Anda di halaman 1dari 2

Kerajaan Pajang

Dalam sejarah Pajang adalah pemegang kendali kekuasaan kerajaan islam jawa setelah demak. Ada
sejarahwan yang mengatakan bahwa sebenarnya pajang belumlah berbentuk kesultanan dan rajanya
tidak bergelar sultan. Pajang, kata sejarahwan tersebut masih berbentuk kadipaten. Namun, demi
mudahnya, kita memakai pendapat pertama dengan menyebut pajang sebagai kesultanan.
Kesultanan pajang terletak di daerah kartasura (dekat surakarta atau solo), Jawa tengah. Kesultanan ini
merupakan kerajaan islam pertama yang terletak di daerah pedalaman. Sebelumnya, kerajaan islam
selalu berada di daerah pesisir, karena islam datang melalui para pedagang dari asia barat yang
berlabuh di pesisir.
Sultan pertama pajang adalah mas kerebet. Ia berasal dari pangging, desa di lereng Gunung Merapi
sebelah tenggara. Mas kerebet adalah anak penguasa pengging terakhir, handayaningrat, yang dihukum
mati oleh sultan Kudus. Hukuman mati itu diberikan karena Handayaningrat mengikuti ajaran syekh Siti
Jenar yang dianggap sesat. Mas karebet memiliki nama lain, yakni Jaka Tingkir. Tingkir adalah nama
tempat mas Kerebet dibesarkan.
Syahdan, seekor banteng mengamuk di demak. Sebuah sayembara pun diadakan di Demak. Kesultanan
demak menyatakan bahwa siapa saja yang dapat menaklukkan banteng itu, akan diangkat sebagai
punggawa kesultanan. Jaka tingkir mengikuti sayembara tersebut, dan ia berhasil melumpuhkan si
banteng. Karenanya, Jaka Tingkir diterima mengabdi, bahkan kemudian menjadi menantu Sultan
Trenggana dan diberi sebuah wilayah bernama pajang, dengan Jaka Tikir sebagai adipatinya.
Setelah sultan trenggana meninggal pada tahun 1546, anaknya yang bernama Sunan Prawoto diangkat
sebagai penggantinya. Akan tetapi, ia kemudian meninggal terbunuh dalam perebutan kekuasaan oleh
keponakannya sendiri, yaitu Arya Panangsang.
Selanjutnya, Arya Penangsang menjadi penguasa demak. Namun karena kadipaten pajang juga telah
beranjak kuat dan memiliki wilayah yang luas terjadilah pertentangan antara jaka tingkir dan arya
penangsang. Dengan bantuan dari kadipaten-kadipaten lainnya yang juga tidak menyukai arya
penangsang, jaka tingkir akhirnya berhasil membunuh Arya Penangsang.
Kisah menaklukan arya penangsang terekam di dalam cerita babad, tentu saja dengan bumbu-bumbus
mitos. Dikisahkan dalam Babad Tanah Jawi, Jaka Tingkir mendapat bantuan dari tiga orang yaknik Ki
Ageng Pemanahan, Ki Penjawi, Ki Juru Mertani. Arya Penangsang terkenal sakti, karena merupakan
murid utama sunan Kudus, senapati perang kerajaan demak. Untuk menghadapi kesaktian penangsang,
ketiga orang itu membuat strategi.
Taktik dijalankan, awalnya dengan menangkap dan melukai telinga kuda kesayangan Arya Penangsang,
Gagak Rimang. Kuda itu kemudian dikembalikan ke kandangnya. Mengetahui hal itu, Arya Penangsang
sangat murka, dan langsung mencari yang dianggap bertanggung jawab.
Dilihatnya, orang yang melekuia Gagang Rimang lari ke tepi Bengawan Solo, Maka arya penangsang
mengejarnya. Di sana pasukan ki pemanahan, Ki Penjawi, dan Ki Juru Martani sudah menunggu. Saat itu
danang Sutawijaya anak ki Gede Mataram, sudah menunggu di balik gerumul semak di seberang sungai.
