Anda di halaman 1dari 361

https://www.facebook.

com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 0
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

GEMBONG KARTASURA

KARYA:
Pak Sri Hadijojo
Gambar Luar dan & Dalam
H. Wibowo BA

JILID

1
(Empat Jilid Tamat)

Dicetak dan diterbitkan oleh :

Percetakan Penerbit
SINTA – RISKAN
Jl. Judonegaraan 22 Jogja

HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH UNDANG-UNDANG

NO/POL/6 Bc 009/Intel/68 Jogja 10-8-1968

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 1
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

GEMBONG KARTASURA

JILID 1

BAGIAN I

DI IBUKOTA Kartasura…… pada hari Sabtu yang cerah, hari


yang dapat menggetarkan para ksatria prajurit dan pemuda dari
kalangan pembesar negara umumnya …… Tidakkah setiap hari
Sabtu pagi, di alun-alun Kartasura diadakan latihan kecekatan dan
keterampilan memainkan WATANG ……? Ikut serta pada latihan
watangan pada hari itu, adalah idam-idaman tiap-tiap pemuda
umumnya, khusus dari Ibukota sendiri…… Pemuda-pemuda yang
sedang giat berguru sakti berlatih diri, mempertinggi kemampuan
setiap hari dalam tata-gerak, menghadapi lawan dengan segala
macam senjata, juga dengan tombak atau watang. Maka hari Sabtu
itulah hari meneari pengalaman dalam bertanding tiada menghadapi
lawan.
Kecuali mencari pengalaman bertanding ………. pemuda
manakah yang tidak ingin memamerkan tampang kegantengan dan
kebagusannya di muka umum, dimuka penonton, teritimewa para
penonton putri pingitan. Memang hanya pada hari sabtu itulah
adanya kesempatan untuk sekali-sekali melirik pada puteri-puteri
pingitan kraton yang biasanya ikut baginda raja melihat watangan,
menduduki panggung kerajaan dekat ringin kurung.
Tersiar pula kabar, bahwa hari Sabtu itu turut keluar berlatih,
tamu perkasa sang UNTUNG SURAPATI yang belum lama ini
datang dari Jawa Barat, beserta puteri Gusik dan pengiring-
pengiringnya, konon orang ini adalah orang yang berani menentang
Kompeni, kini sedang menjadi buruan Belanda, karena cukup

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 2
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

membuat pusing Kompeni di Jawa barat. Karena tidak lagi bertahan


terhadap tekanan dari pihak lawan, maka Untung Surapati
melarikan diri ke Kartasura untuk berlingung di bawah kekuasaan
Sunan…… dan …… sikap Kartasura tidak menolaknya, entah
bagaimana nanti jadinya.
Benarlah adanya pekabaran itu, atas desakan Pangeran Adipati
Anom, putera mahkota kerajan …… Untung Surapati pada hari itu
akan turut serta terjun dalam gelanggang watangan di alun-alun
Kartasura.
Pahlawan perkasa itu mengendarai kuda pilihan dari istal
Pangeran Dipati Anom sendiri. Ditangan kanannya itupun
memegang sebuah watang, sebagaimana pengikut-pengikut lainnya.
Watang adalah semacam tombak yang ujungnya diganti dengan
bantalan kulit, supaya tidak melukai lawan berlatih dengan luka
tusukan barang runeing, hingga paling banter hanya menderita luka
lecet-lecet saja …… kecuali terjatuh dari kuda tunggangannya.
Ditangan kiri seorang pengikut watangan, memegang tameng
(perisai) dibuat dari anyaman penyalin yang cukup kuat, untuk
menangkis serangan tusukan bantalan diujung watang itu.
Hebatlah pemandangan di alun-alun waktu itu. pemuda-pemuda
yang ganteng lagi perkasa, bertubuh kuat sentosa, berpakaian serba
bagus, dengan kutang (baju kutung, batas pangkal lengan), wama-
wami sebagai bunga setaman …….. tengan bersiap-siap untuk
beraksi di tengah lapangan pada waktunya. Sabtu itu nyata benar
keistimewaannya …… lebih dari empat puluh pemuda,
menampilkan diri untuk bermain watangan di muka Sri Sunan.
Pemuda-pemuda putera Bupati dan kliwon, juga para pemuda
hartawan dan dari lingkungan bangsawan, semua nampak gagah-
gagah dan tegap-tegap perawakannya …. Tanpa kecuali hendak
memamerkan kemampuan masing-masing …… sekaligus melirik
bunga-bunga keraton yang sedang dipuji-puji dan disanyung-

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 3
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

sanyung kecantikannya, yang namanya selalu dibisik-bisikkan


orang dalam kota Kartasura …….. ialah : Ratu Alit, puteri yang
ketujuh dari urutan SEKAR KEDATON. Biarpun puteri ini hanya
dari garwa selir saja, tetapi kecantikannya menang jauh dari puteri-
puteri lainnya.
Kehadiran Sri Sunan, beserta para puterinya, dan puteri-puteri
para pangeran seluruh Ibukota, membayangkan pula keistimewaan
hari watangan kali ini. siapakah yang tidak ingin melihat wayah
perkasa Surapati yang termasyur itu …… ? alun-alun Kartasura
yang lebar itu pada tepinya berjejal-jejal penonton yang datang dari
semua jurusan mata-angin.
Terdengar kini gamelan besar itu menggemakan lagu
MONGGANG, yang mulai mengalun diangkasa. Alangkah
sedapnya melihat pera ksatria itu bergerak atau lebih tepatnya
menggerakkan kudanya, mengikuti irama pukulan lagi Monggang
yang masih berayun-ayun tenang, sengan gaya dan kepandaian
sendiri-sendiri …… mengitari tepi alun-alun. Da yang
meneongklangkan , ada yang menyirikkan kudanya …… bahkan
ada yang membalapkan tunggangannya, dalam irama masih tenang
itu seolah-oleh mendesak segera terjadinya penggantian lagu
SAMPAK, yang menjadi pedoman permulaan berlatih.
Terdengarlah kini laagu Sampak sudah mengambil alih irama
lagu Monggang. Semua pengikut latihan membalapkan kudanya
melewati muka panggungan tempat Raja duduk melihat beserta para
pengiringnya…… untuk memberi hormat kepada Baginda. Setelah
itu lalu mereka melarikan kudanya ketengah lapangan meneari
lawan bertanding Watang. Sudah barang tentu sejak tadi bertemu
kawan dialun-alun, sudah menaksir-naksir pilihan sendiri-sendiri
sebagai lawan latihan. Kini tainggal menearinya kembali lalu
mengitarinya sebagai tantangan tanpa ucapan-ucapan. Bertemulah
mereka dalam pertandingan babak pertama …… Maka mulailah

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 4
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

mereka membuat lingkaran, dengan saling mengitarinya, sambil


berwaspada …… juga meneari kesempatan untuk menyerang
lawan.
Sebenamya semua pemuda yang datang berlatih itu berharap
tanpa kecuali. Mendapat tandingan sang Surapati yang termasyur
namanya. Sekalipun tidak dapat merobohkannya, setidak-tidaknya
sudah pemah bersilang watang dengan prajurit perkasa ini. namun
setelah melihat orangnya …… banyaklah diantaranya yang sudah
kuneup nyalinya …… mungkin karena terkena perbawa orang
gagah yang berani menentag Belanda itu.
Gumam seorang prajurit latihan, pada waktu bertemu dengan
Surapati : “Waduh …….. hebat benar orang ini. sinar matanya
sangat tajam menakutkan yang menatapnya. Otot-ototnya nampak
kokoh kuat luar biasa, dapat dibayangkan betapa besar gaya
tempumya. Hemm, …… lebih aman menyauhkan diri saja dari
samberan-samberan watangnya. Silakan saja kepada yang masih
ingin meneoba kekuatannya……
Terdengar suara lantang menegur yang sedang menggumam
itu. “Hai ........ Subrata, mau lari kemana kau, sudah berani muneul
disini.
Sebenamya pemuda yang ditegur dengan nama Subrata tadi
sangat kaget dalam hatinya, karena temyata sudah agak lengah,
tetapi pemuda mana suka berterus-terang dalam soal yang
memalukan, banyak sedikitnya menyangkut kehormatan dirinya.
Jawabnya agak dibuat-buat biasa “Aha ...... siapa mau lari dan
apakah dibuat takut, lebih-lebih apabila hanya menghadapi lawan
sepertimu saja, Kartana …….. Rangkap dualah sekaligus, untuk
melegakan hatiku.”
“Bagus-bagus ...... kau tidak hendak lari, akulah salah terka,
mengira kau ketakutan setengah maii melibat gaya tamu perkasa itu,

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 5
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Nah ...... , baiklah kita bertanding saja dahulu. Siapa yang menang
dalam main sodoran ini, ...... harus meneoba kekuatan sang
Surapati, setuju?”
“Baik aku terima tantanganmu Kartana.”
Kedua pemuda yang sudah memilih tandingan itu lalu
berkitaran sambil memainkan watang masing-masing. Lingkaran
yang dibuat makin menyempit, hingga jarak dua-tiga meter saja,
…… menanti kesempatan untuk membuka serangan, bila lawan
agak menduduki tempat kurang enak sedikit saja.
Saat demikian itulah yang paling bagus untuk dilihat oleh para
penonton. Pemuda tampan, berdandan serba menarik tetapi rapi dan
singsat praktis, memainkan watangnya yang menggetar ke segala
arah …… membaling pepat disamping kiri kanan atau diatas kepala
dengan gaya luwes, cekatan lagi kuat, hingg ada yang mengaung-
ngaung di udara menimbulkan angin pusaran menyebar lebar.
Lagu Sampak kian berirama menyesak. Saat yang dinantikan
dengan rasa panas dingin oleh para peserta watangan dan penonton
pada umumnya. Tergetarlah alun-alun Kartasura layaknya, karena
pekik-pekik nyaring yang dilanearkan para penyerang minta
perhatian sekaligus untuk menggetarkal lawannya. Dengan watang
terkempit erat yang ujung bantalannya tertuju kepada badan lawan,
penyerang itu menggerakkan kudanya, menerjang dengan gagah
berani. Gemerapyaklah suara gagang watang bertangkisan nyaring,
dengan akibat yang beraneka ragam.
Betapa ramainya, riuh dan gaduhnya pada waktu serang-
menyerang itu, sulitlah rasanya untuk dilukiskan dengan perkataan.
Gagang watang beradu disertai pekik-pekikan orangnya …… suara
gebahan dengan tameng, disusul dengan tusukan watang yang
mengenai dada lawan …… suara membekos orang terkena watang,
jatuh mental dari tunggangannya, gedebugan ditanah terjadi disana-

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 6
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

sini …… dibarengi dengan sorak serta tepuk-tangan penonton


bergemuruh diangkasa bagaikan guntur membelah jagat.
Dalam gebrakan pertama itu, kira-kir ada sepuluh orang
pemuda yang dapat dianggap telah gugur …… karena mereka jatuh
terlempar dari atas kudanya, atau telah kehilangan watang, putus
atau terjatuh ……..
Mereka itu harus mundur ke samping, yang biasanya lalu
membedalkan kudanya keluar gelanggang untuk langsung pulang.
Sengan menanggung sedikit malu.
Adapun yang masih lengkap genggamannya, lalu meneruskan
berlatih dengan memilih lawan baru yang sama-sama belum gugur.
Karena jumlahnya sudah berkurang, mau tidak mau mereka itu
harus berani dikeroyok atau mungkin malah mengeroyok. Dan ……
sesudah sampai pada tahap pengeroyokan inilah, oarang dapat
menilai ketangguhan dan kekuatan seseorang peserta watangan.
Gebrakan yang kedua …… ad lima belas peserta yang
tersisihkan, karena mereka kebanyakan tidak kuat menghadapi
kerubutan hingga mudah saja dirubuhkan. Maka berkurang
banyaklah yang masih melanjutkan berlatih. Karena susutnya lawan
bertanding, maka yang kebanyakan terlihat adalah satu melawan
dua pengerubut.
Salah seorang yang dikerubut demikian itu …… adalah Untung
Surapati, jagoan dari Jakarta yang kian nampak gagah saja. memang
tidak salah terkaan pemuda Subrata yang kini sudah menonton
dipinggiran karena sudah „GUGUR‟, bahwasanya gaya tempur sang
Surapati pasti hebat luar biasa. Serangan kedua lawannya yang kuat
lagi terarah rapi, dengan mudah sekali dihalau dengan tangkisan
tamengnya yang cekatan. Pada waktu mendapat kesempatan untuk
membalas, sekali mengibaskan watangnya membentur watang
kedua lawan tadi, putuslah watang lawan, sedang orangnya hampir

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 7
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

jatuh dari pelana kuda mereka, nampak duduk termiring-miring


sudah. Syukur mereka tidak sampai jatuh, sehingga tidak usah
menanggung malu lebih lanjut …… namun mereka itu tetap
dianggap sudah gugur.
Sorak penonton memecah udara lagi, pujian-pujian kagum
menggema diudara: “Surapati-Surapati, jaYa-yaja.”
Tidak hanya para penonton dipinggiran alun-alun saja yang
muji-muji kegagahan sang Surapati juga semua orang yang hadir
dipanggung Sri Baginda tak ada yang mengecuali.
Demikianlah corak tokoh, yang berani menghadapi kekuatan
Kompeni iiu.
Adapun yang paling ramai dalam pujiannya .... adalah
kangeljeng pangeran Adipati Anom (putra mahkota), yang telah
memperlihatkan gejala-gejala kurang bijaksana dalam segala
tindakannya dan suka menuruti kehendak sendiri, biar yang kurang
baik sekalipun. Siapakah yang berani mencegah atau menghalangi
kelancangan beliau itu, kecuali Sri Sunan sendiri.
Jahatnya .... , sang pangeran suka sekali menyjindir-nyindir,
melukai hati para pangeran pamannya atau pembesar lain, yang
tidak disukainya.
Kali ini yang menjadi sasaran kelakar yahatnya, adalah
pangeran Puger, salah seorang pamannya yang sangat dibencinya,
karema pangeran ini sering digelari orang „GEMBONG
KARTASURA'. Itulah karena sang Pangeran pemah berdiri tegak
melawan Kerajaan Trunajaja demgan laskamya sendiri tanpa
bantuan dari Kompeni, pada waktu Sunan Tegal-Arum beserta
pangeran Adipati- Anom (sunan yang sekarang) melarikan diri dari
Kerta, ibukota lama, kearah Barat. Pangeran Puger baru mau
membubarkan barisannya, waktu kakaknya sang pangeran Adipati-

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 8
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Anom, telah dinobatkan menjadi Sunan Amangkurat II di


Kartasura, ibukota Mataram yang baru .. , tunduk patuh dalam
pengabdian kepada raja.
Peristiwa itulah yang sangat menyusahkan sang pangeran,
karema lalu dibenci secara istimewa oleh putra mahkota yang
sekarang, sekalipun pangeran Adipati-Anom itu sudah menjadi
menantu Kapugeran. “Nah, .... mumpung sekarang ini ada
kesempatan baik,” berkatalah paugeran muda-jahat itu, “Hua ha ha
...... hebat sekali paman Untung Surapati itu. Siapakah tandingannya
di Kartasura ini …… Akh … aku lupa, bahwasannya kitapun
mempunyai gembong negara, paman Pangeran PUGER. Itulah dia
......... kita akan melihat pertarungan yang hebat sekali, bila paman
pangeran Puger suka juga terjun dalam gelanggang watangan hari
ini untuk menandingi pamaa Untung Surapati. Silahkan Paman,
untuk membuka mata kita, untuk mengagumi kedigjayaan paman.”
Siapakah yang tidak mengerti dan merasa ejekan sinis, dalam
ucapan-ucapan pangeran muda itu. Pada waktu itu pangeran Puger
sudah berusia lebih. dari 45 tahim, sudah boleh digolongkan sebagai
sesepuh praja namun masih belum hindar dari kelakar yahat
menantunya sendiri.
Jikalau pangeran tua itu kurang membat dalam tata berpikir
sedikit saja, pasti akan segera pecahlah sengketa kekeluargaan
keraton Kartasura. Syukurlah, pangeran Puger sudah bersikap
"runduk", tidak lagi suka keburu nafsu. Maka terdengarlah
jawabnya yang tenang diiringi dengan senyuman damai,
“Ah, angger Adipati Anom ...... pamanmu yang sudah pikun
jni, sudah barang tontu bukan tandingan sang Surapati yang gagah-
perkasa itu. Malahan dimasa mudakupun, agaknya aku tidak
sanggup bertahan serangan-serangan hebat luar biasa dari jago
muda itu.”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 9
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Masakan demikian paman, mana dapat orang-orang Kartasura


menghargai lagi gembongnya, bila paman sudah takut karena
melihat kegagahan orang, hingga keberanian sudah mengkeret
sebelum bertanding?”
Sengaya sang pangeran mempergunakan istilah-istilah yang
menyakitkan hati orang untuk merendahkannya.
“Soalnya bukanlah takut anak mas .”
“Apa lagi soalnya kalau bukan takut itu?” kata pangeran muda
tadi dengan mendongakkan kepala keatas.
Jawab pangeran Puger tenang, “tulah karena tidak pantas
lagi......... berhubung dengan umurku yang sudah lanjut, telah
melewati masa beraksi.”
“Alias…… takut, bukan? Ya..ya, ….pasti ada saja dalih yang
dapat dipakai alasan sebagai “alias” kenyataan.
Benar-benar melebihi batas kesopanan, ejekan Pangeran Anom
itu, tetapi Puger masih dapat mengendalikan amarahnja.
Diwaktu yang sangat tegang itu, terjadilah suatu hal yang
sangat tidak dapat diperkirakan lebih dahulu. Seorang pemuda
tampan, gagah, berbadan tegap dengan dandanan sebagai lazimnya
dandanan seorang bangsawan tinggi, berdiri dari tempat duduknya,
menarap Pangeran Dipati Anom dengan mata menyala-nyala‟
karena menahan marah. Anehnya pemandangan disitu, pemuda itu
diganduli oleh dua orang teman duduknya, tanpa digubris serta
dirasakan. Mungkin kedua teman itu hendak memcegah tindakan
temannya yang terlanyur marah sekali itu, tetapi tidak mampu untuk
mencegahnya, hingga terpaksa menggantung sejenak. Semua orang
terpaksa melongo memandang kep ada si pemberani luar biasa itu.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 10
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Memang perbuatan pemuda itu snngat gegabah. Dijaman


kerajaan, orang berani berdiri tanpa perintah Baginda terlebih
dahulu, mudah sekali kehilangau kepalanya.
Siapakah yang tidak memgerti hal seperti itu namun den mas
PURBAYA, salah seorang putera Pangean Puger ...... sudah
terlanjur berbuat demikian karema tidak dalpat memahan gedjolak
hatinya, mendengar ayahnya dipermainkan orang sejadi-jadlnya itu.
Putera Pangeran Puger yang seorang Ini, agaknya lain dari pada
yang lain, biarpun dia hanya lahir dari seorang garwa selir saja,
Sejak kecil dia memperlihatkan bakat yang baik sekali, sedang
otaknya rerang tiada tercela, sopan tutur katanya lagi berbudi
lembut. Maka tidak memgherankan bahwa dialah kesayangan
seluruh keluarga Ka-Pugeran itu. Sejak kecil ia memdapat
gemblemgan tata bergerak oleh ayahnya dan kakeknya sendiri
didesa Katongan, dekat Candi Prambanan, bila sedang diajak
memgunyungi orang orang tua sakti itu oleh ibunya, Maka pada
wakru ia memginyak umur 20 an iapun ... pemuda bertubuh tegap,
bertampang ganteng lagi jantan itu, sudah berilmu tinggi sekali,
mungkin sudah dapat disejajarkan dengan kemampuan ayahnya
yang masih memgguruinya, untuk memiliki semua kesaktian sang
ayah ,
Terdengarlah suaranya memecah ketegangan, “Kangmas
Pangeran Anom, karema ayah hamba telah berusia lanjut, bolebkah
beliau itu hamba wakili saja. Dengan perkenan uwa Prabu Sri
Susuhunan, hamba akan mencoba kekuatan hamba, mewakili orang
tua.”
Dengan pandangan mata sangat merendahkan, pangeran
Adipati menatap wayah saudara sepupunya yang masih sangat
muda itu. Sebenamya ia tidak memandang dengan sebelah mata
kapada denmas PURBAYA tadi ........

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 11
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Pastilah “kunyuk rendah" ini bukan tandingan sang Surapati,


tetapi biarlah pemuda gegabah ini tahu akan rasa sedikit, hitung-
hitung mengayar adat kepadanya. Demikian pikir Sang Pangeran,
maka berkatalah ia.
“Bagus-bagus dimas Purbaya …... pasti saja kau diperkenankan
mewakili kangjeng paman, ayahmu……… Rama Prabu,
perkenankanlah adik Purbaya terjun kegelanggang watangan
mewakili paman Pangeran Puger, melawan paman Surapati.”
Yangpaling betul adalah, bila Sri Baginda menegur puteranya
yang telah menyakiti hati pamannya tadi .. tetapi dimuka umum,
menegur Pangeran Mahkota, alangkah tidak layanya. terpaksa
Baginda meluluskan permohonan puteranya tadi, sekahpun dengan
hati berat Sabda Bagmda.
“Baiklah, anak Purbaya berhati-hatilah kamu menghadapi
kekuatan Surapati yang temyata luar biasa itu!”
Demmas Purbaya berjongkok lalu berdatang sembah.
“Uwa Prabu …….. dengan restu paduka Baginda, pasti hamba
akan keluar dari gelanggang dengan selamat.”
Setelah menyembah Baginda sekali lagi, ia lalu mengarahkan
sembahnya kepada ayahnya, kemudian kepda Sang Pangeran
Adipati Anom.
Turunlah pemuda tampan itu dari panggung raja, Lalu
memerintahkan kepada penderek pribadinya untuk menyediakan
perlengkapan watangannya, pada kuda Kala Wereng…….. kuda
kesayangannya. Gemparlah para penderek Ka-Pugeran, waktu
mendengar bahwa denmas Purbaya jago kesayangan mrreka akan
keluar bersilang watang-dengan sang prawira Surapati. Mereka tahu
pasti, pemuda macam apakah denmas kesayangan Ka-Pugeran itu
...... hai, inilah hebat sekali.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 12
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Dipanggung banyak orang menjadi gelisah karena peristiwa


tersebut, tetapi yang paling gelisah adalah Pangeran Puger. Rasa-
rasanya masih belum tega beliau membiarkan puteranya yang masih
semuda itu akan mendapat hinaan dimuka orang banyak, apabila
terpaksa menelan kekalahan nanti. Putera ini, sebenamya putera
pameran, yang kedigdajaan dan kekuatannya tidak lagi berselisih
banyak dengan kemampuan sang Pangeran sendiri, malahan
mungkin sudah melewatinya ...... entahlah. Dalam waktu enam
bulan belakangan ini denmas Purbaya belum berlatih lagi demgan
ayahnya, kiranya anak muda itu sedang sibuk sekali memekuni
pelajarannya, tenaga sakti AJI GINENG, dan pukulan GUNTUR
GENI, yang diturunkan oleh kakeknya. Soalnya sampai dimanakah
Purbaya memiliki sakti yang ditekuni itu. Menurut bakatnya yang
baik sekali dan otuknya yang teranz, hampir dapat ditemtukan,
bahwa dia sudah dapat menyelami dan memiliki ajian dahsjat ke
dua-duanya lebih dari delapan hagian dari sepuIuhnya. Celakalah
seriap lawan tanpa lambaran ilmu sakti yang menghadapi pemuda
gagah itu mungkin sekali binasa dalam tangannya.
Tanpa sengaya bergeraklah bibir Pangeran Puger,
menggunakan ajian PAMEKAS, sebangsa aji bisikan gaib, jang
hanya dapat drterima oleh orang yang ditujunya. Kata-kata
bisikannya yang jelas didengar oleh denmas Purbaya melulu.........
“Anak kau dengarlah ayahmu berbicara denganmu dalam aji
PAMEKAS, maka jangan celingukan, supaya orang tidak menjadi
curiga Anak, aku tahu, kamu sekarang ini sudah memiliki aji
Gineng dan pukulan Guntur Geni jangan sekali-kali kau pergunakan
terhadap Untung Surapati, yang bukan musuh kita, awas !!! Kau
pergunakan tenaga JALA SENGARA dan kecepatan Kilat tatit
bersamberan …….. Semoga kau tidak akan mengecewakan
ayahmu!”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 13
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Suara ayahnya itu terdengar baik sekali oleh denmas Purbaja,


yang masih berdiri.anteng seperti menekuni sesuatu, Setelah selesai
mendapat pesan ayahnya, memanggut brulah ia, dan . . . .. . . ..
sekali lagi mengayun tubuh, sudahlah ia bertengger dipelana Kala
Wereng. Berbengerlah kuda keras itu, ialu melompat maju dengan
gaya yang mdah membawa lari tuannya, mengombak-omhak pesat
sekali mengitari alun-alun….. kemudian mengitari Sang Surapati
yang menaagumi pemuda gagah pendatang baru ini.
Tahulah Untung Surapati, bahwa ia dipilih oleh pendatang ini
sebagai lawan bertanding watang. Mau tidak mau Surapati harus
mengakui, bahwa lawan baru yang masih sangat muda ini
berprabawa luar biasa, lam sekali dari semua pengikut latihaa yang
berada ditempat bertanding. Siapakah gerangan pemuda ganteng
berwayah agung ini ….. kecuali salah seorang dari para bangsawan
Mataram yang berarti, mungkin seorang pangeran atau putranya
sekurang-kurangnya. Maka lalu hersikap hati-hati1ah jagoan Betawi
tersebut. Waktu itu Untung Surapati sudah agak lama meanti
datangnya tandingan baru. Ia 'Sungkan untuk memgeroyok lawan
yang belum gugur, tetapi sebaliknya mengharap keroyokan mereka,
sekarang ini datanglah lawan yang dinanti-nantikan itu. Baru
melihat ketangkasan berkuda dan gaya duduknya pada pelana saja.
Untung terpaksa memnya setinggi langit keprigelan dan keluwesan
pendatang baru ini…….. Masih sangat muda orangnya namun
sudah demikian mantap ia becokol pada kuda tungganganya, hingga
me ulu orang kuat sekali saja yang akan dapat menggoyahkan
duduknya pemuda ini.
Berkatalah jago Betawi itu dengan senyum simpatiknya ,
“Siapakah denmas yang hendak bertanding dengan paman ini?”
“Aku bemama 'PURBAYA‟, salah seorang putera pangeran
Puger. Maaf paman Surapati, aku maju dengan berkenan uwa Prabu
Sunan Mangkurat II, untuk mencoba-coba kemampuan jang masih

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 14
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

rendah ini. Hendaklah paman Surapati bermurah hati terhadap aku


memperlakukan aku sebagai orang yang cukup dewasa, biarpun aku
jatuh mencium tanah, tidaklah akan merasa penasaran, karena jatuh
ditangan perkasa sang Surapati.”
“Anak jaog baik; bagus benar tutur-katamu, tinggi dan lembut
peribudimu, tegap serasi-rapi bentuk badan denmas Aih, berbabagia
sekalilah kangjeng pangeran Puger mempunyai putera sehebat ini.
Tak usah demmas merendahkan dan mengurangi kemampuan
sendiri …….. ketahuilah, bahwa pamanmu ini banyak-sedikimja
sudah dapat menilai kekuatan denmas. Berkata secara terus-terang
paman kini agak kuatir menghadapi denmas, takut kalau kekuatanku
tidak cukup tangguh untuk menghadapi terjangan denmas. Akupun
minta kemurahan hati demmas, supaya tidak menjadi kura-kura
dimuka umum.”
“Silahkan paman, jangan sungkan-sungkan lagi. ..... kita ini
hanya berlatih saja.”
“Baik . . . . . . mulailah denmas.”
Mulailah kedua ksatria bertanding itu memggerakkan kudanya,
mencongklang berputaran untuk kemudian saling terjang dengan
deras sekali dalam sikap menyerang dan menang kis praggg
landejan watang mereka bertemu sesamanya.
Watang denmas Purbaya datang lebih awal, dalam sikap
menyerang, sedang watang Untung terpaksa menangkis, maka
berbenturanlah kedua landejan itu, menimbulkan suara nyaring
menggeletar.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 15
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Berkatalah jago Betawi itu dengan senyum simpatiknya:


“Siapakah denmas, yang hendak bertanding dengan paman ini?”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 16
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Surapatilah yang benar-benar menjadi kagum terheran-heran,


setelah adu tenaga-percobaan itu. Hingga sekarang ...... baru kali ini
ada lawan mampu menggetarkan bahunya, mengguncang rongga
dadanya. Hampir saja watang ditangannnya terlepas dari
genggaman, sedang telapak tangannya terasa panas sekali...... benar-
benar bukan main tenaga sakti bocah ini . . . . . . mungkin melebihi
tenaganya sendiri. Mulai itu bersikap lebih berhati-hati lagilah
Untung Surapati. Nampak sangat cermat dan tepat serangan-
serangannya dan pembelaannya, supaya tidak mudah dapat
disisihkan oleh pemuda lawannya.
Serangan balasan Surapati datang sebagai kilat menyambar,
tetapi lawannya juga tangkas dan cekaian sekali hingga watang jago
Betawi itu dengan mudah saja tertangkis pergi.
Sorak penonton membelah angkasa, sedang mereka itu sudah
tidak lagi berada dipinggiran alun-alun. Saking ramainya
pertandingan kali ini, orang tidak lagi dapat berdiri tertip melihat
dari jauh, demi sedikit para penom on itu bergeser tempat berdirinya
..... tahu-tahu mereka itu sudah berdiri tidak terlalu jauh dari yang
sedang bertanding. Pengikut-pengikut watangan yang lain sudah
bubar semua, karena mereka ingin menyaksikan pertandingan
Surapati dengan putera pangeran puger.
Gebragan-gebragan permulaan sangat ramai dan seru, karena
kekuatan jago-jago itu nampaknya ridak beselisih banyak. Denmas
Purbaya menang gesit dan menang lincah, serangannya kuat lagi
tepat selalu, namun pembelan lawannya juga terlampau kuat lagi
pepat. Dari sepuluh bersilang. watan, denmas Purbaya selalu dapat
menyerang musuh tujuh kali, tiga kali menangkis serangan
pembalasan Untung. Oleh karena itu pertandingan yang mula-mula
seimbang ini, terpaksa berubah keadaannya ..... Demi sedikit
Surapati merasa tekanan lawan mudanya itu, kian menjadi besar,
hingga ia mengalami kerepotan dalam pembelaannya. Pada suatu

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 17
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

ketika terlengahlah Untung ..... atau, karena serangan lawannya


terlalu cepat baginya ..... maka masuklah tusukan watang denmas
Purba]a kearah dada jagoan perkasa itu.
Apabila tusukan itu diieruskan, tidak ditarik sendiri oleh putera
pangeran Puger itu .... jangan harap Surapati dapat mempertahankan
kedudukannya dipelana kudanya. Syukurlah, hati denmas Purbaya
penuh welas-asih kepada sesama hidup, lagi bijaksana sekali.
Ia tahu akan akibat apa yang bakal dialami oleh tamu negara
ini, bila dia sampai terkalahkan olehnya. Maka secepat akan
masuknya tusukan pada dada sang Surapati, secepat itu pula arah
ujung watangnya diselewengkan dan ditarik kembali, sebelum
watang menyentuh dada lawan, Baru Surapati tahu, apa yang
seharusnya akan terjadi atas dirinya, setelah kasip. Dengan gugup ia
mengibaskan watangnya menangkis watang denmas Purbaya yang
tengah ditarik secepat kilat ..... pranggg ……..
Sekali lagi terdengar landaian watang beradu dan terjadilah hal-
hal yang tidak mungkin dimengerti oleh orang kebanyakan, kecuali
bagi orang-orang yang sudah sangat tinggi ilmunya, dapat melihat
segala kejadian dengan selajang pandang saja. Apakah yang
sebenamya terjadi itu? .... Watang Surapati kurang mendapat
saluran tenaga sakti, mungkin karena sedang gugup terpaksa
menangkis tadi, hingga terpaksa putus sepertiga bagian dari
ujungnya, runtuh ditanah, karena berbenturan dengan watang yang
masih penuh gaya sakti denmas Purbaya.
Anehnya, yang menjadi sangat gugup pula adalah Denmas
Purbaya sendiri, mengingat akibat kekalahan . lawan yang patah
senjata. Segera ia mengerahkan tenaga saktinya, untuk
menghancurkan landejan watangnya sandiri ditempat dibentur
watang lawan tadi. Pemuda prawira sakti itu nampak mengedut
watangnya sedikit …… runtuhlah ujung watangnya batas bekas

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 18
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

teradu itu. Dengan demikian …. seri-lah pertandmgan ini, tidak ada


kalah dan menang, kedua-duanya kehilangan gegaman.
Bagi umum, pertandingan dua perkasa ini berakhir seri…..
tatapi bagi Untung Surapati sendiri tidak demikian, juga bagi para
orang-orang sakti dipanggung.
Dengan perasaan terharu lagi keheran-heranan Untung Surapati
memandang kepada lawannya yang masih sangat muda namun
bijiaksana sekali ini. Ia justru merasa takluk sekali kepadanya, maka
dengan sukarela ia mendahului membuang watang yang tinggal dua
pertiga bagian tetapi kali inipun maksud baiknya tidak kesampaian
juga, karena denmas Purbaja-pun tidak mau ketinggalan membuang
watangnya ......... keadaan tetap seri. ·
Berkatalah Untung Surapati, “Wahai anak baik, anak berbudi
luhur …….. denmas Purbaya, paman memgaku kalah kepadamu.”
Jawab pemuda itu tegas. “Tidak paman, mana dalam
pertandingan kita ini ada yang kalah dan yang menang. Semjata kita
sama-sama rusak, membuang watangpun kita lakukan bersama-
sama ......... Siapakah yang tidak tahu bahwa pertandingan ini seri.”
“Hatimu sangat mulia den mas......... sudahlah, bila itu memang
kerelaanmu, akupun dapat menerimanya dari tangan perkasamu
dengan ucapan terima kasih yang tak terhingga. Mari bersama-sama
menghadap sri Sunan.”
“Maaf paman, aku akan langsung pulang setelah memghormat
keluarga agung dipanggung, seperti pengikut-pengikut lainnya.
yang sebenamya aku takut ejekan-ejekan orang, maka jalan yang
paling baik bagiku ialah pulang selekas mungkin. Nah…… paman
disini kita berpisah dahulu, hingga bertemu kembali.”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 19
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Baik angger, pamanpun agaknya tidak lama lagi di Kartasura


ini. Konon, Belanda sudah mengutus wakilnya untuk minta kepada
Baginda, supaya menyerahkan aku kepada Kompeni. Hingga
bertemu lagi, anak baik!”
Kebetulan juga Baginda sudah berdiri dari duduknya, hendak
kundur kekedeton. Maka bubarlah watangan hari Saptu yang
mengesankan itu. Adapun yang paling tidak puas adalah pangeran
dipati Anom, karena siasat merendahkan keluarga yang sangat
dibencinya tidak dapat diwujudkan malahan sebaliknya berkesan
baik sekali bagi keluarga ka-Pugeran itu.

****

BAGlAN II

KUDA Kala Wereng mencongklang membat mengitari alun-


alun lalu terus keluar dari situ menuju kearah dalem Ka-Pugeran,
Sebagai kuda lain biasanya pulang kerumah sendiri tidaklah perIu
ada yang menunjukkan jalan. Kuda kuat lagi keras itu nampak tidak
segarang dan lincah, seperti waktu beraksi memdukung majikannya
dalam bertanding kekuatan dimedan latihan tadi ..... agaknya iapun
merasa, bahwa tuan mudanya sedang menanggung risau didalam
hati,
Memang demikianlah keadaan denmas Purbaya pada waktu itu
hatinya risau, pikiran ruwed menanggapi kejadian-kejadian yang
baru dialami. Sama sekali ia tidak memikirkan penilaian umum
terhadap dirinya, ia tengah memberatkan pikirannya dengan taffsir
yang mungkin dilakukan oleh sang pangeran dipati.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 20
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Dapat dipastikan bahwasanya tafsir itu tidak baik bagi


keluarganya dan apakah akibat yang akan memjusulnya. Hm,
semoga Tuhan melindungi keluargaku. Bagi aim sendiri, ... .. ja, tak
apalah kiranya menjadi bulan bulanan sasaran kebencian kangmas
dipati-Anom asal tidak merembet kepada ayah berserta keluarga
saja. Ah, mengapa aku kurang waspada dan kurang dapat
menagndalikan amarahku mudah saja masuk kedalam pasangan dan
pancingan orang aih, sayang mudah saja sekarang mendapat dalih
menyalahkan orang yang dibencinya.
Aku terpaksa segera harus berbicara dari hati kehati dengan
ayah, tentang hal yang sebaik-baiknya bagiku, meninggalkan
ibukota untuk sementara waktu. Dengan demikian mungkin dapat
dihindari terjadinya sengketa keluarga. Hmm ..... benar-benar tidak
kepalang tanggung kangmas dipati Anom membenci keluargaku itu.
Bagaimanakah jadinya nanti, apabila beliau itu sudah menjadi raja
Mataram. Wahai Kartasura apakah jadimu kemudian, sekarang
sudah mulai nampak awan hitam bergumpalan diatas persada-mu.
Hampir dengan tidak setahunya Kala Wereng sudah
menghentikan atau lebih tepat mengubah gaya congklangnya
menjadi jalan biasa, karena sudah tiba dihalaman ka- Pugeran.
Nampak kini seorang abdi gamel berlari-Iari untuk menuntun
kuda hitam itu kemuka pendapa dibawah kuncungan ...... kemudian
untuk dibawa ke-istalnya.
“Beri perawatan istimewa kepada Wereng paman!, baru saja
dia harus bekerja keras sekali!” kata denmas Purbaya kepada gamel
itu dengan senyuman agak sedih, dipengaruhi oleh pikirannya,
“Jangan kuatir denmas …... ha-ha, bagus-bagus Weremg,
berapakah musuh Denmas yang kau suruh bergelimpangan
mencium tanah hari ini? jawab orang tua it u sam bil

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 21
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

menepuk-nepuk leher kuda Kala Weremg. Bagi abdi ka-Pugeran,


jakinlah bahwa tak seorangpun mampu menahan terjangan tuan
mudanya yang seorang mi, Siapakah lebih tahu akan kemampuan
pemuda. kesayangan ini, daripada dia yang pemah tanpa sengaya
melihat anak-muda itu berlatih menggunakan jurus sakti isumewa
yang disebut-sebut pukulan „GUNTUR-GENI‟ …... Pada waktu itu
yang menjadi sasaran adalah batu hitam sebesar kepala gayah ..
hanya sekali tampar saja, batu itu sudah berantakan berkeping-
keping. Mungkin diseluruh kota. mi tidak ada keduanya, kecuali
ayahandanya yang menjadi guru pemuda uu.
Belum lama den mas Purbaya duduk termenung didalam
kamarnya, datanglah Pangeran Puger kepadanya, terus saja sang
ayah ikut duduk dipinggiran tempat tidur anaknya.
“Purbaya,” kata orang setengah tua itu lamban,
“Ayah …… anak berbuat salah, bukan…… Maafkanlah aku
Ayah, tidak tertahan lagi ejekan kangmas pangeran itu bagiku.”
“Iya ...... bagaimanapun kamu telah berbuat salah terhadap
orang yang berkuasa, tetapi apakah hemdak dikatakan lagi karema
sudah terlanyur, tinggal menanti akibatnya saja.”
“Itulah anak tahu, dan itu pulalah yang sedang anak
renungkan.”.
“Sudahkah kamu mendapatkan titik terang untuk berpegang,
apa yang seyogyanya kau berbuat ?”
“Maaf ayah, bila masih kurang tepat, harap ayah suka memberi
petunjuk Tidakkah yang sebaiknya anak harus meninggalkan
ibukota untuk sementara waktu, supaya kejadian radi-pagi tidak
berekor panyang. Bila anak tidak menampakkan diri agak lama,
mungkin persoalannya menjadi pudar.”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 22
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Itulah bagus Purbaya Sebenamya ayahpun akan


membicarakan hal itu, tetapi aku agak takut akan sangkalan darimu,
menerka orang tua mengayarkan tindakan yang licik nampaknya,
tidak berani menghadapi akibat perbuatan sendiri.”
“Ah, mana boleh demikian Yah, apabila hal ini hanya
menyangkut pribadi anak sendiri, tidaklah terlalu dikhawatirkan
perkembangannya. Tetapi soal akan tersangkutnya keseluruhan
keluarga kiia itulah yang tidak boleh dianggap enteng, harus
dihindari sejauh mungkin. Maka sebentar malam nanti juga,
terpaksa anak mohon diri untuk mengembara sementara waktu,
entah kemana, asal jauh saja dulu dari Kartasura. Tegakan anak ini,
hitung-hitung mencari tambahan bekal hidup yang berguna untuk
hari kemudian.”
Pangeran Puger menepuk-nepuk bahu putera kesayangannya
dengan rasa terharu dan terima kasih bercampur sedih .....
“Baiklah Purbaya, kau berangkatlah nanti malam meninggalkan
kota, untuk memcegalil berlarut-larutnya kemurkaan dipati Anom
terhadap keluargamu ini. Kurasa. ia selalu masih terus mencari-cari
onar dengan kita, mencari kesempatan untuk mempersalahkan kita
dengan segala macam dalih yang dapat dipergunakan. Itulah sangat
kusayangkan, bila dia tidak dapat membatasi diri dikemudian hari.”
“Dapatkah kiranya ayah menahan sabar dihari-hari kemudian
terhadap usaha-usahanya yang rendah lagi licik-licin itu? Tidakkah
lebih baik kita menyingkir saja sekeluarga, dari pada mati konyol
tanpa pembelaan sama sekali?”
“Huss ... Purbaya, jangan mengucap yang tidak-tidak. Masakan
tega kangmas Sunan menghancurkan aku dengan keluargaku.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 23
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Uwa Baginda pasti tidak yah, .... tetapi kalau kangmas dipati
Anom telah mengenakan mahkota kerajaan apakah jadinya nanti
dengan keluarga kita ini ?
“Hmm . . . sudahlah jangan mempersoalkan tentang kemudian
hari dulu. Biarlah nanti, dihadapi dengan NANTI saja .... paling
perlu adalah soal kita yang sekarang. 'Sebaiknya kau pergilah
ke.pada sahabat ayah, seorang tokoh sakti tiada tandingan diseluruh
jagad Mataram 'ini, sudah semasa mudanya. Kini orang itu sudah
mencucikan diri bertapa dilereng gunung Lawu, dengan gelar “Ajar
CEMARA TUNGGAL” jang juga dijuluki Si KUNYUK SAKTI.
Carilah tokoh itu hingga bertemu, yang pasti tidak mudah, karena
tidak mau atau belum mau digurui seseorang. Kalau kau dapat
diterima sebagai murid orang itu ..... aih, Purbaya, pastilah hidupmu
tidak akan mengecewakan. Biarlah kau mendapat gemblengan luar
biasa dari orang sakti itu, supaya padatlah bekalmu untuk
menghadapi yang kau sebut hari NANTI tadi ..... kau mengerti
Purbaya ?”
“Terima kasih Yah, anak mengerti beberapa bagian. Dengan
doa restu ayah, anak akan berbuat sebaik mungkin. Mudah-
mudahan ayahpun iidak akan kecewa karemanya”
“Anak, masih ada satu pertanyaan lagi, kau sudah kenal putri
raden-ajeng BRANGTI, atau yang biasanya disebut ratu ALIT.? -
Bagaimanapun hendak disembunyikan perasaannya, tetap saja
wajah pemuda tampan itu menjadi merah-padam karena agak malu.
Pemuda manakah dari kota ini yang tidak pemah berebut tempat
mengintai putri keraton .1ang aju manis bagaikan bidadari surga itu,
bila putri beseria teman-temannya putri-putri keraton lainnya,
sekali-sekali pesiar berkereta yang ditarik kuda empat, berkeliling
kota ... ? Maka dengan agak gagap denmas Purbaya menyawab : -
Ak ... ak ... aku sud, ... eh, sudah berkenalan dengan kangmbok

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 24
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

ALIT itu Yah. Secara kebetulan saja aku pemah menolong


kangmbok beserta ibunya, bibi mas Ayu Widasari, waktu kereianya
dibawa lari oleh keempat kudanya, karena menjadi keranjingan
(seremgah gila).”
“O, begitukah. Kurasa ... kau belum pemah menceriterakan
halmu itu kepada siapapun, bukan?”
“Memang demikianlah yah ... buat apa diceriterakan suatu hal
yang sangat biasa itu.”
“Ha ... biasa, bagaimana sih caramu menolong mereka itu,
dimana dan kapan terjadinya.”
“Tempatnya dekat pemandian diluar kota Selatan, aku sedang
pulang habis mandi berenang, dengan mengendarai si Wereng.
Tiba-tiba semua menjadi terkejut karena mendengar jeritan-jeritan
orang banyak berlontiatan kesamping jalan ... “Awas .. kuda gila,
kuda keranyingan, kuda nyeleng ... minggir-minggir.”
Akupun menyamping sambil menoleh kebelakang. Segera
tahulah aku, yang sedang mengalami bencana itu pasti keluarga
keraton hanya dengan melihat kereta dan ke-empat kudanya saja.
Maka waktu kereta sebagai terbang lewat disampingku, dan
mendengar kusimya berkaok-kaok minta tolong ...... aku tidak bisa
tinggal diam saja tanpa berusaha mencegah terjadinya kecelakaan,
Wereng terpaksa harus berpacu mengejar kereta yang dilarikan
empat kuda tersebut. Tak lama kemudian Wrereng dapat
mendahului lari kuda-kuda dalam pasangan kereta itu. Waktu
Itulah aku berkesempatan melontiat kepada kuda yang paling
ganas nampaknya. Karena tali-kekangnya sudah putus, terpaksa aku
menyambar ujung hidungnya. Dengan demikian aku dapat
memaksanya menghentikan larinya.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 25
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Kuda yang lainpun terpaksa berhenti karenanya, lebih-lebih lari


mereka tadi hanya ter-bawaz oleh kuda yang keranjingan tadi, maka
sellamatlah kereta dan penumpangnya semua. Itulah peristiwanya
Yah. Dan sejak itu, eh ... sejak itu, aku kemudian kenal kangmbok
Alit.”
“O, begitu .... Tahukah kau, tadi pagi itu lirikan-lirikan putri
manis luar biasa. ... hem-hem ... selalu tertuju kepadamu saja!
Memgapa kamu hanya sekali dua saja menanggapinya. Aih-aih,
Purbaya-Purbaya ... umurmu sudah hampir 23 tahun, mengapa
kamu masih terlalu jauh dari konde wanita yang cantik molek,
seperti anak Alit. Kalau memang kamu penujui kakakmu Altt itu
bilanglah terus terang kepada ayah, pasti segera akan kubicarakan
dengan kangmas Sunan.”
“Hee.. jj ... jargan dulu Yah ... , uwah celaka benar kalau
demikian. Anak masih belum menjadi punggawa praja, juga belum
mendjadi orang yang dapat mengurus rumah 1ang~a sendiri, mana
holeh aku gegabah main cinta segala, lebih-lebih untuk beristri.”
“Mengapa tidak Purbaya, kau adalah anak seorang pangeran ...
Bila saja kau mau, aku dapat memberikan sebagian dari bumi
pepancenku, bukan?”
“Tidak demikian Yah, jangan begitu hendaknya …… Aku
ingin menjadi orang karena jasaku sendiri, malulah rasanya
terhadap negeriku, bila aku masih rergantung kepada orang tua.”
“Bagus sekali pendirianmu itu nak, hany a saja bila temyata
perlu, kau tidak usah kuatir, karena ayahmu juga masih cukup kuat
memikul seluruh keluarganya. Dengarlah pendirianku Purbaya . . . .
aku sangat setuju, bila kau hendak memperisteri anak Alit. Nah,
itulah yang hendak kukatakan juga kepadamu.”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 26
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Setelah berkata demikian pangeran Puger meninggalkan


puteranya, yang kini menyeringai geur sambil menggaruk-garuk
kepalanya tanpa alasan itu, Wayah cantik manis berlebih-lebihan
ratu Alit, membajang kembali, dengan tiba-tiba dimatanya
Terkenanglah masa per emuan itu dan perkenalannya yang pertama,
dipinggiran jalan , ... wakiu mengaku persaudaraannya senemek,
Surran Mangkurat I (Tegal-Arum). Pada waktu itu ratu Alit sangat
kemalu-maluan, tetapi justru itulah manisnya bukan main
dipandangan denmas Purbaya yang merasa gelagapan karenanya.
Masih terdengar sampai sekarang suara putri aju itu ditelinganya,
“O ... jadi dimas ini putera paman pangerau Puger? Memgapa
aku tidak pemah melihat dimas sebelum hari ini?”
“Memang kangmbok, saya tidak banyak keluar dari rumah
ayah.”
“Terima kasih atas pertolonganmu dimas. Ah, apakah yang
mungkin terjadi dengan bibiku dan aku sendiri tanpa perrolongan
dimas itu.”
“Barang hanya me mberhentikan kuda lari saja kangmbok ....
mengapa masih banyak dibicarakan. Kecuali itu aku ini , masih
saudara sepupu kangmbok ser.diri termasuk pula kawula Mataram,
maka sudah selajaknya berbuat bakti terhadap raja dan keluarganya,
yang berarti berbakti pula kepada negara. Oleh karena itu, mana ada
aturan masih mendapat terima kasih dariku,”
“Baiklah, bagaimanapun kami merasa berhutang budi te.
hadapmu di mas, semoga Tuhan membalasmu dengan anugerah
yang setimpal.”
Dengan gaya tergentak denmas Purbaya berdiri dari duduknya
sambil mengibaskan kepalanya yang bagus itu maka terjatuhlah ikat
kepalanya wama gadung (hijau daun), yang tadinya rapi menghias

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 27
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

kepalanya. Rambumya yang banyak lagi berombak ombak itu kir.i


lepas terurai ba ras pundaknya. Alangkah tampan dan perkasanya
pemuda harapan ini, maka tidaklah salah bila denajeng ratu Alit
sejak melihat dia lalu jatuh hati kepadanya. Sebaliknya denmas
Purbayapun tidak mudah lagi melupakan wayah cantih-molek puteri
raja itu .... selalu membajang di-ufuk matanya pada waktu-waktu
terluang, membangkitkan rasa senang-senang-menakutkan
demikian.
Untuk menghilangkan lamunannya yang biasanya menjadi-jadi,
pergilah pemuda itu ke1uar dari rumah ka-Pugeran! Berdiri dikori
butulan sebelah Timur untuk melihat-hhat lalu lintas atau
pandangan yang lain. Masih nampak satu-dua ksatria berkuda lewat
di jalan besar dimuka dalem.
Itulah para ksatria yang pasti datang dari luar kota ……
pulangnya dari alun-alnn sering suka mampir di tempat teman atau
mampir diwarung-warung makan. Sedang memikirkan hal
demikian, denmas Purhaja merasa disentuh orang pada lututnya,
…... tercemganglah ia pada waktu ia memperhatikan orang yang
menyemtuhnya itu. Wanita setemgah tua itu, adalah dayang putri
Alit ... , hanya dayang itu berpakaian seperti orang kebanyakan,
tanpa tanda tanda yang biasa dipergunakan, untuk menyatakan
berasal dari kedaton. Apakah makna kedatangannya dan
sentuhannya ini?
“Nyai emban Subita, bukan?” bertanya denmas Purbaya.
“Hamba sendiri denmas …. Ah, hebat benar ingatan denmas,
sampai kepada nama seorang emban seperti saya mac;ih teringat
oleh denmas.”
“Mengapa bibi tidak memakai pakaian biasanya?”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 28
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Denmas, hamba ada keperluan diluar …... mana bisa leluasa


bergerak diluar tembok keraton, bila berpakaian seperti dayang
keraton.”
“Ah. begitulah kiranya .... Silahkan saja bibi melaksanakannya
jangan terhambat karemaku.”
“Aih, denmas ..... masakan demikian, malah tugas hamba kali
ini justru menghubungi denmas seorang.”
“Hai, bibi Stibita, siapakah yang memjuruh bibi kemari ini…,
kangjeng bibi Wadasarikah, atau …. eh atau ... eh….”
Seketika itu juga berdebaranlah jantung pemuda itu darahi-ja
menggelegak berdesiran kesegala arah diseluruh badannya, hingga
terasa panas dengan mendadak. Maklumlah, perasaan seorang
pemuda baru pertama kali merasa mendapat perhatian dari seorang
gadi.... , ya, gadis yang selalu terbajang dipelupuk matanya. Panas
dinginlah rasa badanya, karena gugup, suka bercampur malu-malu
girang.
Hingga berumur hampir 23 tahun, denmas Purbaya hanya
mementingkan seal i lmu.gerak, ilmu-sakti, ilmu bertempur dalam
peperangan dan sedikit ilmu ketata negaraan . . . belum pernah ia
menyeleweng kearah konde-licin dan wayah canik para wanita,
Baru kali ini ia rerlibat dalam rasa yang aneh, menakutkan dan
menyenangkan sekaligus, yang disebut „asmara‟.
Tetapi wajarlah kiranya bila ia langsung jatuh cinta kepada
saudara sepupunya, denajeng ratu ALIT itu, karena putri ini
memang manis-molek luar biasa, mungkin putri yang terindah
diseluruh jagad Mataram pada jamannya.
Berkatalah emban Subiia dengan memberi sarat :

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 29
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Jangan menjadi gugup denmas, nanti mudah dilihat orang lain,


bisa menggagalkan keperluan hamba. Ya-ya-ya..... bibi ini
dititahkan kemari oleh seorang Bidadari manis, yang minta dengan
hormat tetapi sangat kedatangan denmas di Taman sari, disekitar
kolam remang para putri kraton .... sebentar malam lepas Isa. Tetapi
bila denmas merasa ragu karena banyaknya peronda yang selalu
berkeliling …. janganlak terlalu nekad. Apabila denmas berani
menempuh bahaya itu, silahkan datang pada waktu tersebut ....
pastilah denmas dapat bertemu dengan tidak disengaya seorang
bidadari manis yang tengah merasa sedih sekali, ingin
membicarakan sesuatu dengan denmas sendiri.”
“Bagi saja sih, tidak terlalu sulit untuk memenuhi permintaan
itu bibi, .... yang patut dikuatirkan itu bila tindakan kita ini
dipergoki orang. Celakalah kangmbok untuk selama-lamanya,
ternoda nama baiknya. Itulah yang harus dijaga baik-baik.”
“Siapakah yang tidak tahu akan bahayanya itu denmas, tetapi
ingkang mbokaju sendiri mungkin sudah memperhitungkan hal itu.
Seorang putri raja sudah berani berbuat sesuatu, akibat mati
sekalipun tidak lagi menjadi soal, asal ksatrianya tidak
mengecewakan saja.”
“Hmmm .... kau terlalu mendesak orang.”
“Tidak denmas …… itu terserah putusan denmas sendiri.”
“Baiklah emban, katakan kepada mbokaju bahwa aku akan
datang pada wakiunya di-Taman-sari. Pesanku, supaya kangmbok
bersiap-siap menghadapi maut bersama aku, bila tindakan kita tidak
selamat.”
“Semoga hal yang tidak di-inginkan tidak akan terjadi atas diri
putriku dan denmas. Selamat tinggal denmas yang sakti.”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 30
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Setelah ditinggal oleh emban Subita, bingung pulalah rasa hati


denmas Purbaya, karena haru berebut unggul dengan rasa bangga.
Teranglah sudah sekarang, bahwa putriaju·manis, ratu ALIT itu
mencintai dirinya. Siapakah yang tidak akan menjadi bangga
karenanya. yang menjadi soal ialah rasa belum setimpalnya ia
memperisteri seorang putri raja, karena belum berkedudukan dalam
kepunggawaan negara. Patut pula disayangkan peristiwa yang baru
saja terjadi, yang bisa merenggangkan hubungan keluarga.nya dari
pihak keraton hingga ia sendiri memutuskan, untuk meninggalkan
ibukota nanti malam.
Akan tetapi bagaimanapun ..... denmas Purbaya hendak
memenuhi janjinya, sekalipun menerjang lautan api Kartasura, ia
tidak akan mundur. Tidak disangkanya sama sekali ia akan bertemu
dengan lelakon rumit dan berbahaya ini, pada saat ia akan
meninggalkan Kartasura, dalam usahanya menghindari terjadinya
sengketa keluarga keraton. Namun temyata ia kini langsung masuk
ketengah gelanggang persengketaan, bila tindakannya dipergoki
orang. Adakah ini firasat jelek baginya?
Apakah kehendak ratu Alit yang sebenamya? Kalau hanya
karena rasa cintanya saja, tidak mungkin kangmbok menyuruh aku
datang sebagai seorang maling putri .... Pastilah ada sesuatu yang
hendak dibicarakan dengan aku secara rahasia, bila rahasia itu tidak
amat gawat, pastilah sudah disampaikan kepadaku dengan
perantaraan emban saja.
Ah, sudahlah ..... siapa dapat menerka bisikan sukma orang
lain. Aku harus pergi dan berani menanggung segala akibatnya.
Inilah hebat, baru saja dapat mendekati putri pujaan . . . . sudah
sangat hebat bahayanya. Namun dapat berdekatan dengan si-dia ...
dapat melihat dengan saksama wajah ayu-manisnya saja, cukuplah
kiranya untuk membesarkan hati menerjang rimba golok dan

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 31
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

pedang Kartasura. Semoga Tuhan melindungi kangmbok, syukur


bersama dengan aku .....
Waktu lepas ISA . . . . malam tanpa bulan . . . . . Seluruh kota
Kartasura sudah diliputi sang gelap, yang kian menjadi pekat, lebih-
Iebih dipekampungannya penerangan lampu di jalan-jalan besar
berjauhan sekali sesamanya, hingga tidak mampu memberi
penerangan yang cukup, hanya batas penunjuk jalan melulu.
Seorang pemuda tampan berdandan serba hitam, ringkas dan
siogsat,' berkelebat nampak melompati pagar tembok kepuri dalem
ka-pangeranan Puger ...... Diluar pagar tembok bayangan hitam tadi
bergerak gesit sekali ke -arah istana. ltulah denmas Purbaya yang
hendak memenuhi janjinya. Sebagai putra pangeran tahulah ia
dimana letak Taman-Sari Baginda.
Karena gawatnya tindakan yang tengah dikerjakan itu bersikap
sangat waspadalah ia. Segala kesaktiannya siap untuk dipergunakan
sewaku-waktu untuk memjaga dan melindungi diri. Dengan jalan
memghindari penerangan jalan, sampailah ia diluar tembok Taman-
sari, yang tingginya kira-kira tigameter lebih sedikit saja. Maka
dengan sekali mengayun tubuhnya me]ajanglah ia melampaui pagar
tembok tersebut ...... terjun didalam Taman tanpa mengeluarkan
suara sedikitpun.
la merasa lucu sekali, karena teringat ia akan lelakon
NARAYANA-MALING dewi Rukmini .... Pastilah Narayana pada
waktu itu mengalami perasaan yang sama dengan dia sekarang,
mungkin juga terpaksa melompati pagar tembok seperti dia. Nah,
apakah yang harus dikerjakan sebagai kelanjutannya .... Harus hati-
hati dan teliti lagi cermat, mengenal lingkungan dan keadaan disitu.
Denmas Purbaya melihat dengan mata tajam kesegala arah,
agaknya karena masih sore ini belum ada peronda dan -jaga kemit
yang berkeliling. Seselah merasa aman pemuda itu mengarahkan

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 32
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

pandangannya kek kolam renang. Lapar-lapat ia melihat tubuh


seseorang dibawah pohon Widuri, dekat kolam tersebut. Tidak salah
lagi, pastilah itu orang yang tengah menantinya.
Tanpa menimbulkan suara, mendekatlah denmas Purbaya lalu
ber did tidak terlalu jauh dibeiakang orang itu. Setelah [akin ia tidak
keliru mengenal orang, berbisiklah denmas Purbaja, “Kangmbok,
aku memenuhi janji .... Apakah yang hendak kangmbok bicarakan,
Walaupun hanya bisikan lirih saja, namun teranglah bagi ratu
Alit bahwa orang yang dinantikan dan diharap kedatangannya sudah
berada dibelakangnya. Betapapun cinta kasihnya kepada pemuda
harapan itu, namun ralu Alit adalah. Seorang puteri Raja, yang
berkepribaidian tiuggi …. biarpun. jantungnya berdenyut keras
bagaikan hendak pecah, hatinya melonjak-lonjak hendak memapaki
sang kekasih, namun tak hendak ia berbuat yang kurang pantas bagi
seorang puteri.
Maka dengan gaya yang luwes-merakati Alit memutar.
badannya, menghadapi demmas Purbaya dengan senyuman yang
keliwat sedap, hingga yang melihatnya terpaksa mengibaskan
kepalanya, untuk tidak lupa daratan atau tenggelam dalam lautan
madu. Terdemgarlah suaranya yang direndahkan,
“Adikku, selamat datang.Apakah penilaian adik tentang
permintaanku ini ?”
“Ah, kangmbok ... aku jakin bahwa kangmbok pasti
mempunyai persoalan yang sangat gawat, hingga terpaksa berbuat
demikian. Maka jangan sungkan-sungkan lagi kangmbok…..
katakanlah kepadaku apa yang hendak kangmbok bicarakan itu!”
“Adik Purbaya aku benar-benar mengagumi kecerdasanmu
...Ya-ya .... memang ada sesuatu yang hendak kukatakan kepadamu
seorang secara rahasia. Dengarkanlah setelah watangan tadi pagi

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 33
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

bubar .... secara tidak sengaya, aku mendengar kata-kata kotor


kangmas pangeran adipati anom terhadap keluargamu, demgan
mengancam setelah kangmas pangeran kemudian mengganti ayah
naik tahta kerajaan, jangan harap keluarga ka Pugerann mendapat
tempat yang aman lagi. Itulah dimas yang sangat mengganggu
pikiran dan perasaanku hingga sekarang terpaksa aku minta
kedatanganmu ini. Dengan penuturanku, sekurang-kurangnya
keluargamu sudah mendapat kisikan orang akan bahaya yang
mengancam. Itulah yang hendak ku-bicarakan denganmu dimas.”
“Benar juga yang sudah kurasakan sendiri kangmbok. Sekarang
ini bahaya besar itu sudah lebih nyata lagi. Perkenankanlah aku
mengucapkan terima-kasih yang tak terhingga kepada kangmbok.”
“Dimas ... bukankah kita ini keluarga serumpun .... Mengapa
sikap kangmas pangeran dipati Anom selalu memusuhi keluargamu,
itulah aku kurang mengerri sama sekali.”
“Itu hendaknya jangan ditanyakan kepada saja kangmbok,
karena aku tidak berhak untuk mengupasnya. Perhatikanlah sendiri
ucapan ucapan kangmas dipari Anom, yang selalu berkisar pada
waktu ayah mengangkat senjata tanpa bantuan Kompeni,
menghadapi keraman TRUNAJAJA. Itu berarti pula tidak bersama-
sama dengan barisan uwa Prabu Sunan Amangkurat II (yang juga
disebut Amangkurat Amral) Waktu itu uwa Prabu masih pangeran
adipati Anom.”
Karena mereka berbicara dengan suara berbisik, maka mau
tidak mau ...., mereka harus mendekat, hingga hanya berjar~k
setegah. depa saja . . . . itupun selalu- berkurangan tanpa disengaya,
hingga tahu tahu mereka sudah saling memandang dengan mata.
mleleng karena tandas dihati masing-masing.
Maka hatilah yang terpaksa melonjak-lonyak bagaikan hendak
meloncat keluar untuk bertemu mesra sesamanya, Habislah segala

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 34
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

macam perkataan seribu bahasa, yang kini sibuk berkisah. apalah


hati mereka, berbentuk desahan menyinta keluar dari mulut, ……
“Adik .....!”
“Jawabnyapun hanya sepatah ..... “Kangmbok” Waktu genting
itu emban Subitalah yang menjadi pengamannya, tetapi sekaligus
membawa kabar buruk bagi muda-mudi tersebut.
“Denmas, awas ..... lima peronda datang masuk ke taman ……
celakalah kita ini!”
Bagai kilat taggapan denmas Purbaya menghadapi bahaya maut
ini, “Biyung emban, jangan bingung. Aku akan segera melakukan
siasatku ..... Kangmbok akan kularikan dengan melompati pagar
tembok. Pasti orang akan mengejar aku. Dengan jalan melingkar
aku akan datang lagi disini lebih dahulu, untuk mengembalikan
kangmbok. Tugasmu sekarang ini, adalah menyerit-jerit setengah
mati, mengatakan putrimu diculik orang. Demikian pula kangmbok
harumenyerit panjang sekali, tetapi hanya sekali saja, supaya tidak
diketahui orang kearah mana lariku, Nah . , . , hajo, mulailah!”
Maka terdengarlah aksi emban Subita, menyerit tinggi-rendah .
….. seperti setan kehilangan anak.
“To-looong, to-looo -- ong, toloong .... adu- uuuh mati aku-
uhu-uhu-uhu ...... to-looo-ng-toloong ... anakku, o, putriku .... o,
intenku ... to-looong …toloong .... o, putriku diculik orang, .....
diculik maling ......toloong .... 0, putriku dibawa lari maling, o ....
intenku, uhu-uhuh ihi-ihi-ihi-i-i-i ... maling-maling… putri ….
Geger Seketikalah para penjaga dan peronda yang baru masuk
kedalam taman , karena mendengar jerit tangis emban Subita... . . . ..
dan bjerit nyaring putri yang tengah dilarikan orang. Kelima
peronda yang hendak jalan keliling taman, melihat dengan terang
berkelebatnya orang berpakaian serba hitam memondong putri Alit,

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 35
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

meloncat meranggeh puncak pagar tembok. yang tinggi itu. Setelah


tangan kanannya mencapai puncak tembok .. , dengan sekali sentak
saja badannya mumbul lagi melewati tembok tersebut dengan masih
memondong putri Alit.
Sudah barang tentu mereka itu kehingungan sekali, karena tak
seorangpun mempunyai kemampuan untuk meloncat melam paui
pagar tembok yang tingginya tidak kurang dari tiga meter itu.
Terpaksa mereka sibuk dulu mencari tangga, untuk segera dapat
keluar mengejar maling. Penjaga keraton yang lain terpaksa
mempergunakan pintu butulan disebelah lain dari arah lain si
penculik. Setelah diluar ... mereka sudah agak lama ketinggalan,
terpaksa harus mencari jejak penculik putri itu dulu, yang pasti saja
juga tidak mudah. Nampak kini obor diajalakan orang hingga
puluhan banyaknya, untuk mencari jejak maling .
Adapun denmas Purbaya….. tersenyum puas, sambil
membentangkan kaki, mempraktikkan ilmu lari cepatnya mengejar
barat. Siapakah akan dapat menyandaknya, kecuali tokoh-tokoh
utama kerjaan Mataram, maka tenteramlah hatinya hingga ia masih
dapat menikmati keadaannya pada waktu itu, memondong kekasih
yang baru saja diketemukan karena terpaksa. Pasti ia tidak akan
dapat melupakan rasa samar-samar takut, tetapi nyaman tiada
tandingan, karena sentuhan pipi halus lumer, menempel kepada
pipinya sendiri yang mulai menjadi kasar ksrena gejala-gejala
pertumbuhan kumis dan jenggotnya. Juga lengan ratu Alir, yang
kial-halus ramping, melingkar pada lehemya . . . . Hmm ... dalam
keadaan demikian, lari setahun-betah juga, tidak akan terasa
lelahnya.
Puas pula hatinya, karena dapat memperdajakan pengejar-
pengejamya. Mereka itu terus lari meugejar keluar kota,
menurutkan arah pancingan denmas Purbaya .... tanpa sadar bahwa
yang dikejar sudah membelok demi sedikit, melingkar lebar,

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 36
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

kembali kearah semula, dengan meninggalkan pemgejar nya jauh


sekali. Tetapi betapa kaget denmas Purbaya pada waktu itu, karena
merasa diserang secara hebat sekah dari belakang, oleh sambaran-
sambaran angin pukulan sakti.
Otomatis ia mengelak kesamping,segera meletakkan denajeng
Alit dirempat terlindung dibelukang pobon. Purbaya bertekad untuk
melajani penyerang gelapnya. Siapakah grrangan tokoh sakti yang
mengayar ini, Purbaya sudah siap dengan segala ilmu
kemampuannya, juga sudah mantap bertekad bulat, lebih baik sima
dari pada kena dirawan orang. Maka waktu serangan pengejamya
datang lagi .. , pemuda sakti itu sengaya memapakinya dengan
pukulan saktiaja pula. Kedua tangan perkasa bertumbukan, hingga
menyeprat nyaring menggetarkan udara. Akibatnya pun hebat, ...
Penyerang yang datang dari tempat gelap itu mental balik
selandejan tombak, jatuh mendeprok dengan memegang dadanya ...
denmas Purbaya sendiri, biarpun tidak gempur kuda-kudanya,
merasa kesemutan diseluruh badannya, hingga iapun mendeprok
ditempat.
Kedua-duanya tidak segera dapat bergerak atau berkata, karena
masih kacau pemafasannya. Pandangan matapun belumjemih
kembali. ·
Yang dapat membuka mulut dahulu adalah denmas Purbaja.
“Aih Ayah ... maaf Ayah, anak tidak menyangka sama sekali,
bertemu dengan Ayah.”
“Anak Purbaya ..... engkau-kah kiranya. Akupun tidak
menyangka, pemjulik Alit itu engkau sendiri .... Hmmm .....
mengapa tidak bilang lebih daaulu, hiagga terjadi salah faham ini.-
kata pangeran Puger agak menyesal.
“Tidak apa yah ... Sukur kita. sama-sama udak terluka datam
adu tenaga ini. Bukankah ayah menggunakan tenaga Gineng-

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 37
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Jalasengara? Hampir-hampir tak tertahan olehku gebugan Ayah


tadi.”
“Heh-beb·heh .... kau tidak terluka Purbaya, tetapi aku
mengalami cedera sedikit, karena tenagamu temyata sudah lebih
besar dari tenagaku. Tetapi tak apalah . . . . . aku hanya terluka
sedikit saja, tak usah dibuat kuatir. Sebaliknya boleh dibuat bangga,
babwa kau sudah mahir juga mempergunakan tenaga sakti Gineng
Jalasengara itu, akupun bukan tandingan mu lagi nak.”
Da tang menyela ratu Alit, “Paman pangeran Puger, apakah
yang barus kuperbuat sekarang ini? Aku agak memjadi takut
kemurkaan karema dipati Anom terhadap dimas Purbaya.”
“Ha ..... anak manis, kemari kau. Apa yang harus ditakutkan.
Aku akan membawamu pulang. Kita katakan saja nanti, bahwa
penculik itu sudah kukalahkan, lalu lari meninggalkan kita .....
berres bukan?”
Bila orang kemudian menanyakan siapa penculikku itu, apakah
jawabanku?” tanya putri itu.
“Kau bilang tidak sadar akan dirimu lagi sejak dibawa lari .....
mana kau bisa tahu siapa jang membawa lari kau itu? Baru kau
sadar diri, waktu kubawa kembali kekeraton.”
“Kalau paman yang ditanya siapa yang paman kalahkan ita . . .
. . paman bilang apa nanti?”
“Putri manis .... kau cerdas dan cermat sekali tetapi itulah
urusan pamanmu ini, tak usah kau-kuatirkan Alit. Nah, sekarang
…… Purbaya, kau berpamitanlah dari kangmbokmu saja, untuk
menyingkir sementara waktu supaya jangan saling harap-
mengharapkan.”
“Dimas hendak paman suruh kemana?”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 38
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Ia barus berguru lagi kira-kira tiga tahun lagi lamanya, supaya
jangan kepalang ajar Alit.”
“Betulkah itu dimas Purbaya?”
“Benar kangmbok, maka dengan ini sebaiknya aku minta diri,
untuk jaogka waktu tiga empat tahun.”
“Ih,mengapa demikian lama, dan sebenamya untuk apa berguru
lagi itu. Siapakah tandinganmu dalam kota Kartasura ini, apabila
paman Puger sendiri telah mengaku bukan sainganmu lagi? Berguru
sakti yang akhirnya hanya memperbesar selera berkelahi saja,
berperang-bertending dan membunuh sesama hidup …. apakah
baiknya?”
“Tidak hanya demikian kangmbok . . . . . lihatlah dunia kita ini,
barang siapa tidak mampu mempertahankan diri sendiri, dialah si-
konyol yang akan diganyang orang, dibunuh tanpa dapat membela.
Kemajuan dunia kita ini belum sampai ketaraf: manusia dapat
mencintai sesamanya seperti mencintai diri sendiri, Oleh karena itu
wajiblah kiranya, seseorang memiliki bekal yang cukup kuat, untuk
bertahan bila hendak diganyang orang lain. Berguru adalah baik,
karena mendapat petunjuk guru yang benar, asal guru kita benar-
benar pendita yang baik martabatnya dan luhur budinya. Ingatlah
pula: Semakin padat dan tinggi ilmu manusia yang baik, semakin
runduklah ia, semakin tinggi pula martabat dan peri-budinya.”
“Anak Alit ..... biarkanlah adikmu itu berguru dulu. Tidak
ingatkah kau akan peristiwa tadi pagi, yang pasti akan berekor
panjang? Maka untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan,
sebaiknyalah adikmu pergi dulu dari kota ini. Mumpung kalian
masih sangat muda, tiga-empat tahun lagi bersabar pastilah justru
sangat baik, Tiga tahun lagi, kau pasti akan menjadi bidadari yang
mengguncangkan jagad Mataram.”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 39
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Baiklah paman . . . . . tetapi aku emoh menjadi bidadari yang


menghebohkan jagad, biarlah aku tetap menjadi manusia biasa.”
“Ya-ya aku tahu anak manis ..... Sudahlah, kau mengucapkan
kata perpisahan saja dulu dengan adikmu!”
“Dimas .... selamat jalan, sampai bertemu lagi.”
“Terima kasih kangmbok .....”
Pangeran Puger tersenyum penuh arti, katanya ..... “Wah….
kok terlalu kaku didengar, ya .... Baiklah aku akan membebelakangi
kalian saja, supaya agak leluasalah pamitanmu Purbaya.”
Benar saja pangeran setengah tua itu membalik kearah
membelakangi kedua orang muda tersebut, Itulah saat–saat bahagia
tanpa tandingan bagi si muda-mudi, yang sudah bertemu hati dan
merasa mendapat perkenan dari orang tua.
Mau tunggu kapan lagi bila sudah disetujui pihak berwajib.
Maka tanpa dapat dicegah pula, dengan sekali raih saja denajeng
Alit sudah berada dalam rangkulan denmas Purbaya.
Apa yang segera terjadi .... ja, siapakah yang tidak dapat
membajangkannya, hingga pangeran Puger tidak tahan lagi hanya
membelakang' mereka saja ……
“Selamat jalan dimas ....” Isak ratu Alit, yang kini dipondong
pangeran Puger, kembali kekeraton, Denmas Purbaya tidak dapat
mengeluarkan perkataan separah pun, ia hanya memandang kepada
kekasihnya dengan mata berkilat-kilar penuh gairah membajangkan
gejolak hati mudanya . . . . . pandangan mata penuh arti, yang tak
mungkin akan melupakannya.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 40
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Benar saja pangeran setengah tua itu membalik arah membelakangi


kedua orang muda tersebur. Itulah saat-saat bahagia tanpa tandingan
hagi si muda-mudi yang sudah berremu bati dan merasa mendapat
perkenan dari orang tua,

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 41
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Baru setelah ayahnya tidak lagi kelihatan, pemuda itu sadar


akan keadaan dirinya. Kini baginya hanya ada satu istilah melulu ....
harus berhasil, atau lenyap dari percaturan dunia Mataram.
****

BAGIAN III

UNTUK MEREDAKAN rasa harunya yang berlebih-lebihan


itu, hampir setengah malam denmas Purbaya lari sekuat tenaganya.
Keruan saja ia sekarang sudah jauh sekali dari Kartasura, yang
berarti pula bahwa ia sudah jauh dari putri kekasihnya. Namun
harinya masih belum menerima keadaan jang sebenamya itu ...
masih penuh rasa rindu-risau,, karena teringat akan wayah nan aju-
manis dari ratu Alit saja. Baru sekali ini ia mendapat pukulan batin,
yang tidak mudah diatasinya.
Siapakah yang rela dengan sukarela meninggalkan kota yang
sudah teratur segala-galanya, untuk berkelana tiada menentu, yang
pasti tidak kurang bahayanya Lebih-lebih siaapakah rela
meninggalkan kekasih yang baru saja diketemukan. Inilah hebat,
maka pikirannya-pun melantur-lantur tidak keruan…….
“Ah, memang nasibkulah yang buruk itu mengapa
menimbulkan amarah kangmas dipati Anom itu mengapa kurang
sabaran ... Tetapi siapakah dapat juga menelan hinaan sebesar itu,
tertuju kepada ayah yang sangat dihormati. Hmm, ...... bila hanya
soal keselamatanku sendiri saja, mengapa aku tidak berani
berhadapan dengan segala akibat perbuatanku itu. Namun pastilah
orang licik itu akan merembet-rembet kesegala arah .... keluargaku
pasti tidak aman.…... Mungkin malahan sampai kepada keluarga
semua penderek ka-Pugeran, akan menanggung siksaannya.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 42
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Tambahan lagi peristiwa tadi malam di Taman-sari ….. masih


untung hanya ayah seorang dapa t bertemu dengan aku. Semoga
saja segala sesuatu dapat dibereskan tanpa ada ekornya. Nah,
baiklah nasib yang buruk ini aku terima saja sebagai penebus dosa
sekaligus memenuhi maksud ayah yang tertentu, sebagai yang
dikatakan secara samar-samar.
Hmm... dimanakah aku sekarang ini, bukankah bengawan
dimuka itu, sungai besar daerah Sokawati?.
Gunung besar yang nampaknya dari sini seperti wanita tidur
terlentang itu, pastilah gunung Lawu, kemana aku harus per1u
mencari orang sakti tanpa tandingan sahabat ayah. Dimanakah
kiranya sekarang ini kjai Ajar CEMARA-TUNGGAL bertapa ...
Kata ayah, pastilah orng suci itu tidak mudah diketemukan orang,
juga karena ia sungkan menerima murid ... sungkan pula bergaul
erat lag1 dengan manusia lainnya. Maka mustahillah dia dapat
dietemukan berumah dipekampungan atau didesa. Ah, mengapa
tidak jalan terus saja dulu, sambil bertekun duulu yang sudah
dibekal, Semoga lekas berhasillah usahaku ini, mendaparkan titik
tolak, untuk melanjutkannya.”,
Tidaklah mudah mendaki lereng gunung yang nampaknya dari
jauh bagus, halus dan lurus. Kenyataannya tidak demikian keadaan
sehuah lereng gunung, Mula-mula lereng itu berupa hutan belanrara
yang cukup lebat, kian menanjak tinggi kian berobah corak
hutannya, Pohon-pohon cemara yang besar dan lurus batangnja
tumhuh berserakan mememuhi relung-relung dan lereng serta
jurangnya, menambah. keangkeran keadaan, Bila sang angin
berembus melewatinya ...... terdengrlah suara bergemuruh dahsyat,
bagaikan suara seribu iblis dan berkasaan berebut mangsa,
mengerikan,

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 43
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Adapun yang sangat ditakuti orang dilereng gunung Lawu itu,


adalah yang disebut „AMPUHAN‟ Itulah angin keras membawa
kabut maut, konon kabut itu beracun mematikan ...... Maka tidaklah
sembarang orang berani gegabah mendaki gunung tersebut.
Namun pemuda gagah lagi ganteng, berpakaian serba hitam
ringkas itu bukanlah pemuda biasa, maka berani berkeliaran
dilereng gunung ampuh itu, Badannya tinggi-besar, ramis-ramisnya
nampak kukuh kuat, rapi serasi, tindakannya enteng tetapi meantap,
pandangan matanya bening berkilat-kilat mengandung Perbawa
sakti, Itulah putra pameran pangeran Puger yang kesaktiannya
sekarang saja sudah melewati gurunya, atau ayahnya sendiri.
Minggirlah kiranya jin-setan peri-perajangan serta segala macam
binatang buas diterjang oleh pemuda gagah-berani itu.
Hari ini adalah hari jang kelima dari saat denmas Purbaya
meninggalkan kota, untuk mencari Ajar Cemara Tunggal. Dengan
memendam diri sambil merenungi ilmu……..
Menjauhkan diri dari sengketa keluarga dengan orang-orang
berkuasa dan berwibawa. Betapa sulit dan besar bahayanya
sekalipun berkeliaran dileremg Lawu itu, pastilah masih lebih aman
dari hidup dikota berdekatan demgan pangeran dipati Anom.
Berapa kali ia harus memgerahkan tenaga-saktinya untuk
melawan angin dingin yang dapal membekukan kulit dan daging.
Berapa kali pula ia harus bergerak dengan jurus saktinya GUNTUR
GENI, untuk membuyarkan kabut dingin beracun, yang disebut
Ampuhan terrsebut Namun pemuda itu tidak menjadi kecewa,
karena ia tahu pasti, bahwa tidaklah mudah orang mencapai
maksudnya yang baik. Hanya dengan tekad badja, lebih baik pulang
namanya saja dari pada tidak becus mewwujudkan cita-citanya,
bergerak madjulah ia ...... menerjang segala macam rintangan
perjalanannya.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 44
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Seorang pendekar perkasa tingkatan denmas Purbaya pada


waktu itu, pasti tidak gampang terlengah kewaspadaannya, tak
mudah terbokong serangan lawan. Maka dengan gaya yang luwes
tetapi kuat sekali, ia sekonyong-konyong membalikkan badannya
sambil melancarkan pukulan jurus pembelaan, serunya:
“Gila ......... siapa kurangayar membokong orang?”
Dalam jarak kurang le bih tujuh delapan meteran dari denmas.
Purbaya nampaklah orang yang menyerang dari belakang tadi…….
la melepaskan pukulan jarak djauh kepada pemuda pemberani, yang
gegabah berkeliaran di lreng gunung angker itu, sengaya untuk
menjajaki kemampuannya. Karena denmas Purbaya pun
melancarkan pukulan serupa, maka kini bertemulah kedua pukulan
yang kira-kira sama kuat itu …….. dan gempurlah kuda-kuda
mereka bersama-:sama pula. Penyerang itu nampak hanya surut tiga
langkah sad3a, sedang denmas Purbaya terpaksa melangkah mundur
empat tindak baru dapat memperbaiki posisi kakinya.
Kaget benarlah pemuda kota itu, pikimya : “Hebat sekali orang
ini. Aku mempergunakan gaya sakti Gineng Jalasengara .........
masih gempur kuda-kudaku. Siapakah dia ini? Mengapa dia
menyerang aku secara pengecut demikian. Waspadalah kiranya
yang paling benar. Sekali lagi demmas Purbaya berseru: “Siapa
berbuat seperti cecunguk membokong orang dari belakang?”
Tetapi jawabannya sangat aneh: “Ahah-ah uh-uh mba-beh .......
bahok.” sambil menggerak-gerakkan jari-jari tangannya ramai
sekali, Teranglah bahwa orang itu bisu dan tuli, tetapi denmas
Purbaya tidak segera melihatnya malah merasa sangat dihina.
Berkatalah ia dengan mata memcilak mar ah:
“Apa ...... kau menghinaku?!”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 45
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Uh. uh:..... uwah . . . .. . bahok-wau . . . . . .” jawabnya pula ....


