus yakni sehingga Paru Melintang
Mudiak, Sikunci Awar Saiyo.

Sesuai dengan perkembangan, kemudian daerah Awar Saiyo


dibagi dua daerah.

1. Sebelah timur yang dinamakan Awar Saiyo (awal sepakat)


menjadi nagari Tanjung Bonai Aur dipimpin oleh Niniek
Perpatih Suanggih, Ninik Perpatih Sabatang, Ninik Paduko,
Ninik Rajo Mangawal
2. Sebelah barat dinamakan Komang Manih menjadi Kumanis
dipimpin oleh Ninik Cumano, Ninik Jalelo dan Niniek Rangkayo
Bungsu.

Selanjutnya untuk mengembangkan agama islam di Sumpur


Kudus, Rajo Sekutu mendatangkan seorang ulama dari Talu yang
bernama Syekh Abdul Rauf untuk membantu Syekh Ibrahim
dengan usaha keras kedua syekh ini maka sumpur kudus menjadi
suatu kerajaan islam tertua dialam Minangkabau ini waktu itu,
maka Sumpur Kudus diberi nama julukan

Sumpur Kudus Makah Darek

Aianyo janiah ikannyo jinak

Kasiaknyo putiah tabiangnyo landai

Rando bajalan surang bak anjiang lapeh bakungkuang

Bajak tingga disawah

Basahan tingga ditapian indak hilang.

Yang bahasa indonesianya

Sumpur kudus mekah daratan

Airnya jernih ikannya jinak

Pasirnya putih tebingnya landai


Anak gadis berjalan seorang seperti anjing lepas bergonggong

Bajakan tinggal disawah

Kain basahan tinggal ditapian mandi tidak hilang

Serta memakai suci dan memakan halal

Kenagarian ini diperintah oleh Rajo Sekutu turun temurun


sebagai Rajo Ibadat di Sumpur Kudus sampai terbentuknya Rajo
Tigo Selo di alam Minangkabau yaitu :

1. Rajo Alam Di Pagaruyuang


2. Rajo Adat Dilintau Buo dan
3. Rajo Ibadat Di Sumpur Kudus

Setelah di Minangkabau ini berdiri Rajo Tigo Selo dan


pemangku adat di minangkabau di lengkapi dengan pemimpin
orang Empat Jinih, maka Rajo Sekutu yang bergelar Lebai
Galombang dinobatkan sebagai pucuk adat di Sumpur Kudus dan
juga Sumpur Kudus disebut dengan Ujung Luhak Kapalo Rantau.

Adat yang dipakai seperti mamang adat

Pisang sikalek-kalek hutan

Pisang tembatu nan bagatah

Koto piliang inyo bukan

Bodi caniago inyo antah

Jadi nagari Sumpur Kudus adalah nagari yang tertua di alam


Minangkabau, sebanding dengan nagari Pariangan Padang
Panjang.

Demikianlah sejarah ringkas ini kami tulis saran dan kritik


yang membangun untuk melengkapi sajian sejarah nagari
Sumpur Kudus yang kita cinta ini.

Wassalam
Penulis

DOESRI BIN DARLEL

TAMBO

Bamulo sumua kan digali

Asa limbago ka di tuang

Bamulo mangko manjadi

Baawal mangko baakhiran

Itu... di kubang tigo baririk

Di langgundinan baselo

Etan di ulak tanjuang bungo

Di tanjuang medan nan bapaneh

Di ranah nagari pagaruyuang

Yang dimaksud Pagaruyuang disini adalah tapian mandi yang


dipagar dengan ruyung di biaro batu jonggi tanjuang medan di kenagarian
Kumanis dan Tanjung Bonai Aur kecamatan Sumpur Kudus, kabupaten
Sijunjung, Sumatera Barat.
Gurindam anak nagari yang berjudul :

SUMPU KUDUIH

Sumpu Kuduih....

Salah satu nagari di minangkabau

Manuruik sajarah....

Di Sumpur Kudus tadapek Rajo Ibadat

Di Pinggia Nagarinyo

Sungai Mangalie... sawahnyo nan laweh

Rimbo yang labek

Manambah kasajuakkan jiwa

Reff :

Panduduaknyo ramah

Sopan santun tutua saponyo

Seolah-olah kito alah bakawan lamo

Duhai adiak...

Jagolah namo nagari kito ko...

Jadikanlah inyo....

Agar manjadi nagari yang sakti ....


