Anda di halaman 1dari 2

Sejarah Islam Sumatra-Jawa

Islam adalah agama di Indonesia yang paling banyak pemeluknya, bagaimana sih kok islam dapat masuk
ke Indonesia? bagaimana kah sejarah islam di Indonesia ini?agama islam masuk ke Indonesia secara
besar besaran terjadi sekitar abad XIV dan XV, masuk dan berkembanganya islam di Indonesia ini juga
tidak lepas dari kerajaan-kerajaan islam di Indonesia, seperti kesultanan Samudra Pasai, Aceh
Darussalam, Malaka, Demak, Pajang, Mataram, Cirebon, Ternate dan lain-lain. agar lebih jelas dalam
menyimak sejarah islam di Indonesia, bagian pertama ini mari kita simak tentang sejarah kerajaan Islam
Kesultanan Perlak
* Kesultanan Perlak
Pada tahun 30 Hijriyah atau 651 masehi, Khalifah Usman bin Affan mengirim delegasi ke Cina. delegasi
tersebut bertugas memperkenalkan agama islam. Waktu itu hanya berselang sekitar 20 tahun dari
wafatnya Rasulullah SAW. dalam perjalanan laut yang memakan waktu empat tahun ini, para utusan
usman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674
Masehi, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat sumatra.
Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Agama Islam. Sejak saat itu, para pelaut dan
pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi dari negeri nan hijau
ini sambil berdakwah. lambat laun penduduk pribumi mulai memeluk agama islam, meskipun belum
secara besar-besaran. Aceh daerah paling barat di kepulauan Nusantara adalah yang pertama kali
menerima ajaran agama islam. bahkan di acehlah kesultanan atau kerajaan islam pertama di Indonesia
berdiri, yakni kesultanan Perlak (Memang ada perbedaan pendapat, di versi lain menyebutkan kerajaan
islam yang pertama adalah Samudra Pasai)
Kesultanan Perlak adalah kerajaan islam pertama di Nusantara, kerajaan ini berkuasa pada tahun 840
hingga 1292 Masehi di sekitar wilayah Peureulak atau Perlak. Kini wilayah tersebut mask dalam wilayah
Aceh Timur, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam.
Perlak Merupakan Suatu daerah penghasil kayu perlak, adalah kayu yang digunakan sebagai bahan
dasar kapal. Posisi strategis dan hasil alam yang melimpah membuat perlak berkembang sebagai
pelabuhan niaga yang maju pada abad VIII hingga XII. sehingga, perlak sering disinggahi oleh Jutaan
kapal dari arab, persia, gujarat, malaka, cina, serta dari seluruh kepulauan nusantara. karena
singgahannya kapal-kapal asing itulah masyarakat islam berkembang, melalui perkawinan campur antara
saudagar muslim dengan perempuan setempat.
Pendiri kesultanan Perlak adalah sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Azis Shah yang menganut aliran
atau Mahzab Syiah. Ia merupakan keturunan pendakwah arab dengan perempuan setempat. Kerajaan
perlak didirikannya pada tanggal 1 Muharram 225 H atau 840 masehi, saat kerajaan Mataram Kuno atau
Mataram Hindu di Jawa masih berjaya. sebagai gebrakan mula-mula, sultan Alaiddin mengubah nama
ibu kota kerajaan dari bandar Perlak menjadi Banda Khalifah.
Ketika pemerintahan Sultan Alaiddin Sayid maulana Abbas Shah, sultan ketiga, ulama-ulama bermazhab
Sunni mulai masuk ke perlak dan menebarkan pengaruh. setelah wafatnya sultan pada 363 H atau 913
masehi, terjadi ketegangan antara kaum Syiah dengan kaum Suni, sehingga selama dua tahun
berikutnya kesultanan Perlak vakum kekuasaan, tidak memiliki sultan.
Setelah masa dua tahun tersebut, kaum syiah memenangi persaingan, kemudian pada tahun 915 M atau
302 H, Sultan Alaiddin Sayid Maulana Ali Mughat Syah naik tahta. Pada akhir pemerintahannya, terjadi
lagi ketegangan antara kaum Syiah dan kaum Suni, yang kali ini membawa kaum suni pada keunggulan.
Akibatnya, para sultan berikutnya diangkat dari golongan Sunni.