Masih 1a menggerak-gerkkan jarinya, Namun pemuda lainnya
masih juga. belum insyaf akan keliru tangknpanya.
“Apa, kau kira aku takut kepadamu, ha .. ha ... Mari.. mari. ..
kita mulai saja memgadu kekuatan.”
“Uh·uh ...... ah-ah, wau .....” jawab orang itu.
Tidaklah dapat demmas Purbaya memahan sabar lagi, segera ia
membuka serangan demgan jurus pancingannya ......... yang tidak
dihiraukan oleh lawannya, tetapi malah menyerang dagu musuh,
hingga hampir saja pemuda pameran itu dapat terhajar dagunya.,
yang berarti rontoklah kewibawaannya ....... jikalau kurang cekatan
sedikit saja. Hanya dengan menundukkan bada dan membuang
kepala kesamping ia dapat menghindarkan bahaya itu. Tetapi
dengan berbuat demikian ridak pula dia dapat mengerjakan tangan
kirinya, menggaplok musuh, karena terpaksa mengubah sikap
badannya tadi.
Yang kini dapat dikerjakan adalah menyerang bagian bahwa
lawan dengan temdangan k earah lambungnya.
Temyata, orang tinggi-besar yang hanya bercawat kain lurik itu
seorang pendekar yang tinggi ilmunya, yang tidak hanya melulu
dapat menyerang saja demgan kuat saja tetapi dapat pula menjaga
diri dengan baik sekali, Tendangan geledek den mas Purbaya dapat
dielakan hanya demgan melenturkan badannya sedikit saja ……..
bebaslah ia dari tendangan ampuh pemuda kota itu.
Kedua orang itu kini tahulah bahwa mereka sedang berhadapan
Jawan yang tidak dapat diremehkan sama sekali. Maka sangat
berhau-hatilah mereka dalam gebragan-gebragan selanyumja,
Mereka itu sama-sama kuat, sama-sama gesit cepat, hanya pemuda
gunung tadi kaku dalam gerakannya, sedang denmas Pnrbaya sangat

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 46
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

luwes prigel namun tidak dapat berbuat banyak terbadap si-kaku


welu itu. Lama juga mereka pertempnr seru sekali, ratusan jenis
jurus lewat dalam waktu lidak terlampau lama ...... semua tidak
berguna lajaknya dalam pertempuran mereka kali ini.
Karena rasa penasarannya, mulailah pemuda-pemuda sakti itu
mengeluarkan jurus-jurus ist1mewanya masing-masing untuk
dicobakan kepada lawan setimpal ini. Keruan sadja pertempuran
mereka memjadi lebih seram dan seru. Sudah lebih dari lima jam
mereka bertempur demikian, tetapi masih tetap seimbang keadaan
mereka, sedang sejam lagi sang Matahari sudah akan masuk
kedalam peradnannya. Maka berpikirlah demas Purbaya, sambil
terus melajani lawannya.
Tinggal satu pukulan sakti yang belum dicobakan . ..
GUNTlJR-GENI bagaimana kiranya bila kucoba sekarang ......
Tetapi sayang bila orang ini sampai terluka karenanya, karena dia
bukanlah musuh mati-hidupku.
Tetapi kenekatannya itu menjengkelkan hati sekali ......
mungkin karena merasa agak menang tenaga dariku. Baiklah ....
akan aku coba, biarpun hanya dengan tenaga setengah .... Awas kau
Bahok .... mungkin kau segera kelabakan mencari tempat dingin.
Setelah siap memgerahkan tenaga sakti itu, mulailah denmas
Purbaya memjerang lawannya dengan jurus pukulan Guntur Geni.
Jurus itu aneh sekali, karema selalu dilontarkan deagan lutut kanan
tertekuk menjentuh tanah.
Benar saja musuh menjadi kelabakan membuat gerakan jungkir
balik hingga liga kali kebelakang, karena terserang jurus panas itu.
Kemudian ia berloncatan kekiri dan kekanan sambil
memukulkan tangan keduanya, membuyarkan serangan udara panas
Purbaya. Kini siaplah ia dengan ilmu penolaknya.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 47
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Maka ia lalu berdiri regak dihadapan lawan demgan kedua


tangan dimuka dadanya.
Datanglah serangan Purbaya demgan tangan kiri., orang itu ikut
surut dua tindak lalu miring kekanan, bebaslah ia dari pukulan
guntur-geni. Pukulan yang datang dari kanan, juga dihadapi demgan
gerakan yang sama tetapi lalu miring kekiri ...... bebaslah ia.
Hai, jurus apakah ini, mengapa dermkian enteng hingga
kelihatannya musuh itu tidak mempunyai bobot sama sekali, selalu
ikut terbang dengan pukulannya .... untuk kemudian tanpa
menderita sesuatu apapun dapt memperbaiki kedudukannya.
Dirasakan oleh denmas Purbaya, pukulan saktinya sebagai
jatuh diudara kosong saja, hingga tanpa guna sedikitpun. Walaupun
musuh tidak membalas, tetapi menggunakan jurus guntur geni
adalah memakan ienaga sakti banyak. Kalau ia rerus menerus
meujerang dengan jurus dahsjat itu, mau tidak mau akan terkuras
habislah tenaganya.
Celaka ... habislah dayaku sekarang, pikir pemuda Kartasura
itu. Dari ingin memperlihatkan keunggulan, berbalik ia menjadi
bulan-bulanan musuh tagguh ini. Tidak tahunya, bahwa sipemuda
yang disebur Bahok olehnya itupun hampir juga kehabisan nafas,
yang masih dapat dilakukan adalah andalannya, disebut jurus
PALWA RANU, ikut serta dalam segala arah pukulan musuhnya
saja ..... ridak mungkin lagi di celakai oranig karena pukulan
sedahsjat apapun juga, tetapi tidak dapat menyerang kembali.
Pemusatan tenaga batinnya di arahkan kepada merasakan
kedatangan angin pukulan serta kekuatan daja pukulannya,
Sebenamya kedua pemuda itu hampir sama-sama jatuh
kehabisan nafas semua, tetapi tak seorang dari mereka mau
mengalah, Pukulan Purbaya tinggal menyerupai siliran angin hangat
saja, itupun harus dilancarkan dengan nafas terputus-putus sedang

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 48
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

elakan si Bahok sudah sangat lemah, berupa seleoran kekanau dan


kekiri.
Memdadak terdengar orang tertawa nyaring mengejutkan jang
sodang bertempur tadi. Keduanya senggojoran munaur tiga langkah,
akhimya sama-sama jatuh memdeprok ditanah, teremgah-engah
memandang orang yang meudekati mereka. Siapaka.h dia ini yang
berpakaiau serba hijau, celana gombjong (longgar), kutung batas
siku sedang kainnya digubatkan pada pinggangnya.
Usianya pasti sudah lanjut, tetapi masih kelihatan kuat,
wayahnya nampak agung berwibawa, yang kini ramai tersenyum
menarik. Katanya: “Ah, anak baik anak gagah gagah. Puaslah rasa
hati melihat gaya tempur kalian yang bermutu tinggl itu. Hai, Bisu
... mengapa kamu sampai disini, meninggalkan pertapan
Hargadumilah. Adakah gurumu adi Hadisukma, baik-baik saja ?”
“Uh uh ah-ah, bahok.” jawab si Bisu disertai bahasa khususnya
ialah bahasa jari yang digerak-gerakkan. Ia sedang menceritakan
sesuatu kepada orang tua yang kiranya sudah dikenalnya itu.
“Hmm, dia baik katamu …... dan kau disuruh menyusul adik-
adikmu seperguruan kedesanya. Ya-ya aku tahu, dialah si Sasana,
Sarasa dan Sasanti. Mengapa kau selewengan mengganggu pemuda
ini?!”
“Uh-ah ... ah-ah, uhu, heh.” jawabnya, jarinya terus saja
bergerak-gerak lucu.
“Ha-ha .... namamupun pemuda, kalau tidak suka kelakar
bukanlah pemuda biasa sebenamya. Tetapi kelakar ini tadi agak
keterlaman, bukan? Coba kamu tidak menggunakan jurus „Jalwa-
ranu‟ konyollah kamu, karena pemuda gagah ini memggunakan aji
Gineng Jalasengara disertai Guntur Geni.”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 49
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Uh uh, bahok.” jawab si Bisu serta mengacungkan kedua


jempolan tangannya, memandang Purbaya sambil manggut-
manggut, minta maaf.
Denmas memjeringai setan . . . baru tahu ia berurusan dengan
pemuda bisu yang luar biasa, murid seorang lokohjang pasti luar
biasa. Bau muridnya yang bisu saja demikian hebatnya, bagamana
gurunya. Dan 'siapakah orang ini, mengapa ia tahu segala temaga
yang dipakainya umtuk menghadapi si Bisu itu.
“Anak, bukankah kamu masih darah-keraton?” tanya orang itu
kepada Purbaya.
“Tidak salah paman, hanya aku bukanlah keturunan yang kini
bermahkota.”
Kalau demikian, anak adalah salah seorang putera sahabatku
seperguruan, pangeran Puger, betulkah?”
“Ah, paman ... bukankah paman ini yang disebut orang Ajar
CEMARA TUNGGAL ?”
“Angger, akulah Cemara Tunggal, ada titah apakah dari
ayahmu kepadaku?”
“Paman, akulah putera pangeran Puger yang nomer emam
datang kepada paman atas titah ayah, untuk berguru barang tiga-
empat tahun.”
“He-he-he-he aku kira ada hal yang lain, baiklah denmas, aku
turuti kehendak ayahmu dan sejak hari ini, denmas adalah muridku,
satu-satunya. Nampaknya masih ada sesuatu yang masih dapat
kuturunkan kepada calon senapati Kartasura. Mari kita menyauhkan
diri dulu dari segala keramaian dunia, demi keutuhan negara
dikemudian hari. Bisu ...... kau terus ..... saja kedesa Samakaton,
menyemput adik-adikmu seperguruan Sasana, Sarasa, Sasanti, anak

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 50
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

bekel desa itu, bukan? Bila kau kemudian bertemu gurumu,


katakanlah bahwa kini akupun mempunyai murid, hanya seorang
...... Tiga tahun lagi aku dengan muridku akan mengunyungi
gurumu, untuk mencoba gemblengan masing-masing itulah
tantangan gurumu sendiri.”
“Uh-uh ...... bahok..” jawab Bisu yang nampaknya sangat
bergembira. Maka berpisahanlah mereka kearah masing-masing.
Purbaya berjalan dibelakang gurunya didalam gelap sang
malam yang sudah mengganti siang hari itu.
“Paman, apakah jurus itu palwa-ranu itu, mengapa sangat
hebat, sampai pukulan guntur-geni tidak berarti terhadapnya?!”
“Nama lengkap jurus itu adalah Palwa mungging ranu, berarri
perahu diatas air ….. bila ada angin dari kiri, ikut membelok
kekanan, dari kanan belok kekiri, menurutkan keku atan pukulannya
saja. Maka yang memukul serasa memukul udara kosong belaka.
Hebatnya jurus itu, dapat menyesuaikan berat tubuhnya dengan
gaya angin pukulan musuh, hingga dapat serta bersama pukulan.
Setelah terbawa baru diegoskan sedikit, lenypkan hawa pukulan.
Maukah denmas memilikinya?”
“Pasti mau pamaa, asal dipandang perlu saja oleh paman guru.”
“Baiklah, nanti kita pelajari jurus itu sebagai pelajaran pertama.
Tetapi terpaksa bertarak-brata, tujuh hari tanpa makan-minum,
bagaimana?”
“Ah, tak apa paman, bagiku biasalah hal semacamnya.”
“Bagus-bagus, malah sebaiknya aku ajarkan sekaligus nanti,
mengatur pemafasan istimewa, untuk mengambil sari makanan dari
udara, hingga manusia tidak perlu mati tanpa makan 40 hari sampai
tiga bulan sekalipun.”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 51
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Tidaklah itu mengurangkan arti tarak-brata, paman?”


“Mengapa mengurangi .. . .. pokok, adalah tidak makannya ini
berarti memjucikan diri dari pengaruh makanan biasa yang
mengotorkan gaya berpikir dan gaya cipta. Kita coba sajalah nanti,
jangan kuatir kalau denmas tidak akan menjadi puas kemudian.”
“Terima kasih, paman, aku hanya dapat berbakti kepada paman
guru saja.

****

BAGIAN IV

ENTAH APA yang dikehendaki oleh ajar Cemara-Tunggal dari


dirinya itu ... Waktu paman guru mengatakan sudah sampai
dipertapaannya, denmas Purbaya tidak melihat gubug atau gua,
yang biasanya dipergunakan oleh seorang petapa, untuk bertempat
tinggal, berteduh dikala hnyan atau berlind~ng pada waktu. badai
mengamuk merr~bawa angin maut yang disebut ampuhan nu. yang
nampak hanya sebuah pohon Cemara tua yang sudah hampir brindil
tiada berdaun lebat.
Anehnya pohon itu seperri tumbuh dibatu yang gepeng dan
lebar, hampir berbentuk lingkaran dengan jari-jari kurang lebih tiga
meteran. Sekitar batu bundar itu, berjarak tiga meter pula, umbuh
semacam pandan berdaun keras, tingginya tidak mencapai satu
meter lebih sedikit. Mengerrilah denmas itu sekarang mengapa
gurunya bergelar ajar Cemara Tunggal. ·
Kata orang tua itu : “Denmas, hujan dan angin beserta
ampuhannya, yang sok ditakuti orang itu sebenamya teman hidup
manusia didunia ini juga.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 52
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Maka janganlah kecewa, kalau kadang-kadang bertemu erat


demgan mereka itu. Sesuaikan perasaanmu dengan kenyataannya,
maka pasti bertambahlah kekuatan.
Cara kita menyesuaikan diri demgan apapun yang menempa
diri kita, adalah mengheningkan cipta, memusatkan tenaga batin
me.nyatukan diri demgan keadaannya, Cara mengatur
pemafasannya memang agak sulit, terapi bila kita tekun
mempelajarinya, pastilah kita memperoleh kemajuannya. Hajo.... ..
Ikutilah caraku ini.”
Pemuda gagah itu bertekad bulat untuk bisa menjadi murid
yang. dapat dibanggakan gurunya, maka bagaimana berat dan sulit
segala ajaran gurunya dipatuhinya sampai sekama...... hingga
berhasil baik. Mula-mula memang tidak mudah melakukan perintah
guru itu.
“Menjalankan pernafasan menarik dengan lubang hidnng
sebelah tanpa dibantu dengan tutupan jari. Setelah ditahan sampai
empat-puluh hitungan lamban, baru dilepas melewati lubang hidung
yang satunya, juga tanpa bantuan jari.
Purbaya mencobanya berkali-kali tanpa memdapat kemajuan
sedikitpun. Dua hari berturut-turut ia hanya mengulang dan
memgulang percobaannya masih belum sempuma hasilnya. Teiapi
ia pantang mundur-kalau perlu seumur hidup ia akan memcobanya,
malu terhadap kesanggupannya sendiri. Baru hari yang kelimanya
Purbaya mendaparkan kunci jalan pemafasan ajaib itu.
Sekali mememukan kuncinya, segala kesulitan hilang lenyaplah
baginya, Jurus-jurus ajaran gurunya yang semula sangat sulit
dilakukan, kini menjadi mudeh baginya. Dirasakan badannya
menjadi sangat enteng dan semua gerakannya menjadi gesit lagi
bersih·rapi. Hanya menggunakan latihan ttga bulan, pemuda itu
meudapat kemajuan yang tak terhingga pesatnya.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 53
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Ah, benar-benar mengagumkan bakatmu denmas kau hampir


melampaui gurumu sudah dalam ilmu Palwaranu. Si Bisu pasti
bukan 1andinganmu lagi, lihat saja nanti. Nah. . . . . sekarang yang
paling sulit dicapai, jakni jurus :
BUMI GENJOT GONJANG-GANJING. Hanya tiga macam
djurus .... l. bumi genjot, 2. bumi gonjing, 3. kombinasi dari satu
dan dua.
Jurusnya tidak sulit, tetapi pengerahan tenaganya kearah
kebalikan, maka jika belum dapat mengatasi jalan darah membalik,
sangat berbahaya dilakukan. Cara membiasakan aliran darah
membalik, adalah bersamadi dengan berjungkir balik. Tetapi paman
melakukan itu dengan menelah cara wanara Bali (Walin) bertapa,
jakni : ujung kaki mengait dahan.
Lihat demikianlah caraku .
Habis berbicara, orangnya sudah berkelebat keatas dahan
cemara, yang tingginya ada empat meter dari tanah, lalu
menggantung dengan kepala kebawah, kedua lengan bersilang,
dimuka dada, ujung kakinya berkait pada dahan cemara itu. Purbaya
terpaksa menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal pula……
Inilah hebat, pikirnya baru menaruhkan kepala dibawah sadja
telinga sudah mengaung keras ... apalagi bersama di dengan cara
guruku itu.
Toh, ada orang yang dapat berbuat demikian mengapa aku juga
tidak dapat menirukan. Pendeknya aku harus bisa ... masakan guru
mengayarkan suatu ajaran kepada muridnya tanpa menilai kekuatan
si murid. Huh ... apa dikhawatirkan, paling-paling aku jatuh mati
kalau tidak kuat, maka itu adalah lebih baik lagi dari pada
mengecewakan harapan gnru.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 54
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Dengan tekad baja denmas Purbaya mengayun tubuh sekuat


tenaga, maka dapatlah ia menirukan gaya gurunya. lapun segera
mencontoh sang guru dalam segala tata semadinya. Sudah barang
tentu denyut darahnya dirasakan hebat dibagian-bagian nadi pelipis,
sedang kedua telinga mengiang bagai memecahkan anak telinga,
Terapi ia pantang menyerah.
Terdengar suara gurunja ... jangan terlalu lama dulu denmas,
harus sabar, sedikit demi sedikit mengatakan kesulitannya ....
Kemudian guru dan murid itu sama-sama melepaskan kaitan
kaki-kakinya, meloncat turun dengan gaya yang bagus sekali,
karena harus menggoyang badan untuk jatuh pada kedua kakinya.
Ajaran baru yang seru sekali dicoba mengerjakannya, pastilah saja
masih terasa sangat asing. Maka waktu sudah berdiri ditanah, segera
denmas Purbaya jatuh terduduk.
“Ha, …… sudah semestinya agak pening ...... tetapi tak apalah,
Minggu ini denmas tidak boleh lebih dari sepemakan sirih
melakukan latihan ini. Bila sudah merasa biasa boleh waktunya
ditambah dengan sepemakan sirih lagi demikian seterusnya, hingga
menjadi biasa sama sekali.
Bila kemudian denmas dapat berbuat demikian selama tiga hari
tiga malam berturutan, masaklah waktunya untuk berlatih jurus-
jurusnya.
“Baik paman.”
Setelah merawat gurunya dengan hidangan sederhana sekali
barwujud ketela rebus dan minuman kesayangan legen enau, maka
berlatihlah putra pangeran itu, menekuni segala ajaran yang pemah
jadi miliknya, ditambah pelajaran-pelajaran baru dari gurunya.
Sorenya ia berlatih samadi menggantung dengan kepala dibawah,
sampai larut malam,.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 55
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Tiga bulan sudah lewat lagi. Tanpa mengalami kesulitan


Purbaya dapat melakukan sarat yang dikatakan paman gurunya tiga
hari tiga malam berturutan bersamadi deagan caara wanara Bali.
Maka setelah itu, giatlah ia me mepelarljari gerakan-gerakan jurus
sakti yang diajarkan gu-unya secara isiimewa sekali. Tiap-tiap
gerakan, baik tangan maupun kaki, dilakukan berulang-ulang karena
tak boleh berbuat krsalahan sedikitpun jang dapat membawa akibat
jelek oto tnya semdiri.
Tiap-tiap jurus diajarkan dalam sepuluh hari. Dapat
dibayangkan betapa sulitnya gerakan-gerakan yang dikatakan tidak
susah oleh gurunya dulu, namun berkat ketekunannya dalam waktu
sebulan utuh itu, denmas Purbaya dapat menguasai ketiga jurus
Bumi-genjot gonjang-ganjing. Kata ajar Cemara Tunggal,
“Cukuplah sudah pelajaran paman, denmas .... tinggal mengolah
dan memasakkan saja. Aku kira dengan bakatmu yang tidak tercela
itu, dalam sepuluh bulan berlatih, akupun sulit menandingi
kemampuanmu nanti. Hayo …... muridku yang baik, jangan
menge:jewakan gurumu ...... berlatihlah sungguh-sungguh dalam
bauas waktu yang aku sebut tadi. Sekarang juga aku akan berkelana
untuk sekian lama.”
Tinggallah Purbaya seorang diri dipertapaan Cemara Tunggal,
untuk memasakkan ilmunya. Pastilah saja mula- mula denmas
Purbaya sudah memsa kangen kepada keluarganya juga ingin sekali
mel1hat ajeng Alit, si manis mungil.
Tetapi martabat murid yang baik, tidaklah pantas mengingkari
perintah guru, yang sudah berjerih payah memimpin dan
mengajarkan ilmunya itu.
Purbaya menyengir muram menghadapi soal kangennya tadi
….. pikimya : “Hm …… mana aku tidak dapat mematuhi perintah
guru. Biar lipat tiga-empat sekalipun wakmnya, pasti aku tidak

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 56
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

menolak. Aiiiih, paman .... legakan hatimu, muridmu ingin menjadi


orang laki-laki sejati. Hajo, eayahlah rasa yang tidak-tiddk ini,
masakan lari gunung dikejar.
Maka sejak waktu itu Purbaya selalu tekun berlatih jurus
istimewanya, diteruskan dengan jurus-jurus yang telah dimilikinya.
Malamnya dipergunakan untuk bersamadi wanara Bali, karena
setelah biasa, dirasakan manfaatnya yang sangat besar. Tidak banya
kekuatan bertambah besar, kecerdasan otakpun menjadi lebih terang
.... sedang segala indera juga lebih tajam.
Hari berganti hari, yang menjadi minggu bulan bersambung
bulan, Sang kala berjalan terus, apakah artinya sepuluh bulan yang
dipergunakan untuk berlatih mati-matian seperti dikerjakan oleh
pemuda gagah itu. Kira-kira limabelas bulan ia meninggalkan ibu-
kota Kartasura, sebagai pemuda sakti gemblemgan ayahnya .. ...
kini sudah menjelma jadi pemuda yang sulit diukur lagi
kemampuannya. Baru berumur dua puluh tiga tahun, sudah berilmu
padat dan rapat, dan justru karenanya sikapnya makin runduk,
makin sopan makin suka mengalah. Maka agaknya memancarlah
prabawa gaib dari keseluruhan pribadinya lebih-lebih dari mukanya
yang nampak keagung-agungan.
Tepat pada waktunya, sepuluh bulan ......... · ajar Cemara
Tunggal muncul kembali diasramanya dan lurus saja merangkul
murid satu satunya itu: “Muridku …… denmas, benar-benar hebat,
luar biasa. Paman memuji tidak sembarangan, karena biasanya aku
kenal barang baik dan yang kurang baik. Aih-aih ..... semuda
umurmu denmas, sudah padat isinya, hemm,...... bila saja denmas
salah menggunakan jayanya, celakalah dunia kita ini. Maka
pupuklah selalu pribadimu yang gagah perkasa itu, jauhilah rasa
ingin berkuasa, ingin menang sendiri. Berdarma baktilah terhadap
sesama hidup, lebih-lebih yang membutuhkan pertolonganmu. Ingat

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 57
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

selalu kepada martabat sang Dananjaya, yang selalu siap


menolong!”
“Paman, bolehkah aku bertanya tentang sang Dananjaya,
karena paman menghendaki aku sebagai orang bermartabat sang
Harjuna itu?!”
“Memgapa tidak nak, apanya yang tercela ksatria prajurit itu?”
“Sebagian orang menganggap sang Dananyaja bukanlah tokoh
yang harus dicontoh, karena ia saugat menyukai wanita, Selalu
dicerirerakan dimana saja mempunyai isteri berserta anaknya ......
hingga malah ada yang mengatakan bahwa ialah jagoan kawin.”
“Ha-ha ...... mudah saja orang mencela orang lain bukan.
Apakah sudah pasti baik tindakan sendiri, siapakah berani
mengupas diri sendiri seperti kalau mengupas keadaan orang lain
...... Sebenamya saja, adakah orang laki-laki dewasa tidak suka akan
seorang wanita? Bila orang itu orang biasa saja, hanya ada jawaban
satu, ialah; SUKA. Tidakkah wajar kalau sang Harjuna juga suka
akan wanita cantik itu. Kecuali itu, orang yang mencela tindakan
Harjuna, pastilah orang yang tak mengenal dunia pewajangan yang
sebenamya.”
“Mengapa demikian paman?” Purbaya menegas.
“Karena dunia pewajangan adalah ilmu-falsafah hidup
manusia, yang diajarkan dengan pasemon (ibarat) dan
dipergunakan dengan wujud Lajang-bayangan (wajang).
Misalnya sang Harjuna …… dalam hubungan Pandawa lima,
adalah pasemon NAFSU SUPIAH, yang lajimnya dikatakan
bersorot kuning, itulah salah satu nafsu yang timbul dari anasir AIR
pada badan manusia. Kedudukannya ditulang-tulang dan sumsum

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 58
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

manusia wataknya menginginkan segala, kesengsem, gandrungan,


kasmaran dan selalu terpikat akan segala kegembiraan dunia.
Bila nafsu supiah dituruti saja, mana manusia dapat hidup
tentram dan senang. Tetapi bila nafsu itu dapat dikendalikan dengan
baik ……. aih, dialah pendorong kemajuan, perbaikan yang berguna
sekali, dialah senjata ampuh bukan main .... tidakkah nama sang
Harjuna juga sang KUNTADI, artinya senjata hebat?”
“Ah, demikiankah kiranya maksud yang sebenamya. Baru kali
ini anak mendengar tafsimya.”
“Baik denmas, diwaktu malam senggang kita lanjutkan
pembicaraan ini, supaya jangan membosankan. Baiknya sekarang
ini kita berlatih saja, supaya lebih leluasa denmas mempratekkan
jurus-jurusmu. Hayo, jangan sungkan-sungkan dan waspadalah!”
Kedua orang itu siaplah sudah, seorang guru yang akan melatih
muridnya. Purbaya segera mendak menyembah sang guru. Dalam
posisi itulah ia diserang gurunya secara tidak ketanggungan. Tetapi
mana dapat pemuda itu dikenai pukulan geledeknya Cemara
Tunggal, karena telah bersiap dengan jurus palwa-ranu. Nampaknya
pemuda itu mental dari tempat semula, tetapi hanya setindak saja,
badannya diegoskan sedikit, maka langsunglah pukulan gurunya
menyemberet kesamping, hingga terpaksa dipuji oleh ki Ajar.
“Bagus-bagus anak baik …… hajo jangan sungkan menggunakan
jurus apa saja!”
Bagaimanapun juga Purbaya agak merasa segan untuk
menyerang dengan hebat-hebatan, maka mula-mula ia masih
mengutamakan pemjagaan diri saja, kakulah rasasnya. Ki Ajar tak
henti-hentinya menganjurkan supaya sang murid jangan takut-takut
menyerang .......

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 59
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Eh, mengapa, berlatih setengah-setengah begini ……


penuhkan tenagamu. Jangan kira guru sudah menjadi orang bobrok
yang tak tahan menerima gebugan geledeg!”
Tapi lama kelamaan, lenyaplah keragu-raguan pemuda itu,
karena asyiknya bertanding dan tahu-tahu ia sudah menggunakan
tenaganya seratus persen, melancarkan jurus-jurus sakti jang dapat
dipergunakan, sesuai dengan kedudukan kaki dan badanya.
Saking asiknya berlatih karena mendapat tandingan setimpal,
lupalah mereka akan waktu dan segala-galanya.
Tiga hari dan tiga malam, bertanding terus dengan seru sekali,
mempergunakan jurus-jurus sakti yang tidak temilai
keampuhannya, hingga pohon-pohon disekitar tempat berlatih tadi
roboh malang-melmtang, terlanggar angin pukulan mereka.
Akhirnya yang rersadar lebih dahulu dari keadaan mabuk
berlatih iiu, adalah ki-Ajar, Dengan pekik nyaring ajar Cemara
Tunggal meloncat mundur tiga depa.
“Selesai!”…… yang ditimpali oleh muridnya.
Purbaya meloncat tiga depa kebelakang, jatuhnya ditanah sudah
dalam posisi menyembah seperti waktu akan berlatih tiga hari yang
lewat.
“Murid baik …... gurumu merasa puas sekali.”
“Terima kasih paman, terimalah pula sembah sujudku!”
“Baik-baik itupun aku terima, tetapi latihan yang bagus inilah
yang paling kuhargai karena dengan hati lapang aku dapat
menyuruhmu, denmas, kembali kepada sahabatku itu!”
“Adakah sesuatu yang terjadi di Kartasura, paman?”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 60
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Tapi lama kelamaan, lenyaplah keragu-raguan pemuda itu karena


asyiknya bertanding dan tahu-tahu ia sudah menggunakan tenaganya
seratus persen, melancarkan jurus-jurus sakti yang dapat diper-
gunakan, sesuai dengan kedudukan kaki dan badannya.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 61
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Belum ada perubahan apa-apa, kecuali kanjeng Sunan


Amangkurat II sudah sering jatuh gering.
“Adakah paman bertemu dengan ayahku?”
“Ya, aku memang sengaya mampir, untuk menikmati hidangan
yang lezat-lezat dirumah kanjeng pangeran. Beliau sehat-sehat saja,
juga menanyakan putra pamerannya ...... hmm, agaknya beliaupun
puas dengan kemampuan denmas yang sekarang.
Oh, ya ..... masih ada pesan ayahmu yang tidak menyenangkan bagi
denmas ... itulah tentang putri Alit, yang hendak disuruh kawin
dengan Bupati Mancapraja oleh kakaknya pangeran dipati Anom.
Agaknya pangeran itu tidak setuju jika ajeng Alit ada hubungan
yang erat dengan salah seorang dari keluarga ka Pugeran.
Karena Alit tidak berani membangkang perintah kakak putera-
mahkota itu, maka kini putri itu jatuh sakit yang tak kunyung
sembuh oleh segala macam obat.”
“Paman, ... kata Purbaya terharu bercampur marah …… paman,
tidakkah ayah dapat berbuat suatu apa?”
“Itulah yang disesalkan ayahmu. Sudah beliau menghadap Sri
Baginda sendiri, tetapi Baginda sendiri sedang menderita sakit yang
tidak ringan, hingga tidak tegalah ayahmu membicarakan sesuatu
yang dapat menimbulkan suasana buruk dalam keraton.”
“Paman, perkenankanlah muridmu meminjau keluarga ka-
Kartasura barang beberapa hari.”
“Anak aku tahu hal itu …. dan sebenamya kuatir akan
kenekatanmu nanti. Bagaimana denmas, dapat kau mengatasi hawa
amarahmu disana? Ingatlah akan nasib keseluruhan keluargamu,
bila terjadi hal-hal yang sangat tidak kuinginkan …. bagaimana ?”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 62
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Mudah-mudahan anak dapat bertindak menurut gelagat nanti.


Kalau mungkin anak akan bertemu sekali lagi dengan kang mbok
Alit itu.”
“Misal ajeng Alit yang lalu nekad, ikut dengan denmas
menentang segala rintangan, bagaimana?”
“Tidak mungkin paman, kang mbok adalah seorang putri sejati
.... agaknya lebih baik daripada berbuat yang mencemarkan
namanya.”
“Nah, baiklah denmas, berhati-hatilah dalam segala
tindakanmu. Nasib seseorang adalah hak Tuhan, bukanlah manusia
rendah yang menentukan. Segala sesuatu adalah terjadi karena
kehendak maha Agung, maka menyerahlah bagian manusia, setelah
berusaha sebaik mungkin.”
“Restuilah aku, guru ... semoga aku dapat berbuat bijaksana!”

****
BAGIAN V

SEBAGAI PEMUDA ganteng yang sudah berilmu tinggi


sekali, denmas PURBAYA meninggalkan ibu kota negara Mataram
Kartasura umuk sementara waktu, guna menghindari semgketa
demgan keluarga keraton, demi keselamatan dan keutuhan keluarga
kepangeranan PUGER.
Dua puluh bulan kurang-lebilnya, ia mendapat gemblengan
lahir-batin dari ajar CEMARA-TUNGGAL yang berjulukan si
KUNYUK-SAKTI, seorang tokoh terpendam luar biasa, dilereng
gunung Lawu, Berbulan-bulan ia menekuni pelajaran gurumya,
menyesuaikan matram dengan pengerahan tenaganya, diruntutkan

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 63
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

dengan gerak jurus-jurus saktinya, dibangun dipelihara didasari


tarak-brata .... ruaka tanpa disadArinya meningkatkan ilmunya dari
taraf sare'at dan tarekat kepada hakekat. Ini berarri, bahwa ilmunya
dengan Tata hidupnya lahir dan batin telah menjadi satu.
Keruan saja yang kini melunrjur pesat sebagai kilat, menuruni
lereng gunung angker itu, adalah denmas Purbaya, macam pemuda
baru yang luar biasa yang sudah tidak terukur lagi kemampuan dan
kedigdajaannya. Kadang-kadang badannya yang tinggi tegap, kokoh
kekar, padat-rapat itu, nampak sebagai terbang diangkasa, bila
pemuda itu meloncati tebing-tebing, jurang·jur:mg atau relung
relung mengerikan, untuk memperpendek perjalananya. Tambahkan
kumis dan bulu dagunya yang mulai melebat .... Pasti saja orang
yang melihatnya dikala itu akan mengira, bahwasannya raden
Gatutkaca, tengah melajang-lajang diaugkasa raya.
Demikianla, kesan yang timbul dihati seorang tua, berpakaian
serba kain lurik wama kelabu, bertongkat trisula (tombak bermata
tiga), yang tengah berjalan memdaki gunung seenaknya, tetapi yang
sebenamya cepat sekali itu. Waktu melihat Gumam orang tua tanpa
terasa “Hei hei mana bisa raden Gatutkaca masih berkeliaran
diangkasa pada jaman manusia waktu sekarang. Hmm .. .. .. .. .
orangnya masih sangat muda. Aih, hebat benar perawakannya,
demikanlah agaknya, wujud
Gatutkaca jaman Purwa itu ...... Siapakah dia ini? Pemuda sakti
dari mana dia dan apa perlunya pula bergentayangan di lereng
gunung. Hmmm ......... aah, ......... mungkinkah dia ini murid tunggal
si Kunyuk-sakti ..... hebat-hebat......... dalam asuhan guru sakti, tak
ada murid yang lemah, teranglah dia ini pasti murid Kunyuk tua itu.
Bagus-bagus . . . . . memgapa tak kucoba kemampuannya, untuk
dinilai sekaligus.”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 64
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Dari jauh denmas Purbaya melihat seorang tua bertongkat jatuh


tergelincir masuk ke dalam jurang yang dalamnya tidak kurang dari
lima meteran. Sayang ... sekalipun ia dapat terbang benar, tidaklah
ia dapat mencegah omng tua itu terperosot jaiuh, karena jaraknya
masih terlalu jauh dari tempat orang itu berada.
Celaka-teriak pemuda itu itu, saking ngeri melihat tubuh
seorang kakek terjatuh dari tempal yang cukup tinggi, untuk
memdapat luka parah. Dan dalam beberapa loncatan saja sampailah
ia pada tebing curam tersebut. Ternyata dasar jurang luas juga, kira-
kira 4-5 meter. Disilulah orang tua tadi tedihat terlemtang tanpa
gaya lagi layaknya. Terjunlah demmas Purbaya demgan gaya yang
entemg sekali kedalam jurang untuk segera dapat memberi
pertolongan kepada si celaka.
Tetapi siapa tahu ..... baru ia mengulurkan tangan hendak
memjamah orangnya, kakek itu sudah melenting ringgi sambil
menampel tangan yang hendak menolongnya, demgan mata melotot
bengis. Setelah kakinya menginjak tanah, segera ia mengambil
sikap memusuhi si pemuda.
Demmas Purbaya yang sekarang itu, bukanlah pemuda yang
baru datang dari Kartasura dulu ...... bagaimana cepat orang
menyererangnya, dalam keadaan tak berjaga-jaga, mustahil orang
dapat menyentuhnya, hanya karema kepekaan prrasaannya yang
terlatih baik sekali itu. Maka tampelan kakek itupun lewat tanpa
memyentuh tangan yaing dijulurkan walaupun hanya selisih
setemgah senti saja
Sudah barang tentu kakek tua itu memuji demgan perasaan
kagum dalam hatinya, karema pemuda itu dapat menghindar dari
tampelan tangannya yang digerakkan gesit luar biasa.
Denmas Purbaya-pun tak luput dari perasaan kaget, tiba-tiba
merasakan samberan angin keras sekali kearah lengan yang

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 65
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

diulurkan. Baiknya jurus palwaranu telah menjadi darah dagingnya,


dapat bekerja otomatis dan cepat hingga dapat mengikuti, arah
samberan anginnya beberapa senti untuk kemudian mengelak,
dengan memiringkan lengan itu maka bebaslah ia. Kini pemuda itu
sudah berdiri berhadapan dengan orang yang menyerangnya secara
aneh tadi.
“Hai .... mengapa dia masih dapat bergerak secepat ini pikir
pemuda itu setengah tidak percaja .... Menilai gerakannya, dialah
seorang sakti sekali ... Mengapa bisa terjatuh dijurang? Meloncat
dari keadaan celentang, hanya dengan melenggangkan badan,
sambil menampel tangan orang masakan dapat dikerjakan orang
biasa? Hmm .... agaknya orang ini mempunyai kehendak tertentu
apakah itu?”
Kakek itu membentak keras dengan menudingkan tongkatnya :
“Kau mau apa .... huhhh, pemuda tak tau malu .... , Kau mau
rampas barangku ...... kau kira aku sudah mampus, bukan? Wah,
kok enak ya, menghendaki barang orang tanpa keluar uangpokok,
alias merampok. jangan kira aku takut padamu, Ya!”
Jawab pemuda itu sambil membelalakkan mata tidak mengerti,
“Tidak pak, tidak ... ak-ak ... aku tidak hendak merampas
barangmu, aku bukan perampok, Sebenamya .... eh, sebenamya ….
eh ....!”
“Eh, eh- apa kalau tidak mau mengambil barangku, Huu-uh,
memalukan anak muda jaman sekarang, pengecut tanpa guna.
Jangam bersikap pura-pura ya, terhadap aku si orang tua. Masakan
aku tidak tahu kehendakmu itu ?”
“Kakek, jangan menuduh orang sembarangan saja. Yang benar
aku hendak menolong bapak ini. Dari jauh aku melihat bapak

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 66
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

terjatuh kedalam jurang. ltulah sebabnya aku juga berada disini.


Tetapi temyata bapak tidak mendapat luka, maka sebaiknya aku
melancutkan perjalananku saja,
“Nah, sel …... “
“Hei .... tidak - tidak bisa begitu mudah selesai urusan kita ini.
Kalau kamu kulepaskan begitu saja mana kamu tidak akan menjadi
momok masarakat, merampas disini, merampok disana, berbuat
sewenang-wenang menuruti kehendakmu sendiri saja!”
“Tidakkah bapak ini aneh sekali, apanya yang masih harus
diselesaikan …. atau, adakah kehendak bapak yang tertentu
terhadap diriku!?”
“Huh .... maksud apa-apaan .... yang benar ... saja, aku ingin
memberi pelajaran kepadamu, supaya jangan sok suka bertangan-
panjang, menginginkan milik orang lain!”
“Terima kasih, pak tua ... , pelajaranmu itu pasti akan
kupedomani selalu.”
“Mana bisa pemuda sepertimu dapat mengingat-ingat pelajaran
orang tanpa iringan yang mengesankan bagimu!”
“Lalu .... bagaimanakah bentuk iringan mengesankan yang pak
tua maksud itu?”
“Ha-ha-haa .... apa lagi kalau bukan tiga kali tamparan dan tiga
kali gamparan keras, untuk merekatkan pelajaran itu pada
tubuhmu!”
“Ah, agaknya itulah maksnd pak tua yang tertentu kepadaku.
Nah .... baiklah, silahkan kakek melalukannya. Hanya ketahuila,
bahwa aku akan mempertahankan diri sedapat mungkin secara
orang-laki-laki, aku merasa tidak bersalah.”
“Boleh-boleh.... kalau kau mampu saja berbuat begitu.”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 67
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Habis berkata demikian orang tua tersebut yang sebenamya


Kyai Harga Dumilah atau HARGA-BELAH bemama ajar
HADISUKSMA, lalu mengibaskan kedua lengan bajunya „but-but‟
cepat sekali berturutan. Angin santer sekali menyambar kearah
denmas Purbaya yang nampak melangkah surut selangkah lalu
mengegoskan badannya kekiri dan kekanan mengikuti arah dan
gaya pukulan tadi, Bebaslah ia dari inti samberan angin pukulan,
sedang kedua tangannya yang melindungi dada dan lambung, sudah
bergerak otomatis menghantam dan menindih serangan lawan dari
samping …blang … berbenturanlah kedua angin pukulan sakti itu,
maka gempurlah kedudukan kaki kedua pelakunya.
“Bagus ...... seru HADI SUKSMA, . . . temagamu hebat sekali,
apakah kau dapat mengimbangi kecepatan ini juga?!”
Berka ta demikian sambil melancarkan pukulan berantai yang
cepatnya sebagai air bah melanda dataran berupa jotosan gebahan-
sabetan tangan miring-cengkeraman-rangsangan tusukan jari
kesegala arah yang sangat berbahaya. Jangankan hingga tersentuh
jari orang sakti itu ...... baru terserempet anginnya saja cukup
memberi kesan sebagai disajat pisau tajam.
Terapi jurus PALWA RANU pemuda gemblengan itu,
bukanlah jurus yang terlatih biasa saja, melainkan sudah menjadi
ilmu seurat sedaging dengan pemudanya, maka ajar Hadisuksma
boleh mempercepat gerakannya bila masih dapat neningkatkan
kecepatannya ……. pastilah tidak akan menjadi halangan bagi
pemuda luar biasa ini.
Semakin lama bertempur, semakin menjadi kagumlah orang tua itu.
Sudah berkali-kali ia menggunakan jurus istimewanya.
Srikatan menyambar walang (burung srikatan menyambar
belalang), namun jurus inipun tiada berguna, karena ditimpali nya
dengan jurus Prenjak tinaji oleh lawannya.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 68
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sudah lebih dari satu jam mereka mengadu tiasa, keras lawan
keras, gesit lawan cepat tipu lawan siasat, maka pertempuran itu
kian menjadi seru demgan kecepatan yang mengaburkan pandangan
mata. Keduanya berusaha keras untuk menindih kekuatan lawan,
namun hingga sekarang mereka masih berhautam seimbang.
Perbedaannya hanya nampak pada sikap masing-masing setelah
bertanding lama iiu, Denmas Purbaya kian menjadi bersemangat,
mantap gagah dan garang berseri-seri, sedang dipihak lain kian
nampak tenang, penuh semangat tetapi juga sangat berhati-hati dan
cermat menghemat tenaga dalam pertahanan gigih.
Hingga disitu sebenamya tahulah ajar Harga Belah, bahwa
pemuda ini sekurang-kurangnya dapat mengimbangi kekuatannya
sendiri, malahan masih mempunyai segi-segi keunggulan. Tetapi ia
belum lagi mau menghentikan percobaannya…... ingin benar ia
tahu hingga manakah pumjak kemampuan pemuda asuhan
sahabatnya, si Kunyuk Sakti itu, Masih ia memancing-mancing
serangan atau pertahanan denmas Purbaya.
Maka celakalah tebing-tebing jurang dimana mereka bertempur
itu, terpaksa mengalami perubahan tergempur di beberapa tepinya,
batu-batu gunung wadas-wadas yang terdapat di dinding relung itu,
banyak yang terbongkah dan pecah berhamburan karena pukulan-
pukulan istimewa. Lebih hebat lagi kerusakan dinding jurang waktu
denmas Purbaya mulai mengunakan jurus. BUMl GENJOT
GONJANG-GANJlNG jang tidak tanggung-tanggung kehebatannya
...... biarpun pemuda itu hanya mengunakan dua jurus saja, yaitu
jurus Bumi Genjot dan Bumi Gonjng Bagaikan hujan batu besar-
besar dari mulut jurang tadi yang melurug kebawab membawa serta
batang-batang pohon yang berada dijalanan.
Repotlah Kyai Harga-belah, menyelamatkan diri dari pukulan-
pukulan geledek pemuda itu, yang anginnya meajesakkan napasnya,
menindih tenaganya bagaikan menahan tubuhnya tugu-baja. Dengan

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 69
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

meloncat jauh-jauh, baru ia merasa agak bebas dari gangguan


tenaga sakti lawanya.
Benar benar ia menjadi sibuk sekali, karena dengan menghindar
sejam demikian, pastilah segera ludas kekuatannya, dipergunakan
berlehih lebihan itu. Hampir saja ia hendak berseru mengaku kalah
saja, tetapi terdengar teriak orang mendahulumja: “Tahan
seranganmu, denmas.”
Tahulah Purbaya, bahwa yang datang menyela itu, gurunya
sendiri. “Ah. paman guru pasti tahu, siapa lawanku bertempur ini,”
demikianlah ia berpikir. Kini muncullah ki Ajar Cemara-Tunggal
dari balik batu menonjol, dalam jurang itu, entah bagaimana
datangnya.
Dengan senyuman lebar berkatalah ia: “Heh-heh-heh sudab
puas menjajagi kekuatan muridku, kakek pikun Harga-belah ..... Ha-
h.a, untung kamu hanya diberondong dengan pukulan Bumi genjot
dan bumi gonjing, saja .... heh-heh-heh, kalau disertakan pukullan
gabungannya …….. bumi genjot-gonjang-ganjing, dimana kamu
dapat menaruhkan kepalamu yang sudah botak itu, pikun ... ?”
“Aih, hebat, ... hebat, kau benar Kunyak-tua, muridmu itu
bukan tandinganku, tetapi dalam jangka waktu setengah tahun lagi
saja …. , huh-huh-huh …. . jangan harap, kau masih tahan akan
terjangannya, jya ....”
“Tak usah lama-lama, sekarang saja aku sudah kalah tenaga
kalah luwes dan cekatan. Hmm .... sekarang kembali kepada kau,
apakah perlumu berkeliaran sampai disini, pikun.... Tidakkah aku
sudah berjanji akan membawa muridku kerumahmu?”
“Yaaaah, aku ingin menyengukmu, Kunyuk .... sudah lama
sekali kita tidak bertukar pikiran. Kecuali itu aku ingin juga melihat
pemuda asuhanmu yang di-puji-piji oleh si Jaka Bluwo, si bisu,

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 70
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Nah, sekarang puaslah hatiku .... dan, jaaah .....mana dapat murid-
muridku merendengi pemuda ini. Eh, Kunyuk-tua, coba
perkenankanlah aku kepadanya!”
“Aih, pikun .... kau, benar sudah menjadi amat tua, sampai
bertempur hampir copot semua anggota badanmu, kamu belum
mengenal lawan, bagaimana sih kamu ini? Murid-tunggalku itu
bemama denmas Purbaya, putera Pangeran Puger, yang menjadi
sahabatku. Sebelum denmas berguru kepadaku, sudah mendapat
dasar kuat sekali dari ayahandnya sendiri ... asuhanku hanya bersifat
tambahan dan memperkokoh dasaran saja.”
“Bagaimana kau sudah berhasil, Kunyuk-tua, baguslah!”
Purbaya hanya tersenyum saja seraya membongkok hormat
kepada bekas lawannya, yang temyata sahabat karib gurunya itu.
Berkatalah ajar Hadisuksma: Terima-kasih denmas ..... kau
benar-benar hebat. Tidak lama lagi, denmaslah jago nomor satu
diantara gembong-gembong para sakti di bawah bentangan langit
ini. Sertakanlah kebijaksanaan dalam segala tindakanmu nanti,
pastilah peri kemanusiaan mendapat manfaat besar dari tokoh
sepertimu ini.”
“Terima kasih alas petunjukmu paman Hadisuksma!”
“Heii, Kunyuk-tua .... sudahkah muridmu itu mempunyai nama
julukan? Apakah gerangan yang pantas sekali, baginya. yang
semuda ini, tetapi sudah memiliki kemampuan yang sudah sulit
diukur lagi itu .... Bila saja sudah agak tua dikit, PANEMBAHAN
lah gelarnya!”
“Eh, jangan sekarang disebut begitu …… nanti bila usianya
sudah 40 kesana, baru boleh. Sebaiknya sekarang memakai gelar
PUTUT dulu, julukannya PUNUNG, singkatan dari EMPU (ahli /
nenek-mojang kesaktian) dan GUNUNG (dari gunung dan bukit

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 71
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

bukit) Jadi utuhnya gelar muridku sejak hari ini adalah: PUTUT
PUNUNG ..... yang kemudian setelah berumur 40 tahun menjadi
PANEMBAHAN-PUNUNG..”
“Bagus-bagus julukan itu .... aku menjadi saksinya.
Nah, denmas .... jaga baik-baiklah nama besarmu yang kau
terima dari monyet·monyet pemunggu-gunuug seperti kita-kita,
supaja jangan temoda. nama pemberian kami ini.
“Terima kasih paman berdua, demi kehormatan paman berdua,
akan kujaga nama itu baik-baik, legakanlah hatimu!”
Kini majulah ajar Cemara Tunggal dengan wayah berkerut
angker: “Muridku yang baik, sekali paman memesan ...... apapun
yang terjadi, baik atau buruk dalam pemilaianmu …… itulah
kehendak Maha Agung, yang pasti paling baik …… baik, bagi
semua orang, juga baik untuk denmas. Mungkin manusia tidak
segera dapat mengerti kehendak Tuhan itu. Justru tidak segera
mengerti itulah maka orang t1dak boleh lekas berputus asa, atau
memikir yang tidak-tidak. Hanya kesabaran dan ketahanan hatilah
yang dapat mendekatkan kita kepada kebenaran sewajamya!”
“Terima kasih paman, semoga aku tidak mengecewakan
harapanmu. Sekarang, restuilah aku melanjutkan perjalanan kekota,
menemui keluargaku!” Menyembahlah ia kepada gurunya,
kemudian membongkok hormat kepada ajar Harga Belah terus
melesal pergi dari depan mereka, meluncur pesat menuruni leremg
gunung
Masih terdengar gumam ajar Hadisuksma lirih.
“Aih …... semuda ini, sesakti .itu ...bila sampai bertindak
menyeleweng, apakah jadinya dunia ini ..... siapakah tandinganya.
Kunyuk-tua, hal itu banyak sangkut·pautnya dengan gemblengan
serta asuhanmu.”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 72
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Hmm .... semoga saja, muridku keluar dari kancah


perjuangannya sebagai kesatria sejati, berpedoman kepada Tuhan
Maha bijaksana, berpegang teguh pada azas kemanusiaan amin
amin-amin ……”
“Amin ….!” kata kyai Harga Belah juga.
Berkatalah ajar Cemara Tunggal: “Tahukah kamu, bahwa jagad
Mataram dewasa ini sedang dibayangi kabut yang membahayakan?”
“Kunyuk tua .... tidakkah kamu sedang melihat hantu disiang
hari bolong dengan ucapanmu itu?”
“Pastilah aku tidak sedang mengigau dalam soal yang segawat
ini, Tahukah kau tentaug perangai dan kebiasaan calon yang akan
mengganti raja Mataram nanti? Peernhkah kau mendengar tindakan-
tindakannya yang selalu menyimpang dari kebijaksanan?”
“Biarpun tidak banyak akupun mendengar juga bisik-bisik
orang menembus asrama pertapaanku. Kau ..... yang sok suka
datang dikota, apakah ramalanmu mengenai soal tersebut?”
“Selagi raja yang sekarang ini masih hidup …... masih ada pula
tali-kekang yang dapat mengekang penyelewengan besar, Tetapi
raja wafat nanti ..... pastilah segera terjadi hal-hal yang sangat
mengerikan, karena berpangkal kepada dendam kesumat dan
kebecian yang sudah lama terkandung!”
“Apa atau siapakah yang akan menjadi sasaran utama
penyelewengan itu, kunyuk?”
“Itulah mudah sekali dimengerti .... siapakah yang sangat
dipandang-pandang orang .... siapakah GEMBONG KARTASURA,
yang pemah berani bertahan terhadap terjangan kraman jaman
Trunajaja ... yang tak sudi minta bantuan Kumpemi dulu?”
“Bukankah itu pangeran PUGER?”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 73
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Tidak usah kau sebut-sebut namanya ...... siapapun tahu


orangnya.”
“Apakah ·kiranya yang akan terjadi kemudian ... ?”
“Pikun….. jangan lancang mulut, mendahului kejadian ....
diamlah kau, sukur suka berdoa, supaya tidak terjadilah hal-hal
yang pasti membawa kerusakan negara.”
“Baik-baik …. mari kita pergi kepertapaanmu saja, boleh kita
melanyutkan bertukar pikiran ini, sambil menikmati singkong
bakaranmu nanti!”

****

BAGIAN VI

Siapakah yang tidak tahu bahwasanya Kartasura dan seluruh


negara MATARAM, pada waktu itu, yakni kira-kira 20 bulan dari
permulaan pengembaraan denmas Purbaya .... tengah diliputi
suasana gawat, karena sikap Baginda melindungl orang buruan
Kump em, ialah Un tung Surapati.
Musuh yang dikejar-kejar oleh Belanda itu, dibiarkan masuk ke
Kartasura, malahan mengungsi untuk memulihkan kekuatau dan
melegakan nafas, Apalagi pelarian dari Jawa Barat itu mendapat
penghormatan dan penghargaan dari sri Sunan. Tidakkah itu berarti
membanru musuh Kompeni yang menjadi sahabat Mataram? Sikap
yang demikian ini pasti saja mrrenggangkan persahabatan Kartasura
demgan pihak Kompeni.
Karena Sri Sunan Amangkurat II (Amang Amral) tidak mau
memangkap dan menyerahkan Untung Surapati

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 74
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

kepada· Kumpe.ni itu, adalah memjalahi pereljanjian


persahabatan Mataram, dengan Kompeni Belanda, sejak sri Sunan
didudukkan kembali sebagai raja Mataram, setelah Trunajnya dapat
dikalahkan. Perjanjian saling membantu menghadapi itu sudah
dilanggar oleh pihak Kartasura.
Lebih nyata lagi sikap Kartasura, waktu utusan Kompeni yang
dipimpin oleh kapten Tak, datang di ibu kota untuk menangkap
Untung .... Karena bekas perwira Belanda itu melawan laskar
utusan, maka terjadilah pertempuranan antara pemgikut Untung
demgan pihak Beelanda. Pada waktu kacau itu, laskar Kartasura
pura-pura ikut bertempur juga, namun kerjanya malahan menjadi
penghalang kelancaran serangan-serangan Bedanda melulu.
Berkali-kali regu-regu Belanda menjadi rusak berantakan,
karena memghadapi musuh dari depan dan musuh dalum selimut
itu, berupa terjangan orang-orang Kartasura, yang katanya salah
hantam karena kacau kiblatnya.
Dalam pertempuran itu, gugurlah kapten Tak, yang membawa
akibat tidak baik kepada laskar utusan terpaksa gagal dalam
tugasnya ..... Untung berserta pengikutnya dapat meninggalkan
Kartasura dengan selamat, melanjutkan petualangan mereka kearah
Timur, (Patut disebuikan disitu, bahwa kaptin TAK adalah salah
seorang perwira yang pemah mendirikan jasa dalam peperangan
Trunajaja.) Maka dapat dimengerti tentang kejengkelan pihak
Kompeni terhadap Mataram.
Dengan kejadian itu, sudah .pasti terembetlah Kartasura
menjadi kian hangat buminya, kian terasa menyesaklah udara jang
merungkup bumi Mataram ..... membuat perasaan kurang tenang
dan bimbang.
Bersikap sangat waspadalah yang paling benar bagi anggota
pemerintah …... Untuk menjaga segala kemungkinan, dipanggil dan

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 75
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

diaktifkanlah pasukan-pasukan cadangan negara. Menjadi


bertambah ramailah keadaan di Ibukota karena tambahnya
penduduk baru, anggota laskar, Penjagaao kota lebih diperkuat dari
biasanya, Sampai ditempar- tempat yang dimasa damai tidak
diperhatikan dan tidak pula dijaga, kini selalu disambangi oleh
regu-regu berkeliling, dipimpin oleh punggawa berpangkat ngabehi
atau kliwon.
Dapat pula dibajangkan kesibukan para pembesar praja, lebih-
lebih mahapatih, raden adipati KUSUMABRATA ..... jang memikul
tanggung-jawab terbesar diantara para pembesar itu. Demikian pula
para pembantunya: LIMA-SERANGKAI, yang biasanya disebut-
Pancaniti-ialah:
Pembesar bagian Keamanan dan Ketenteraman.
Pembesar bagian Pembiajaan.
Pembesar urusan Kedalam dan Keluar.
Pembesar urusan Kebudajaan dan Agama.
Pembesar urusan Keluarga Kraton dan Kepegawaian.
Sebenamya orang yang paling tepat untuk menjabat Pembesar
bagian Keamanan dan Ketenteraman .... adalah pangeran PUGER,
tokoh terbesar di Kartasura, yang sangat disegani dan disukai orang
banyak dan para ksatria yang kebanyakan, dimulai kemampuannya
dalam kalangan para sakti- manraguna. Bukankah orang tahu,
bahwa pangeran Puger lah satu-satu putra Sunan Amangkurat
Tegal-Arum (Amangkurat I) yang berani bertahan mati-matian,
melindungi gengsi keluarganya, karena terpaksa leres dari KRETA
dulu? Sunan Tegal Arum lari beserta pengikut-pengikutnya,
termasuk pangeran dipati Anom (sekarang Amangkurat II). Dikejar-
kejar oleh. Trunajaya dan kawan-kawan ..... lari kepada Belanda
untuk mmta bantuannya kemudian Sri Sunan Amangkurat I. malah

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 76
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

wafat ditengah perjalanan lalu dimakamkan disuatu tempat yang


berbau harum. Pangeran dipati Anom yang kini menjadi raja,
bergelar Amangkurat II (Amral) setelah mendapat bantuan
Kompeni, lalu kembali me musuh1 Trunajaja. Sebelum itu adalah
Pangeran Puger seorang yang berani berdiri pada kaki sendiri
menghadapi keraman. Hampir pangeran itu berhasil menghalau
lawan ....... datanglah pangeran dipati Anom beserta laskar
Balandanya, melanjutkan pekerjaan Puger.
Musuh dapat dilenyapkan ... dipati Anom diangkat menjadi
Sunan Amangkurat II (Amral) ... dari perkataan ADMIRAAL =
perwira tinggi sebangsa LAKSAMANA.
“Jadi pantaslah apabila pangeran Puger diserahi pimpinan
keamanan dan keprajul'itan itu, tetapi justru karena keadaan dan
kemampuannya itulah ia tidak diangkat dalam jabatan yang
terlampau besar kekuasaannya. Pangeran yang gagah-perkasa itu
sekarang ini menjabat Penasehat-Agung dan Pantia-Niti tersebut.
Mungkin didalam peperangan yang sangat berbahaya ia baru boleh
diangkat menjadi senopati laskar Mataram. Pangeran itupun tahu
maksud siasat-licik orang terhadapnya, namun ia tidak berkecil-hati
karenanya. Sebagai adik jang berbakti kepada kakaknya. la
mencurahkan segala daya pengabdiannya. Seujung rambutpun tidak
ada niatnya yang bukan-bukan. Memang pada dasamya ia tidak
kemaruk akan akan kegemerlapan dunia yang toh tidak abadi ini, ia
lebih mengutamakan hal-hal yang bemilai keluhuran jiwa
keagungan, ambeg welas-asih-paramarta dan lain sebagainya …..
yang bermutu tinggi…...
Demikianlah sifat tokoh yang kini sedang k1ta centerakan itu
….. seorang tokoh masih setengah tua berawakan tegap kuat,
berwajh angker-segar, terhias kumis tipis terpelihar~. Wajah yang
berwibawa itu kini sedang diliputi awan hihatam, kaenna keadaan
negara dan keadaan Baginda yang terserang penyakit lumpuh pada

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 77
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

kaki kirinya, Baru saja pangeran itu datang dari keraton, menghadap
raja untuk merundngkan soal-soal kesulitan negara dikamar
Baginda, sekaligus untuk melihat keadaan geringnya.
Waktu itu sudah Jewat tengah malam .... malam seram tanpa
bulan, malam yang hanya diterangi oleh bintang-bintang melulu
…… Pangeran Puger nampak dari pintu samping, terus berjalan
lambat menuju kekebun bunga dibelakang dalem ka-Pugeran, yang
meliputi setemgah halaman bagian belakang Kebun bunga yang
cukup luas, itulah tempat kesayangan sang pangeran diwaktu
menanggung duka. Bau harum bunga-bungaan selalu membuat
tenang rasa hatinya, menjernihkan pikirannya. Biasanya ia lalu
terhibur sebagian dari rasa beratnya itu.
Terdengar guman lirihnya waktu sudah berada ditemgah kebun
tersebut: “Hmmm .... keadaan negara kian menjadi ruwed-kaka-
prabu entah dapat sembuh dari geringnya atau tidak-sudah lebih dari
satu bulan beliau tidak dapat menghadiri pasewakan, sedang
pangeran dipati-anom makin suka menuruti kehendak sendirr, yang
selalu kurang bijaksana. Aih-aih, Mararam …... apakah yang akan
terjadi atas dirimu diwakru dekat ini? Aku harus herusaha sekuat
renaga, mencari obat yang dapat menyembuhkan kaka prabu dari
lumpuh kaki kirinya ….. kemana aku hendak mencarinya itu.
Cukup hebatlah penderitaan dunia ini. Tambahan pula nasib buruk
anak ajeng Alit yang tinggal menunggu saat kematiannya saja
sayang seribu sayang mati dalam usia muda karena lebih suka mati
daripada menuruti kehendak kakaknya Dipati Anom yang
mengharuskan denajeng Alit bersuamikan salah satu dari dipati
manca-praja dengan dalih kepentingan negara……..
Hemm… benar-benar sulit hidup di dunia ini. bagaimanakah sikap
Purbaya nanti setelah mendengar dan mengerti keadaan yang
sebenamya… Iyaaa ……. Apa jadinya kemudian terserah padamu
ya Tuhan……tidak sesuatu akan terjadi diluar kehendakMu.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 78
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Tiba-tiba pangeran setemgah tua itu memasang telinga kearah


utara, Indera pendeuguranya yang tajam itu lapat lapat memangkap
bunyi derap kuda banyak memdekat lalu menyebar-berkumpul lagi,
lalu menyauh pergi entah kemana.
Dimasa yang gawat, hal semacam itu sering saja terjadi,
mungkin peronda berkuda gerak-cepat atau regu-regu pemghubung
berkuda, yang membawa perintah dari markas pusat ke penjaga
penjagaan, atau sebaliknya membawa 1aporan dari pos-pos
penjagaan maka kurang menjadi perhatian Puger lagi.
Namun in memjadi agak gugup karena kagetnya, melihat
berkelebatnya sesosok tubuh manusia meloncati pagar tembok
cepuri ka Pugeran, terjun didalam taman itu.
Menilai tinggi loncatan tubuh itu, dengan gaya keakhlian tiada
bercacad, cara terjunnya yang enteng sekali, tanpa mengeluarkan
suara sedikitpun...... pastilah tamu malam ini seorang yang
berkepandaian tinggi sekali. Pikir orang- setengah tua itu, “Apakah
kehendak orang ini, datang dirumah orang pada waktu malam pekat
semacam ini...... Kawan, atau lawankah dia itu ...... Mustahillah ia
seorang kawan, datang berkunjung dengan cara demikian, waktu
lewat tengah-malam.
Pastilah maksudnya kurang baik. Hmm, hingga manakah
kemampuan tamu tak diundang ini, berani gegabah memasuki
cepuri orang tanpa ijin!?”
Kedua lengan Puger yang sejak tadi bersilang dimuka dadanya,
tahu-tahu sudah dikibaska kemuka. Maka menderulah angin
pukulan sakti menerjang sang tamu malam. Biar kaget sekalipun,
karema baru saja kakinya menyentuh bumi angin pukulan hebat
sudah menyambar datang mengancam dada, tidaklah berakibat
suatu apa bagi putut PUNUNG, atau demmas Purbaya yang
sekarang ini. Gerak naluri reflek jurus Palwa ranu sudah berreaksi

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 79
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

otomatis, selalu mengimbangi kecepatan arah pukulan lawan dan


menindih kekuatannya, hanya dengan melenggakkan badannya
sedikit saja ...... punahlah pukulan lawan bagai ditelan angkasa-raya.
Senyum haru menghias wajah muda yang berkumis tebal itu,
karema segera tahulah putut Punung siapakah yang menyerangnya
...... ialah ayahnya sendiri. Sebenamya ingin sekali ia hendak
berlutut menyembah dan mencium lutut orang tua itu kanena rindu-
kasihnya ...... juga karena ingin sekali lekas mendengar kabar
keadaan kota yang sebenarrija, lebih-lebih tentang ia memberi
gambaran kepada sang ayah, apa yang telah dicapainya dalam
berpisahan kira-kira duapuluh bulan itu. Dibiarkan saja sang ayah
belum mengenalnya lagi.
Dan ...... anehnya, tiada terlintas dalam gagasan orang setengah
tua yang biasanya sangat cerdik ini, bahwasannya tamu malam yang
mampu dengan se-enaknya saja meloncat masuk kedalam halaman,
sebagai telah paham saja keadaan di situ .... pastilah seorang yang
tidak terlalu asing. Juga tak terpikirkan, menghubungkan orang
yang seolah-olah tahu seluk-beluk rumahnya, dengan puteranya
yang telah lama tidak berada didalam kota, Maka bersikap sungguh-
sunguhlah pangeran tua itu. Kakinya menggeser sedikit dalam
kuda-kuda jurus Gineng-jalasengara, jurus Naracabala ...... yang
segera pula dapat di-ubah memjadi kuda-kuda pukulan sakti
Guntur-geni, aji andalan ka-Pugeran. Gembong Kartasura itu
agaknya tahu benar, bahwa lawannya sekarang ini tangguh sekali,
melihat caranya memberi perlawanan sebagus tadi.
Tidak sembarang orang dapat memghadapi jurus Neraca bala
yang baru saja dilancarkan. Orang ini dapat memusnahkannya tanpa
memggeser kedudukan kakinya, itulah hebat.
Segera pula Puger menyerang gemcar sekali dengan jurus
Gineng-dialasengara, diselingi pukulan berondongan Neraca-bala,

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 80
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

yang cepat lagi dahsyat namun, semua pukulan sakti itu lenyap-
musnah tidak berbekas. Seperti masuk kedalam gaib bila hampir
menyentuh sasarannya.
Malahan ajian Guntur geni yang panas membara, ampuh luar
biasa itu, juga amblas tanpa guna terhadap lawan ini.
Gerakan-sakti apakah yang dipergunakan tamu malam ini.
Nampaknya ia hanya menggeraakan tangannya membuat lingkaran-
lingkaran besar-kecil, ..... lurus miring-condong-disebelah badannya
yang akan terkena pukulan saja, kemu udian punahlah segala
macam pukulan dibuatnya, Benar-benar pangeran Puger memjadi
kagum sekali mengalami kenyaraan ini, mau tidak mau ia menjadi
kuwatir .... lebih-lebih karena musuhnya hingga demikian jauh
belum hendak melancarkan pukulan pembalasan, Adakah sikapnya
itu berupa tantangan untuk mempergunakan pusaka Baiklah kalau
demikian. Baru pangeran itu meraba ukiran kerisnya, kjai
Gringsing, terdengarlah suara lawannya :
“Ayah, .... aku, Purbaya menyembahmu.” Berlututlah tokoh
muda itu didepan ayahnya, memdekap lutut orang serta dicimnnya
wanti-wanti
Haru dan kekaguman, meliputi hati pangeran Puger, maka
selintasan kilat ia tak sanggup berkata sepatah juapun.
Bagaimana ia tidak menjadi kagum dibuatnya, karena orang
dengan kemampuan tingkatannya saja tidak lagi mampu melihat
bagaimana Purbaya bergerak, hingga tahu-tahu orangnya sudah
memyelonong maju mendekap lutumya. Misalkan yang
menyelonong secepat kilat itu musuh yang hendak membuat celaka
orang, apakah jadinya dengan lawan orang itu?
Jang dapat dilakukan oleh pangeuan tua itu baru memgelus-elus
rambut putera kesyangannya, yag mengombak-ombak disekitar

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 81
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

pundak dan leher pemuda gagah tadi, serta mendekap-dekap


kepalanya. Setelah agak reda harunya, berkatalah Puger dengan
suara masih agak memggemtar : "Anak …… Purbaya ……kaulah
kiranya yang datang ini? Anak kau banyak berubah dari waktu
kepergianmu, hampir aku tidak memgemalmu lagi. Aih ... Purbaya,
badanmu menjadi padat-paseg, kuat demikian bagus bentuknya ..
sudah kau biarkan tumbuh lebat kumis dan jengotmu, pastilah itu
akibal dinginnya udara tempat yang kau diami. Ah, aku hanya dapat
bersyukur kehadirat Tuhan, dan berterima kasih kepada gurumu atas
jerih-payahnya meningkatkan kemampuanmu. Ternyata kau hebat
sekali sekarang ...Aih·aih, aku menjadi puas, sepuas-puasnya, nak.”
“Rama, anak menyampaikan salam dau bakti paman guru
kepadamu yah,”
“Terima kasih, nak ... Adik Cemara Tunggal agaknya baik-baik
saja. Belum lama ini dia bermalam beberapa hari disiini. Dan dari
gurumulah aku banyak sedikitnya mengetahui temtang keadaanmu
didekat puncak sana.” Berkata demikiau sambil mengacungkan
telunjuknya ke arah gunung Lawu.
“Ayah, bolehkah kini anak menanyakan keadaan ibukota yang
sebenamya?”
“Hmm ...... serba kurang menyenangkan, Purbaya. Renggang
dengan kompemi, karena sikap kurang tegas dari Kartasura pihak
Surapati juga tidak puas karenanya uwakmu baginda sedang
menderita sakti lumpuh kaki kiri, yang keadaannya kian
menyedihkan .. .. .. .. . dipati anom hanya suka memuruti kehemdak
semdiri saja, yang sering tidak bijaksana sama sekali, hinggn
banyak orang memgeluh karema tindakannya itu.
Kau sendiri akan langsung terkena siasat liciknya ...... Agaknya
pangeran dipati-anom sudah mencium baunya, bahwa telah ada
hubungan erat antara Alit dengan kau ... maka memdekat datang

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 82
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

siasat-kejinya, memaksa Alit harus diterimakan kekepada salah


seorang dipati mancapraja melewati kekuasaan uwakmu baginda.
Inilah yang sebenamya sangat kukuatirkan, Bagaimana tanggapan-
mu terhadap akal picik ini ...... lebih-lebih, karena anak Alit sudah
menjadi putus asa, tidak berani membantah perintah ayahnya, yang
terkena siasat putra sulungnya. Ketahuilah Purbaja, bahwa anak Alit
sudah menderita sakit demikian payah hingga dewa suralajapun tak
munzkin dapat menyembuhkannya lagi ... malah kini orang tinggal
menanti saat ajalnya anak manis itu . . .. .. Iya -aaa ...... apa mau
dibicarakan lagi, bila sudah harus demikianlah kejadiannya kuatkan
dan tabahkan hatimu, jangan kau berbuat yang tidak-tidak, yang
pasti hanya menambah keruwetan negara saja, Ingat anakku seorang
ksatria, hanya mengutamakan pengabdiannya terhadap rakyat dalam
keseluruhan negaranya, pengabdian kepada peri kemanusiaan dan
kepada bentuk-bentuk keluhuran yang lain bila perlu dengan
memyampingkan kehendak dan keiuginan pribadinya”
“Yaaah ..... haruskah kangmbok Alit dikorbankan, tanpa
pembalasan? Bila Alit berani membuang jiwanya karena cinta
kepada aku, masakan aku tidak berani berbuat yang sepadan dengan
pengorbanannya itu!”
“Nah ...... nah, itulah nak yang aku takut-takutkan. Jangan salah
talsir nak, aku tidak menakutkan kematianmu, lalu kematian kita
bersama ... melainkan menyayangkan negara jang temgah
menghadapi keruwetan ini. Coba pikirlah, bila terjadi sengketa
keluarga dalam negara, pastilah musuh negara jang lain mendapat
keuntungan yang tidak temilai harganya ..... Mereka tinggal duduk
bertepuk tangan bergenderang lutut, menggosok disini menggosok
disana, achimya usanglah yang digosok-gosok itu ...... dan dengan
mudah saja akan putus diiinjak orang.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 83
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Itulah belum yang paling cilaka coba, apakah yang akan


dialami oleh orang-orang dalam negara kita? Peperangan selalu
membawa korban banyak, siapakah yang akan terbunuh berserakan
itu ...... ? Pasti bukan tokoh-okoh utama ...... kalau toh ada hanya
satu-dua, dapat dihitung dengan jari saja ...... Tak urung yang
dikorbankan adalah orang-orang kebanyakan, rakyat negara.. ....
maka, bila masih dapat dicegah semgketa demikian itu harus
dijauhkan dari alam pikiran kita?”
“Ayah, bagaimanakah keadaan Alit yang pasti itu? Tidakkah
kiranya aku diijinkan melihat kangmbok sekali lagi saja ......
Bukankah aku ini saudara sepupunya?!”
“Tidak mungkin mbokayumu itu dapat ditolong lagi. Sulitlah
kiranya kau hendak. melihatnya sekali lagi itu karena keradenayon
kini dijaga orang banyak, istimewa tempat Alit beserta bibinya.
Itulah kehendak dipati-Anom sedang para pemjaga diharuskan
melaporkan siapa saja yang mengunjungi sisakit.
Aku, menjadi pamannya saja ditolak ...... masakan kau yang dimata-
matai dapat menerobos penjagaan mereka, tanpa mempergunakan
kekerasan.
Pendeknya habislah hubunganmu dengan putri itu karena dihalang
halangi kakaknya.”
Sekali lagi denmas Purbaya bertanya kepada ayahnya dengan
suara tandas sekali dirasa. “Yah, harus matikah kangmbok Alit itu?”
“Hmmm ...... Purbaya, penyakit Yayumu sudah kelewat parah,
itulah yang disebut orang „kemlurusen‟ atau rusak demi sedikit.
yang rusak lebih dahulu itu hatinya, maka kacaulah semua tata-kerja
keseluruhan bagian dalamnya, hanya karena hati tidak lagi beres
kerjanya. Sudah lama ia tidak dapat makan apa-apa dan segala yang
masuk perut demgan dipaksakan, pasti dimuntahkan lagi. Oleh

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 84
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

karema itu habislah badan serta kekuatannya. Sudah barang tentu ia


tidak akan tahan hidup lama lagi ...... Purbaya, kau harus
menguatkan hatimu sendiri. jangan kau turuti bisikan setan dalam
segala macam bentuknya. Tabahlah menghadapi tantangan dunia
ini, berbuatlah yang lajak sebagai laki-laki sejati, yang berpedoman
kepada TUHAN yang Maha Kuasa dan Maha Agung. Jangan
sekali-kali kau berani merusak hidupmu sendriri, karena ituluh
pemberian Tuhan. Bila harus rusak, biarlah karena kehendakNYA.
Bagian manusia ini, adalah hanya membaktikan segala-galanya
kepada Tuhan seru-sekalian alam beserta mahluknya ..... Kau
mengerti, bukan ...... Purbaya?”
“Hanya sedikit, Yah, Ingin anak mengetahui dimanakah ada
keadilan itu.” katanya dengan muka muram.
“Didunia ini sulitlah dicari keadilan yang mutlak ...... karena
yang dirasakan adil bagi seseorang, belum tentu dianggap adil oleh
orang lain. Itulah karema manusia sok suka mengetrapkan segala-
galanya terhadap perasaannya sendiri. Yang dirasakan
menyenangkan dan menguntungkan itulah adil baginya ...... dan
yang tidak menyemangkan untuknya, dikatakan tidak adil. ltulah
yang sering kita Iihat didunia ini, maka dimanakah keadilan itu
harus dicarinya, kecuali kepada Tuhan Yang Maha ADIL.”
Baru sampai disitu pembicaraan ayah dan anak tadi, tiba-tiba
terdengar bunyi genta dipukul satu ... satu satu, dengan nada tunggal
yang sangat menyedihkan sekali dari arah keraton, Itulah pertanda
ibukota, bahwa ada keluarga agung jang -berpulang-Suara genta itu
segera ditimpali dan di-iring! oleh segala macam tetabuhan yang
ada dalam kota Kartasura maka menggemalah lagu memilukan
diaugkasa. Seluruh isi kota segera ikut berkabung, biarpun belum
jelas siapakah keluarga keraton yang meminggal itu.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 85
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sudah barang tentu ramai dengan mendadak ibukota yang


tengah tertidur-lelap itu karenanya.
Siapakah mau ketinggalan untuk mengetahui, siapakah dari
keluarga keraton yang meninggal itu. Maka orang t idak usah
menunggu lama ..... regu-regu penjagaan penghubung pos-pos
penjagaan membawa kabar-duka dari kedaion .... yang meninggal
adalah putri raja, yang disebut putri ratu ALlT ..... sebab menderita
gering sudah lama, hampir tujuh bulan.
Kabar itu pulalah yang sampai kepada kedua orang laki-laki
didalam taman ka Pugeran tadi. Waktu kabar itu diumumkan
dijalan-jalan ...... tak ampun lagi jatuh tersungkurlah demmas
Purbaya menerimanya. Sampai dipuncak penderltaan jiwanyalah
kabar kematian ratu ALIT itu baginya.
Maka guguplah sang ayah, berusaha menyadarkan puteranya,
baru kira-kira setengah jam komudian, setelah digosok dipijit-pijit
uluhatinya, pemuda itu menjadi sadar lagi. Bercucuranlah
air·matanya setelah ingat segalanya. Demikian pula pangeran
setengah tua itu terpaksa meruntubkan air matanya karena sedih
melihat putra yang masih semuda ini, sudah menerima pukulan
batin sebesar itu….. sulit untuk dihibur.
“Yah, ….. sejak hari ini, aku hanya memakai julukanku saja
PUTUT PUNUNG, maka berikanlah namaku Purbaya kepada
adikku. Relakan anakmu mengabdi kepada rakjat negara pada
umumnya. Bosanlah aku hidup sebagai bangsawan itu.” Setelah
menyembah, melesatlah Punung bagai kilat lenyap dari depan
ayahnya.

****

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 86
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

BAGIAN VII

Denajeng ratu Alit, adalah keluarga keraton, tingkat puteri raja.


Maka jenazahnya harus dikebumlkan dimakam agung, di Imagiri,
yang letaknya tidak terlalu jauh dari ibu kota Mataram lama
(Jogjakarta ). lbu-kota itu kini telah lama dipindah kearah Timur,
kira-kira 60 km .....
Kartasura, sejak penobatan sunan Amangkurat II, yang juga sering
dijuluki sunan Mangkurat AMRAL.
Maka jarak itu pulalah yang harus dirempuh orang membawa
jenazah ajeng Alit. Sebagian besar jarak itu masih berwujud hutan
belukar terseling dengan adanya desa dan dukuh-dukuh lengnng
yang masih berjauhan satu dengan yang lain. Bila sudah ada jalan-
darurat, ....
Yang mudah ditempuh dengan kereta atau semacam pedati-
angkutan, tidak pula berarti jauhnya. Halangan terbesar adalah
sungai dan kali yang cukup lebar, karema orang terpaksa
menyeberanginya. Jembatan yang lebar dan cukup kuat, belumlah
ada waktu itu. Dapat dibayangkan betapa sulitnya perjalanan iring-
iringan-duka itu. Karena sifatnya dan keburukan jalannya, tidak
mungkin lancar majunya, hingga terpaksa harus bermalam ditemgah
perjalanan.
Kecuali itu, bepergian jarak-jauh….. orang terpaksa harus
memperhitungkan pringga-baya perjalanan, lebih-lebih bagi iring-
iringan, yang selalu jadi incar-incaran para durjana. Bila mereka
cukup merasa kuat, pastilah mereka mencoba untungnya, Dasar
orang-orang tidak tahu malu bila kalah dalam mengadu nasib …..
paling-paling hanya angkat langkah seribu, apakah ruginya?. yang
lebih berbahaya, itu, kalau bertemu dengan musuh pribadi, yang
sengaja menghadang dijalan.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 87
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Oleh karenanya, rombongan jenazah ratu Alit, dikawal oleh


satuan laskar bersenjata lengkap, dipimpin oleh seorang laskar
dipati yang tergolong tokoh utama ibukota malah kepercajaan raja,
ialah tumenggung WIRJAPRAJA, dibantu oleh kliwon
PRAJATARUNA dan dua orang panewu Harjadikara dan
Jajaleksana. Banyak prajurir pengawal itu kira-kira seratus lima
puluh orang .. .. . . bersenjata tombak dan pedang, yang diberi ciri
duka berupa bebat putih, Karena masih belum baiknya jalan yang
harus ditempuh itu, maka kemajuan iring-iringan tersebut terpaksa
harus lambat-lambat pula, dengan irama jalan kaki orang menarik
kereta layon menempuh jalan pegunungan. Itupun ada baiknya,
karena banyak keluarga kraton keputrian yang mengiringkan sampai
dimakam nanti. Diantaranya ada yang menunggang kuda tetapi
yang kebanyakan berjalan kaki ...... bersama-sama dengan para
emban dan inya, dayang dan biti-biti perwara yang bekerja pada
putri itu serta bibinya.
Hari yang pertama ini mereka terpaksa berkemah didekat candi
Prambanan, karena sudah lewat waktu Azar. Segera mereka
mendirikan kemah darurat, untuk beristirahat. Ditengah-tengah
perkemahan yang mereka dirikan, dibuat kemah terbuka beratap
persegi, untuk menempatkan kereta jenazah.
Pemempatan prajurit dalam perkemahan itu, dibagi atas tiga
bagian. Lima puluh orang ditempatkan dibelakang kemah jenazah
..... lima puluh disamping kanan dan yang lima puluh lagi
disamping kiri. Kemah para pemimpin dibuat dimuka kemah yang
dilindungi itu. Maka kini selesailah mereka mengatur penjagaannya.
Ki Tumenggung WIRJAPRAJA menitahkan beristirahat sambil
menikmati perbekalan mereka dari kota ...... sebelum rangsum dari
pemerintah selesai diselenggarakan.
Itulah waktu yang diharap-harapkan oleh orang banyak,
melepas lelah dan menangsal perut yang sudah lapar sekali.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 88
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Tetapi benar-benar sial rombongan-duka ini kiranya...... Baru


terlengah seejenak saja, tengah menikmati bawaannya dari
Kartasura, datanglah gangguan yang merusak ketentraman mereka.
Mungkin sekali hal yang semacam itu termasuk siasat musuh, yang
tepat sekali, datang waktu orang sedang tidak memikirkan bahaya
sama sekali, tahu-tahu sudah datang dari gelap sangat mengejutkan
hati.
Tiga orang bertubuh kuat lagi tegap, berpakaian serba hitam
nila, sudah berdiri didepan teratag ki dipati Wirjapraja. Berkatalah
pemimpinnya dengan lagak sombong sekali :
“Hei …… siapakah pemimpin rombongan ini, hayo keluar
menemui aku!”
Serentak berdirilah keempat orang bertanggung jawab iring-
iringan, untuk menghadapi segala kemungkinan. Majulah dipati
Wirja sambil menebak-nebak dalam hati rentang asal-usul ketiga
orang didepannya …… karena tidak mungkin mereka itu berani
datang sendirian, pasti membawa kekuatan yang cukup untuk
menghadapi laskar bawaannya sendiri, lalu menyawab:
“Akulah …... penanggung jawab iring-iringan duka ini.”
“Ha ....!” kata pemimpin itu pula dengan mengangkat bibir
atasnya mengejek: “Ha, jadi kaulah yang dikatakan orang dipati
Wirjapraja, bupati mandung yang sakti itu. Konon Mangkurat
Amral, pengecut dan begundal Belanda itu sangat percaya
kepadamu hah ….. Aku kira besarmu sama dengan gajah, hingga
digolongkan orang istimewa di Kartasura, ha-ha-haaaak .... tidak
tahunya hanya sebegini saja macam orangnya- ha-ha-ha-aak..”