Ketika Arya penangsang tiba di tepi bengawan, diseberang dilepaskan seekor kuda betina. Maka, gagak
rimang langsung mengejar kuda betina tersebut tanpa bisa dikendalikan, dan menyeberangi bengawan
solo. Di seberang bengawan, Danang Sutawijaya sudah siap, menghunus tombank Kyai Plered. Begitu
posisi dekat, Arya Penangsang ditikam dengan tombak di tangan Sutawijaya. Ia terjatuh, ususnya
terburai. Namun, arya penangsang bangkit lagi, dan melilitkan ususnya di kerisnya, Kyai Setan Kober.
Lantas ia menerjang sutawijaya, sambil menghunus kerisnya. Tetapi ia lupa, keris sakitnya terlilit ususnya
sendiri, hingga malah menggores ususnya itu. arya penangsang tewas seketika.
Sebagai raja pajang, jaka tingkir bergelar Sultan Hadiwijaya (1568 1582). Gelar itu disahkan oleh sunan
Giri, dan segera mendapat pengakuan dari para adipati di jawa tengah dan jawa timur. Sebagai langkah
pertama peneguhan kekuasaan, hadiwijaya memerintahkan agar semua benda pusaka demak
dipindahkan ke Pajang. Setelah itu, ia menjadi salah satu raja yang paling berpengaruh di Jawa.
Sultan Hadiwijaya memperluas kekuasaannya di jawa pedalaman ke arah timur sampai daerah madiun,
di aliran anak bengawan Solo yang terbesar. Tahun 1554, Blora, dekat Jipang, diduduki pula. Kediri
ditundukannya pada tahun 1577. tahun 1581, sesudah usia sultan Hadiwijaya melampaui setengah baya,
ia berhasil mendapatkan pengakuan sebagai sultan islam dari raja-raja terpenting di jawa timur.
Meskipun sultan hadiwijaya sangat berpengaruh dan kuat, akan tetapi pajang tidak mampu memperluas
wilayah kekuasaannya ke daerah lautan. Bahkan madura pun tidak masuk dalam wilayah kekuasaan
pajang. Mungkin, ini merupakan salah satu akibat posisi pajang yang berada terlalu masuk ke pedalaman
jawa.
Meskipun perluasan wilayah tidak dapat dijalankan secara maksimal, selama pemerintahan hadiwijaya,
bidang kesusastraan dan kesenian yang sudah maju di Demak dan Jepara lambat laut dikenal di
pedalaman jawa. Pengaruh islam yang kaut di daerah pesisir pun menjalar dan tersebar ke pedalaman.
Hadiwijaya meninggal dunia pada tahun 1587. jenazahnya dimakamkan di Butuh, suatu daerah sebelah
barat taman keraton pajang. Ia digantikan oleh menantunya, Arya Pangiri, anak Sunan Prawoto. Sebelum
diangkat ke tahta pajang, Arya Pangiri adalah penguasa demak. Sementara itu, anak sultan Hadiwijaya,
pangeran Benawa, disingkirkan oleh Arya Pangiri, dan dijadikan Adipati Jipang.
Pangeran Benawa lantas meminta bantuan danang Sutawijaya penguasa mataram, untuk
menggulingkan Arya Pangiri. Mereka berhasil dan pangeran Benawa naik ke singgasana pajang. Meski
demikian, benawa mengakhiri kekuasaannya dengan mengundurkan diri dari tahta, lalu memilih hidup
mengabdi untuk agama.
Selanjutnya, kesultanan pajang kalah pamor terhadap kekuasaan Mataram. Sebagai pengganti pengeran
benawa, raja mataram mengangkat Gagak bening. Namun, posisinya hanyalah sebagai adipati Pajang.
Sayang, usianya tidak panjang. Ia meninggal pada tahun 1591. akhirnya, raja mataram mengangkat
putra pangeran benawa sebagai adipati pajang. Riwayat kerajaan pajang bearkhi di tahun 1618.
Sumber>>//ridwanaz.com

Anda mungkin juga menyukai