Tahun 956 masehi atau 362 H, setelah meninggalnya Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik Syah Johan
berdaulat atau sultan ketujuh, terjadi lagi ketegangan selama kurang lebih empat tahun antara golongan
Syiah dan Sunni, yang diakhiri dengan perdamaian dan pembagian kerajaan menjadi dua bagian ; yaitu
Perlak Pesisir (Syiah) dipimpin oleh Sultan Alaiddin Sayid Maulana Syah (986 988) dan Perlak
Pedalaman (Sunni) dipimpin oleh Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Syah Johan berdaulat (986
1023).
Pada tahun 988, Kerajaan Sriwijaya Menyerang Perlak. Sultan Alaiddin Maulana Syah meninggal karena
serangan itu. Namun demikian, sebagai akibatnya, seluruh perlak justru bersatu kembali di bawah
pimpinan Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Syah Berdaulat. Sultan Makhdum melanjutkan
perjuangan melawan kerajaan Budha Sri Wijaya hingga tahun 1006.
Para Sultan Perlak dapat dikelompokkan menjadi dua dinasti, yaitu Dinasti Sayid Maulana Abdul Azis
Syah dan Dinasti Johan Berdaulat. Di bawah ini merupakan nama-nama sultan yang memerintah
kerajaan perlak ;
Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Azis Syah (840 864
Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Rahim Syah (864 888)
Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abbas Syah (888 913)
Sultan Alaiddin Sayid Maulana Ali Mughat Syah (915 918)
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Kadir (928 932)
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin (932 956)
Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik (956 983)
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim (986 1023)
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud (1023 1059)
Sultan Makhdum Alaiddin Malik mansur (1059 1078)
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdullah (1078 1109)
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ahmad (1109 1135)
Sultan Makhdum Alaiddin Malik mahmud (1135 1160)
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad (1173 1200)
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Jalil (1200 1230)
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin (1230 1267)
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz (1267 1292)
Berita dari marcopolo menyebutkan, pada saat persinggahannya di Pasai pada tahun 692 H atau 1292
M, telah banyak ulama arab yang menyebarkan Islam. Begitu pula berita dari Ibnu Batuttah, Pengembara
Muslim dari Maghribi (sekarang maroko). Ketika Singgah di aceh pada tahun 746 H atau 1345 M, ibnu
Batuttah menuliskan bahwa di Perlak dan Pasai telah tersebar Mazhab Syai.
Pada awal abad ke-13 di Ujung barat Sumatra berdiri kerajaan baru di bawah Sultan Malik Al-Saleh,
bernama Samudra Pasai. Sementara di malaka, seorang pangeran asal Sri Wijaya membangun kerajaan
baru bernama Malaka. Artinya situasi politik saat itu sedang memanas. Untuk itu, Sultan Makhdum
Alaiddin mallik Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat (1230 1267) sebagai sultan ke 17
menjalankan politik persahabatan. Jalan yang ia tempuh adalah dengan menikahkan dua orang putrinya
dengan para penguasa negeri tetangga. Putri ratna Kamala dinikahkannya dengan raja kerajaan Malaka
yaitu Sultan Muhammad Syah Parameswara, sementara itu ganggang dinikahkan dengan raja kerajaan
Samudra Pasai, malik Al-Saleh.
Meski telah menjalankan politik damai dengan mengikat persaudaraan, ketegangan politik itu rupanya
tetap saja mengancam kedaulatan kesultanan Perlak. Perlak goyah, Sultan makdum Aliddin Malik Abdul
Aziz Johan Berdaulat (1267 1292) menjadi sultan yang terakhir. Setelah ia meninggal, perlak disatukan
dengan kerajaan Samudra Pasai di bawah pemerintahan Sultan Muhammad Malik Al-Zahir, putra Al-
Saleh.
Sumber>>//ridwanaz.com

Anda mungkin juga menyukai