(Bersambung jilid 2)

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 89
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

GEMBONG KARTASURA

JILID 2

BAGIAN I

SEBENARNYA dipati Wiryapraja sangat terkejut mendengar


perkataan orang itu, pastilah orang ini mempunyai mata-rnata
dldalam kota, hingga nampaknya ia tahu banyak keadaan disana.
Tetapi sekaligus ia menjadi marah, karena orang itu terlalu lancang
dalam ucap-ucapannya. Berkatalah ki-dipati dengan maju setindak
lagi: “Siapakah kamu ini tuan Baru kita bertemu sekali ini, sudah
berani mengumbar suara yang tidak pantas didengar orang. Adakah
permusuhan diantara kita ...... bilanglah, supaya jelas!”
“Waduh-waduh lagaknya orang kota ini …….. tidak ·suka
mengalah dalam berebut bicara. Ha-ha, kau mau tahu siapa aku
dengan teman-temanku ini! ..... mungkin persoalannya juga
ditanyakan, bukan?. Baik-baik, akan aku jelaskan dengarlah, Aku
ini bernama Wiradiwangsa, dari gunung Sewu, temanku yang depan
itu bernama Wiradrana ...... satunya lagi bernama Marutala, kedua
orang itu dahulu perompak laut, pengikut Montemerano dan Daeng
Galesung, pemban tu perjuangan keraman Trunajaja. Dapatkah
karnu menghubungkan dendam kita terhadap Mangkurat Amral itu!
Nah …….. tahulah kau sekarang, bahwa pekerjaanku sekarang ini
mengacau kerajaan orang yang kami benci tujuh turunan
Amangkurat II, si pengecut.!”
“Celaka ..!” pikir dipati Wiryapraja. “Sama sekali tidak
kuperhitungkan brandal gunung Sewu ini. Hmm, lengah benar
pemerintah Kartasura terhadap orang-orang macam Wirawangsa itu.
Sudah lama mengetahui adanya pergerakan brandal di gunumg

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 90
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sewu, mengapa diantap saja, malah dianggap sepi lagi …… inilah


jadinya. Pastilah sergapan Wirawangsa ini lebih berbahaya dari
gangguan sambang jalan biasa. Tetapi apa hendak dikata musuh
tidak dicari, sudah datang didepan mata, pantang ditolak. Maka
jawab ki dipati.
“O, begitulah kiranya, dan kaulah kiranya pemimpin brandal
Gunung-Sewu, jelaslah kiranya persoalan kita ini, tetapi sekarang
ini kau melihat sendiri, aku sedang mengawal iring-iringan-duka,
membawa mayit. Masakan kamu juga tidak tahu akan waril, atau
kutukan sesama hidup kepada yang berani merusak dan
menyusahkan iring-iringan jenazah, Maka dapatkah kamu
mempertangguhkan sergapanmu ini, hingga selesai tugas suci yang
aku pikul sekarang, mengubur jenazah putri raja?”
“Heh-heh-heh pandai juga kau menggoyang lidah mas
menggung, hendak mengulur waktu mendatangkan bala bantuan
dengan diam-diam, o-ho-hooo Hanya orang segoblok kerbau busuk
sepertimu saja dapat kau kelabui mata dan pikirannya dengan segala
macam waril dan tabu segala, heheh-heh ...... Kapan aku nanii dapat
kesempatan sebaik sekarang ini, untuk sekali-sekali dapat membalas
menggebug keparat Sunan yang sangat terhormat itu, bah?”
“Wirawangsa …… kalau kau masih mempunyai hati perwira
sedikit, aku akan bersumpah untuk menghadapi kamu berserta
rombonganmu tanpa minta bala-bantuan. Hanya aku minta
dipertangguhkan sampai aku selesai menunaikan tugasku ini,
sergaplah kami dalam perjalanan pulang kami!”
“Ha· ha-haak …… enak benar bicaramu tuan,
sekurang-kurangnya kamu sudah tahu bakal bertempur dijalan
pulang, hingga kamu dapat bersiap siap, mana lucunya dalam hal
semacam itu? Pendeknya hadapilah kami sekarang juga …. Atau
kita atur demikian saja. Jenazah boleh kau tanam sekarang dan

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 91
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

disini, toh sama saja masuk kedalam tanah suci. Kemudian


wakililah gustimu itu bertahan terhadap sergapan brandal
Wirawangsa dengan teman-temannya dari Gunung Sewu. Eh.. eh ....
dipati Wirapraja, jangan kau mimpi dapat melanjutkan perjalanan
lagi, lihat itu barisan orang-orangku, tidak kurang dari dua-ratus
orang bersenjata lengkap, yang pasti tidak dibawah persenjataan
laskarmu. Segera mereka akan menyerang bila mendengar aba-
abaku,!”
“Bagus ...!” kata dipati Wiryapraja yang sudah habis sabar ….
Terangnya aku berhadapan dengan orang-orang tanpa hati-nuran,
pula agaknya sudah direncanakan hendak menghina dan
merendahkan Baginda sejadi-jadi …. Hai, brandal hina-dina jangan
lancang mulut keterlaluan, …... kau kira takut matikah para prajurit
Kartasura dibawah pimpmanku ini?, Hanya kalau kepala dipati
Wiryapraja sudah menggelindmg ditanah saja, kalian boleh banyak
bertingkah dibumi Mataram ini.!”
“Bagus-bagus tumenggung, kiranya kau .. adalah pemberani
juga. Baiklah, kita ini adalah kunci-kunci menang-kalah rombongan
masing-masing. Mari-mari ...... sambutlah seranganku ini, mewakili
rombonganku!”
Dengan berkata demikian menyeranglah kepala brandal itu
deugan kedua belah tangannya. Tangan kanan menghantam kepala,
tangan kiri menyambar dada lawan dengan jambakan
membinasakan .. Angin yang mendahului serangannya berkesiur
tajam, hingga dapastikan bahwa pukulannya mengandung tenaga
sakti yang berat,
Kidipati Wirya cepat menggeser kesampmg sambil
membungkukkan badannya sedikit, meluputkan kepalanya dari
jotosan, sedang tangan kirinya menangkis jambakan orang ... dugg
…. Terdengar suara lengan heradu, keras lawan keras. Kedua orang

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 92
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

itu meloncat dua langkah kebelakang, untuk membetulkan


kedudukan kaki masing masing, karena sama-sama tergempur kuda-
kuda mereka. Kini tahulah mereka akan kekuatan lawan melalui adu
tenaga tadi.
Segera tahulah ki dipati bahwa kekuatanya. kalah seurat dari
musuh maka dia harus mempertinggi kelincahan dan kegesitan
untuk mengimbangi lawan kuat ini. Sebaliknya, ki Wirawangsa ....
dia menjadi lega sekali dalam hati karena musuh yang dikabarkan
sangat sakti itu, ternyata tidak perlu dikuatirkan lagi .... rasa-rasanya
sangguplah ia merobohkan orang Kartasura ini.
Maka tanpa memberi kesempatan kepada lawan, ia terus
mendesak dengau serangan-serangan, dengan serangan-serangan
yang makin seram dan deras,. mengajak adu tenaga selalu. Tetapi
dipati Wiryapraja memang prajurit pilihan lagi sudah kenyang
pertempuran …. biarpun terdesak hebat, tidaklah mudah
merobohkannya. Malah masih berbahaya sekali serangan-serangan
pembalasannya, biarpun hanya sekali-sekali saja Puluhan jurus-
jurus hebat dan cepat telah lewat, dipergunakannya untuk
menyerang dan bertahan.
Hanya bila terpaksa bertangkisan, nampak selalu kerugianlah ki
dipati Wiryaptaja, karena selalu mental surut heberapa tindak
dengan agak menyeringai kesakitan. Memang ia kalah tenaga, maka
akhirnya ia menjadi kuwatir untuk melanjutkan bertempur dengan
tangan kosong. Hendak ia mempergunakan senjata ampuh ...... baru
tangannya meraba keris pusakanya, tibalah jotosan keras musuhaja,
bersarang kepada bahu · kanannya ..... dugg ...... “Hayaaaa”
terdengar sesambat dipati itu, sedang orangnya mental kesamping
lalu jatuh miring memegang bahu-kanannya sambil meringis
kesakitan.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 93
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sekalipun tumenggung itu berilmu kebal, tetapi jotosan


Wirawangsa bukanlah jotosan biasa... tulang bahu ki dipati masih
utuh, namun lengan tidak dapat digerakkan entah untuk berapa
lama.
Ha-ha-ha-haak hanya sebegini saja jago kota yang disohorkan
sakti itu, ha-ha-ha-ha..ebbb ........ mendadak terdiamlah ketawa
seram pemimpin berandal itu,
Semua orang yang ada disitu memandangnya dengan keheran-
heranan, Dari mana datangnya tulang-tulang cakar ayam tiga
potong, menelusup kedalam mulutnya, hingga orangnya menjadi
kelabakan, seperti polong kena sembur ... Baru setelah pecicilan
setengah mati, dengan tangan serabutan mengenyahkan tulang-
tulang cakar yang memenuhi mulutnya dapatlah isi mulutnya
dimuntahkan sernua. Tetapi berikut isi perut terkuras habis ...
dimuntahkan semua.
Walaupun orang menjadi geli setengah mati melihat kepala
berandal tersumbat mulutnya itu tidak seorangpun berani ketawa,
yang terlanjur dibalik jadi batuk keras mendadak, jang pasti saja
terdengar kurang wajar. Habis muntah-muntah itu.
Wirawangsa segera menarik pedang panjangnya. memaki-rnaki
kotor menjerit-jerit tetapi tidak berani membuka mulutnya lebar-
lebar lagi. “Babi buduk, anjing liar dari mana berani
mempermainkan Wirawangsa. Hayo, unjukkan cucurmu bila bukan
pengecut!”
Dengan mata melotot membara-merah, ia memandang kesegala
arah, menantikan reaksi tantangarmja. Siapakah berani menandingi
pemimpin brandal yang sudah nyata sekali amat kuat itu sedang
kalap saking marahnya. Lagi pula ia memegang pedangnya
berkeredapan disinar obor perkemahan. Sekali lagi ia berseru
menantang. “Mana tampang busuk orang yang sudah berani berbuat

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 94
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

tetapi tiadak berani bertaaggung jawab. Mungkinkah ini perbuatan


roh mayat yang dipersemaikan dikemah tengah itu ...... Baiklah
supaya putri itu menjadi lebih murka lagi, akan kurusak sama sekali
jenazahnya .......!”
Itulah siasat keji Wirawangsa, untuk memaksa orang keluar
kedalam gelanggang pertempuran. Lalu ia maju selangkah hendak
mendekati kemah jenazah muncullah sesosok tubuh orang
berperawakan tinggi besar, entah dari mana sangkan-parannya.
Tahu-tahu ia sudah menyelonong maju, menempatkan dirinya di
tengah-tengah mereka, membelakangi kemah majat. Pastilah orang
ini masih muda, menilik badannya yang padat-pepat, otot-otonya
yang paseg serasi penuh gaya hebat lagi ulet. Sayang pakaiannya
acak-acakkan, dibeberapa bagian, kecuali celana hitamnya yang
masih cukup kuat. Rambut gondrong bergulung-gulung
dipundaknya, hanya diikat dengan ikat kepala terlipat saja. Kumis
dan jenggot nya nampak bagus sekali, membuat mukanya menjadi
angker sebada. Apabila kumis serta jenggot itu dicukur tandas,
pastilah wajah pemuda ini sangat ganteng menarik.
Pemuda itu berjalan secara ogah ogahan, seenaknya sendiri,
hanya memperhatikan dua potong, tulang cakar ayam yang berada
ditangan kirinya. Nampaknya ia tidak menghiraukan keadaan
sekitarnya menggumam dengan nada menyayangkan sesuatu yang
hilang “Heeii ...... sayang- sayang tadi ada lima batang sekarang
hanya tinggai dua saja ...... yang tiga untuk menyumbat mulut setan,
berwajah anjing.”
Semua yang hadir disitu mendengar gumam yang cukup keras
itu. Maka tahulah mereka siapa yang membuat lelucon ini. Siapakah
gerangan pendatang ini. Agaknya ia, adalah pembela pihak iring-
iringan-duka. Tetapi tak seorangpun kenal akan pemuda berbadan
tegap ini. Demikian pula bagi kepala bradalnya, pemuda itu belum
dikenal .... tetapi baginya sekarang sudah teranglah orang yang

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 95
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

berbuat tidak senonoh terhadapnya. Tanpa ampun lagi


mendesinglah pedang wirawangsa menyambar tenggorokan pemuda
ugal-ugalan tersebut …… ciung…ciuunng ……
Hampir orang yang melihat gerakan Wirawangsa menyabetkan
pedangnya keleher orang itu hendak menjerit menginsyafkan yang
diserang, karena masih saja mengagumi tulang cakar ayamnya tadi.
Pasti putuslah leher pemuda itu dengan sekali babat saja …. tetapi
nyatanya Wirawangsa kehilangan musuhnya …. pedangnya
menyambar angin.
Nampaknya pemuda itu hanya kebetulan membungkuk sedikit,
tahu-tahu sudah berada dibelakang yang menyerangnya …..
malahan masih saja ia cengar-cengir membanding-bandingkan
Cakar ayamnya, seolah-olah urusan jagad ini tak ada jang lebih
penting dari ceriteranya tentang lima batang cakar ayam sisa paha
panggang yang sudah ludea dagingnya.
Terdengar ia melanjutkan omonpnnya tanpa lawan bicara,
“Waaah, sudah tidak berguna lagi, karena sudah tidak leagkap, Nah,
biarlah dimakan serigala-serigala dari Gunung Sewu saja, tidak
kepalang tanggung.”
Secepat kilat Wirawangsa membalikkan arah serangannya.
Sekali lagi pedangnya mendesing' seram, menyambar orang
dibelakangnya sambil memutar badan seratus-delapan puluh derajat.
Sekali lagi orang yang melihat menjadi terrjengang akan keajaiban
yang terjadi didepan mata sendiri. Pemuda itu tiba-tiba nampak
memutar badannya juga, bahkan lebih cepat dari penyerangnya …...
kedua tangan berserta cakar ayamnya, bergerak bersamaan.
Terlihat tangan kiri pemuda itu menyinggung lambung kanan
Wirawangsa yang terbuka sama sekali karena tengah mengangkat
pedang …. sedang tangan kanan pemuda awut-awutan tadi
mencengkeram tangan kiri lawan. Kini terjadilah peritiwa sangat

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 96
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

mustahil itu …… Tangan memegang pedang pemimpin brandal itu,


tidak lagi mau diturunkan, lengannya tetap melonyor condong
keatas, tangan masih menggenggam pedang erat-erat, Tangan
kirinya yang hendak meneljambak lambung musuh, kini
mencengkeram tulang cakar kuat-kuat, karena kelima djarinya sulit
dikembangkan kembali. yang mengerikan sekaligus menggelikan
itu lelucon atas diri kepala brandal Wirawangsa. Ia tidak dapat
mencegah berjalannya sendiri …… jalannya yang tidak wajar,
karena ... mengangkat kaki-kanan tinggi-tinggi dan menempatkan
kakinya agak serong kekanan juga …. Terus berjalanlah ia, tanpa
dapat dicegah sendiri, jalan “bering" (arahnya serong), tak dapat
diluruskan menurut kehendaknya.
“Bagus-bagus..!” kata pemuda aneh itu. “Jalan bering terus
selama enam jam dulu, ya! .... baru boleh beristirahat. Itulah
hukuman mulut lancang terhadap Baginda raja!”
Kini majulah dua teman brandal pengikut Wangsa itu ….
Dengan suara bengis bertanyalah Marutala. “Siapakah kamu,
yang nampak seperti orang gila ini? Apakah hubunganmu dengan
orang Kartasura, maka kamu membantunya, kunyuk!”
“Pastilah aku penghuni kota pula, biarpun pakaianku tidak
terlalu mewah . . . tidakkah itu cukup ada hubungan mesra antara
aku dengan penghuni kota keseluruhannya? Mana aku boleh
membiarkan orang membuka mulut keterlaluan terhadap sesarnaku,
lebih-lebih terhadap baginda.”
“Orang sinting .... siapakah namarnu?, berani mencampuri
urusan karai ini!”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 97
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Nampaknya ia tidak enghiraukan keadaan sekitarnya menggumam


dengan nada menyayangkan sesuatu yang hilang. “Heei sekarang
hanya tinggal dua saja……..”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 98
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Namaku sebenarnya tidak ada gunanya disebut, tetapi kalau toh


kalian ingin mengetahuinya, aku Putut Punung, urusanku adalah
mengabdi kepada keadilan dan kebenaran umum. Nah ... , kau mau
apa, Marutala? Bukankah itu namamu waktu diperkenalkan
lurahmu tadi, dan yang satunya itu Wiradana .... ?”
“Hai .. .. .. baik juga ingatanmu Punung, jadi sebenarnya kau
bukanlah pemuda datnyeng (sinting), tetapi kau tahu apa tentang ke-
adilan dan kebenaran yang kau ucapkan tadi?”
“Sekurang-kurangnya sama dengan pengertian orang kebanyakan,
misalnya hal orang yang sengaja hendak merusak jenazah, pastilah
itu tindakan iblis yang terkutuk, bukan?”
“Tetapi kamu merugikan pihak, kami terpaksa kami menghajarmu,
hayo hadapilah kerojokan kami berdua, untuk membalas sakit hati
kjai lurah.”
“Masihkah kamu bertanya-tanya, tidakkah karnu sudah lama
berhadapan dengan saya. Mulailah saja dengan pembalasanmu itu,
habis perkara. Hanya saja aku berpesan, jangan sekali-kali berani
mencoba menghalangi perjalanan pemimpinmu itu, supaya sernbuh
kernbali tanpa celaka sererusnya, karena bila ada yang mencoba
menyembuhkan celakalah dia, pasti otot penggerak lengannya akan
putus, lengan menjadi lumpuh selama-lamanya, dibiarkan ia
berjalan bering selama enam jam, pastilah ia sembuh sendiri .... nah,
silahkan sekarang bergerak.”
Kedua orang itu menerjang ganas, menggunakan senjata golok-
golok besar. Cepat sekali kedua golok itu menyarnbar, karena
digerakkan oleh tangan ahli yang kuat pula, Hanya orang belum
tahu bahwa yang terancam golok maut itu, adalah Putut Punung,
nenek-mojang segala kecepatan gerak manusia. Maka setelah golok
hampir tiba menyentuh tubuhnya, berhentilah samberannya, karena

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 99
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

pergeiangan tangan pemegangnya lebih dulu tercengkeram oleh


Punung.
Dasar suka berbuat ugal-ugalan ... kedua penyerangnya diajak lari
bersama kira-kira sepuluh tindak lalu satu demi satu diayun arah
kelangsungan gerakannya maju tadi.
Keruan saja mereka melesat seperti terbang mengarungi angkasa,
jatuh bergelimpangan dimuka rombongan mereka sendiri .... tak
sadarkan diri lagi.
Biarpun kelompok besar, tetapi telah kehilangan pimpinan, yang
satu djalan bering terus menerus-menerus, entah sudah sampai
dimana sekarang, sedang kedua wakilnya semua pingsan mungkin
terluka parah ..... maka bagi rombongan itu yang paling benar
adalah menjauhkan diri dari bahaya terjangan musuh. Dengan
mengangkut kedua wakil-pemimpin jang terluka tadi, mundurlah
para brandal Gunung Sewu, menghilang dimalam gelap, menuju
kesarangnya kembali.

****

BAGIAN II

Munculnya Putut Punnng, seoagai penolong iring-iringan duka


pada waktu yang genting sekali, tidaklah secara tiba-tiba saja.
Kejadian itu karena denmas Purbaya yang sudah bosan sekali
menjadi dan hidup dalam lingkungan para bangsawan, lagi salalu
mendapat kecewa dari golongan itu, bertekag meninggalkan
lingkunganya, hendak hidup secara orang kebanyakan, Setelah
minta izin dari ayahnya, serta mewariskan nama-besarnya

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 100
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

PUJRBAYA, kepada adiknya denrnas Sasangka ... , .


menghilanglah ia dari depan ayahnya hanya dalam beberapa
loncatan saja.
Narnun ia belum hendak pergi jauh dari kota. Sebenarnya ia
ingin sekali melihat layon ratu Alit, kekasihnya itu, tetapi takutlah
berlaku nekad masuk ke keraden-ayon dalam keraton, karena mau
tidak mau ia harus memperegnakan kekerasan untuk dapat
menerobos masuk itu, hingga akan menimbulkan kegegeran saja.
Terpaksa ia harus menahan sabar, menanti iring-iringan layon ratu
Alit dibawa ke Imagiri.
Tidak melihat jenazabnya, yang juga pasti sudah rusak dalam
peti-mari, pun jadilah, asal dapat ikur serta dalam penguburan
mayatnya, sebagai penghormarannya kepada sang kekasih, Juna
tidak tegalah rasa harinya un tuk membuka peri-layon. yang sud ah
tertutup rapat bura hingga tidak memarnyar keluar bau busuk
mayat. rusak, yang akan memuakkan orang kebanyakan saja.
Purbaya, yang sudah berubah menjadi Putut Punung, si-jernbel
rakyat biasa itu, menantikan iringan-duka di perbatasan kota
Kartasura, karena ia tahu benar tabiat para pembesar yang ikut
menghormat layon, hanya sejauh perbatasan saja. Itupun hanya
demi mengunjuk muka saja, guna membebaskan diri dari
pertanyaan pembesarnya yang sok suka bertanya-tanya pula.
Jang melanjutkan perjalanan dengan segala suka-dukanya, kini
tinggal para petugas khusus beserta para waris terdekat dari yang
meninggal. Leluasalah Putut Punung ikut serta melenggang
dibelakang, dengan hati pilu-rnerindu, sebagai disajat sernbilu.
Dengan dernikianlah ia mernuaskan dukanya yang berlebih-lebihan
itu.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 101
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Dan akhirnya ia dapat menyumbangkan tenaganya guna


keselamatan romboogan tersebut, hingga terhiburlah hatinya yang
penuh duka itu,
Malam itu, Putut Pununglah yang menjadi perhatian semua
orang pengiring layon. Biarpun ia berpakaian agak kurang pantas
dalam lingkungan para pernbesar, tetapi tak seorangpun berani
meremehkannya, atau memandang dengan mata serong kepadanya:
demi jasanya yang sangat besar terhadap rombongan mereka.
Malahan dipati Wirjapraja juga disembuhkan dari terluka pukulan
sakti pemimpin brandal itu. Selelah beberapa kali dipije:t-pijet dan
diusap-usap oleh pemuda awut-awutan tadi, lenyaplah bengkak-
bengkak-bengkaknya berikut rasa sakitnya. Keruan pula kidipati
menjadi sangat kagum dan suka kepada orangnya.
Katanya dengan menepuk·nepuk pundak padat pemuda sakti
itui, “Hei ...... saudara Punung, tadi kau mengaku pemuda dari kota
dimanakah rumahmu sebenarnya anak siapakah?”
“Aku anak seorang garnet (tukang kuda) ndara menggung ……
Nama ayahku ki Gerpu, berumah dikampung Minggiran.”
“Tahukah kamu, bahwa kau ini sebenarnya seorang perwira
sekali, pantas menjadi tamtama inti, dalam barisan pengawal
Baginda? Apabila kau suka mengabdi kepada pemerintah, aku
sanggup membawamu menghadap raja ..... bagaimana Punung?”
“Hai, jangan.. jangan ndara menggung, aku mengucap terima
kasih banyak atas kehendak baik ndara menggung itu, tetapi aku ini
tidak berbakat untuk mengabdi. Kesukaanku sekarang ini masih
berkeluyuran mencari pengalaman hidup dulu mana dapat aku
mengikat diri dengan tugas yang tertentu. Maka lebih baik aku
dibiarkan bebas saja, asal perbuatanku pantas. Biar keadaanku
nampak melarat, narnun aku sudah biasa hidup demikian dan
merasa bahagia ...... mengabdi kepada masyarakat umum!”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 102
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Ya, memang ada benarnya kata-katamu itu, hanya pasti tidak


ditiru oleh orang banyak. Sudahlah kalau pendirianmu memang
demikian, ingat saja bila kemudian kau menghendaki bantuanku,
boleh kamu setiap waktu menemui aku. Sekarang aku hendak
bertanya kepadamu, adakah kamu tahu tentang tata nadi
seseorang.?”
“Benar, ndara ...... aku memang tahu serba sedikit tentang nadi
yang besar-besar saja, juga tak sedikit tentang pukulan-pukulan
sakti misalnya pukulan yang mengenai bahu ndara menggung itu,
disebut orang pukulan “Rajak beling" yang tergolong pukulan
ampuh, maka syukur yang terkena pukulan ndara menggung sendiri,
yang mempunyai ilmu weduk, semacam ilmu kekebalan .... hingga
tidak sampai patah-patah tulang.”
“Hmm ... hebat-hebat ... tahulah aku sekarang, mengapa kau
dapat segera menyembuhkan rasa sakitnya ..... karena kau sendiri
agaknya nenek-mojang pukulan semacam itu. Betul-betul sayang,
kau tidak suka menjadi prajurit.”
Tumenggung Prajataruna kini ikut bertanya : “Saudara Punung,
sakti apakah yang kau pergunakan untuk membuat Wiradiwangsa
menjadi patung melek, berjalan bering mengerikan tadi?”
“Itulah juga, mengapa kidipati tadi menanyakan tentang otot
dan rata nadi kepadaku...... Jawab sederhana sekali. Karena ku-
pelesetkan sedikit letak otot besar kakinya maka kacaulah
bekerjanya, tak mau manurut perintah majikannya terpaksa
menurutkan arah tertentu melulu. Namun itu hanya bersifat
sementara. Setelah menjadi lemas lagi pulih dengan sendirinyalah
ditempat semula, dan jalan biasa seperti sedia-kala.”
“Hai ...... itulah bagus sekali. Mudahkah ilmu itu dipela jari?”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 103
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Dimana ada ilmu yang sulit dicapai orang yang benar benar
hendak memilikinya. Jika orang tidak mernyapai maksudnya itu,
pastilah kesalahan orang itu sendiri, dalam memenuhi sarat-sarat
nya yang tertentu.”
“Apakah saratnya itu?”-
“Sarat yang umum sekali tuan, ialah: l. temen … 2. mantep ......
3. berani menjalankan latihannya dengan tekun…… 4. tidak mudah
menyeleweng karena pengaruh lain. Itulah sarat mutlak, tentang tata
nadi dan otot-otoi, mudah dihafal. Tetapi untuk memiliki tenaga
saktinya yang dibutuhkan dalam ilmu itulah yang menjadi agak sulit
dan rumit!”
“Ya-ya .... itulah soalnya, harus mencari guru berwenang
mengajarkannya, dan setelah guru didapat, itulah yang menjadi
halangan besar. Terbanglah segala maksud baik yang diinginkan
orang.”
Asjik benar orang-orang bertukar pikiran tentang segala ilmu
dan kesaktian dijaman itu. Maka banyak yang terbuka matanya tahu
benar bahwa pemuda awut-awutan ini, seorang digjaya
mandraguna, yang kesakiiannya tak mungkin di raba-raba lagi luas
dan tinggi dalamnya. Dialah orang serba tahu dan mumpuni pantas
disebut empu kesaktian dari jamannya jaman Kartasura awal. yang
mengagumkan itu, karena orangnya masih semuda ini, baru lepas
urnur 24 tahun. Calon aulikah pemuda gagah perkasa ini?
Diantara waris yang ikut menyampaikan layon kemakam agung
Imagiri, ada seorang pemuda yang ganteng luar biasa malahan
hampir dapat dikatakan cantik, hitam-hitam manis seperti gadis.
Nampalmja pemuda bagus itu sangat mengagumi Putut Punung.
Dengan mata sayu jarang berkedip, pemuda pesolek, dandanannya
selalu rapi dan bersih tadi terus memanndang kepada penolong sakti
itu, biar pemudanya berdandan awut-awutan juga. Nama pemuda itu

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 104
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Bagus Suwarna, konon masih saudara sepupu mendiang ratu ,\lit. la


datang dikota memang sengaja mengunjungi uwaknya, mas ayu
Widasari, sekaligus disusul ayahnya melihat keadaan denajeng ratu
Alit, jang tengah menderita sakit payah, hingga sekarang itu, ikut
serta dalam rombongan duka kemakam lmagiri.
Dialah diantara orang-orang dalam rombongan itu jang paling
tertarik kepada penolong sakti tadi, hingga segala gerak-gerik
orangnya tak ada yang luput dari matanya, segala tutur kata dan
keterangan orangnya, tak ada yang tidak langsung masuk dalam
pengertiannya. Kian lama mengikuii segala keterangan Putut
Punung, mengenai ilmu pembela diri pada jarnan itu, kian menjadi
kagumlah bagus Suwarna.
Kecuali keheranannya, agaknya pemuda ganteng itu nampak
memikirkan sesuatu yang meragukannya. Apakah yang tengah
sibuk dipikirkan itu, pastilah hanya dia seorang yang dapat
menerangkan, namun pasti ada hubungannya dengan pemuda awut-
awutan yang sakti tersebut. Beberapa kali ia memandang tajam
sekali wajah dan bentuk badan pemuda iiu.
Satu malam suntuk, seluruh anggauta rombongan tidak ada
yang tidur, mempertinggi kewaspadaan, meronda bergatian sampai
agak jauh disekitar perkemahan. Paginya, berangkatlah iringan-
layon itu ke Irnagiri, menyelesaikan tugas, mengubur putri-raja itu.
Tujuh hari berturutan makam raru Alit dijaga, dituguri oleh 40
perajurit, bergiliran.
Selarna itu pula, tak kurang dari 21 alim ulama, bergan'ian
membaca sura-surat Al Kur-an, dikemah darurat yang didirikan
dimuka makam tadi.
Selesailah upacara pemakaman seluruhnya, baru para petugas
kembali pulang ke Kartasura, dalam bentuk barisan yang setiap
waktu bersiaga menghadapi segala kemungkinan, dan gangguan

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 105
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

perjalanan. Tetapi justru dalam keadaan berwaspada penuh itu,


biasanya selalu tidak ada yang mengganggu.
Mereka datang di Ibu kota dengan selarnat, mernbawa berita
yang simpang-siur tentang sergapan Wiradiwangsa disekitar
Prambanan, yang jauh meleset dari yang sebenarnya.
Lebih dari seratus orang yang menceritakan pengalaman
mereka ditengah jalan ... walaupun berjudul satu, pastilah makin
berjauhan isi beritanya, karena berbeda-beda tanggapannya dan
penghayalannya dalam menyerarn-seramkan cerita masing-masing,
lebih-lebih mengenai penolong sakti yang digambarkan sebagai
malaikat utusan Tuhan.
Diantara ratusan pembesar yang sibuk membirjarakan
Wirawangsa sampai kepada tokoh sakti awut-awutan, yang
mengaku anak ki Gerpu dari kampung Minggiran …. hanya
Pangeran Puger seoranglah yang tidak ikut meributkannya. Malah
tersenyum-senyum gelilah dia, katanya dalam hati sendiri :
“Hmm .... kalau kalian mau memutar balik nama Gerpu, jadi Ki
Puger …. tidaklah kalian terlalu jauh dari sebenarnya. Aih, anak
Purbaya …. eh salah salah: bukan lagi Purbaya, Putut Punung ….
syukur kau sudah lepas dari cemas dan bahaya putus asa, semoga
Tuhan tetap melindungi kau, dalam pengabdianmu kepada rakyat
seluruh negara!”
Sepi …. Ya, sepi-seram mengerikan malam tanpa bulan
dimakam Agung Imagiri, setelah tidak ada lagi orang-orang penjaga
dan para ulama yang membaca Kur-an. yang kini nampak samar-
samar dicahaya bintang·bintang dilangit dan ratusan kunang·
kunang yang memancarkan alat penerangannya adalah nisan. nisan
besar-kecil, terserak lebar dipuncak bukit itu. Orang- orang beriman
tipis dan para pengecut ….. jangan harap berani memasuki makam
wingid tersebut, tanpa ditemani kawan tiga-empat orang, sukur

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 106
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

lebih. Namun nyatanya sejak lepas Isja tadi sudah ada orang yang
duduk bersimpuh dimuka makam ratu Alit, dengan wajah duka,
pilu-saju. Itu lah pemuda pesolek yang ganteng langsing, peserta
iringan-layon dalam kelompok waris. Ia tidak ikut kembali kekota.
Entah masih ada urusan yang bagaimana. Nampaknya ia tidak
gentar duduk sendirian dimakam sepi itu. Kadang-kadang ia
menoleh kebelakang sambil mempertajam pendengaran. Ternyata
dalam sikapnya hu, bahwa ia mengharapkan sesuatu yang tnungkin.
segera terjadi.
Berbisiklah pemuda itu kepada gundukan tanah, kubnran ajeng
Alit, seolah-olah berkata kepada roh orang yang telah meninggal.-
Kangmbok-ayu kau menitahkan kepada bekas, kekasihmu, denmas
Purbaya bawalah dia kemari, karena aku belum mengenal orangnya.
Mungkinkah denmas Purbaya itu sedang menyamar sebagai
pemuda awut-awutan yang sangat sakti, penolong iringanmu, waktu
disergap berandal gunung Sewu minggu yang lalu itu. Itulah
terkaanku belaka kangmbok …. maka aku masib ada disini, karena
ingin sekali membuktikan rabaanku itu.
Legakan hatimu roh yang tersunyi dari segala asap didunia ini,
aku pasti akan mernenuhi pesanmu, menyampaikan tiitip-titip
perkataanmu itu, hanya sangat sulitlah bagiku untuk menjadi
gantimu, mengarnbil alih kekasih itu darirnu. Bukankah Ind cinta
kasih iru tergantung k epa da orang bersangkutan sendiri. Kedua
pihak harus setuju, karena paduan hatinya seudiri-sendiri, bukan ....
Nah, bagaimana bila dia atau aku, atau kedua-duanya tidak dapat
bertemu hati? Maaf, kangmbok ... dalam hal pesan bagian terakhir
itu, serahkan sajalah kepada kehendak Tuhan, sulit bagis u untuk
mengatakannya kepada bekas kekasihmu itu, Aku hanya dapat
mengucap terima kasih banyak-banyak kepadarnu yang berrnaksud
baik sekali terhadapku dan terhadap orangmu.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 107
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Nampalk pernuda bagus itu terperanjat, lekas-lekas ia


menyelinap dibalik nisan besar yang terletak disebelah utara
kuburan Alit, lalu mendekam disitu, karena lapat lapat ia mendengar
tindakan enteng sekali tengah mendatang. Biarpun sarnar-samar,
waktu ia mengintip mernpertandakan yang datang sekarang itu,
pastilah sipemuda berpakaian tak keruan, penolong mereka dulu.
Berdebar keraslah jantung pemuda ganteng tadi ... mungkin karena
jitu benar terkaannya, mernastikan kedaiangan seseorang yang
bersangkut-paut erat dengan makam baru iui ... setelah ditinggalkan
semua petugas negara. Betul inikah denmas Purbaya, kekasih
kangmbok Alii? demikian pikir penginrai tadi,
Dimuka makam baru yang masih bertaburkan bunga-bunga
layu itu, Putut Punung berlutut dengan hati penuh duka. Tak sepatah
juapun keluar dart mulumja, hanya getaran-geraran pundaknya yang
bidang-padat itu menandakan bahwa ia sedaug menangis- bungkam.
Air matanya menguyur deras sekali, membasahi kumis dan
jenggotnya yang masih awut-awutan ini.
Kira-kira satu jam ia bersikap demikian, barulah puas hatinya,
baru ia mau duduk bersila. Berkata dengan suara lirih, seperri
berbisik kepado roh putri malang itu, seolah-olah didengarkan oleh
rah ratu Alit, “Alit .... kau mernaafkan aku, bukan? Aku tidak
menyangka sama sekali, bahwa kangmas dipati-anon tega
memisahkan kau dariku, malah dengan kekuasaan uwak Baginda
karena usulnya juga, kau akan diterimakan kepada orang lain,
sekalipun orang itu pemegang wlayah kabupaten. Kau tahu, betapa
penderitaanku bila hal itu terjadi, bukan? Hanya sayang ……
mengapa kau selekas ini berputus asa …. tidak memperhitungkan
kemungkinan-kemungkinan lain yang dapat terjadi, yang bercorak
lain sekali. Sebenarnya kangmbok harus bertemu dengan aku sekali
lagi, untuk menetapkan sikap tekad kita bersama ... Aih, kangmbok

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 108
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

... haruskah aku mengikuti saja jejakmu ini …. mati dalam usia
muda tanpa perjuangan yang bernilai dimasarakat …. ?”
“Tidak, tidak boleh kau mengikuti jejak kangmbok Alit jang
sudah terlanjur mati konyol, hanya karena Putri raja, yang sempit
sekali tempat bergeraknya.” Tiba·tiba terdengar orani berkata
demikian sebagai jawaban roh Alit.
Pasti saja Putut Punung terkejut sekali, karena tidak mengira
ada orang lain kecuali ia sendiri dimakam itu. Waktu ia meluruska-n
sikap duduknya, matanya langsung berpandangan dengan sepasang
mata yang bagus sekali bentuknya. Orang itu ternyata sudah duduk
tiiseberang gundukan kuburan baru tadi, berhadap-hadapan dengan
Punung, hanya berjarak sepanjang nisan·tanah Alit, entah kapan
datangnya. Mungkin waktu Punung sedang menangis dengan kepala
ditundukan tadi.
“Ah-kata pemuda awut-awutan itu mengenal orang.”
Kaulah pemuda ganteng dalam rombongan kerabat mendiaag
ajeng Alit, bukan? Mengapa belum kembali kekota seperti jang lain
... apakah hubunganmu dengan mendiang ratu Alit?”
“Saudara Punung …… ketahuilah, aku ini masih terhitung
saudara-sepupunya, dari pihak ibu. Mas-ayu Wida1ari, adalah
kakak perempuan ayahku, bekel desa Samakaton. Bila aku belum
pulang kekota, itulah karena aku membawa pesan mbokayu
denajeng Alit, untuk disampaikan kepada bekas kekasihnya, yang
bernama Denmas Purbaya. Maka dimana aku akan mencarinya,
kecuali menantikan kedatangannya di1ini, ia belum mau kembali
kekota …… betulkah itu?”
“Tidak salah jalan pemikiranmu saudara. Pastilah yang kau
nanti-nantikan itu akan datang kemari, mengunjungi makam ini.”
“Betulkah ia datang sekaraug ini?”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 109
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Maksudmu . . . . . kawan?”
“Bukankah aku sekarang sudah berhadap-hadapan dengan
denmas Purbaya sendiri, biarpun ia mengaku bernama Putut Punung
segala?”
“Jadi saudara tidak meragukan keadaan saya yang sekarang
macam begini?”
“Hmm …… orang lain mungkin meragukannya, tetapi aku
tidak. Sejak pertempuran anda dengan kelompok brandal gunung
Sewu, sebenarnya aku sudah mulai meraba-raba kekasih kangmbok
Alit, tinggal membuktikan saja. Dan kini bukti itu sudah ada, sikap
dan segala pertanyaan adalah yang menjelaskan segala sesuatunya.”
“Ya .... demikianlah kiranya, saudara mengatakan sendiri
dengan yakin. Baiklah, aku mengaku ... Akulah Purbaya adapun
Putut Punung, adalah julukanku yang sejak sekarang kupakai
sebagai pengganti namaku semula, yang sudah kurelakan dipakai
adikku. Maka dengan itu, hilanglah Purbaya yang sekarang ini,
Putut Punung sirakyat jembel, abdi rakyat jelata yang benar dan
adil.”
“O, demikianlah ketetapanmu. Bagiku malahan lebih leluasa
lagi berurusan dan bergaul dengan anda daripada dengan denmas
Purbaya, sibangsawan tinggi. Kata pemuda pesolek itu dengan
tersenyum-senyum manis.
“Siapakah namamu saudara-kecil? Sejak aku melihatmu dalam
rombongan-duka itu, aku sudah merasa tertarik kepadamu karena
bentuk mata dan bibirmu sangat mirip ajeng Alit.-.
“Namaku Suwarna ….. sayang bukan?-

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 110
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Apakah yang disayangkan adik kecil? Nama Suwarna adalah


nama yang baik sekali, dan pasti tidak menjadi suatu halangan
dalam pergaulan kita, kecuali adiklah yang menampik berdekatan
dan bergaul dengan aku, Bila adik suka berdandan rapih, suka
bersolek .... seperti wanita, itulah karena pernbawaanrnu, sesuai
dengan badanmu yang langsing kial, tidak kasar seperti badanku
ini.”-
“Bukan demikian maksudku kak Punung .... aku mengatakan
sayang tadi, menghubungi pernyataanmu, bahwa ada titik-titik
persamaan antara kangmbok Alit dengan aku, tetapi aku seorang
prija.”
“Itulah malahan lebih baik adik Suwarna”
“Mengapa lebih baik begitu kak . . . Misalkan aku seorang
wanita, yang mirip sekali mendiang kangmbok Alit…... apakah
salahnya? bertanya pemuda pesolek itu dengan mata berkilatkilat
penuh selidik.
“Pasti tidak ada salahnja dik …… mana orang dapat
menyalahkan wujud dan bentuk orang lain. Hanya saja .... apabila
adik itu seorang wanita yang benar-benar mirip ratu Alit .... Uwah-
uwah ... akan celakalah dia itu. Pastilah dia tidak akan lepas lagi
dari rangkulanku, kemana aku pergi, karena takut terulangnya
kejadian yang tengah kualami ini. Wajarlah kiranya kalau aku
menganggap wanita itu pasti penyelmaan putri Alit, yang
ditakdirkan oleh Tuhan Maha Rachim untuk aku cintai dengan
keseluruhan jiwa-ragaku.”
Syukur gelap sang malam mengubah segala tata-warna menjadi
hitam-kelabu, hingga tidak nampak wajah bagus Suwarna menjadi
merah bersemu dadu mendengarkan ujar Putut Fu nmg demikian
itu, Terpaksa pula ia belum berani membuka mulutnya, melanjutkan
pembicaraan mereka, takut terdengar getaran suaranya yang kurang

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 111
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

wajar. Lebih aman membisu dulu, hingga lewatlah rasa harunya


yang diiringi debaran jantung deras, lebih dari biaianya.
Angin malam yang lunak dingin milir halus menyentuh tubuh
mereka, memainkan rambut bergoyangan lirih, seperti dibelai
tangan menyajang roh putri ratu Alit. Kedua pemuda yang duduk
berhadapan, hanya terpisah sebujur kaburan baru iLu terdiam
sejenak kelelap dan hanyut dalam alam pikiran masing-masing.
Hanya yang berkepentingan sendirilah yang tahu apa isinya ...
Yang mendahului membuka mulut lagi, adalah Putut Punung.
“Adik Suwarna, mengapa kita terdiam begini, macam ada setan
melintas jalan, maukah adik sekarang mengatakan pesan putri
malang itu kepadaku?”
“Pasti kak …. Dengarlah! Sebagian dari pesan kangmbok Alit,
sudah kakak dengar tadi, aku serukan kepadamu, bahwa kakak tidak
boleh mengikuti jejak puteri Alit, mati konyol dalam usia muda,
tanpa berjasa terhadap siapapun, tidak kepada umum, tetapi juga
tidak terhadap orang tua sendiri. Dalam pesan kangmbok wanti-
wanti .... supaya kakak berbuat baik terhadap sesama hidup ....
mendirikan jasa, berbuat sesuatu untuk keselamatan rakyat dan
negara. Tinggalkan segala kemewahan hidup sebagai bangsawan,
yang sering hanya mementingkan diri sendirl …… Jadilah abdi
rakyat yang sederhana, penegak keadilan dan kebenaran yang, tidak
palsu, Ambillah wanita cantik dari kalangan rakyat biasa, sebagai
ganti kangmbok Alit, Kernudian hiduplah bahagia dan tenteram
sentausa.”
Pada waktu itu pula berdirilah Putut Punung, terdengar
suaranya yang mantap tetapi penuh haru : “Dengarlah kangmbok
…. rohrnu, yang sudah di sucikan dari segala noda dan dosa didunia
ini .... Jadilah saksi atas ucapanku ini : Putut punung menerima baik
segala pesanmu tanpa kecuali, Legakan kuburmu, istirahatlah

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 112
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

dengan tenteram abadi didalam Nikmat Tuhan. Selamat tinggal roh


yang sudah disucikan .... restuilah kami jang masih hidup ini.”

****

BAGIAN III

Baru saja Putut Punung selesai mengucapkan janji sucinya,


yang dtsaksikan juga oleh bagus Suwarna ...... cepat laksana kilat
pemuda awut-awutan itu memandang tajam sekali kearah Timur
sambil berseru, “Siapa yang datang hendak menemui kami ini, tak
perlu bersembunyi dibalik semak-semak!”
Terdengarlah orang melepas ketawanya yang seram ....... “Heh-
heb-heh ...... orang muda kau sudah melihat kami, baiklah kami
muncul dimukamu. Lihatlah, ini tiga orang penjaga khusus makam-
agung lmagiri.”
Bagus Suwarna menjadi terkejut mendengar tegur temannya
tadi, karena sebenarnya ia tidak tahu bahwa ada orang mendekati
mereka, Mula-mula ia menyangka, akan segera berurusan dengan
tiga orang brandal, sisa-sisa teman Wirawangsa yang kesasar datang
disini ...... atau yang sengaja menguntit Punung hendak menuntut
balas. Tetapi nyatanya tidak demikian menurut pengakuan mereka,
sebagai penjaga makam agung, yang berarti punggawa negara, jadi
masih tergolong awak-sendiri.
“Ada keperluan apakah kisanak datang menemui kami pada
malam seperti ini?” tanya Pucut Punung.
Memang, yang datang bermunculan dari tempat gelap dibalik
sernak itu, adalah tiga orang laki-laki berperawakan kuat-kuat, yang

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 113
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

pasti berkepandaian, hanya dengan melihat loncatan mereka


melampaui semak itu.
Narnpaknya mereka menjadi kecewa sekali waktu berhadapan
dengan penegurnya, karena yang mereka lihat adalah seorang
pemuda yang berpakaian tak keruan, Jawab orang yang ada dirnuka,
“Wadu-uuh mateng aku, kami berurusan dengan orang sinting, atau
paling banter dengan orang pengemis-jernbel. Hei kunyuk busuk,
akulah yang berhak bertanya disini. Kalau kau mernakai nama,
siapakah namamu itu, Katakan juga mengapa ma]am-malam begini
masih bergentajangan dipekuburan, menakuti orang?”
Majulah bagus Suwarna, karena menjadi marah sekali, tidak
kuat mendengarkan tegur pemirnpin penjaga makam, yang pasti
salah tafsir, hanya melihat orangnya melulu, “Husss, ...... mengapa
sekoror ini mulutrnu. Tanpa menyelidiki orang dahulu, suaramu
sudah seperti guntur menyemberet sember, tidak keruan. Penjaga
makam macam apakah kalian ini ...... mulutmu lancang sekali, asal
menyeplak saja, huh-hu-u-uh.”
Terdiarnlah pemimpin itu karena kalah omong, tetapi
kemarahannya makin menjadi-jadi, Maka serelah dapat berkata lagi,
menjerit-jeritlah ia ......
“Setan-alas ...... babi-babi budug, kau kira tidak tahukah kami,
Redipraja dengan kedua temanku Ki Redikarja dan Ki Rediharja
...... akan maksudmu yang menjijikkan itu?”
“Kau tahu apa, Redipraja, tentang maksud kami ini?” bentak
pernuda ganteng itu.
“Apa lagi kalau bukan hendak membongkar kuburan baru, guna
mengambil benak majar, untuk melatih ilmu sihirrnu ...... huh,
jangan berpura-pura. Sigila inilah jang kau suruh membongkar
makamnya dan mengarnbil benak mayat yang kau perlukan itu ......

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 114
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

ba-ah, perbuatan hina-dina mernuakkan. Minggat kalian dari sini


kalau tidak hendak suka merasakan gebugan-gebugan dan belenggu
besi, untuk dibawa kepada yang berwajib!”
Kini bagus Suwarnalah yang terdiam sejenak, saking jengkel
dan kagetnya mendengar fitnah orang yang keterlaluan ini ...... dalih
yang dibuat mempersalahkan sudah klewat dicari cari. “Ihh .....
mulutmu benar-benar berbahu neraka dan mayat membusuk . . . . . .
Siapa mau membongkar makam ...!”
“Kamu dan teman setanrnu itu, siapa lagi orangnya?”
“Gila ..... gila benar ucapanmu itu. Tidakkah kau tahu, aku
salah seorang dari 'rombongan dipati Wiijapraja?”
“Jawab Redipraja seraja membentang mulut lebar: “Ha-ha-ha
itulah bukti yang tak mungkin disangkal lagi ..... mengapa kamu
masih keluyuran disini...... mengapa justru melihat waktu sesepi ini,
setelah para petugas pralenan sudah pulang semua. Ho .. hooo......
jangan harap, kalian dapat lolos dari sergapan kami ini, Hayo,
jangan banyak rewel lagi, menyerah sajalah, dari pada kuperkosa.
Kuncupkan kedua tanganmu, untuk dibelenggu!”
Kini terdengarlah suara tegas-nyaring Putut Punung: “Adik-
cilik, kau mundurlah. Tak berguna Lagi kita berdebat sampai
bertele-tele ..... sudah terang sekali mereka tidak mau
mendengarkan alasan kami itu, mungkin karena selalu melirik
pakaianku yang agaknya tidak terlalu membangkitkan rasa seninya.
…… Biar sekarang aku merasakan saja gebugan mereka untuk
melegakan hati mereka. Eh. penjaga barang busuk ...... kalian
bertiga sebenarnya hendak berbuat apa terhadap kami.
Membelenggu orang katamu tadi?… wah… mudah amat diucapkan,
tetapi mampukah kalian berbuat demikian …… cobalah ingin aku
melihatnya.”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 115
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Tangan mereka sudah menjadi gatal-gatal, otot-ototnya sudah


menegang kencang …… mendapat tantangan pula, keruan ketiga
puoggawa pilihan itu, melurug pukulan dahsjat-jotosan-jotosan
menggeledeg, cengkeraman maut beserta tendang-tendangan
membinasakan, datang gencar dari segala erah seperti hujan gerirnis
saja. Pemuda gagah berpakaian aciak-acakan itu nampak berdiri
tegak laksana tugu baja. Nampak kedua tangannya bergerak
membuat lingkaran ruwet kesegala arah, melindungi badannya …..
Lenyaplah segala macam serangan yang tertuju kepalanya, bila
pukulan-pukulan itu, menyentuh garis pertahanannya, lenyap bagai
ditelan angkasa-luas …… sirna tanpa bekas. Bila musuh berani
gegabah memasuki garis pertabanannya, mentallah penyerang itu
seperti tertolak oleh tenaga raksasa lebih dari dua landeyan tombak,
jatuh terbalik-balik kepala menjadi pujeng mata menjadi kabur
karena sernuanya nampak be.rputeran, sedang napas terergah-engah
serasa tertindih tenaga yang hebat sekali, seperti ombak samodra
bergulung-guluug menerjang pantai tiada putusnya.
Maka sebentar saja ketiga penjaga ganas tersebut tanpa kecuali,
sudah terduduk-numprah sambil megap-rnegap hampir keputusan
napas berarti : hilang lenyuplah semua kekuatannya. Jangankan
bergerak untuk mengulangi serangan, tangan sendiri-pun mereka
tidak mampu mengangkatnya.
Bagus Suwarna yang menjadi jengkel-jengkel bercampur geli-
mangkel ….. mendekati mereka satu demi satu, memberi hadlah
satu tamparan, yang berbunyi nyaring. Katanya: “Coba ..... dengan
cara bagaimana kalian akan menghalangi tindakan kami berbuat
sekehendak kami, biar tindakan itu liar dan keji, kau dapat dapat
berbuat apakah? Andaikan kami ini orang djahat ..... tidaklah mudah
sekali untuk memenggal kepala kalian…..

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 116
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Pernuda gagah berpakaian acak-acakan itu nampak berdiri tegak laksana


tugu baja. Nampak kedua tangannyya bergerak membuat lingkaran ruwet
kesegala arah, melindgagi badannya .. . ....

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 117
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Hmm, sayang kami bukan orang liar seperti tuduhanmu, maka kami
tidak dapat berbuat yang tidak senonoh, namun lubang hidung
kalian harus dikili-kili dulu, supaya kemudian dapat berhati-hati
sedikit dalam segala tindakanmu.”
“Adik cilik, jangan mencelakai orang. Mari kita tinggalkan
saja mereka itu, supaya menginsjafi kesalah-fahamannya dulu.”
Ujar pemuda gagah itu sarnbil meraih lengan ternan hendak diajak
pergi.
Narnpak terkejutlah kedua pernuda itu tiiggi. Lengan teman
yang baru dipegangnya, segera dilepaskan lagi, karena Punung
mengira salah mernegang orang. Lengan yang dipegang itu, berkulit
halus lumer, kijal tetapi lunak seperti lengan wanita. Terpaksa ia
melirik kearah ternan, unruk mejakinkan bahwa yang dipegang itu,
adalah teman prija.
Sudah benar, pernuda Suwarna-lah yang dipegang tadi ......
maka tenteramlah hatinya, Narnun hal itu pasti saja menarnbah
pikiran Punung yang masih ruwed karena duka-nya ...... karena
lapat-lapat ia melihat lirikan ratu Alit dalam kerlingan mata ternan
pria ini. Mengapa dapat dernikian? “Ah .... masih saja aku dimabuk
bayangan roh kangmbok Alit ….. liai, nasibku yang belum mau
baik.” demikian pikir pernuda itu.
Sentuhan Putut Punung tadi, bagi hagus Suwarna dirasakan
sebagai sentuhan barang yang rengah membara maka sangat
mengejurkannya, sekaligus mendebarkan jantungnya lebih keras,
Otomatis lengan itu digerakan sedikit, bebaslah ia, juga karena lima
jari yang memegangnya megar seketika setelah bersenruhan ....
mustahil ada orang dapat membebaskan diri dari genggaman
pemuda sakti ini, tanpa dikehendakinya. Berkatalah bagus Suwarna
dengan suara. agak gugup: “Ih, …. kak Punung, kau mau apa ya?”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 118
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Tidak apa-apa dik .... hanya hendak mengajakmu pergi dari


sini, tanpa mengganggu mereka lagi.”
“O, aku kira ada apa-apa .... sampai mengejutkan orang dengan
tangan bawelan itu, sih, Nab mari kita pergi saja.”
Berdua mereka Ialu meninggalkan istana-layu Irnagiri.
“Merasa jijikkah adik karena sentuhan tanganku yang kotor lagi
kasar ini? Maafkan aku dik, sebenarnya tidak kusengaja
mengejutkan kau.”
“Wah …. celaka .... bukan demikian maksudku kak. Mengapa
menjadi sangat perasa demikian. Salah-salah dapat bersehsih faham
antara kita sendiri nanti,
“Tidakkah aku cukup tahu, siapakah Putut Punung itu
sebenarnya. Adu uuuh kak, jangan sok begitu lagi, ya. Kalau hanya
mau pegang orang saja, hayo .... peganglah dengan kedua tanganmu
sekali, jangan kepalang tanggung sih, Asal jangan berpikir yang
tidak!”
Mulut pemuda pesolek itu berkata demikian, tetapi hatinya
kelabakan tidak keruan, takut-takut Punung benar-benar akan
melakukan perintahnya itu, Masih untung sekali lagi gelap malam
melindunginya, hingga wajah bsgus Suwarna yang menjadi merah
padam, badan menggigil tegang, penuh kekhawatiran itu tidak
nampak nyata bagi siapapun.
“Syukurlah dik, bila dernikian. Nab ... setelah menyampaikan
pesan ratu Alit kepadaku, adik lalu hendak pergi kernana?”
“Haij ... akulah yang berhak bertanya disini, bukan kau jang
harus bertanya dahulu pernuda ugal ugalan.” kata bagus Suwarna
menirukan lagak dan nada pemimpin penjaga makam tadi, ….
dengan meringis memarnerkan giginyajang putih mengkilat.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 119
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Pikir denmas Putut Punung ... Benar-benar pemuda ini mirip


sekali ajeng Alit, aih . . . . manis sekali dia, maka agak lambat
dijawabnya yang terdengar! “Baik-baik ... aku suka mengalah kali
ini. Bertanyalah sesukamu asal tanpa mengancam dengan
belenggu.”
Keduanya tertawa geli teringat lelakon mereka dengan ketiga
penjaga gunung lmagiri iiu. Terus saja mereka berjalan sambil
beromong-omong. Bertanyalah Suwarna! “Kak Punung ..... kau
sekarang ini hendak pergi kemana. Dari kang bok Alit aku tahu ...
kau pasti tidak pergi kekota untuk sementara waktu, karena
menghindari terjadinya sengketa keluargamu dengan pihak Keraton
bukan?”
“Sebagian besar memang demikian dik, adapun yang paling
betul .…. aku tidak akan kembali kelingkungan bangsawan dan
kotanya untuk selama-lamanya, ….. kecuali bila aku dipariggil
karena soal-soal gawat, atau aku merindukan keluargaku saja.
Sekarang ini aku akan kelereng gunung Lawu lagi, untuk
menyeesaikan latihanku yang belum masak sama Sekali.”
“Kak Punung, kau ini sebenarnya murid guru-sakti siapakah ….
Maaf lho kak, bila tak suka mendjawab tidak apa-lah. Isengku ini,
karena aku melihat gerakan jurus Palwaranu dari kakak, hingga aku
mengira, kau juga murid Kjai Hadisuksma. -
“Aku bukan murid Harga-belah dik …. tetapi murid ajar
Cemara Tunggal, atau ki Kunyuk sakti. Oleh karena itu jurus
Palwa-ranuku agak berbeda sedikit dari ajaran asli Hargabelah.
Kenalkah adik perguruan Hargabelah?...
Tidak hanya kenal saja, malahan aku sendiri murid kyai ajar
Hargabelah itu, tetapi aku ini murid yang paling bebal, tertinggal

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 120
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

jauh dari yang lain lainnya, mungkin aku hanya dapat menyamai
kakak jaka BLUWO, sibisu.”
“Aih .... aku pernah bertempur dengan dia, kakak se
perguruanmu itu, hampir saja aku roboh ditangannya.”
“Hajaaa . . . tidak mungkin, kau dengan kekuatanmu itu dapat
dirobohkan oleh siapapun. Aku sebenarnya sangat kagum, mengapa
kau dengan sekali meraih saja dapat menangkap tanganku,
sekalipun aku bergerak dengan jurus Palwaranu juga.”
“Mengapa kau ini terus memujiku dik ... sedang menjual obat
manyurkah adik ini …. atau sedang membuat pengumuman tentang
kakakmu yang awut-awutan ini untuk dilihat orang-orang banyak.
Ha ha, adik …. kita ini sudah menyeleweng dari pembicaraan kita.
Aku sekarang bertanya, kemanakah adik hendak pergi? Adakah
tujuan tertentu bagi adik?”
“Akupun akan pergi kelereng Lawu, kedesa Sarnakaton, tempat
ajahku ... bekel didesa itu. Tetapi aku harus kekota dulu, untuk
menghibur uwakku dan memberi tahukan kepada beliau segala-
galanya tentang penguburan kangmbok Alit. Kak Punung, biarpun
kita nanti terpaksa berpisah, namun hingga beberapa jauh, kita bisa
berjalan bersama-sama, bukan?”
“Pasti dik . . . sampai disekitar Tembayat.”
“Ada perlu disana kak?”
“Tidak, hanya untuk mengawani adik saja.”
Berujarlah bagus Suwarna dengan suara sungguh -sungguh.
“Sukakah kak Punung selalu berdekatan dengan adikmu ini?”
“Mengapa tidak adik, asal adik membawaku kelingkungan
bangsawan lagi saja, pastilah bukan soal aku selalu bersama dengan
adik.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 121
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Kau lupa kak Punung, bahwa aku ini bukan bangsawan. Kalau
aku kedalem keraden ajon di kraton itu karena mengunjungi
uwakku den aju Widasari, ibu ratu Alit alrnarhum, Ajahku hanya
seorang Bekel saja didesa Samakaton, daerah Matesih. Aku juga
kurang suka bergerak didalam lingkungan para ningrar itu. Paling
banter aku hanya harus melajani mereka saja. Maka pasti aku lebih
suka bergaul dengan sesamaku sendiri yang pasti lebih bebas dan
leluasa.
“Lamakah adik nanti di Kartasura itu?”
“Entahlah kak , mudah mudahan saja tidak usah terlalu lama,
aku diperkenankan kembali kedesa, Maukah kemudian kakak
mengunjungi aku dirumah orang tuaku didesa Samakaton iiu?”
“Ja, aku akan mencarimu didesa orang tuamu, setelah aku dapat
menyelesaikan latihanku nanti . . . kira-kira satu tahun lagi.
“Baiklah kak, waktu itu kita pedomani, Sejak kira berpisah
nanti atau kapan saja, dalam jangka setahun kita barus hertemu Jagi
tanpa sarat-saratan, selesai atau tidaknya berlatih ilmu segala,
setuju?”
“Boleh-boleh ..... demikianpun baik juga.”
Dengan berornong-omong dernikian datanglah mereka disuatu
perdesan yang cukup besar. Disitutah mereka hendak beristirahat
menantikan sang pagi. Mudah diketernukan sebuah langgar, dirnana
mereka dapat leluasa merebahkan diri. Bagus Suwarna terus saja
masuk kedalam langgar itu, lalu merebahkan diri pada alas tikar
pandan seteuaah bedol. Berkatalah ia kepada temannya: “Kak
Punung, kau terpaksa mengalah, disini hanya ada tikar bodol
sempit, tidak bisa untuk beristirahat orang dua .... maka kau harus
menerima nasib duduk diluar saja, ya?”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 122
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sebenarnya bagus Suwarna sudah sangat ketakutan dalam


hatinya untuk beristirahat bersama-sama dengan Punung didalam
satu rumah atau sama ruang,. karena sekalipun ia berpakaian
menyamar seorarg pria, nyatanya dialah seorang gadis yang cantik
molek, hampir kembar dengan ratu Alit. Waktu melihat keadaan
sanggar tersebut hanya ada tikar bodol selembar saja .... maka.
segeralah ia kangkangi sendiri untuk memiasah temannya, supaya
tidak ikut merebahan diri disisinya.
Jawab Putut Punung: “Silahkan adik saja yang tidur didalam
langgar, aku sudah biasa duduk hersamadi diluar. Tidurlah dik
kalau bisa masih, ada waktu kira-kira sepenanak nasi unt:uk
beristirahat. Dengan datangnya sang Surya nanti aku bangunkan
kau.”
Karena tidak ada jawaban dari dalam langgar lagi, Punung
mengira bahwa temannya sudah ketiduran karena sangat ldah. Dia
seodiri la]u duduk bibawah pohon sawo dimuka lang~ar, untuk
bereiamadi. Na mun kali ini ….... pikirannya selalu menyeleweng
kepada teman. barunya ini.
Biarpun nampak wajar dalam segala-galanya, mengapa rasa-
rasanya dia itu seperti mrnyimpan suatu rahasia ..... Dia adalah
seorang pernuda, mengapa ia takut bersentuhan badan dengan orang
lain. Mungkinkah itu disebabkan karena dia mirip sekali orang
wanita-mamis, hingga perangainya meniru lagak perempuan.
Adapun yang sangat menjadi perhatiannya, ialah wajahnya .....
karena mirip sekali wajah mendiang ratu Alit, hingga Putut Pummg
sekali melihatnya merasa tertarik sekali kepadanya. Sudah barang
tentu Punung suka sekali menjadi sahabatnya.
Tidak hanya Putut Punung sendiri yang berpikir-pikir
demikian, tetapi bagus Suwarna juga tidak luput dari pemikiran
yang melantur-lantur, Makin lama bergaul dengan bekas kekasih

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 123
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

saudara sepupunya yang malang itu, makin pula terbuka rasa


hatinya, malahan lalu menyukai sekali pemuda ini.
Tetapi untuk membicarakan pesan Alit yang berkenaan dengan
soal warisan kekasih. itulah sulit. Lebih hebat perasaan suka
seorang gadis terhadap seorang pria …… lebih rapat ia
menyembunyikannya, sebelum pemuda itu menyatakan lebih
dahulu perasaan harinya terhadap sigadis. Dernikian pula pendirian
Bgus Suwarna yang sebenarnya bernama Sasanti, niken SUWARNl
..... nama barunya yang diberikan oleh raden ayu Widasari, karena
Sasanti serupa benar dengan (sawarni) dengan ajeng Alit, yang
menmggal dunia.
Malam. itu dia tidak dapat memejarnkan mata karena
pikirannya yang melantur, juga agak kuatir, bila Punung dekat ikut
tidur didekatnya. Beberapa kali ia mengintai dari celah-celah
dinding kepada pemuda yang duduk diluar, dibawah pohon sawo
itu.
Agaknya pemuda itu benar-benar tidak akan masuk kedalam
langgar, maka legalah rasa hati Suwarna, Dalam hatl ia berkata
sarnbil menyengir-geli : “Kalau kau berani masuk kemari, segera
akulah yang akan keluar duduk dibawah sawomu. Mana aku dapat
duduk tenterarn terlalu dekat denganmu lagi. Aih, celakalah hatiku
ini, karena sudah terpikat sama sekali oleb mu denmas .... karena
gagah-perkasarnu, karena keluhuran budirnu, karena kedigdajaan
dan kesaktiar mu, ya .... karena kau sebagai kau yang sekarang ini.
Hingga ayam jantan berkokok bersahut-sahutan tiada
berkeputusan, Putut Punung duduk melamun hingga bertele-tele
tentang sahabat-barunya itu tanpa menemukan titik terang tentang
keadaannya yang sebenarnja, Mungkin sekali karena pikirannya
masih sangat terpengaruh oleh kesedihannya tentang ratu Alit,
hingga ia tidak berpikir sarnpai kepada peraturan dalam keraton,

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 124
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

bahwa yang diperkenankan masuk kedalam keradenajon itu hanya


para putri belaka. Apabila itu terlintas dalam pikirannya .... ,
masakan ia tidak segera tahu, bahwa Suwam a itu tidak mungkin
seorang pria ... dan, wajarlah kiranya selubung rahasia yang,
merungkup pernuda pesolek yang cantik seperti gadis ini, karena
dia memang seorang wanita.
Tetapi agaknya malah lebih baik demikian saja hingga belum
petlu ada perubahan dalam pergaulannp secara hebat-hebatan
dengan mendadak. Kini berdirilah Punung dari duduknya. Nampak
ia meregang tubnhnya heberapa kali hingga terder;gar otot-ototnya
gemeretuk yang melenyapkan segala rasa kaku-kaku dan lain
sebagainya.
Belum lagi ia mendekati langgar, muncul dipintu yang tetap
setengah terbuka itu, bagus Suarna yang masih mengkucak-kucak
mata, biarpun hanya pura-pura!. Katanya mendahului teman. “Hai
... enak benar aku tidur semalam. Dapatkah kakak tidur barang
sebenta semalam?”
“Ya .... boleh juga dikatakan dapat tidur sebentar, namun cukup
enak, hingga badan merasa segar kembali. Nah mumpung masih
agak petang dik, mari kita pergi kesungai untuk berenang-renang
sebentar.”
“Iss .... apa-apaan itu mandi .... mandi, eh ...” hampir saja
terbongkar rahasianya, karena ia hendak berkata “mana dapat, kita
bersama-sama mandi?” alangkah lucunya bila perkataan itu sampai
keluar. Untung sekali masih dapat dikendali keluarnya . . . . . Kata
Punung juga tanpa pengertian. “Apakah itu yang dikatakan apa-
apaan tadi .... mengapa kita tidak holeh mandi bersama-sama
dikali?”
“Pasti saja boleh, asal badanku sehat seperti biasa. Tetapi baru-
baru ini aku terserang penyakit demam yang agak berat, hingga mau

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 125
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

tidak mau alm harus menjauhi air dahulu. Pergi sendirilah kak, aku
menantimu disini saja!”
“O, begitu ..... baiklah, kau tinggallah disini dulu aku akan
segera datang. Tak usah berenang saja. Maka pergi sendirilah Putut
Punung, diiringi pandangan wajah menyengir setan dari Suwarna,
sambil mengguman “Asem …. hampir celakalah aku ....!”

****

BAGIAN IV

Belum terlarnpau lama, malahan belum sarnpai seketurunan


(segenerasi), pareg-reg Trunajaja, mengguncangkan negara
Mataram …… sudah tersusul heboh Surapati di Ibukota barunya,
Maka dapat dibayangkan, bagaimana keadaan ketenteraman negara
pada waktu itu. Masa pageger selalu mernbawa akibat tidak baik
bagi ke amanan umum, lebih-lebih diternpat-tempat yang jauh dari
pusat kekuatan negara. Itulah masa yang menyenangkan sekali bagi
para durjana, bagi para manusia rendah akhlak, yang suka
berdagang tanpa modal, kecuali kekerasan tangan mereka yang
kejam beserra keberanian mereka. Diwaktu semacam itu, dimana
kewibawaan negara tidak meliputi keseluruhan negara …... orang
yang paling kuatlah yang selalu benar, juga betul, biarpun
tindakannya sekejam iblis herkumis.
Dari segala tindakan yang menyeleweng dari kebenaran itu,
yang dirasakau paling kejam dan paling menyusahkan, adalah soal
penculikan anak dara orang. Kebanyakan gadis yang terculik itu,
lalu lebih suka membunuh diri karena. nasibnya yang paling baik,

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 126
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

adalah diperisteri oleh penculiknya, yang pasri bukan pilihannya


sigadis, Lebih celaka lagi bila tindakan penculik tadi hanya iseng
semata~mata, karena hendak memanyakan nafsunya belaka.
Celakalah anak dara itu, karena pasti di buang setelah habis di-isap
manisnya.
Permainan setan ini sering dikerjakan oleh pemuda-pemuda
yang kurang bertanggung jawab, hanya untuk membuktikan
keberaniannya, setelah berguru sakti, hitung-hitung mencoba
kemampuannya.
Namun masa buruk semacam inipun ada kebaikkannya, Karena
Ialu bermunculan orang-orang sakti yang membela kebenaran
diseluruh negara. Banyak pemuda-pemuda yang bangkit semangat,
berusaha sekuat tenaga untuk dapat menanggulangi keruwetan-
keruwetan dalam lingkungannya, membentuk kekuatan-kekuatan
tandingan. Maka hampir disetiap desa selalu terdapat gerombolan
pemuda yang membantu para punggawa desa dalam soal
menyelenggarakan keamanan …… dalam barisan jagabaya atau
jagawesti.
Lebih-lebih didesa-desa yang ternyata kurang aman seperti
perdesan-pedesan yang tidak terlalu jauh letaknya dari gunung
Sewu, dimana terdapat sarangnya brandal Wangsa, atau
Wirawangsa atau Wiradiwangsa dengan barisannya yang memusuhi
negara secara plintat-plintut …… terpaksa harus mendirikan barisan
kekuatan kecil-kecilan, untuk bertahan darl tindakan sewenang-
wenang para brandal tersebut. Anak Wiradiwangsa yang bernama
Wiryadiwangsa, konon seorang gagah perkasa dan sakti
mandraguna, suka sekali akan wajah wanita cantik dan suka
bermain culik gadis orang untuk dibuat selir tarnbahan, maka
kurang amanlah perasaan orang didaerah Selatan itu, bila
mempunyai anak dara yang agak melek rupa.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 127
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Kali ini yang menjadi sasaran kekurangajaran Wiryadiwangsa,


adalah anak gadis ki gede Tanureja, didesa Bejiharja. Memang,
putri iru cantik juga, namun sudah mempunyai tunangan, seorang
perwira tamtama Kartasura bemama raden Gurnita. Bagi Wirya ...
jangankan gadis baru bertunaggan atau belum bertunangan,
sekalipun wanita sudah bersuami atau sudah menjadi janda ….
bukanlah menjadi halangan untuk menculiknya, asal saja memenuhi
seleranya. Ia juga hanya mementingkan soal pengacauan tata
ketenteraman hidup dalam negara Mataram. Bukankah itu berarti ia
telah membantu kesibukan ayahnya beserta teman-temannya, dalam
pembalasan dendam kesumat para pengikut Trunajaya terhadap
Mangkurat II (Amral) …. sekaligus dapat mengumbar nafsu
kotornya sendiri.
Waktu akhir-akhir ini, Wiryawangsa nampak sering berkeliaran
tidak terlalu jauh dari rumah besar pagede Karangharja, pada
waktu-waklu yang tidak wajar! Namun agaknya masih dapat
menahan sabar, karena selalu menyumpai penjagaan yang kuat lagi
ketat. Mungkin pula ia hendak mengambil ikannya tanpa
mengeruhkan airnya, kalau masih dapat kesempatannya eruah
kemudian apabila tidak ada kesernpatan lain daripada melalui jalan
kekerasan. Masakan ia akan mundur karena itu, pastilah akan
dicobanya juga menyerobot Sarnasti, anak dara kigede Tanuarja
tersebut.
Dalam hal menggunakan kekerasan itu, yang menjadi
penghalang besar adalah ayah gadis tadi, Pagede itu bekas jago
kawakan dalam geger Trunajaja dulu. Nama Tanuarja sering
disebut-sebut ayahnya sebagai lawan tangguh dalam pertempuran
perseorangan. Belum tentu orang tua itu dapat mengalahkannya,
tetapi untuk mengalahkan dia pastilah juga tidak gampang. Oleh
karena itu, lebih baik jangan sampai bertemu dengan dia saja dalam
soal menculik gadisnya.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 128
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Pertimbangan-pertimbangan sernacam itulah yang memaksa


Wiryawangsa menyabarkan tindakannya.
Waktu mendekati surup Surja, orang-orang Karangharja
digemparkan karena bisik-bisik orang kepada ternan, yang
diteruskan secara demikian kepada teman lainnya lagi terus
menerus, hingga dalam waktu sebentar saja sudah merata diseluruh
desa. Hebatlah kerukunan kampung disitu, demikian mendengar
kabar adanya kemungkinan bahaya, kekuatan seluruh desa sudah
dapat dikerahkan untuk menghadapinya.
Kenyataan itulah yang terlihat oleh bagus Suwarna dan Putut
Punung yang masuk kedalam desa tersebut, untuk mencari tempat
berrnalam hari itu. Maka berbisiklah bagus Suwarna kepada
ternannya : “Kak Punung ... Apakah yang nampak istirsewa didesa
ini bagimu?”
“Hmm ... aku melihat segala-galanya dik.”
“Hai, betulkah itu, Nampaknya kau tidak melihat kekanan dan
kekiri... mana kamu dapat melihat segala-galanya didisini. Coba
jawab, apakah yang pertama kali kau lihat itu?”
“Ha, bagus-bagus ada ujian cerdas tangkas ini. Tidakkah itu
tentang bisik-membisik kepada teman berdekatan untuk
disampaikan kepada teman yang berikutnya, hingga kabar
kedatangan kita ini segera didengar oleh orang· orang didesa ini? ....
betulkah itu? Nah, kalau demikian, boleh diharap segera akan
adanya kejadian terhadap kita ini, maka sebaiknya adik harus siap
sedia menghadapi segala kemungkinan.”
“Idih kak Punung, kau benar-benar pernuda luar biasa ...
Masakan nampak tidak jelalatan melihat kemana-mana toh narnpak
bagimu hal yang terasa aneh bagiku, setelah aku melihat beherapa
kali gerak-gerik mereka .... yang mereka rahasiakan.”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 129
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Baga'mana kita dapat menjadi pendekar yang baik dik, apabila


kita tidak berlatih dengan lirikan ujung mata mencakup segala-
galanya tentang gerak orang disekitarnya. Lirikan itulah yang aku
lakukan maka aku juga melihat gerakan-gerakan mereka, sedang
mereka sendiri mengira tengah tidak diperhatikan orang lain.”
jawab Putut Punung tanpa menggerakkan kepalanya kearah teman.
Segera mengertilah bagus Suwarna petunyuk temnnnya itu.
Iapun berbicara lirih, hampir tidak menggerakkan bibir, sedang
paudangan matanya tetap lurus kedepan! “Hm ... kau hebat kak,
apakah kiranya yang akan mereka lakukan terhadap kita nanti?”
“Siapakah yang dapat menyawab sebelum terjadi lelakonnya,
lebih-lebih kita tidak tahu keadaan disini, maka pastilah tergantung
kepada penilaian mereka terhadap kedatangan kita ini. Hanya saja
aku kuatir ... disini itu sedang akan adanya .... atau sudah terjadinya
peristiwa yang tidak menyenangkan bagi penduduknya. Oleh
karenanya kita ini mungkin akan mengalamiperlakuan kurang baik
dari mereka. Bila itu terjadi, aku minta kepadamu dik, jangan
keburu marah karena kekesaran dan perlakuan mereka yang tidak
senonoh, hitung hitung berlatih kesabaran, bukan?. Biarkanlah aku
saja menanggapi mereka nanti, cukup lebarlah dadaku rasanya
untuk menerima hinaan-hinaan orang.”
“Baik-baik .... seberapa dapat akan aku patuhi petuahmu itu.
Hanya bila sudah keliwat batas, janganlah salahkan aku kalau
tanganku bergerak tidak menurut perintah majikannya.”
“Awas dik, kiranya pertunjukan mereka itu segera akan
dimulai. Lihat saja tujuh orang mendatang dari depan itu!” kata
Punung memperingatkan temannya.
“Ha, orang yang depah gemuk hingga membleh-membleh itu
pastilah pemirnpinnya, aih …… banyaklah macam orang didunia
ini!” bisik Suwarna tersenyum-senyum.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 130
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Kau ini, ... ada saja kebawelanmu. Gemuk itu pertanda


kewibawaan, bukan. Semua orang bisa sekali menjadi gemuk
semacam dia.”
“Tidak, aku pasti tidak mau menurunkan derajatku sendiri
menjadi babi berjalan tegak demikian.”
“Iss .... bicara yang benar dik, jangan menghina orang!”
Hingga disitulah pembicaraan kedua pernuda yang dipandang
aneh sekali oleh orang-orang di Karangharja maka terpaksa
mencurigainya. Mereka itu dihubung-hubungkan dengan tokoh
Wirjadiwangsa, yang selalu diamat-amati, bila muncul disekirar
desa mereka. Sudah wajarlah jika kedua pemuda aneh itu dianggap
mernata-matai keadaan desa, hingga wajib disambut dengan hangat
oleh punggawa Jagabaja, dengan tetindihnya pak Sura Gajah, orang
gemuk tersebut.
Dua kepala Jagabaja yang lain bernama Sura Kencet dan Wira-
Kentus ..... Ada pun pemuda empat orang yang serta itu masing-
masing ketua regu barisan pemuda desa yang ikut dalam pertahanan
desanya.
Sura-Gajahlah yang membuka pembicaraan, sayangnya sejak
perrnulaan mereka sudah bersikap permusuhan. Terdengar suaranya
yang keras parau:
“Ha, …. berkeliaran didesa untuk keperluan orang lain, bukan?
Hayo bilang terus terang .... apakah gunamu bergentayangan didesa
orang ini?!”
Jawab Punung tenang-tenang saja: “Apa lagi kalau bukan untuk
mencari ternpat bermalam. Apakah dikira enak, tidur menatap
langit, berkemul mega, beralas tanah berkersik?”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 131
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Kurangajar .... anak muda, aku bertanya dengan sesungguh-


sungguhnya kepadamu.”
“Apakah aku tidak menjawabmu dengan sungguh-sungguh
pula?” jawab Punung berbalik menanya.
“Huss ... jawabmu itu pasti bohong. Kami sudah tahu macam
pemuda apakah kalian ini …. begundal-begundal Wiryawangsa,
paling banter kalian ini mata-mata orang gunung Sewu itu ....
benarkah?”
“Hajaaa …. hebat tuduhanmu itu. Dapatkah karnu
membuktikan kata-katarnu itu? Apakah alasanrnu untuk
mengatakan demikian Jancang terhadap kami ini.”
“Baru dandanan kalian saja sudah sangat mencurigakan orang.
yang satu bersolek seperri pangeran, sedang yang lain berpakaian
seperti pengemis gelandangan. Kalian masuk kedesa orang dengan
melihat kesegala arah, mungkin sudah dengan penelitian semua
yang nampak kepada kalian .... apakah itu belum cukup terang,
untuk menggolongkan wajah-wajah kalian dalam golongan para
durjana?”
“Go1ongan para durjana .... jadi Wiryawangsa yang. kau sebut
tadi adalah durjana. Tetapi aku dan adikku ini adak kenal orang
yang bernama Wiryawangsa. Memang kami tahu nama brandal
Gunung Sewu. Wiradiwangsa atau Wirawangsa itu, tetapi bukan
Wiryadiwangsa. Oleh sebab itu pastilah kalian salah terka.”
“Ha-ha-haak ... apa bedanya Wirawangsa dan Wiryawangsa,
itulah setali tiga uang, sami-mawon …... Masakan orang kenal
Wirawangsa tidak mengenal anaknya si Wiryawangsa-ha-ha-haa...!
Kau mau bilang apalagi sekarang. Tidakkah kamu sudah
menerangkan sendiri keadaan tampangmu itu?”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 132
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Tidak mungkin lagi sekarang bagus Suwarna menahan panas


hatinya. “Baiklah babi buduk ... kalau kalian tidak menerima baik
alasan orang yang betul …. kalian hendak berbuat apa terhadap
kami. Hayo bilang ... sebelum tanganku ini nyasar kemulutmu yang
menceng itu!”
“Apa kau bilang .... hah ... be-be- berrrani.” Keruan saja Wira
gajah menjadi marah sekali, hingga hampir tidak dapat berkata
wajar lagi.
“Berani saja! mengapa tidak .... mengatakan babi busuk
kepadamu, karena perangaimu tidak selisih banyak dari habis
kusebut tadi …. sudahlah pendeknya, kalian mau mengeroyok,
majulah bersama-sama ya. . ... datangkan orang-orang seluruh
desarnu, untuk menghadapi kami berdua ini. Siapa sih takut
dikeroyok sebangsa jejadian semacam kamu ini !”
“Sss .... se;ss .. se-setan nnnn . . . . kata orang gemuk itu sambil
maju menyotos kearah Suwa:na,. nampaknya dengan sekuat
renaganya. Karena waktu dikelit oleh pemuda pesolek tadi, hingga
nampak Wira gajah menghantam angin, badannya terus saja
menyelonong maju tanpa pengawasan lagi, celakanya langsung
menggabrus batang pohon trernbesi, maka nyonyor seketika
bibirnya yang sudah rebal itu.
“Bbb ... bbb ... ba.ba-bbbangsattt …. masih belum lancar
bicaranya saking marahnya. “Jed-j-ja jangannn lar-lariii!”
sambungnya terengah-engah.
“Siapa bilang mau lari menghadapi srudukan babi tak dapat
membelok saja.” kata Suwarna menggoda sejadi-jadinya .... dengan
wajah menyengir setan pula didepan orangnya. Benar-benar
menjadi kalaplah Suragajah, ia menyerang tanpa menghiraukan
keselamatan diri lagi, ingin sekali ia dapat menyandak lawannya

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 133
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

untuk dapat dirernas remas, tidak peduli badannya sendiri terpukul


remuk.
Tidak tegalah rasa hati Putut Punung membiarkan erang
menjadi kalap keliwat liwat itu. Maka dengan sekali meraih
terpeganglah pergelangan tangan Sura-Gajah, segera pula orang
depah gemuk itu mendeprok ditempat ia berdiri hendak menyerang,
karena kekuatannya mendadak larut habis, kuras tanpa sisa.
Berkatalah Punung dengan suaranya yang berwibawa: “Tahan dulu
.... mengapa tidak sabaran hingga banyak menjadi rusak karenanya.
Haruskah segala urusan diselesaikan dengan mengadu kekuatan,
apabila masih dapat dirundingkan secara cermat. Sebenarnya aku
ingin sekali bertemu dengan kjai gede dari desa ini ... siapakah itu?”
Jang kini menyawab ki Sura-kencet; “Itulah ki-gede Tanuarja.
Baiklah kita bersama-sarna menghadap kjai lurah saja, untuk
mernecahkan persoa lan ini.”
“Nah, begitulah pasti lebih baik. Mari mari ... apa baiknya
orang bertempur karena alasan sepele, mungkin karena salah faham
saja.”
“Bagaimana dengan lurah Sura-gajah yang kau lumpuhkan
itu?” tanya pak Kencet.
“Jangan cemas, segera ia sembuh kembali, serelah aku tepuk-
repuk punggungnya, lihat saja.”
Dengan tiga tepukan pada punggung orang, meloncatlah Sura-
gajah, karena kekuatannya sudah pulih seperri sediakala, juga
dengan seketika. Tidak habislah kekaguman dan keheranan
Suragajah tentang kehebatan pemuda awut-awutan itu.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 134
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Ssss…sss.. setttaan ...... “kata orang gernuk itu sambil maju


menjotos kearah Suwarna, nampaknya dengan sekuat tenaganya,
Karena waktu dikelit oleh pernuda pesolek tadi, hingga ......