DAFTAR INVENTARIS NINIK MAMAK PEMANGKU ADAT NAGARI SUMPUR
KUDUS
I. NINIK MAMAK PEMANGKU ADAT NAN GADANG KANAGARI
N Gelar Sako Yang Kedudukan dan Pangkat Adat
Suku
O Ninik Mamak Memakai Menurut Adat di Nagari
1 MELAY Dt.Rajo Melayu Sastra Kudus Penghulu Suku, Saringan
Dt.Paduko Maryon Hukum, Kandang Adat
U Melano Husin Penghulu / Hakim
Dt.Monti Sutan Suwirlan Monti Nagari
Penghulu Syofyan Malin
Khatib kayo Dubalang Adat
Dt.Dubalang
Sutan
Kampun Dt.Rajo Gagah Jumaas Urang Tuo Nagari (Dt. Inyiek)
g Dt.Rajo Lelo Nazwar.s Haluan Kemudi,Tambang Syarak
Kampai Dt.Rajo Melano Syafrisal (Dt. Inyiek)
Dt.Monti M.Syarif Penghulu / Hakim
Sampono Amri Monti Nagari
Khatib Aminullah Alam,S.Pd.I Malin
Malintang Sutan Nasaruddin Dubalang Adat
Alim Permato Al Mukhsin Imam Nagari (Jinih Nan Ampek)
2 PILIAN Dt. Rajo Syafrial Haluan Kemudi, Tambang Adat
Mangkuto Syamsuar (Dt. Inyiek)
G Dt.Paduko Rajo Ahya Penghulu Suku, Saringan
Dt.Paduko Zulfahmi Hukum,
Simarajo Syofyan Suri Sandi Padek
Dt.Rajo Penghulu Erman Penghulu / Hakim
Malin Permato Syaiful Monti Nagari
Kalambu Alam Malin Permato
Khatib Rajo Dubalang Adat
Kadhi Nagari, Jinih Nan Ampek
Kp. Dt.Paduko Sinaro Rinaldi Penghulu / Hakim
Petopan Dt.Monti Sutan Zultani Monti Nagari
g Labai Galombang Syamwil Bilal (Jinih Nan Ampek)
Dubalang Sutan Rusdi Dubalang Adat
3 CANIA Dt.Bandaro Hitam H.Soedarman.R Penghulu Suku, Saringan
Dt.Mangkuto Tamsir Hukum,
GO Bandaro Radiva Kudus Penghulu / hakim
Dt.Mangguang Nefrison Monti Nagari
Palowan Sati Arisman Dubalang Adat
Khatib Marajo Ali Akbar Malin
Khatib Sanagari Khatib Nagari, Jinih Nan Ampek
4 DOMO Dt.Paduko Merajo Henrianto Penghulu Suku,Saringan Hukum,
Dt.Mangkuto Ahmad Penghulu / Hakim
Alam Syarkawi Monti Nagari
Dt.Monti Besar Umar.Z Malin
Tuanku Bagindo St.Abd.Jalil Dubalang Adat
Melano Arlis
Ombak Gilo
II. NINIK MAMAK PEMANGKU ADAT NAN GADANG DIKAMPUANG
Yang Kedudukan dan
N Gelar Sako Ninik
Suku Memaka Pangkat Adat Menurut
O Mamak
i Adat di Nagari
1 MELAYU Dt.Paduko Sanso Busmar Tungganai Kampuang /
Dt.Bagindo Ratu Syahril Tuo Kampuang
Penghulu Mudo Suardi Tungganai
Khatib Sutan Aris Tungganai
Paduko Labih Nibon Malin Kampuang
Khatib Intan Nasirwan Tungganai
Panglimo Hitam H.Suhar Malin Kampuang
Malin Kerajan Sihatul Dubalang Kampuang
Amri Malin Kampuang
Syahrul
Kampung Dt.Gadang Jalelo Nasrul Tungganai / Tuo
Kampai Pakiah Mudo Rais Kampuang
Malin Putiah Syamsu Malin Kampuang
Malin Palowan Rizal Malin Kampuang
Panglimo Syafirma Malin Kampuang
Dubalang n Dubalang Kampuang
Bungkuak Yasirudin Dubalang Kampuang
Peto Rajo Isman Malin Kampuang
Mardi.s
2 PILIANG Dt.Bandaro Kayo Saribunu Tungganai / Tuo
Khatib Jalelo s Kampuang
Pakiah Mudo - Malin Kampuang
Rajo Malenggang Agus Malin kampuang
Paduko Tuan Salim Tungganai Kampuang
Peto Berain Yusri Malin Kampuang
Awaluddi Malin Kampuang
n
Jama an
Kp. Dt.Sirajo Afrizal Tungganai
Petopang Malin Mudo Ruasdi Malin Kampuang

3 CANIAG Dt.Bandaro Putiah Mukhnis Tungganai


Dt.Rajo Mudo Kusnadi Tungganai
O Penghulu Sati Rajo Tungganai
Kali Sutan Rahman Malin kampuang
Khatib Besar Masrel Malin kampuang
Malin emas Hadi Malin kampuang
Pakiah Sati Efrisal Malin kampuang
Monti kayo Hadrianu Monti Kampuang
s
Jamrus
Utri
4 DOMO Dt.Penghulu Mansyur Tungganai
Mudo Rasyidin Monti Kampuang
Bagindo Merajo Yondri Malin Kampuang
Malin Kerajan St.Naswi Malin Kampuang
Malin Merajo r Dubalang Kampuang
Rajo Gomantar Baharud Malin Kampuang
Peto Kari din Malin Kampuang
Peto Saliah Muslim Malin Kampuang
Khatib Mudo Buharin
Martuna
s
PENUTUP

Pembaca yang budiman, dengan sajian tulisan ala kadarnya ini,


semoga dapat memberikan informasi maupun pengetahuan para
pembaca generasi muda yang lazim pula disebut generasi penerus,
penyajian naskah ini hanya sekedar berbagi pengalaman, mudah-
mudahan bermanfaat bagi semua pihak dan harapan saya dengan adanya
buku kecil ini tentang sejarah dan silsilah raja-raja Minangkabau
Pagaruyung (Rajo Ibadat) Sumpur Kudus dapat untuk menunjukkan
eksistensi/keberadaan Sumpur Kudus yang mempunyai peranan penting
dalam sejarah, baik pada masa penyebaran islam maupun pada masa
gerakan nasionalisme mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia
tahun 1948-1949.

Penulis memohon maaf atas semua kelemahan dan kekurangan


yang terdapat dalam naskah ini, karena bukan disengaja namun dengan
kemampuan yang terbatas, inilah sedianya yang dapat tersajikan.

Penulis

DUSRIWIJAYA BIN DARLEL

Anda mungkin juga menyukai