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 135
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Kiranya ia sudah kapok tujuh turunan, hingga tidak berani lagi


memandang kepada pesolek ugal-ugalan itu supaya tidak usah
marah Lagi. Dibiarkan saja dia cengar-cengir mendongak kelangit.
Tahulah orang bahwa dia menahan ketawanya melihat tingkah laku
sigemuk sekarang berbalik kearah sopan. Biarlah dia ketawa terkial-
kial, asal tidak mengejek dengan mulutnya yang tajam ini ... jadilah
kiranya.
T'iba-tiba narnpak dari jauh ada orang tari dengan tangan
serabutan hendak menerangkan sesuatu.
Setelah kira-kira dapat didengar suaranya, berkatalah orang itu
sepatah-sepatah: “Pak Sura-gajah-kigede-hendak-dibunuh orang,
lima ….. Dengan datangnya itu, selesailah pula ia menyampaikan
tugasnya.
Terpaksa maju lagilah Sura-gajah: “Ada apa Kadimun ... ada
kejadian apa dirumah ki Ageng.”
Jawab pemuda tanggung itu terputus-putus karena
pernafasannya masih belum biasa kernbali, “Tarnu …. Lima orang
…. berselisih …. Ki Ageng ber ... tempur .... dengan ….
Wirawangsa .....”
Segera sigendut itu lari mendahului seperti bola menggelinding,
sambil berseru: “Teman-teman, bantu kigede semua.”
Tanpa kecuall orang-orang membentang kaki menuju kerumah
kiageng Karangharja. untuk menolong pemimpinnya. Mereka itu
berlari sambil berteriak-teriak memberi pertanda adanya bahaya.
Keruan dari tiap-tiap rumah keluar pemudanya atau orang laki-
laki memegang senjata, yang hendak serta mempertahankan
kehormatan desanya.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 136
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Maka dalam waktu tidak terlalu lama halaman muka rumah ki


Gede sudah banyak sekali orang bersenjata macam-macam, hendak
menghadapi lawan.
Namun mereka tidak berani lancang bertindak sebelum
mendapat aba-aba dari pemimpin. Apakah yang kini mereka
lihat?.... Pertempuran sengit antara ki Gede Tanuarja melawan
pemimpin brandal Gunung Sewu ki Wirawangsa ….. seorang
melawan seorang, dengan tangan kosong. Dalam soal umur, mereka
kira-kira seimbang …. setanding juga soal kedigdajaan mereka.
Jago-jago kawakan ini pasti tidak baru sekali ini saja bertempur
…. mungkin mereka itu musuh-musuh lama di beberapa medan
perang, jarnan Trunajaja. Terdengar suara Wirawangsa mengejek
lawan: “Nah-nah Tanu, ... lihat tuh orang-orangmu sudah semua
datang. Hayo beri aba-abalah untuk mengeroyok. Dasar kamu sejak
dahulu bangsa cecurut licik, hanya berani menghadapi lawan dalam
kerubutan ... Mana kamu berani tangguh melawan aku seorang diri.
“Wirawangsa genjik kau ini, masakan hanya kamu seorang,
laki-laki seluruh jagad ini. Kapan aku dapat kesempatan untuk
menghadapimu seorang melawan seorang, sebelum hari ini. Kami
selalu bertemu dimedan perang barubuh, mana bisa kita tidak
bertempur secara kerojokan orang banyak. Hai, kunyuk kuwuk
sekarang inilah kita bisa bertempur perorangan. Hayo, pertontonkan
segala lagumu, untuk aku timpali.”
“ Ha, ujar orang laki-laki sejati. Aku mau tahu sampai dimana
ketahananmu menghadapi aku tanpa dibantu orang lain!” kata Wira
sengaja mengejek.
Memang ia memancing kemarahan orang supaya dapat bertempur
seorang melawan seorang. Sekalipun ia merasa sanggup dengan
bantuan teman teman yang dibawanya, untuk melayani orang satu

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 137
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

kampung adalah tidak terlalu menarik perasaannya. Oleh karena itu,


ia menggunakan siasatnya ...... dan siasat itu berlaku baik.
Itulah yang dilihat oleh orang· orang ki Gede Tanuarja. Terpaksa
mereka tidak dapat berbuat apa apa, karena janji kiageng sendid,
hendak bertempur tanpa bantuan. Yang masih dapat dilakukan
bersama ialah, mengepung ke-empat lawan mereka.
Karena seram dan serunya pertempuran setanding kedua jago
kawakan ini ….. orang melupakan. Wiryawangsa yang tidak
nampak bersama·sama lagi dengan brandal-berandal Gunung Sewu
itu, Tidak seorangpun merasa bahwa orang muda yang justru
menjadi biang-keladi kekacauan ini, tidak berada. ditengah-tengah
mereka. Dilupakan sama sekali bahwa Wirya, hendak menculik
gadis ki Ageng, dan pasti mencari kesempatan dimana orang sedang
berlengah-lengah. Tetapi siapakah memikir hingga disitu, apabila
orang sedang terpancang pada pemandangan lain yang
mendebarkan hari menegangkan perasaan.
Makin lama pertempuran kedua jago tua itu makin menjadi hebat.
Kini pergulatan itu sudah memasuki babak adu senjata pamungkas.
Nampak kedua-duanya meloncat mundur sedepa, untuk berdiri
dengan kudakuda masing-masing, dalam pengerahan renaga sakti
untuk pengetrapan ilmu simpanan masing-masing pula.
Kiranya yang selesai dulu mengerahkan tenaga sakti itu si brandal
Gunung Sewu. Maka segera menyeranglah ia dengan tangan kanan
diangkat tinggi-tinggi dan tangan kiri dilonyorkan menyilang
dadanya, berloncatan dengan cara menggeser, kaki kiri selalu
berada dimuka. T angan kanan yang diangkat tinggi tadi
menyambar secepat kilat kearah dada orang ……
Bukan main hebatnya gebugan itu, lebih lebih kiageng Karangharja
belum selesai melarnbari dirinya dengan ilmu andalannya.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 138
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Untungnya, ia masih cukup gesit untuk meloncat kesamping,


mengelak gebugan tersebut. Namun tak urung ia telah merasakan
srernpetan angin pukulan rujak-beling lawan jang membinasakan
itu, bila sampai terkena telak. Baru srempetannya saja sudah terasa
seperti disajat pisau tajam kulitnya.
Agak menjadi kacaulah pengerahan tenaga kiageng, karena
kedahuluan lawannya itu .... , terpaksa ia masih harus berlincahan
menghindar dan mengelak menjauhkan diri dari rnusuh tangguhnya.
Wirawangsapun tahu hal itu, maka serangannya lebih dipercepat
dan diperhebat, untuk mendapat kemenangan terakhir. Baru waktu
sudah sepuluh kali menghindari serangan pemimpin brandal tadi,
kiageng dapat mengumpulkan tenaga saktinya yang harus dipakai
dalam menggunakan ilmunya Kebo-dungkul …. pukulan tangan
kosong yang beratnya. sama dengan serudukan kerbau tanpa
tanduk.
Sayang, kali ini kiageng kurang yakin bahwa ilmunya pasti dapat
untuk menandingi kedahsjatan lembaran lawannya itu, karena
berkali-kali terkena srempetan angin pukulan Wirawangsa, hingga
terpaksa menirnbang-nimbang kemampuan pukulannya sendiri.
Narnun serangan Wira sudah keburu datang dengan derasnya ...
Karena tidak berkesempatan lagi mengelak mau tidak mau kedua
lengan dengan lambaran sakti masing-masing beradu keras sekali
..... plak-plak .....!
Tidak terlampau keras terdengar benturan kedua lengan perkasa itu,
tetapi akibatnya ternyata berlebihan. Ki Ageng Tanuarja nampak
mental selandejan kebelakang lalu jatuh terjongkok sambil
memegang dadanya, memuntahkan darah sekumuran dengan mata
mencereng menahan sakit.
Wirawangsa melangkah surut lima tindak, berdiri bergoyang-
goyang, seluruh badannya gemetar dengan wajah menyeringai iblis,

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 139
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

juga menahan sakit, tetapi disembunyikan, Diapun tidak akan dapat


berbuat sesuatu, karena merasa kesemutan diseluruh badannya.
Hanya orang dapat menilai bahwasanya ilmu brandal itu
mempunyai segi keunggulan seurat dari lambaran ki Ageng
Karangharja. Maka menjadi legalah hati para pengikutnya, karena
pasti pemimpinnya tidak kalah dari lawan hebat itu, suatu jaminan
untuk tetap bersikap garang. Siapakah sekarang yang masih berani
maju untuk mengganti lurahnya yang sudah kalah kini duduk
numprah ditanah, guna memulihkan kekuatan itu? Lebih-lebih
pemimpin brandal itu sekarang sudah dapat lagi bergerak lagi.
Dengan tertawa menggeleges, menusuk perasaan, berkatalah dia:
“Heh-heh-heh.., Tahu …. tahu rasakah kamu sekarang. Enakkah
gebugan aji Rujak-belingku itu? Ha-ha .... kau kira dapatkah aji
busukmu menandingi keampuhan pukulanku .... Bagaimana
sekarang, apakah yang masih hendak kau suguhkan kepadaku lagi.
Hayo kuraslah pembelaanmu supaya jangan penasaran, bila aku
berkenan meremas putus lehermu nanti.”
Jawab ki ageng Tanuarja yang baru setengah pulih keadaannya itu
dengan gagahnya; “Wirawangsa, kerjakan maksudmu yang keji tuu,
siapa takut mah Jelek-jelek akupun prajurit dalam barisan raja
dahulu. Masakan dapat luntur keberanianku menghadapi maut
ditangan musuh, Hayo .. pilihlah senjatamu untuk menyempurnakan
kepergianku ini. Aku akan menyaksikan dengan mata melek
kematianku sendiri .....!”
Terdengar suara orang banyak: “Lurah, apakah kami belum boleh
bertindak.?”
“Jangan-jangan ...! Aku sudah berjanyi bertempur perseorangan
menghadapi dia.” kata kigede dengan menggoyang-goyangkan
tangannya. “Janji, adalah janji yang harus ditepati. Bila ada yang
dapat mengganti aku, pastilah dapat kuijinkan bertempur dengan dia

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 140
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

sebagai pembelaku. Tetapi kalian tidak mungkin aku ijinkan maju


menghadapinya. Biarlah aku sendiri nanti menyelesaikan persoalan
ini!”
“Kjai lurah ... kata Sura-gajah ... kjai lurah sudah terluka parah,
mana bisa hendak melanjutkan pertempuran lagi. Biarlah aku mati
membelamu!”
“Jangan Sura ... jangan kau mewakili aku. Tidak sudi aku melihat
orang membuat permainan kepada kalian. Tunggulah sebentar, pasti
aku dapat bergerak leluasa lagi!”
Mulutnya berkata demikian, tetapi kenyataannya ki gede memang
terluka parah didalam, hingga bila terjadi perternpuran sekali lagi,
pastilah ia seperti mengantar jiwa belaka.
Tiba-tiba terdengar suara orang berkata sangat nyaring.
“Hei-hei .... sore-sore begini, siapa hendak memhunuh orang. Kalau
toh harus ada orang yang dibunuh …. bunuhlah dia ini!” Suaranya
terhenti … blug ... ada barang besar jatuh dimuka pemimpin brandal
Wirawangsa.
Semua orang menjadi kaget karenanya. Waktu diperdatangkan,
apakah yang dijatuhkan tadi ... ternyata badan orang tinggi besar ….
Wiryawangsa.
Keruan saja Wirawangsa berjingkrakan sambil memaki-maki keras,
setelah menyadari kenyataannya.
“Setan alas ... iblis najis dari mana berani berbuat demikian,
membangkit kemarahan Wirawangsa ... hayo, keluarlah cecurut
hina-dina, temuilah aku ayahnya!”

“Akulah iblis hina itu…. kau mau berbuat apa terhadap setan alas
ini. tahu-tahu ada tubuh manusia gagah perkasa menyelinap masuk

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 141
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

kalangan pertempuran. Itulah Putut Punung, pemuda berdandan


awut-awutan yang tadi dicurigai orang sekampung, ternyata
sekarang bahwa dia adalah pembela lurahnya, berani menghadapi
berandal
“Kini terjadilah hal yang aneh dimata orang banyak. Pemimpin
berandal yang ganas dan garang luar biasa itu, tampak pias seketika
waktu berhadapan dengan pemuda tak karuan tadi. Ludeslah segala
kegarangannya, lenyaplah segala sifat berandalnya …. musnahlah
keberaniannya. Wirawangsa memandang dengan mata melotot dan
mulut melogo, kepada pemuda yang menyebut dirinya „Najis‟,
menirukan suara Wira tadi. Berkatalah pemuda itu, “Wirawangsa
…… bukankah ini anakmu yang tersayang? Pastilah kau tahu
tentang maksud jahatnya bukan? Ketahuilah bahwa anakmu ini
telah melarikan seorang gadis. Pastilah itu anak ke gede desa ini.
oleh karena itu, terpaksa aku rebut kembali anak dara itu, yang
sudah diserahkan kepada bunya kembali, sedang anakmu kini juga
aku serahkan kepada ayahnya. Kalau perlu bunuhlah dia saja.
jangan gerayangan kepada orang lain yang tidak bersalah …… Nah,
bagaimana?”
“Sebenarnya siapakah Tuan …… mengapa selalu merusak
reneana kerjaku …… adakah permusuhan antara tuan dengan aku
segerombolan?” kata Wira menyimpang dari jawaban langsung.
“Bukankah kau sudah menyebutkan sendiri sebutan-sebutanku
yang „bagus‟ tadi mengapa masih menanyakannya? …… perlukah
itu, tetapi mungkin kau masih membutuhkannya dalam pembalasan
kemudian …… Ingatlah saja, namaku adalah PUTUT PUNUNG.
Kalau aku selalu menentang rencanamu itu, karena aku ini abdi
rakyat umum, tugasku membela kebenaran dan keadilan umum
juga. Dengarlah pula peringatanku yang terakhir ini.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 142
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Punung adalah manusia biasa, hingga ia hanya dapat mengampuni


kesalahan orang sebanyak tiga kali …… maka, bila aku menemui
sekali lagi bertemu denganmu dalam soal yang menyalahi tugasku
lagi …. Pastilah kau dan aku tidak dapat hidup lagi dalam satu
jaman bersamaan. Kau atau akulah yang akan berjalan mendahului.
Ingatlah itu, pada waktu kami berjumpa sekali lagi. Sekarang kau
dengan orang-orangmu boleh pergi! Hayo segera jalamlah!”
Semua orang agak menjadi keheranan, melihat pemimpin
berandal gunung sewu itu benar-benar mematuhi perintah jalan si
pemuda. Tanpa mengeluarkan sepatah kata, Wirawangsa
memondong anaknya yang kiranya hanya dilumpuhkan saja oleh
musuhnya, untuk dibawa pergi …… diiringi oleh ketiga orang
teman setia mereka yang tak kurang herannya, karena tindakan sang
pemimpin kali ini sangat berlainan dengan yang sudah-sudah. Tak
pula berani mereka bertanya sebab musababnya sang pemimpin
menjadi kawus tidak karuan itu.
Malam itu Putut Punung dengan temannya dipaksa bermalam
ditempat kiageng Karangharja dengan mendapat perhatian penuh,
lebih-lebih setelah pemuda aneh itu dapat menyembuhkan Ki
Ageng dengan cara istimewanya……

****

BAGIAN V

Sekali lagi sang malamlah yang menjadi soa yang rumit dan
gawat bagi bagus Suwarna, yang sebenarnya seorang gadis molek
remaja bernama Sasanti niken Sawarni atau Suwarni nama yang

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 143
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

diberikan oleh denaju Widasari, karena gadis itu hampir kernbar


dengan ratu Alit ... selagi Suwarna masih berjalan bersarna-sama
dengan Putut Punung. Malam dirumah pagede Karangharja itu
adalah malam yang kedua, dalam perjalanan mereka.
Dasar waktu belakangan ini bagus Suwarna sudah sangat
kurang tidur ... mula-rnula dalam iring-iringan layon ratu Alit,
kemudian ikut berjaga dimakam ... dan selanjutnya bertemu dengan
bekas kekasih mendiang putri malang itu.
Setelah berkawan dengan Putut Punung ... dimalam pertarna
tidak berani memejamkan mata barang sebentar didalam pondok tua
tersebut. Kalau malam ini dia tidak bisa tidur lagi, apakah jadinya
nanti. Mulailah keruwedan bagus Suwarna, setelah kigede beserta
keluarga hingga para punggawanya menjamu dan menghorrnati
kedua tamu yang berjasa tadi. Karena kedua tamu itu pasti payah
sekali, maka sehabis puas beromong-omong, mereka dipersilahkan
beristirahat dalam karnar diserambi muka. Kamar itu cukup lebar,
yang hanya disekat dengan dinding papan saja disudut pendapa
yang sangat luas. Didalam kamar hanya terdapat satu amben besar,
cukup untuk tidur ernpat-lima orang, malah masih agak longgar,
asal mereka membujur sedjajar saja, Jadi bagi orang dua, arnhen itu
boleh di katakan sangat luas.
“Saudara-saudara pasti sangat payah, karena baru berjalan jauh
lalu terpaksa ikut serta dalam urusan kami tadi, maka sebaiknya
beristirahatlah sepuas-puasnya dulu, dikamar itu. Maaf'kan bila ada
kekurangah-kekurangannya, karena memang hanya itulah yang
dapat kami sajikan kepada para tamu-kata ki Gede Tanuarja ramah.
“Terrma kasih ki Ageng... kami, ini biasa tidur diluar beralas
tanah atau rerumputan, mana dapat tempat peraduan kebiasaan kami
dipersamakan dengan yang ki Ageng relakan untuk kami ini. Nah ...

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 144
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

marilah dik kita beristirahat dahulu, besok kita dapat melanjutkan


perjalanan kita lagi.”
“Beristirahat dahululah kak Punung, aku masih hendak keluar
sebentar, uutuk mendinginkan badan. Hebat panasnya udara didesa
ini, jawab Suwarna kontan saja ... maka terpaksa agak keliru
menilai udara Karangharja yang sama sekali tidak dapat dikatakan
panas. Namun sebenarnya dia juga tidak salah, karena yang
dirasakan adalah rasa-badannya sendiri ... keruan saja ia menjadi
panas seketika mendengar ajakan temannya. Mana boleh ia diajak
tidur dalam satu kamar dengan dia . . . wah.. wah, gila benar ….
tetapi apakah alasannya untuk menolak permintaan temannya itu,
Tidakkah wajar sekali apabila mereka tidur searnben dan sealas?
karena mereka sama-sama pria, …. teman seperjuangan, senasib
dan seasib. Dernikianlah dalam pandangan umum. Adapun yang
sebenarnya Suwarna itu seorang gadis remaja .... tidak seorangpun
yang berani mengatakan, karena dandanan dan lagak-lagunya.
Paling banter orang menyangka, bahwa dialah pemuda pesolek
kota, yang tingkah lakunya kewanita-wanitaan, Mungkin sekali
demikian itulah model dikota-kota supaya menjadi perhatian gadis-
gadis cantik,
“Namun Putut Pununglah yang terpaksa mengerutkan
keningnya mendengar jawab Suwarna yang tidak terlarnpau kena
itu. Mengapakah teman iru selalu menghindari berdekatan dengan
dia agak rapat sedikit ……
Agaknya pantang benar ia bersentuhan dengan dia juga dengan
pria lainnya. Tidak suka berdiri berdekatan atau duduk terlalu dekat
dengan orang lain. Sudah lebih dari sehari mereka bersama-sarna,
maka pastilah ada sesuatu yang menjadi perhatian Putut Punung
tentaug diri teman aneh ini. Kecuali bentuk raut mukanya yang
terlala manis malah mirip benar wajah ayu ratu Alit ..... kulit. tangan
dan kakinya nampak sangat halus bening, sekalipun keseluruhan

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 145
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

warnanya hitam-mams. Suka pula ia akan bebauan yang wangi,


harum, dan selalu berbau bedak wangi, mirip sekali perangai
wanita, adakah ia memang wanita? Kalau itu benar seorang wanita
siapakah dia itu? Menjadi lebih kuatlah raba-rabaannya waktu
mengingat jawaban temannya itu, tidak mau diajak mandi bersama
kesungai …. menyuruh orang tidur diluar dengan dalih tikar bodol
segala ....
Sekarang malahan terbangunlah keinginan Punung untuk
mengetahui dengan seksama, kebenaran pemikirannya. Maka
tersenyumlah ia, berkata dalam bati, “Ba1klah, kau mau
mengelabuhi mata orang …. aku ingin tahu sampai dimana kau
dapat bertahan!”·
Masuklah ia kedalam kamar mendahului teman, sebagai
dianjurkan oleh bagus Suwarna. Sekali lagi ia tersenyum geli ...
Ambennya terlalu besar apakah akalnya sekarang untuk
menyempitkan tempat berbaring orang lain .... Maka direbahkan
badannya yang panjang besar itu serong melintang diatas amben,
hingga pasti saja mengurangi keleluasaan orang lain yang hendak
tidur disitu pula. Kedua bantal yang semula direndengkan, kini yang
satu dibuat alas kepalanya sedang satunya lagi sengaja dikempit
dilintangkan didadanya.
Mulai mendengkurlah ia, entah pura-pura entah sebenarnya,
karena kepayahan. Bagus Suwarna yang terpaksa keluar karena
ucapannya sendiri, setelah ada dihalaman samping pendapa, segera
merasa betapa dinginnya udara diluar. Lebih lebih pada waktu
daumg sang angin-malam yang lembut tetapi dingin menggigit
kulit.
Maka menggigillah anak dara yang berpakaian laki laki itu
kedinginan, sedang matanya terasa sangat perih karenanya. Tiga
kali berturutan, ia terpaksa menguap, itulah. Pertanda kantuk yang

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 146
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

berlebih-lebihan. Tetapi ia bertahan sekuat tenaga, melawan rasa


hampir tak dapat membuka mata itu, pikirnya;
“Kau tidak boleh tidur …. tidak boleh, sekali lagi tidak boleh ...
hayo lawan terus rasa kantukmu . . . lawan terus, masakan kalah
dengan perasaanmu sendiri.”
Selesai menasehati diri sendiri …. serrr, hampir saja ia jatuh
terjerunuk, karena dilanda kantuk lagi. ... Gila ... apa mungkin orang
tidur berdiri, atau ... serrr ... Wah-wah .. celaka. Celaka benar kalau
ada orang yang melihat aku terjatuh karena kantuk.. Apakah kata
orang., kalau aku tertidur diluar begini . . Aih, apakah yang
sebaiknya kulakukan ... Tidur dengan sikap duduk diamben besar
dipendopo bersama-sama dengan para jagabaja ... atau, atau ...
idiiihh ... sulit nih. Hmm ... sudahlah, untung-untungan, aku akan
masuk dalam karnar gila itu. Tak a palah kiranya bersama-sama
dengan dia asal aku tidur duduk saja. Sebelum ia bangun aku harus
sudah keluar lagi . . . mendahului,-
Maka dengan jalan berhati-hati sekali tanpa menimbulkan suara
sedikitpun, bagus Suwarna masuk kedalam kamar tidur tadi.
Sebenarnya iapun harus tahu bahwa pendekar sakti tingkaran
Punung itu tidak mungkin tidak tahu atau lebih tepat merasa, bahwa
didekatnya ada sesuatu yang bergerak. Boleh gerak itu tanpa suara,
namun tidak bisa tanpa iringan angin lernbur. Dan angin itulah yang
menyentuh kepekaan rasa Putut Punung, Dengan sangat hati-hari
pula ia membuka matanya, karena lekas ia tahu siapa yang masuk
kedalam karnar tersebut, Penerangan untuk jarak yang tetap
dinyalakan dipendopo hanya mampu memberi penerangan sangat
terbatas disekitarnya, Masuknya kedalam karnar melewati celah-
celah sernpit dibeberapa bagian dinding papan itu, sama sekali tidak
dapat menerangi kamar tersebut ... tetap remang-rernanglah keadaan
didalamnya.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 147
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Meremanglah bulu roma bagus Suwarna waktu berada didalam


kamar, harnpir ia segera kernbali keluar ... tetapi ia sudah terlanjur
didalam masakan lalu keluar Jagi tanpa sebab, bukankah Itu janggal
sekali? Sebenarnya apakah yang ditakutkan itu ... Pernahkah ternan
ini berbuat yang tidak senonoh terhadapnya, Audaikata ia tahu
bahwa Suwarna itu nyaranya seorang gadis, sudah pastikah Punung
akan berbuat yang kurang patut terhadapnya. Mengapa ia selalu
takut terhadap dia? Deegan memupuk pemikiran yang demikian
bertekadLah ia duduk dlsarapirig badan orang yang masih
mendengkur itu.
Terdengarlah amben itu berderak lirih waktu bagus Suwarna
duduk, nampak tubuh orang yang tidur tadi bergerak beralih sikap
membelakangi yang baru datang. Mula-mula pemuda pesolek itu
sangat terkejut, melihat tubuh temanya bergerak ... namun segera
menjadi sangat lega, ketika melihat punggung orang. Karena tidak
mendapat teguran atau diajak bicara, maka ia mengira bahwa teman
itu benar-benar tidur nyenyak sekali.
Apa salahnya kalau ia juga mencoba tidur sebentar, karena rasa
kantuknya tidak dapat disabili lagi. Lupa pula ia bahwa rencananya
hanya duduk sambil mengantuk melulu.
la merebahkan diri diamben juga, tetapi agak jauh jaraknya dari
punggung Punung.
Dasar sudah tiga hari tiga malam tidak tidur baru saja kepala
daletakkan pada ujung bantalnya kesadarannya sudah pudar dialam
mimpi. Tertidurlah bagus Suwarna, lebih pulas dari biasanya.
Pernapasannya yang mula terdengar kurang wajar. kini sudah lurus
teratur rapi, hingga mudah diterka bahwa ia sudah jauh dari dunia
kesadaran.
Demi sedikit Putut Punung membalik arah, untuk meyakinkan
keadaannya. Pastilah teman itu sudab tidur nyenyak sekali, lupa

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 148
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

sgala-galanya. Ikat kepala yang menutup kepala pemuda itu


terpaksa lepas sebagian ... hingga merosotlah beberapa untai rambut
hitam-legam berombak disamping pipinya.
Sekalipun penerangan lampu ublik diluar kamar hanya remang-
remang samar saja didalam bilik itu, bagi Punung dengan ketajaman
matanya, sudah lehih cukuplah penerangan itu, guna melihat
sesuatu dengan saksama.
Baginya sekarang ini teranglah sudah, bila temannya itu.
pastilah seorang wanita yang menyaru dengan dandanan priJa,
untuk keperluan tertentu. Dan yakinlah ia bahwa keperluan tadi
pasti ada hubungannya dengan ratu Alit dan dirinya sendiri.
Malahan sebagian besar pesau putri malang itu sudah
disampaikan kepadanya, sebagian telah didengarnya dimuka
kuburan putri kemarin dulu, Mungkinkah masih ada pesan Puteri
yang belum disampaikan karena ada bahayanya bila sarnpai
kedengaran orang lain, hingga harus dirahasiakan baik-baik?
Dernikianlah kesan yang serasa oleh Punung, tentang pemuda
gadungan ini.
Lama sekali Putut Punung menekuni wajah Suwarna ….. yang
pasti bukan Suwarna itu, Makin lama wajah itu makin serupa
dengan wajah ratu Alit, Tetapi berbeda mutlak dalam warna
kulitnya, oleh karena kemolekan ratu Alit bertitik berat kepada aju-
luar biasa, sedang putri ini titik-berat kecantikannya pada, manis,
juga luar biasa. Maka repotlah hati Punung yang masih sangat
merindukan kekasih yang telah meninggal; sedang didekatnya ada
anak dara yang serupa benar dengan bekas kekasihnya itu. Hanya
dengan kekuatan batin yang hebat saja ia dapat menahan hatinya.
Kuat-kuat ia mernalingkan kepalanya, tidak hendak
memandang lebih lama lagi, supaya jangan menjadi mata-gelap,
Sejak bertemu dipekuburan, Sudah disangkanya bahwa yang

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 149
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

bersuara kepadanya itu adalah roh sang kekasih, wajarlah kiranya


jika ia sekarang menganggap putri ini penjelrnaan putri raja itu.
Dengan menyadari keadaan ini, agak terhiburlah rasa pedih hatinya
yang terasa hampir membeku kedinginan ... kini mencair demi
sedikit, karena sinar harapan, ingin ia menemani putri menyarnar
prija ini lebih lama lagi, untuk mengetahui lebih lanjut apakah
maksudnya yang masih dirahasiakan itu.
Supaya jangan menjadi malu atau kurang dapat bergaul bebas
dengannya, ia harus menjaga agar Suwarna tetap merasa helum
diketahui penyamarannya. Maka biarpun Punung. masih sangat
kesengsam melihati wajah manis itu, terpaksa ia merebahkan diri.
lagi dalam sikapnya semula, membelakangi bagus Suwarna, tetapi
ia tidak tega untuk tidak menernpelkan punggungnya kepada bahu
bagus Suwarna, sekalipun sangat sedikit kenanya, Demikian saja
sudah menggetarkan hatinya hebat sekali, hingga terasa
pernapasannya kurang lancar dengan mendadak. Seluruh badannya
terasa kesemutan, gemetaran lirih.
Bagus Suwarnapun seorang pendekar asuhan guru sakti
Biarpun tingkatan saktinya tidak nempil pada kemarnpuan Putut
Punung, retapi ia juga sudah melatih kepek.ian perasaan dan ·
segala ~engind~raan, oleh sebab itu, getaran punggung yang
menempel dibahunya sudah pula cukup, untuk membangunkan
tidurnya yang nyenyak tadi. Mula-mula dirasakan sebagai barang
hangat-hangat nyaman saja tetapi setelah pulih Sama sekali
k,eciadarannya, tahulah ia bah.wa yang menyentuh bahunya itu
tidak mungkin barang lain, kecuali badan temannya.
Mendadak seperti bersentuhan dengan apilah rasa hangat
sernula itu. Sebagai tersentak rasa kagetnya, hingga tahu' tahu
terduduklah ia, dengan sikap marah sekali hendak menempeleng
orang. Pasti saja ia mengira bahwa teman itu berlaku curang,
hendak berlaku kurang-ajar setelah tahu bahwa ia adalah

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 150
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

wamta......... Tetapi tangan yang sudah diangkat itu, pelan-pelan


diturunkan lagi, waktu melihat sikap temannya masih saja seperti
waktu dia masuk kekamar. Nampaknya Punung masih tidur nyaman
sekali, hingga hampir setengah malam tidak mengubah sikap
berbaringnya.
“Hmm ...... hampir salah tangan, pasti dia tidak bersalah, malah
belum tahu sama sekali penyamaranku' ini . . . . . . Kalau dia lebih
dulu bangun, lalu melihat keadaanku demikian ini. .. ikat-kepala
hampir lepas, rambut keluar setengah konde, baju beskap terlepas
karnyingnya, sampai terlihat pamekak hijauku, wah-wah ......
celakalah aku. Dimana aku dapat menyembunyikan mukaku
terhadap orang ini. Aih, kangmbok Alit, kau benar-benar menyiksa
aku. Kau lihat, akupun orang biasa dengan segala kesalahan dan
keinginan biasa. Tahukah kau roh yang sudah suci ...... bahwa aku
juga langsung jatuh hati kepada bekas kekasihmu itu. Setelah aku
melihatnya dan bergaul dengannya, pastilah tak ada pemuda lainnya
yang kunilai lebih dari dia. Kangmbok telah mewariskannya
kepadaku, tetapi kalau orangnya sendiri tidak menghiraukan akan
daku apakah jadinya nanti?”
Demikian ramailah pikiran pemuda pesolek itu sambil
mengaw'asi terus punggung orang, hingga terasa panaslah oleh
orangnya. Menggeliatlah Putut Punung, meregang badannya yang
kukuh-kuat itu. Terdengar otot-ototnya bergemerutan,
tulang-tulangnya berkerutukan…uaaah.. ia menguap lebar dengan
menutup mulutnya .. .. .. Uaaaiih ...... sekali lagi ia menguap, dan
meregnng badannya, lalu membalikkan tubuh tanpa membuka mata
kemudian menyingkrung lagi …… seperti udang kering.
Yakinlah bagus Suwarna babwa orang ini belum tahu menahu
tentang penyamarannya.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 151
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Heee ...... kak Punung, masakan masih mau tidur bgi. Hari
sudah siang, malu ah..... orang semua telah sibuk, kamu masih sibuk
menutup mata saja. Bungunlah!”
“Apakah matahari sudah tinggi?” Punung balik bertanya
kepada temannya, ' '
“Bukalah matamu itu .... masakan membuka mata sebentar
saja merasa rugi, uwah-uwah …. rajin benar kakak ini.” jawab
teman itu,
“Hayaaa, kedahuluan matahari …… tapi tak apalah untuk kali
ini, bukansah kira ini ramu-tamu terhorrnat, yang dibenarkan
berbuat lain dari pada yang lain. Mari kita mandi saja dahulu!”
dengan sengaja ia menguijapkan permintaannya yang terakhir itu
tanpa memandang langsung kepada orangnya, namun krlasan
lirikan sudut matanya justru sangat tajam.
Maka tahulah ia bagaimana warna kulit hitam manis itu
menjadi lebih merah pada kedua belah pipinya yang halus.
Terdengar jawabannya sebagai terlontar dari mulut mungil itu,
“Uila ... sudah siang begini mengajak mandi kesungai …. pergilah
sendiri kalau tidak malu dilihat orang banyak!”
“Apa salahnya orang melihat orang …. juga, masakan kilta
tidak dapat mencari tempat yang aman tidak dilalui orang. Apakah
kau sudah mandi dahuluan? Atau …. masihkah demammu kernarin-
dulu itu?”
“Sudalah! jangan banyak bicara kak, mau mandi .. mandilah
sendiri, tak usah mernusingkan orang lain! Seperti penakut saja
kakak ini, tidur minta ditemani, mandi juga minta kawan …. apa sih
yang ditakuti itu?”
“Hmm ... memang aku ini sebenarnya penakut ulung, ada-ada
saja yang kutakuti .... Kadang kadang bayanganku sendiri, tetapi

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 152
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

betakangan ini takut kepada pembajanganku, karena selalu masih


ingat akan kangmbok Alit, sering nampak wjahnya didepanku,
hingga aku berbicara sendiri, seperti orang kurang leugkap, itulah
dik persoalanku sekaraug!”
“Yaaa ... aku dapat mengerti keadaanrnu ilu, tetapi tidakkah
kakak dapat memahami pula bahwa orang yang sudah mati, tidak
akan dapat kembali lagi didalam pergaulan kita ini. Mau tidak mau
kakak harus dapat menerima kepahitan nasibmu. Nasihat mendiang
kangmbok juga menganyurkan supaya kakak mengatasi
kesedihanmu, dengan mencurahkan pengabdianrnu kepada
masyarakat, memuju ketingkatanyang lebih tinggi 1ebih bahagia,
lebih makmur. Apabila kau sendiri tetap dalam kesedihan, mana
bisa kau membajangkan kebahagian orang lain. Bahkan mungkin
sekali kau membenci segala ben· tuk kebahagian orang. O1eh
karena itu, kangmbok menghendaki kau hidup sebagai rakyat bia1a,
bergaul rapat dengan rakyat jelata, memahami segala segi tata-
hidupnya, suka dan dukanya …… yaa, bahkan kangmbok
menganjurkan kakak mengawini gadis dari kalangan mereka itu,
yang cantik dan kakak sukai.”
“Aku sudah mengucapkan sumpahku didepan kubur
kangmbok itu, pastilah akan kutepati janjiku hanya soal beristeri
itulah yang kiranya sangat sulit bagiku, karena aku pastl tiaak akan
kawin dengan wanita siapapun yang tidak seratus bagian menempati
jantung-hatiku. Soalnya adakah wanita yang sama dengan mendiang
kangmbok Alit, seraut dan sebentuk keseluruhan tubuhnya ...... Sulit
bukan?”
“Itulah mustahil, gadis manakah dapat direndengkan dengan
putri raja yang tercantik?. Memang konyol nasib kakak ini, seumur
hiduppun tak akan dapat menemukan orang yang mirip. rupa putri
raja itu. Tetapi asal kamu berani hidup saja, tidak usah kawinpun
sudah lebih baik dari mati cemas kemlurusen-.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 153
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Mungkin kau benar dik, tetapi aku masih mempunyai


pengharapan benar. ltulah kareua mimpiku semalam yang bagus
sekali firasatnya.”
“Apakah mimpimu itu, coba ceriterakan.”
“Aih, mana. boleh pagi-pagi berceritera tentang mimpi baik,
nanti saja, dalam perjalanan aku menceriterakannya kepadamu,
untuk menghilangkan rasa payah. Mari kita bertemu saja dengan Ki
Ageng, untuk minta diri dan berterima kasih atas kemurahnnya.”
“Tanpa membersihkan diri dulu kesungai, bagaimana kakak
ini?!”
“Biarlah ... kita gosok kuat-kuat sajalah muka kita, pasti sudah
cukupbersih nampaknya, anggap saja aku mulai dengan hidup
secara rakyat jembel, sesuai dengan pakaianku ini bukan?”'
“Bah .... itulah kebiasaan orang besar kota .... takut
bersentuhan dengan air waktu pagi, karena agak dingin saja, Justru
rakyat desa suka mandi diwaktu pagi-pagi benar. Nah, biarlah
begitu dulu, kalau orang tak suka berdekatan denganmu, janganlah
menyesal. Hayo lekas betulkan pakaianmu, mari kita segera
keluar!”
Setelah turun dari amben dan berdiri tegak berkatalah Putut
Punung. “Sudah beres sejak kemarin dulu dik apanya jang mesti
diluruskan lagi. Mari kita berpamitan kepada ki ageng, dia sudah
duduk diamben besar pendopo.”
Ki Gede Tanuarja, memang sudah duduk diamben pendopo,
sedang minum serbat kesayangannya Setelah melihat tamu tamunya
keluar dari karnar, berkatalah ia dengan senyum ramahnya: “Sudah
bangun .... Cukupkah sudah beristirahat setengah malam saja, Mari-
rnari , ... duduk disini dulu, menikmati serbat Karangharja, yang
hangat-pedas!”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 154
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Sudah lebih dari cukup ki Ageng. Malahan kami hendak,


minta maaf karena bangun agak kesiangan ini. Soalnya, karena
payah dan menemui ternpat yang jauh lebih baik dari yang biasa
kami jumpai.”
“Heh· heh-heh.” ... jawab ki Ageng menggelegas, “Apanya
yang harus dimaaf'kan angger, kalau, mau saja, boleh angger
beristirahat lagi sepuas-hati, tetapi marilah kita minum-minum
sebentar dan memilih hidangan yang dapat kami sediakan ini, guna
melewatkan pagi berkabut itu. Silahkan-silahkan.”
“Benar-benar nikrnatlah wedang serbat istimewa Karangharja
diminum bersama-sama makan juadah-bakar masih hangar pada
waktu pagi demikian, lehih lebih bagi orang-orang jang sudah agak
lama tidak teratur makannya seperti kedua orang .perantau itu,
Gajenglah ornong-omong pagi dipendopo pagede Tanuarja, karena
keramahan tuan rurnah yang sudab sembuh sarna sekali dari
ijederanya kemarin. Sudah barang tentu pula pembirjaraan mereka
melanrur kebarat dan ketimur.
Pada pertanyaan Putut Punung tentang sebuah lukisan pedang
berbentuk indah sekali, yang nampak diatas gawang pintu kerumah
belakang ...... jawab ki Gede “Itulah lukisan kuno angger, mungkin
sudah lima turunan dari pelukisnya. Bagi kami yang memilikinya,
kami anggap bukan lukisan melulu melainkan sebagai rajah tulak-
bala (malapeeaka). Lukisan pedang indah itu diturunkan dari ayah
kepada anak-sulungnya sampai kepada tanganku sudah kira-kira
lima turunan. Pedang itu disebut PEDANG JANUR NAGASURA,
konon tajam dan ampuhnya pedang itu luar biasa sekali, dapat
direndengkan dengan pusaka-pusaka ampuh dikeraton …… dari
jaman MAJAPAHIT.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 155
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Kalau angger suka mendengarkan ceriteranya, boleh saya


paparkan sebentar garis garis besarnya sebagai iseng tambah-
tambahan pengetahuan saja.”
“Pasti saja kami suka mendengarkan ceritera itu ki ageng,
silahkan ki ageng menuturkannya!”
Mulailah ki Gede Tanuarja berceritera tentang lukisan pedang
sakti diatas pintunya.
“Salah satu perwira tinggi Majapahit, berpangkat Manggala
Rana, sederajat dengan bupati tempur jaman sekarang bernama
SINGAPATI. Banyak orang sakti-mandraguna pada jaman dahulu
itu, tetapi tidak seorangpun dapat disamakan dengan manggala-rana
SlNGAPATI ini. Dia seoranglah yang mempunyai kemungkinan
paling luas pada jamannya karena kesaktiannya dan ilmu pedangnya
yang luar biasa sekali disamping pedang ampuh tiada taranya,
pedang JANUR NAGASURA, yang dilukis itu.
Dalam keroyokan pengepungan ratusan orang Singapati
sanggup menembus kepungan, asal saja ia memegang pedang
saktinya itu. Jangankan kayu penggada dan besi atau logam lain
tidak taban putus terbabat pedang tersebut, sekali-un senjata dari
baja murni, akan mudah terpotong dengan mudah sekali oleh
pedang itu.
Pada perang besar terakhir melawan laskar gabungan dari
Demak, dimana laskar Majapahiit hancur tergempur, dimana pula
banyak senapati dart Majapait gugur dalam medan laga ....... banyak
orang melihat sendiri, senapati SINGAPATI dapat menyelamatkan
diri dengan menembus pengepungan musuh yang rapat lagi ketat
sekali, karena pedang dan permainan pedangnya. la dapat
mempertahankan diri hingga malam hari dan mempergunakan gelap
malam ia menerjang kepungan laskar musuhnya Selamatlah ia,
menoblos kepungan itu, lalu menghilang entah kemana.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 156
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Karena pertahanan Majapait sejak itu tidak ada yang berarti


lagi maka selanjutnya orang tidak tahu lagi kemana larinya orang
saktti dengan pedang istimewanya itu. Hanya dapat dipasiikan
bahwa dia menuju kearah barat itulah karena pada suatu waktu
diketernukan orang lukisan pedang ini, Para ahli berpikir
mengarakan. Siapakah yang dapat melukis pedang sakti itu hingga
mirip pedangnya sendiri, kalau bukan yang memilikinya sendiri
pula. Maka dapat dipastikan bahwa orang tanpa tandingan tersebut
berada disekitar gunung-gunung Kawi, Lawu atau Pandan bila
orangnya belum meninggal.
Kalau orang itu sudah mati, pastilah kerangkanya masih dapat
diketernukan orang yang kebetulan menernukan persembunyiannya,
Akan berbahagialah orang itu karena pasti juga dialah pemilik
benda tak ternilai harganya, pedang Nagasura, Mungkin sekali
orang itu mempunyai keropak pelajaran ilrnu pedangnya, yang
masih dapat dipelajari oleh penernunya, hingga tidak usah ilmu
pedang Janur Nagasura lenyap dari persada bumi Jawa.
Sayang, sampai sekarang tidak seorangpun dapat menemukan
gua Singapan itu. Di jarnan nenek saya, ada usaha menernukan
persembunyian orang dalam ceritera ini, tetapi usaha itu gagal
sernua ... mungkin karena kurang tekun, atau kurang kemampuan
perseorangannya, hingga ridak dapat mengatasi kesulitan dan
rintangan-rintangan yang tersulit ditengah jalan.
Sekali lagi aku merasa sayang sekali, kalau pusaka itu sampai
tidak dapat diketemukan kembali beserta imunya. Kini banyak
orang-orang muda yang boleh disebut sakti sekali misalnya angger
ini, mengapa ridak mencoba-coba mencari jejak Sang SINGAPATI
untuk dapat mewarisi ilmu serta senjata ampuhnya itu, Pastilah
waktu yang diperuntukkan itu, tidak terbuang sia-sia belaka. Dalam
mengikuti jejak orang luar biasa tadi pastilah akan bertemu deugan
segala. macam pengalaman yang berrnutu tinggi bagi kehidupannya

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 157
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

hingga ..... bila tidak dikeiemukan orangnya, sudah bertarnbah


pengetahuan dan pengalamannya. Hanya saja perjalanan itu
berbahaya sekali bagi orang yang kurang modal kesaktian.
Nah, angger...., itulah ceritera lukisan pedang Janur Nagasura,
Semoga ceritera pendek ini bermanfaat dalam pertemuan kita,
setidak-tidaknya supaya menjadi kenang-kenangan indah.”
“Kedua tamu muda itu mendengarkan dengan sungguh-
sungguh ceritera ki Ageng, tanpa menyela barang sepatah katapun,
untuk minta penjelasan. Mungkin karena ceritera itu disajikan
dengan sederhana sekali hingga mudah sekali ditangkap intinya.
Apabila bagi orang kebanyakan ceritera itu hanya bagus sekali
untuk didengar saja, ... bagi Putut Punung agak berbedalah
makannya. Seolah-olah jiwanya tergoncang keras untuk berbangkit
dan berusaha, supaya ilmu pedang nomor satu beserta pusakanya
tidak terlanjur musnah ditelan kala. Sekurang-kurangnya ia akan
berusaha mencoba nasibnya, beruntung-untungan menemukan
peninggalan jaman kuno itu, setelah berpisahan kemudian dengan
Suwarna nanti.
Bertanyalah ia kepada pembawa ceritera itu. Ki Ageng,
adakah petunjuk-petunjuk perkiraan orang bahwa Singapati itu .
harus berada disekitar gunung·gunung yang ki ageng sebut tadi?”
“Petunjuk yang tertentu, memang tidak ada ngger …. Tetapi
orang berani mengatakan itu, karena lukisan ini diketemukan.
dikaki gunung Lawu, maka petunjuk utama bagi orang yang hendak
mencoba menemukan kerangka orang sakti itu, adalah menyelajah
gunung Lawu ….. dan kemudian mencoba di gunung lainnya
setelah yakin hahwa orang itu tidak akan dapat diketemukan
digunung lersebut. Adakah anger berminat, untuk mencarinya?
Kiranya tidaklah terlalu janggal apabila anggerlah jang mendapat
anugerah Tuhan sebesar itu!”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 158
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Akh, ki ageng terlalu tinggi menilai diriku ini. Aku hanya


seperti yang kebanyakan saja. Anggaplah pertanyaanku itu sebagai
iseng saja.”
“Ya yaa ...... tahulah aku angger, hanya alangkah suka juga
hatiku kemudian bila ternyata ceriteraku tadi, terbukti nyataanya
dan anggerlah orang yang membuktikannya itu.”
Demikianlah mereka itu masih melanjutkan beromong-omong
kira-kira setengah jam lagi baru kedua tamu muda itu
diperkenankan melanjutkan perjalanan mereka.
Ki Ageng sendiri berkenan mengantarkan mereka sampai
diperbatasan desa, baru mereka berpisahan sebagai keluarga yang
baik.
Kini mereka tinggal berdua, hingga dapat mempercepat jalan
mereka. Karena masih terpengaruh oleh perpisahan dengan orang-
orang Karangharja yang baik bagi mereka itu, maka mereka
berjalan tanpa berkata-kata, sementara waktu …… masih hanyut
dalam perasaan masing-masing. Setengah jam kemudian mereka
sudah melampaui karang perdesan dan pedukuhan Karangharja,
menempuh jalan yang melalui hutan lagi menuju ke Kartasura.
Dengan lirikan yang tajam Suwarna mengerling kepada
ternannya, yang masih membisu saja. Tegurnya : “Hmm, kak
Punung .... kau ini masih dapat berbicara atau tidak ?"
“Kukira lidahku belum beku sama sekali. Adik hendak
menanyakan apakah kepadaku? jawab Punung sambil menyeringai
lucu.
“Apa lagi kalau bukan mengingatkan kepadarnu, yang
agaknya pelupa ulung pula ini, tentang mimpirnu semalam?
Bukankah kau hendak menceriterakan itu setelah kita berjalan?

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 159
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Apakah yang sedang kita lakukan ini ... mengapa tidak lekas
berceritera untuk melunasi janji.
“Baik-baik, aku segera bicara .... Dalam mimpi itu aku
kedatangan putri Alit. Nasehat yang diberikan kepadaku dalam
mimpi itu, mengapa sarna benar dengan nasehat jang adik ucapkan
tadi pagi. Tidakkah itu sangat ajaib. Perbedaannya hanya pada
bagian-bagian terakhir, jakni kangmbok Alit mengatakan, bahwa
didunia ini ada seorang dara yang serupa benar dengan dia, dan
gadis itu adalah saudara sepupunya sendiri yang harus kucari dan
kuanggap sebagai ganti kangmbok Alit, bila gadis itu dapat
menerima aku sebagai teman hidup. Oleh karena itulah aku
mengatakan, masih ada harapan bagiku tadi pagi. Pastilah gadis iru
akan kucari kernudian, setelah aku selesai dengan latihanku
terakhir.
“Apakah nama dan rumah gadis itu juga disebut oleh
kangmbok Alit?” tanya Suwarna dengan mata penuh selidik.
“Tidak, tetapi kangmbok bilang, bahwa dara itu pasti tidak
terlampau jauh dariku, Bagiku itulah bukan yang sulit, namun
adanya putri yang mirip sekali wujud kangmbok Alit cukuplah
bagiku untuk menghidupkan sernangat juangku kembali, Akan
kucari dia hingga dapat kutemukan” jawab Punung tanpa melihat
kepada orangnya secara langsung.
“Kau kira mudah bukan, mencari orang segelintir diantara
ribuan manusia ini. Kemana hendak kau cari gadis itu?”
“Aku sudah bilang tadi, itupun bukan soal. Apa sih sulitnya
mencari barang atau orang yang sudah pasti adanya! ….. Sekalipun
bersembunyi dibalik bumi bila dicari sungguh-sungguh masakan
tidak dapat diketemukan.”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 160
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Hmm, betul betul aku mau tahu sampai dimana


kesungguhanmu itu nanti. Mencari barang yang ada, sudah barang
tentu berlainan sekali dengan mencari orang yang dapat bergeak
menurut kehendak sendiri, dan yang dapat bersernbunyi secara
cermat sekali …. Kau bisa berbuat apakah?”
“Ha-ha ... aku jakin bahwa gadis yang kucari itu belum tahu-
menahu lentang maksudku hendak mencarinya, bagairnana dia bisa
tahu sebelumnya, kalau hendak dicari orang, kecuali kalau gadis itu
sudah diberi tahu oleh seseorang lebih dahulu. Karena kaulah satu-
satunya orang yang mengetahui soalku ini mudah dimengerti siapa
yang memberi tahukan kepada anak dara itu ... ha-ha ...
“Hai, kau menuduh aku ya?” kata Suwarna agak keras.
“Belum dik, belum sekarang ... Kemudianpun belum tentu
aku menuduhmu tanpa bukti nyata,” jawab teman itu menggelegas.

****

BAGIAN VI

HARI SENEN pagi yang cerah. Sinar Hyang Bagaskara


berlincahan, menerobos butir-butlr air cmbun yang bergelantungan
di ujung-ujung daun dan rumput-rumputan ... mernbuamja
berkilauan bagai berlian erntah berapa keret. Alangkah indahnya
dunia, pada waktu demikian itu. Segala sesuatu narnpak bersinar
terang kernilau, bergoyang-goyang lernbut karena hernbusan angin
pagi yang masih sayup-lemah.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 161
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Hari itu, hari kerja-pertarna dalam rangkaian hari-hari kerja


setiap minggu. Hari itu adalah juga hari pasewakan. Sri Sunan
Amangkurat II, sudah keluar duduk di Balairung Siti-inggil,
ditengah-tengah para menteri serta hulubalangnya, dijaga oleh
kelornpok kesatuan-kesatuan segala macam prajurit Jagabaja,
Wira·tamtama, Suragarna, Sarageni, Panyutra dan lain sebagainya,
yang berdiri tegak perkasa dengan masing-masing senjata mereka
ditangan. Nampak angker berwibawalah pasewakan itu.
Sebagai biasanya, pada hari pasewakan itu, Sri Baginda
menerima laporan-laporan terpenting dari para anggota Pancaniti
dan Bale-Agung, tentang keadaan negara ... tentang tata tentrern,
tentang ketata-raharjan praja, tentang keadaan didaerah burni
Mataram.
Kecuali menerima laporan kenegaraan, baginda berkenan pula
menerima laporan-Iaporan atau pengaduan-pengaduan perorangan
dari setiap kawula negara Matararn.
Cara orang menginginkan bertemu dengan raja itu disebut
“PEPE” duduk diantara pohon beringin kernbar dialun-alun, dalam
terik matahari, supaya terlihat oleh baginda. Pastilah baginda akan
mengutus abdi-gandek (bentara-kanan/kiri), memanggil orang yang
sedang pepe tersebut, unruk didengar perkaranya.
Pada waktu sibuk-sibuknya baginda bertukar pikiran dengan
para menteri serta para bangsawan penasehat agung, terjadilah
keriburan-keributan yang hebat sekali di paseban alun-alun.
Nampak pula para prajurit jaga sibuk melolos senjata agak
tergugup-gugup, untuk segera berdiri dalam bentuk perrahanan
mereka bersarna, siap untk bertempur, atau bertahan. Sernentara itu
terdengar jeritan orang-orang yang berada di alun-alun memberi
petunjuk kepada sesamanya, “Awaaas, gajah-meta ... gajah meta
awaaasss ... gajah lepas dari wantilan ... gajah mengamuk ···

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 162
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

merusak dan membunuh yang berada dimuka ... gajah gajah-


gajahhhhh, awaaas!”
Tahulah orang bahwa ada gajah yang terlepas dari rantainya
atau yang dapat mernutuskan rantainya, dan kini mengamuk ...
merusak dan membunuh orang. Itulah hebat sekali. Berapa
manusiakah yang sudah menjadi korban amukannya ... dan apakah
yang sudah rusak berantakan di injak-injaknya… Dimanakah setan
berkulit tebal itu sekarang.
Semua orang yang mendengar jeritan-jeritan itu, lari terbirit-
birit tanpa kecuali, jika tidak justru menjadi dengkelen (lumpuh)
saja.
Keadaan dialun-alun menjadi panik seketika.
“Sumabrata ....!” sabda Baginda kepada raden adipati pepatih
negara …. “Apakah yang membuat geger dipengurakan itu?”
“Hamba berdatang sembah Baginda ... adapun yang
disibukkan orang paseban itu, adalah amukan gajah yang dapat.
memutuskan tali diwantilannya. Sudah banyak orang mati karena
gadingnya, banyak pula warung dan rumah pinggir jalan yang
dirusaknya.”
- Suruh merampok para tamtama saja dialun-alun, bunuh saja,
jangan tanggung-tanggung lagi, karena gajah yang sudah sekali
mengamuk, tak mungkin lagi dikembalikan kepada tertib biasanya.
“Hamba tuaaku ... para tamtama sedang berbuat demikian ...
namun hingga sekarang belum berhasil, karena yang mengamuk itu,
kjai Puspa-Bandang, gajah laki-laki yang terbesar.”
“Hai ... pastilah itu sulit, Benar-benar tidak disangka Puspa-
Bandang bisa menjadi gemblung. Kerahkan tenaga sakti, untuk
menghadapi amukannya, supaya jangan melantur-lantur!”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 163
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Hamba sinuhun, tetapi terlalu beratlah untuk menghadapi


gajah-meta laki ini, sulit mendapatkan orang yang sekiranya
sanggup menandingi kekuatannya!”
Menjadi hening sejenak disiti-inggil. Mau tidak mau orang
ikut berpikir siapakah orang yang akan menerima tugas berat sekali
ini. Berdebaranlah hati para gembong Kartasura ... ada yang
berharap-harap mendapat tugas itu, narnun banyak juga yang sudah
menjadi ciut keberaniannya waktu mendengar gajah yang manakah
harus dihadapi itu. Terdengarlah celetuk pangeran dipati Anom
tanpa menghiraukan tertib pasewakan, dirnana orang tidak
dibenarkan bersuara, bila tidak langsung memberi jawaban kepada
raja. Namun dialah calon pengganti raja, putra tertua dan terkasih
Sri Sunan … maka seenaknya sendiri menerjang ketertiban itu,
katanya: “Hai, orang-orang Kartasura .... masakan kalian melupakan
gembong terbesar negara kita …. Pangeran PUGER lah, orangnya,
yang pasti dapat menandingi kjai Puspa-Bandang!”
Bahwasanya anyuran pangeran dipati Anom itu terlanjur
diucapkan tanpa suba-sita (tertib pergaulan), masih mudah
dimengerti orang, tetapi tentang penunjukannya secara langsung
menyebut nama orangnya ..... itulah yang sangat dirasakan sebagai
tindakan yang tidak bijaksana. Sri Sunan sendiri mungkin masih
menawarkan kepada para sukarelawan dimuka, umum demikian,
supaya tidak melanggar perasaan orang banyak kecuali bila
kepentingan itu sudah mendesak sekali, dan orang itulah satu-
satunya yang harus melakukan kewajiban berbahaya tersebut.
Keruan sekali suasana penangkilan menjadi tegang dengan
mendadak .... hingga Baginda sendiri terdiam beberapa saat.
Dermkian pula seluruh orang yang hadlir dipasewakan, semua
menundukkan kepala, takut akan dilihat orang lain rasa rasa
kecewanya yang membayang di wajah masing masing. Siapakah
yang berani memperlihatkan muka kurang senang dan tidak setuju

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 164
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

akan tindakan sang pangeran dipati Anom, caIon pengganti raja itu.
Siapa pula berani menentang pendapat putra mahkota ini ....
Bukankah itu sama artinya dengan mencalonkan lehernya berurusan
dengan tali ditiang gantungan.
Walaupun ketegangan itu tidak lama, namun bagi para hadirin
dirasakan sebagal siksaan batin yang cukup lama mengganggu saraf
mereka. Orang merasakan benar akan kesulitan Baginda raja .....
pastilah Sunan tidak akan menegur putra mahkota, untuk menjaga
perasaan sang putra, tetapi sangatlah janggal untuk dibenarkannya.
Pangeran Puger adalah adik Baginda yang tertua dan paling
dihormati oleh beliau, juga disegani. Pangeran Puger sendiri tahu
tentang hal itu, maka pastilah ia mengerti akan kesulitan kakaknya.
Berda1ang sembahlah gembong terbesar negara itu, dengan
suara datar tiada berkesan.
“Kakak Prabu .... perkenankanlah aku menghadapi kjai Puspa
Bandang.”
Nampak Sri Sunan bernafas lega, tetapi segera pula terbayang
kekuatiran diwajah agung itu, sabdanya: Yajimas Puger ……
baiklah aku perkenankan kau menghadapi bahaya, bawalah kjai
Pleret pusaka keraton paling ampuh itu.”
“Tidak usah kangmas, ingin adik Bagiuda ini mencoba
tangannya dulu beserta pusaka keris kjai Gringsing.”
Berkatalah kini pangeran Harja MATARAM, adik yang
kedua Baginda, “Biarlah aku yang membawa kjai Pleret kaka Pra
bu, umuk mendampingi kangmas pangeran Puger dari jauh. Bila
ternyata kjai Gringsing belum mencukupi dalam penundukan Puspa
Bandang, perkenankanlah aku menolong kakangmas.
“Bagus harja Mataram bawalah tombak keramat itu.
Dampingilah kakakmu dari jauh dulu!”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 165
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Setelah menyingsatkan pakaian erat-erat, kedua pangeran


setengah tua itu, turun dari Sitinggil menuju kearah para tamtama
mengerojok gajah meta tersebut ….. didekat paseban sebelah kanan
alun-alun. Menjadi legalah suasana dipasewakan. Kini semua orang
memandang kepada kedua ksatria agung dengan rasa kagum, dan
mengharapkan akan dan menghara akan kejajaan mereka. Adapun
yang paling senang adalah pangeran dipati Anom, karena merasa
menang ….. juga karena jakin bahwa sekali inilah peman yang
sangat dibenci itu akan musna dari percaturan negara Mataram.
Apabila semua orang jakin bahwa Puspa-Bandang tak akan kuat
menadahi kjai tombak Plered hanya dipati Anomlah orangnya yang
tidak percaja seekor gajah yang tengah mengamuk, dapat
dikalahkan dengan tombak melulu, sekalipun tombak itu pusaka
yang terampuh diseluruh jagad Mataram.
Marilah kita tinjau sebentar keadaan alun-alun Kartasura pada
waktu kjai Puspa-Bandang mengamuk itu, Kecuali seorang
wiratamtama bersenjata tombak dan tempuling, yang menghalang-
halangi amukan gajah kemana-mana .... nampak bersihlah dataran
alun-alun itu, tak satu orang berani menginyak tanah lagi. Para
penderek yang membawa upacara kebesaran pangkat para menteri -
hulubalang yang menunggu majikan masing masing dipaseban
pangurakan, sudah lari semua atau telah memanjat pohon besar
disekitar paseban.
Sekalipun mereka itu sudah merasa agak aman duduk
didahan-dahan yang cukup tinggi, namun masih saja berdebaran
hatinya, melihat betapa hebat tenaga gajah-meta itu. Kalau lima
orrang prajurit pilihan saja tidak mampu berbuat banyak terhadap
Puspa-Bandang, kecuali hanya memancing-mancingnya kekiri dan
kekanan melulu …… lalu lari serabutan, bila dihadapi oleh sang
gajah, menyerahkan kepada regu yang lain untuk memancingnya
kearah sebaliknya . . . . . pastilah pohon-pohon yang penuh manusia

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 166
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

tadi mendapat giliran terjangan binatang mata gelap ini. Dapatkah


kiranya pohon yang dibuat bersernbunyi itu bertahan bila diseruduk
gading raksasa yang mengerikan itu.
Kjai Puspa-Bandang sendiri yang nampak mobat-mabit
kekanan dan kekiri sambil mengempos-emposkan marahnya.
mengejar kekiri dan kekanan penggodanya. Tetapi baru melangkah
beberapa tindak saja sudah datang penggoda lainnya dari umping
atau dari belakang, Biarpun tusukan-tusukan tombak mereka tidak
berarti sama sekali bagi kulitnya yang sangat tebal, namun ia
merasa sangat dihina oleh kurcaci-kurcaci tadi.
Terpaksa ia harus melayaninya. Demikianlah rampogan gajah
mengamuk dialun-alun, yang memakan waktu Jama itu.
Menjadi gemparlah alun-alun karena sorak orang
dipepohonan sekitar paseban, waktu terlihat pangeran Puger
seorang diri dalam kesiagaan bertempur mendekati arena
perampogan gajah. Segera tahulah bahwa gembong negara ini
mendapat tugas mengatasi kesulitan hari itu.
Akan tetapi justru karena itu, kemarahan gajahnya menjadi
berlebih-lebih. Dengan belalai terangkat tinggi dan ekor menyentar
lurus, dengan menghembuskan jeritan nyaring seperti teromper
sember ia menerjang kearah kanan, tidak mau dipaneing-paneing
lagi, pasti akan mengalami beneanalah penggoda terakhir tadi bila
tidak ada tiba-tiba tubuh orang berdandan awut-awutan menyela
ditengah antara gajahnya dan para pemaneingnya tadi. Kedatangan
orang jembel itu tak seorangpun yang mengetahuinya. Baru nampak
ketika dikejar gajahnya.
Pasti pula Puspa Bandang mengejar orang tersebut, karena
dialah yang paling dekat belalainya. Turunlah belalai itu seperti
penggada raksasa menganeam didepannya.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 167
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Semua orang yang melihatnya sudah menutup mata karena


tidak tega melihat kehaneuran seseorang…… tetapi waktu mereka
membuka matanya lagi, tidaklah terjadi sesuatu yang mengerikan
pemandangan. Si jembel agaknya dapat melompat kesamping
sehingga bebasla ia dari sabetan belalai itu. kini terjadi kejar
mengejar antara si gajah dengan si gembel keluar dari kepungan
para tamtama.
Pemuda yang nampak seperti pengemis itu, ikut masuk
kedalam kota dengan temannya, Bagus Suwana. Waktu mereka
hendak berpisah di dekat batas kota tadi, mereka melihat orang
banyak tergesa-gesa meninggalkan kota dengan wajah tegang
sekali. Mereka mengabarkan keadaan dalam kota yang menjadi
kacau karena ada gajah mengamuk di alun-alun pada hari
pasewakan itu. itulah sebabmua kedua pemuda itu mempereepat
jalannya untuk melihat keadaan di paseban alun-alun.
Mereka datang di alun-alun hampir bersamaan dengan
turunnya pangeran Puger kegelanggang perampogan gajah. Tahulah
Punung apa yang segera akan terjadi didepan matanya.
Ayahnya akan berhadapan dengan gajah meta itu. biarpun
tidak usah orang mengkhawatirkan keselamatan pangeran sakti itu,
namun bagi perasaan anak yang sudah dewasa dan berbakti kepada
orang tua, tidak tegalah hatinya mernbiarkan sang ayah sendiri yang
harus bertempur selagi masih ada putra-putranya yang merasa
sauggup mengatasi kesulitannya.
Maka . tanpa berpikir panjang lagi meloncatlah pemuda
jembel itu kedalam arena, menghadang Puspa-Bandang, untuk
memancingnya keluar kepungan. Ia berbuat seperti orang yang
sangat ketakutan dikejar gajahnya, mendekati pangeran Puger yang
datang dengan langkah tetap dan sikap waspada, Berbisiklah
Punung dengan aji bisikannya: “Ayah, aku, Putut Punung sengaja

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 168
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

memancing setan ini mendekatimu dengan cara takut sekali begini


... yah, aku akan menggemblok dipunggung ayah, untuk
menyalurka tenaga sakti bergabung dengan tenaga ayah ... Jotoslah
kepala gajah itu ... hendak aku melihat dapatkah ia menerima tenaga
gabungan kita ... Awas yah, aku mulai.”
Jernbel itu nampak menyelinap dibeiakang Pangeran Puger,
lalu memegang erat-erat lambung Pangeran tersebut.
Hanya sang ayahlah yang mengerti dan merasa penyaluran
tenaga hebat yang melewati kedua telapak tangan sipengemis muda,
bergelornbang-gelombang memasuki lambungnya, bersatu deugan
pengerahan tenaganya sendiri. Semeutara itu datanglah sudah Puspa
Bandang didepan sang Pangeran dengan belalai dikebaskan
menyabet orang yang berani tegak dimukanya, “Wuttt” sebagai
gunung ambruklah serangan binarang besar i tu ... Pangeran Puger
terlihat meloncat, mernbawa orang dibelakangnya. Hindarilah ia
dari benturan belalai gajah, dan ... dengan tenaga perkasa tergabung,
cepat sebagai kilat Pangeran im menjotos kepala gajah sambil
meloncat indah sekali.
Sorak orang bergemuruh diangkasa, waktu terdengar suara
gerneletuk keras. Gajah kjai Puspa Bandang mula-mula masih ter
lihat tegak, namun demi sedikit badannya miring-miring, kernudian
ambruk berdebug keras ditanah, tidak bangun lagi. Sekali lagi sorak
orang memecah angkasa …. bersambung ucap ucapan memuji
kesaktian sang prawira-digdaja Pangeran Puger. Mau tidak mau
semua yang menyaksikan kehebatan sang pangeran harus
mengaguminya dengan rasa miris sekali, karena tidak lagi dapat
membayangkan kekuatan orangnya.
Sementara itu nampak dari jauh sandiwara yang diperankan
oleh sang Pangeran dengan putera terkasihnya. Dengan
menggoyang-goyangkan telunyuknya dimuka Punung, yang

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 169
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

nampak menunduk seperti orang kena tegur, orang dapat mengira


bahwa Pangeran Puger sedang memarahi seorang jembel yang
sembrono memegangi terus lambung sang pangeran …..
demikianlah layaknya. Tetapi yang benar-benar diucapkan oleh
Pangeran tua setengah itu, “Anak yang baik ….. hebat benar
kemajuan gaya saktimu. Kekuatanku sama sekali tidak ada
sepertiganya, terima kasih atas pertolonganmu ini. ayahmu tidak
dapat dibuat konyol oleh setan dipati Anom yang jail itu. nah,
Punung …. kau segera menghilangkal dari kota ini, supaya tidak
sampai ketahuan orang lain, lebih-lebih oleh di „DIA‟ Selamat jalan
anakku…!”
“Selamat tinggal Ayah, restuilah aku!” Menyembahlah Putut
Punung, lalu lari serabutan meniru gaya orang kurang beres otak,
keluar dari alun-alun Kartasura tanpa dirintangi orang. Siapakah
yang hendak berurusan dengan orang kurang beres. Kalau tidak ada
pertolongan dari Kanyeng Pangeran Puger, masakan orang itu
masih selamat. Biarkan saja orang itu menempuh nasibnya yang
gelap.
Namun diantara ribuan orang itu, ada satu yang mempunyai
penilaian lain sekali dari yang kebanyakan ….. Orang itu adalah
seorang gadis molek sekali yang sedang menyaru sebagai pria.
Bagus Suwarna mengikuti arah lenyapnya pemuda jembel tadi
dengan pandangan sayu menyayangkan kepergiannya. Kalau ia
menuruti kehendaknya, pastilah ia tidak suka berpisahan lagi
dengan temannya itu, tetapi kewajiban masing-masing memaksa
mereka berpisah untuk waktuyang cukup lama.
Alangkah sibuknya orang-orang di ibukota membicarakan
kejadian hebat hari itu. ditiap-tiap rumah, dijalan-jalan, lebih-lebih
di warung-warung orang berkumpul. Yang dibicarakan tidak lain
daripada kegagahan Pangeran Puger Sakti, yang dengan sekali jotos
mampu meremukkan kepala gajah.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 170
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Yang dahulu masih menyangsikan kedudukan sang Pangeran


Sebagai gembong terbesar Kartasura kini menjadi jakinlah Bahwa
benar-benar Pangeran setengah tua itulah orang sakti nomor satu
diseluruh ibukota atau seluruh negara Mataram ... kecuali sang
Pangeran sendiri.
Sekali lagi putra mendapat kecewa dalam mensiasati orang,
namun karena itulah kebeneiannya bahkan bertambah-tambah.
Demikianlah biasanya orang yang sudah terlanjur berjalan dijalan
yang salah ….. tidak mau mundur lagi sejengkal jua pun, sehingga
bertumpuklah kesesatannya yang akan meletus pada suatu ketika.
Apabila diusut secara teliti, yang menyebabkan kehebohan
Gajah Meta di alun-alun, akan tahulah bahwa biang keladinya juga
bukan orang lain daripada Pangeran Anom Sendiri.

****

BAGIAN VII

DENGAN LARI senggojoran, kadang-kadang serong kekiri


…….. kadang-kadang miring kekanan, Putut Punung dapat keluar
dari kota Kartasura tanpa dihiraukan orang, karena semua yang
berjumpa dengan dia, menganggap pemuda jembel itu tidak penuh.
Setelah ia ljauh dari kota, sampai kepada jalan didaerah hutan,
berhentilah ia sebentar, untuk berorientasi arah yang hendak
ditujunya ...... pertapaan gurunya, Cemara Tunggal, dilereng
gunung Lawu.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 171
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Kemudian, tanpa mengindahkan segala rintangan perjalanan,


seperti semak, belukar, relung dan parit-parit lebar, melesatlah
pemuda sakti itu mempergunakan ilmunya lari cepat. Mengejar
Barat yang dilambari ajian Ungkal-Bener serta Blabag-Pengantol-
antol aji yang dahulu dimiliki sang Bima-Sena. Konon, orang yang
memakai ajian itu, dalam perjalanannya, pantang menyimpang
kekanan, atau kekiri.
Segala. yang merintangi arah lurusnya diatasinya dengan
lompatan·perkasa, atau diterjang tumbang dengan berani. Itulah
jalan yang paling singkat dan cepar, Hanya rlaerah perdesan dan
dukuh-dukuhlah yang menjadi hambatan kelancaran perjalanan
Putut Punung, karena terpaksa berja1an biasa.
Suatu pemandangan yang agak janggal minta perhatian
Punung yang sedang jalan biasa dikabekelan Banyar Pejaten.
Nampak seorang tua sedang marah-marah, mengumpat carji
seorang pemuda gagah, menggebahnya dengan tongkat rotan keluar
pendopo. Terdengar suaranya setengah menjerit, saking jengkenya
“Kau ...... kau ...... cucu orang macam apakah seperti kamu ini?
Sudahkah keturunan bekel Wangsadinama tidak mempunyai
ketabahan hati lagi dalam pengabdian. Kau seorang pemuda
pengecut, pemuda berhati kura-kura,jang hanya pandai bersolek dan
mencari perempuan saja.
Kau berani berbuat tidak berani bertanggung jawab ....…
blegg......... (rotan sekali lagi jatuh dipunggung pemuda itu, hingga
terlihat pernudanya berjengit), Siapakah yang mau melindungi
orang yang ljadi buruan negara seperti macam-mu …….. blegg
…….. Siapa berani bermusuhan dengan negara mengapa karnu
tidak menyerahkan diri saja, mengapa kau berami melepaskan gajah
hingga banyak terjadi kecelakaan dikota yang ramai itu …... bleg
…… Coba kau jawablah, tidakkah lebih baik kau mati saja daripada

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 172
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

menjadi buruan negara, yang bisa merembet-rembet kepada orang


tuamu, hah …. blegg .....
Biarpun masih agak jauh antatanya dari kerlua orang itu,
segala sesuatu yang dikatakan oleh sikakek tadi terdengar jeIas
sekali bagi pendengaran Putut Punung. Tahulah ia bahwa pemuda
itulah orangnya yang sengaja melepaskan kjai Puspa-Bandang …...
maka sangat tertariklah perhatiaannya, untuk menyelidiki lebih
lanjut tentang sebab-sebabnya. Masuklah ia kedalam halaman
rurnah bekel tua itu. Sudah barang tentu kedua orang itu menjadi
sangat kaget kedatangan orang asing, karena mengira kedatangan
pegawai negara yang mengendus perjalanan pemuda itu. Tetapi
setelah melihat. dandanannya, menjadi legalah hati mereka, Pastilah
orang im bukan pegawai negara tetapi apakah maksudnya datang
harnpir bersamaan waktunya dengan pemuda pelarian itu.
Bertanyalah bekel Wangsadinama: “Ada keperluan apakah
kisanak dntang kernari?”
Jawab Punung: “Ahh tak ada keperluan penting lurah aku
hanya hendak menanyakan, mengapa pak lurah merangket pemuda
·itu ...... Bukankah ia anak panewu serati di Gajahan?”
Pertanyaan Punuug yang terakhir itu mernang sengaja untuk
meugejutkan orang. .
Ternyata pak lurah menjadi gugup dan gagap seketika, “Mak
mak-mak-maksud ……. an-anak bagaimana? Ap-aoa di-dia ..... ad-
ad-ada apa.sebenarnya?”
“Jangan gugup pak lurah, aku ridak bermaksud jahat terhadap
kalian, Akupun datang dari kota, jadi tahulah apa yang terjadi
disana. Jangan dikira aku datang untuk mencari dia ..... tidak. Bukan
maksudku hendak menangkap orang, malahan mungkin aku , dapat

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 173
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

memberi pertolongan, asal sudah jelas saja persoalannya.” kata


Punung menententramkaa hati orang.
“Ah, baiklah .... baiklah nak aku percaja kepadamu. Sukur
anak dapat menolong dia itu yang membutuhkan sekali pertolongan
orang. Sebenarnya cucuku itu pemagangan dikota yang terluka
hatinya, karena bakal istermja direbut pemuda yang paling berkuasa
diseluruh negara.”
“Pangeran dipati Anorn, bukan?”
“Jangan menyebut nama nak, aku tidak berani mengatakannya
...... cukuplah aku sebut pemuda berkuasa saja. Oleh karena itu hati
Si Sungkana menjadi mendendam berlebih-lebihan, hingga berani
melepas gajab kjai Puspa-Bandang di hari pasewakan itu.
Seterusnya ia lari karena takut akibataja, dan. minta perlindungan
kepada aku, kakeknya. Pastilah aku tidak berani menerimanya,
malahan meneljadi marah sekali kepadanya!”
Jadi, deikianlah persoalan cucu pak Jurah itu. Memang.
pemuda yang disebut tadi suka benar melukai hati orang lain.
Akupun salah seorang yang mendalami siasat kejinya. Maka
senasiblah kiranya cucu pak lurah dengan aku.
Apabila pak Lurah takut akan rembetan akibat perbuatannya,
baiklah, kak Sungkana ikut aku saja menyepi dipuncak gunung,
hmgga peristiwanya dilupakan orang.
Bagaimana kak Sungkana, maukah kakak mengikuti aku menyepi
di gunung Lawu sana?”
Bagiku tidak ada jalan lain untuk ditempuh maka penderitaan
di puncak gunung· itu masih lebih baik dari pada dikejar-kejar
orang, ditangkap dan digantung sebagai pengewan-ewan (contoh
jelek), jawab pemuda yang sudah merasakan gebugan tongkat rotan
beberapa kali itu.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 174
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Kata pak bekel ikut menganyurkan, “ Kau pergilah Sungkana


…… siapa dapat menyelamatkan dirimu, kalau kau berkeliaran
didataran mataram saja. Lenyapkan dirimu untuk sementara waktu,
ikutilah pemuda ini dan anggaplah ia sebagai pemimpinmu. Kau
bawalah pedang pusakaku sebagai sifat kandel dalam penyepianmu
itu. tentang orang tuamu, aku akan menemuinya nanti!”
“Berikan doa dan pangestumu Mbah!”
“Baik …… jadilah orang yang baik dikemudian hari!” kata
orang tua itu.
Demikianlah Putut Punung mendapat teman baru yang
nasibnya agak mirib dengan, nasibnya sendiri. Keruan puja ia tidak
dapat lagi mempergunakan ilmunya Iari pesat, karena teman baru
itu pasti tidak mampu merendenginya. Namun hatinya agak terhibur
karena dapat menolong orang lain. Ia tidak mau kepalang tanggung
dalam, pertolongan itu, sedikit demi sedikit Sungkana diberi
pelajaran gerak tata-mernbela diri, bertangan kosong. Ternyata pula
pemuda itu murid yang rajin sekali, hingga dalam, waktu beberapa
minggu bersama-sama mengembara dilereng Lawu, Sungkana,
sudah mempunyai bekal yang lumajan. Badan pemuda itu makin
menjadi kuat, gerakannya makin gesit dan cekatan. Hanya tenaga
yang menyertai gerakannya, masih bertingkat jasmaniah-lahirlah
saja, oleh karena itu kekuatannya belum berselisih banyak dari
kernampuan orang-orang kuat kebanyakan.
Dalam bergaul rapat dua bulan dengan pemimpin mudanya
itu, Sungkana merasa berbahagia sekali ….. tidak hanya karena ia
mendapat tuntunan bersilat baik sekali saja, tetapi karena ia
kemudian mendapal tahu siapakah pemuda sakti yang menolonng
dirinya ... ialah putra Pangeran Puger yang paling digjaya
mandraguna, yang sudah banyak dibicarakan orang seluruh ibukota,
diwaktu ia masih berada didalam kota tersebut.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 175
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Dialah yang dahulu bernama denmas PURBAYA, tetapi yang


kini menghilang didalam masyarakat, bergelar Putut Punung .....
karena patah-hati, dipisahkan dari putri Alit oleh Pangeran dipati
Anom, kakak tertua putri tadi. Biarpun rada berbeda persoalannya,
tetapi le'lakon mereka itu mirip sekali sesamanya. Itulah yang
mempererat hubungan mereka sekarang.
Mula-mula bagus Sungkana agak sungkan berbahasa kakak
atau adik kepada Punung ... tetapi karena permintaan Punung
sendiri, akhirnya biasa pula ia mengadik kepada pemuda sakti itu,
hanya sikapnya sangat menghormat kepadanya ….. tak mungkin ia
meninggalkannya.

****

Pada suatu malam waktu mereka beristirahat disuatu gua,


berkatalah Putut Punung: “Kak Sungkana, tidakkah lebih baik
kakak sejak sekarang berganti nama saja, supaya jejakmu lebih
menjadi buram? Peliharalah kumismu, biarkan tumbuh ramai
jenggotmu ….. pastilah sulir orang mengenal bagus Sungkana
kembali dalam waktu dua tahun saja.”
“Baik den mas, eh … adik, aku akan berbuat demikian, lebih-
lebih karena aku tidak membutuhkan lagi kebagusan rupa, segala!”-
“Hai kak Sungkana, suaramu bernada seperti kata-kata -
seorang kakek yang sudah menginyakkan sebuah kakinya diliang
kubur. Mudah amat kakak ini putus harapan, dalam usia muda.
Nampaknya dunia ini sangat sempit bagimu. Ha-ha, karena seorang
putri saja, seorang yang tidak cukup tangguh dalam janyi sehidup
semati ...... kakak sudah menyerah, untuk dibuat konyol hidupmu
seterusnya. Wah.. wah.. wah ...... kiranya tidak ada wajah yang lebih

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 176
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

manis, lebih rjantik dipersada bumi Mataram ini, dari pada putrimu
yang lemah janyi itu!”
“Bukankah den ...... eh, adik mengalami sendiri kegetiran
hidup muda, dalam soal demikian?”
“Ya, memang akupun pernah merasakannya, Tetapi putri itu
kukuh sekali dalam janyinya, hingga lebih baik mati daripada
ingkar ubayanya. Sekalipun demikian, dia masih memberi nasihat
kepadaku, unruk tidak bercupat pandangan.
Justru karena anjurannyalah terbuka pengertianku,
bahwasannya didunia ini masih banyak sekali bentuk-bentuk
keadaan jaag bernilai tinggi dari soal wanita dan asmara melulu.
Pengabdian kepada TUHAN lah bentuk yang tertinggi itu, bukan.
Tetapi pada hekekatnya, Tuhan lah bentuk pengabdian janig paling
sempurna, Dia-lah Maha Pengabdian. Siapakah yang memberi
hidup ...... siapakah yang memeliharanya ...... siapakah yang
memberi, memberi dan terus menerus memberi itu? Maka pastilah
Tuhan tidak membutuhkan pengabdian secara langsung terhadap-
Nya, karena Tuhan tidak berwujud tidak bertempat, berarah,
berjaman dan bermakam …….. tidak segala-galanya, hingga
penyernbahan kepada-Nya sering saja salah kiblat.

Bersambung ke Jilid 3

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 177
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

GEMBONG KARTASURA

JILID 3

BAGIAN I

MAKA PENGABDIAN bagi manusia yang dapat dianggap


benar adalah pengabdian terhadap sesama hidup, dalam soal
kebenaran-keadilan dan kejujuran, tanpa pamrih bagi diri sendiri.
Demikianlah manusia berbakti kepada Tuhannya, mengagungkan
Narna-Nya, menyembah kepada-Nya,
“Aih, mengertilah aku sedikit tentang tingkah-laku adik
selama kita bergaul ini, demikianlah kiranya. pendirianrnu. Pastilah
aku akan berusaha menirunya, dengan iramaku yang larnban, dan
biarkan aku mengatasi keruwetan hatiku dahulu, yang sudah
terlanyur luka parah, Dengan keasjikan bertekun ilmu gerak
pelajaranmu, aku sudah mulai dapat mernbuang sebagian besar rasa
dendamku, Mudah-rnudahan dengan pertolongan adik aku segera
dapat menemukan hidupku yang lama lagi. Sekarang ini akupun
ingin berganti nama, terserah nama apakah yang cocok bagiku dari
adik saja.”
“Hm, apakah yang untuk menjadi sebutanmu itu kak,
Seharusnya ada hubungannya dengan pelepasan gajah dulu .........
ah, ja, kalau Putut Parnuk, bagaimana? Narna itu mengingatkan
kita kepada gajah yang mengarnuk dialun-alun.”
“Bagus bagus ...... itulah namaku seterusnya. Sebutan putut
diambilkan dari pemimpinku, sedang Pamuk, akan selalu

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 178
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

mengingatkan kepada pelepasan Puspa Bandang. Kiranya tak ada


nama yang lebih mentereng bagiku dari Putut pamuk.”
“Jadi sudah setuju akan narna itu, kini tinggal usahanya
menyaga nama itu sebaik mungkin, Maka sejak hari ini kakak harus
mulai dengan pelajaran pengerahan tenaga sakti man usia,
Ketahuilah bahwa manusla yang menjadi titah paling sempurna
didunia ini, mempunyai sumber kekuatan hidup yang Iuar biasa gaja
~aktirija. Soalnya seseorang harus tahu dan mengerti (jara
membangkitkan tenaga hebat itu, Lebih tepas orang dapat
membangkitkannya dan dapat cara mempergunakannya, lebih pula
kehebatan sakrinya. Kini pengerahan tenaga itu akan kuajarkan
kepadarnu, tergantung kepada ketekunan dan keuletanmulah, dapat
tidaknya kakak mencapai tingkatan yang diinginkan.”
“Mari kita mulai sajalah.”
Sejak malam itu beratihlah pelaljaran Putut Pamuk dari sifat
jasmaniahnya, ke rokhaniahnya.
Karena sikapnya yang ungguh-ungguh, dalam waktu satu
minggu mengikuti petunjuk-perunyuk pemimpin mudanya. Pamuk
sudah dapat menangkap inti pelanyarannya.
Sifat manusia mempelajari suatu ilmu, lebih cepat merasa
mendapat kemajuan, menyadi sernakin keranjinganlah
ketekunannya untuk dapat terus meningkat, hingga melupakan
segala-galanya, juga kesehatannya. Itulah yang dialami oleh Putut
Parnuk, sampai di tegur oleh sang pemirnpin.
“Caramu menekuni ilmu demikian itu, pasti malahan kurang
baik jadinya. Kekuatan manusia itu kepegasannya terbatas. Jika
gajanya dipakai secara berlebih-lebihan selalu, pastilah akan
lumpuh gaja pegasnya. Bukan hasil yang gemilanglah yang akan

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 179
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

kau dapat, tetapi kau akan kehilangan gaja sarna sekali alias,
lumpuh iiu.
Aturlah demikian seterusnya, pagi dan sore, kau berlatih silat
tangan kosong dan pedang, siang kau mencari makananrnu, akar-
akaran dan buah-buahan liar, atau berburu untuk mendapat
persediaan daging, Malamnya kau bertekun semadi membangkit
gaja sakti sampai kira-kira tengah malam, kemudian kau harus
berietlrahat.
Sejak besok, kau akan kuringgalkan di gua ini untuk waktu
enam bulan atau lebih, guna merenungi pelajaranmu semuanya.
Pesanku jangan tergesa-gesa hendak mencapai kemajuan dengan
mengorbankan kesehatanrnu. llmu yang ditekuni dengan sabar
pastilah lebih mendalam dari ilmu yang dipelajari secara
serampangan.
Kau jangan sekali-sekali mencari aku kepuncak sana, sebelum
kau dapat mempergunakan gaya saktimu, dengan leluasa sekali
supaya jangan mendapat kecelakaan karena kabut beracun yang
disebut ampuhan.”
“Baik kyai, (demikiaulah ia menyebut Putut Punung
sekarang) pasti aku dapat mematuhi pesan kyai, tegakanlah aku.
Maka dengan hati lega dan gembira karena asuhannya
nampak berhasil baik, pergilah Punung meoeruskan perjalanannya
untuk mencari pedang Janur Naga Sura.
Dengan enaknya Punung mendaki tebing·tebing yang terjal
Sungai-sunga1 yang curam mengerikan dilon1jatinya tanpa was-
was sedikitpun.
Semua itu bagi Punung merupakan suatu tamasya yang indah.
Bagi orang biasa perjalanan itu pastilah merupakan suatu perjalanan
yang menakutkan yang sangat ditakuti orang dilereng gunung itu

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 180
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

ialah yang disebut-sebut-ampuhan yaitu kabut dingin mengandung


racun sangat berbahaya bagi manusia.
Namun pemuda awut-awutan yang sakti luar biasa itu tidaklah
gentar sedikitpun menghadapi semua itu.
Jangan pula mengira bahwa didekat puncak gunung tidak lagi
terdapat binatang-binatang buas. Ma.lahau bila bertemu dengan
binatang disitu, dapat dipastikan, bahwa binatang itulah yang paling
besar dari jenisnya, mungkin juga yang paling buas dan ganas
diantaranya.
Tetapi rintangan apakah yang dapat menghamhat perjalanan
Putut Punung didekat puncak Lawu itu, kecuali gunung itu meledak
baantabn. Sudah tiga hari berturutan Punung mengitari puncak
gunung tersebut tanpa menemukan sesuatu yang dapat menjadi
petunjuk adanya sebuah gua atau relung yang mungkin ditempati
orang.
Kebanyakan puncjak gunung itu gundul dan tenggar, sering
terdapat salju yang putih bersih ...... yang lumer bila sinar matahari
sekali-sekali melintasinya.
Waktu itu sebenarnya tepat tengah hari. Didataran pastilah
sinar matahari sedang terik-teriknya, namun didekat puncak tadi
hanya berkas-berkas sinar terang saja yang nampak sebagai bujur-
bujur kabut putih dari celah-celah awan jatuh dibeberapa bagian
puncak tersebut. Gumam Pulut Punung. “Hei-hei ..... setelah berkas-
berkas sinar itu menghilang, datanglah serangan kabut dingin lagi.
ltulah hebat. Masih dapatkah aku kiranya bertahan serangan itu
sekali lagi ...
Hai, kalau aku sudah makan atau minum cukup saja, tidaklah
akan menjadi soal kabut dingin itu ....

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 181
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Tengah ia menimbang-nimbang kekuatannya, Punung


dikagetkan oleh pernandangan yang memaksa ia berpikir.
Aneh, berkas sinar itu seharusn]a putih, mengapa nampak
sekilas kuning-marong sebentar hingga bertemu dengan tebing
larnuk itu. Aku harus tahu juga makna kenataannya. Maka
bergeraklah ia seperti terbang menuju tempat tersebut.
Alangkah kagetnya, waktu ia sarnpai ditempat yang dituju
tadi, karena kedatangannya diterima dengan terkaman seekor
hariman loreng, yang besarnya harnpir lipat dua dari biasanya. Raja
gunung itu menyerang dengan menganm keras sekali, bagai guntur
meledak, sedang kedua kaki mukanya yang bersenjata maut itu
megar-lebar mencari sasarannya.
Biarpun dalam keadaan kagok Punung menghadapi Serangan
tadi, namun pemuda perkasa itu tidak menjadi gugup
menanggapinya. Jurus Palwa-ranu yang telah menjadi ref'leks,
memungkinkan dia masih dapat lolos dari cengkeraman maut,
Punung membuang diri kesamping, badannya rapat dengan tanah,
maka bebaslah ia dari cakaran sang harimau hanya siliran angin
berbau busuk saja yang tercium olehnya, saking dekatnya cakar dan
mulut siloreng dengan badannya tadi.
“Biadab!” kata Punung sambil melenting tegak siap dalam
jurus tersaktinya Bumi Geneljot Gonyang Ganying ... kedua kaki
merenggang seroug, lutut agak ditekuk, kedua tangan segera
mengambil sikap seperu Kunyuk hendak berjalan.
“Majulah, kau bukan aku .... kaulah yang akan menjadi
makanau lezat lekas menyerang, atau akulah yang akan
menyerangrnu mbah-buyut. Harimau yang jatuh ngusruk karena
salah menangkap orang, sudah membalik badannya menghadapi
Punung lagi ... dengan memamerkan taringnya sarnbil menganm-
geram marah. Belum pernah ia gagal menerkam mangsanya,

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 182
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

mengapa kali ini ia terjatuh pada moncongnya. Sekali lagi ia


menerkam orang itu dalam satu loncatan, tetapi ia menerkam angin,
karena lawannya menelusup dibawah keempat kakinya dengan gaja
yang luwes sekali Punung melenggakkan badannya kesamping dan
muncul dekat lambung si-raja rimba. Bagaikan kilat tangannya yang
kanan menyotos kepala harimau ..... pragg …. ambruklah harimau
besar itu dengan kepala remuk, hingga darahnya keluar dari hidung
dan telinganya.
Darah itulah barang cair satu-satunya yang belum menjadi
beku ditempat setinggi tersebut, sedang tenggorokan Punung sudah
lama kering sama sekali .... maka mau tunggu kapan lagi untuk
dapat membasahi tenggorokannya yang sudah seperti terbakar
rasanya, sedang serangan kabut dingin pasti segera akan dalang
seperti biasanya. la hams dapat bertahan dapat mengatasi serangan
dahsjat itu.
Maka dengan mengabaikan rasa jijik dan bau anyir-darah
mentah, kedua belah tangannya dipersatukan untuk mengumpulkan
tetesan-tetesan darah harimau tersebut lalu diminum nya dengan
memejamkan mata ... demi keselamatannya, demi cita-cita
pengabdiannya, dipaksakan air hidup itu masuk kedalam perutnya.
Anehnya ... ia tidak menjadi muak karenanya.
Oleh karena itu berbuat sekali lagi dan sekali lagi, hingga ia
merasa puas. A pabila pada waktu itu ada orang lain yang melihat
Putut Punung dengan mulut gabres darah….. pastilah orang itu
ketakutan, dikira bertemu dengan orang yang masih makan orang.
Demikianlah keadaan pemuda itu. Ia sedang membersihkan
tangannya pada kulit bekas musuhnya, sambil meneliti bangkainya.
Belum pernah ia melihat harimau loreng sebesar ini. Adakah jenis
harimau yang memang sangat besar demikian ……. atau harimau
ini satu diantara jenisnya, yang tumbuh secara istimewa asli, hingga

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 183
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

badannya melebihi jenisnya yang terbesar. 8iasa11ja harimau tidak


terlalu suka tempat yang terlalu dingin letapi bekas raja gunung
memilih tempat yang luar biasa dinginnya ... Ha, dimana tempat si
loreng ini .... Pastilah sinar kekuning-kuningan marong tadi badan
harimau ini yang kena soroi simar matahari tadi. Karena sinar
kuning hilang di suatu lempat, waktu menyentuh tebing tadi ....
tahulah Punung, bahwa disitu pasti ada relung atau gua yang tidak
nampak dari tempat mereka berkelahi, karena teralang oleh sesualu.
Teringatlah ia akan keperluannya berkeliaran disekitar
punca.k gunung tersebut, waktu pernikirannya sampei kepada gua
atau relung tadi. Maka keinginannya, dalam beberapa loncatan saja,
sampailah ditempat darirnana siloreng tadi menyerang. Dan ... benar
saja terkaannya itu. yang terlihat lamuk dari kejauhan tadi, adalah
batu lempeng besar berbentuk segi-tiga, sengaja ditempatkan oleh
tangan orang dimuka lobang, atau mulut gua, maka tidak nampak
dari jauh ..
Berdebaranlah hati Punung mengikuti jalan pikirannya
sendiri. Batu dimuka lubang ini ditempatkan oleh tangan manusia,
jadi gua ini ada penghuninya.
Mungkin penghuni itu sudah mati lama sekali karena gua itu
sudah menjadi hak mutlaknya sigembong.· Hai …. Apakah aku ini
berhasil menernukan persembunyian Manggala-rana Majapahit
terakhir itu, Kalau demikian adanya, gua ini. pasti gua Singapati
dan akulah yang berhak menjadi ahli-warisnya.
Dengan sikap hormar tetapi penuh kewaspadaan masuklah
Putut Punung kedalam gua itu. Gua itu berupa lobang mendatar,
panyang lima depa, lebar tiga depa dan tingginya kira-kira dua
pohon nyiur, yang puncaknya menyempit menjadi satu, hanya
nampak retak disebelah muka.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 184
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Benar pula persangkaan Putut Punung, bahwa gua·itu pernah


didiami manusia. Disudut sebelah kanan gua terdapat batu besar
berbentuk amben tempat duduk atau tidur diwaktu beristirahat. Dan
di amben batu tersebut terlihat kerangka orang dalam sikap duduk
bersamadi dengan bersila “Padma-ashanas'' salah satu cara duduk
bersamadi melakukan yoga. MendekatIah Punung dengan sikap
hormatnya …. Beberapa keanehan nampak pada kerangka itu:
Pertama, kerangka ini pasti sudah lebih dari setengah abad,
karena sudah tinggal tulang-belulang melulu. Semua bekas
pakaiannya sudah hancur sama sekali, tetapr mengapa ia masih
terbungkus oleh rompi lamuk, bereoret-corec seribu macam ….
mengapa rompi itu tidak ikut hancur ber-sama dengan pakaiannya
yang lain.
Kedua, mengapa kerangka itu tidak roboh setelah
sarnbungan·sambungan tulang belulangnya rusak kemudian lenyap
sama sekali. Kekuatan apakah yang ada Pada kerangka sudah lama
mati itu?
Lama Punung memperutika kerangka itu ... Dalam masa
hidupnya orang ini pasti luar biasa benar kesaktiannya ..... hingga
setelah mati lama saja, kekuatan itu masih belum lenyap sama sekali
dari tulang-tulangnya. ltulah satu-satunya keterangan yang masuk
diakal, mengapa tulang-tulang itu membujar.
Kalau kerangka ini benar orang yang dicari itu, dimanakah
pedangnya yang tidak kurang termasjhurnya? Dalam gua itu tidak
ada barang yang terlihat mirip pusaka apapun. Apakah sebelum
Putut Punung memasuki gua ini sudah ada orang yang mendahului
menemukannya …. ya-ya siapa tahu yang, sebenarnya telah terjadi,
hanya rasanya saja …. itulah tidak mungkin. Sudahlah tidak perlu
berpikir secara berlarut, lebih baik berbuat saja. Jenazah ini harus
segera dikebumikan biarpun tinggal kerangka belaka.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 185
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Baru Putut Punung hendak membuat lubang …. www-uu uuttt


.. angin dingin membawa serangan kabut dingin membawa serangan
kabut dingin sudah keburu datang. Biasanya segera dinmgmnya
langsung tandas pada tulang-tulang diseluruh badan. Maka sebelum
kasip segera Punnng mengerahkan tenaga saktinya yang tertinggi,
pengiling jurus Gempuran Bumi genyot gonyang-ganying disertai
tenaga Guntur geni yang bersifat panas. Siaplah sudah ia
menghadapi serangan dahsyat itu. wwwuuutttt---wwwuuuttt---
wwwuuur,tt---
Berkali-kali. angin datang membawa kabut dingin, tetapi
Punung sama sekali tidak terasa dingin sekali ini, malahan terasa
kepanasan karena pengerahan tenaga sendiri, hingga terpaksa .
keluar gua untuk melepasnya. Hai …... mengapa diluarpun ia tidak
merasakan dinginnya udara lagi. Sudah lewatkah serangan kabut
dingin itu? Pasti belum, lihat salju dan butir-butir di sekitarnya,
belum menjadi susut.
Punung sengaja keluar agak jauh dari gua ketempat bangkai
harimau tadi ... ia tetap tidak merasa dingin.
Bangkai harimau itu sudah hampir membeku, sedang daging
binatang itulah satu-satunya yang dapat dibuat santapan. Cepat-
cepat bangkai harimau tadi diseret kedalam gua, supaya jangan
terlalu kedinginan. Sambil bekerja itu pikiran Punung selalu diliputi
kebimbangan, mengapa kedalam gua ia tidak merasa kedinginan.
Ah' itulah kiranya …. karena ia minum darah-mentah siloreng
tadi, atau sekurang-kurangnya pasti ada hubungannya dengan itu.
Bukankah siloreng itu tahan sekali udara dingin, hingga ia
dapat hidup subur ditempat seringgi ini? Kemudian kembalilah
Punung kedalam gua ia hendak mernbuat lubang dttengh-tengah
gua, untuk mengubur kerangka penghuni pertama gua ini.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 186
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Dengan taugan yang perkasa itu, tidaklah lama membuat liang


kubur yang cukup dalamnya.
Setelah itu bersilalah ia dimuka kerangka orang, seperti orang
tengah menghadap orang tua a tau guru yang dihormati.
Berkatalah Punung dengan khidrnat : “Ijinkanlah aku berbuat
bakti terhadapmu paman ... entah paman ini, parnan Singapati,
entah siapa ... anak hendak mengubur kerangka paman. Satu-
satunya pemnggalan paman. adalah rompi yang masih utuh itu.
Mungkin sekali rompi yang sangat keramat, muka jzinkanlah aku
memakainya sebagai akhli waris paman.
Setelah berbuat sembah satu kali, mendekatlah ia uniuk
menurunkun rompi lamuk tersebut dari sang kerangka. Kini rerjadi
keanehan yang ketiga jakni sesudah rompi itu lepas, maka kerangka
itu lalu runtuh berantakan. Pasti saja lebih mudah bagi Punung
untuk mengubur sebagian demi sebagian dari tulang-tulang kedalam
gua itu. Tetapi .. yang meherankan pemikirannya, sebab-musabab
terlepasnya kerangka itu !! yang harus dihubungkan deagan rompi.
Karena belum dapat menyelidikinya dengan teliti, terpaksa ia
barus sabar dulu ia ingin bersantap daging siloreng untuk pengisi
perut, .
Kemudian baru akan menyelidiki segala sesuatu yang
berhubungan dengan gua beserta penghuninya. Ia membawa rompi
itu yang kemudian ditaruh dibadannya siloreng. Segera ia
mengeluarkan pisau belatinya, untuk menguliti harrmau itu.
Pisau Putut Punung bukan sembarang pisau, tajamnya jangan
dikira-kirakan lagi, tetapi waktu digoreskan kuht siloreng ... kulit itu
tidak terobek karenanya. Heranlah Purut Punung dibuatnya, karena
goresannya dengan pisau tajam, seperti menyajat barang yang liat
luar biasa. ….

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 187
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

la mencoba sekali lagi dengan penuh perhatian, hasilnya tetap


demikian juga.
Kedua sudut matanya melihat rompi orang saku itu menyala
berkilauan.
Haaa ... mungkin karena itu. Rompi itu lalu diambilnya dan
ditaruh ditempat lain. Kemudlian ... dengan segala senang hati ia
menguliti si loreng dan menyajati dagingnya dengan mudah sekali.
Yakinlah ia bahwa rompi itu, menimbulkan gaya kebal senjata
tajam dan runcing kepada pemakainya.
Hmm, pasti saja orang yang memakai rompi ilu dapat
menerobos kepungan seribu orang pengepungnya, lebih-lebih orang
berkepandaian tinggi dan bersenjata pedang ampuh luar biasa.
Gumam Punung, ”Terima-kasih paman belum bernama, alas
peningalanmu rompi sakti ini. Sebenarnya hampir aku berani
memastikan bahwa pamanlah Manggaarana singapati, tetapi masih
harus diketemukan lagi pengenal mutlak paman ialah pedang Janur
Nagasura. Paman taruh dimanakah peninggalanmu itu?”
Malam itu Punung dapat mengisi perutnya dengan daging
harimau yang matang digarang, karena didalam gua itu masih
terdapal tumpukan kaju kuno dan alat pematik api (titikan),
sajangnya tidak ada airnya hingga tidak dapat minum ... tetapi...
tidak apalah, karenn selera minumpun kurang ditempat dingin
demikian. Ia lalu duduk bersamadi didepan kuburan didalam gua
itu.
Serangan kabut dingin dan datangnya angin Ampuhan
dipuncak gunung itu selalu berturutan, dan tidak terlampau lama
jaraknya. Hampir dapat ditentukan dalam satu jam sekali pasti ada
serangan kabut dingin, disusul oleh ampuhannya. Maka bagi orang
biasa jagan harap dapat bertahan lama dipuncak itu. Tetapi Putut
Punung adalah hukan orang biasa, kecuali itu ia sekarang telah

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 188
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

minum darah harimau istimewa puncak Lawu. Tambahan pula


rompi peninggalan kunonya beserta guanya ... pastilah beradanya
dipuncak lersebut bukan menjadi soal mati-hidup.
Maka baginya dipuncak itu adalah tempat yang sangat di-
idamkan untuk bertekun ilmu dan berlatih. Bulatlah tekadnya untuk
tinggal disitu kira-kira enam bulan, mengimbangi latihan Putut
Pamuk.
Esok harinyia ia membuat rencana kesibukannya sehari-harian
supaya jangan ada waktu yang terbuang sia-sia. Tiap hari yang
lewat ditutup dengan membuat garis silang dimuka mulut gua.
Dengan berbuat demikian pastilah ia tak akan berbuat salah
menghitung bulan.
Jang menjadi perhatian pertamanya adalah soal rompi keramat
itu, Agaknya rompi tersebut dibuat dari kain yang mulur-mungkret
... karena kelihatan hanya sempit saja, tetapi waktu rompi
dipakainya pas-presis pada badannya ... aih, enak, benar pakainya ..
hangat-hangat nyaman terasa dibadan. Dan anehnya rasa nyaman
dan hangatnya menetap didalam badannya. Segala-galanya terasa
longgar dalam tubuhnya.
Yang paling menyenangkan sekali itu, soal pernapasanya
yang menjadi landung (panyang sekali). la dapat menarik nafas
hampir tiada batas, demikian pula mengeuarkannya alias
mengempos nafasnya ... Ini berarti bahwa gaya saktinya sulit di-
ukur lagi kemampuannya. Hendak ia mencobanya.
Karena belum tahu menilai kekuatannya sekarang ini, ia
meloncat lurus dengan kekuatan peuh …Wutt… Ho hlo. hlo ......
terpaksa ia kaget sekali, karena badannya menjadi enteng luar biasa.
Luncuran dahulu paling banter enam tujuh meter tetapi kini .... ia
sudah meluncur keliwat dari batasnya, badannya masih menyerosor
naik terus.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 189
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Mau tidak mau ia harus mernukulkan tangannya keatas untuk


meneegah supaya kepalanya tidak membencur batu tenda gua ….
bruugg .... Batu tenda gua itupun menjadi gempur sebagian terkena
pukulan jurus sakti, somplak berlubang, batunya terbang keluar,
Badan Punung bennr saja tertahan, meluncur kebewah lagi.
Karena lubang penerangan dibatu-tutup gua bertambah, sudah
selayaknya pula keadaan didalam gua lebih terang lagi. Waktu
Punung meluncur turun tadi, matannya menyapu dinding gua, maka
tahulah ia bahwa pada tinggi empat meter dari tanah ada sernacam
dataran (sengaja dibuat datar masuk kedalam dinding) cukup untuk
duduk orang. Itulah sangat menarik perhatianuia. Segera ia
meloucat lagi, dengan sangat hati-hati supaya jangan terlalu
kebanyakan tenaga, menuju ke ternpat rersebut,
Karena baru pertama kali mencoba datang disitu, belum
lancarlah ia dapat bertengaer serta duduk didataran tadi. Namun
serentak sudah dicobanya tiga kai saja. ia dapat langsug mencapai
tujuannya, Duduklah ia ditempat iru lalu mernpergunakan matanya
sebaik-baiknya.
Pada dinding itu terdapar corar-coret, yang pada pokoknya
selalu menyeiupai tangan menggenggam pedang …. dan pedang itu
selalu diputar dalam lingkaran-lingkaran kesegala arah. Lebih lama
memperhatikan coretan-coretan jurus pedang itu, makin menjadi
teganglah perasaan Punung …. akhirnya ia harnpir berjingkrak
terhenyak, karfna mergenal kembali jurus tangan-kosong ajaran
gurunya, kyai Kunyuk Sakti, yang disebut: Gerak LEBUR TANPA
DADI.-
Adakah hubungan antara gurunya dengan penghuni gua ini....
Bila ternyata ada hubungan guru-murid antara mereka, pastilah kyai
Kunyuk-Sakti yang menjadi muridnya.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 190
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Tetapi rasa-rasanya itupun tidak betul, karena gurunya pernah


m1 ngatakan mencari orang, namun hingga sekarang telum berhasil.
Sedang orang yang dicari gurunya itu mungkin sekali
kerangka didalam gua ini .... hingga tidak bisa ada hubungan guru-
murid amara mereka. Kalau jurus tangan kosong kyai Kunyuk-Sakti
sama benar dengan jurus ilmu pedang ini, boleh diaggap saja
bersumber satu.
Jang kini sangat, menjadi penasiaran sekali baginya adalah
tempat penyimpanan pedang sakti itu. Maka sekali lagi matanya
menyelajahi dinding gua. Akhirnya berhasillah ia melihat batu
menonyol agak kurang wajar pada dinding gua itu setinggi tujuh
meter dan dasar. Otomatis kakinya sudah menyejak tanah, badannya
meluncur lurus kearah tempat tersebut Kemudian dipegangnya batu
itu ... dan …. sssrrrr ….. terloloslah sebuah benda panyang beserta
batu kecil-kecil, sama-sama melurng jatuh kebawah deogan Punung
yang terjun dari loncatannya.
Bukan main girang hati Putut Punung, karena pedang yang
dicari-cari itu juga sudah diketemukan ... bentuknya presis seperti
yang terlukis dirumah pagede Karang-Harya. Itulah yang disebut
pedang; keramat „JANUR NAGASURA‟ .... salah satu pusaka
terampuh dipulau Jawa. Dengan penemuan barang-barang kuno
tersebut, rasa-rasanya lengkaplah sjarat-sjarat Putut Punung untuk
mencurahkan pengabdiannya kepada kepengngan umum.
Dan sejak itu mulailah ia dengan penggemblengan dirinya
secara hebat luar biasa. lngiu ia menjadi abdi rakjat yang tidak
kepalang tanggung.

****

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 191
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

BAGIAN II

SUASANA di lbukota Kartasura, sudah agak lama selalu


terasa tegang, karena Baginda menderita goring pajah, yang sudah
meleset dari sernbarang obat. Para pernbesar dan para bangsawan
tinggi nampak siang dan malam bergantian hadir di paseban
masing-masing atau di paseban dekat pancaniti .... menunggu
panggilan Baginda bila diperlukan, atau menunggu kabar tentang
keadaan Baginda. Waktu itu terdengar kabar bahwa Baginda sudah
dalam keadaan setengah sadar dan tiada .... maka memuncaklah
ketegangun perasaan mereka. Mereka tahu sudah bahwa, kini
tinggal menanti saat agung saja rentang keberangkatan Baginda-
sudah tidak ada harapan lagi.
Saat itu, saat yang ditakutkan orang banyak, tetapi saat yang
ditunggu-tunggu juga ..... akhirnya datang pula, saat wafatnya
seorang raja Mataram . . . . . Sri Sunan Amangkurat II (Am. Amral),
Jerit-tangis dalam keraton, tidak lagi dapat diceritakan .... Kernpul-
kernatian keluarga agung dikeraton dibunyikan satu satu untuk
diteruskan oleh segala macam tetabuhan yang ada diseluruh jagad
Matararn.
Dengan demikian meratalah kabar kematian keluarga agung
itu. Apalagi yang wafat itu Baginda sendiri ... , kecuali pekabaran
melalui pertanda demikian, juga masih ada pekabaran yang dibawa
oleh para prajurit kesuma-tali. (kapaleri), kesegala arah mancapraja.
Dalam waktu satu mimggu semua bupati pesisir dan mancapraja
harus sudah hadir di ibukota lengkap dengan segala tanda
kebesarannya.
Pekabaran itu merembet cepat sekali karena kabupaten yang
terdekat melanyutkan kabar itu kepada kabupaten sekitarnya dengan
jalan tundan. Maka meratalah kesibukan itu diseluruh negara

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 192
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Matararn-Kartasura .... Semua bupati berkemas-kemas untuk


berangkat ke-ibukota dengan kebesarannya sekalipun pengawalnya
hanya dibatasi sampai seratus.
Maka dalam waktu seminggu saja penuh-sesaklah dalam kota
oleh banyaknya pendaiang dari luar, hingga terpaksa didirikan
perkemahan-perkemahan diluar kora, untuk menampung para
prajurit.
Kembali kita kepada ceritera kita, pada malamnya hari wafat
Baginda. Pada waktu itu jenazah Baginda masih terbaring diten:ipat
peraduannya, diselubungi kain dodot yang belum pernah dipakai.
Semua keluarga agung para bangsawan tinggi dan para pernbesar
negara harus bersembah lutut yang penghabisan kepada
Baginda……. Upacara itu belum selesai sarna sekali. Kira-kira
pukul dua belas malam, barulah mulai reda kedarangan orang-orang
berbakti. Waktu itu datang dua orang pangeran adik Sri Sunan
sendiri, ialah pangeran Puger dan pangeran Harya Mataram, yang
juga hendak berbakti terakhir kepada sang kakak. Sudah barang
tentu mereka itu tidak perlu minta ijin lagi kepada siapapun, untuk
menyenguk Jenazah Baginda, maka mereka pergi langsung kedalam
kamar layon.
Kebetulan pangeran dipati Anom masih berada diruang depan
kamar layon tersebut, dihadap patih raden adipati Kusumabrata
dengan sementara bupati lainnya.
Sudah barang tentu sang pangeran sangat ewa (kecewa),
meihat perbuatan pamannya itu, lebih-lebih pamannya yang satu itu,
pangeran Puger. Dasarnya memang sudah sangat benci kepada sang
paman sejak lama. Segala perbuatan Pangeran Puger, adalah serba
salah bagi sang dipati Anom. Hal itu diketahui pula oleh manusia-
manusia licik dan rendah, yang suka mencari muka, menjilat-jilat
pangeran muda tersebut.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 193
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Terdengar orang mendehem kurang wajar “Hhemm!” waktu


kedua pangeran tadi masuk kedalam kamar. Semua orang. menoleh
kepada sipendehem Dialah kyai patih sendiri, dipati Kusumabrata.
Sudah pasti saja pangeran muda itu merasa senang, karena ada yang
membelanya. Berkatalah ia dengan senyum ejeknya; “Hai .....
Kusumabrata …… mengapa mendehem demikian tidak genah ….
Apakah ada serangga kurang kecil masuk kerongkonganmu?”
Jawabnya sambil menggelegas : “Heh-heh-heh-tidak gusti
pangeran . . . tetapi memang ada sesuatu yang kurang sopan masuk
saja tanpa perkenan, gusti. itulah yang membuat tenggorokan sok
menjadi kaku dan kurang cnak rasanya ,
“Ha-ha-ha-Sumabrata, Sumabrata …. biarkanlah kali ini
serangga itu masuk tanpa ijin-mu, mungkin serangga itu merasa
dirumah sendiri, pastilah perilakunya tidak salah. Sudahlah ... kita
lihat nanti saja.”
Semua orang yang hadir, sudah barang tentu tahu arti kata-
kata sindiran mereka, tetapi siapakah berani tidak setuju akan isi
sindiran ini. Malahan sebaiknya, harus ikut serta sedapat-dapatnya,
bila terpaksa tidak mernpunyai bakat penjilatan ... diamlah yang
paling aman, syukur bisa ikut tersenyum-senyum terus, biarpun
senyuman palsu-masam.
Kedua pangeran setengah tua itu terus saja mendekati tempat
pembaringan jenazah, lalu duduk dipermadani disamping dipan
Baginda, sambil menyembah. Sejenak mereka mengheningkan
cipta, berdo'a semoga roh kakak Bagindanya sudah berada dinikmat
Tuhan. Setelah berdo'a, mereka mengadakan upacara sembah-lutut,
bergiliran dengan para pembesar yang masih menunggu diluar,
karena tadi belum mendapat kesempatan.
“Harya Matararn, panggillah teman-teman yang masih hendak
berdatang bakti terhadap kaka-prabu!” kata pangeran Puger.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 194
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Baik kangmas, aku akan keluar sebentar memanggil


mereka.” Keluarlah pangeran Harya Mataram.
Sjahdan ...... apa yang terjadi sepeninggal Pangeran Harya
Mataram keluar tadi, hanya pangeran Pugerlah yang mengetahui
seorang, karena dialah yang mengalami sendiri. Pada waktu itu
kamar layon tiba-tiba menjadi terang, karena cahaya kebiru-biruan
yang keluar dari puser jenazah narnpaknya. Samar mancur itu
berdiri tegak sebesar ibu jari ….. kemilau ke-biru-biruan
mentakjubkan sekali.
Pangeran Puger kaget sekali, tetapi segera ia tahu makna sinar
itu ialah WAHJU KERAJAAN yang meninggalkan tempat lama
untuk mencari tempat baru . . . . Maka, tanpa pikir panyang-lebar,
majulah pangeran Puger mencucup pusarnya jenazah kakaknya
hingga lenyaplah sinar wahju keraton itu.
Entah kemana larinya sinar ajaib tadi ... apakah habis tersedot
pangeran Puger ... apakah hilang musna demikian saja .... tak
seoraag dapat mengatakan dengan pasti.
Dengan hati penuh rasa haru berkatalah pangeran Puger
kepada kakaknya, didalam batin. “Kaka-Prabu ... Apakah kehendak
kaka prabu yang tertentu, pastilah adikmu ini tidak tahu. Tetapi
adikmu bukanlah orang serakah kedudukan dan kawibawan, maka
legakanlah hatimu ... aku hanya ingin menjadi paman yang baik
bagi putra-putrarnu dan mengemongnya sejauh mungkin.-
Kedata.ngan pangeran Harya Mataram beserta para pembesar
lain, yang hendak bersembah lutut, membawa sang pangeran
kembali kepada keramaian dunia, Semalam suntuk mereka tetap
berjaga-jaga diruang depan kamar layon baginda sedang yang
sebagian duduk didalam kamar menunggu layon.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 195
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Adapun rombongan pangeran dipati Anom tadi sudah bubar


karena sudah mendapat gantinya.
Pada hakekatnya orang baru dapat bekerja dengan tenang dan
teratur setelah rasa haru dan kegoncangan menjadi reda. Pusat
perhatian orang adalah pangeran Anom namun yang mengatur
pembagian kerja keseluruhannya adalah pangeran Puger didampingi
para anggauta Pancaniti. Maka berjalan lah segala pekerjaan dengan
baik dan lancar. Segala sesuatu dapat dislesaikan dengan baik dan
tepat pada waktunya. Maka dalam minggu yang kedua selesailah
semua pekerjaan yang mengenai persediaan dan perbekalan calon
penguburan raja kema.kam lmagiri disiapkan dan dilengkapkan.
Tibalah kini saat jenazah raja diberangkatkan dari keraton,
dengan segala upacara kebesaran raja, diiringi oleh Menteri-Bupati
serta hulubalang dan satuan-satuan prajurit dengan persenjatan
masmg-masing, beraneka ragam. Iring-iringan layon itu sulit
dibayangkan lagi panyangnya, serta warna-warninya. Di pinggiran
jalan penuh sesak orang melihat dan menghormat jenazah rajanya
untuk yang terakhir.

****

Raja yang sudah wafat meninggalkan kedaton …….. maka


raja yang baru sudah datang untuk menggantikannya, hingga tidak
ada masa masa vacuum sejenakpun. Kangjeng pangeran adipati
Anom, segera duduk disinggasana kerajaan, dihadap pepatih
Kusumabrata dan bupati-bupati sementara ........
Bersabdalah raja baru itu mengangkat dirinya sendiri sebagai
raja, yang sebenarnya menyimpang dari keharusannya.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 196
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Hai. Kusumabrata umumkanlah, aku sekarang menggantikan


kedudukan almarhum rama prabu, menjadi raja Mataram, dengan
gelar Amangkurat III. (Mas . . . . Siapa yang tidak setuju boleh lekas
berdiri sekarang untuk menghadap aku!”
“Nuwun-inggih sendika, gusti prabu.” jawab pepatih dalam
itu ... lalu berdiri mengumumkannya. Dengan suara lantang patih
Kusumabrata. mengumumkan penobatan bagina Mangkurat III.
yang diterirna baik oleh semua yang hadir, karena menentang
pengurnuman berarti maut bagi siapapun.
Yang terasa agak yanggal itu, adalah cara pangeran pati Anom
seolah-olah melantik diri sendiri menjadi raja pengganti ayahanda
bagindanya yang mutlak itu.
Sekalipun ia yang menjadi putera mahkota, yang pasti akan
menggantikan kedudukan raja, tetapi untuk mengangkat diri sendiri
menjadi raja itulah bukan haknya. Sebenarnya sang pangeran tidak
usah berbuat demikian, pastilah sudah ada yang akan mengatur
sendiri kemudian.
Terapi nampaknya pangeran itu sangat tidak sabaran,
mungkin juga karena. ia tahu bahwa yang akan membawa dia naik
kesinggasana itulah orang nomor satu di jagad Mataram, ialah
pangeran Puger ... dan ia membenci pangeran itu, Dengan
tindakannya yang lancang itu, pastilah pamannya merasa terhina ...
itulah bagus. . .
Tidak semua pernbesar mengiringkan jenazah raja sampai
kemakam agung. Sebagian dari mereka itu hanya mengantar sampai
diperbatasan kota, lalu lekas-lekas kembah kekota karena tugas lain.
Demikianlah yang dialarni oleh pangeran Puger. Ia harus segera
kembali untuk mendudukkan raja muda disinggasana, sebagai ganti
raja yang lama. Maka setiba dipaseban Siti-inggil, beliau segera

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 197
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

hendak mencari pangeran Anom, namun yang dicari sudah duduk


disinggasana kerajaan dibalairung.
Dernikianpun baik juga, karena memudahkan pekerjaan,
Baru sang pangeran. hendak mendekati balairung, papatih-
dalem sudah berdtri dirnuka kangjeng pangeran, katanya cukup
keras : “Berlutut dan berdatang sernbah kepada Baginda raja
Mataram Baru!”
Kaget juga pangeran Puger : “Hai, Sumabrata, apa artinya
ini?”
“Ini berarti ...... pangeran sudah berhadapan dengan baginda
sendiri. Tidak usah ada perantara lain untuk mengangkat baginda,
karena beliau telah mengangkat diri sendiri tadi.
Pasti saja jawaban papatih dalem demikian dimuka umum itu
sangat menghina kangjeng pangeran Puger ..... tetapi, pangeran
yang sudah membuat pertimbangan dan penuh paramarta itu, dapat
mengerti makna segala-galanya dan suka menerima kekalahan
mutlak. Dia hanya seorang pangeran saja, maka harus membungkuk
menundukkan diri dimuka rajanya untuk menghorrnat Buginda.
Namun itulah penghormatan tertinggi bagi sikap orang- yang lebih
tua seketurunan dengan raja yang urutannya lebih rendah.
Adapun yang maiih penasara dalam rasanya, ialah Pangeran
Harya mataram, bertanyalah ia kepada dipati kusumabrata,
“Sumabrata, siapakah mengumumkan penggantian raja hari ini ….
Dan mengapa tidak menantikan kakangmas Pangeran Puger?”
“Yang berkenan mengumumkan adalah sri Sunan sendir:i,
adapun yang mengangkat …… juga sri Sunan pribadi, maka
perantara tidak lagi dibutuhkan jawab raden adipati.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 198
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Terpaksa dua pangeran itu menelan pil pahit sekali karena


telah melewati hinaan dua kali dimuka orang banyak ... tanpa dapat
berbuat sesuatu.
Siapakah yang tidak mengerti dasar tindakan baginda
terhadap kedua pamanya itu ... jakni … mencurigai tindakan
mereka yang bukan bukan . . . mensiasat mereka, supaya tidak
daptlt bergerak yang kurang wajar. Sekalipun kedua pangeran
setengah tua itu dapat leluasa berbuat dimana mana, tetapi mereka
itu sehlu dibayangi pengawas-pengawas gelap dari pihak kepatihan
... hingga sama saja artinya dengan dikekang secara halus.

****

BAGIAN III

PENGAWAL iring-iringan-layon Amangkurat II. kemakaman


Imagiri, adalah sang Manggalayuda Suryakusuma, tumenggung
tetindihing yuda …. Dengan membawa seribu orang prajurit
penempur inti lengkap dengan persenjataannya. Tidaklah salah
memilih Denmas Suryakusuma menjadi pengawal layon uwa
bagindanya, sambil bertugas sebagai tumenggung tetindih perang
…. Pastilah ia sanggup menyelesaikan pekerjaannya dengan beres.
Denmas Suryakusuma ini. adalah putra pangeran Puger yang
sulung, yang sudah menyabat pangkat tumenggung, diangkat oleh
almarhum uwaknya sebagai tetindihing yuda, karena ternyata sudah
kedigjayaan dan keperwiraannya. Dalam beberapa pertempuran
yang ia sudah pernah ikut mengalaminya, tak pernah ia mengalami
cidera atau dikalahkan oleh musuh. malahan dalam urusan orang

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 199
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

sakti dalam ketentaraan, anak muda itu disebut-sebut nomor tiga,


maka dapat dibayangkan tentang kesanggupannya dalam siasat
perang.
Sebagai anak yang cinta kasih terhadap orang tua,
Tumenggung Suryakusumapun tahu sekali tentang kebencian
Pangeran dipati Anom terhadap keluarga ayahnya, juga terhadap ia
sendiri. Sejak sunan Amangkurat II masih hidup, ia sudah
mengkhawatirkan apa yang mungkin terjadi setelah sri sunan wafat
dan diganti oleh putera sulungnya itu. sejak dulu itu denmas
Suryakusuma yakin bahwa pasti ada pertentangan dan dass antara
keraton dan keluarganya. Siapakah nanti yang dipersalahkan orang-
orang…. Pasti juga pihak yang lemah, pihak yang tidak berlaskar,
pihak orang tuanya. Alangkah celakanya keluarga kapugeran nanti
bila sampai terjadi demikian.
Maka daripada ayahnya yang dipersalahkan orang dan
mendapat nama kurang baik, lebih baik dialah yang akan
mendanului berbuat, hingga segala-galanya bisa ditimpakan kepada
dirinya. Relalah ia menjadi tumbal seluruh keluarganya, untuk
menderita asab-sengsaranya, dan hinaan sesamanya. Bukankah
sekarang ini sudah tiba waktunya, untuk memperlihatkan giginya
terbadap sang pangeran Anom, yang selalu bersikap menghina dan
membenci keluarganya itu. Mumpung sekarang ia mendapat
kesempatan yang baik sekali, di-tengah-tengah laskamya sendiri ...
tidak mudah orang hendak menangkapnya.
Bulatlah sudah tekadnya untuk mendirikan barisan menentang
pemerintah raja baru yang pasti tidak mungkin adil terhadap
keluarganya. Niatnya itu asan dimulai setelah upacara pemakaman
jenazah Baginda Amangkurat II selesai samasekali …… Menurut
naluri kuburan baginda ditangguh sampai 10 hari lamanya oleh para
petugas khusus.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 200
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Tetapi den Mas Suryakusuma tidak mau kembali ke Kartasura


lagi setelah tugasnya selesai. bahkan laskar yang dibawanya juga
tak seorang yang kembali ke-ibukota. Pastilah mereka itu sudah
seija-sekata, berjanyi sehidup-semati dengan sang pimpinan,
mendirikan barisan brandal, berkedudukan disekitar Plered. (dekat
kota gede). Setindak demi setindak mereka bertindak keluar untuk
mangumpulkan bekal, supaya dapat bertahan terhadap sergapan-
sergapan lawan yang pasti datang kemudian.
Sementara itu di Kartasura, pekabaran tentang adanya barisan
brandal di Kota Gede menjadi semakin santer, hingga menjadi
pembicaraan di Pancaniti. Semua orang yang mendenga menjadi
terkejut, mendengar nama pimpinan brandal disebut orang-dengan
Suryakusuma, namun Baginda yang sebenarnya tidak keheranan
atas sikapnya, karena siapapun tahu juga akan kebencian sekarang
terhadap sanak-keluarganya den Mas itu.
Kebanyakan orang memang sudah mengira bahwa kedua
keluarga itu akan kebentrok sesamanya, hanya tidak selekas
sekarang ini. Pastilah itu agak kurang bijaksana dipihak denMas
Suryakusuma, karena persiapannya masih belum nampak sama
sekali. Tidak mengingat pula bahwa ayah beserta keluuarga
semuanya masih berada didalam kota, yang mudah dikurung oleh
pihak lawan pendeknya pemberontakannya itu masih sangat berbau
keburu nafsu seorang muda yang tidak tahan hinaan lagi. Tetapi
barang sudah terlanyur, apakah mau dibicarakan lagi
Dipasewakan hari Senen, waktu ki papatih melaporkan
tentang adanya barisan berandal di Kota Gede, meledaklah Baginda
terhadap keluarga yang dibencinya …… hingga nampak menggigil
badan baginda seluruhnya saking murkanya. Waktu baginda sudah
dapat berbicara lagi, menggelegarlah suara baginda seperti halilintar
disiang hari yang cerah.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 201
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Sumabrata, perintahkan kepada Dipati Jayarumeksa


membawa prajurit 2000 orang, untuk membekuk kunyuk-kunyuk
kurang ajar itu, bawa dia hidup atau mati kemari, ingin aku
memenggal kepalanya sendiri …. Kecuali itu, sejak saat ini,
giringlah semua keluarga Kapugeran tanpa kecuali sampai kepada
para abdinya ke paseban di alun-alun dalam pasebannya sendiri.
Pagarilah paseban itu dengan bedek (anyaman bambu) setinggi dua
meter. Tak seorangpun diperkenankan keluar bedekan walaupun
hanya sebentar tanpa ijin baginda, jaga keras-keras pembedekan itu.
barang siapa berani melanggar ketentuan ini, jangan segan-segan
…. Penggallah kepalanya. Dan awas …. Prajurit jaga yang tidak
berbuat seperti ditentukan, pasti akan dibuat sebagai ganti orang
hukuman itu.”
“Nuwun inggih sendika, gusti prabu.” jawab kyai patih.
Yang hadir di pasewakan agung pada waktu itu adalah seluruh
pembesar negara mataram, karena para bupati mancapraja belum
waktunya pulang menurut kebiasaan, bila ada pergantian raja
semikian. Maka yang mendengarkan keputusan rajapun mereka
semua …… dengan tafsiran dan penilaian masing-masing. Banyak
diantaranya yang menjadi kecewa karena keputusan baginda tida
bijaksana dan tidak berdasar keadilan dan kejujuran. Malahan boleh
dikatakan berbau prasangka … mungkin berdasarkan rasa benci.
Menghukum berandal dengan hukuman penggal kepala
adalah biasa …. Bila berandalnya dapat ditangkap saja. Tetapi
menghukum orang beserta sanak-kadangnya sampai keprda abdi
pekatik ... dengan pidanana pembedekan tanpa diselidiki terlebih
dahulu kesalahannya ... inilah terlampau melampui batas keadilan.
Ya-ya-ya .. apakah sebenarnya adil itu .. ? Bukankah arti adil itu
sama dengan yang menang?

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 202
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sekali raja bersabdda, tetap demikian harus dikerjakan orang.


Maka hari itu dengan tergesa-gesa ki dipati Jayarumeksa
menyiapkan prajurit dua-ribu oran, untuk diperlengkapi dengan
segala keperluan perang. Dan hari itu juga keluarga ka-Pugeran
tanpa kecuali, hingga kepada para abdi, dibawa kepaseban alun-
alun, masuk kepambedekan yang di pagar rapat dijaga pepat dengan
keras sekali. Sebentarpun tak ada secirang dalam pambe1.ekan
diperkenankan keluar untuk keperluan apapun. Segala keperluan
harus didalam lingkungan pambedekan itu. Maka dapat
dibayangkan betapa besar siksaan dan hingga yang dialami oleh
orang-orang yang dihukum demikian.
Putra pangeran Puger yang ikut dalam pambedekan itu ada
empat orang, ialab Denmas Antawirya, Denmas Dipanegara,
DenMas Susangka dan Denmas Sudama ….. Mereka itu sudah
dewasa semua, walaupun belum menyabat kepunggawaan negara.
Sudah barang tentu mereka ini hampir menjadi mata-gelap karena
hinaan yang luar biasa ini. Waktu mereka hendak masuk kedalam
pambedekan, merasa harus menyerahkan keris mereka kepada
petugas penjagaan, kyai tumenggung Sindhupraja …. letapi mereka
ke empatnya membangkang, tidak mau menyerabkanuya hingga
membuat suasana munyadi hangat sekali.
Syukur segera ketahuan oleh ayjahnya, yang datang
menolong. “Antawiryaa …… serahkan kerismu, ayahpun sudah
berbuat demikian, mengapa kalian belum.”
“Tidak yah, kami bukan bangsa tempe yang takut mati!”
jawab putera itu keras.
“Hus …… Siapa yang takut mati bagi diri sendiri. Kau kira
ayahmu penakut …. Serahkan kerismu, atau sejak saat ini kau
bukan putera Puger lagi!”
“Yah …. Mengapa?”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 203
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Kau serahkan saja kerismu, atau kau boleh keluar dari ikatan
keluarga Puger!”
“Ambillah Yah, inilah kerisku …. Setengah jiwaku aku
persembahkan kepadamu yah…”
“Bagus .... hayo, kalian juga Dipanegara, Sasangka dan
Sudama tidak ada satu keturunan Puger yang bersikap penakut ...
Ke-empat pusaka itu lalu diserahkan kepada kiturnenggung
Sindhupraja, untuk disimpan dalam peti penjagaan.
Dengan sendirinya sirnalah ketegangan yang timbul karena
keberanian ke-empat putra gembong Kartasura tadi, Masuknya
pangeran Puger kedalam pambedekan, di-ikuti dengan rasa penuh
haru oleh teman-teman baiknya dan oleh harnpir seluruh peneluduk
ibukota yang mengenal baik keluarga itu. Biarpun dernikian tidak
seorangpun berani mempersoalkan, lebih-lebih mengadakan
pernbelaan terhadap beliau, karena sernua tahu bahwa dasar
hukurnan ini hukanlah keadilan, kebenaran dan kejujuran.
Agalmja baginda belum lagi puas member] hukurnan yang .
sebesar itu kepada pa man yang sekaligus mertuanya itu ... sebagai
tambahan hinaan terhadap beliau, putri pangeran Puger yang sudah
menjadi isteri raja, denajeng IMPUN, dikernbalikan kepada
ayahnya dengan surat-pegat. Lengkaplah kiranya keganasan raja itu
terhadap orang yang sangat di benci dari dulu.
Diwaktu siang saja penjagaan di pambedekan sudah sangat
kuat dan ketat, apalagi diwaktu malam. Saking kuatnya penjagaan
itu, hingga dapat dikatakan; seekor tikuspun tak mungkin dapat
lolos dari pengamatan mereka. Jadi tak seorangpun dapat
membayangkan bahwa ada manusia dapat memasuki parnbedekan
itu, tanpa dilihat oleh penjaganya.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 204
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Namun gaja khajal manusia ini mungkin masih terbatas sekali


... nyatanya malam itu juga ada orang berhasil mernasuki tempat
hukurnan tanpa diketahui para penjaga yang sekian banyaknya itu.
Kira-kira d jam dua belas malarn, sesosok bayangan lamuk sebagai
asap, berkelebat terjun tanpa suara didalam parnbedekan.
Kebanyakan dari orang-orang di dalarnnya sudah tidur lelap hanya
karena jengkel melulu, Bayangan iadi celingukan sebentar, lalu
dengan sebat sekali memondong Den Mas Sasangka untuk dibawa
loncat lurus diatas, kemudian bayangan itu menyulurkan tangannya,
meraih dahan pohon beringin besar. Sekali lagi badannya di ayun.
melesatlah ia dengan bebannya keluar alun alun.
Mereka mendarat diternpat yang sunyi aman …. Baru beban
itu diletakkan di tanah. Den mas Sasangka sejak dibawa loncat tadi
sudah bangun dan merasa aneh pada badannya. Ia hendak berkata
tapi tidak mampu mengeluarkan perkataan. Terpaksa ia menunggu
dengan sabar, apakah kehendak penculiknya ini. setelah mendarat di
tempat yang sunyi itu, punggung Den Mas Sasangka itu ditepuk
sekali dan lenyaplah rasa aneh tadi, iapun dapat berkata lagi.
Pertanyaannya mula mula,
“Hai, siapa tuan? Dan aku berada dimana sekarang?”
“Hemm… baru berpisah dua setengah tahun saja kau sudah
melupakan kakakmu … Sasangka…!”
Hampir saja Den Mas Sasangka menyerit kegirangan, syukur
dibungkam oleh kakaknya, karena berbahaya …… apabila
terdengar oleh para penjaga. “Huss…! jangan berisik Sas, Hayo
cerita saja apa yang sudah terjadi dari awal sampai kepada kalian
masuk pembedekan terkutuk itu …. tetapi rendahkan suaramu!”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 205
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Bayangan tadi dingukan sebentar, lalu dengan sebat sekali


memondong Denmas Sasangka untuk dibawa meloncat lurus
keatas kurungan ……

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 206
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Mulailah Den Mas Sasangka bercerita mulai dari wafatnya Sri


Sunan, barisan yang dibentuk oleh kakak mereka tertua, hingga
mereka meringkuk dalam pembedekan. Putut Punung hanya
mendengarkan saja dengan mata berkeredepan karena marahnya.
Kemudian berkatalah ia, “Dengar Sas, setiap malam aku akan
datang menjemputmu untuk menggembleng kau dengan segala
macam ilmuku. Kau kuwajibkan menjaga keselamatan ayah dari
dekat untuk seterusnya. Dampingi ayah dalam hal segala macam
pertempuran yang mungkin akan terjadi dikemudian hari.
Sudahlah…! kalian tak perlu takut. Terimalah nasib buruk ini dulu,
karena ini justru baik sekali untuk endapatkan kecendrungan hati
orang banyak. Pastilah mereka akan membela ayah sekalipun masih
di dalam batin. Aku sendiri akan berlincahan, menolong kangmas
Suryakusuma dan mengawasi gerak-gerik siasat lawannya. Nah,
mari aku ajarkan kepadmu dua pukulan jurus sakti, untuk membela
dirimu dan untuk membela ayah kita.”
Tanpa komentar lagi, dihajarnya kedua lambung adiknya,
maka mendeproklah maka mendeproklah Denmas Sasangka, karena
matanja berkunang-kunang. Dirasakan darah di seluruh badannja
mendesir keras karena terasa seperti kemasukan hawa jang hangat
njaman mendesak kesegala arah. Herangsur terasa badannja terasa
sehat sekali, maka meloncatlah ia, berdiri tcgak kembali didepan
kakaknja. Tahulah ia bahwa sang kakak baru sadja meningkatkan
kekuatannja untuk mendapat gemblenganja jang pasti berat sckali.
Memang jang diadjarkan olch Putut Punnug kepada adiknja
adalah djurus BUMI GENJOT dan BUMI GONJING, jang
membutuhkan sekali kekuatan rochaniah dan badaniah secara
memusat. Kira-kira satu jam lamanja Denmas Sasangka sudah dapat
melakukan djurus adjaran kakaknja dalam taraf lumajan.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 207
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Kata Punung kemudian: “Sudah cukup dulu, bcsok kita


landjutkan lagi. Kini mari kita kcmbali clan kau tak boleh bicara
sepatah katapun clcngan siapa juga kecuali dengan ayah kita.
Ketahuilah selandjutnja aku akan masuk kedalam kamar pusaka
untuk memindjam kandjeng kjai SENGKELAT dan kjai tombak
PLERET, untuk disimpan scmentara waktu. Aku ingin tahu. dapat
berbuat apakah para djamhur Kartasura terhadap Punung djembel
ini. Kau Sasangka, kaulah jang akan memakai namaku PURBAYA
kclak, djagalah nama itu baik baik!”
Kcdua kakak beradik itu lalu saling rangkul mesra. Scgera
Punung memondong adiknja seperti jang, dilakukan tadi unluk
dibawa kembali kepambetckan sedang Putut Punung sendiri
langsung seperti bayangan asap menudju kekedaton.
Sebagai bayangan hantu ia meloncat keatas gentcng keralon
langsung ketempat pusaka krraton disimpan ... lalu menjelinap
masuk kedalamnja, tanpa diketahui orang.
Bayangan lamuk itu keluar dari kamar pusaka dengan
membawa kjai Sengkclat jang asli berserta tombak kjai Pleret,
scbagai imbangdjasa-pakta dari rasa kepcdihan keluarganja.
Tak hendak ia mengangkangi kedua pusaka itu, apabila raja
dapat menginsafi kesalahannja dan bersikap baik terhadap pamannja
sendiri. Maka tergantung kepada sikap baginda ituah kembali atau
tidaknja kedua pusaka lambang keraton Jwa tadi.

****

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 208
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

BAGIAN IV

ALANGKAH seram dan gagahnya laskar Kartasura yang


dipimpin oleh bupati-tempur Jayarumeksa yang meninggalkan
ibukota, menuju kesarang pemberontak, yang berada disekitar Kota-
Gede. Laskar itu terdiri dari 2.000 orang prajurit tamtama, penyutra
dan surawulung serta dulang mangap, dengan keahlian senjatanya
masing-masing. Kesatuan laskar itu dibagi atas empat bagian
kelompok lima ratusan.
Kelompok pertarna, sebagai cucuking ayuda (penempur
terdepan), lima ratus prajuril tamtama, dengan tetindih panewu-
tempur Jayatamtama, terkenal sebagai orang digjaya yang
dimalui orang banyak. Kelompok yang kedua, lima ratus
petra, dengan tetindih panewu tempur Wiralaras, terkenal sebagai
pemanah ulung dalam kelompok keprajuritan Kedua kelompok ini
dipimpin langsung oleh seorang Tumenggung Manggalarana
Dibyapragola. Kelompok suralawung ditindihi oleh seorang panewu
tempur, Jayawatangan, seorang ahli bergerak dengan tombak yang
tidak boleh diremehkan. Kelompok penutup ditindihi oleh panewu,
Sutaganjur. Keahliannya adalah bermain ganjur (penggada) dan
golok. Kyai bupati Jayarumeksa-lah yang bertindak sebagai
senapati-perang dan bertanggung-jawab atas segala-galanja.
Biasanya bupati tempur yang gagah perkasa ini, selalu nampak
bergembira bila mendapat tugas untuk menggempur lawan,
wajahnya selalu berseri-seri waktu memimpin pasukannya. Namun
mengapa kali ini ia tidak menunjukkan wajah gembiranya, biarpun
ia sudah mengendarai kuda perangnya si Dawuk yang juga nampak
gagah perkasa.
Wajah kidipati yang nampak murung, benar-benar menjadi
teka-teki bagi teman-temannya terdekat serta para tetindih

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 209
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

kelompok-bagian. Adakah sesuatu yang mengganggu senapati


digdaya ini? Adakah itu suatu ciri kurang baik perjalanan mereka
kali ini?
Sebenarnya tak usah terlalu jauhlah mereka itu
memikirkannya, cukuplah mereka meninjau siapakah yang mereka
hadapi saja. DenMas Tumenggung Suryakusuma, kecuali putera
sulung Gembong Kartasura, yang mampu dengan sekali jotos
meremukkan kepala gajah yang tengah mengamuk …. Juga seorang
senopati, manggalayuda, yang diangkat oleh almarhum Sunan
Amangkurat I, bukan karena dia adalah putera keponakannya, tetapi
karena kegagahan dan keperwiraannya menerjang rimba pedang,
hutan tombak lautan api peperangan menundukkan musuh-musuh
negara. Senopati muda itu mahir sekali dalam perang berubuh dan
ia sendiri adalah seorang pendekar yang tak dapat dianggap enteng
oleh siapapun, dipuji oleh teman dan disegani oleh lawannya.
Maka sudah barang tentu, berandal yang hendak ditumpasnya
itu bukan makanan empuk bagi sipenanggung-jawab. Itulah yang
membuat murung ki dipati Jayarumeksa. Kecuali itu, pada waktu ia
hendak berangkat dari rumahnya pagi tadi, berbeda dengan yang
sudah-sudah. Isterinya yang tertua berpesan wanti-wanti, supaya ki
dipati sangat berhati-hati dan berwaspada sekali dalam menghadapi
lawannya …. Karena nyai dipati semalam mendapat impian yang
agak aneh.
“Jangan kau merisaukan hatiku, Nyai …. Senopati yang
bertugas, hanya tahu maju, biarpun didepan terpampar samudera
api. Mimpi burukmu itu mungkin sekali karena kau selalu
memikirkan yang bukan-bukan saja. Sudahlah, kau berdoa saja
supaya aku dapat kembali dengan selamat!”
“Kyai, aku tahu seorang senopati itu, tetapi aku memesanmu
wanti-wanti, untuk berwaspada. Mungkin tafsir mimpiku itu tidak

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 210
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

terlalu jelek …. Karena aku hanya melihat gunung baja saja, yang
tiba-tiba saja menjulai dihadapan Kyai dan teman-temannya ….
Mungkin itu berarti penghadang tak terlawan saja oleh pasukan
kyai!”
“Bagaimanapun juga, tugas ini harus diselesaikan sebaik
mungkin. Terlawan atau tidak terlawan, aku harus menerjangnya.
Bila hanya batas harus berwaspada melulu …. Baiklah aku berjanji,
akan memperhatikan keadaan dengan hati-hati. nah, kalian
berdoalah untuk keselamatan negara dan keluarga kita!”
“Masih ada sedikit kyai .. sudahkah Den Mas Suryakusuma
tahu, bahwa ayahnya, kanjeng pangeran Puger mendapat pidana-
pambedekan? Baiklah, karena tindakan sang anak, ayah beserta
keluarga menanggung pidana demikian berat? Coba bicarakan itu
dengan Den Mas Suryakusuma ……mungkin beliau akan
menginsyafi kesalahan tidakannya.”
“Lalu ... beliau akan menyerahkan diri, bukan. Uwah-uwah . .
. itulah bukan tugasku, dan sangat merendahkan derajadku sebagai
senapati tempur,. menundukkan lawan dengan siasat menekan jiwa
lawan. Tidak, nyai ... tidak mungkin aku berbuat demikian.
Sudahlah, jangan terlalu banyak mencampuri urusan negara, salah-
salah bisa miendapat celaka karenanya. Masakan negara tidak lebih
bijaksana dari orang-orang biasa ini.”
Itulah kiranya yang dibekal oleh ki dipati Jayarumeksa dari
rumah, mau tidak mau menarnbah pemikiran saja …. dan
membayang dimukanya. Kal)au berrnula ia merendcngkan dirinya
dengan Den Mas Suyakusuma, sebagai senapati Manggalajuda yang
perkasa …. karena impian isterinya itu terpaksa ia merasa
kerendahannya dalam soal siasat perang.
Perjalanan laskar Kartasura itu dikuntit dari jarak jauh oleh
seorang pemuda yang berdandan secara acak-acakan, berambut

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 211
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

awut-awutan. Tidak seorangpun yang akan menghiraukan pemuda


jernbel tadi, karena keadaannya yang mirip benar dengan seorang
yang kurang waras, bila hanya dilihat sepmtas lalu saja. Namun bila
orang memperhatikan kepadanya dengan teliti, pastilah orang akan
terhera-heran, karena gerakan-gerakan yang gesit luar biasa .....
matanya yang berkeredapan berkilat-kilat, sepasang mata yang
hanya dimiliki oleh orang yang beri1mu tinggi sekali. Bahwasanya
yang membuntut1 laskar itu, adalah Purut Punung sendiri, yang
mengehawatirkan perjuangan kakaknya yang sulung, karena
menghadapi tentera pihan dari kota.
Pasti saja ia sudah mempunyai rernyana, sesuatu cara untuk
menolong kakaknya itu. Ingin ia mencoba kesaktian rompi „Rajah
Sasra‟ dan pedang „Nagasura‟ peninggalan senapati Majapahit,
yang belum lama ini diketernukan di puncak gunung Lawu.
Malam itu ia berdiri berendeng dengan arca- arca dewa-dewa
dicandi Roro Jonggrang (Prambaaman), yang cukup tinggi, tidak
kurang dari sepuluh meter dari tanah, melihat keperkemahan laskar
Kartasura yang didirikan tidak jauh disekitar candi tersebut.
Melihat kelengkapan dan kondisi laskar itu, tahulah Putut
Punung, bahwa kakaknya menghadapi kekuatan yang teratur lagi
kuat sekali. Pastilah pertempuran yang akan terjadi hebat dan seram
sekali melihat gelagatnya dan mengingat kecakapan kakaknya
bersiasat perang …. Hanya jummlah yang berlipatan itulah yang
akan menjadi soal kesulitannya. Lagi pula harus diingat, bahwa Den
Mas Suryakusuma, harus menghemat tenaga dan banyak
prajuritnya, jangan sampai banyak yang gugur dalam pertempuran.
Supaya jangan terus menerus terdesak oleh bala bantuan dari kota,
yang pasti bermunculan setiap saat.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 212
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Nampaknya para pemimpin laskar itu kini sedang


mengadakan pembicaraan penting, karena besuk pasti akan
berhadapan dengan musuh ·di Kota-Gede.
Dengan mudah sekali Punung dapat mendekati tempat
pembiljaraan itu, karena orang kurang memperhatikeln penyagaan
sama sekali. Ja, siapakah mengira, ditempat masih sejauh itu, dari
musuh …….. orang harus sudah memusingkan tentang penjagaan
yang ketat. Agaknya orang masih lebih mementingkan soal makan
dan peristirahatan melulu.
Kalau toh ada musuh yang berani mendekati perkemahan
mereka, itulah bukan soal yang harus ditakutkan. Jumlah mereka
yang dua-kali lipat itu pasti cukup berwibawa terhadap tindakan
musuh yang berani gegabah bertindak ….... Bagaimanapun sesuatu
kenyataanlah Putut Punung dapat menyelinap masuk dengan mudah
dan menempatkan diri dalam jarak kurang dari sepuluh meter dari
tempat perundingan.
Kini orang boleh berbicara dengan berbisik pasti tak sepatah
katapun akan luput dari pendengaran pemuda jembel itu. Apalagi
mereka berbicara berterang-terang seperti biasanya.
Tumenggung Dibyapragolalah yang bermula terdengar
pertanyaannya:
“Kyai Lurah, maaf bila ada kelancanganku, sebenarnya saja
heran mengapa kyai lurah sejak tadi berangkat nampak kurang
senang? Adakah sesuatu yang kurang lengkap atau kurang baik
dipandangan Lurah ... ?”
“Hmm …… adi menggung, tidaklah dapat diselami
perasaauku sekarang ini? Hampir-hampir aku dapat
menyamakannya dengan tindakan seorang ayah yang hendak
mernbunuh auak sendiri. Siapakah Den Mas Suryakusuma itu ......

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 213
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

hmm, awak seudlri, bukan? Maka pertempuran ini hanya. berarti


kerugian melulu. Mana yang dikatakan menang, pasti mencederai
muka sendiri ...... Apakah itu haiknya?”
“Dalam hal itu ...... kyai benar, tetapi dipandang dari sudut
kenegaruan, Den Mas Suryakusuma teah bersalah, memberontak
kekuasaan raja.”
“Ya-ya, itulah satu satu dalih yang tak akan tersangkal lagi
...... maka mau trdak mau petugas negara hanya bisa melaksanakan
perintah saja, biarpun berlainan yakin dan perasaan inilah yang
paling tidak menyenangkan bagi petugas siapapun bukan?”
“Ya, akupun merasa kurang mantap dalam menghadapi
perternpuran antara awak sendiri ini, namun apakah jadinya nanti,
yang sangat disesalkan adalah tindakan Den Mas Suryakusuma
yang seolah-olah tidak memikirkan akan akibat aksinya itu.
Mengapa tidak memikirk in keadaan orang tuanya yang pasti tidak
akan luput dari ancaman negara? sekarangpun kenjeng pangeran
Puger sudah menerima pidana Pembedekan itu beserta seluruh
keluarga dan para abdi-abdinya semua. Hmm ...... ataukah itu
mernang sengaja demikian? Bila ada unsur sengaja, pastilah
Pangeran Puger yang memberi tugas kepada puteranya bukan?
“Helo ...... hlo, adi tumengung, dalam ibukota Kartasura ini,
apabila ada orang disebut patuh serta setia rerhadap negara .......
adalah pangeran Puger, gembong besar negara. Bagaimana ia dapat
berbuar deimikian. Adi Tumenggung sendiri mengetahui, sudah
berapa kali saja pangeran itu dihina dimuka umum …… ingat saja
waktu mengumumkan pelantikan raja, pengganti almarhum
Baginda …… bukankah hinaan itu sudah kelewat batas? Cukuplah
rasanya hinaan itu untuk mengobarkan pertentangan seketika itu
juga. Namun pangeran yang penuh kebijaksanaan tadi, tidak berbuat
yang tidak-tidak, kecuali menundukkan kepalanya sambil

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 214
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

tersenyum kecut sekali. Bagi seorang sakti tingkatan beliau,


sukarlah kiranya mengobrak-abrik pasewakan seketika itu juga?.....
Hai, kepala gajah mengamuk remuk dengan sekali jotos saja.
bayangkan, bila ia benar-benar hendak merebut kekuasaan.
Tidak, tidak adi menggung ... aku hampir berani mempertaruhkan
kepalaku, bahwa pangeran itu tidak sekali-kali tugas gila-gilaan itu.
bila Den mas Suryakusuma berbuat demikian, itulah karena sudah
terlalu banyak penasarannya terhadap penguasa yang sekarang!”
“Ya..ya, begitulah kiranya. Namun Kyai …… setelah
peristiwa pembedekan ini, apakah kiranya segala batas kesabaran
manusia biasa belum lagi telah terlampaui …. Apakah hinaan yang
sekarang dialami oleh keluarga ka-Pugeran dapat ditelan demikian
saja?”

“Amboi ... Kartasura, apakah yang kau alami kemudian.”


“Haaa, mudah-mudahan saja ibukota yang masih agak baru
ini, cukup kuat mengalami goncangan badai yang sudah tercium
kuat gelagatnya..!”
“Adi menggung, itulah yang aku kuatirkan sekarang ini.
Tetapi masakan kami ini lalu tidak berani bertindak apapun.
Sudahlah, hal-hal yang masih belum terjadi tidak usah kita pikirkan
dulu, balik mari merundingkan siasat penyerangan. Kewasissan Den
Mas itu terletak pada kepiawaian melincahkan gerakan pasukannya,
yang segera berubah gelar bila terdesak mundur.
Perlawanan semacam itulah yang sangat menyulitkan musuh-
musuhnya!”
“Lalu siasat apakah yang hendak kita pergunakan besuk
terhadap para pemberontak ki Lurah?”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 215
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Karena kita menang jumlah, maka sebaiknya dipergunakan


gelar emperit neba saja. kelompok limaratus orang dipecah-pecah
menjadi dua tiga kelompok kecil yang menyerang disana-sini
berkelompok dari segala arah, membingungkan lawan.”
“Perlukah kita menempatkan orang-orang kuat pada
k.etonpok-kelompok rersebut, atau orang-orang kuat itu kita
tempatkan menjadi kelompok istimewa yang harus bergerak cepat
menolong kelompok yang mengalami kerusakan?”
“Kali ini kita mencoba mengadakan kelompok istirnewa itu ...
tempatkan mereka disebelah luar barisan, kanan dan kiri. Aku ingin
mencoba keluar dari biasanya, mungkin musuh kita belum pernah
berternu dengan siasat, yang agak berbeda dari biasanya itu?”
Cukuplah Putut Punung mendengarkan perundingan mereka.
Kiranya tidak perlu dikuatirkan bila kakaknya akan menderita
kerepotan menghadapi siasat burung- pipit menyerbu sawah itu.
yang mungkin menjadi soal adalah penernpatan orang-orang kuat
itu. Maka ia sendirilah yang akan. menghada pinya.
Dinm-diam Punung menyelinap keluar barisan yang tengah
beristirahat itu. Malam itu juga ia mempergunakan ilmu lari
cepatnya, untuk berternu dengan kakaknya, menyampaikan kabar
akan datangnya masuh dari Kartasura.
Waktu ia datang diperkemahan para brandal dikota Gede,
sangat kebetulan karena di-ufuk Timur, sinar bang-bang-wetan
sudah mulai nampak. Sudah banyak prajurit brandal yang telah
bangun, malahan telah pula ada yang berlatih ketangkasan dan
keprigelan memainkan senjata.
Sudah barang tentu bahwa orang-orang itu belum pernah
melihat Putut Punung, dalam pakaiannya yang anljak-ancakan itu.
Kedatangannya disarnbut dengan muka keren yang mengandung

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 216
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

curiga dari para prajurit tersebut. Terdengar bentak seseorang:


“Jangan bergerak kawan ... kamu ini orang apa, dari mana dan
hendak berbuat apa disin.?”
“Ha, aku ini memang orang betul bukan jejadian, datang dari
sebelah belakang, hendak bertemu dengan pemimpin brandal
disini.-
“O-ho-hooo ... semalam aku mimpi apakah, maka pagi-pagi
semacam ini sudah bertemu dengan orang degleng demikian, tidak
pula merasa memutar kincir-kincir, dini hari telah kedatangan orang
gila ... ha-ha-haaa ... Hei sinting ... kau hendak berternu dengan
siapa . . sanggupkah menyebut pernimpin kami disini? Ha ha ha
ha… aku ingin benar mengetahui, masihkah kiranya kamu ingat
akan namamu sendiri, he he he heh cobalah sebut nama pemimpin
itu, yang hendak kau jumpai. Kalau kamu dapat menyebutnya,
mungkin aku sendiri akan mengantarkanmu kepadanya…!”
Baik-baik, bawalah aku kehadapan Den Mas Suryakusuma,
manggalayuda Kartasura yang berpangkat kliwon penempur,
pejabat kanan dalam kesatuan besar…”
Waktu belum berpangkat dia bernama Den Mas Sudira, putera
Pangeran Puger yang tertua …. Betul apa tidak, saudara tetindih
Jayasura?”
“Hai-hai …. darimana pengetahuan yang sangat terinci itu?
siapakah sebenarnya kau ini?”
“Kau nanti akan tahu sendiri siapa aku! tetapi sekarang
bawalah aku kepada pemimpinmu itu, aku membawa kabar penting
bagi para berandal!”
Para pra·urit yang mengerumuni mereka, karena masih curiga,
banyak yang mencegah ki Jaya, “Ki Lurah … jangan-jangan orang
ini adalah mata-mata musuh dari kota.”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 217
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Hemm..” dengus Jayasura …. Kalau begitu, mari kita halau


bersama saja orang ini.”
“Ki sanak, kau dengar sendiri perkataan orang-orangku itu,
nah …. pergilah dengan damai!”
“Kalau aku tidak mau pergi, kau mau apa tuan tetindih yang
tidak berani menepati janji sendiri? Kau kira kalian dapat
mengurungkan niatku ini? ha ha haa… boleh cobalah!, aku hendak
jalan terus…!”
“Bagus, bagus … pagi ini kita dapat berlatih sungguh-
sungguh untuk melemaskan otot-otot kita yang masih agak kaku.
Jangan menyesal jika kami tidak terlalu sopan mengganyangmu,
tuan!”
Puluhan orang bergerak bersama-sama menubruk Putut
Punung. Apabila Putut Punung pagi hari itu tidak mempunyai
kegembiraan untuk berkelakar, pastilah orang-orang itu akan segera
jungkir balik terkena kekuatan tubrukannya masing-masing yang
membalik, karena tenaga tolak yang melindingi tubuh pemuda sakti
itu. namun kali ini, ia hendak main-main dengan anak buah
kakaknya. Maka waktu puluhan tangan itu hampir menyentuh
badannya, ia menjejak tanah meluncur tinggi sekali lalu
berjumpalitan ditengah udara, melesat kesamping … dengan gaya
yang manis turunlah ia dua landeyan tombak disamping
pengeroyoknya.
Ejek Putut Punung, “Huh..huuuuh …. Pantaskah kalian ini
disebut prajurit berandal, yang harus lebih unggul dalam segala hal
dari prajurit biasa. Puluhan orang menangkap orang satu saja tidak
becus ….. cara bagaimana kalian nanti akan menghadapi prajutir
Kartasura yang jumlahnya lipat dua dari jumlah kalian?”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 218
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Karena orang-orang yang mengerumuni Putut Punung tadi


bergerak bersama-sama, menubruk ke arah orang yang dikiranya
mata-mata lawan, tetapi yang ditubruknya tiba-tiba lenyap …. Mau
tidak mau mereka itu jadi saling tubruk sendiri. Puluhan tangan
saling cengkram, sedangkan lebih dari lima orang hingga beradu
kepala berkaok-kaok karena kesakitan … saling tindih, saling remas
dan saling pukul sendiri. Setelah membuka mata, baru mereka tahu
keadaan yang sebenarnya.
Setelah melihat orang yang hendak mereka tangkap tadi.
sudah berdiri menyengir sambil mengejeki maka dengan geram
sengi t sekali mereka menerjang lagi, kini dengan teratur dan
berhati-hati, mernpergunakan senjata golok dan keris mereka.
Dengan berteriak tinggi·rendah mereka mengerubut pemuda awut-
awuran tersebut, Bagai hujan gerimis datangnya serangan senjata
dari segala arah, namun pernuda acak-acakan tadi dapat berlincahan
mengimbangi datangnya serangan. Tangan dan kakinya tak henti-
hentinya bergerak cepat, mulutnyapun tak berhenti mengejek ...
“Kurang cepat, ini serangan ngawur, kurang latihan-kurang gesit
dan luwes .... huh-huuuh ... kalian harus berlatih banyak banyak
lagi, supaya gaja tempur kalian agak berarti dalam peperangan.
Hayo-hayo-habis kan tenagamu, masukan baru saja mulai sudah
hampir kehabisan napas prajurir ternpe kalian ini!”
Karena kegaduhan yang mereka timbulkan, maka segera pula
terlihat bermunculan orang-orang dari dalam perkemahan. Malahan
Den Mas Suryakusuma sendiri, sudah membekal pedang
mendatangi tempat keroyokan itu dengan cepat sekali. Sekejap saja
pemimpin itu sudah tiba didekat tempat keroyokan. Dengan suara
nyaring ia berkata, “Mundur semua..!” Tahu- tahu orangnya sudah
ada ditengah-tengah mereka sedang pedangnya yang berkilat-kilat
telah menjurus kepada tenggorokan musuh. Belum pernah pemuda
manggala yuda ini gagal dalam serangannya, pedang yang

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 219
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

digerakkan dalam jurus pedang simpanan itu. tetapi alangkah


kecewanya kali ini ….. pedangnya menyeleweng jauh dari
sasarannya, malahan pergelangan tangannya sudah dalam pegangan
lawan sakti ini.
Namun Den Mas Suryakusuma tidak menjadi gugup
karenanya, masih ia dapat membela diri dengan kedua tangan dan
kedua kakinya. Secara indah dan gesit sekali tangan kirinya
membabat lambung musuh. Tetapi gerakan itu sudah kedahuluan
tertindih ujung telunjuk lawan pada permulaan gerakannya, hingga
lenyaplah gaya serangannya. Betapa kaget dan herannya, kini
tampak pada sinar matanya yang ditujukan kepada lawannya …..
“Hai, kau.. kau … siapa… Kau adikku PURBAYA kah?” Nampak
tegang benar wujudnya menanti jawaban orang tidak karuan ini.
apakah yang terlihat oleh orang banyak waktu itu…?
“Ha… kiranya kakangmas tidak lupa lagi kepada adiknya
sendiri, nah inilah aku kakangmas, tetapi nama itu sudah lama aku
berikan kepada Sasangka. Aku sendiri sekarang bernama Putut
Punung.”
“Ah …. adikku, hampir kau membuat cemas hatiku. Aih,
siapa mengira bahwa kau adalah pemuda paling tampan dalam kota
dahulu, hingga menjadi buah bibir para perawan dalam kota
Kartasura, mengapa kau rela memperlihatkan dirimu semacam
begini?”
“Kangmas, bukankah rama pangeran telah mengatakan Halku
dahulu kepada kangmas ? Aku sirik untuk bertentangan Dengan si
pemuda paling berkuasa, maka lebih baik akulah Yang mengalah.
Dan setelah kangbok ratu Alit, wafat karena Fitnahnya …. sulitlah
bagiku untuk mengabdi pada negara. Biarkanlah adikmu ini lepas
dari segala yang bersangkutan dengan kebangsawanan. Aku telah

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 220
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

bertekad untuk menjadi rakyat jembel biasa dan mengabdi kepada


kepentingan umum …. Disamping keluarga kita!
Tetapi. kedatanganku ini bermaksud lain .. ! sejak berangkat dari
Kanasura, aku mengikuti perjalanan laskar yang mendapat tugas
untuk melumpuhkan gerakan kangmas ini.. Senapati yang
mengamban tanggung jawab adalah dipati Jayarumeksa dengan
membawa duaribu orang prajurit. Semalam mereka berkemah di
candi Prambanan dan disitulah aku dapat mendengar perundingan
mereka. Dalam pembicaraan mereka dapat dikatakan bahwa
sebenarnya ada rasa cendrung kepada keluarga kita…. Tetapi
mereka petugas negara, maka mau tidak mau harus memusuhi
brandal yang menentang pemerintahannya.
Hari ini mereka sudah pasti datang disini. Gelar perang yang akan
mereka pakai adalah siasat Emprit Aneba, tetapi dengan
menempatkan orang kuat disebelah kanan dan kiri yang segara
bertugas menolong jika ada kerepotan teman-teman mereka. Nah
itulah kabar yang kusampaikan kepada kangmas, untuk berjaga-jaga
dan mengawasinya. Aku sendiri akan mengawasi kelompok orang-
orang kuat itu!”
“Adik, tunggu dulu …. Katakan kepadaku dengan terus
terang, adakah akibat kurang baik timbul karena tindakanku ini?
bagaimana dengan Ayah sekeluarga?”
“Sudah dapat dipastikan bahwa tindakan ini berbuntut buruk
sekali bagi keluarga kita. Ayah dengan seluruh keluarga beserta
para abdi yang terdekat kini menyalani pidana pembedekan di
paseban alun-alun. Sudahlah kangmas, segala yang terlanyur terjadi
tak perlu disesalkan hingga bertele-tele. Apalagi kangmas tahu
sendiri, bahwa bentrokan ini pasti meledak suatu ketika, karena
sudah dari dulu kangmas Anom sudah menantikan saat seperti
sekarang ini. pastilah sekarang ia leluasa berbuat jahat sekehendak

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 221
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

hatinya. Apabila kau belum menolong ayah keluar dari


pembedekan, itulah karena aku ingin mendengarkan pendapat
umum diseluruh negara. Dan kiranya dengan tindakan yang sangat
tidak bijaksana dari pemerintahan ini, kiblat hati rakyat lebih
banyak kepada kanjeng rama pangeran. Itulah perlu jika rama
terpaksa harus mengangkat senjata untuk membela diri dari
tindakan baginda yang sewenang-wenang. Maka sekarang, hadapi
saja dulu musuh dari Kartasura, sambil melihat gelagat
selanyutnya.”
“Aih-aih …. Punung, bukankah aku ini anak yang tidak
berbakti atau malahan lebih jahat daripada itu …. Anak yang
menyerumuskan orang tua beserta keluarganya kedalam jurang
kehancuran?”
“Menyesalpun tak ada gunanya, kangmas …. Teruskan
sajalah maksudmu itu. Berbuatlah kemudian mengimbangi
perkembangannya.”
“Baiklah adik, aku pasti tidak akan membiarkan orang tua
menjadi celaka karena kedunguanku.”
“Sampai bertemu lagi kangmas, berhati-hati1ah selanjutnya ...
aku sendiri akan bekerja dengan diam-diam dalam penyaruanku
ini.”
Dalam beberapa loncatan saja Putut Punung telah lenyap
dibalik perkemahan-perkemahan mereka. Segera Den Mas
Suryakusuma dikerumuni oleh para pembantunya, para manggala
tetindih juda. Jagasura-Jajengkewuh-Wirajaya-Wira-kerti dan Jain-
lainnya untuk menanyakan siapakah gerangan tokoh sakti luar biasa
yang habis bertemu dengan sang pemimpin. Jawab Den mas Surya
dengan tersenyum-senyum: “Itulah adik saja yang nomor dua, yang
tidak suka lagi hidup sebagai bangsawan, karena sangat membenci
kalangannya sendiri yang ternyata sangat buruk itu. la lebih suka

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 222
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

hidup sebagai rakjat jelata. Kedatangannya mengabarkan bakal


datangnya musuh dari Kartasura ... maka lekas kalian bersiap-siap
untuk menghadapi lawan yang jumlahnya 2000 orang.
Karena kita kalah jumlah maka sebaiknya kalian berlempur
dalam gelar “CAKRA – BYUHA” 500 orang.
Adapun yang lima ratus lagi dibagi atas dua bagian dengan
tata gelar GARUDA bersamberan, dikanan dan kiri penempur inti.
Ketahuilah, bahwa mereka mempunyai penempur orang orang kuat
dua kelompok, yang ditempatkan di kanan kiri bari.sannya. Berhati-
hatilah terhade.p regu-regu orang kuat ini. Perhatikan juga gerak-
gerik adikku pemuda awut-awutan tadi.
Dia berjanyi akan menempur regu-regu kuat itu, bila ada
kerepotannya, tolonglah dengan samberan-samberan garndamu.
hayo-mari kita mulai bekerja. -
Kabar itu diterima dengan hati berdebaran, telapi
menggembi1akan sekali bagi mereka, karena mereka tahu benar
bahwa lambat atau cepat, pastilah akan terjadi pertempuran
melawan utusan dari ibukota. Setiap prajurit menjadi sibuk sekali
dengan melengkapkan perbekalan masing-masing. Menyelang
tengah hari barlah mereka siap-lengkap, sampai kepada segala
macam penyelasan dan pesan-pesan jang sangat perlu dalam medan
perang nanti.
Tak usan mereka jauh-jauh meninggalkan perkemahan
mereka, untuk mendapatkan tempat calon berternpur yang cocok
sekali, untuk menantikan kedatangan musuh dalam tata gelar yang
mereka pilih.
Regu pemancing lawan sudah dilepaskan, menghadang laskar
Kartasura. Nampaknya dalam waktu dekat musuh helum datang,

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 223
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

hingga waktu terluang itu dapat dipergunakan oleh prajurit, menurut


kepentingan masing-masing.
Ada yang beristirahat sarnbil menikmati bekalnya ... ada jang
duduk-duduk memelihara kekuatan sambil mengganyang sirih,
meneegah rasa dahaga dalam beraksi nanti. Para tetindihlah yang
terpaksa terus giat bekerja ... memeriksa barisannya yang sudah
diatur rapi ... disana-sini memberi petunjuk dengan kelakamya yang
merobesarkan hati para prajurit.
Kita-kim jam dua siang, barulah laskar Kartasura kelihatan
dari jauh. Kedatangan mereka disambut dengan suara gemuruh dari
pihak lawan. Sudah barang tentu prajurit ibukota mengimbangi
sorak mereka menerirna tantangan Brandal ini hendak dibekuknya.
Dalam jarak jauh itu, mereka berhadap-hadapan untuk saling
menapsir kemungkinan-kemungkinan yang bakal mereka alami.
Mungkin karena baru saja berjalan agak jauh diuga karena
sang terik matahuri masih sangat meogganggu kondisi badan
mereka ... laskar Kartasura diperinrankan beristirahat dahulu,
sarnbil berpasang gelar-perang mereka. Sementara itu Tumenggung
Dibyapragola beserra dua orang panewu-ternpur, dengan
mengendarai kuda perang meridahului laskamya, sebagai utusan
Sang Senapati, untuk menegaskan sikap lawan.
Waktu itu kira-kira pukul tiga siang, Tumenggung
Dibyapragola melancarkan suaranya yang lantang kearah
pertahanan musuh, setelah datang tidak jauh lagi dari mereka,
“Dengarkan sabda baginda Sunan Arnangkurat Mas (Am III), hai
para kawula negeri Mataram ......... Bahwasanya masih ada jalan
hidup dan pengampunan baginda, kepada para kawula yang insjaf
akan kesalahannya dan kembali kepada pengabdian masing-masing.
Namun bila kalian membandel dalam perbuatan kalian ….. terpaksa
laskar Kartasura yang kami bawa ini segera akan menempur kalian.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 224
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Selesailah pengumumanku ini, bila dalam waktu sepemakan sirih


kalian tidak menjawab dan menyerahkan senjata kalian …..
bersiaplah kalian menghadapi terjangan laskar kami!”
Dari pihak lawan nampak Den Mas Suryakusuma sendiri
keluar dari barisan, diiringi dua orang pembantunya, maju kira-kira
tigapuluh meter didepan barisannya, untuk menjawab utusan dari
Kartasura.
“Kakang Tumenggung Dibyapragola, sudah lama aku,
Suryakusuma …. merasa penasaran sekali terhadap kangmas
Adipati Anom yang dulu dan yang sekarang ini sudah menjadi raja
Mataram, tentang perlakuan beliau terhadap keluargaku. Dalam hal
kesalahan inipun aku yang bersalah ….. mengapa kanjeng rama
Pangeran Puger dan keluarga seluruhnya, malahan para abdi segala
harus menderita hukuman pembedekan? Tidakkah ini memancing-
mancing perlawanan yang sangat membahayakan negara?
Kakang Tumenggung, ….. baiklah, aku segera menyerahkan
diriku sendiri, bila baginda sudah membebaskan ayahku berserta
keluarganya yang dalam pembedekan itu. itulah janji ksatriaku yang
pasti akan kupenuhi setelah ayah keluar dari siksaan. Bila tuntutan
ini tidak dilaksanakan, biarlah aku menjadi pengacau negara selalu,
hingga pemerintah mampu meringkusku beserta para pengiringku
yang setia semuanya…!”
Sekali lagi berserulah Tumenggung Dibyapragola, “Den Mas
Suryakusuma … ketahuilah bahwa kami tidak ada hak sama sekali
untuk mengurus soal segala macam tuntutan dan pembicaraan
dengan pihak pemberontak. Maafkanlah kami ini, tugas kami hanya
menggempur lawan negara yang tidak mau menyerah, kembali
kepada pengabdian negara. Maka apakah jawaban Den Mas yang
tertentu dalamsoal ini?!”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 225
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Bila demikian, terserah kepada kakang Tumenggung beserta


kawan-kawan saja, kami akan bertahan sedapat mungkin, demi
tuntutan kami tadi!”
Seketika itu juga suasana menjadi sangat tegang. Orang tahu
sekarang, tidak ada jalan lain kecuali melewati ujung senjata
mereka masing-masing. Nampak ki Tumenggung dengan kedua
kawan pengiringnya kembali kepasukannya untuk melaporkan hasil
pembicaraannya dengan pihak berandal…. Sedang Den Mas
Suryakusuma, tinggal berdiri ditempat dengan mengangkat tangan
kanannya, yang berarti ….. siap menghadapi serbuan musuh. gelar
CAKRA-nya bergerak maju dengan perlahan-lahan, hingga sang
pemimpin berada ditempat yang merupakan pusat penggerak
pergeserannya roda cakra yang pasti ampuh dan seram itu. bergerak
pula garuda kanan dan kiri, sebagai pengawal sakti yang
menakutkan.
Kini laskar Kartasurapun bergerak serentak, tidak kurang
seram dan gagahnya dari pihak lawan. Mulailah mereka melakukan
gelar siasatnya. Segumpal demi segumpal mereka memecah dan
memisahkan diri dari kelompok besar, lalu bertaburan serabutan
sebagai burung pipit menyerbu sawah yang padinya sudah
menguning. Kawanan mereka itu tidak kurang dari seratus sampai
dua ratus perajurit, dengan senjata terhunus menyerbu dari jurusan
kedatangan mereka, dimuka… disamping … dan ke arah lambung
gelar musuh. paling kanan dan kiri, nampak kelompok yang terdiri
dari kira-kira tiga puluh tamtama pilihan, yang gerakannya gesit-
gesit, tangkas dan kuat-kuat. Itulah kiranya yang mereka katakan
sebagai kelompok orang-orang kuat.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 226
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Kelompok-kelompok pipit itu menerjang musuh dengan


gagah berani, sambl berteriak-tenak melepas gendam serta jerit-jerit
perang, pelurnpuh lawan. Maka gegap-gempitalah dimedan laga
tersebur, menggemuruh diangkasa bagaikan gunung ambruk. Laskar
Kartasura menempur seru, sedang brandal Kotagede menadahinya
dengan gagah perkasa, dengan tekad bulat membela kebenarannya
yang diyakini. Roda gelar Cakra bergerak memusingkan, meng-
gilas para penyerbunya tanpa ampun lagi. Namun prajurit Karrasura
bagaikan sudah mabuk darah, tak menghiraukan lagi keselamatan
pribadi, karena melihat para tetindih mereka tak seorangpun yang
tidak berjuang mati-matian. Namun lapisan roda gelar Cakra Den
Mas Suryakusuma ternyata sangat ampuh, karena telah mengalami
gemblengan yang bermutu tinggi. Setiap kali diserbu kawanan
tamtama bersenjata apapun selalu dapat mengatasina dengan gerak
berputarnya lapisan luar, yang selalu diganti oleh lapisan temgah,
dengan gerakan naga meninggalkan tempat melingkarnya.
Para penyerang lambung cakra-pun selalu mendapt kesulitan
dari samberan-samberan garuda pengirmg yang melmdungi Cakra
tersebut. Maka kini nampak dimana-mana ada kerusakan dipihak
penyerbu dari Kota. Mulailah sekarang kelompok orang kuat
bergerak. Dengan pedang dan golok terhunus mereka hendak
menyerbu untuk memperbaiki pasangan yang rusak.
Namun kelompok kanan yang tengah henlak bergerak itu,
tahu-tahu menjadi kocar kacir karena tiba-tiba mendapat serangan
pukulan angin keras, hingga menyulitkan pernapasan para
prajuritnya. Masih dalam kebingungan hendak mengetahui siapa
penyerangnya, tahu tahu sudah diserang oleh seorang kurang waras,
yang berdandan seperti pengemis jembe1, bersenjatakan tongkat
dikedua belah tangannya. Nampaknya pengemis itu bergerak
seenaknya saja, namun nyatanya, pedang dan golok yang sedang
dimainkan oleh tangan-tangan ahli, beterbangan diudara bila

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 227
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

bertemu dengan tongkat pengemis itu. Tidak terlalu lama tiga puluh
orang kuat itu sudah tak bergegama lagi, malahan sebagian besar
sudah berdiri mematung sebagai arca hidup, karena masih dapat
berkedip-kedip. Mulut menjadi kancing, mata menjulung .....
mungkin karena menahan sakit, tetapi mereka sama sekali tidak
terluka.
Anehnya mereka tidak sampai dapat melihat cara bagaimana
pengemis itu bergerak ….. kapan datangnya dan kapan pula
perginya. Tahu-tahu sudah ada, kemudian tahu-tahu sudah tak
nampak lagi batang hidungnya. Keruan saja orang menyangka
bahwa dia itu bukan manuiiia biasa …... mungkin demit atau
jejadian yang membela Den Mas Suryakusuma entah sebab yang
bagaimana. Mungkin sekali demit itu suka akan kebenaran dan
keadilan, maka ia memilih teman dan lawan.
..... Hai-hai .... adakah demit berhati ksatria …... , yang
membela kebenaran dan keadilan?....... Itulah mustahil, tetapi
siapakah orang dapat berbuat seperti dia dijagat Mataram ini ……
Sibuklah orang orang kuat kelompok kanan yang tidak mendapat
cedera itu, mengurusi teman temannya yang sudah menjadi
setengah hidup dan setengah mati tersebut, menyingkirkan mereka
dari ternpat pertempuran. Segera juga hal yang ajaib ini dilaporkan
kepada Sang Senapati.
Alangkah terkejutnya hati kidipati Jayarumeksa karena
sekaligus mendapat laporan yang harapir sama dari kelompok
orang-orang kuat ini .... mula-rnula dari kelompok kanan jang
segera disusul oleh laporan kelornpok kiri . . . . hahwasanya
kelompok pasangan orang kuatnya dilumpuhkan oleh tokoh jang tak
dapat dikatakan sangkan-parannya.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 228
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Nampaknya pengemis itu bergerak seenaknya saja namun


nyatanya,……..

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 229
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Mau tidak mau ki dipati teringat akan mimpi ajaib isteri, nya.
Mungkinkah ini yang terlihat sebagai gunung baja penghalang
perjalanannya? Tetapi apakah yang harus diperbuatnya, karena ia
adalah petugas yang harus berrindak mernenuhi perintah negara.
Sekalipun menjadi abu, lebur tanpa arah ... ia harus maju. Baru
sampai disitu ia meninjau keadannya keburu datang seorang tetindih
kesetanan, berkuda yang memegangi Tumenggung Dibyapragola
didepan penanya Kelihatan ki Tumenggung menyeringai kejang tak
dapat berkutik.
Dengan suara gugup bertanyalah kidipati Diaja : “Hai, adi
Jayawatangan ..... berbahaja-kah luka adi Tumenggung
Dibyapragola itu, Siapakah lawan bertandingnya?”
“Hanya nampak sekelebatan pengemis jernbel, menghadapi
arnukan kitumenggung yang perkasa itu ..... tahu-tahu batang
tombak kilurah mental keatas, patah menjadi dua ….. lambung
kilurah kena senggolan orang acak- acakan tersebut .... lalu
jengkarlah kyai Tumenggung. Lenyap, entah kemana orang itu
menelusup kedalam barisan orang bnyak, dan aku segera meloncat
kebelakang kyai Lurah untuk mernbawanya kernari ini.”
Sukan main marah ki dipari Jayarumeksa, dengan menggeram
keras meloncatlah ia keatas punggung kudanya. “Den Mas
Suryakusurna .... permainan apakah yang Den Mas suguhkan
kepada orang kawakan sepertiku ini? Hayo-hadapilah aku si tua
bangka!”
Kuda perang ki dipati meluncur cepat seperti kilat, menyerbu
gelar cakra muauhnya. Tetapi dipinggiran gelar itu, kudanya
terhernak berhenti, karena tali keangnya dipegang oleh tangan
perkasa. Hampir-harnpir Sang Senapati jatuh terjerunuk, namun
Dipati Jayarumaksa adalah tokoh kuat yang telah ternyata

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 230
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

kedigdayaannya. Dengan memukulkan kedua tangannya kemuka,


dapatlah ia memperbaiki dudukuja dipelana kudanya.
“Setan alas, siapa berani menghambat jalan kudaku?” seru ki
dipati marah, sambil menyabetkan pedang ditangan kanannya
kearah pemegang kendali kuda tunggangannya. “Mampus kau….!”
“Belum tentu. Apa sih sulitnya mengelak sabetanmu yang
nguler kambang ini. Eh-eh, ki dipati manggalayuda ….. dengar atau
tidak tuntutan Den Mas Suryakusuma tadi …..? kalau dengar,
sebaiknya kalian mundur dulu saja, mengabarkan hal itu kepada
baginda ….. supaya memperpendek berlarutnya kejadian ini!”
“Sudahlah ….. bunuh saja aku, atau kaulah yang akan
kubunuh, nih ….. lihat serangan!”
Benar saja bupati itu menerjang dengan ilmu serangan yang
unggul sekali, tetapi ia menghadapi empu dari segala gerakan
manusia, Putut Punung yang telah tak terukur lagi kemampuannya.
Dalam tujuh gebrakan saja ki dipati sudah kehilangan pedangnya,
malah sudah tidak dapat bergerak lagi diatas pelananya. Dengan
mata melotot, ia tahu arah kudanya dibalik kearah tempatnya
semula. Sekali orang itu menepuk pantat kudanya tersebut,
membedallah kuda itu kembali tanpa menyimpang ditengah jalan.
Dengan kembalinya kidipati itu, sebenarnya habislah
pengharapan pasukan Kartasura untuk dapat mengatasi lawannya.
Maka tanpa mendapat perintah lagi, para tamtama dari kota tadi
mundur dengan ketakutan, khawatir musuh tetap akan mengejar
mereka. Syukur pada waktu itu sang surya sudah sangat rendah
kedudukannya, hingga taklama kemudian akan segera masuk
kegaris cakrawala yang akan menghentikan segala kesibukan medan
perang.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 231
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

****

BAG IAN V

MALA M itu laskar Kartasura mundur lebih dari lima kilo


meter dari bekas medan pertempuran, Karena kedua pemimpin
mereka mendapat cedera aneh maka Jayawatangan-lah yang
mewakili memirnpin pengunduran mereka itu, sebab dialah yang
tertua dan paling berotak tetang.
Barisan mereka yang telah menjadi kurang teratur lagi, karena
menderita kerusakan dalam medan, dibawa masuk keda!am desa
Gondang, dimana mereka dapat beristiiahat dan merawat pemimpin
mereka tersebut.
Sudah barang tentu Lurah desa Gondang teramat sibuk
memberi pelajanan laskar sebanyak itu, hingga seluruh penduduk
kampungnya, tak seorangpun yang ketinggalan, menyediakan
segala keperluan laskar itu, Jebih-lebih soal makannya. Ki dipati
Jayarumeksa dan Kitumenggung Dibyapragola, di rawat dirumah
pak Lurah Gunasaraya sendiri. Namun apapun di-usahakan, tak satu
dari usaha itu yang dapat menyembuhkan cedera kedua pemimpin
tersebut, yang sama sekali tidak dapat luka diluar. Pastilah Juka it.u
luka dirialam yang sukar dimengerti orang biasa, tentang jenis dan
tempatnya. Tetapi anehnya ... setelah mengalami lumpuh kira-kira
tiga jam lamanya, mereka itu sembuh dengan sendirinya, dalam arti
kata dapat bergerak dan bicara kembali. Sekalipun masih nampak
kaku-kaku, mereka sudah dapat bergerak lagi, asal saja tidak
mengeluarkan tenaga banyak-banjak.
Untuk bergerak leluasa yang menghendaki tenaga berlebihan,
masih belum mampu sama sekali karena terasa isi perutnya terasa

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 232
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

hendak berbalikan. Terpaksa mereka harus menerima nasib, yang


mengharuskan mereka bersabar dahulu. Karena mereka sudah dapat
berbicara, maka dipati Jayalah satu-satunya orang jang dapat
menerangkan jenis cedera yang mereka alami bersarna itu, Katanya:
“Itulah ilmu pukulan jang tinggi sekali, ilmu menepuk nadi yang
terpenting dibagian tubuh manusia, Bila nadi itu digerayangi oleh
orang jang mahir dalam ilmu itu ... haaa- jangan harap dapat
bergerak untuk sernentara waktu. Narnpaknya musuh kita ,itu masih
banyak menaruh kasihau kepada lawan-lawannya, hingga
tepukannya hanya sampai batas melumpuhkan sadia ... dan terbatas
lagi untuk tiga jam. Kalau ia mau, kita ini bisa dilumpuhkan untuk
seumur hidup kita. Wahai ... alangkah ngerinya hidup tanpa gaya
sama sekali dernikian. Maka sebenarnya kita ini harus mengucap
terirna kasih kepada si jembel gila itu, yang tidak herbuat keliwat
batas atas diri kita!”-
“Kyai Lurah, bukankah kita ini sudah menyadi orang tanpa
guna lagi, karena tidak dapat menggunakan tenaga sepenuhnya?
Sudah beberapa kali aku mencoba mongerahkan tenaga badanku,
masih saja terasa di-ulu hatiku, tekanan jang tak terderita sakitnya.
Mana kami dapat melanjukan pengabdian kami kernudian, bila
kami sudah cacat begini?”
“Sabar dulu adi Tumenggung, aku masih mempunyai harapan,
bahwa pengerahan tenaga kitapun akan pulih setelah kita
beristirahat, cukup lama. Soalnya, adalah orang menghendaki kita
ini tidak dapat bergerak untuk sementara waktu!”
Datanglah Jayawatangan menghadap pemimpin laskar untuk
memberi laporan, bahwa segala sesuatu sudah diatur sebaik-
baiknya, sarnpai kepada penjagaan dibatas desa dan gardu-gardu
masuk kedalam desa.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 233
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Kidipati hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja, karena


ia jakin bahwa musuh tidak akan mengejar mereka.
Kecuali mereka itu kalah jumlah orang juga harus berpikir ,
akan adanya bala bantuan dari lbukota yang dapat datang setiap
saat, Mustahillah mereka berani meninggalkan tempat pertahanan
mereka, yang ternyata tidak lernah itu.
Dan ternyata pihak brandalpun mernpunyai perhituugan
semacam itu juga, hingga mereka tidak perlu menjadi sangat
kecewa karena segera akan bertemu dengan barisan dari kota yang
menyusul utusan pertama. Seribu tamtama Karlasura dipimpin oleh
Dipati BANYAKWIDE, malam itu juga datang di desa Gondang,
dibawa oleh salah seoranng tetindih jang mendapat tugas kembali
ke Kartasura, guna mengabarkan tentang kegagalan utusan yang
pertama. Kebetulan mereka bertemu ditengah jalan dengan bala
bantuan tersebut, selanjutnya Harya Banyakwide dibawa kedesa
Condang itu, bertemtemu dengan Dipati Jayarumeksa ... yang
segera menceriterakan pengalamannya dengan brandal kota-gede.
Malam itu orang sibuk menceriterakan tokoh awut-awutan
yang aneh sekali tindakannya. Orang-orang yang pernah melihat
orang itu satu demi salu diberi kesempatan untuk berecritera dan
mengeluarkan pendapatnya. Maka disamping ceritera seram yang
sudah barang tentu agak berlebihan didengar oleh orang banyak,
dan seakan-akan orang itu dianggap bukan manusia biasa lagi oleh
yang menceriterakan saking mustahilnya tingkah lakunya yang
ccpat melebihi kilat, gesit bagaikan tatit, bagaikan dapat terbang.
tiada mempan segala macam senjata tajam dan runcing .... sedang
tiap-tiap tangannya bergerak, mongakibatkan mematungnya lawan
yang disenluhnya. Barang apa saja jang berada ditangannya selalu
berubah menjadi gegaman yang ampuh sekali yang tahan bacokan·
bacokan pedang dan golok ... malahan pedang dan golok itulah
yang pasti mental keudara tanpa dapat dicegah terlepasnya. Tak

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 234
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

seorangpun dapat menecriterakan bagaimana wajah orang itu,


karena gerakannya yang sangat cepat. Maka mereka hampir berani
bersumpah, telah berhadapan dengan malaekat atau jejadian jenis
lain, yang pasti bukan manusia sejati.
Hanya ccritera Sang Senapatilah yang agaknya mendekati
kebenaran ... katanya : “Bagaimanapun aku tidak percaja bahwa ia
bukan manusia biasa. Menurut hematku, dialah seorang tokoh sakti
yang sudah luar biasa sekali tinggi ilmunya, mungkin tak ada
keduanya dialam Mataram ini ... kecuali bila dihadapkan pada
gembong terbesar Kartasura, pangeran PUGER. Namun,
nampaknya orang luar biasa ini adalah pembela keluarga ka-
Pugeran …. bagaimana kita dapat mengharap sang pangeran suka
turun tangan terhadap si-acak acakan itu. Aku berpendapat .... bila
orang setengah sinting itu masih berada dalam lingkungan prajurit
brandal kota gede, sulitlah bagi para petugas negara yang hendak
menjinakkan Den Mas Suryakusuma. Maka adi adipati
Banyakwide, tidakkah kita wajib menyampaikan tuntutan Denmas
itu, ialah segera akan menyerahkan diri setelah kanjeng Pangeran
Puger dikeluarkan dari pembedekannya.
Jawab Harya Banyakwide yang masih merasa penasaran
sekali : “Aku. setuju, kakang dipati mengabarkan ke Kartasura
tuntutan itu, namun aku sendiri pasti harus mencoba kekuatan
brandal itu, untuk menolong mukaku belum bertempur sudah
mengucir sebagai anjing bercawat ckor, melihat tongkat besar.
Biarlah aku mencoba-coba nasib, ingin aku menantang Den Mas
Suryakusuma bertanding seorang melawan seorang, untuk
menentukan menang kalah pasukan kita, menghindari jatuhnya
banyak korban manusia kedua belah pihak. Sementara itu kakang
dipati mengutus orang ke ibukota.”
Sekali lagi prajurit Kartasura terlengah dalam soal pennjagaan
penyelundupan musuh yang berilmu tinggi. Tak seorangpun yang

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 235
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

mengetahui, bila mereka selalu diawasi dan didengarkan dari dekat


segala perundingannya yang terpenting.
Kali ini Putut Punung berada di atas arap pendapa kelurahan
Gondang, untuk mengetahui gerak-gerik lawan.
Malam seram kian menjadi dingin, kadang-kadang terdengar
tiupan angin santer. menggerarkan dahan-ranting dan dedaunan
pohon-pohon dikampung tersebut, hingga orang kebanyakan lebih
suka mencari tempat peristirahatannya dari pada berada diluar
beromoug-among dengan ternan-teman mereka. Sesosok bayangan
manusia meluncur pesat kearah perkemahan kota-gede, Biarpun
sudah larut malam Putut Punung, terpaksa menemui Den Mas
Suryakusuma, untuk mengabarkan kedatangan musuh bantuan yang
dipimpin oleh Senapati kenamaan Harya Banyakwide. Lamalah
kakak beradik merundingkan sesuatu hal. Entah apa yang menjadi
titik perundigan mereka hanya kawal pribadi pemimpin brandal
itulah yang mengetahuinya ....
Pagi itu para prajurit brandal terpaksa tercengang cengang
melihat adanya Den Mas Suryakusuma kembar dilihat sepintas lalu,
Tetapi kalau orang memperhatikan dengan teliti, nampaklah
perdesan serba sedikit antara pemimpin kernbar itu.
Pastilah mereka akan dapat menentukan pernimpin mereka
yang sejati, karena kembarannya berusia lebih muda, badannya
lebih pasang dan lebih tinggi beberapa inci.
Pemuda yang berandalan dan wajahnya mirip sekali Den Mas
Suryakusuma itu, tidak mungkin lain orang, dari pada salah satu
dari adik adiknya sendiri. Maka segera tahu pula mereka bahwa
pemuda itu adalah Den Mas PURBAYA, yang sudah kira-kira dua
setengab tahun yang lalu meninggalkan kota Kartasura, karena
menghindari kehebohan ... Pemuda inilah yang dipuji-puji
masarakat kota, hingga menimbulkan rasa kurang baik pada

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 236
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

pangeran ANOM. Itulah pemuda yang pernah mengalahkan


watangan sang prawira sakti Untung-Surapati dahulu. Lebih
mantaplah rasanya orang-orang kuta-gede dengan adanya pemuda
gagah ini. Pastilah barisan mereka menejadi lebih kuat, karena
bantuannya.
Pagi cerah itu mereka mendapat perintah bersiap-siap dalam
gelar yang sama, keluar ketempat pertempuran kemarin, untuk
menghadapi lawan baru. Malahan baru saja mereka seesai dengan
mengatur gelarnya, musuh sudah keburu datang. Laskar Kartasura
yang datang kali ini berimbang kekualannya dengan mereka sendiri.
Oleh sebab itu, orang bertanya lah, siapa gerangan pemimpin satuan
lawan itu.
Kiranya tidak· perlu mereka menunggu jawaban hingga lama
waktu itu, nampak seorang ksatria berkuda meninggalkan barisan,
mendekati barisan brandal kola gede. Kira-kira dalam jarak
sepembatang, berhentilah ksatria itu. Dengan suara yang nyaring
berkatalah ia: “Hai Den Mas Suryakusuma, lihat inilah aku, Harya
Banyakwide utusan baginda raja Mataram, untuk menundukkan
pemberontakan kalian ... Den Mas Suryakusuma, hari ini janganlah
hendaknya kita mengadu kekuatan laskar kita, yang akan berakibat
jatuhnya banyak korban dari orang kita yang sebenarnya harus
disajangkan karena masih terhitung awak sendiri. Maka untuk
menyelesaikarr urusan kita ini, mari kita bertanding seorang
melawan seorang sebagai ksatria prajurit. Bila Den Mas dapat
mengalahkan aku dalam perang tanding ini, anggaplah laskarku
telah dikalahkan oleh laskar Den Mas ... tetapi sebaliknya, bila Den
Mas yang dapat kukalahkan, satuanmulah yang dianggap
kukakalahkan. Den Mas sendiri harus menyerahkan diri, untuk
dibawa kembali ke ibu kota. dapatkah usulku ini diterima baik oleh
Den Mas beserta teman·teman disini?”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 237
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Terdengar dengus dan teriakan orang banyak yang


bersimpang-siur tidak menentu, tetapi segera pula lenyaplah suara
teriakan-teriakan orang-orang itu, karena dari pihak berandal sudah
kelihatan Den Mas Suryakusuma, maju ke tengah lapangan gagah
perkasa serta penuh wibawa pemimpin berandal itu melangkah ke
arah lawannya. Dalam jarak sepuluh meter berhentilah ia, untuk
menyawab dengan suara lantang pula supaya didengar oleh kedua
belah pihak tentara masing-masing.
“Kakang Harya Banyakwide, aku merasa bersyukur sekali
kakang menghendaki penyelesaian semacam ini, hingga tak perlu
ada korban yang jatuh kecuali yang bersangkutan sendiri. Maka
baiklah aku menerima tantangan ini dengan segala senang hati, juga
merasa sangat bangga mendapat penghargaan demikian besar,
menghadapi salah seorang gembong dari barisan senopati. Untuk
tegasnya dengan cara bagaimanakah kita akan bertanding ini?”
Jawab Harya Banyakwide, “Bagus, bagus …. Kita bertanding
seperti ksatria prajurit dalam medan pertempuran …… apa saja
kemampuan dan kemahiran masing-masing boleh dipergunakan
untuk merebut kemenangan. Mati karena apapun dalam
pertempuran ini tak boleh sama sekali menjadi soal dan disesalkan .
syukur jika dalam pertandingan kita bisa berakhir tanpa ada
pembunuhan. Sebagai ksatria sejati, membunuh atau dibunuh dalam
peperangan tidak ada disertakan rasa dendam mendendam …. Tapi
karena tugas negara melulu bukan?”
“Baiklah, kakang …. Aku kini sudah siap, mulailah kakang
datang sebagai tamu yang harus kuhormati!”
Mau tidak mau Harya Banyakwide mengakui keagungan dan
keangkeran Den Mas ini sebagai ksatria yang mulus gagah
beraninya. Banyak sedikitnya ia merasa malu mengingat siasat
kelicikannya sendiri.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 238
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Merasa malulah ia karena sudah terlanyur bersiasat licik itu


…. Bukankah ia menantang perang tanding itu karena merasa jeri
mendengar cerita dipati Jayarumeksa tentang adanya bantuan
seorang jembel yang dinyatakan sakti sekali itu. dengan
bertandingnya Den Mas Suryakusuma sendiri itu mustahillah ia
akan bertemu dengan si pengemis sakti? Demikian pula laskamya
tidak perlu mendapat gangguan dari pihak orang tersebut. Dengan
siasat itu mungkin sekali ia mendapat kemenangan yang gemilang
atas para brandal keseluruhannya. Masaifan Den Mas Suryakusuma
sudah meningkat demikian hebat ilmunya, hingga dapat menandingi
kemampuannya, seorang senapati kawakan yang sudah banyak
pengalaman dan disohorkan orang sebagai tokoh nomor dua atau
tiga dalam lingkungan para sakti ibukota. Ilmu pedang andalannya
yang disebut PENETAK BARAT, PEMANEUNG AIR, amat kuat
dan ampuh, hingga hanya beberapa tokoh saja yang dapat
mengimbangi kehebatannya.
Lagi pula Den Mas itu tidak berkendaraan kuda sedang ia
sendiri diatas kuda-perangnya yang kuat. Dapatkah kiranya lawan
berjalan kaki itu menahan gebragan-gebragannya yang pasti hebat
dan kuat sekali. apa boleh buat ... perang, adalah perang ... setiap
kesempatan untuk kemenangan tidak boleh tidak dipergunakan.
“Sret….” pedang pusaka Harya Banyakwide, sudah berkilat kilat
ditangan kanannya, sedamg tangan kirinya telah memegang perisai
baja-lempeng bundar berwarna lamuk.
Dengan memekik keras menyeranglah Harya Banyakwide,
prisai didepan dadanya, pedang diputar bergulung gulung disekitar
badannya diatas kuda yang membalap menerjang lawan. Apabila
dipati itu tahu, siapa yang diserannya waktu itu ... kiranya tidaklah
ia merasa sangat aman. Lebih lebih kalau ia tahu kemampuan Den
Mas Suryakusuma·gadungan, alias Putut Punung yang sudah tak
terukur lagi tinggi ilmunya, setelah turun dari puncak Lawu,

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 239
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

pastilah ia tidak seyakin itu akan keselamatannya sendiri. Untung ia


salah mengenal orang, karena kedua pemuda kakak-beradik itu
memang sangat mirip sesamanya, hingga mudah saja yang satu
mengaku yang lain tanpa dicurigai orang.
Bukan main hebatnya jurus pedang ki dipati dalam
serangannya yang pertama itu. Ujung pedangnya menyambar dari
bawah serong keatas dalam gerak memagas pinggang, setinggi leher
….. ujung pedang itu membalik arah secepat kilat dengan gerak
sendalan, hingga dapat dipastikan kepala yang diserang tadi segera
menggelinding ditanah. Biasanya bila Harya Banyakwide
menggunakan tipu jurus pedang ini, habislah perlanan musuhnya,
karena sekurang-kurangnya badannya sudah menjadi cacat bila
tidak kutung menjadi dua bagian pada waktu itu juga
Kali ini ia terpaksa mengulang dan mengulang jurus simpanan
itu. tanpa basil sama sekali, jangankan dapat melukai Jawan
menyentuh pakaiannya pun tidak terjadi. Keheranan dan rasa
penasaran berebut unggul dalam pikirannya. Bagaimana mungkin
Den Mas yang masih semuda ini dapat meningkatkan ilmunya
hingga dapat mengatasi jurus pedangsaktinya. Dan …. anehnya Den
Mas Surya belum mau membalas serangan-serangan kidipati, maka
justru karenanya dipati Banyakwide menjadi agak kuatir.
Namun ia adalah seorang senapati kenamaan, pasti saja tidak
suka diperlakukan demikian, yang berarti merendahkan ilmu dan
derajadnya. Sesumbarnya: “Hai Den Mas, seorang prajurit boleh
dibunuh, terapi jangan dihina. Mengapa Den Mas belum sekali juga
membalas dengan tombak yang berada ditangan Den Mas itu. Hayo,
cobalah balas menyerang, mungkin tulangku yang sudah menjadi
agak kaku ini masih sanggup menerimanya.
“Maaf kakang bukan maksudku akan mempermainkan kakang
dipati, yang sebenarnya aku tengah menikmati kehebatan jurus-

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 240
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

jurusrnu. Nah, awas sekarang, jiagalah seranganku. Dengan berkata


demikian mulailah Den Mas Suryakusama-tiruan menyerang
lawannya. Tombaknya diputar tepat sebagai baling· baling,
menimbulkan suara sebagai geram kumbang sekawanan menyerbu
taman bunga, hendak mengisap madu. Mudah diterka bahwa
serangan itu pastilah berupa kemplangan dan ribuan dengan
landeyan tombak, yang mengancam tiga bagian tubuh, atas…tengah
dan bawah, Kuda kidpatilah yang sekarang menjadi soal, karena
menjadi liar ketakuian. Oleh karenanya posisi Banyakwide
bertempur dengan mengendarai kuda itu, malahan sangat memba
hajakan jiwanya.
Mudah sekali ia jatuh dari kudanya karena gerakan kuda itu
tidak lagi menurut tali-kekangnya, Sukur kidipati segera
mengetahui keadaannya itu, maka segera ia meloncat dari kuda-
tunggangnya.
Berhadap-hadapanlah kini yang tengah bertanding seru itu,
Pedang-tameng melawan tornbak panjang ... hingga para punggawa
dan prajurit yang menyaksikannya, lekas teringat akan ceritera Panji
bertanding dengan Bugis, dijaman Janggala.
Seram dan tegang luar biasa pertandingan yang mereka
saksikan hari itu, Harya Banyakwide memang seorang pendekar
bukan sembarangan. Ia bergerak lincah dan cepat sekali, seperti
burung Srigunting menyambar-nyambar kesegala arah, mencari
kelemahan-kelernahan pertahanan musuhnya. Pedangnya
berkelebatan dalam pembelaan dan serangan-serangan pembalasan,
Tamengnya selalu siap menangkis dan melindungi kekosongan-
kekosongan pada badannya. Pastilah tidak mudah untuk menerobos
pertahanannya.
Tetapi sebaliknya, iapun tidak dapat berbuat banyak terhadap
lawannya itu. Putut Punung yang menyaru sebagai kakaknya, Den

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 241
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Mas Suryakusuma ... tidak nampak berlincahan lagi seperti waktu


masih menghadapi lawannya yang berkuda. Pemuda itu berdiri
tegak dalam kuda-kudanya, tidak mau lagi meninggalkan titik-berat
tempat berdirinya ... mengimbangi arah gerak lawannya dengan
menggeser kaki kanan atau kaki kirinya. Tombaknyalah yang
berlincahan bagaikan mempunyai mata, selalu mengikuti gerakan
pedang Harya Banyakwide, menindih dan menekan kebawah atau
kesamping pedang lawan, sedang mata tombak itu st>lalu
mengancam tenggorokan atau uluhati kidipati, bila berani
melanyutkan serangannya.
Bingunglah Harya Banyakwide, karena ilmu pedang
andalannya kehilangan keampuhannya, bertemu dengan permainan
tombak pemuda sakti ini, sekalipun gerak tombak itu nampak
lamban biasa, tetiap kali ia merangsak karena melihat kelonggaran
untuk menyerang, malahan dialah terbalik kedua serangan
membahayakan, karena tahu-tahu ujung tombak sudah
menyelonong dekat batang hidungnya, hingga dialah yang lalu
kelabakan, harus membanting diri kebelakang, menghindari patukan
tombak tersebut. Bila lawan muda ini mau melanjutkan
serangannya, pada waktu pertahanan kidipati sedang kocar-kacir
demikian, apakah sulitnya melunaskan jiwanya. Namun mengapa
Den Mas Suryakusuma itu tidak berbuat demikian?
Terpaksa Dipati Banyakwide mengakui kelebihan dan ke-
unggulan lawan mudanya ini. Adapun yang paling dikaguminya
ialah tenaga sakti bocah ini, setiap kali pedangnya bersentuhau
deugan Iandeyan tombak itu, selalu terasa guncangan keras sekali
dengan beserta bahunya. Hampir tak sanggup ia mempertahankan
pedangnya ditangan. Maka mau tidak mau ia menjadi jeri, hingga
perrnainan pedangnya lebih merosot nilainya.
Sobenarnya, asal Putut Punung menghendaki saja, tak usah
Kidipati menguras tenaganya sampai bertele-tele demikiau. Dalam

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 242
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

beberapa gebragan saja, dapat dipastikan kidipati dapat disisihkan


dengan mudah sekali, Tetapi pemuda saktl itu memang sengaja
membuat seram dan ramainya pertempuran dirnuka orang banyak,
supaya jangan menonjol sekali keperkasaannya, untuk dibicarakan
dan dinyana-nyana orang dikemudian hari. Harya Banyakwide
harus jatuh dalam pertempuran yang cukup seram, pastilah akan
membawa pengaruh baik bagi kakaknya . Kini datanglah saatnya
untuk menjatuhkan tokoh Senapati besar ini. Mulailah Putut Punung
merubah sikapnya berrnain tombak.
Tombaknya mernatuk-matuk kearah badan dipati secara
menyeluruh. Bagian mana badan Banyakwide yang berada didepan
selalu diancam ujung tombak lawannya nampak dipati itu selalu
meloncat-loucat kebalakang, tetapi selalu dibuntuti mata tornbak
Putut Punung, seperti lalar me'ngejar barang busuk, Pada loncatan
yang ketujuh, terdengarlah suaru gemerencang dua kali. Pedang
digenggaman Harya Banyakwide sudah terbang diangkasa, sedang
tameng badannya juga sudah melesat jauh. Kidipnti sendiri jatuh
terlentang dengan ujung tombak lawan hanya terpisah dua dim saja
dari dadanya.
Suara “Ahhh…” terdengar ditmbuskan oleh laskar Kartasura,
waktu melihat jagonya rubuh ditangan lawannya. Dari jauh memang
tidak nampak jelas terluka atau tidaknya Harya Banyakwide, lebih-
lebih karena ujung tornbak itu kelihntan bagai menernbus dadanya,
Harnpir saja para pembantu kidipati memerintahkan menyerbu
bersama kepada laskamya, tetapi urung karena mendengar
perkataan Den Mas Suryakusurna tiron itu. “Kakang Harya
Banyakwide ... hari ini aku lebih beruntung dari kakang hingga
secara kebetulan sekali aku dapat merobohkan kakang. Bolehkah
sekarang aku menganggap pertempuran hari ini sndah selesai,
menurut perjanjian kita bersama?”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 243
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sudah barang tentu Harya Banyakwide lebih suka mati


dihunuh dari pada mendapat malu demikian, tetapi sehagai seorang
ksatria sejati dan manggalayuda senapati yang sudah berjanji
dimuka orang banyak, akan lebih hina lagi bila berani menjilat
ludahnya kembali. Maka dengan suara cukup keras berkatalah ia.
“Aku mengaku kalah. Dan sebagaimana ditetapkan dalam janji kita,
aku akan menarik mundur laskarku, karrna sudah dikalahkan pula!”
Den Mas Sur:jakusama, meloncat mundur sedepa samhil
membuang tombaknya, lalu berdiri tegak menantikan. Harya
Banyakwide juga berdiri. Berhadapanlah kedua jago itu dalam jarak
satu Setengah depa sesamanya.
“Terima kasih kakamg, atas kemurnhanmu.” Kata Den Mas
itu, yang disambut oleh bekas lawaknya dengan membungkuk
hormat dan senynman kecut sekali … katanya. “Baiklah Denmas,
kita berpisahan dahulu, siapa tahu kita masih sering akan berurusan
lagi.”
Hari itu kedua laskar tadi ditarik mundur bersama-sama, tanpa
pertempuran, yang pasti menimbulkan banyak korban prajurit.
Perang landing yang mendebarkan dan sering hampir-hampir
menghentikan orang bernafas saking seram dan ramainya itut, pasti
saja menjadi buah pembicaraan dikedua belah pihak dengan
pemikiran masing-masing.
Malam harinya orang-orang di Kota Gede dikejutkan oleh
kedatangan petugas-petugas dari pihak musuh, yang hendak
menyampaikan surat kepada Den Mas Suryakusuma. Dua orang
panewu tempur, pembawa surat itu, dibawa kehadapan pemimpin
brandal, dengan dijaga oleh regu pengawal perkemahan. Waktu itu
Den Mas Suryakusuma sedang berunding dengan sang adik dan
sudah berdandan sebagai prajurit biasa dengan mengenakan jenggot

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 244
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

palsu yang tebal. Tak seorangpun dapat mengira bahwa dialah yang
mewakili kakaknya melawan dipati Harya Banyakwide tadi pagi.
Setelah memberi hormat kepada Den Mas Surya Panewu
Jayawatangan, yang membawa surat tugas, maju kedepan untuk
menyampaikan surat itu. dengan tersenyum ramah, dipersilakan
menunggu diluar dahulu. Segera surat itu dibaca oleh Den Mas
Suryakusuma ….. ternyata isinya mengabarkan bahwa baginda
berkenan melepaskan Pangeran Puger dari hukurnan pambedekan,
jika Den Mas Suryakusuma mau menyerah dan menrrima hukuman
buang ke Selon. Bila kehendak baik baginda ini tidak mendapat
sambutan baik dari Den Mas Suryakusuma maka bolehlah ia
melanjutkan pernbangkangannya, hanya jangan menyesalkan nasib
ayah beserta keluarganya, yang harus mewakili hukumannya, Surat
itu ditanda tangani oleh pangeran sentana Harya Narakusuma dan
ditaati Manggalayuda yang mendapat tugas khusus dari Kartasura
dan sekarang sudah berada diperkemahan Gondang.
Setelah surat itu habis dibaca lalu diberikan kepada adiknya
untuk diketahui pula isinya. Gumam Den Mas Surya. “Hmm ...
lambat atau cepat, pastilah beginii juga jadinya! Baiklah, aku akan
menyerah asal baginda tidak berbuat licik sadja benar-benar mau
membebaskan ayah dan keluarga semua.”
“Jangan buru-buru menyerah kangmas, sebelum kita tahu
benar, sampai dimana baginda menepati janyinya. Kita harus
berwaspada akan kelicikan orang!”
“Baiklah dimas, sekarang kita membagi pekerjaan saja. Aku
akan menyerahkan diri besok kepada rarna Riyo Natakusuma dan
Paman Mangunyuda, kau barns pergi kekota, melihat keadaan ayah
beserta para ibu. Bila setelah aku menyerab, mereka belum
dibebaskan, kau harus 'mencari aku lagi, untuk menetapkan sikap
terakhir. Aku bertekad bulat, menerima segala macam hukumanku

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 245
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

sebagai pemberontak, asal ayah dapat diselamatkan, Aku tidak sudi


menjadi anak yang tidak berbakti kepada orang tua.”
“Baik kangmas, restuilah adikmu untuk melaksanakan tugas;
ini. Bagaimanapun juga, kangmas tak usah terlalu cemas tentang
keluarga kita. Aku akan berusaha sekuat mungkin, untuk
menyelamatkan para leluhur juga kangmas sendiri dimana masih
ada kesempatan.”
“Adikku, berangkatlah malam hari ini juga, legakan kakakmu
ini, jangan hiraukan nasib burukku, itulah nasibku jang kurang.
baik!”
Kakak beradik itu berangkulan erat-erat, bagaikan tak hendak
mau pisah. Mereka harnpir menangis seperti wanita. Hanya karena
merasa dilahirkan sebagai ksatria jantan saja, air matanya tidak
sampai jatuh bercucuran .. Maka dengan hati yang berat sekali
mereka berpisahan, masmg-masing dengan rasa penuh derita dan
kesedihan, mungkm karena tidak mempunyai pengharapan akan
dapat bertemu Iagi. Adapun utusan dari Harya Natakusuma malam
itu, bisa pulang dengan puas, karena besok Den Mas Suryakusuma
akan datang menghadap, untuk menyerahkan diri.

****

BAGIAN VI

TENGAH MALAM yang seram, sunyi lagi sepi tanpa bulan,


yang hanya samar-sarnar diterangi oloh ribuan kartika diangkasa
raja, Dijalanan tengah Taman-Snri kedaton, terlihat masih ada orang

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 246
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

berjalan sendirian. Orang itu bukan orang lain, kecuali baginda raja
sendiri tengah menuju kekeraton, pulang dari rumah pemondokan
seorang selirnya, yang berada didekat kolam pemandian para putri
didalam taman itu. Nampak, benar bahwa raja muda yang baru saja
naik tahta kerajaan itu masih belum merasa tenang dan tenieram,
ternyata dalam segala tingkah lakunya yang berbahu kegelisahan,
lagi kurang pereaja kepada diri sendiri.
Siapakah yang tidak mengerti dan tahu bahwa kesulitan orang
yang menjadi raja itu berbentuk seribu satu macarn, yang harus
dihadapi dengan hati tabah serta bijaksana, untuk dapat
mengatasinya dengan baik, Hanya kesabaran, ketekunan dan
kejakinan asan kemampuan pribadinya saja yang akan dapat
membawanya kepada kemenangan, Terapi sajang, raja muda yang
baru ini, memilih cara yang salah untuk melupakan dan
menyisihkan segala kerewelan negaranya,
Mungkin sekali beliau menglra, bahwa macam-macam
hiburan serba menyenangkan dapat melenyapkan segala
kegelisahannya, sekaligus kesusahannya, Namun adakah kesusahan
karena kesulitan dapat dihindarkan dengan bermacam macam
hiburan? Itulah barang mustahil. Setelah jeniii hiburan itu selesai,
kesulitan orang tidak menjadi berkurang, bahkan bisa sekali
bertambah besar dan ruwet.
Adapun yang menjadi buah pikirannya pada waktu itu adalah
tentang pembebasan pamannya Pangeran Puger sekeluarga dari
pambedekaa tadi siang, setelah mendengar kabar dari medan
pertempuran bahwasanya Den Mas Suryakusuma sudah
menyerahkan diri kepada utusannya terakhir. Apabila tidak
mengkhawatirkan bakal pendapat umum, pastilah Baginda tidak
rela melepas Sang paman dengan dalih yang bisa dibuae-buat,
Namun penilaian orang banyakpun tidak boleh diremehkan, maka
untuk somentara wa.ktu apa salahnya, bila Baginda memperlihatkan

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 247
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

kemurahan hatinya. Pasulah kemudian mudah dicari alasan yang


jitu, untuk menghukum keluarga kebenciannya.
Karena sibuknya memikirkan hal itu, tidaklah beliau lekas
rahu bahwa ada sesosok tubuh manusia yang berbadan tinggi hesar,
berdiri tegak ditengah jalanan itu. Tahu-tahu jarak mereka sudah
terlalu dekat, untuk menghindari pertemllan mereka. Dukan
kepalang terkejut hati Baginda berhadap-hadapan dengan orang ini,
yang semula disangka salah seorang tokoh dari pihak brandal yang
hendak mencuuliknya guna keselamatan pemimpinnya. Otomatis
tangan Baginda sudah berpegang pada hulu kerisnya yang selalu
dibawa-bawanya. Biarpun Baginda bukan tokoh pemberani, tetapi
dialah seorang raja, yang pasti tidak rendah ilmunya.
Dengan hati berdebar-debar, diperdatakannya tamu tanpa
undangan yang datang seperti pencuri itu. Rasa-rasanya .........
belum pernah Baginda melihat orang tersebut Mungkinkah ia orang
asing mencoba-coba menggerayangi Keraton Mataram?
“Srett ...... !” dengan pusaka kerisnya terhunus, bersabdalah
Baginda denqan suara lantang, sekaligus menimbulkan perhatian
para jaga kemit yang selalu meronda kepuri keraton ...
“Siapa berani memasuki Taman-Sari tanpa ijin yang
berwajib?”
Jawab orang itu 1anpa memperlihatkan ketakutan sedikitpun.
“Aku ini utusan Raja pedagang dari Betawi, namaku Tenung
Jalanda, kedatangnnku disini hendak mencari Raja yang baru saja
naik tachta untuk mencoba kekuatannya. Kau adalah orang yang
boleh leluasa bergerak didalam istana, kau kah Raja yang baru itu?”
“Bukan-bukan ...!” jawab Baginda spontan, mungkin karena
jeri melihat orang tinggi·besar ini. “Aku bukan raja yang baru itu ...
biarpun aku masih termasuk keluarga kerajaan.”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 248
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Kau bukan raja itu, nah ... dapatkah kau menunjukkan


kepadaku, dimana Baginda kini bersemayam.”
“Pasti aku dapat mernberi tahu kepadamu. Perhatikanlah
petunjukku ini. Dari sini rumah yaag didiami Baginda itu kira-kira
ada satu kilo meter kearah Barat, Rumah itu besar dan mudah
dikenal karena ada pintu gerbanguya jang besar dan bagus
bentuknya, Pendapa rumah itu berteratak ditengahnya. Kau pasti
segera dapat mengenal kembali rurnah Baginda itu. Pergilah kau,
dengan meloncati pagar-bata sebelah kanan ccpuri rumah itu,
pastilah kau darang dikebun bunga Baginda, mungkin kau masih
dapat bertemu dengan Baginda sendiri. Biasanya Raja itu belum
tidur, dan berada dikebun bunganya hingga larut malam.”
“Terima kasih..” kata Tenung Jalanda. Suaranya masih
menggema ditelinga orangnya sudah berkelebat lenyap.
Kini menjadi longgarlah hati Baginda dapat memperdayai
orang berbahaya, utusan yang hendak membunuh Raja baru itu.
Dalam hati ia mengucap sukur telah membebaskan Pangeran Puger
siang tadi, hingga ia dapat menunjuknya sebagai Raja yang baru.
Rasakan saja sekarang enaknya orang menjadi Raja, yang selalu
harus berwaspada terhadap segala macam pembunuh rendah.
Sekalipun sudah lewat tengah malam Pangeran Puger masih
menikmati udara sejuk-segar dalam taman bunganya sambil
memikirkan nasib keluarganya yang selalu diancam bahaja fitnah
jahat dari orang-orang rendah, yang suka menjila-jilat Raja. Nasib
putranya yang sulungpun sangat menyedihkan. Pastilah anak itu
tidak lama lagi akan dibawa ke-Semarang untuk dibawa dengan
perahu ke Betawi .. entah bagaimana kemudian jadinya.
Demikianlah orang setengah tua itu berjalan larnban hilir-mudik
ditengah kebun bunganja, guna melonggarkan rasa sempitnya.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 249
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Karena heningnya keadaan malam itu, maka suara yang


sangat lemah sekalipun masih dapat ditangkap oleh indera
pendengarannya yang mernang sangat peka, Dua kali telinganya
menangkap suara sebagai orang terjun ditaman itu ... suara orang
terjun itu yang satu agak keras, tetapi satunya lagi sangat lemah
kedengaran. Orang sakti seperti beliau pastilah tahu menilai tinggi-
rendah kedua jenis loncatan tersebut. Kalau loncatan yang.
terdengar pertarna berasal dari seorang sakti ... maka suara yang
kedua tadi pastilah berasal dari orang sakti luar biasa. Demikianlah
penilaian Pangeran itu. Segera ia membalik menghadapi pendatang
baru itu. Apakah yang nampak padanya? Seorang laki-laki berbadan
tinggi besar berjambang bauk menakutkan, berdandan serba lamuk
kelam, nampak berdiri tegar sambil menyeringai iblis, dimukanya.
Pangeran Puger menatapnya dengan mata tajam sekali sambil
menyapukan pandangannya kesegala arah, karena hendak
mengetahi dimanakah pendatang yang satu lagi tadi ... mengapa ia
belum muncul bersama-sama temannya.
Berkatalah tamu malam itu: “Aku mendapat petunjuk orang
Kartasura, bahwa kaulah yang sekarang menjadi Raja Mataram baru
itu, bukan?”
Pangeran yang cerdas sekali, itu sogera pula tahu bahwa
orang sudah memfitnahnya, dan orang itu pastilah Pangeran Anom,
atau raja Mataram yang baru, sendiri. Tersenyumlah ia atas fitnah
licik baginda itu. Selalu baginda tidak melewatkan kesempatan baik
untuk memusnahkan keluarganya dari bumi Mataram. Ya ... apa
hendak dikatakan lagi, apabila harus mati karena kehendak baginda,
tidak sepantasnya dibuat penasaran.
Jawab pangeran setengah tua itu tenang. “Yakinkah sudah
tuan, bahwa aku inilah raja Mataram yang baru? Tidakkah tuan

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 250
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

salah mengenal orang? Siapakah yang menunjukkan tuan jalan


kemari ini?”
Kata orang itu pula, “Pastilah aku sudah yakin akan
kebenaran itu, karena yang memberi petunjuk kepadaku adalah
orangmu semdiri, yang kini berada ditaman sari kraton sana.
Masakan orang itu tidak lahu siapa rajanya. Orang itu masih muda,
berpakaian serba bagus dan berbau bedak harum.”
“Hmmm ... tahulah sudah aku siapa dia. Kalau begitu, pastilah
ia benar, dan tahu betul wajah bagindanya. Lalu, tuan mau apakah
setelah tahu, bahwa akulah raja Matararn?”
“ Aku diperintahkan umuk mencoba kekuatan raja Maiaram
baru, menundukkan atau membuuuh baginda raja, guna
perkembangan kumpulan majikanku di Betawi Maka serahkanlah
jiwamu baginda, supaya lekas selesai urusanku disini!”
“Ha kau kira gampang saja menundukkan atau membunuh
raja itu kau cobalah!”
Baru saja mereka hendak mulai hergerak, tiba-tiba
terdengarlah suara tandas menusuk telings lawan: “Tahan dulu ......
Pantaskah tuan mendapat pelajanan dari raja Mataram sendiri,
selagi masih ada pengawal pribadinya. Inilah aku Putut Punung,
pngawal termuda baginda . Hanya melewati bangkai Punung,
pembunuh-pembunuh pengecut, boleh berurusan dengan gustiku.
“Kau Punung?” kata pangeran Puger. “Awas, dia ini berbau
racun tidak wajar!”
“Baik baginda, Punungpun sudah mengnadus bau racun itu
sejak tadi waktu membuntutinya melompati pagar-tembok. jangan
khawatirkan pengawalan, untuk mengganyang pengkhianat asing
macam jejadian ini, masakan harus dipergunakan palu-godam yang

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 251
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

besar. Bukankah namamu Tenung atau Teluh Jalanda? Hayo,


kuraslah segala macam racunmu, akan mau tahu kemampuanmu!”
“Lancang mulut kau pengawal tengik tahanlah seranganku ini,
“plakkk” suara tangan beradu keras sekali terdengar, waktu nampak
orang itu menjotos lawannya yang tak mau menyingkir, tetapi
malahan memapakinya dengan tangan terbuka. Akibatnyapun hebat
juga.
Lempengan batu hitam tebal yang pasang rapi sebagai
permukaan jalanan ditaman tersebut, dimana kaki Putut Punung
berinjak kedua-duanya, pecah berantakan karena tidak kuat
menahan tekanan pukulan orang sakti itu. Biarpun kaki Punung
tidak sampai tergeser kedudukannya, namun narnpak melesag
ditanah hingga mata-mata kakinya, setebal batunya berserakan.
Delapan bagian dari kekuatan saktinya dipergunakan dalam
memapaki jotosan lawannya, masih juga ia merasakan kerasnya
guncangan pukulan itu pada lengan dan bahunya. Maka tak habis ia
memuji kehebatan musuhnya.
Tetapi musuhnya nampak mental dua depa bagaikan
layang-lajang putus benang, jatuh terjongkok-jongkok hingga
beberapa kali, baru dapat memperbaiki kedudukannya, dengan
menyeringai kesakitan. Dengan mata melotot keheranan ia
memandang kepada Putut Punung. Kiranya hanya orang setengah
dewa saja dapat memapaki jotosan saktinya yang dilancarkan
dengan sepenuh tenaganya, tanpa mendapal luka sedikitpun.
Biasanya barang siapa terkena jotosan sakti beracun ini, pastilah
menjadi remuk luluh menjadi hangus karena ampunya …. Mengapa
dikolong langit ini masih ada orang yang dapat menahannya dengan
baik sekali, malah dia sendiri hampir rubuh dalam segebrakan itu
juga. Lengan dan bahunya terasa hampir copot dari badan, tangan
kanannya terasa lumpuh seketika, terasa berat menggelantung di

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 252
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

bahu, masih untuk tidak mendapat patah tulang pergelangan ….


sakitnya bukan buatan.
“Hai, hai, inilah hebat …. Kalau demikian tinggi kesaktian
seorang seorang pengawalnya, bagaimanakah kedigjayaan baginda
sendiri. Syukur ia tadi belum menyerang baginda secara nekat.
Andaikata itu terjadi, tidakkah ia menjadi kura-kura sudah. Namun
Tenung Jalanda adalah tokoh sakti yang sudah mendapat
kepereayaan orang banyak, hingga masih merasa kurang puas
menerima kekalahannya dalam satu gebrakan saja. maka setelah
merasa pulih lagi kekuatannya, segera ia melolos golok besarnya,
menantang lawannya mempergunakan senjata. “Kau cabutlah
senjatamu! Mari kita bermain-main dengan kekuatan senjata!”
“Bagus, bagus,” kata Punung …. Tahu-tahu dia sudah
menggeggam pedang „Lamuk‟ dengan pamor berkredepat seperti
kunang-kunang berebut tempat.
Kedua jago itu mulai bergera mengembangkan permainan
masing-masing. Golok Tenung Jalanda mendesing-desing di udara,
melontarkan angin dingin berbau anyir. Sedang pedang Putut
Punung nampak membuat lingkaran-lingkaran besar kecil, merata
dan miring kesegala arah, menyebar bau minyak pudaksari yang
harum merata melintasi bau anyir golok lawannya.
Datanglah serangan Jalanda, goloknya membabat lambung
musuh, tetapi entah bagaimana gerakan lawannya itu, tahu-tahu
goloknya sudah terlobat dalam gerakan pedangnya Punung. Dan
anehnya …. golok itu selalu mengikuti gerakan yang dibuat pedang
sakti tadi, tidak mungkin lagi dicegah jalannya, sekalipun Jalanda
berusaha keras menarik kembali goloknya. Hanya selaki-sekali
libatan pedang itu memberi kelonggaran, hingga dapat ditarik
bebas, seolah-olah Jalan da diberi kesempatan untuk memperbaiki
gaya permainannya. Kesempatan itu dipergunakan sebaik-baiknya

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 253
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

oleh Jalanda, segera ia merubah aksinya, Serangan-serangan


goloknya selalu dilancarkan sarnbil meloncat keatas, hingga
goloknya datang menyarnbar dari atas kearah kepala musuhnya.
Tetapi musnala h keganasan serangan itu karena batang goloknya
selalu berternu dengan pedang sakti lawannya yang menempel erat
melekat memberi arah jalannya golok ... menyeleweng kesarnping.
Setelah beberapa kali pedang itu memperlihatkan
keunggulannya, kembali golok besar itu seperti kalap dayam
gulungan pedang Nagasura. Sekali lagi Punung memberi
kesemparan lawan berbuat lain ... memang ia hendak menjajagi
kemarnpuan musuh ini, disamping ia tidak hendak menghabisi
jiwanya ...
Bukan main kejengkelan Jalanda, karena merasa di
permainkan sejadi-jadinya oleh Punung itu, bertekadlah ia mengadu
jiwa, mati bersarna dengan lawannya. Sambil bergulingan ditanah,
goloknya menyerang bagian bawah tanpa memilih arah. Jakinlah ia
bahwa goloknya sekarang tidak lagi dapat digulung oleh pedang
musuhnya, karena banyak merapat dengan tanah. Sebenarnya ia
mengharap harap lawan itu akan mempergunakan kesempatan baik
ini untuk menghablsi jiwanya dengan sekali tusuk, dan pada waktu
ia akan terbinasa karenanya, pastilah mendapat kesempatan untuk
menusukkan a tau mernbabat kaki musuh itu, hi ngga dapat mati
bersarna sama.
Benar saja ... Putut Punung sudah menggerakan tangan nya,
menusukkan pedangnya kearah ulu-hati lawan cepat bagaikan kilat
menya mbar, Tenung Jalanda memeramkan matanya, sambil
membabatkan goloknya kearah kaki lawan.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 254
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

… tahu-tahu golok besar Jalanda sudah kutung menjadi tiga …..

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 255
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

.….. Class-class-casss … terdengar logam beradu tiga kali,


menimbulkan suara aneh, tahu tahu golok besar Jalanda sudah
kutung menjadi tiga . . . tinggal hulu golok yang masih dalam
genggarnannya melulu, sedang Putut Punung berdiri tegak dengan
pedang bergoyang goyang disamping musuhnya yang masih
meram. Jalanda yang sudah merelakan jiwanya mati bersama,
menunggu datangnya tusukan pedang lawan, tetapi lama juga ia
menanti nanti, ujung pedang itu belum terasa menembus dadanya.
Maka alangkah kagetnya, waktu membuka mata melihat
Punung berdiri tersenyum-senyum dengan menimang-nimang
pedang saktinya. Mau tidak mau menjadi heranlah ia memikirkan
sikap lawannya itu.
Mengapa dia bersikap demikian …. apakah benar, ia tidak
akan. membunuh musuh yang sudah ditaklukkannya, atau
sengajakah ia memperrnainkannya seperti dalam pertempuran
bersenjata tadi. jangan menyangka Jalanda takut mati.
Berkatalah ia sambil menghina musuhnya supaya segera
menerima kematian selekas mungkin: “Kunyuk buduk, jangan kau
kira aku takut mati atau menyayangkan jiwa kura-kuraku yang tak
punya guna mi. Hayo, tusukkanlah pedangmu itu, tidak bakal kamu
mendengar jeritanku. Atau takutkah kau melihat darah merah
mengalir? Mari sini, pinjamkan pedang itu, aku berjanji akan
menggorok leherku sendiri dimuka rajamu ... mari-mari!”
Kini bersabdalah Pangeran Puger yang dalam adegan mi
berlaku sebagai Raja Mataram ... “Tenung Jalanda ... kau dengar,
bukankah kau ini hanya seorang utusan saja. Tidak perduli siapa
yang mengutusmu, tetapi nyatanya kau hanyalah pelaksana
pemikiran orang lain. Aku berpendapat, kiranya tidaklah perlu
bagimu, untuk berbuat nekad-nekadan sampai batas mengorbankan
jiwa segala. Cukuplah rasanya bila kamu sudah berusaha sekuat

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 256
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

tenagamu melaksanakan itu dengan sebaik-baiknya. Sukurlah bila


usaha itu berhasil baik, tapi sebaliknya pengutusmu tidak
seharusnya merasa kecewa kalau kau tidak berhasil. Nah ...
sekarang kau kembalilah kepada majikanmu, untuk melaporkan
hasil yang sudah kau laksanakan, Kurang puasnya majikan itu,
suruhlah dia datang sendiri menemui aku!”
Menunduklah Tenung Jalanda karena merasa kebenaran ujar
Baginda, merasai kebijaksanaan serta welas asih junyungan negara
Mataram. Sambil membungkuk horrnat berkatalah ia dengan nada
gemetar, .
“Aku junjung tinggi titah Baginda, perkenankanlah aku pergi
sekarang juga, perkenankan pula aku mengucap terima kasih
banyak-banyak atas kemurahan hati Baginda.”
“Baik kau pergilah dengan damai, aku hanya berpesan jangan
sekali-kali kamu mengganggu anak buah negaraku.”
“Baginda, aku menerima perintah.” kemudian mencelatlah
orang sakti itu dari muka Pangeran Puger dan Putut Punung.
Sejenak kemudian berkatalah Pangeran setengah tua itu
kepada putia kekasihnya: “Punung, terirna kasih nak atas segala
perbuatanmu dalam hari-hari suram belakangan ini terhadap
keluargamu.”
“Bukankah itu kewajiban anak yah, anak merasa berbahagia
dapat berbuat sesuatu terhadap sanak-kadang kita.”
“Bagaimanakah dengan kakakmu Suryakusuma?”
“Kangmas ditahan digedung Srl-manganti dan dijaga kuat
sekali. Tiga had lagi tahanan akan dilanyutkan keemarang
menunggu kedatangan perahu yang akan membawanya ke Betawi.
Sudahlah yah, jangan pikirkan dia lagi, serahkan kangmas kepada

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 257
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

aku, pasti anakrnu tidak akan tinggal diam, untuk berdaya


meringankan penderitaannya, sukur sampai kepada pembebasannya.

****

BAGIAN VII

PADA MALAM itu, waktu baginda hendak masuk kedalam


kamar peraduannya, meninggalkan perimah wanti-wanti kepada
para jaga kemir, supaya berhati-hati sekali, karena mungkin sekali
kraton akan kedatangan-telik sandi mangendra-jala (pembunuh
utusan musuh), dengan maksud jahat terhadap baginda sendiri atau
keluarga keraton.
Walaupun sudah berada didalam kamar peraduannya sendiri
dan dijaga oleh para kemit lima orang bersenjata lengkap didepan
kamar itu ……. masih juga baginda merasa kurang aman, hingga
semalam suntuk beliau tidak dapat memejamkan mata, untuk tidur
barang sekejap. Selalu teringat akan orang tinggi-besar yang
menyumpainya ditaman-i;ari tadi.
Terpaksa beliau selalu memikirkan, apakah yang gerangan
terjadi pada waktu itu dirumah pamannya Pangeran Puger. Rasa-
rasanya tidak mungkin orang yang mengaku bernama Tenung
Jalanda itu, tidak dapat menemukan rumah Sang Pangeren.
Jang masih menjadi pikiran baginda, ialah … apakah
Pangeran Puger mau saja menerima dikatakan sebagai raja yang
baru naik takhta itu. Bila pamannya itu menerima baik karena
bendak menolong muka raja ... pastilah sudah terjadi pertempuran

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 258
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

yang luar biasa hebatnya antara Sang Pangeran melawan utusan itu.
Siapakah pula yang keluar sebagai pemenang?
Menurut perhitungan dengan penilaian kesaktian, mungkin
sekali sang paman tidak mudah dikalahkan sekalipun tidak mudah
pula mendapat kemenangan atas lawannya yang nampak demikian
kuat dan digdaya. Andaikata Sang Pangeran jang dapat menghalau
lawan .... apakah Pangeran Puger tidak akan memandangnya dengan
mata sebelah? ... Ya-ya, hal itu bisa terjadi, tetapi itulah sama
halnya dengan tindakan membunuh diri beserta keluarganya.
Seandainya Pangeran Puger yang terbunuh dalam
pertempuran itu, tidakkah itu lebih berbahaya bagi baginda, karena
Tenung Jalanda, cepat atau lambat pasti datang lagi
mengunjunginya, untuk menghinanya telah berbuat curang yang
rendah.
Pemikiran-pemikiran semacam itulah yang sangat
menggelisahkan baginda, hingga tidak dapat tidur sama sekali.
Tilam yang hangat lunak lagi nyaman, malam itu tidak dapat
membuai baginda dalam alam mimpi, tetapi justr dirasakan sebagai
penghambat rasa kantuknya, karena terlalu panas. Baru menjelang
pagi baginda terjatuh tidur karena kelelahan namun juga tidak
terlalu lama, baru sepemakan sirih sudah meloncar bangun karena
mimpi buruk.

Pagi itu embun masih belum jengkar dari permukaan bumi,


papatih dalem, Adipati Sumabrata sudah dipanggil baginda karena
soal yang penting. Titah baginda sesudah paman pati menghadap.
“Sumabrata, kau pergilah kerumah paman Pangeran Puger.
Tanyakanlah apa peristiwa semalam sudah dapat dibereskan?!”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 259
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Gusti, persoalan apakah yang harus ditanyakan itu ….


adakah soal itu menyangkut Den Mas Suryakusuma yang telah
ditahan dikamar Sri-manganti?”
“Bukan Sumabrata, kejadian semalam sangat mengejutkan
hatiku …..!” Berceritalah baginda tentang kejadian semalam itu
ditaman sari. Oleh karena itu beliau ingin sekali tahu bagaimana
kesudahannya. Dengan membekal pengertian itu, pergilah Raden
Adipati Sumabrata kedalam kapugeran, diiringi pengawal
bayangkara kepatihan lima orang.
Kedatangan pepatih dalem itu diterima dengan senyuman
angker oleh Pangeran Puger, yang pasti saja segera tahu akan
permasalahannya. Mahapatih dipersilakan duduk ditengah pendopo
besar, pada kursi berhadap-hadapan dengan sang Pangeran sendiri.
Kata kanjeng Pangeran Puger, “Ai, ai…. Kakang Patih Sumabrata,
pagi-pagi amat sudah datang berkunjung, pastilah ada hal yang
penting yang hendak dibicarakan. Silakan… silakan kakang… tak
usah sungkan-sungkan lagi. Adakah soal penting yang harus kita
bahas bersama?”
Jawab kidipati, “Memang ada gusti pangeran, terangnya aku
hendak menanyakan tentang kejadian semalam yang mungkn sekali
menyangkut kanjeng pangeran. Adakah bingkisan raja tadi malam
sudah diterima dengan baik dan dibereskan oleh gusti pangeran?”
“Ya, kira-kira demikianlah kakang, bingkisan baginda telah
sampai kepada saya …… kini segala-galanya sudah beres!”
“Sukurlah bila demikian, aku sudah mengira babwa gembong
Kartasura, adalah satu-satunya orang yang paling tepat menerima
bingkisaa itu, Akan aku sampaikan berita yang menggembirakan ini
kepada baginda raja yang pasti berkenan sekali mendengarnya.
Masih ada hal yang penting hendak pangeran katakan? Bila tidak

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 260
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

ada pesan-pesan berharga dari pangeran lagi, perkenankanlah aku


kembali ke-keraton menghadap raja !”

****

Nun jauh dari pergaulan manusia, dalam rimba pada kaki


gunung Lawu, terdapet sebuah gua yang cukup lebar dan bersih,
hingga mudah diterka, bahwa gua itu pasti ada penghuninya.
Memang gua itulah yang didiami oleh seorang pemuda berbadan
tegap-paseg yang dandanannya sangat sederhana, terdiri dari celama
hitam longgar, berbaju kutung dari bahan jang sama, Kaia batik
yang sudah masam dilipat dua, menggubat pada lambungnya .
Potongan wajah pernuda itu, terhitung cakap, bila jambang bauknya
yang tumbuh lebat agak dipiara atau dipangkas rapi, demikian pula
deugan rambutnya yang gondrong awut-awutan mendapat
pemeliharaan yang cukup baik. Namun pemuda itu agaknya tidak
menghiraukan soal pertumbuhan segala macam rambutnya.
Tidaklah mudah menyelami sikap pernuda yang aneh ini,
Lebih suka hidup menyendiri dan menderita, bersunyi-sunyi
didalam gua yang jauh dari keramaian hidup masyarakat. Setiap
hari deri pagi sarnpai peta ng, bahkan sering sampai larut malam.
berlatih ilmu beladiri, yang diajarkan oleh pemimpinnya.
Itulah dia, pernuda yang pernah mernbuat gara-gara diibukota
dengan melepas gajah, yang telah dianggap berdosa terhadap
masarakat kola Kartasura, Dialah yang sekarang ini bergelar
Pututparnuk, narna pemberian dari Putut Punung, pemimpinnya .
“Saking patuhnya dan mantapnya, sedikitpun ia tidak mau
menyimpang dari pedoman yang diberikan oleh sang guru, maka
hiugga sekar~ng telah enam bulau ia bertekun ilmu silat dan

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 261
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

pengerahan tenaga-saktinya disekitar gua itu. Sudah barang tentu


bahwa ia sekarang bukanlah pemuda yang ketakutan melarikan diri
dari Kartasura dulu. Tentang kemampuannya yang sekarang,
tidaklah dapat dibandingkan dengan keadaannya yang duhu, karena
berbeda sebagai bumi dan langit. Tokoh-tokoh kuat dari kota
mungkin tidak sanggup lagi menghadapinya, kecuali para gembong
kawakan negara.
Dinihari waktu ia sedang asik berlatih pukulan saktinya ia
dikejutkan oleh angin santer luar biasa yang mampu membendung
angin pukulannya sendiri .. malahan mampu membuat kuda
kudanya tergoncang hebat. Terpaksa gempurlah kuda kudanya itu,
ia meloncat kesamping untuk menghindari gempuran lanjutannya.
Berserulah ia: “Tamu sakti dari mana sok suka menggoda orang
tidak berbuat salah ini? keluarlah dari persembunyianmu, bila
hendak memberi petunjuk kepada aku yang masih rendah ini
ilmunya!”
“Ha..ha..ha ... kakang Pamuk, kau sudah berhasil baiik sekali
dengan latihanmu, selamat-selamat kuucapkan!”
Berhenti suaranya, orangnya sudah muncjul dari balik semak
yang rindang. Dialah Putut Punung yang datang untuk menjenguk
dan membebaskan muridnya dari sanggeman.
Keruan saja Punuk lari berjingkrakan mendekati sang kyai,
untuk melepas rasa rindu dan harunya. Tanpa dappat dicegah lagi
Pututpamuk menyibak lambung sang pernimpinnya dengan isak-
tangis kegembiraan .... “O, kyai …. aku rindu pada tuan.!” kata
Pamuk terhenti·henti karena harunya.
“Demikianlah kiranya rasaku terhadapmu kakaug. Tetapi kini
kita bisa bertemu dengan selamat maka wajiblah kita bersukur
kepada Tuhan!”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 262
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Benarkah ucapan kyai tadi, yang mengenai kemajuanku itu?”


“Pasti benar .... pasti saja kau belum dapat menyamai
tenagaku yang dapat membendung tenaga pukulanmu. Itulah karena
kakang baru saja dapat menguasai tenaga saktimu. Bila kakang
tetap tekun berlatih, pastilah kian maju tenaga saktimu itu?”
“Ah denmas, eh ... kyai, biarpun aku bertekun seribu tahun
lagi, masakan aku dapat menyamai tenaga pengajarku.
Demikianpun aku sudah sangat merasa beruntung dan berterima
kasih atas kemurahanmu kyai, Tak usah kiranya aku mempunyai
derajad yang berlebihan.”
“Tentang derajat memang bukanlah persoalan pokok kakang,
kesampingkanlah itu, tetapi jangan mengendurkan soal berlatihmu!”
“Baik kyai, aku akan selalu mematuhi petunjuk kyja. Mari-
mari kita sekarang masuk kedalam gua dulu, untuk berpesta. Aku
mempunyai persediaan dendeng kijang cukup banyak dimakan
orang lirna. Aih bukan main nikmat rasa dendeng kijangku yang
aku siapkan sendiri. Wedang serbat yang masih hangatpun sudah
tersedia!” kata Parnuk dengan bibir sudah berkomat-kamit,
muugkin untuk memancing- mancing selera makan Putut Punung
saja.
“Ha, rasa-rasa nya k'au sudah pula mendjelrna menjadi tukang
masak yang ulung Baiklah, dendeng macam apakah yang dapat kau
sajiaan kepadaku itu. Namun yang pasti baik adalah wedang serbat
iru, karena aku telah lama tidak bertemu. Namun kedatanganku
yang sebenarnya adalah untuk membebaskan kakang dari
sanggemanmu. Kalau kau menghendakinya, sejak hari ini kau boleh
hidup bebas sekehendak hatimu. Kiranya cukupkah bekal yang
kakang yakini untuk menentukan kehendakmu yang meajadi pilihan
dan idamanmu sendiri!”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 263
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Tidak kyai, aku tidak ingin hidup sendiri. Aku sudah berjanji
kepsdaku, bahwa aku akan mengabdi kepadarnu sarnpai hari tuaku,
tidak ada suatu kekuatan apapun yang dapat memisahkan aku dari
kyai kecuali maut merenggut jiwaku, atau kyai sendiri menolak
pengabdianku ini!”
“Bila itu sudah mendjadi tekadrnu, aku juga tidak
berkeberatan, kakang selalu didekatku dalam pengabdian kepada
umum ini. Kita bisa mengadakan kerja-sarna yang baik, dalam
segala hal.”
“Apakah yang dapat kita kerjakan diwaktu terdekat ini kyai,
nampaknya kyai sudah ada rencana kerja yang harus segera
dikerjakan, bukan?”
“Begitulah kiranya kakang, tetapi kali ini kesibukanku masih
agak bersifat pribadi dalam lingkungan keluarga , Ketahuilah,
bahwa kakakku yang tertua Den Mas Suryakusuma, dalam waktu
dekat ini akan dibawa orang ke Semarang, untuk menjalani
hukuman buang ke Selon. Aku hendak membayangi rombongan
yang mengantar kangmas itu, untuk melihat gelagat.”
“Ya-ya, pastilah kyai sudah mempunyai rencana kerja, untuk
menolong kakak kyai itu. Dapatkah kiranya aku menolong kyai
dalam pekerjaan ini, katakanlah!” desak Putut pamuk,
Setelah mereka berada didalam gua menikmati hidangannya.
Sejenak Putut Punung termenung-menung, kemudian berkatalah ia :
“Memang kakang, aku sudah mempunyai rencana untuk menolong
kakakku itu, tetapi nada-nadanya terpaksa aku sendiri yang harus
bertindak, karena sangat berbahaya, sedang yang mirip kangmas
Suryakusuma memang hanya aku seorang.
Ditengah perjalanan, aku akan memasuki tempat penahanan
kakakku, untuk bertukar pakaian. Aku akan menggantinya dalam

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 264
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

tahanan, menyalani hukurnan itu ... sampai ditahanan Semarang.


Kemudian apakah sulitnya untuk merat dari tahanan itu ....
memancing-mancing regu penjagaan kumpeni, mengejar aku ketcpi
laut. Pastilah mereka akan melepaskan tembakan-tembakan senjata
mereka setelah aku berenang di laut nanti. ltulah saat kebebasanku
.... Dengan menyelam menyusur pantai, menjauhi lempat semula,
pastilah mereka akan mengira bahwa aku sudah mati tertembak,
tidak perlu lagi dikejar-kejar.”
“Apakah tidak berbahaja memancing tembakan mereka itu,
kyai?”
“Memang hahaya itu ada juga, tetapi bila jaraknya sudah lima
puluh meter lebih, tembakan itu sudah 1idak membahayakan lagi
pelurunya. sudah melengkung jalannya dan tidak lurus lagi.
Pendeknya aku sama sekali tidak takut menghadapi berondongan
mereka!”
“Apakah peranan jang dapat kulakukan kyai, masakan aku
tidak boleh berbuat bakti sesuatu!”
“Ada tugas yang dapat kau kerjakan nanti, ialah membawa
pergi kangmasku kegunung Dieng atau gunung Slamet, unluk
dijauhkan dari masarakat buat sementara waktu. Bersabarlah kalian
untuk menanti kedatanganku, berlatihlah yang hebat ditempat yang
sunyi sepi, sebagai petapa biasa. Yakinlah bahwa aku pasti
menemukan kalian!”
“Bagus, bagus….. sekurang-kurangnya aku mendapat tugas
juga. Kapan kita berangkat kyai?”
“Hari ini juga serelah aku cukup beristirahat. Sementara itu
kakang boleh berkemas-kemas pembekalanmu!”
Sjahdan sore itu nampak dua orang pemuda perkasa berlari-
Iari cepat kearah ibukota Mataram, membekal rencana kerja yang

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 265
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

seram menakutkan. Akan berhasilkah pekerjaan mereka itu?


Siapakah yang dapat menentukan ... kecuali T'uhan yang
menentukan segala kejadian didun ia ini.

****

Hari berganti hari, minggu berganti minggu ... bulan bulan


berlalu disusu1 bulan yang baru.. jagad berputar, kala berjalan maju,
Itulah keadaan alam yang tetap berjalan, dengan irama abadi.
Berbeda sekali dengan lelakon manusia hidup didunia yang selalu
berubah dan berganti corak setiap saat.

Pada suatu hari di hutan Sala, nampak seorang pemuda yang


membalapkan kudanya kencang sekali. Sikapnya duduk diatas
pelana, menunduk harnpir rapat dengan punggung dan leher
kudanya itu sangat aneh dalam pandangan orang yang melihatnya,
Namun kemudian orang pasti membenarkannya, karena pernuda
tadi tengah dikejar-kejar prajurit kusumatali (berkuda) lima orang
yang selalu melepaskan panuh panahnya kearah buruannya.
Tidaklah mudah memanah diatas kuda membalap. Apalagi
jang menjadi sasarannya, adalah manusia berkuda yang membalap
pula, Tetapi nampaknya kelima prajurii kusumatali itu, pemanah-
pemanah ulung. Hampir semua anak panah yang dibidikkan,
berjaiuhan tidak ierlalu jauh dari pemuda yang mereka kejar. Tetapi
pemuda itupun agaknya bukan orang sembarangan.
Sekalipun tidak menengok kebelakang, bila ada anak panah
yang akan menyerempet badannya, selalu dapat digebah jatuh
dengan busurnya sendiri yang berada ditangan kanannya. Hanya

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 266
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

celakanya ...... karena kuda pemuda itu kini sudah tertancap anak
panah pada pangkal paha kaki sebelah kanan, hingga mengganggu
sekali kelancaran larinya.
Kini tahulah Bagus Suwarna, dialah pemuda pesolek, yang
dikejar-kejar itu bahwa kudanya tidak mungkin dapat berlari terus-
terusan, Karena sayang akan kuda itu tersiksa sekali dalam
melanyutkan larinya, meloncnt turunlah ia dari Pelananya, dengan
loncatan yang indah dan ringan sekali.
Demikia, kakinya menyentuh ranah. mengkeredaplah
pedangnya ditangan kanannya. Dengan mata berapi-api ia
menantikan musuh-musuhnya. Lima anak-panah berebutan
menghujaninya, tetapi sekali pemuda itu menggerakkan pedangnya,
mental terhamburlah kelima panah tersebut.
“Kurcaci berbau busuk, majulah kalian bersama-sama,
Nampaknya nama radenaju Widasari, ibu almarhum ratu Alit belum
cukup sebagai jaminan keamanan perjalanan keponakannya. Hmm,
terpaksa pedang dan kerislah yang harus ikut menjamin
keselamatan seseorang dalam jaman Amangkurat III ini. Hayo
majulah, jangan bersembunyi dibalik kudamu. Tak usah kamu maju
seorang demi seorang, hayo keroyoklah aku, biar lekas ada
pemberesan!”
“Sombong sekali, kau-kira prajurit tempekah-kelima praurit
kusumatali pilihan ini. Masakan lima orang kusumatali tidak
sanggup membekuk pemuda banel sepertimu ...?”
“Hajo, maju berbareng, cincang saja jangan
tanngung-tanggung. Dalam keadaan negara menghadapi keruwetan
besar ini, tak seorangpun yang dicurigai boleh diloloskan keluar-
masuk kota. Ganyang dia ... seru pemimpinnya. Majulah kelimanya
dari beherapa jurusan dengan pedang dan golok terhunus berkilauan
ditangan.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 267
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Bagus Suwarna berlaku cerdik. Tidak mau ia menunggu


hingga mereka mulai menyerang dari dua-tiga jurusan yang pasti
tidak mudah ditangkis berbarengan. Maka sebelum mereka berbuat,
Bagus Suwarna-lah yang mendahuluinya.
Dengan memekik nyaring ia menyerang kearah satu jurusan
ialah arah pemimpin yang memegang golok besar didepannya.
Pedangnya bergerak cepat sebagai kilat menyambar langsung
mrngancam tenggorokan pemimpin rombongan yang menjadi
kelabakan seketika karena merasa tidak mungkin dapat menangkis
lagi. Syukur ada teman yang menolongnya, mewakili menangkis
pedang pemuda pesolek lersebut ... trangg . .. terdengar suara
beradunya senjata. Tertolonglah pemimpin kusumatati itu, tetapi
pedang yang digunakan untuk menangkis serangan itu terpaksa
menahan goncangan yang tidak lunak, hingga terpaksa mencelat
kesamping, terlepas dari genggarnan yang menangkisnya.
Dari penolong, kini ia harus ditolong teman-temannya yang
lain, maka yang paling aman ia menyatuhkan diri, menggelinding
kesamping arah kaki teman-temannya, supaya mudah
melindunginya. Mulailah pertempuran senjata kerojokan itu
meningkat seru dan cepat. Bagus Suwarna kelihatan berkelebatan
diantara samberan-samberan pedang golok lawan-lawannya, sambil
memutar pedangnya bergulung-gulungan dalam sikap mernbela dan
menyerang lawan terdekatnya. Senjata musuh yang bertemu dengan
pedang pemuda itu, pasti terpental jatuh ... maka tahulah orang-
orang itu bahwa tenaga lawan jauh lebih besar dari kekuatan sendiri.
Sedapat mungkin mereka menghindari bentrokan senjata, hingga
tidak perlu menjadi bahan perlindungan teman-temannya.
Karena tidak sanggup mengalahkan musuh dengan permainan
mereka, sekalipun mengerojok lawan itu, maka mereka berusaha
bertahan sekuat dan selarna mungkin. Asal tidak sampai dapat

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 268
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

dijatuhkan pesolek ahli gerak ini saja pastilah mereka dapat merebut
kemenangan dengan siasat menguras tenaga sipemuda. Kini mereka
tidak sengaja menyerang lagi tetapi, memperkokoh daya tahan
mereka bersarna. Tahu akan siasat lnyik lawan-Iawannya, Bagus
Suwar na jadi semakin marah. Ia lalu mempercepat perrnainannya,
hingga musuh menjadi kalang-kabut untuk sementara waktu, tetapi
kemudian dapat memperbaiki mereka lagi setelah mendapatkan
iramanya.
Pertempuran itu berjalan hingga lebih dari setengah jam ......
Mau tidak mau Bagus Suwarna menjadi gelisah, karena merasa
akan segera berkuranglah kekuatannya, sedang kelancaran
pernafasannya juga mulai terganggu. Haruskah ia mati konyol
dalam periempuran keroyokan ini ... tidak, ia tidak boleh mati
sekarang karena ia belumbertemu dengan pemuda pujaannya justru
karena ia mempunyai berita penting yang harus disampaikan kepada
Putut Punung. Tetapi cara bagaimanakah ia bisa selamat keluar dari
pertempuran ini?

Bersambung ke Jilid 4

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 269
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

GEMBONG KARTASURA

JILID IV

BAGIAN I

KIAN LAMA kian berkuranglah gaya tahannya, kian


merosotiah permainannya, makin menjadi tipia pula
pengharapannya uruuk mendapat kesempatan melanjutkan hidup
itu.
Mulai baurlah pemandangannya. Seluruh tubuhnya gemetar
kehilangan kekuatan …… terlepaslah pedang ditangannya ……
pastilah maut segera datang merenggut jiwanya. Menjadi gelaplah
pandangan matanya .... Suwama jatuh tak sadar kan diri lagi. Lapat
lapat ia masih mendengar sorak lawan-lawannya, terdengar pula
suara menggelegar memecah angkasa, entah suara apakah itu.
Agak lama bagus Suwama jatuh pingsan itu, waktu ia
membuka matanya dan mendapat kesadarannya kembali, tahulah ia
bahwa berada didalam gubug darurat, yang terbuat dari daun-daun
jati dan ilalang, Pastilah ada orang yang telah menolong dia dari
siksaan prajurit kusumatali itu. Siapakah yang ielah berhasil
menolong dirinya itu. la lalu memandang kesegala arah, namun
didalam gubug itu tidak nampak seorang pun, tetapi diluar terdengar
tarikan orang bernafas halus serta landung sekali, itulah ciri
pemafasan orang sakti. Tahulah Suwama sekarang pastilah orang ·
ini yang telah menyelamatkan jiwanya. Alangkah besar rasa terima
kasihnya kepada tuan penolongnya. Berkatalah ia dari dalam gubug
itu.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 270
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Siapakah tuan yang sudah menolong hidupku ini?”


“Hai .... adik-cilik, kau sudah siumankah?” Muncullah
sijembel Punung, dengan senyuman lebar ditengah gubug itu
didepan bagus Suwama, lupa akan segala-galanya, lupa pula
peranan laki-laki yang sedang drlakukannya, meloncatiah pemuda
pesolek itu, langsung menggabrug didada putut Punung yang lebar
padat dan diterimanya secara wajar sekali oleh orangnya. Pipi
Suwama yang lumer-ramping itu menempel erat kepada dada
bidang tersebut, dirangkul erat pula oleh Punung sedang tangan
kanannya membelai rambut pemudi itu, yang sudah kehilangan
destarnya. Hilanglah sifat jantannya bagus Suwama …... dia sudah
menjelma menjadi gadis cantik manis mirip sekali dengan tubuh
Ratu Alit dalam keseluruhannya kecuali warna kulirnya.
Tanpa tedeng a1ing-aling lagi kini memancarlah sorot mata
yang menyatakan kasih mesra Niken Sasanti Suwarni kepada Putut
Punung. Sebaliknya, mudah diterka apakah yang terasa oleh oleh
pemuda gagah perkasa itu terhadap Niken Suwarni. Dengan suara
terhenti-henti berkataJah Suwama, “Kak Punung, …. Kau…. kau
sudah rahu, aku siapa?”
“O, sudah ... sudah lama sekali dik sudah sejak kita bersama-
sama turun dari gunung makam Imogiri dulu!”
“Ah, giila benar …!” gumam gadis itu
“Apanya yang gila benar itu dik?”
“Lelakon manusia hidup ini, lebih-lebih lelakon kita sendiri,
coba pikirlah, ….. apakah ada orang yang mewariskan pacarnya
kepada orang lain. Itulah yang terjadi didalam hidupku ini ….. gila
benar, bukan kak?”
“Menyesalkah adik mendapat warisan itu?” tanya Putut
Punung dengan memandang mesra kepada Niken Suwarni.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 271
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Tidak, … tidak sama sekali ….. bahkan aku merasa


berbabagia sekali, asal aku dapat mengabdi kepadamu betul-betul.”
“Baiklah dik, kita akan bahu membahu mengabdi kepada
masyarakat umum. Kini kita membicarakan soal-soal lain dulu, ….
Mengapakah adik sampai dikejar-kerjar prajurit Kusumatali
Kartasura itu?”
“Hm, agak panjang ceriteranya, tetapi garis besarnya aku
hendak keluar dari kota untuk mencarimu karena ada berita penting
yang kau harus mengetahuinya. Tetapi aku tidak diperkenankan
keluar oleh para penjaga pintu gerbang biarpun lalu-lintas keluar
masuk kota masih ramai. Hanya akulah yang mereka tahan dengan
dalih mencurigakan. Karena kehebohan-kehebohan yang terjadi
belakangan ini didalam ibukota, maka penjaga pintu gerbang
mendapat kesempatan untuk berbuat yang tidak-tidak terhadap
orang-orang yang mereka anggap kurang wajar.
Sudah barang tentu aku menerangkan hubungan keluargaku dengan
denaju Widasari, namun mana mereka mau menggubrisnya,
mungkin kalau ku sertai cincin emas sehentuk saja keteranganku itu
dibenarkan dengan sikap membungkuk-bungkuk. Siapakah yang
tidak menjadi jengkel karenanya. Maka aku terjang mereka dengan
kudaku, lalu melanjutkan perjalananku dengan membalapkan kuda
tunggangku.
Sebentar kemudian terdengar derap kuda pengejar-pengejarku itu.
Terjadilah kejaran dengan melepas panah kepada aku. Bila kudaku
tidak terkena anak-panah, belum tentu mereka dapat menyandak
aku. Tetapi nyatanya terpaksa aku bertempur melawan keroyokan
mereka, dan kakak tahu sendiri kesudahannya. Bila kau tidak
keburu datang, pastilah aku sudah mereka bunuh. Oleh karena itu
terimalah kini ucapan terima kasihku!”
“Apakah kehebohan yang terjadi di Kartasura itu?”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 272
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Kak Punung, dimanakah kau waktu belakangan terdekat ini,


hingga kakak tidak tahu ibukota Mataram terguncang hingga pada
dasa1 nya?”
“Hai, hebat sekali tutur-katamu itu. Aku menjadi ingin tahu
sekali mengetahui kejadian-kejadian di Kartasura pada akhir-akhir
ini. Tetapi, biadah aku bersabar sejenak, umuk memenuhi
permintaan adik, mengabarkan dimana dan apakah yang kuperbuat
dalam hari-hari belakangan ini.”
Maka berceriteralah Putut Punung rentang kejadian-kejadian
yang dialaminya, dalam usahanya mepolong denmns Suryakuma,
waktu dibawa ke Semarang oleh pihak Kompeni. Segala apa yang
pemah direncanakan, dapat dijalankan dengan selamat dengan
membawa basil sebagai pemikirannya.
Akhir-akhir ini Punung mencari tempat persembunyian kedua
or'ang buruan itu, yang dapat diketemukan dilereng gunung Dieng
yang sangat berbahaya itu, supaya jangan mudah dapat diketemukan
orang. Setelah memberi perunjuk-perunjuk yang berguna, mereka
berpisah lagi masing-masing dengan tugas tertentu.
Denmas Suryakusuma berserta Putut Pamuk akan bertapa bertekun
ilmu dipegunungan itu sedang Putut Punung kembali kepada
masarakat Mala.ram.
“Nah itulah dik, apa yang sudah kujalankan dalam waktu aku tidak
berada disekitar pusat negara Mataram. Kini, giliranmulah untuk
menceriterakan, kejadian-kejadian di Kartasura belakangan ini!”
“Kak, kaupun tahu akan makna peptah yang berbunyi, Raja
alim, raja disembah …… raja lalim taja disanggah, bukan?”
“Adakah hubungan pepatah itu dengan ceriteramu?”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 273
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Pasti kak, karena ceritera ini berpokok pangkal pada


kelaliman, kerakusan dan kemesuman orang yang paling berkuasa
di Mataram ini. bila kau menghendaki ceritera yang mendalam ,
pastilah sangat panjang ceriteranya karena berbelit-belit tidak
karuan. Maka, kini dengarkanlah ceriteraku dalam garis besarnya
saja supaya kakak lekas mengerti persoalannya dahulu. Tentang
seluk beluk lelakon Kartasura itu, boleh diceriterakan lebih jelas
dikemudian hari saja.
Dengarlah sekarang yang penting-penting saja. baginda telah berani
berbuat dosa yang tidak ada bandingannya, ialah merusak pagar ayu
dengan menggunakan kekuasaannya. Wanita yang menjadi
korbannya adalah Den Ayu Pakuwati, isteri kedua Pangeran Dipati
Sampang, Harya Cakraningrat. Dipati itu pasti saja tidak dapat
menerima hinaan itu. ia bersama-sama bupati Surabaya, bertemu
dengan Pangeran Puger dan memaksa supaya beliau suka menjadi
Raja Mataram demi keutuhan negara ….. kebetulan ada utusan
dipati Semarang yang menangis mohon perlindungan kanjeng
pangeran terhadap fitnah rendah dihadapan sri sunan dan minta
supaya Pangeran Puger suka mendengarkan ceritera rakyatnya.
Demikianlah, terjadi desakan terus menerus kepada sang pangeran,
untuk suka menjadi raja. Ketiga bupati itulah yang sanggup
membantunya. Pihak kumpenipun tidak suka lagi terhadap tindakan
sri sunan yang sudah merajakan diri sendiri tanpa menunggu advis
dari betawi. Malahan lalu berjanji akan menolong pangeran Puger
bila terjadi perang perebutan negara.
Maka masaklah waktunya bagi pangeran Puger, untuk menerima
desakan para punggawa itu. lima hari yang baru saja lalu ini, pada
waktu malam, keluarlah kanjeng pangeran, meninggalkan kota
bersama-sama dengan sanak kadangnya, diikuti punggawa yang
lebih suka mengabdi kepadanya. Kini beliau sudah berada di
Semarang.”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 274
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Tidakkah beliau mendapat kesulitan, waktu meninggalkan


ibukota?” tanya Punung.
“Pasti saja tidak, karena yang mendapat tugas pengejaran
adalah dipati Surabaya dan para bupati mancapraja lainnya. Dipati
Surabayalah menempati tempat dimuka sendiri hingga dapat
menghambat kelancaran jalan pengejaran itu!”
“Hebat, … hebat sekali, kejadian di Kartasura akhir-akhir ini,
….. bagaimana …..”
“Sudah kak Punung jangan tanya lagi tentang soal-soal yang
kecil. Bukankah aku sudah berjanji akan menceriterakannya,
sabarlah. Cerritera yang mendalam itu pastilah agak panjang hingga
harus ada waktu tertentu untuk menguraikannya sampai mendalam.
Lebih baik kita bicara dari hal yang ringan menggembirakan saja.
Kak, apakah pantas kita selalu berdekatan sekali sebelum kita
mendapat pengesahan dari orang tua kita.”
“Bagiku tidaklah menjadi soal bila kita dapat membatasi
pergaulan kita saja. Tetapi sebaiknyalah, bila kita segera pergi
kepada para berwajib, untuk mendapatkan perkenan mareka.
“Apakah rencanamu sekarang?”
“Aku akan membawamu secepat terbang kepada orang tuamu,
untuk mendapat perkenannya, kita hidup berdampingan sebagai
suami isteri. Kemudian kau akan kubawa mengembara,
membayangi pangeran Puger, untuk memberi bantuan bila
dipedukan.-
“Baiklah kak, mari kita laksanakan rencanamu itu.”
Hari itu juga Putut Punung bersama sama niken Suwami
berangkat kedesa Samakaton.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 275
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

****

Dupat digambarkan betapa senang dan rasa gembiranya, bila


asjik dan masjuk saling bertemu setelah lama berpisab.
Seribu kata hendak meloncat dari mulut sekaligus, seribu rasa
mtiluacur mesra dari hati laggsung kehati, untuk berjalin erat dalam
suasana gembira. Itulah pula yang dialami oleh dua sejoli, yang kini
berjalan bergandengan dalam hutan Sukawati ….. niken Suwami
dengan Putut Punuog meauju kedesa Samakaton, kerumah kyai
bekel Jagarejana.
Betapa banyak perkataan yang h~ndak mereka pergunakan
untuk menyatakan isl hati masing-masing namun kenyataannya,
mereka bungkam dalam seribu-bahasa. Agaknya cukuplah segala
perkataan mereka diucapkan dengan melalui jalinan tangan-tangan
mereka.
Sekali-sekali terdengar tarikan nafas memanyang, untuk
kemudian disambung dengan berpandang-pandangan dengan mata
penuh kasih-sayang ….. maka selalu macetlah kata-katanya.
Akhirnya niken Suwamilah yang mengakhiri berbahasa-hati
itu, Biarpun tangan mereka masih bergandengan, namun mengenai
peristiwa-peristiwa biasa, terpaksa mereka menggunakan perkataan-
perkataan yang dilisankan ... “Kak Punung ... dengan cara
bagaimanakah kakak menyingkirkan kelima pengeroyokku itu?”
bertanya Suwami tiba-tiba,
“O, itu ... biasa saja. Mereka meninggalkan kita secara
sukarela.” jawab Punung lucu,

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 276
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Mana bisa, sukarela ... kecuali mereka mendapat hajaran-


hajaran yang mengesan, hingga mereka itu terpaksa lari bercawat
ekor, sebagai anjing kena gebugan.”
“Kalau tidak percaja ya sudah, mereka benar-benar dengan
senang hati meninggalkan kita, malahan memberikan hadiah kelima
pedang dan goloknya. Bukankah mereka itu berbaik hati sekali?”
“Hmm, tahulah aku akan kemurahan hatimu terhadap musuh
musubmu. Pasti mereka itu hanya terkena gerajangan jari tengahmu
saja, hingga mereka tidak dapat bergerak lagi tanpa kehilangan
kesadaran. Kemudian kau suruh mereka kembali kekota,
Sebenarnya aku masih ada pertanyaan satu lagi….. ingin benar aku
mendengarkan ceriteranya sampai sejelas-jejasnya tetapi aku takut
kakak tidak mau menceriterakannya soal itu hingga seluk
beluknya.”
“Soal apakah itu adik, coba katakanlah, aku berjanji
menceriterakannya sampai jelas semuanya.”
“Tentang kakak berhasil mengganti kakakmu yang tertua
dalam tahanan Belanda, sampai kakak dapat memperdayai mereka
menganggap denmas Suryakusuma sudah mati tertembak dalam
laut pantai Semarang dulu...”
“Baik akan kuceriterakan asal adik juga berjanji, segera
menceriterakan apa yang terjadi dalam keraton Kartasura, hingga
terjadinya segala keruwetan ini. Nah ... dengarkanlah!”
“Malam itu adalah malam terakhir dari penahanan denmas
Suryakusuma ditahanan Semarang. Besok beliau akan
diberangkatkan ke Betawi dengan kapal Bugis yang sudah berlabuh
dipelabuhan Semarang ... kira-kira 30 meter dari pantai. Tempat
pertahanan itu berupa rumah biasa, kediaman seorang kapitan
Belanda bujangan, dan dijaga oleh dua regu prajurit. Dapat

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 277
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

dibayangkan betapa ketatnya penjagaan itu, tetapi agaknya belum


pemah terjadi para penjaga menemui suatu halangan dalam tugas
mereka, hingga mereka itu tanpa kecuali bersikap saagat lengah.
Dari pada mementingkan soal penjagaan, mereka itu lebih
mengutamakan bermain mabuk-mabukan beserta perempuan-
perempuan bayaran. Maka bagiku tidaklah terlalu sulit untuk
menidurkan kedua penjaga pintu masuk keruangan kamas
Suryakusuma.
Sambitanku dengan kersik kecil-kecil, tepat mengenai otot
tidur kedua prajurit yang diringgalkan sebagai penjaga tersebut.
Tidurlah kedua orang itu dalam posisi duduknya sambil mendekap
senapan mereka, Dipandang dari jauh, pastilah orang tidak tahu
tentang keadaan mereka yang sebenarnya.
Diam-diam aku menjelinap masuk der.gan mempergunakan
kunci yang berada ditangan penjaga itu bertemu dengan kamas ..
Yang sangat sulit bagiku sekarang, justru untuk memaksa kamas,
segera · meninggalkan tempat itu karena aku akan menggantinya
sebagai tawanan. Tidak cukup dua kali aku menerangkan rencanaku
hendak mirat ditengah jalan, memancing mereka kepantai dan
sandiwara ·pura-pura kena tembak lalu teggelam dilaut...
Mula·mula kama'l tetap tidak mau tahu tentang
pengorbananku itu, mungkin beliau mengira aku akan benar-benar
menggantinya sebagai orang buangan. Hanya dengan sumpahku
yang bertubi-tubi saja kamas akhirnya mau percaja dan suka
bertukar pakaian denganku. Selelah selesai pesan-pesanku, kamas
kudorong keluar melewati pintu itu juga, menguncinya lalu
meletakkan kunci itu ditangan penjaga yang berada disamping meja
penjagaan.....
Menurut pantas kedua penjaga itu akan tidur mendengkur
hingga dua jam lamanya. Sebelum dua jam itu, orang tidak usah

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 278
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

berharap dapat membangunkan mereka, sekalipun dengan


membunyikan meriam dekat telinganya
Dengan beresin tiga kali berturut-turut disambung dengan
menguap beberapa kali, bangunlah kedua oran-3 itu. Syukurlah
peristiwa ketiduran diwaktu bertugas itu tidak ketahuan orang
atasan mereka, karena mereka sendiri juga melewatkan tugasnya
dengan pilihan masing-masing. Kira-kira jam dua malam para
penjaga itu baru lengkap jumlahnya, jakni 23 orang termasuk
kapten penghuni rumah. Anehnya tak seorang juga memerlukan
melihat keadaan tawanan didalam kamar tahanan, Jakinlah kiranya
mereka itu akan keberesan segala-galanya ……. tidak tahunya,
bahwa tawanan aslinya sudah diganti lain orang …….
Esok paginya kira-kira pukul 8, denmas Suryakusnma
pengganti, dibawa dengan kereta yang dikawal oleh dua regu
prajurit berkuda kearah pelabuhan.
Tak seorangpun tahu atau mengira bahwa yang dibawa
kepelabuhau itu adalah denmas Suryakusuma palsu ..... bukankah
orang yang ditahan itu berpakaian demikian ... dan orang
mengenakan pakaian iiu pula jaug mereka kawal sekarang ini?
Maklumlah denmas Suryakusuma memang hampir sebentuk dan
seraut dengan adiknya yang satu ini, hingga mudah sekali yang satu
mewakili yang lain, bila orang tidak sangat teliti melihat ciri-ciri
perbedaan mereka Yang sangat kecil, kecuali kepadatan dan
kekekaran dadanya , Maka yakinlah para prajurit itu bahwa segala
sesuatu akan berjalan lancar dan beres semua. . . . .
Oleh karena itu betapa besar terkejut hati para prajurit
tersebut, waktu datang ditempat tidak jauh lagi dari pelabuhan
mengalami perisnwa Yang belum pemah terjadi selama-lamanya
dalam kalangan mereka.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 279
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Pada waktu itulah aku mulai beraksi melaksanakan rencana


ku, mirat dari tahanan. Kedua pengawal yang duduk bersamaku
didalam kereta, aku lemparkan keluar, masing-masing membentur
pengawal berkuda, hinga mereka jatuh bersama-sama ditanah.
Kereta aku genjot bejat, sang kusir jatuh jungkir balik, membawa
serta seorang kawan berkuda pula.
Segera aku meloncat dibelakang salah seorang kapaleri ……
Orangnya aku jungkir balikkan, kudanya aku keprak lari sejadi-
jadinya, meninggalkan barisan pengawal. Sudah barang tentu para
prajurit kawal tersebut mula-mula hanya terkejut dan terheran-heran
melulu. Baru sejenak kemudian mereka menginsjaf'i apa yang
sudah terjadi, dan apa pula yang harus mereka jalankan, Maka
meledaklah jeritan-jeritan mereka tinggi rendah, sambil memacu
kuda2 mereka mengejar saja.
Kudaku kupaksa langsung menuju kelaut, membalap dipantai
yang berpasir tebal sekali. Dapat dibayangkan betapa lambat
larinya, karena kaki-kakinya masuk agak dalam dipantai pasir itu.
Demikian pula kuda-kuda prajurit yang mengejarku, tidak mungkin
dapat lebih cepat larinya dari pada kendaraanku …… hingga jarak
antara kita tetapkurang lebih seratusan meter. Terdengar beberapa
kali orang melepaskan tembakan. Namun tak satu peluru sampai
kepada jarak sekian jauh masih berbahaya, karena jalannya sudah
melengkung, bererjatuhan ditengah jalan. Memang, ... aku tahu
benar tenlang soal itu, karena aku pemah mendapat pengertian dari
seorang prajurit Belanda yang berada diben teng Kartasura.
Untuk mengelabuhi mata para pengedjarku itu, biarpun aim
tidak terkena tembakan, aku pura-pura menjerit dengan
menggerakkan kedua tanganku serabutan keatas, seperti orang
terluka dipunggungnya. L'emudian aku merebahkaR badan kemuka,
merangkul leher kudaku ... terus masuk kedalam laut.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 280
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Dengan sengaya aku meluncur jauh-jauh dari atas kudaku,


supaya nampak seperti tiada berdaya lagi untuk menahan jatuhku
itu. Masih aku berlagak dapat berdiri lagi, senggojoran. melanjutkan
perjalanan di dalam air, itulah karena aku hedak menjauhkan diri
dari tepi pantai, juga memancing tembakan mereka sekali lagi ...
Dengan gaya jatuh-bangun, jatuh bangun, menjauhkan diri dari tepi,
aku berhasil sekali lagi memperdayakan mereka.
Lima kali terdengar tembakan mereka dari tepi laut.
Walaupun tak sebutir peluru mengenai badanku, aku bergerak
serabutan sebagai orang sekarat karena luka berat. Nampaknya
badanku bergulingan dipermukaan laut, kian menengah untuk
lambat lambat tenggelam ditelan air ombak. Yang sebenarnya aku
menyelam dalamZ, Jalu bergerak leluasa didalam air sejajar dengan
pantai, meninggalkan tempal para prajurit pengejarku jtu.
Kau tahu bukan, berapa lama orang persilatan berlatih
menahan nafasnya ... Maka pada waktu aku perlahan-lahan
memunculkan mukaku dipermukaan air, untuk menyedot udara
segar, perajurit-prajurit yang masih berada dipantai ….. mungkin
masih sibuk mencari-cari jenazahku, sudah cukup jauh jaraknya
untuk tidak bisa melihat sesuatu yang dapat bergerak dimuka laut
yang berombak.
Demikian selamatiah aku. Dengan berenang gaya punggung
setengah didalam air aku meneruskan gerakanku meninggalkan
tempat berbahaya itu. Entah apa yang terjadi kemudian, akan tetapi
pastilah itu tidak jauh dari perkiraan, bahwa aku sudah lenyap dari
muka bumi ini, ditelan ikan besar atau habis dikeroyok ikan kecil-
kecil didayam laut Jawa itu. Bagaimana cara mereka melaporkan
kejadian ini kepada pihak atasan mereka, dan bagaimana
melaporkannya kepada pihak Kartasura ….. itulah urusan mereka
sendiri.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 281
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Mungkin mereka menemukan baju kebesaran yang sengaja


aku lepas pada waktu aku bergulingan dipermukaan laut .... hingga
yakinlah mereka bahwa denmas Suryakusuma sudah habis
riwajatnya didasar Samodera.
Aku berenang satu jam lamanya, baru aku bertemu dengan
perahu nelayan yang pulang dari menangkap ikan. Perahu nelayan
itu hanya kecil saja, biasanya dipakai oleh orang dua, tetapi nelayan
tua ini tiada berteman. Mula-mula ia sangat keheranan menemukan
seorang pemuda yang berenang dilaut hingga sejauh itu dari pinggir
pantai. Tidak sampai menanyakan persoalannya, berubahlah rasa
herannya jadi pernyataan kagum-gembira. Dengan senyuman ramah
sekali ia menolongku naik keperahu tembonya.
****
Pakaian masih melekat pada badanku tinggal kutang coret-
coretku dan selembar cawat yang kuikat erat dengan bungkus
pedang-lemasku Janur-Nagasura, Syukur pada waktu itu mataharl
sudah agak tinggi, hingga tidak usah aku menjadi sangat
kedinginan, Namun orang tua yang ternyata baik hati itu, segera
memberikan sarung luriknya untuk dikerudungkan pada badanku
supaya hangat dahulu.
Belum lagi aku mulai memberi keterangan tentang
keadaanku, kakek itu sudah mendahului-ku berbicara sambil
menggosok-gosokkan kedua tangannya sebagai orang sedang
kegirangan, “Ha-ha ... aku sudah tahu ... sudah tahu, tentang
persoalanmu nak, tenanglah ...... tenang saja, Jangan kuatirkan
sesuatu aku bukan penjual bangsaku, bukan penjilat orang berkulit
putih, Pastilah anak ini orang huruan kompeni Semarang bukan?
Syukur kamu bisa lolos dari kejaran mereka .. Hmm, . . ... kau
pantas mendapat pujian karena keberanian mu dan semangatmu.
Jaman sekarang ini tidak banyak lagi orang berani menentang

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 282
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

bangsa kulit putih itu. Bagus-bagus pantas kau mendapat hadiah


besar dari bangsamu. Eh, eh, anak kau orang dari manakah?”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 283
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Segera aku meloncat dibelakang salab seoraag kapaleri .....


Orangnya aku jungkir-balikkan, kudanya aku keprak lari sejadi-
jadinya, meninggalkan barisan pengawal. Sudah barang tentu ..

“Aku berasal dari Kartasura, ... memang pak, anak mengakui


menjadi buruan orang-orang Belanda di Semarang, karena
seharusnya aku hendak diantar ke-Betawi untuk dibawa ke Selon.
Tetapi aku berhasil melarikan diri ditengah jalanan…!”
“Heiy ... kalau begitu anak ini pastilah suatu tokoh kenamaan
didalam ibukota negara, ...... mungkin keluarga raja jang mendapat
kesalahan. Ah, sebaiknya aku tak usah tahu tentang segala-galanya.
Cukuplah aku merighargai keberanian anak saja dalam hal dapat
selamat lolos dari tawanan kompeni itu. Baiklah nak, mari kita
beristirahat dirumahku barang beberapa hari, hingga baha]a
pmgejaran sudah lewat. Pastilah mereka tidak akan mencarimu
digubuk seorang nelayan yang sangat melarat ini.”
Tiga hari penuh aku menjadi tamu kakek nelayan itu dan
diperlakukan sebagai orang yang sangat mereka hormati ...
diperlakukan sebagai seoraug anak pangeran, sekalipun aku
berpakainn sederhana sekali sebagai mereka.
Benar-benar sangat mengharukan para nelayan itu. Dibalik
kesederhanaan mereka, terdapat jiwa2--jiwa yang utuh dan wajar
murni penuh perasaan kemanusiaan …... mudah terharu suka
menolong dan ikhlas berkorban.
Malulah rasanya untuk menjadi tamu melulu, tanpa dapat
berbuat sesuatu pembalasan budi. Syukur terjadi suatu peristiwa
dimana aku dapat membaktikan tenagaku. Dalam malam gelap
tanpa penerangan bulan itu, kira-kira pukul dua belas ... aku terjaga
dari tidur lelapku, karena mendengar pintu dibuka, Kakek Suradipa
keluar dengan jalan perlahan-lahan untuk menemui beberapa orang

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 284
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

teman sekampung yang sudah berada dimuka rumahnya. Melihat


gelagatnya, pastilah akan terjadi sesuatu pada malam itu . . . . . dan
hampir dapat ditentukan bahwa mereka, penghuni perkampungan
nelayan itu menghadapi bahaya mendatang hingga mereka itu harus
bersiap siap beramai-ramai.
****
Terdengar suara kakek Sura berbisik kepada teman-temannya
itu, “Sudahkah penjagaan kampung diatur sebaik-baiknya? Iblis itu
keliwat sakti hingga kita terpaksa harus menghadapinya dengan
segala kekuatan yang ada pada kita. Dan sudahkah gadis-gadis
seluruh kampung dikumpulkan dirumah kepala kampung set'ta
penjaga-penjaganya?”
“Semua sudah dikerjakan menurut petunjuk bapak …. namun
kami masih merasa sangsi bila bapak sendiri tidak serta dalalm
penjagaan dikelurahan.”
“Baik-baik, aku akan pergi juga, hanya saja jangan terlalu
mngandalkan kepada kekuatanku, mungkin aku tidak kuat lagi
menghadapi iblis itu. Konon, keganasannya kini sudah berlebih-
lebihan, tanpa ada yang berani menghalanginya. Itulah karena
kesaktiannya yang tak mungkin lagi ditandingi orang.
Hutan Rohan menjadi sangat gawat dan dihindari orang
lalu-lalang, karena dipakai sebagai pangkalan bekerja gerombolan
iblis-iblis itu. Malahan sekarang ·ini banyak orang yang menyangka
bahwa, alas Roban benar-benar dihuni oleh setan-iblis dan
gendarwa segala jejadian yang suka mengganggu orang ….. karena
tindakan-tindakan perampok rendah macam mereka itu.
Setelah merampok dan membegal-menggarong barang-barang
orang, kini mereka mulai mengumpulkan gadis-gadis untuk dibuat

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 285
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

main-main ….. Mana dapat mereka dibiarkan berbuat gila-gila-an


terus-menerus itu.
Pendeknya kita akan melawan habis-habisan, bukan? anak-
anak, gadis-gadis kita boleh dibunuh, tetapi jangan dihina.
“Pasti pak, kita bersedia mengorbankan jiwa kita
bagimereka!”
“Bagus, mari kita berangkat …. siapa tahu, kita dapat
membekuk kawanan anjing itu!”
Waktu mereka meninggalkan halaman, diam-diam aku menje-
linap keluar untuk melakukan gagasanku yang timbul pada
waktu aku mendengar cerit'era kakek Sura tersobut. Menurut
perkiraanku yang mereka sebut-sebut iblis tadi, pastilah
datang dari sebelah Barat perkampungan ini. Oleb karenanya, buru-
buru aku mencegat mereka diluar kampung. Mungkin aku berhasil
mencegah pertumpahan darah dan sekaligus mendarmahaktikan
tenagaku kepada orang-orang yang sudah berbuat baik kepadaku.
Baru saja aku meninggalkan perbatasan kampung nelayan ,itu
aku sudah bertemu dengan tiga orang yang sangat mencurigakan.
Cara mereka bergerak dan kecepatannya, menunjukkan bahwa
mereka adalah pendekar-pendekar yang berilmu tidak rendah. Boleh
dipastikan sudah, bahwa inilah orang-orang-nya yang hendak
mengacau perkampungan nelayan tersebut. Dua diantara ketiga
orang. itu, badannya tinggi-besar, yang satu lagi agak pendek tetapi
perawakannya lebih kekar. Pantaslah bila mereka bertiga saja berani
bertindak semena-mena terhadap orang banyak ...... karena
mengandalkan kepandaian mereka yang tinggi.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 286
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Itulah perkampungan nelayan yang kumaksud sudah tampak


samar-samar dari sini, Bersikap hati-hati·lah kalian.-kata seorang
dari mereka, ·
“Takut apa ... kita bertiga ini, apa masih ada mahluk yang
dapat melajani tenaga gabungan siluman-siluman hutan-Roban?”
kata sipendek.
“Hai, jangan kelewat jumawa dulu, kalian belum pemah
bertemu dengan seorang tua yang bernama Suradipa dari golongan
nelayan ini, Biarpun kakek itu sudah agak lanjut usianya, namun ia
adalah seorang tokoh angkatan tua yang masih sering disebut-sebut
orang. Aku sendiri pemah mengalami berondongan pukulan
saktinya, yang disebut Sura-Babi ... yang tak dapat kulawan, hingga
terpaksa aku ngacir bercawat ekor.”
“Persetan dengan pukulan Sura-Babi itu, akulah nanti
menghada pinya.”
Waktu itu aku meloncat keluar dari belakang pohon,
menghadapi mereka ditengah jalan kearah kampung …….. tegurku,
“Tuan-tuankah tamu terhormat kampung kami ini?”
Serentak mereka berbenti .… berdiri tegak dalam keadaan
siap-siaga ... memandang kepadaku dengan mata melotot, tetapi tak
luput dari keheran-heranan, karena bakal kunjungan mereka sudah
diketahui orang sebelumnya ….! padahal mereka tidak pemah
membiijarakan akankedatangan mereka,
“Hai, kamu ini siapa, dan mengapa sudah tahu akan
kedatangan kami. Siapakah yang memberitahukannya?” tanya
seorang yang memegang pimpinan.
“Aku ini Putut Punung, anak angkat kyai Suradipa, Orang tua
itulah yang menjuruh aku supaya menemui kalian diluar kampung!”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 287
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Persetan …. kiranya sikakek ompong pula yang mengetahui


rencana kami ini. Hai anak busuk .... mengapa kamu tidak lekas
menunjukkan jalan kerumah sikeparat setan tua itu?!”
“Sayang tuan, pesan ayah angkatku, kalian tidak usah masuk
kedalam kampung saja, karena perjalanan tuan-tuan toh percuma
saja!”
“Husti. ….. apa katamu, percuma? ….. mengapa percuma,
coba terangkan!” geram pemimpin itu yang agaknya sudah mulai
marah.
“Arti percuma, disini berkata kepada tuan, supaya segera
kembali kerumah saja, karena maksud tuan-ruan tidak akan
terrjapai, juga mengandung peringatan, bila tidak hendak mendapat
malu, supaya lekas enyah dari lingkungan kami ini!”
“Ha-ha-ha-haaa ....... hebat benar lelucon ini. Tikus-tikus hina
macam segala nelayan ini, berani memberi nasihat bermutu kepada
kami. Ha ha haaaa .... Eh-eh, kunjuk buduk, kau-kira kami ini
bangsa orang apa, sudi mendengarkan nasihat kalian. Kau-kira kami
takut menghadapi segala macam tikus-tikus disini, termasuk sitikus
tua dan tikus kecil seperti engkau ha!”
“Aku juga tidak mengatakan kalian takut kepada segala tikus
itu. Sebaliknya aku juga belum mengatakan bahwa sikunyuk
buldug, atau sitikus ini sebenarnya mendapat tugas untuk
menghalang-halangi kalian masuk kedalam kampung kami!”
“Kau ….. kau ….. seorang diri bertugas mencegah kami maju
kekampung? Ha-haaa …,, cara bagaimana, kamu hendak
melakukan tugasmu itu?”
“ltulah urusanku bila waktunya sudah sampai.”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 288
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Apa sekar …..!” terpotonglah perkataan pemimpin itu ·oleh


suara nyaring mendatangi, ....
“Ai-ai-ai ….. nanti dulu, tahan sebentar. Masakan urusan
belum jernih semua sudah mau berhantam ….
Orang yang muncul kemudian itu. bukan lain dari si kakek
Sura …. Dapat dipastikan orang tua ini sudah mendengar segala
sesuatu yang baru saja jbicarakan dari jar:ak jauh. Karena kurang
jelas siapakah sebenarnya yang mengaku anak angkatnya,… dan
mendapat tugas menghadapi ketiga iblis dari hutan alas Roban tadi,
segera ia bergerak gesit menuju ketempat pencegatan tadi dan
sebelum orangnya datang, suaranya sudah mendahuluinya. Kini
tahulah ia bahwa tamunya, yang dikira sudah tidur lelap dirumah
radi, sebenarnya mendengar pembicaraannya dengan anak buah
kampungnya, hendak menghadapi kunjungan para penculik Roban.
Sebagai ksatria sejati, tidak mungkin tamu itu tinggal diam tanpa
mengulurkan tangan perkasanya. Soalnya adalah tamu itu cukup
kuat menghadapi orang-orang macam iblis-iblis ini. Demikianlah
pemikiran kakek itu, mengenal jamannya dan pendirian para ksatria.
“Haa … Suradipa sudah datang sendiri.” kata pemimpin
rombongan, ya-yaaa ….. akulah ini Bairawa, selamat bersua
kembali!”
“Hmm, mulutmu masih cekatan seperti burung jalak berkicau.
Betulkah kau menjuruh pemuda ini untuk mencegatku dan
mencegahku masuk kedalam kampungmu?”
Jawab orang tua itu sambil menjeringai tak keruan, mungkin
karena ia tidak suka membohong .
“Kalau benar bagaimana, kalau tidak betul bagaimana,
Bairawa?”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 289
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Kalau memang demikian, bukankah kau menghina aku luar


biasa? Kau kira loyokah aku sekarang?”
“Eh eh . . . tuan Bairawa, akulah petugas khusus yang harus
menghadapi tuan. Apa dikira tuan mempunyai derajat lagi
berhadapan dengan ayah-angkatku? Kata orang, setelah aku
mendapat gemblengan dari ayah, aku harus mengalah tujuh jurus
dulu, boleh membalas menyerang pada jurus kedelapan dan
kesembilan!” kata Putut Punung seperti tidak disengaja, membuat
gemas lawan bicaranya,
“Kunjuk-edan, rasakan pukulanku ini!” kata Bairawa dengan
suara tinggi sekali sambil melancarkan pukulan mautnya dengan
kedua belah tangan, mengarah kedada Punung.
Pukulan itu benar-benar pukulan berat sekali, mungkin karena
Bairawa ingin sekaligus menghabisi jiwa lawannya. Tetapi ia tidak
tahu siapa yang sedang berhadapan deagan dia.
Kakek Suradipa-pun tahu betapa dahsjatnya pukulan
pemimpm perampok itu, maka hampir saja ia menangkisnya …..
untuk menolong tamu yang keliwat berani ini. Betapa heran orang
tua itu melihat sang tamu seenaknya saja, hanya menggeser kaki
sedikit kesamping sambil memiringkan badannya, mendojong
keluar .... bebaslah ia dari pukulan geledek itu.
Yang memukul sendiri juga tidak kurang kagetnya karena ada
orang mampu berbuat demikian,. mengingat jaraknya dan kegesitan
Bairawa. Lebih gila lagi perbuatan Punung dengan mengejek lawan
sejadi-jadinya ... katanya sambil bergerak waspada: “Nah-nah, aku
sudah bilang akan mengalah tujuh jurus, tak usah ragu-ragu, serang
terus saja ….. ha ha. Syukur itu teman-temanmu ikut serta dalam
keramaian ini, pasti lebih seru dan menyenangkan ……

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 290
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Eh …. ketahuilah kalau menghadapi keroyokan tiga siluman


seperti kalian ini, aku tidak diperkenankan memakai senjata apapun
kecuali jari tengahku saja. Kalian tak usah takut akan kubunuh mati,
hanya akan kusuruh rebah beberapa jam saja ….. ingatiah itu!”
“Orang-gila ..... rangkap berapakah nyawamu itu?”
Tanpa dikomando lagi kedua teman yang masih berada
dipinggiran ikut menjerbu, mengeroyok.
“Bagus-bagus, mengapa tidak sejak tadi ikut bergerak
bersama, hingga aku terpaksa memberi kemurahan lagi beberapa
jurus. Hajo pergunakan senjata kalian. Kau kira. kalian dapat
berbuat banyak terhadapku hanya dengan tangan kosong saja.
Lupakah kalian bergebrak melawan gemblengan kyai Suradipa?”
ejek Punung membuat marah lawan-lawannya, sambil berlincahan
mengelak dan menyelewengkan pukulan-pukulan musuh dengan
jurus Palwaranu yang dipadu dengan jurus kilat tatit bersamberan.
Maka sekalipun merek:a mempergunakan serangan bergabung,
menguras tenaga dan kesebatan, tidak akan mungkin mereka dapat
menyentuh badannya bahkan ujung pakaiannya saja.
Karena ternyata ejekan pemuda sakti itu betul semata, maka
dengan kemarahan yang sudah memuncak sekali, disertai nafau
membunuh yang meluap-luap, ketiga perampok itu tahu-tahu sudah
mempergunakan senjata andalan masing-masing, Bairawa bersilat
dengan golok rangkap, si pendek kekar memainkan penggada baja
sebesar lengan orang, sedang orang. Yang ketiga menggerakkan
pedangnya menyerang lawan bertubi-tubi. Dapat dibayangkan,
bahwa tidak sesaat pun serangan tiga macam senjata itu ada
redanyaa, Anehnya ….. pemuda sakti itu malah juga bergerak
leluasa diantara kilatatan-kilatan senjata lawannya.
Hal itulah jang sangat tidak dimengerti oleh Kyai Sura,
biarpun ia memasang mata secermat-cermatnya mengikuti jalan

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 291
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

pertempuran yang seru ini. Bila ia sendiri harus menghadapi hujan


serangan demikian, pastilah ia tidak akan dapat bertahan lima
gebragan. Tetapi pemuda hebat itu tidak nampak keripuhan,
malahan masih dapat mentertawakan musuhnya, katanya: “Aku
sudah memberi tambahan mengalah sampai tuju belas jurus, jagalah
nanti pembalasanku pada jurus kedelapan belas sampai ke dua
puluh. Yaaa. aku mulai sekarang ... !”
Benar saja, jurus yang kedelapan-belas itu dipergunakan oleh
Punung. Sambil mengelak serangan dengan menekuk lutut
kanannya, nampak ia mengibaskan tangan keduanya serong keatas
... wwuukk ... Tenaga angin pukulannya mampu mementalkan
semua senjata lawan yang menjurus kearah badannya. Keruan pula
lengan-lengan dan badan orang yang memegang senjata itu ikut
terpuntir karenanya, hinaga lambung-lambung mereka tidak terjaga
sama sekali. Lambung itulah sasaran empuk bagi jurus ke sembilan
belas. Secepat kilat jari tengah pemuda itu nampak menggores
lambung bagian bawah ketiga orang lawannya ... selesailah
pertempuran itu, karena ketiga setan-setan dari Roban yang hendak
mengganggu perkampungan nelayan tersebut sudah terkapar
ditanah, meringkuk sambil mendekap lambung dengan muka
menjeringai kesakitan sebagai demit makan kotoran lembu.
Merintihpun tidak dapat lancar, karena menahan kesakitan yang
hampir tak terderita dalam keadaan sadar,
“Itulah jadinya kalau orang tak mau percaya omongan
penyambut tamu. Bukankah aku sudah meagatakan, supaya pergi
saja supaya tak mendapat malu. Kalian tidak mau mendengar kata,
malah membandel dan mengejek kemampuan kampung kami. Kini
kalian tak boleh menyalahkan orang lain, karena salahmu sendiri
kalau kalian terpaksa tidak mungkin menggunakan tenaga sakti
kalian dalam batas tiga bulan, sebagai peringatan pertama untuk
dapat memperbaiki sikap hidup kalian. Dengar sekarang nasehatku,

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 292
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Tenaga kalian akan pulih kembali, setelah dilatih dua jam setiap
hari dalam tiga bulan. Cukuplah rasanya waktu itu untuk merenungi
kehidupan gelap kalian. Tinggalkan cara hidup busuk itu
kembalilah kejalan yang benar, pastilah kalian bisa hidup
berbabagia. Tetapi bila kalian masih merasa penasaran tunggulah
aku sampai datang meninjau kalian setelah waktu itu sudah lewat.
Bapak Suradipa, perkenankan anak berpamitan melanjutkan
perjalanan petualangan anak sekarang juga. Anggaplah peristiwa ini
persembahanku kepada bapak dan teman, yang sudah sangat
berbaik hati terhadap aku, sebagai pembalasan budi sedarh~a,
Selamat tmggal kakek Yang baik.
“Pergilah dengan dao-restu penduduk kampung nelayan
sederhana ini anak baik, ingatiah selalu bahwa rumah bobrok bapak
Sura selalu terbuka lebar untuk kuperluanmu nak setiap saat,” kata
pak Sura yang masih terdengar oleh Putut Punung dari kejauhan,
karena ia sudah. melesat lari jauh dari tempat pertempuran tadi,
dengan tujuan kearah pegugungan Dieng.

******

Baru setelah mencari ubek-ubekan seminggu lamanya,


dapatlah Putut Punung menemukan saudaranya beserta Putut
Pamuk. Kini mereka dapat leluasa bertukar pikiran apakah jaag
sebaiknya dilakukan Den Mas Suryakusuma telah terlanjur
menjatuhkan sumpah berat tidak akan bertemu lagi dengan keluarga
berserta keluarga yang sudah mendapat malu karena tindakannya.
Juga tak hendak ia menampakkan diri lagi di Kartasura …. Ia
telah bertekad bulat untuk menjadi pertapa, dan mengabdi kepada

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 293
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

masarakat terdekat. Sedang Putut ~am~ ingin melanjutkan masa


bertapanya, untuk menjadi abdi masarakat Yang agak lumajan.
Apa yang masih dapat dikerjakan oleh Punung, tak ada lain
lagi kecuali menjetujuinya, memberi petunjuk-petunjuk berbarga
kepada mereka, mengajarkan jurus-jurus sakti tambahan sebagai
penjagaan diri dalam bahaya besar. Dalam jangka waktu lima tahun
kemudian, mereka akan pertemu kembali dipuncak gunung Slamet.
Demikianlah ceritera Punung kepada calon isterinya….

****

BAGIAN II

NYATA benar bahwa ceritera Putut Pummg itu dinikmati


penuh oleh pendengarnya yang hanya seorang itu, Nampak juga
tidak rela hatinya ceritera tadi dihabiskan sampai disitu saja, tetapi
apa hendak disesalkan, karena bahan ceriteranya memang hanya
sekian. Kelanjutarmja dapat diselesaikan sendiri dalam bentuk
beberapa baris perkataan saja ..... setelah Putut Punung
meninggalkan mereka dipegunungan Dieng, Punung lalu kembali
kearah ibukota dan mempergoki kejadian yang dialami oleh niken
Suwami di pintu gerbang kota ..
Kemudian ia menguntit pengejaran prajurit kusumatali lima
orang tersebut dan dapat menolongi kerepotan sipemuda pesolek,
yang bukan lain ialah sang calon isterinya itu.
“Nah, habislah ceriteraku sekarang, kini tibalah giliranmu
untuk menceriterakan kejadian didalam keraton Kartasura, hingga

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 294
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

keluarnya ayahkn dari kota-kata Putut Punung, sa_m_bil menggapai


yanggut kekasihnya yang masih memandanginya.
Baru saja dara itu hendak mengatakan sesuatu tertelan
kembalilah perkataannya karena sudah disambar Putut Punung,
dibawa melesat kesamping, menghinelari pukulan-pukulan hebat
sekali dari semak belukar yang berada dibelakangnya. Terdengarlah
suara pelepas. pukulan sakti tersebut: “Serahkan jiwamu, penculik
wamta hina-dina!”
Muncul dari gerumbulan tiga orang berbadan kuat-kuat
dengan muka marah dan garang sekali mengejar Punung sambil
menghujani pukulan-pukulan ulangan jaug dahsjat. Angin pukulan
mereka keliwat sanrer dan ganas, mampu mengguncang keras
pepohonan disekirarnya, merontokkan dahan dan ranting. ~eserta.
daun daunnya. Apa bila Punung kurang waspada sedikit saja, atau
belum mencapai tingkat penjempumaan ilmunya seperti sekarang
itu, janganlah harap dapat menghadapi keroyokan tiga orang asing
yang baru muncul tadi. Mau tidak mau ia harus mengerahkan tenaga
dan mempertinggi kesebatan bergeraknya dalam jurus pembelaan
Palwa-ranu dipadu dengan gerak Kilat tatit bersambaran .. baru ia
dapat berlincaban diantara pukulanf dahsyat tersebut, dengan
membawa serta kekasihnya. Tetapi sulitiah baginya untuk dapat
membalas menyerang lawannya. maka sambil membisiki calon
isterinya, cara menyelamatkan diri, dilontarkan gadis itu kesamping
“Turun berjumpalitan adik, kemudian pukulkan tangan kedua
kearah tanah ....!” seru Punung.
Ia sendiri sudah berbalik arah memapaki pukulan-pukulan
lawan-lawannya “Blaanggg” terdengar suara benturan-benturan
tenaga sakti yang luar-biasa hebatnya nampak Putut Punung berdiri
tegak, dalam sikap kuda-kudanya yang menjadi andalannya. Syukur
ia tidak berani menggunakan seluruh tenaga saktinya, untuk
m".'nahm serangan lawan. Biarpun ia hanya menyambutnya dengan

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 295
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

setengah kekuatan saja sudah cukup untuk membuat lawan tidak


sanggup bertahan. Ketika penjerang gelapnya jatuh terkapar duanah,
memuntahkan darah segar segelagakan.
“Orang pandai dari mana menyerang orang dengan cara
menggelap dari belakang .....!” bentak Punung, tetapi sejenak
kemudian ia mengangkat kedua tangannya sambil berseru “Hyaaa
…. celaka, celaka, mungkin aku salah tangan.!”
“Ada apa kak, siapakah mereka itu?” tanya Suwami
mendekat.
Mungkin sekali aku membuat kesalahan. Kedua penyerang itu
memakai pukulan serupa dengan pukulan kakak seperguruanmu, si
Bisiu. Pastilah mereka itu saudara seperguruan denganmu juga.
Yang seorang lagi sudah setengah tua, tetapi gayanya berbeda
sekali, biarpun tenaganya agak lebih kuat. Coba periksalah lekas-
lekas!” kata Punung menerangkan sikapnya yang agak aneh itu.
Dengan sekilas pandang saja tahulah Niken Suwami, bahwa
ketiga orang itu adalah keluarganya sendiri. Sambil menjerit keras
gadis itu menubruk orang setengah tua tersebut, yang ternyata
ayahnya sendiri “Ayah-ayah ….. parahkah lukamu?!”
Sekali berkelebat, Puanng sudah berada disamping kekasih-
nya untuk memeriksa keadaan siorang tua. Alhamdulilah …. orang
tua itu hanya pingsan saja, terkena pukulannya sendiri yang
membalik karena membentur tenaga jang lebih kuat dari tenaga
pukulannya. Demikian pula terjadi kepada kedua penyerang lainnya
yang ternyata kakak-kakak Suwami sendiri. Syukur mereka selamat
tak mengalami cedera patah tulang dan lain sebagainya, kecuali
menerima gempuran pemusatan tenaga pukulan mereka didalam
dada, hingga mereka melontak darah itu.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 296
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Biarpun ia hanya menyambutnya dengan setengah kekuatan saja


sudah cukup untuk membuat lawan tidak sanggup bertahan.
Ketiga penyerang gelapnya jatuh terkapar ditanah, memuntahkan
darah segar segelegakan,

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 297
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Kak, mereka itu keluargaku semua, ayah dan kedua kakakku,


parahkah lukanya ...?”
Syukur tidak dik, mereka hanya mendapat tenaga membalik
saja, karena aku tidak mempergunakan tenaga penuh. Mari aku
tolong satu demi satu, untuk melancarkan jalan darah mereka
kembali, pastilah mereka segera bebas dari segala rasa yang kurang
menyenangkan . . . jangan cemas. -
Setelah di urut beberapa kali pada dada dan punggungnya ki
Bekel Samakaton dan kedua anaknya. segera pulihlah mereka
seperti keadaan biasanya. Dengan pandangan yang masih beringas
berkatalah salah satu dari pemuda yang baru disembuhkan.
“Bunuh sajalah kami ini, mengapa ditolong segala, Adakah
kamu bermasud menghina orang ...... Kami mengaku tidak
ungkulan menghadapi kamu, tetapi kami ini bukan orang untuk
dihina oleh sembarang orang!”
“Kakak Sarasa dan Sasana.... mengapa kalian menjerang
tanpa memberi penjelasan dahulu. Sudah pasti benarkah
tindakaumu itu?” tanya Suwami,
“Perempuan hina perempuan tiada tahu malu, waktu didesa
kamu mengatakan, hanya mau diperisteri oleh denmas Purbaja,
yang sudah melebur diri dalam alam rakyat biasa dan bernama Putut
Punung. Kini kau mengadakan perhubungan gelap dengan pemuda
jembel ini ...... apakah kamu masih mempunyai muka untuk
bertemu dengan keluargamu, ha-a-ah,-
“Apakah kakak juga sudah bertanya siapakah pemuda jembel
yang berada dimukamu ini? ...... belum bukan? Apakah orang
sembarangan kiranya dapat menahan pukulan-pukulan sakti kalian

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 298
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

dengan selamat? Aku benar heran mengapa menjadi demikian iolol,


hingga suka main serudug saja!”
Seketika itu nampak wajah mereka menjadi agak pucat
keheran heranan. Bertanyalah akhirnya bagus Sarasa dengan nada
suara rendah : “Apa katamu Si..siapakah pemuda jembel ini?”
“Orangnya berada dimuka hidungmu, mengapa tidak berranya
sendiri kepadanya? Silahkanlah!”
“Eh kisanak, eh tuan siapakah tuan ini sebenarnya?” kata
Sarasa keragu raguan.
“Akulah Putut Punung kakang, dahulu namaku memang
Purbaya, tetapi nama itu sudah lama aku relakan kepada adikku
yang ke-enam, Sasangka!”
Kini terdengar ketiga orang itu mengeluarkan desah ke-
Heranan. “Aaakhhh .... begitukah?!”
Majulah kyai Bekel Samakaton dengan muka keragu-raguan,
demikian pula nada perkataan yang keluar dari mulutnya,
“Jadinya anak .. eh, tuan eh, den mas … ya denmas, adalah
putra pangeran yang tersohor diseluruh bumi Mataram itu?!”
“Benar bapak, dan sekarang perkenankan anak melakukan
sembah lutut kepada bapak sehagai biasanya seorang menantu
menghormat yang tua,-kata Putut Punung sambil maju hendak
menjembah-Iutut orang setengah tua itu.
Tetapi buru-buru ki-Bekel meloncat kebelakang dengan mata
membelalak, katanya mencegah, “Jangan … jangan mana boleh aku
menerima sembah dari denmas itu. Menurut pantas akulah yang
seharusnya menjembah seorang dari keluarga agung. Jangan
denmas sekalipun aku sangat setuju anak perempuanku denmas
perisrertri!”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 299
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Bapak, jangan menolak sembahku, apabila bapak tidak


menolak aku sebagai menantumu Tidak seorangpun yang akan
menyalahkan seorang mertua mendapat sembah dari menantunya.
Mau tidak mau aku harus menjembahmu itu!”
Baru setelah dibujuk oleh ketiga anaknya, Bekel Samakaton
itu mau menerima penghormatan menantunya, malahan lain
mengecup ubun-ubun sang menantu tiga kali disertai puja-
manteranya.
Berkatalah orang setengah tua itu: “Mulai hari ini aku
merestui perjodohanmu dengan Sasanti-Suwami, semoga kalian
selalu dalam lindungan rahmat Tuhan Yang Maha Esa. Kedua
abang-abangmu itulah saksi utama dalam perkawinan kalian!”
Walaupun belum melalui sarak agama, dalam waktu da.rurat
dan masih serba sulit itu, perjodohan mereka sudah dapat dikarakan
syah, karena telah mendapat perkenan dari orang tua dan dikuatkan
oleh dua orang saksi utama.
Mungkin karena terpengaruh oleh rasa haru yang berlebihan,
kelima orang itu duduk mematung dengan perasaan masng-masing.
Yang kemudian menemukan suaranya kembali paling dahulu adalah
niken Suwami: “Sebenarnya aku tidak menduga tiba-tiba dapat
bertemu dengan kalian ada ditengah hutan ini. Adakah kabar
keributan kota sudah sampai didesa kita ajah?”
“Memang, kami mendengar dari salah seorang dari
Samakaton yang baru saja pulang dari kota menjenguk anaknya.
Betulkah Kanjeng Pangeran Puger sudah meninggalkan kota,
karena tidak lagi dapat menahan hinaan dari raja yang baru. Suasana
didalam kota sekarang ini sedang panas membara, orang sedang
bingung hendak menetapkan kiblat kepada siapa berpihak ancaman-
ancaman maut terdengar dimana-mana, bila orang berani memihak
kepada pangeran Puger. Orang orang besar yang dicurigai ditangkap

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 300
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

dan dijebloskan kedalam penyara, Pendeknya kacaulah keadaan


dikota. Maka sudah barang tentu kami memikirkan nasibmu yang
berada didalam lingkungan keraton …… maka tidak terduga pula
dapat bertemu disini.”
“A-ahh, mengertilah aku sekarang. Jadi kalian belum terang
apakah yang sebenarnya terjadi didalam kota belakanan ini. Nah,
sekarang dengarlah ceriteraku yang 1adi hendak kumulai, tetapi
terpaksa ditunda karena serangan kalian yang membuta tuli itu.
Sebenarnya aku segan untuk menceriterakan sejelas-jelasnya,
karena peristiwa ini adalah suatu noda kemesuman dalam kalangan
keraton Maaf bila ada yang samar-samar kuhidangkan, terserah
tanggapan kalian masing-masing.
Ceritera ini dimulai dengan selamatan seratus hari wafatnya
sri Sunan Amangkurat II, yang diadakan secara besar-besaran,
diluar dan didalam keraton. Para pembesar Mancapraja, bupati-
bupati (sebenarnya mereka itu dicurigai karena besarnya daerah dan
kekuasaan mereka yang sejak geringnya baginda sudah didatangkan
di ibu kota, semua hadiir diselamatan Siti-inggil, dan paseban,
sedang isteri-isteri mereka diharuskan ikut serta berkenduri didalam
keraton. Sudah barang tentu Sri Sunan muda lebih suka berkenduri
bersama-sama dengan para putri didalam keraton. Setelah
memperlihatkan diri di Siti-inggil dan paseban, baginda segera
masuk kekedaton ...... maaf, setengah memamerkan tampang yang
cakap, kepada para putri seluruhnya. Siapakah yang tidak tahu
bahwa sunan muda itu berwajah cakap dan gagah. Pasti pula semua
orang memandang kepada baginda, dan bagindapun tak henti-
hentinya mengobral senyum ramahnya.
Malam itu, adalah malam terkutuk bagi Raden Ayu PAKU-
WATI, isteri pangeran Cakraningrat dari Sampang. Harus
diakui, bahwa radenaju tersebut pada malam itu nampak sangat ayu-

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 301
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

manis, melebihi wanita-wanita lainnya yang berada disekitarnya.


Sekali Sri Sunan melihat wajah cantik raden aju Pakuwati tersebut
dan menangkap senyumnya yang man is sebagai penghormaian
kepada rajanya ...... menjadi baurlah penglihatan baginda. Baginda
lupa bahwa wanita itu adalah isteri seorang pegawainya yang
menghormat kepada rajanya.
Maka bersoraklah iblis-setan berkasaan, yang selalu mencari
kesempatan menjerumuskan mangsanya. Kini baginda rajalah yang
menjadi makanan empuk baai mereka ...... terguncang keraslah hati
sunan muda itu melihat kecantikan denaju Pakuwati dari Sampang,
isteri kedua dari pangeran yang gagah perkasa itu.
Raja muda yang rakus itu tidak dapat menahan gelora hatinya,
maka malam itu juga setelah habis kenduri dan para tamu
melangsungkan tirakatannya dengan permainan kartu nyai
menggung Reksanala pengasuh baginda diwaktu kecil, mendekati
denaju Pakuwati untuk menyampaikan panggilan baginda supaya
menghadap baginda sebentar, Siapakah yang tidak senang dan
bangga mendapat panggilan baginda itu .... karena mengira pastilah
ada sesuatu yang penting untuk dipesankan kepada suami mereka
nanti. Maka sekalipun dengan hati berdebaran kurang wajar, denaju
Pakuwati pergi menghadap sri-baginda yang berada didalam kamar
pribadinya.
Bagi orang dalam keraton kamar itu adalah kamar yang sangat
dihargai oleh setiap orang. Entah apa yang terjadi dikamar itu, tetapi
orang tahu bahwa tiap orang yang keluar dari kamar itu, boleh
dipastikan membawa anugerah raja yang tidak sembarangan.
Demikianlah denaju itu masuk kedalam kamar tersebut.
Mendadak hatinya tercekat ….. karena kamar itu hanya diterangi
lampu yang sinarnya samar-samar saja, sedang nyai menggung

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 302
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Resanala segera mengundurkan diri melalui pintu samping. Isi


kamar itu sudah barang tentu serba bagus dan serba menyenangkan.
Sri Sunan duduk tersenyum-senyum dibelakang meja persegi
panjang yang rendah pada permadani tebal-hangat, yang mengalasi
seluruh lantai kamar tersebut. Diatas meja pendek itu nampak aneka
ragam hidangan beserta minuman tiga-empat macam. Dari segala
macam perabotan yang bagus itu sebuah dipan berukir, komplit
dengan tilam-bantalnya serba sutera-dewangga-lah yang sangat
menarik perhatian.
“Ah, bibi Pakuwati bukan, silakan duduk bibi. Jangan
sungkan-sungkan, dikamar tidak ada orang lainnya, bebaslah bibi
dari segala adat-istiadat kedaton yang sok kaku itu. Mari mari
silahkan duduk seenaknya. Ei ei, mengapa demikian jauh dari
mejaku, mendekatiah, jangan kuatir, dalam kamar ini bibi
diperkenankan meninggalkan tata-cara yang biasa diperhatikan
diluar!” titah baginda sebagai pembukaan kata,
. Jawab denaju agak ketakutan: “Terima kasih, baginda
biarlah bibi duduk disini saja. Ada titah apakah kangjeng sinuhun
menitahkan hambamu menghadap ini. Apakah yang harus bibi
sampaikan kepada suami bibi nanti dipemondokan kami?!”
Pada saat itu kedua tangan yang halus denaju Pakuwati
sedang melakukan sembah, tahu tahu sudah disambar oleh Sri-
Sunan, ditarik kedepan sambil bersabda: “Ai-ai ... bibi jangan
duduk disitu, mengapa terlalu jauh, hingga orang tidak leluasa
berbicara lunak lirih. Nah, duduklah disini, dimuka meja kerjaku
ini!”
Waktu menarik tangan denayJu Pakuwati tadi, baginda
sengaya menarik keras keras, hingga yang ditarik terpaka setengah
terjerumuk kedepan, dan mau tidak mau harus menggabrus kepada
dada sribaginda, yang telah bersedia untuk merangkulnya, Kini

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 303
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

dengan muka merah jengah dan hati berontak berdebaran duduklah


denaju itu dimuka meja, yang disebut meja kerja baginda. Pasti juga
denaju tidak berani lagi memandang kepada raja ... malu ... dan
marah merisaukan perasaannya, Apakah yang harus diperbuatnya?
Cara bagaimana dapat segera keluar dari sarang buaja ini? Dan cara
bagaimana pula dapat menghindari malapetaka yang kini
mengancam badannya juga keluarganya kemudian,
Terdengarlah suara baginda membisik rendah : “Bibi ....
mengapa nampak takut-takut dihadapanku sebagai orang yang
berelosa. Sekalipun bibi berbuat dosa besar misalnya, masakan aku
juga menghukum bibi, setelah sekali melihat senyuman bibi, yang
sangat manis itu. Jangan kuatir bibi duduklah tenang-tenang saja.
“Ampunilah bibi ini sinuhun, dan perkenankanlah hamba
segera keluar, untuk ikut serta dalam tirakaran seratus hari wafat
almarhum baginda.” kata denaju itu dengan suara gemetar
keiakutan.
“Boleh-boleh bibi, nanti pada saatnya pastilah bibi
diperkenankan keluar, Namun sekarang ini aku ada kepentingan
sedikit dengan bibi!”
“Berikan titah itu sinuhun, untuk segera disampaikan kepada
suami hamba.”
“Eheh ... djangan tergesa-gesa dulu. Yang sebenarnya aku
tidak bermaksud untuk menyampaikan sesuatu pesan kepada suami
bibi, paman Cakraningkrat.... Bibilah yang bertugas langsung dalam
soal ini. Jangan kuatir mendapat tugas berat bibi, .. tugasmu pasti
ringan tetapi membutuhkan keluwesan. Tadi sore, di Siti-Inggil dan
Paseban aku terkena serangan angin, yang menjelinap
dipunggungku, membuat aku merasa kaku tak leluasa bergerak.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 304
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Pastilah sudah, aku kerasukan angin jahat, mungkin yang


berembus dari Sampang, hingga ... ja-a ah begitulah.
Pendeknya, apabila bukan bibi yang turun tangan
menggosok-gosok punggungku ini, angin jahat itu pasti tidak akan
dapat di usir dari tubuhku. Maka kasihanilah aku bibi, ulurkanlah
tangan halus bibi untuk mengobatiku!”
“Sinuhun, masakan bibi ini pantas, mendapat tugas sekurang-
ajar itu terhadap gustinya, Bibi ini orang apakah, tidak lain hanya
seorang isteri pegawai rendahan saja.” jawab denaju itu berlagak
kurang mengerti maksud Sri Sunan yang sebenarnya.
“Kurasa permintaanku itu cukup terang bagi siapapun.
Apabi1a aku tidak melihat senyuman bibi yang sangat manis tertuju
padaku tadi masakan aku lalu menjadi kerasukan angin Sampang
itu. Maka kini terpaksa aku minta obatnya, supaya tidak terlalu lama
menderita.-
“Hamba hanya berbuat penghormatan terhadap baginda . . . . .
tidak ada maksud dan pikiran yang bukan-bukan ....”
“Mungkin begitu bibi, tetapi aku yang melihat dan menerima
penghormatan itu mempunyai tafsir sendiri, yang tak akan kunjung
puas, bila tidak terlaksana, begitulah kehendakku!”
“Ijinkan hamba segera meninggalkan kamar ini sinuhun!”
kata denaju Pakuwati menjadi gugup.
“Hmmm ... jadi tidak berartikah perintah raja jaman sekarang
ini. Tidak lagi raja berwibawa dalam negaranya ..... betulkah
perkataanku ini bibi ..... ? Baiklah kita buktikan dulu nanti. Bila bibi
berani meninggalkan kamar ini tanpa ijin baginda, tiga tindak
setelah melewati ambang pintu, mungkin sekali ada kepala bupati
atau pangeran Sampang sekalipun, menggelinding ditengah alun-
alun, untuk dipertontonkan kepada umum bahwasanya masih terlalu

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 305
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

awal untuk membangkang perintah raja. Silahkan berbuat demikian.


Apabila ada orang melihat geledeg menyambar pada hari cerah
tanpa mendung tanpa hujan dan angin dikala itu, maka orang itu
adalah denaju Pakuwati, isteri kedua pangeran Sampang. Sudah
barang; tentu seketika itu juga wanita cantik itu hampir roboh
pingsan ditenipat. Alangkah celaka nasib denaju tersebut, samalah
kiranya seperti keadaan seseorang yang harus memilih diantara dua
maha celaka, dimakan ayah mati, ditolak, ibulah yang binasa .....
apakah harus diperbuatnya.
Malam seram tiada berbulan, angin dingin merata mencekam
perasaan setiap insan ..... Alangkah beratnya orang bernafas, karena
tekanan udara dingin tidak ringan dan tidak wajar meliputi suasana.
Malam itu adalah malam paling terkutuk dalam kehidupan denaju
Pakuwati.
Pagi itu kira-kira jam delapan setelah menikmati santapan
pagi bersama didalam keraton, para isteri pembesar yang
bertirakatan dikeraton diperkenankan bersama-sama meninggalkan
kedaton pulang kepondokan masing-masing. Juga denaju dipati
Sampang nampak bersama-sama dengan mereka menuju
kepemondokkan ... suaminya, ja-a-a ... suaminya.
Dengan hati remuk-redam, perasaan berantakan wanita cantik
itu masuk kedalam halaman rumah yang ditumpangi keluarganya
dari Madura. Bukan kepalang deras debar jantung denaju tersebut,
waktu melihat sang suami tengah berjongkok dimuka pendapa
mengelus-elus burung gemak kesajangannya. Beranikah ia menatap
wajah suaminya itu nanti? Dapatkah ia menjembunyikan perasaan
kekecewaan hatinya itu ...?
Asal pangeran Sampang tidak menegurnya ...... dan bertanya
dari hal yang tidak-tidak, rasanya masih ada harapan untuk
menghindarkan malapetaka besar ini, Maka dengan hati tetap

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 306
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

berehawatir, denaju dipati itu berjalan torus tanpa berkata apapun


kepada suaminya, yang melirik sejenak kepadanya.
Tiba tiba meloncatiah pangeran Sampang itu dari sikap
jongkoknya, menyambar tangan isterinya yang cantik manis,
mungkin karena rindu dan hendak berkelakar saja.
Namun alangkah terkejut hatinya melihat isterinya
mengembang air mata jang sudah hampir meleleh dipipiuja yang
nampak kucal. Tiba-tiba melototiah mata pangeran Cakraningrat,
sambil memperkeras pegangannya katanya seperti menggeram
rendah :
“Ha ... apa yang terjadi atas dirimu didalam keraton ... hajo
ceriterakan seutuhnya ... aku ingin mendengarnya ….. jangan kau
berdusta!”
Denaju Pakuwati tidak dapat berbuat lain kecuali mengatakan
apa yang terjadi atas dirinya semalam, dengan suara serak
bercampur isak-tangisnya yang mengenaskan. Terdengar disela-sela
ceritera denaju, geram dan gertak gigi suaminya karena amarahnya
meluap luap. Setelah selesai ceriteranya, segera wanita celaka itu
masuk kedalam kamar, untuk menangis dan menyesali hidupnya
sepuas hati.
Dengan suara menggeledeg berkatalah pangeran Sampang:
“Suramenggala …. kau kemari!”
Orang yang dipanggil itu adalah pepatihnya sendiri. Segera
muncul orang setengah tua yang kekar badannya, berwajah keren
berwibawa. Datang dimuka gustinya ia berbuat sembah lalu duduk
didepan sang junjungan. “Gusti ada perintah apa?”
“Suramenggala, lekas kau siapkan prajurit bawaan semua dari
Madura . . . siap untuk bertempur, Kancing rapat-rapat mulutmu ...
nanti malam aku bermaksud untuk merangsang Balowarti kedaton!”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 307
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Gus-ah-gusti ….!” Sura menegas.


“Kau dengar perintah tadi atau tidak?”
“Dengar gusti ... akan dikerjakan.”
Hari itu nampak kesibukan secara diam-diam dalam
perkemahan pemondokan prajurit dari Madura. Sekalipun mereka
sibuk bekerja namun mulutnya hampir tidak mengatakan sesuatu
bila tidak sangat perlu yang tak mungkin dapat dikerjakan dengan
isjarat mata atau anggota badan. Wajah mereka kelihatan sangat
sungguh-sungguh mendekati seram ... hanya diluar perkemahan
mereka masih nampak biasa seperti sediakala,
Setengah harian pangeran Sampang duduk termenung
ditengah pendapa pemondokannya dengan kedua tangan dikepal-
kepalkan seolah olah ia hendak menghancurkan sesuatu.
Kadang-kadang terdengar ia menggeretakkan gigi yang
disambung dengan dahan nafas panelyang sambil mengurut-urut
dadanya yang lapang, Gumamnya menjesali nasibnya yang sial.
“Ai-hh ...... sedumuk batuk. senyari bumi ... (setotol dahi, se inci
bumi), dapat menghancurkan negara ... Mengapa sejak dahulu
hingga sekarang para agung tidak mengambil teladan dari sejarah
dan ceritera-cerita kuna, bahwasannya kekuasaan yang dan
keagungan banyak yang lebu· karena bermain wanita ... lebih-lebih
dengan isteri orang lain. Merusak pagar hayu, adalab dosa yang
agaknya tiada berampun, mengapa masih ada saja manusia yang
melanggarnya. Sekalipun orang itu raja, ya bahkan raja diraja ….
bolehkah ia berbuat sekehendak hatinya sendiri, merusak perasaan
orang, demi kesenangan sendiri. Hem .... raja, apakah sebenarnya
raja itu? Apabila tidak ada orang banyak ini beserta para
punggawanya, apanya yang hendak dirajai itu. Benar-benar sialan
nasib pangeran Cakraningrat ini, apabila tidak dapat menghimpas
sakit hati sebesar gunung Semeru itu. Keparat raja lalim serakah

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 308
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

yang tak tahu-diri!, masakan hendak menjadi orang sendiri,


Rasakanlah kemudian pembalasanku.”
Waktu itu sudah kira-kira pukul dua siang Suramenggala
nampak menghadap gustinya dengan wajah muram, nyata benar
bahwa ada sesuatu yang tengah dipikirnya, suatu soal yang agaknya
sangat sulit untuk dipecahkan.
“Sudah kau kerjakan Sura?!” tanya sang pangeran seraya
menatap pepatihnya dengan pandangan penuh arti.
“Gusti tidak akan kecewa ... tidak nanti ada seorang prajurit
akan lari dari tempatnya masing-masing. Tak seorangpun
mengharap masih hidup keluar dari neraka daratan ini!” jawab Sura.
“Bagus Sura ... aku suka mendengar laporanmu. Memang
orang-orang kita bukanlah sebangsa tempe yang seharusnya mudah
dilalap orang. Hanya saja sekarang aku menanyamu, apakah yang
sebaiknya aku perbuat.. .... ingat, aku tidak seorang diri, tetapi harus
mengingat juga kaselamatan orang-orang pengikutku semua
Dapatkah kiranya aku berbuat menurut sekeheadak hatiku, demi
kemurkaan dalam hatiku ini, bolehkah aku mengorbankan sekian
banyak kawan?”
“Aduh gusti, siapakah yang tidak menjadi kalap karena hinaan
ini ierhadap kita ...... tetapi gusti, pantas pula kita
mempertimbangkan keadaan dan tempat kita berada ...... Kecewa
dan pahit benar mengatakan serba kekurangan pada pihak kita,
serba kelebihan pada pihak lainnya. Andaikan kita, bersayap dan
dapat terbang kelangit, belum tentu kita bisa selamat keluar, karena
orang ada dirumah sendiri, jumlah berIipat, alat dan senjata tinggal
meraih saja ..... apa sulitnya menghancurkan lawan yang sakti
sekalipun. Oleh karera itu bila ada jalan lain yang memenuhi syarat:
tidak terlalu merugikan dan dapat membalas sakit hati ini, pastilah
jalan itu lebih sempuma, biarpun agak memakan waktu yang lama.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 309
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Terapi gusti, kita ini bangsa prajurit yang tidak gentar menghadapi
apapun bersama gusti, a pa pun kehendak gusti, itulah pula Yang
akan kita kerj.ikan tanpa tawar-menawar ...... terserah kepada
putusan gustilah segala galanya.”
“Kau benar Sura, perintahku tadi pagi kiranya sangat tergesa-
gesa, karena hatiku seperti terbakar. Setelah kupikir setengah hari
bolak-balik, terasalah olehku, bahwa tindakan acam itu adalah sama
artinya dengan membunuh diri. Aku memang sudah memilih jalan
yang kau tunjukkan itu. Biar agak memakan waktu, tetapi
kemenangan terakhirlah yang akan membuktikan. Baiklah Sura,
suruh anak buahmu mengendorkan ketegangannya lagi, tetapi
jangan berlengah-lengah juga. Nanti malam, kau sendiri ikut aku
bersama-sama adi dipati Surabaya menghadap pangeran Puger.
Rahasiakan pembicaraan ini, tak seorangpun boleh mendengarnya!”
“Sendika gusti…” jawab Suramenggala, lalu mengundurkan
diri dengan hati lega tiada terperi.

****

BAGIAN III

HINGGA disitu niken Suwami berhenti sejenak berceritera


untuk meluruskan pemafasannya sendiri, karena dalam
menceriterakan kisah yang mendebarkan itu, mau tidak mau ia
sendiri terpengaruh oleh jalan ceriteranya. Beberapa kali dara jelita
itu menarik nafas dalam-dalam, menikmati udara segar yang dapat
mengendorkan ketegangan perasaannya. Demikian pula ke-empat
prija yang mendengarkan kisah itu, merasa benar bagaimana urat-

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 310
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

uratnya menegang. Maka ada baiknya untuk heristirahat sejenak,


guna memulihkan perasaan mereka.
Setelah beristirahat beberapa saat, niken Suwami melanjutkan
penuturannya:
“Hari telah larut malam ... malam gelap tiada berbulan juga
tiada berbintang karena langit terrutup awan hitam bergulung-
gulungan hingga kian menebal, Kadang-kadang kilat tatit
bersamberan diiringi bunyi guruh mengguntur landung mengerikan.
Namun hujan tak kunjung datang, maka tekanan udara makin
terasa berat membengap. Ibukota yang biasanya setiap waktu
bernada hidup, kini nampak sunyi mati dalam segala segi. Tak
seorangpun menampakkan diri dihalaman atau dijalanan.
Malam prihatin itu pangeran PUGER, yang digelari Gembong
Kartasura, menerima tamu tiga orang lelaki, yang berdandan
sebagai orang kebanyakan. Tiga orang tamu agak aneh itu, bukan
lain orang ialah pangeran Cakraningkrat, adipati Surabaya raden
Jajapuspita, diiringkan oleh Suramenggala, pepatih sampang.
Dengan sekilas pandang saja, tahulah pangeran agung itu,
bahwa ketiga tamu itu membawa kabar atau berita yang luar dari
biasanya, Dengan sorot mata sangat tajam tetapi juga dengan
senyum ramah sebagai tuan rumah, ketiga tamu itu dipersilahkan
masuk kedalam kamar samadi kangjeng pangeran yang pasti tidak
akan diganggu oleh siapapun. Setelah mereka duduk bersila
berhadap-hadapan, bertanyalah pangeran Puger.
“Kedatangan adimas berdua serta pengiringnya ini pastilah
ada sesuatu yang sangat penting untuk dirundingkan dengan aku.
Apakah kiranya yang dapat aku perbuat dalam soal adimas itu?
Jangan sungkan adimas, pastilah adi-mas juga tahu, bahwa Puger
ini bukan orang bocor mulut dan dapat dipercaya teman.”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 311
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Aduh kamas pangeran, masakan kami datang kepada kamas


pangeran, apabila kami tidak tahu dan yakin akan kebesaran dan
keluhuran pendirian kakangmas. Persoalan adi tumenggung
Jajapuspita, siapapun sudah mengetahuinya, ialah tentang
daerahnya yang akan dipecah menjadi dua. Apakah dalam hal ini
pemerintah bertindak bijaksana dan adil, jangankan separoh daerah
Surabaya, sekalipun hanya sejari (dim), pengurangannya itu,
dapatkah itu diterima dengan ikhlas oleh pewarisnya ...... ?”
Kemudian pangeran Sampang itu menceriterakan kejadian
yang sangat membuat hatinya kecewa tidak terperi ….
“Kamas, agaknya dinegara kita ini tidak ada keadilan lagi,
hingga seseorang harus sangat berehawatir akan nasibnya yang
dapat diperlakukan sewenang-wenang oleh pihak yang berkuasa,
sekalipun orang itu pemegang kekuasaan yang tertinggi dalam
negara. Bolehkah kami orang-orang yang cukup makan garam,
kenyang dengan segala macam peperangan, menerjang rimba golok,
gerimis anak panah, dan lautan api, demi kebesaran negara dan
raja…… bolehkah kami membiarkan negara menjadi berantakan
tanpa kewibawaan, karena kebebalan, kedunguan dan kecerobohan
orang yang mengemudikannya saja. Kamas pangeran, relakah adi
tumenggung Surabaya daerahnya dipecah-peijah itu? ….. Relakah
aku manda dihina dengan suatu kekurangajaran terhadap isteriku?
Relakah kamas sendiri beserta keluarga meringkuk di pambetekan
baru-baru ini? .... Relakah kamas dihina orang dalam kenaikan tahta
sunan muda tempo hari itu? …... Akm yang melihatnya hampir
meledak diwaktu itu juga, karena tidak tega kamas mendapat hinaan
sedemikian besar, Kamas, cukup banyaklah kiranya tindakan raja
muda yang menyeleweng dari kebenaran dan kebijaksanaan ……
Kini kami datang kepada kamas, untuk minta pertimbangan, apakah
yang harus kami dan kita lakukan…!?”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 312
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Setelah adipati Sampang itu berbicara, hening lelaplah


keadaan dikamar pasamaden pangeran Puger tersebut, Nampak
Sang pangeran memejamkan mata, menyatukan kedua tangan
behau. Sepatah katapun tidak keluar dari mulutnya yang tertutup
rapat, Hanya dadanyalah yang nampak agak terguncang turun-naik
sementara . . . namun segera pula nafas Gembong Kartasura itu
halus kembali, suatu pertanda bahwasaaja pergolakan batinnya
sudah dapat diatasi lagi.
Kini nampak orang sakti itu tersenyum getir
memperdengarkan suaranya: “Maafkan kakakmu ini dimas berdua,
persoalan yang sangat pelik ini, tidak dapat dijawab secara
serampangan. Rasanya masih terlalu awal untuk dijawab sekarang,
Maka mengusulkan, supaya lewatkan barang dua tiga malam lagi,
untuk dapat masak-masak dipikirkan dan dipertimbangkan. Maka
akulah yang sekarang ganti bertanya kepada adimas berdua ....
Apakah kehendak adimas berdua yang tertentu, Nah, bawalah
pertanyaan ini kepemondokan kalian masing-masing untuk
dipertimbangkan masak-masak juga. Mari kita berpisahan dahulu,
untuk beberapa malam. Setelah bulatlah pendapat kalian mari kita
oertemu kembali pada waktu yang sama dikamar pasamaden ini.”
“Baik kangmas kami menurut, tetapi sebenarnya sudah sejak
tadi kami bertekad satu …. Tadi tekad itu, sekarangpun tekad itu
pula dan selanjutnya juga tidak akan berubah ialah : pangeran
PUGER-lah yang harus menjadi raja Mataram ini. ….. Itulah nurani
rakjat kebanyakan…..
Apabila kangamas pangeran tidak mengindahkan hal yang
sangat gawat ini, hai ….. dalam dua-tiga bulan kemudian hampir
dapat dipastikan timbulnya huru-hara pemberontakan dimana-mana,
mungkin dari tiap daerah, hingga pastilah negara akan pecah
berantakan. Bukanlah pantas kejadian semacam itu dicegah?.
Siapakah yang berwibawa penuh dalam jagad Mataram mi kecuali

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 313
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

kamas seorang. Tangan sakti kamas beserta kebijaksanaan tuanlah


yang dapat menghalang-halangi morat-maritnya negara kita.
Pada waktu itu, hampir bersamaan keempat orang yang
berkepandaian itu meloncat dari sikap duduknya, Malahan pangeran
Puger tanpa berdiri langsung meloncat menerobos pintu yang
memang tidak ditutup … tems melesat ketaman bunga yang berada
di belakang rumah. Tak lama kemudian para tamupun sudah datang
didalam petamanan itu,
Tadi mereka dikejurkan oleh bentakan orang didalam taman-
bunga itu: “Jangan sesalkan pukulanku kelewat keras ….
Mengakulah sekarang, kau orang dad mana, berani sembarangan
memasuki halaman rumah orang diwaktu larut malam gelap
semacam ini. Hajo lekas mengaku, siapa tidak tahu bahwa
kedatanganmu itu tidak mengandung arti yang baik?”
“Kau lekas membunuh aku saja!... tetapi mengaku, huh~huh
... jangan harap keluar sepatah kata keteranganpun dari mulutku ini,
dirobek sekalipun tidak nanti aku mengeluh!”
Pangeran Pugerlah yang bersuara sekarang: “Tahan dulu
Sasangka, bawalah dia mendekat, aku ingin berbicara dengan orang
itu.”
Denmas Sasangka, putera keenam kangjeng pangeran Puger,
segera datang sambil menjinjing orang yang baru saja dibekuknya.
“Yah, anak belum tahu siapa dia ini, hanya saja anak sangat
mencurigai gerak-geriknya sejak bersama-sama minum serbat
diwarung luar kota tadi sore. Karena sudah petang dan tak mudah
melewati pintu gerbang kota tanpa menjawab pertanyaan penjaga
yang melit-melit, orang ini melompau pagar tembok kota.
Karenanya aku teruskan menguntitnya. Didalam kota, ia
menyelundup kesana dan kemari hanya memasang kuping ta4jam-

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 314
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

tajam melulu, sampai ia dapat menemukan yang dikehendakinya ...


ialah rumah pangeran Puger. Segera pula ia meloncat kedalam
petamanan ini, akupun tidak ketinggalan melompat masuk.
Kami menginjak tanah hampir bersamaan. Karena jakin akan
kehendaknya yang tidak baik, maka demikian kami berdiri jegag
berhadap-hadapan, kuseranglah dia. Akhjrnya dapat kubekuk dia,
terserahlah selanjutuja. –
“Hai, rasanya tidak kecewalah menjadi putera gembong
Kartasura. masih demikian muda namun suuah. membekal ilmu
sedemikian tinggi, ... bukankah orang tinggi-besar ini hanya dalam
dua gebragan saja denmas tundukkan?” celetuk dipati Surabaya,
yang sangat tajam pendengarannya.
“Ei-ei .... paman dipati Surabaya dan paman pangeran
Sampang, selamat malam, selamat malam ... hampir aku tidak
mengenal kedua paman dalam pakaian demikian. Maafkan aku,
bermata kurang tajam. Entahlah paman dalam berapa gebragan aku
dapat melumpuhkan perlawanannya tadi, karena iidak menghitung
gerakanku.”
“Anak baik kau terlalu sungkan mendapat pujian, bukan . . . ?
Ketahuilah telinga pamanmu tumenggung Jaya-puspita itu biasanya
dapat mendengar setan dan demit berkelakar masakan salah hitung,
kesiuran angin gebragan orang! ... ha-ha ... sambung bupati
Sampang, pangeran Cakraningrat dengan suara gembira serta
keheran-heranan. Apabila pemuda ini tidak memiliki kesakrian
yang berlebihan, agaknya sulitiah orang mau mengerti, mengapa ia
dapat membekuk pendatang malam ini, yang pasti bukan orang
sembarangan, hanya dengan dua kali bergerak saja.
Terdengar pangeran Puger bertanya kepada orang yang masih
duduk numprah , belum dapat bergerak leluasa itu.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 315
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Kisanak, pastilah kisanak orang dari lain daerah. Mungkin


sedang mengemban perintah rahasia yang tidak boleb dibocorkan
sedikitpun kepada orang lain ... Baiklah simpan rahasiamu itu, aku
hanya ingin tahu, mengapa kisanak mencari rumah-ku ini. Apakah
kisanak hendak bertemu denaan aku, atau dengan orang didalam
lingkunganku ini? Katakanlah, bila demikian ….. bila tak hendak
mengatakanpun baik juga, kisanak boleh segera meninggalkan
taman-bunga ini.”
“Ampuni dosa hambamu ini gusti ... bertemukah hamba ini
dengan pangeran PUGER, yang bidjaksana lagi sakti mandraguna
dari Kartasura?” jawab tamu tanpa undangan itu ... dengan wajah
meringis karena masih menanggung sakit rupanya.
Nampak pangeran Puger juga keheranan melengak kepada
puteranya denmas Sasangka, seraya bertanya : “Hai Sasangka .........
kau mempergunakan towelan, jari-sakti jurus hebat kyai Kunjuk-
Sakti. Kapan kau bertemu dengan kakang Cemara tunggal itu?”
“Yah, aku mendapat petunjuk kamas Putut Punung, waktu
dalam pambetekan dulu. Setiap malam aku selalu dijemput kamas
untuk digembleng mati-matian, karena kangmmas takut akan
datangnya kejadian yang belum dapat diperhitungkan dan
diramalkan sebelumnya.”
Menjawab ayahnya demikian pemuda sakti itu melancarkan
jentikan dengan tangan kirinya kearah punggung orang asing tadi,
Seketika itu juga orang tersebut dapat bergerak seperti sediakala
lagi.
“Hebat!” celetuk ketiga orang yang berdiri dibelakang
pangeran Puger, hampir berbareng.
“Ah, begitulah kiranya ... kangmasmu memberikan namanya
PURBAYA kepadamu, pastilah kau karus mendjaganya baik-baik.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 316
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Kau kisanak ... memang sekarang kau berhadapan dengan Puger


sendiri. Adakah sesuatu yang hendak dibicarakan dengan aku?”
“Ampun gusti, hamba tidak mengira ditegur oleh putera gusti
sendiri, pasti hamba tidak berani membuka mulut mengaku
siapakah hamba ini ... memenuhi pesan wanti-wanti dari junjungan
hamba raden adipati JUDANEGARA dari Semarang. Hamba
diharuskan berurusan sendiri dengan kangjen Pangeran seorang.
Bila belum bertemu sendiri dengan gusti, dan menghaturkan surat
ini, hamba dititahkan lebih baik membunuh diri daripada mengaku.
Inilah surat itu.” Dengan berjalan jongkok orang itu menyampaikan
sepucuk sural kepada sang Pangeran.
Setelah surat itu dibaca, bertanyalah Pangeran Puger kepada
utusan Semarang itu: “Surat adi Dipati Semarang ini, berupa surat
pengantarmu kisanak. Jadi maksud yang sebenarnya ki sanaklah
yang akan menyampaikan bukan? Nah, mari-mari kita masuk
kedadam rumah lagi saja. Sasangka, kau sambangilah seluruh
pelosok halaman kita, jangan ada kejadian yang tidak diinginkan.
Berhati-hatilah kamu!”
“Baik yah, legakan hatimu.”
Perundingan dibuka kembali. Kini dihadiri oleh orang kelima
... yang menyampaikan anjuran dipati Yudanegara kepada kangjeng
pangeran, supaya beliau mau 'menjadi raja Mataram, Bupati
Semarangpun takut akan terjadinya pemberontakan dimana-mana,
karena tindakan raja muda yang baru itu selalu menimbulkan
kekecewaan hati orang- orang yang bersangkutan. Buputi Semarang
sendiri juga tidak luput dari rasa khawatir selalu, terancam bahaya
kelaliman dan tindakan sewenang-wenang dari pihak pemerintah
yang sekarang. Maka beliau sangat mengharap datangnya orang
kuat, yang bijaksana lagi berwibawa diseluruh Mataram, untuk
memegang pimpinan negara, supaya kesatuan negara Mataram tidak

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 317
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

menjadi berantakan. Orang itu tidak bisa orang lain, kecuali


kangjeng pangeran Puger sendiri.
"Bagus, adi dipati Semarang " ... jengek pangeran Sampang,
tak sabaran lagi. “Nah, kamas Pangeran, apakah yang harus
disangsikan lagi .. Sampang, Surabaya dan. Semarang, masakan
belum cukup untuk menggempur kelaliman raja bebodoran itu.”
“Gusti pangeran,” menyela dipati Jajapuspita “Cukup
masaklah rasanya waktu sekarang untuk menetapkan sikap tertentu.
Sambutlah sumpah bupati Surabaya, satya dalam perjuangan
menegakkan keadilan dan kebenaran, hingga negara menjadi adil
dan makmur kembali dalam asuhan kangjeng pangeran PUGER
seorang, sebagai rajanya.”
“Setuju adi Jajapuspita terimalah sumpah serupa dari bupati
Sampang Cakraningrat ini, kakangmas " ujarnya menyambung
pengutaraan tumenggung Jayapuspita.
Menjela utusan dari Semarang : “Gusti, raden adipati
Judanegara, menjerahkan gedung kabupaten, untuk dipakai sebagai
tempat menampung kekuatan kita menghadapi lawan, juga tempat
darurat bersemayam paduka seketuarga.
Masih ada pesannya yang boleh dianggap meringankan
pemikiran, ialah tentang sikap Belanda yang tidak menyukai
pemerintah Mataram sekarang, hingga mudah diajak berunding,
supaya jangan mengulurkan tangan kepada raja yang kini bertahta
di Kartasura. Mereka itu bangsa pedagang, apabila kepentingan
mereka berjual-beli mendapat perindahan ... masakan mereka tidak
malah memberikan pertolongannya yang tak boleh diremehkan itu.
tidak hendak menolongpun jadilah, asal tidak memusuhi kita saja,
kiranya cukup baik.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 318
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Dihujani pemikiran-pemikiran secara demikian, ditangisi juga


daerah besar seperti Sampang Surabaya dan Semarang, maka
mengeluhlah gembong Kartasura, memikirkan negara yaug sangat
dicintainya, Demi keutuhan negara tercinta itu, bolehkah ia bersikap
masa-bodoh saja. Pangeran agung itu nampak diam tidak bergerak
dengan kedua tangan bersilang didadanya. Apakah yang tengah
berkecamuk dalam batinnya ... Perasaan berat sebagai gunung
menindih hatinia yang suci mumi. Merintihlah batin pangeran
setengah tua itu.
“Wahai anak prabu Sunan-Mas ... mengapa anak tidak suka
mendengar nasihat-nasihat orang baik, mengapa memilih orang
orangmu yang sesat itu ... negaramu pasti haucur dalam tanganmu
Yang selalu mengganas itu. Hmmm haruskah aku mengambil alih
pusara negara (=kekuasaa) dari tanganmu itu, demi keselamatan
negara Mataram ... Bukankah itu perilaku yang hina-dina merebut
kekuasan dari tangan anak sendin, sekalipun sibocah telah beberapa
kali berusaha untuk memusnahkan keluargaku.
Sebaliknya, lepas dari segala perasaan dendam pribadi,
adakah orang membenarkan sikapku membiarkan negara menjadi
hancur lebur tanpa berbuat sesuatu untuk mencegahnya? Negeri
Mataram yang dibangun dan dibesarkan dengan jerih-payah nenek
moyang, dari kangjeng Panembahan Senopati, kangjeng Sultan
Agung dan iain-lainnya ... wajiblah dijaga. diperkembangkan dan
disemarakkan kejajaannya oleh para keturunanya. Tidak benar bila
aku bersikap dingin dan acuh tak acuh terhadap keruntuhannya. Apa
boleh buat, aku harus mempertahankannya.”
Tegaklah sudah ketetapan hati kangjerng pangeran, maka
berkatalah beliau dengan suara mantap:
“Adi tumenggung sekalian ... baiklah, aku akan menurut
kehendak kalian demi negara yang terancam bahaya kerusakan ini.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 319
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Besok lusa aku akan meninggalkan kota menuju ke Semarang.


Maka marilah kita lekas-lekas mengadakan persiapan masing-
masing, cara yang terbaik dapat meninggalkan kota ini dengan
selamat. Pasti saja aku akan pergi diwaktu malam, melewati pintu
gapura butulan.”
Tanpa disengaya keempat prija yang berada dimuka pangeran
Puger itu, membungkuk dan menjembah bersama-sama, sebagai
tanda penghormatan pertama kepada junjungan. Berkatalah dipati
Sampang:
“Kini legalah rasa hatiku beserta kawan-kawan sehaluan ini,
setelah kakangmas menjatuhkan ketetapan demikian! Biarlah orang-
orangku yang menjergap penjaga gapura butulan besok lusa malam
yang biasanya hanya dijaga oleh satu regu prajurit kesuma-tali
saja.”
“Jangan… jangan dimas, serahkan saja kepada anak-anakku,
jangan kalian segera nampak terlibat dalam peristiwa lolos ini.
Mungkin bantuan kalian bergerak dalam selimut lebih berharga dari
pada menolong aku berterang-terangan. Terserah kepada adik
berdualah menyiasat orang-orang dalam kota nanti.”
“Baik gusti...kata dipati Surabaya ... hambalah nanti yang
akan menjadi pelopor palsu dalam pengejaran pangeran yang lolos
itu. ha-ha-haa.”
Menyela utusan dari Semarang: “Bolehkah hamba
mendahului berangkat sekarang juga, untuk dapat segera bertemu
dengan raden tumenggung Semarang, mengabarkan akan
kedatangan gusti itu? Pastilah raden tumenggung segera akan
mengelu-elukan kedatangan paduka sekeluarga, membawa prajurit
bantuan.”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 320
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Mengasolah dahulu hingga pagi nanti, kemudian


berangkatiah dengan mengendarai kuda dari istalku, supaya lebih
lekas mencapai tujuan.”
Demikianlah segala sesuatu berjalan sebagai dijalankan oleh tangan
gaib.

BAGIAN IV
“HAYO Suwami ….. teruskanlah ceriteramu itu, lalu
bagaimana?” tegur kakaknya yang kedua, bagus Sarasa, tak sabar
lagi, waktu adiknya masih menjusuti peluhnya, beristirahat
sebentar.
“Biarkanlah adikmu beristirahat sebentar Rasa …. kau sendiri
hampir mandi keringat ketegangan seperti kami ini semua. Ada
baiknya diam beberapa saat, untuk memulihkan tarikan otot
mengencang.” kata ki Bekel Samakaton sambil mengibas-kibaskan
kepalanya. Kedua pemuda lainnya nampak tenang-tenang saja,
namun tak luput dari rasa kepanasan, hingga mau tak mau terpaksa
menyeka dahi dan lehemya, karena berpeluh banyak. Bukan karena
niken Suwami pandai berceritera dengan mulutnya yang mungil itu,
tetapi ceriteranya sendirilah yang memang menegangkan otot para
pendengarnya, seolah-olah mereka sendiri pelaku-pelaku utama
dalam riwajat itu.
Kali ini mereka beristirahat sepemakan sirih guna
memulihkan segala ketenangan. Kemudian mulailah dara itu
melanjutkan ceriteranya :
“Dapat dimengerti bagi orang-orang yang bersangkutan,
bagaimana mereka merasakan ketegangan lahir-batin …. terutama
keluarga ka-Pugeran beserta anak-buah kapangeranan tersebut.
Tidak seorangpun mau ketinggalan untuk lolos dari kota nanti.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 321
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Maka segala sesuatu yang mudah dibawa, mereka sediakan untuk


diangkut bersama-sama kepergiaannya. Dalam segala kesibukan itu,
mereka harus berhati-hati jangan sampai rahasia mereka pecah
sebelum waktunya.
Tibalah kini saat yang sudah ditentukan untuk bergerak.
Kelompok demi kelompok kira-kira sepuluh orang yang sudah
ditentukan sebelumnya, mereka harus keluar dari kori butulan,
menuju gapura butulan kota, setelah mendapat kabar jalan yang
akan ditempuh sudah aman, dari perintis jalan. Perintis jalan itu
bukan orang lain, adalah denmas Sasangka yang sudah mendapat
kepercajaan penuh dari pangeran Puger, untuk membersihkan jalan
dari segala gangguan, halangan dan pencegatan.
Sejak mulai menjadi lengang dijalan-jalan dalam kota,
denmas Sasangka meninggalkan dalem ka Pugeran seorang diri,
hanya berpakaian serba ringkas wama abu-abu sedang mukanyapun
ditutup dengan kain serupa batas bawah mata. Siapapun tak mudah
mengenal putera pangeran Puger yang keenam itu dalam
penyamarannya. Sebagai hantu pemuda sakti tadi meluncur pesat
dibantu kegelapan sang malam, menghindari lampu penerangan-
jalan yang masih belum berarti sama sekali.
Walaupun gapura butulan kota sangat sepi dan hampir tak
pemah dipergunakan lalu lalang penduduk, nanun selalu dijaga oleh
satu regu prajurit berkuda. Pasti saja penjagaan disini tidak perlu
mementingkan kewaspadaan yang berlebih-lebihan, Maka regu
penjagaan yang bertugas disitu, selalu meremehkan tugasnya,
mementingkan kelakar atau perjudiannya,
Tidaklah amat sulit bagi denmas Sasangka yang sudah
meremjanakau penjergapannya sebelumnya. Dengan berani anak ·
muda itu membuka pintu gapura yang tidak dijaga, langsung

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 322
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

meloncat keluar, sengaja dengan mengeluarkan suara berisik, untuk


menarik perhatian mereka yang berada dipenjagaan,
Keruan para prajurit menjadi kelabakan, karena melihat terang
ada orang lari keluar. Lima prajurit yang paling tangkas, sudah
mengejar keluar dengan membekal pedang terhunus.
Denmas Sasangka tidak lari terus, melainkan justru hanya
menjelinap ditepi jalan dibelakang pohon saja. Setelah kelima
pengejarnya lewat, dialah yang segera mengejar mereka,
mengerjakan jari saktinya. Tanpa mengeluarkan keluhan kelima
prajurit itu, menggelepar ditanah tak dapat berkutik lagi, kehilangan
kekuatan, sedang mulut mereka bagaikan terkunci tidak dapat
dipergunakan, sekalipun mereka tidak kehilangan kesadarannya.
Demikian pula masih enam orang teman mereka yang menjusul
kemudian, mengalami kejadian atas dirinya yang serupa.
Dasar pemuda sakti itu masih bersifat kekanak-kanakan ….
kesebelas penjaga tadi lalu diatur rapi duduk melingkari sebuah.
pohon yang ada di dekat pintu butulan tersebut, Nampaknya mereka
sedang berunding, bagaimana melewatkan malam penjagaan
mereka dengan selamat ….. tetapi tak sepatah katapun keluar dari
mulut mereka,
Maka tanpa menemui halangan sesuatu, berhaeillah
rombongan keluarga ka-Pugeran meninggalkan Kartasura, melewati
gapura. butulan tersebut, untuk kabur kearah Utara secepat
mungkin.
Para ibu, anak-anak dan orang yang sudah tua didahulukan,
dibawah pimpinan putera sang pangeran yang ketiga dan ke-empat
...... sedang sang pangeran sendiri memimpin para jagabaja, dan
anak buah ka-Pugeranan yang sigap-sigap, dalam rombongan
belakang sebagai pelindung. Alangkah gagahnya, berwibawanya
pangeran setengah tua itu, duduk mengendarai kuda kesajangannya

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 323
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

ditengah- tengah barisan berani mati yang tidak besar jumlahnya itu
...... hanya kira2 enam-puluh orang saja.
Rombongan yang paling akhir, adalah kelompok denmas
Sasangka, terdiri dari sebelas pemuda sebaja termasuk denmas
sendiri. Kesebelas pemuda itu mengendarai kuda lengkap dengan
perabotnya sebagai prajurit kusumatali. Memang mereka merampas
kuda para penjaga gapura yang teugah dalam keadaan berunding
mati-matian tadi, untuk dimanfaatkan. Paling tidak mereka itu
masih harus duduk-duduk demikian selama tiga jam lagi, baru
mereka dapat menggerakkan anggota badannya dan menemukan
lidahnya kembali. ·
Apabila tidak kebetulan ada peronda menyambangi penjagaan
digapura butulan tersebut, tidak nanti kepergian pangeran Puger
segera menggegerkan ibukota Kartasura dua jam kemudian.
Peronda itu datang dipenjagaan butulan, maka segera pula ia merasa
keajaiban dipondok penjagaan. Tak seorangpun terdapat disitu,
sedang pintu gapura nampak terpentang lebar-lebar. Pastilah ada
kejadian yang tidak wajar. Buru-buru peronda itu mengadakan
penjelidikan keluar. Astaga ..... kiranya kesebelas orang itu sedang
mengaaakan pembicaraan rahasia dibawah pohon asem di tepi jalan.
“Hai…!” tegur peronda itu, “Kalian sudah menjadi gila
semuakah, berani meninggalkan penjagaan itu, hah?”
Beberapa kali ia menegur dengan suara lantang, malahan
disertai maki-makian juga, namun tak seorangpun dari kesebelas
penjaga itu yang menggubrisnya. “Setan alas …. kalian berani tidak
mengacuhkan seorang petugas .... baiklah rasakan saja gebuganku
ini, mungkin bisa membuka mulut kalian!”
Dengan hati panas peronda itu turun dari kudanya, hendak
melakukan ancamannya .... Astaga, datang mendekat, barulah ia
tahu bahwa kesebelas teman itu menderita siksaan menjadi patung

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 324
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

patung hidup, yang kehilangan segalanya, kecuali kesadarannya


melulu.
Tak urung peronda itu menjadi ketakutan juga, mengira
bahwa musuh sakti itu masih berada disekitar tempat penjagaan,
Tidak berani lagi ia berkata keras-keras, waktu memperdatangkan
keadaan para pendiaga tersebut. Benar-benar mengenaskan keadaan
mereka itn, mata mendelo, mulut menyeringai kesakitan, anggota
badan kejang keempatnya, takdapat bergerak sedikitpun …..
“Hai, alangkah saktinya musuh yang dapat membuat mereka
sekonyol itu, tanpa membunuhnya!"
Peronda tadi tak berani berbuat apa-apa, karena teman yang
dirabanya, menjengit kesakitan tanpa dapat mengeluh. Tetapi
setengah jam kemudian hampir bersamaan waktunya, mereka mulai
mengeluarkan rintihan-rintihan lirih. Kira-kira seperempat jam
kemudian, mereka berteriak keras mengaduh, tetapi dengan itu
bebaslah mereka dari kekejangan anggota badannya ….. dan dapat
bicara lagi.
“Aduh… aduh…. uwah-wah-wah….. belum matikah aku ini.....?!”
keluh seseorang diantaranya.
“Kalian masih hidup …. apakah yang telah terjadi ….
siapakah yang menjiksa saudara-saudara tadi?” tanya Peronda itu
yang menjadi berani berkata agak keras.
Kangjeng pangeran Puger beserta keluarga dan anak buahnya,
meninngalkan kota Kartasura. Pastilah beliau tidak akan kembali
lagi, karena semua perabotan yang serba ringkas dibawa serta dalam
rombongan itu, Mari kita segera melaporkan hal itu, supaya tidak
mendapatkesalahan besar.” kata pemimpin penjaga. Namun betapa
kecewa hatinya, waktu menginsjafi keadaan bahwasanya kuda-kuda

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 325
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

tunggang mereka dipergunakan oleh rombongan terakhir dari pihak


yang lolos.
“Sudahlah, aku saja yang akan melaporkan. Naiklah
dibelakangku, kaulah yang akan menguatkan laporan itu sebagai
saksi.” kata peronda tadi lalu meloncat keatas punggung kudanya.
Pemimpin regu penjaga itupun segera membonceng dibelakangnya.
Malam pekat itu kira-kira pukul tiga, terdengar kempul dan
beri ditatap bertubi-tubi, suatu tanda bahaya mengancam. Maka
seluruh kota sekaligus menjadi geger luar biasa. Semua orang
keluar dari rumah masing-masing, mengira ada kebakaran atau kota
dilanda banjir ... Semua menjadi bingung tidak menentu karena
belum tahu apakah yang sebenarnya terjadi.
Nampak para pembesar praja dan para bupati mancapraja
yang masih berada didalam kota , buru-buru berkuda lengkap
dengan persenjataannya, menuju ke alun-alun untuk berkumpul dan
menerima penjelasan dari raden adipati papatih-dalem,
Kusumabrata. Adapun yang terlihat datang dahuluan adalah
paugeran Sampang dan dipati Surabaja ..... sekalipun mereka
berpura-pura gugup dan tidak mengerti apa yang digegerkan
penduduk ibukota itu. Kedua pembesar itu tampak selalu
berdampingan ... mungkin mereka itu datang dari Jawa timur,
karena segolongan semata-mata,
Baru setelah para pembesar berada di-alun-alun sebagian
besar, muncul pula sri baginda yang juga sudah berpakaian lengkap,
dikawal oleh pengawal-pengawal pribadinya, sedang kedua gandek
(bitara) berjalan mendahului sri sunan, sebagai pelopor jalan. Pada
waktu itulah papatih-dalem mmgumumkan kejadian yang sangat
mengejutkan semua pendengarnya: “Ketahuilah, saudara-saudara
sekalian ... malam ini, pangeran Puger beserta keluarga dan orang
magersarinya, lolos dari kota. Nyatalah sudah bahwa pangeran itu

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 326
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

membangkang pemerintah negeri Mataram, suatu kedosaan yang


sangat besar, karena menghina raja dan kami semua. Menumpas
biang keladi yang membahayakan negara janganlah ditunda tunda,
hingga kelompoknya menjadi besar .... Maka malam ini juga kita
akan melakukan pengejarannya. Baginda berkenan akan
melimpahkan anugerahnya kepada siapapun yang dapat menangkap
pemberontak mati a tau hidup.!”
“Bagus,..!” seru pangeran Sampang, “Disamping tugas masih
ada harapan untuk mendapat hadiah baginda pula, Siapa ikut aku
mengejar yang membangkang perintah negara. Adi Jajapuspita,
mari kita berangkat dahuluan!”
Tanpa menunggu pengumuman selanjutnya dipati Sampang
dan Surabaya, segera meloncat keatas punggung kudanya lagi,
membawa prajurit bawaannya sebagian cepat-cepat menuju
kegapura butulan , Demikian pula para bupati mancapraja yang
kemaruk anugerah baginda, tidak mau ketinggalan mengadu nasib
mencoba coba, biarpun mereka sebenarnya tidak berani gegabah
menyerang pangeran yang dikabarkan sangat sakti itu. Siapakah
nanti yang akan menghadapi gembong besar Mataram itu, setelah
dapat mereka ketemukan.
Setelah mereka melalui gapura butulan dan mendapat
keterangan dari para penjaga, kearah mana rombongan sang
pangeran tersebut, dipati Surabayalah yang memimpin perjalanan
pengejaran itu, Dapat dimengerti bahwa ia sengaja daalam.
selewengan, serang-serong tidak menentu, kian lama kian tidak
menuju ke utara lagi tanpa disadari oleh para pengikutnya. Pasti saja
biarpun sampai hari kiamat, pengejaran itu tidak akan berhasil
karena tidak searah dan sejurusan.
Baru sesudah fajar mulai menjingsing, orang tahu bahwa
mereka telah terlanjur salah arah.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 327
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Yang keliharan sangat menyesal adalah dipati Surabaya,


berkali-kali ia menyalahkan diri, mengapa bisa sesat jalan hingga
demikian jauh. Biarpun para bupati pengikutnya sangat ~angkal,
:etapi siapakah yang dapat menyalahkan orang sesat jalan, lebihz
tumenggung Jajapuspita itu orang Surabaya .... mana dapat faham
jalan diwaktu malam pepat. Terpaksa rombongan itu hanya dapat
menggerutu, kembali ke-Kartasura lagi ranpa membawa buruan
negara.
Tetapi demikian pula agaknya dengan kelompok-kelompok
yang lain ….. Yang kebanyakan hanya menubruk tempat kosong,
menerjang malam suwung saja. Siapakah yang tidak menjadi
kecewa karenanya, setelah manghamburkan tenaga habis-habisan
terpaksa hanya harus merasakan kelelahannya melulu, Namun
diantara para pengejar yang bersungut-sungut itu, ada pula yang
menjengir kegirangan, ialah dipati Surabaya dan pangeran
Sampang.
“Ih, adi Jayapuspita, puaskah hatimu hingga nampak
berjengat-jengit kumismu yang bagus itu...... Awas kalau ada setan
jahat mengetahui akal bulusmu semalam.” bisik pangeran Sampang.
“Ha..ha ….. lapangkan hatimu kangmas, setan dari mana
berani mengganyang danyang Surabaya ini yang kulitnya sudah
mbengkerok demikian, masakan tidak takut keracunan, mati sesaat
kemudian.” jawab kitumenggung dengan ketawa dibalik kumis.
“Tidak lama lagi kakak akan minta-diri dari yang dipertuan
besar itu, karena sudah terlalu lama berada di Ibukota ini. Namun
aku segera akan kembali langsung ke-Semarang, membawa prajurit
Dulangmangap ku seribu lima ratus orang, dengan segala
pedengkapannya. Bagaimana dengan adi tumenggung sendiri?”
dipati Sampang melanjutkan pembicaraannya lirih.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 328
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Akupun segera akan mohon ijin pulang, tanpa menanyakan


lagi daerahku akan jadi dibagi dua atau tidak. Jangan harap mereka
akan melihat wajahku lagi, tanpa senjata terhunus.”
Maka masih banyak lagi yang mereka bicarakan bersama
secara diam-diam itu. Dan karena para pembesar dan para bupati,
mancapraja semua sibuk dengan pembicaraan sendiri·sendiri tak
seorangpun mencurigai kedua tokoh Timur yang sedang sibuk pula
bertukar pikiran dan menetapkan janji-janji sehidup seperjuangan
dalam melampiaskan dendam masing-masing disamping
mengabdikan diri kepada pangeran Puger.
Tiga hari-tiga malam belakangan ini para pembesar pimpinan
negara sangat sibuk berunding membicarakan sagala apa yang
bersangkutan dengan lolosnya pangeran Puger. Mungkin sekali
mereka itu merundingkan, cara menundukkan pemberontakan dan
penangkapannya.
Nah, sampai disitulah pengertianku tentang gegeran di
ibukota Kartasura. Bisa saja tambahkan tentang adanya dua
golongan yang bertentangan di.antara penduduk kota. Segolongan
adalah orang yang memihak raja-muda.

Dapat dimengerti bahwa . mereka itu pastilah sanak kadang


terdekat dan Sri-Sunan, juga keluarga orang-orang yang suka
menjilat dan bermuka muka manis terhadap para penguasa, demi
kedudukan dan penghidupannya.
Kelompok yang kedua adalah semua orang yang suka
menjunjung tinggi perikeadilan dan kebenaran mereka itu
bersimpati kepada perjuangan kangjeng pangeran ...... namun
terpaksa tidak berani bertindak terang-terangan.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 329
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Nyatanya dalam tiga hari ini, tidak seorangpun didalam kota


itu, yang tidak membicarakan soal lolosnya sang pangeran ......
dengan penilaian masing-masing. Apabila aku tidak dicegah ibu
ageng retna Widuri...... pastilah aku sudah meninggalkan keraton
mencari kakak Punung, pada waktu setelah aku mendengar kabar
itu. Baru setelah berita kasib tiga hari aku diperkenankan pulang
kedesa …. dan selanjutnya, bertemu dengan kalian disini.-
demikianlah ken Suwami mengakhiri ceriteranya,

****

BAGIAN V

SETELAH habis peauturan niken Suwami tentang kehebohan


yang terjadi di Kartasura, kelima orang itu terdiam beberapa saat
lamanya, bagai sedang memikirkan kelanjutan dari peristiwa itu,
yang pasti akan menggentarkan negara Mataram sampai kepada
alasannya. Sebenarnya orang sudah dapat meramalkan, sesudah
tindakan baginda yang sangat kurang bijaksana, menjatuhkan
pidana Pambetekan kepada pangeran sesepuh negara itu, pastilah
akan membawa akibat yang akan menentukan nasib negara …..
karena rasa kecenderungan rakjat pada umumnya beralih kepada
sang pangeran.
Lebih-Iebih paageran Puger itu telah termashur keluhuran
pribadinya, kebesaran martabatnya dan tak terkira kesaktiannya,
hingga mendapat julukan Gembong Kartasura.
Semua orang suka dan memuji pangeran sakti itu. Pastilah
mereka tidak akan menolak bila sang pangeran dinobatkan menjadi

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 330
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

raja Mataram Islam itu. Maka setelah terjadi peristiwa lolos dari
kota ini ... tak perlu disangsikan lagi kiblat kebanyakan orang-orang
Mataram.
Tengah menimang-nimang penilaian mereka, Putut Punung
meloncat kedalam gerumbulan yang lebat sambil memberi
peringatan:
“Awas ada orang mendatang mempergunakan ilmu lari cepat,”
Maka segera pula ia diikuti oleh ke-empat temannya yang lain.
Belum lama mereka mendekam digerumbul itu ...... nampak ada
orang lima berdandan serba ringkas, lari cepat sekali seperti diburu
demit. Tak lama kemudian datang rombongan pelari cepat lagi tiga
orang berjubah lamuk dan mendatang dari kejauhan lebih dari
sepuluh orang. Terang sekali bahwa mereka itu semuanya menuju
ke Kartasura.
Berbisiklah ki bekel Samakaton keheranan: “Hai, kiranya
pendekar-pendekar kenamaan bermunculan menuju ke-ibukota.”
“Ah, aku ingat sesuatu ... Kata orang pepatih dalem raden
Adipati Kusumabrata, mendatangkan tokoh-tkoh orang sakti dari
pelosok-pelosok dan lain daerah, untuk menguatkan barisan
pemerintah, menghadapi guna menundukkan pangeran Puger,
Siapakah orang-orang tadi yah, tahukah ayah tokoh-tokoh yang baru
lewat itu?” bertanya niken Suwami.
“Kalau tidak salah lima orang yang paling depan tadi adalah
hima saudara perampok Gunung Kendeng, yang sangat ditakuti
orang. Tiga orang berjubah tadi aku hanya kenal yang dua orang,
jakni kyai Kijing Miring, dan kyai Tameng-Waja tokoh-tokoh sakti
dari lambung gunung Wilis. Orang yang ketiga itu aku belum
pemah bertemu. Rombongan yang datang kemudian, kiranya murid-
murid utama dari ketiga orang berjubah tadi.”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 331
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Hmm, pastilah kita akan mengalami keramaian yang luar


biasa,” ceetuk Sasana ... ”Demikian hebat keangkeran dan
kewibawaan kangjeng pangeran Puger itu hingga, orang
meregerahkan tenaga dunia persilatan sampai kepada tokoh-tokoh
besarnya. Hai ... dapatkah mereka menghadapi Gembong Kartasura
nanti.”
“Asal mereka tidak main keroyokan dan membokong dari
belakang saja beramai-ramai ... belum tentu mereka bisa mendekati
sang pangeran. Tetapi yang sangat dikuatirkan adalah usaha-usaha
pembunuhan secara menggelap dari pihak orang licik. Dan pastilah
mereka akan menggunakan akal rendah itu untuk melenyapkan
perlawanan,” kata sang· ayah bernada prihatin,
“Jangan kuatirkan hal itu jah, …..!” kata Punung, ”Aku akan
berbuat sedapat mungkin untuk mencegahnya. Maka marilah kita
berundng sebaik baiknya untuk mengerjakan sesuatu dalam soal
gawat ini. Aku sendiri akan menyelundup kedalam kota, menyerapi
gerak gerik orang disana, Adik Suwami beserta kakak salah
seorang, melakukan perja lanan ke Semarang, menyampaikan kabar
munculnya tokoh-tokoh persilatan kepada ayah beserta
rombongannya, supaya bersikap lebih waspada. Tentang bapak
sendiri, lebih baik pulang dulu kedesa berkemas ... kemas dan siap
siaga lebih lanjut mengimbangi gelagat keadaan.” Katanya lebih
lanjut.
“Ya ... demikianlah agaknya tindakan kita yang sebaik-
baiknya ….. mudah-mudahan segala sesuatu berjalan sebagamana
yang kita harapkan. Nah ….. anak-anak, mari kita berpisah dahulu,
dan kau Sarasa, kau temani aku menyiapkan segala sesuatunya!”
Kelima orang itu lalu berpisah menjadi tiga golongan, yang
melakukan dharma baktinya masing-masing. Biarpun Niken
Suwarni sangat kurang setuju ….. tetapi demi keselamatan bersama

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 332
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

dan demi cita-cita kemenangan terakhir, terpaksa harus


mendengarkan kata-kata sang suami.
Sebenarnya ia ingin mengikuti suaminya menerjang segala
kesulitan dan segala bahaya …. Namun modalnya masih terlalu
kurang guna melakukan pekerjaan yang dangat berbahaya itu, maka
pergilah ia dengan kakaknya Bagus Sasana ke Semarang.
Bagaikan anak panah lepas dari busurnya, meluncurlah Putut
Punung membuntuti orang-orang sakti yang menuju ke ibukota …..
benar-benar terbangunlah semangatnya untuk melindungi
keselamatan ayahnya.
Syukur ia sudah berdandan dalam penyamaran sebagai
pemuda desa kucal, berkumis dan berjenggot kurang terawat. Rasa-
rasanya tak seorangpun dapat mengenalinya kembali sebagai Den
Mas Purbaya yang gagah perkasa, sehinggga dapat meruntuhkan
hati ratu Alit dahulu.
Dan karena ia tidak menggunakan jalan melewati pintu gerbang
melainkan dengan melewati pagar tembok yang sepi dengan
meloncatinya, maka datanglah ia dalam kota pinggiran, lalu
menyelinap maju kedalam perjalanan lalu lalang di jalan-jalan.
Karena tak seorangpun mencurigai kehadiran pemuda dusun
kucal, yang paling bantar datang di kora menjual ternak itu,
mudahlah ia mencuri lihat segala kesibukan dalam kota pada hari
itu.
Alun-alun kota penuh dengan prajurit yang sedang berlatih ….
Balai agung penuh pembesar-pembesar yang tengah berunding dan
berdebat. Di warung-warung makan banyak terlihat orang-orang
berdandan ringkas, dengan membekal pedang atau golok, tombak
pendek atau tongkat baja dan lain-lain senjata yang bias dipakai
orang-orang persilatan bertempur.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 333
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Pemuda dusun itu masuk kedalam warung makan besar yang


laris sekali, temyata banyaknya orang mengunjunginya. Ia memilih
tempat di bale-bale besar disudut warung itu, hingga mudah melihat
dan mendengar, daripada terlihat dan di dengari.
Seperti orang setengah kelaparan yang tak menghiraukan
apapun kecuali makanan, digasaknya segala apa yang terdapat pada
piring yang berada dimukanya .... hingga mendapat teguran dari
teman duduk sebale-bale:
“Uwah … masakan jadah dan wajik sepiring mau diganyang
sendieian, ..... Orang lainpun ada juga yang hendak merasakannya.”
“Ambillah saudara, siapa melarangmu ikut serta makan, asal
kau dapat membelinya masakan uangmu ditolak.” jawab pemuda itu
sambil mengunyah wajiknya,
“Tolol kau …. masakan aku berani duduk disini, kalau aku
tidak berduit, kau kira hanya orang macammu saja yang beruang
itu, hah!”
“Sudahlah, sudahlah …. engkaulah siberuang, si-orang pinter
sendiri, jangan mentang-mentang mencari urusan ... tuh, ada yang
datang lagi kemari.”
Yang datang hendak makan kali ini lima orang berpakaian
lamuk. Dapat dipastikan kelima orang itu bukaa orang kota disini,
melihat tandang-tanduk mereka agak kaku itu.
Nampak sekali bahwa mereka itu berperangai kasar dan berhati
tinggi ... dasar kelima saudara dari gunung Kendeng ini tamu
undangan pemerintah yang tadi telah mendapat sambutan hangat
dikepatihan, karena saja mereka menjadi lebih berkepala besar.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 334
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Dengan mata melotot menakutkan mereka memandang


kepada orang-orang yang berada disitu dahuluan tanpa malu-malu,
lalu mengambil tempat dibale-bale tengah dengan menjuruh pindah
orang.
Tahu bahwa yang datang pendekar-pendekar kenamaan yang
didatangkan pepatih dalem, maka mengalahlah para penduduk kota.
Pemuda dusun itu mengelak mencuri pandang kepada tamu-tamu
baru leu, karena ia mendengar orang berbisik. Itulah yang bergelar:
„PANCA BARONG‟ orang-orang sakti dari gunung Kendeng.
Yang agak kurus itulah Barong nomor satu, yang lain disebut
Barong nomor dua, tiga, empat lima. Apabila lima bersaudara itu
memainkan golok gabungannya . . hai jangankan manuaia biasa
sekalipun jin atau aetan jejadian, jangan harap bisa keluar dari
kurungannya masih bernyawa.
Entah Barong yang nomor berapa bertanya kepada
pemimpinnya, “Kak, apakah benar jang dikatakan oleh kangjeng
patih tadi, bahwa rupa-rupanya rumah pangeran Puger dijaga oleh
lelembut atau gandarwa yang sakti, hingga. tidak sembarang orang
berani dan dapat memasukinya?”
“Mengapa tidak benar. Orang mengatakan demikian, pastilah
itu ada buktinya. buat apa pepatih dalem mendatangkan tokoh-
tokoh persilatan ini bila tidak akan mendapat tugas yang sekiranya
tidak mudah dilaksanakan oleh orang biasa!”
Kata seorang lagi memambah keterangan kakaknya tertua:
“Rasa-rasanya kami ini dibutuhkan tidak hanya untuk mengobrak-
abrik dalem ka-Pugeran saja ... pastiah masih ada maksud raden
adipati yang belum dikatakan saja.”
“Mengapa kakak tadi memilih waktu malam untuk memasuki
dalem ka-Pugeran? Bila penjerbuan itu dilakukan disiang hari,

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 335
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

bukankah itu lebih aman banyak yang dapat dilihat dengan terang?”
kata seorang dintaranya lagi.
“Jangan terlalu tolol, ... kata Barong tertua ….. kami pasti
lebih letuasa bergerak diwaktu malam daripada di siang hari, supaya
lepas dari gangguan orang lain. Yang suka iseng. Bila toh mereka
menghendaki, biarlah mereka bergerak sendiri, jangan membonceng
pekerjaan orang lain.”
Karena hidangan sudah datang, maka berhentilah
pembicaraan mereka. Namun itupun sudah cukup bagi sipemuda
dusun untuk menentukan langkahnya kemudian setelah
meninggalkan warung. Yang sekarang menjadi bahan analisanya
ialah justru hantu yang menunggu rumah ayahnya.

Apakah betul-betul ada hantu yang dibicarakan itu tadi, kaarena


selama hidupnya dirumah tersebut, ia belum pernah mempergoki
macam jejadian apapun. Akhirnya timbul pikirannya bahwa yang di
ikatakan hantu tersebut pastilah orang juga ….. orang sakti yang
memihak kepada ayahnya dan mencoba menahan serbuan orang-
orang pemerintahan yang pasti akan memusnahkan rumah tercinta
itu.
Maka ingin sekali ia hendak mengetahuinya, siapakah orang
sakti yang berani berbuat demikian, menentang kekuasaan negara.
Sebagai tidak disengaja ia berjalan mendekati dalem ka-Pugeran,
yang ditutup rapat dan diawasi dari kejauhan oleh petugasz negara.
Pemuda desa itu mendekati dalem tersebut dari sebelah
belakang ... Setelah dekat pagar tembok petamanan, ia memilih
sebuah pohon yang cukup besar dan tingginya. Nampak badannya
menjejak dan kakinya yang sebelah menjejak tanah enteng sekali,
meluncur luruslah badannya keatas, setinggi lima meter. Tiba· tiba

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 336
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

telinganya yang tajam itu mendengar suara mendesing, terlihat


olehnya benda kecil sekali meluncur pesat kearah tubuhnya, yang
tengah menjembul naik. Pastilah barang itu akan mengenai dadanya
dengan telak, apabila reaksinya kurang cepat dan tepat. juga getar
sakti yang selalu meliputi diriuja kalah kuat dari tenaga sambitan
yang menggerakkan benda tersebut. Pemuda itu menggoyang
badannya dan mengepretkan tangan kanannya, berkesiur
kencanglah perbawa angin dari gerakannya itu, menghantam benda
keijil tadi. Bebaslah ia dari ancaman terkena sambitan orang sakti
yang berada didalam taman ayahnya, Namun tidak urung ia terkejut
luar biasa, karena tenaga sambitan itu pastilah tak ulah-ulah
hebatnya. Siapakah orang yang bertenaga demikian kuat ltu?
Hinggaplah Putut Punung pada punduk bekas dahan pada
batang pohon tersebut, kira-kira lima meteran dari tanah. Buru-buru
ia menyapukan matanya pada taman keseluruhannya ….. Tak
seorangpun terlihat didalam kebun itu. Apakah henar yang
dikatakan orang-orang itu, bahwa dadalem kaPugeran sekarang
ditunggu oleh gandarwa penjaga ... ?
Dengan sikap benhati-hati sekali pemuda itu berjongkok
tempa tnya, siap untuk menghadapi segala kemungkinan. Ia
bertekad untuk tetap menunggu disitu, untuk melihat sendiri apa
yang bakal kejadian dimalam nanti. Ia jakin bahwa kelima Barong
nanti malam akan mencoba masuk kedalam rumah dengan ijin
baginda untuk merampas atau mengobrak-abrik isi rumah
pemberontak itu.
Kata Putut Punung dalam hati agak keheranan: “Hai, mengapa
hantu itu tidak mencoba sekali lagi berkelakar denganku ... Tahukah
ia sudah, bahwa aku bukanlah lawan, atau takutkah ia bergerak lagi,
unluk tidak mudah diketahui di mana ia bersembunyi?”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 337
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Dengan surupnnya sang Surya, gelap malam datang cepat


sekali, karena tiada berbulan. Hanya bintang-bintang nampak
menghias angkasa, bagai bunga api tertabur luas pada permadani
biru-guram. Segala sesuatu hanya nampak remang-remang samar
antara ada dan tiada.
Namun pemuda yang berjongkok dipuncuk-batang itu
terpaksa masih harus bertahan sabar beberapa waktu, untuk dapat
menyaksikan kejadian kejadian seram dihalaman dalem ka
pangeranan.
Kelompok·kelompok prajurit tamtama serba lengkap
persenjataannya, bermunculanlah dari segala arah lalu
menempatkan diri sejauh lima landean dari pagar bata ka-Pugeran,
dengan sikap mengurung. Mengapa mereka tidak menjerbu sendiri
... mudah saja ditebak oleh Punung .. pastilah hari-hari sebelumnya,
pemah mereka mencobanya, tetapi kapok diperlakukan kurang baik
oleh gandarwa-penjaga dari dalam halaman.
Oleh karena itu, fungsi mereka sekarang, adalah memberi
pertolongan kepada yang mendapat perintah menerjang masuk.
Tiba·tiba sesosok bayangan orang meloncati pagar haaman
dengan membalingkan kerisnya secara hebat sekali, sambil
membentak sesumbar.
“Keluar kau setan berkasakan, sambutlah kedatangan dipati
Ngurawan, SUMADININGRAT.!”
Terdengar suara ketawa mengakak landung memecah
angkasa, menggetarkan rongga dada yang mendengarkan, hingga
banyak orang membekap telinganya untuk melindungi anak-
telinganya yang terguncang keras ….. Tahu-tahu, tumenggung
Sumadiningrat sudah dilempar kembali kebalik pagar jatuh
terbanting tidak sadarkan diri lagi.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 338
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Itulah hebat ... Dalam kalangan para bupati prajurit,


tumenggung Ngurawan bukanlah orang sembarangan. Dialah
pendekar pilihan yang sudah termashur namanya didaerah
Banyumas-timur ... namun kenyataannya dengan demikian mudah
ia dapat dijambret orang dan dibuang balik, sekalipun tumenggung
itu memainkan keris pusakanya,
Bergidiglah raden adipati Sumabrata melihat kenyataan itu ...
ke-angkeran dalem pangeran Puger agaknya bukanlah omong
kosong belaka.
Apakah yang sebenarnya telah terjadi, hanya pemuda dusun
itulah yang dapat menerangkan sejelas-jelasnya, Sekilas pandang
tajam saja tahulah ia, bahwa yang bergerak tadi bukanlah sebangsa
gandarwa atau jejadian segala macam tetapi ... manusia sakti luar
biasa, malahan tahulah ia sudah bahwa sang gandarwa itu adalah
gurunya sendiri, kyai ajar Cemara-Tunggal, yang dijuluki orang si
KUNJUK-SAKTI. Bukan main girang hati Punung, mendapat
kenyataan gurunya membela gerakan ayahnya itu, Hampir-hampir
ia berteriak memangil sang Guru, karena kangen dan rasa rindunya.
Tetapi alangkah salahnya bila terlanjur meneriakinya ... pasti orang
tahu, kalau penjaga dalem itu, ajar Cemara 'I'unggal,
Nah, begitulah duduk perkuranya, dan karena itu juga
sambitan barang kecil yang menyambar kearahnya tadi hampir tak
dapat dihindarinya.
Yang kini menerjang masuk kedalam halaman, adalah kelima
bersaudara tokoh gunung, Kendeng. Dengan mengonat-abitkan
golok golok besar mereka meloncati pager bersama-sama Belum
lagi kakinya menjontuh bumi, mereka membentak keras:
“Sambut kedatangan PANCA BARONG dari gunung
Kendeng yarg minta berkenalan dengan segala macam gandarwa
laknat pembela pemberontak!”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 339
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Segera terdengar desingan bersiat-siut, suara angin yang .


ditimbulkan karena sabetan golok bersambungan, laksana jatuhnya
air hujan.
Namun suara mendesing tadi selalu kabur diterjang kesiuran
angin kencang membadai kesegala arah, yang sanggup
mengguncang keras cabang dan ranting dalam jarak puluhan meter,
merontogkan daun-daun dan menerbangkannya hingga jauh. ..
bahkan ada yang berjatuhan ditempat pengepungan.
Lagi lagi yang dapat melihat dengan terang, adalah sipemuda
dusun tadi.
Kelima hantu gunung Kendeng itu maju berbareng dalam
formasi segi-lima beraturan yang bergerak saling menolong. Bila
yang saru bergerak, bergeraklah keempat orang lainnya bertukar
tempat, dengan ijepat dan lincah sekali.
Orang berada kebetulan dimuka lawan selalu mengadakan
gerak serangan memancing perlawanan musuh. Kalau musuh
menyerangnya, orang yang diserang itu tanpa menghiraukan
keselamatan diri, lekas beralih terapat ... sedang dua orang
dibelakang musuh laksana kilat menyerangnya. Dengan sendirinya,
batallah serangan lawan yang tertuju kepada teman mereka itu.
Namun kali ini kelima iblis itu berhadapan dengan seorang
ahli gerak nomor utama, hingga harus menelan kenyataan ...
keampuhan serangan serangan mereka kandas sebelum tengah jalan.
Mereka itu tidak hanya merasa kacewa saja, tetapi juga merasa
kuatir akan kesudahannya. Sudah terang sekali mereka tidak dapat
berbuat banyak terhadap orang tua yang tengah dikroyok ini ..
sebaliknya harus merasa kuatir terhadap pukulan-pukulan
geledegnya yang kadang-kadang dilamcarkan kepada mereka.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 340
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Kelima hantu gunung Kendeng itu maju berbareng dalam formasi


segi-lima beraturan yang bergerak saling menolong. Bila yang satu
bergerak, bergeraklah keempat orang lainnya bertukar tempat, dengan
cepat dan lincah sekali.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 341
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Pukulan orang atau gaudarwa tua ini benar-benar tidak boleh


dipandang enteng oleh siapapun.
Karena rasa kuatir itu, mereka menjadi makin gelisah,
akibatnya merosotlah keampuhan permainan gabungan panca-golok
tersebut yang biasa dimalui lawan dan diagulkan teman. Betum lagi
mereka bertempur lima belas menit, Panca-Barong itu sudah mandi
keringat, sedang nafasnyapun mulai terdengar tidak teratur lagi.
Tibalah sekarang gilfran si gandarwa. untuk balas membentak
lantang, “Kalau tidak sekarang, kapan akan menggelinding keluar
...... rasakanlah kaengkeran Pangeran Puger..!!”
Dengan membentak demikian llang gandarwa melancarkan
pukulan sakti BUMI GENJOT dan BUMI GONJING, yang
dilaucarkan kepada tanah antara diri sendiri dan lawan-lawannya.
Kontan, bumi terasa bergoncang keras ... gumpalan-gumpalan tanah
berhamburan kesegala arah, melanggar dan menaburi musuh-musuh
secara tidak langsung. Itulah bentuk kemurahan ajar Cemara
Tunggal yang tidak hendak membunuh mati musuh.
Bila pukulan dahsjat itu langsung tertuju kepada orangnya ...
pastilah tulang tulang mereka tidak ada satu yang masih utuh ...
Demikian saja tinggal Barong tertua yang masih dapat memegang
goloknya dengan menggunakan kekuatan seluruhnya. Tiga diantara
mereka terpaksa jatuh mendekam ditanah munta h darah, karena
terlanggar gumpalan tanah, telak mengenai dada meraka.
Pecahlah barisan panca-golok yang mereka bangga-
banggakan itu. Kedua Barong yang masih selamat meloncat dua
laudeyan kebelakang. Berserulah Barong tertua : “Malam ini kami
mengaku kalah .. beranikah tuan memberi jaIan hidup kami lima
bersaudara untuk berlatih lagi lima tahun, supaya kami dapat
menebus kekalahan ini?”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 342
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Mengapa tidak berani ... hayo, menggelinding keluar lah


kalian, bawa saudara-saudaramu itu. Lima tahun kemudian pastilah
aku yang akan mengunjungi kalian digunung Kendeng!”
Terima kasih, dan ... sampai jumpa lagi ditempat pertapaan
kami-kata Barong 'tertua, lalu memondong dua saudaranya dibawa
keluar melewati pintu butulan, di-iringi Barong yang satunya
dengan memondong seorang teman.

****

BAGIAN VI
.
BARU SAJA Panca Barong itu meninggalkan halaman dalem
pangeran Puger, belum lagi gandarwa tua yang bukan lain ki-ajar
Cemara Tunggal, kembali kedalam persembunyiannya, menyambar
datang kesiur angin lembut yang bampir tidak terdengar oleh kyai
Kunjuk Sakti,
Karena mengira diserang oleh lawan sakti lagi, malka cepat
sekali orang tua itu mereaksi menyambut kedatangan lawan dengan
jurus cengkeraman yang ampuhnya mudah dibayangkan.
Pada waktu itu pula terdengar suara berbisik, “Guru, aku,
Putut Punung!” Karena yang datang kali ini adalah si-pemuda desa
tersebut.
Namun suara bisikan itu datang agak terlambat, jurus
cengkeraman tadi sudah tidak dapat ditarik lagi, mendarat dengan
hebatnya pada punggung yang diserangnya. Sebenarnya pastilah
Punung dapat menghindari cengkeraman gurunya, tetapi ia takut
kalau sang guru mendapat malu karenanya, maka dengan

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 343
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

mengerahkan tenaga sakri dengan mengandal kekuatan baju kotang


rajah sasra, diterimalah cengkeraman maut gurunya itu.
“Hajaaaa…!” jengek kiajar waktu melihat siapa yang
diserangnya. Segera ditarik kembali serangannya itu, namun barang
sudah terlanjur ... sulit untuk dilaksanakan seluruhnya sekallgus.
Untung yang diserang tagi murid yang digembleng sendiri, hingga
pasti tahu kedahsyatan jurus itu, untuk dapat mengimbanginya,
menjaga keselamatannya.
Terasa benar bagi orang tua itu, bahwa murid kesajangan itu
tidak hanya dapat mengimbangi serangan melulu, malahan dapat
memunahkannya. Kuda-kudanya tergempur keras waktu ia
menjentuh badan pemuda itu, oleh kekuatan maha dahsyat gaya
tolak yang keluar dari badannya, cengkeramannya meleset, bagai
mencengkeram baja yang dilumuri gajih (lemak). Maka bukan main
rasa takjubnya, mengalami kenyataan ini.
“Paman guru, terimalah sembah sujud murid dan
perkenankanlah aku mengucap terimakasih yang takterhi.ngga atas
kemurahan hati paman melindungi kewibawaan kaum kerabat
murid,!” kata Putut Punung terharu.
Haaaaa ...... aaak baik. muridku sayang … kiranya kau sudah
berhaail melatih ilmu kebal yang sangat berharga itu, bukan??” kata
ki Kunjuk Sakti menjimpangkan pembicaraan,
“Bukan anak telah berhasil mempelajari ilmu kebal seperti
dikatakan paman itu, tetapi murid berhasil menemukan gua kuburan
seorang sakti dari jaman Majapahit, dan mendapat peninggalannya
berupa NAGASURA-JANUR dan sehelai Rompi Rajah Sasra yang
kini murid kenakan. Rompi itulah yang metindungi murid dari
segala senjata tajam atau runcing dan segala macam pukulan sakti.”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 344
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Ahhh, babagia benar kau ini denmas, dan rasa-rasaanya


tenaga saktimupun menjadi lebih kuat berlipatan, adalah karena itu
pula sebabnya.”
“Tidak paman . .. tenagaku menjadi lebih besar itu, karena
murid pernaht minum darah harimau doreng yang sangat besar
dalam gua itu.”
“Anak baik, itulah suratan takdir Tuhan. Kini tak dapat
disangkal lagi bahwa kaulah sipendekar nomor satu diseluruh jagad
Mataram ini. Maka tugasmulah untuk menegakkan keadilan dan
kebenaran dikemudian hari. Ketahuilah, bahwa rakyat pada
umumnya menghendaki pangeran Puger yang harus memegang
pusara keraton Mataram sekarang ini. Beliaulah yang harus menjadi
raja. Maka tugasmu yang paling dekat adalah menjaga keselamatan
dan kewibawaan ayahmu.
Malam hari ini juga denmas harus berangkat ke Semarang
secepat-cepatnya .... guna melindungi sang pangeran dari bahaya
pembunuhan yang mulai dilancarkan oleh pihak lawan. Nah, anak
kau berangkatlah dan waspadalah selalu!”
“Lapangkan hatimu paman, murid akan berbuat menurut
petunjuk paman guru ... Guru, aku berangkat dedengan restumu... !”
Setelah menyembah gurunya melesatlah Putut Punung melampaui
tembok lalu menghilnug ditelan sang malam,
Negara Mataram Jaja, yang suda h berpulu-puluh tahun,
mengenyam tata-tentrem kertara harja lagi, setelah huru-hara
kraman Trunajaya, sekali lagi mengalami terguncang sampai
kepada alasnya, dengan lolosnya kangjeng pangeran Puger dari
Kartasura, Siapakah yang tidak tahu apa artinya, seorang
berpengaruh besar meninggalkan kota tidak dengan seijin Baginda
itu.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 345
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Siapakah yang tidak mengerti bahwa orang itu menentang


kekuasaan pemerintah, melawan kekuasaan raja .. Karena peristiwa
jengkarnya sang pangeran itu tidak dapar dihalangi dan dicegah
seketika, maka pastilah akan terjadi huru-hara peperangan lagi
dengan segala konsekwensinya.
Mudah dimengerti bahwa pekabarannya segera tersiar secara
merata, lebih-lebih karena dalam waktu dekat ini banyak orang kola
datang mengungsi, membawa segala kekayaan yang dapat
dibawanya, Mereka itulah pembawa kabar utama. Oleh karenanya
kesibukan orang dikota, segera berimbas dengan cepatnya. Tak
lama kemudian disusul datangnya para petugas pemerintah,
memanggil para pemuda wajib bakti dan para pemuda sukarelawan,
untuk menjadi bayangkara atau tamtama negara ..... sebagai tentara
cadangan laskar-laskar yang diberangkatkan kemedan paling depan,
yang garis pertahanannya disekitar Salatiga.
“Memang, sekalipun sulit dimengerti, namun terbukti
kenyataannya. Dalam beberapa minggu saja, kabupaten mancapraja
disekitar Semarang, terpaksa harus mengakui keunggulan dan
kedigdayaan para putra gembong Kartasura itu, lebih lebih nama
den mas Sasangka yang kini bergelar pangeran PURBAYA, setelah
kangjeng pangeran Puger dinobatkan oleh para bupati
pendukungnya sebagai raja tandingan raja Kartasura, bergelar
Susuhunan PAKUBUWANA I (hingga para putra berhak mendapat
gelar Pangeran), pangeran muda itulah yang selalu menempati garis
paling depan dalam menaklukan daerah Kendal. Pekalongan,
Demak, Kudus dan Pati, hanya dalam waktu sebulan saja.
Bagaikan angin pujuh pemuda sakti itu menerjang kesegala arah,
untuk mengkonsolidir kedudukan ayahnya.
Maka termashurlah nama pangeran muda itu bersama prajurit
berkudanya yang dua ratus orang dalam pimpinannya. Dalam tiap

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 346
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

pertempuran pangeran Purbaya nampak dikawal oleh tiga orang


pemuda pengawal pribadinya yang hebat luar biasa terjangannya.
sekalipun mereka itu hanya orang-orang tidak bernama saja.
Mungkin hanya beberapa orang saja mengetahui, siapa ketiga
kawal itu, ialah sang pangeran sendiri dan ajabnya, Sri Sunan
PAKUBUWANA bahwasanya mereka itu adalah Putut Punung,
niken Suwami yang menyaru pria, dan bagus Sarasa.
Datang kemudian bala bantuan dari Madura pangeran
Cakraningrat mendatangkan prajuritnya Dulang Mangap seribu lima
ratus orang lengkap dengan peralatannya. Disusul datangnya
prajurit bantuan dari Surabaya dalam jumlah 2000 orang serba
lengkap pula. Cukup kuatiah kini barisan Sri Sunan Paku Buwana I.
untuk berhadapan secara besar-besaran dengan kekuatan Kartasura.
Maka waktu barisan laskar Semarang, yang dipimpin oleh
Panembahan Cakraningrat (gelar baru yang diperolehnya dari Sri
Sunan Paku Buwana I). dipelopori oleh pangeran Purbaya, masuk
daerah Salatiga, seminggu yang lalu, sama sekali tidak menemui
perlawanan.
Sikap bupati Salatiga dan para penjaga benteng Kompeni
dikota itu, yang semula masih menyangsikan akan kemampua
pangeran yang lolos tersebut, kini sudah berubah sama sekali.
Kalau Raden Tumenggung Suranegara mendukung gerakan
sang Pangeran, pihak Kompeni bersikap manis dan lunak sekali
terhadap para pemberontak, sekurang-kurangnya pihak Belanda
tidak akan memusuhi Sri Sunan Paku Buwana I.
Itulah pula perintah yang mereka terima dari pembesar di
Semarang . . . .. supaya pihak Belanda bersikap hati-hatr sekali
sambil melihat gelagat. Maklumlah taktik pedagang bangsa asing

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 347
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

yang selalu mencari enak sendiri, jangan sampai keliru memilih


pihak yang kalah.
Kota Salatiga sekarang menjadi benteng pertahanan pertama
dari Sri Sunan Paku Buwana I untnk menghadapi lawan. Laskar
yang sudah dimukimkan dikota itu tidak kurang dari lima ribu
prajurit. Maka biarpun laskar Kartasura cukup kuat dan seimbang
jumlah kekuatan orangnya .... terpaksa belum berani menerjang
maju, tanpa komando dari pusat.
Konon pepatih dalem sendiri akan datang dengan membawa
laskar inti, guna menggempur musuh. Sebelum beliau datang ketiga
senapati perang, ietindih Iaskar laskar, seperti Pangeran
Natakusuma Tumenggung Wirajuda dan Tumenggung Natajuda
tidak diperkenankan menyerang lawan dulu.
Dua askar raksasa berhadap-hadapan . . .. dua kekuatan maha
dahsyat pasti akan bertumbukan .... siapakah yang tidak menjadi
tegang perasaannya …. siapakah yang tidak akan menjadi giris-
miris dalam hati memikirinya.
Itulah yang sama-sama dirasakan oleh setiap orang yang
bersangkutan.

****

NUN disana .... ditempat penjagaan yang sepi sunyi, dimana


orang tidak mengehawatirkan sama sekali karena ditepi jurang
terjal, tidak mudah dilewati orang, hingga hanya ditempatkan disitu
dua orang penjaga saja terjadi sesuatu yang agak suram.
Karena menunggu giliran bingga pukul dua belas malam nanti
dipinggir jurang dalam hutan itu, mereka sudah sejak tadi

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 348
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

mengumpulkan daun-daun kering dan ranting atau dahan


secukupnya guna membuat perapian pemanas badan.
Tidak lupa singkong dan ketela rambatpun direnggutnya dari
pategalan tadi siang, Maka malam dingin itu mereka dapat
menikmati perbekalannya tersebut, sambil memasang omong.
“Kata orang Sri Sunan Paku Buwana I, tadi pagi sudah
menginjak perbatasan Kota Salatiga, berserta para pengikutnya.
Kalau kabar itu betul, agaknya tak lama lagi kita akan mengalami
pertempuran yang menentukan, bukan?” tanya seorang diantaranya.
“Uwah, masakan aku yang dapat menjawab pertanyaan
macam itu ... Tetapi secara menebak-nebak, aku dapat ikut serta
dengan gagasanmu itu, Hai, alangkah akan hebatnya pertempuran
kedua laskar yang konon sama kuat itu nanti. Namun aku percaya
akau kesanggupan Sri Sunan dan putraputranya, beserta para
pendukungnya. Kehadiran Pangeran Sampang Panembahan
Cakraningrat, Dipati Surabaya Raden Adipati Judanegara, Kangjeng
Bupati Salatiga ….. kiranya cukup dibuat bangga.”
“Kau benar kawan, belum lagi kau sebut-sebut Pangeran
muda sakti Purbaja, Arja Balitar, dan lain-lain yang telah
membuktikan kesanggupannya, meruntuhkan pertahanan para
Bupati mancapraja baru-baru ini ….. hanya dalam beberapa minggu
saja.”
Nampak seorang diantaranya meloncat dari duduknya, namun
demikian berdiri …“hukk”… mengaeleparlah orang itu jatuh
ditanah kembali dalam keadaan pingsm, kareaa punggungnya
digablok orang. Keruan saja temannya terkejut kelabakan hendak
menyambar tombak yang ditancapkan di tanah sebelahaja.
Tetapi baru saja hendak bergerak kedua lengannya sudah
diringkus oleh pendatang yang tidak diinginkan tadi. Lengan itu

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 349
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

dipuntir kedalam keras sekali, hingga pemiliknya mengulun desah


kesakitan. sedang badannya ikut serta berjengat jengit dalam gerak
puntirannya.
Terdengar suara kasar membentaknya, “Ha-ha .... kalau kamu
dapat lepas dari kuncianku ini .... kau adalah orang nomor satu
dalam dunla persilatan. Hajo …. bilang, dimana pemondokan
Pangeran Purbaya .... awas kalau membohong, ku potes lenganmu
dari persendiannya!”
“Ha-ikkktt ... jangan keras-keras dulu. hajaaa ..... sesambat
orang itu. “Kau ini siapa dan apakah maksudmu mencari Pangeran
Purbaja itu?”
“Goblog kau …. pastilah aku bukan temanmu, bukan
sebangsa penjaga berotak beku seperlimu, kalau mencari Pangeran
Purhnya, pastilah untuk dibunuhnya putera seorang pemberontak
itu. Aku adalah murid kepala Kyai Tameng Waja, yang kini
bertugas untuk menigas kepala Pangeran Puger.-
“Wah-wah ...... itulah bebat sekali.” kata penjaga yang sedang
menderita itu, nampak tidak lagi menghiraukan siksaan orang.'
“Apa yang hebat itu?”
“O ...... banyak sekali yang hebat itu, misalnya sang kura-kura
yang hendak menerkam sidoreng raja rimba, bukankah itu seram
hebat dan menggelikan sekali?!”
“Bangsat, kau berani menyindir guruku beserta para muridnya
Tahukah kau, dibawah tebing ini, masih ada tiga orang adik
seperguruanku, yang' pasti akan membereskan putra putra Pangeran
Puger? Kau tidak percaya ...... Nab, temanilah mer …...!
Sebenarnya orang itu hendak melemparkan sipenjaga kurang
ajar tadi kebawah jurang, namun kedua tangannya merasa

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 350
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

kesemutan, hingga macet pula kata-katanya dan melepaskan


puntirannya.
la mundur beberapa langkah, berhadapan dengan pemuda
berpakaian acak-acakan, berbadan tinggi besar kukuh kekar tegap
serasi bersenyum lebar seraya berkata, “Kau benar kawan, …..
dewasa ini banyak sekali sebangsa kura-kura berkeliaran didaratan
yang hendak menangkap harimau dan banteng-banteng temberang
Lucu bukan?”
“Ah,..” kata penjaga yang baru saja bebas dari puntiran orang
menieringai iblis … “Kawan penolong ini bukankah kawal pribadi
Pangeran Purbaya, yang hendak dicari orang itu?”
“Benar ….. hai, orang liar, kau dengar atau tidak. Apa
perlumu hendak bertemu dengan junjunganku itu? Rasa-rasanya kau
tidak mempunyai derajat untuk bertemu dengan beliau maka
cukuplah kau sampaikan saja kepada aku!”
“Baik, …. kalau aku tidak pantas bertemu muka dengan Sang
Pangeran, pastilah aku masih ada harganya unttuk berkelakar
beberapa jurus dengan panakawannya. Cobalah dahulu golokku
ini!”
“Majulah kalau kau ingin menemani adik-adikmu
seperguruan yang kini sedang merintih-rintih dibawah jurang ini.”
“Setan alas ... kau apakan adik-adikku.?”
Membetak begitu, dibarengi dengan membabat lambung
musnhnya secepat kilat, Namun goloknya menjereset lewat hanya
berselisih setengah dim saja dari tujuannya, karena pemuda itu
sudah mengegoskan badannya mengikuti samberan angin yang
timbul karena perjalanan golok.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 351
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Terjerumuk maju sebab goloknya tidak mengenai sasaran


apapun, murid kepala kyai Tameng Waja yang biasanya sangat
jumawa karena sukar bertemu tandingan serimpal, … menyusulkan
jurus tendangan berantai kedua kakinya, Celaka … kedua tendangan
itu banya menggasak udara kosong semata-mata, maka tak ampun
lagi ia terpaksa turun diianah dengan kedua tangannya. Karena
tangan kanannya memegang golok, tak dapat pula dicegah, golok
itu menancap ditanah sampai agak dalam.
Baru ia hendak berdiri, lambungnya sudah digerayang orang,
maka dengan mengerang panjang mentallah orang itu kedalam
jurang. .
“Matikah orang itu?” tanya sipenjaga ketolol-tololan.
“Mana gampang-gampang mati, benalu jahat semacam orang
begituan. Dia hanya akan bertele-tele buat sementara waktu saja.
Dalam sebulan dua bulan ini pasti dia tidak dapat mencelakai orang.
Bagaimana dengan tanganmu, tetluka tidak?”
“O, tidak apa, kiranya akupun jenis benalu itu yang tak mudah
menjadi rusak .. heh-heh-heh…!”
“Apakah kau tidak dapat membela dirimu hingga mudah saja
ditangkap orang?”'
“Wah-ah, mana bisa aku membayar guru silat, yang mau
mengajarkan kepandaiannya?”
“Kau mau ku-ajar bergerak membela diri tiga macam jurus
saja?”
“Kau nanti tidak minta bayaran ... aku ini hanya seorang
jagatirta desa Kepucangan, yang hanya bisa hidup sederhana dengan
keluargaku.”

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 352
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

“Huss …. orang jembel seperti kita ini, apa masih tega


membuat golongannya lebih melarat lagi. Pendeknya, kau lihat aku
bergerak dan meninggkan jejak agak dalam ditanah-guna
turutanmu.”
“Liihat, … jurus yang pertama : satu-dua-tiga, menghindar-
empat lima enam-tuju ….. kau bebas dari segala pukulan macam
apa saja.
Jurus yang kedua: satu-dua-tiga, ….. menyelinap mendekati
lawan, empat, mengancam muka lawan, lima menggaplok lambung
atau punggung lawan.
Jurus ketiga, satu-dua, menjusul musuh, kalau gagal, tiga,
mencengkeram pinggang musuh, empat, menjotos musuh. Pasti
sudah berhasil. Bagaimana, kau sudah lihat?”
“Wah, sulit sulit, apa aku kiranya bisa?- gumam penjaga itu.
“Jalankan saja, tolol...kau harus bisa!”
Mulailah orang itu berlatih, menginjakkan kakinya pada bekas
inyakan pemuda hebat itu. Mula-mula Iambat, sambil ngoceh
menghafalkan petunjuk-petunjuknya. Keruan saja dalam bergerak
sepuluh kali, ia jatuh tersuogkur dengan nafas kempas-kempis,
hampir kehabisan nafas.
“Kau ternyata pandai, sudah berhasil mencontoh ajaranku.
Mari aku tolong melancar jalan pemapasanmu.!”
Cjepat lagi tepat jari jari pemuda itu menari diatas badan ki-
Rejasura. Dimana jari pemuda aneh itu menjentuh badannya,
dirasakannya seluruh badannya tergetar tandas sampai kepada
tulang-tulang .. Mula-mula ia berjengit kesakitan, tetapi sejenak
kemudian dirasakan seluruh badannya semriwing-nyaman, seperti
diterabas siliran angin hangat-hangat sejuk, hingga matanya merem-

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 353
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

melek keenakan , Waktu Putut Punung menghentikan pijetannya,


penjaga itu malahan berkata: “Hajo, hajo … lanjutkan pijet
mujijatmu!”
“Huh, dasar sitolol tidak tahu malu .. Nah, berlatih teruslah,
hingga kau hafal benar-benar, kalau sampai lupa dan salah
menjalankan, masakan tidak copot semua anggota badanmu.”
“Wut-wut…” melesatlah pemuda ajaib itu dari sampingnya,
lenyap seketika itu juga.
“Hai-hai, kau mau kemana?” menanya ki Rejasura sambil
meloncat dari posismja semula. “Hlo-hlo, … bagaimana aku ini?”
Bukan main kagetnya waktu badanya melenting sampai dua
meter tingginya. Dirasakan badannya enteng seperri kapas saja,
Karena belum mengetahui bahwa nadi-nadi dalam badannya
sekarang menjadi lurus rapi, hingga kekuatannya menjadi sangat
besar, belum pula ia dapat mengatur penggunaannya.
la terpaksa jatuh menggabruk tanah pada seluruh badannya
lagi, tetapi jatuhnya sangat enteng tanpa merasa sakit.
Buru-buru ia jongkok untuk berpikir sejenak, Sekalipun
otaknya kurang encer tetapi akhirnya terasalah olehnya bahwa
pemuda tadi sebenarnya memberi hadiah yang tak temilai harganya.
Tahulah ia bahwa ia bukan Rejasura yang kemarin berangkat
kepenjagaan terpencil ini.
“Ya Tuhan, limpahkanlah anugerah-Mu kepada pemuda ajaib
itu, dan berilah aku jalan terang untuk menjadi orang baik
seterusnya.”

****

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 354
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

BAGIAN VII

HINGGA larut malam Sri Sunan Paku Buwana I masih duduk


diserambi samping kanan dalem kabupaten Salatiga, merundingkan
soal-soal siasat pertempuran dengan dipati Surabaya, dipati Salatiga
dan pangeran Cakraningrat.
Para tetindih juda-pun tidak ada yang ketinggalan, semua
menghadap Sri Sunan sambil memperhatikan penerangan-
penerangan baginda,yang ternyata ahli siasat-perang dan seorang
senapau yang sulit dicari tandingannya.
Betapa jelasnya keterangan baginda itu mengenai seluk beluk
gelaring-juda, satu demi satu.
Tengah mereka berunding itu, baginda mengulapkan tangan,
seraya bersabda : “Siapa berani mencuri dengar orang sedang
berbicara, Turun kau!”
Hebat benar pendengaran baginda itu, beliau sudah
menangkap suara sesuatu yang mencurigakan, sedang orang lain
masih enak enak mendengarkan baginda melulu. Mau tidak mau
mereka harus merasa agak malu, dan mengakui keunggulan baginda
dalam ilmu kepandaian segala macam.
Baru mereka hendak beraksi serentak ...... blugg, orang laki-
Iaki berjubah lamuk jatuh menggelinding dari atap serambi, mengga
bruk ditanah, Namun orang itu segera melompat berdiri tegar, kira-
kira tiga landeyan dari yang berada didalam gadri,
Berseru menggeledeglah orang itu, memamerkan tenaga
saktinya yang sangat kuat : “Iblis dari mana berani mati

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 355
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

membokong ki Tameng-Waja, seperti cecunguk gelandangan,


Hayo, keluarlah kau, setan.
Sedang para hadirin masih terhenyak diam, karena anak
telinganya terasa sakit seperti hendak pecah ......... nampak sesosok
tubuh meluncur turun dari pohon kenanga didekat gadri tersebut,
Kini jelaslah siapa yang terjun dari pohon tersebut, seorang pemuda
berdandan serba ringkas, bertubuh tinggi kekar.
Cepat sekali ia berbuat sembah terhadap baginda raja, untuk
segera berbalik hadap, menghadapi kyai Tameng-Waja, Berkatalah
pemuda itu dengan suara tandes namun enak didengar,
membujarkan pengaruh suara lawannya.
“Inilah putut Punung, murid tunggal ajar Cemara Tunggal.
Hai, pendeta gadungan ...... baru kau terkena siliran nafasku, kau
sudah kelabakan seperti ular kena gebug. Salahmu sendiri bila kau
sampai jatuh dari tempat pengintaianmu. Jangan kau kira bahwa
baginda Paku Buwana I tanpa wilalad. Ketahuilah, bahwa kau telah
kubayangi sejak di Bayalali ….. Kau menyanggupkan diri hendak
membunuh Sri Sunan Paku Buwana I seperti kedua teman
chianattanmu kyai Kijing miring dan Resi Rajeg-wesi yang kini
sudah pulang memelihara cideranya ... mampukah kau berbuat
demikian. Kalau aku hendak membokongmu, dari tadi kau pasti
sudah berkeliaran dineraka . . . . hitung-hitung, membalaskaa budi
guruku yang pemah kau siksa lima tahun lamanya, karena akal-
curangmu semata mata. Dosamu sudah bertumpuk mencakar
angkasa, dengan menodai sekian banyak anak dara yang kemudian
kau bunuhi semuanya ...... demi ilmu sesatmu itu. Kau hadapilah
sekarang murid kiai Kunjuk-Sakti ini, yang menagih piutang jiwa
atas nama beliau!”
“Kunjuk budug tua bangka kau mengapa tidak berani datang
sendiri, menjuruh anak masih ingusan begini untuk menerima.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 356
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

binasa dariku, ha . . . . . . Anak setan, betul-betulkah kau hendak


menagih-piulang gurumu itu? ... Baiklah, kalau tidak mendapat
hajaran masakan kau mau mengerti betapa tebalnya bumi!
Dalam tiga jurus, bila kau ternyata dapat menyelamatkan dirimu ...
sulitlah kiranya bagiku untuk menginjak dunia ini lebih lama.!”
“Bagus, ..... apabila dalam satu jurus pembalasanku kau dapat
selamat, pasti aku tidak akan menghalangi lagi segala apa
tindakanmu.!”
“Anak haram ... rubuh kau … !” seru Tameng Waja sambil
melancarkan pukulan saktinya. Angin santer menyambar kearah
Punung yang berdiri tegar tidak mengelak, tapi nampak memutar
lengannya membuat lingkaran kearah pembuyarau ... dan amblaslah
pukulan kyai itu.
Terdengar ia mendengus keras seraya melakukan serangan
yang kedua. Tangan kyai Tameng-Waja dirangkap menjadi satu
didorongkan kemuka. Reaksi pemuda gagah itu masih gerak seperti
tadi hanya sekarang lingkaran yang dibulatnya condong miring
kesamping. .
Kembali pukulan kyai itu lenyap seperti ditelan semudera.
Maka dengan memekik keras Tameng-Waja melancarkan jurusnya
yang ketiga sambil menubruk mangsanya. Serangan itu ganas lagi
ampuh dan kuat laksana gunung runtuh.
Namun justru itulah yang dikehendaki lawannya ... mengadu
kekuatan, Putut Punung menggunakan jurus ketiga, Bumi genjot-
gonjang-ganjing dengan sepenuh tenaga saktinya,
“Buumm….!” dua tenaga raksasa bertemu lawan ... hebat
sekali akibatnya. Putut Punung nampak berdiri tidak bergeming,
sekalipun kakinya melesak ditanah kering sampai batas mata-kaki.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 357
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Tetapi lawannya mental terbang seperti tertumbuk tugu baja,


hingga dua tombak jatuh ditanah tiada bernyawa lagi. Dari mulut,
hidung dan telinganya keluar darah segar bergelegakan.
Waktu itu baginda berkenan untuk memeriksa keadaan
berakhirnya pertempuran dahsjat tadi, Semua orang bergidig waktu
melihat kenyataannya. Malam itu sri sunan mendengarkan laporan
Putut Punung apakah yang sudah dirintisnya dihari-hari belakangan
ini.
Di Bayalali pemuda itu bertemu dengan pamannya pangeran
Harya MATARAM (adik pangeran PUGER), yang bertugas
mempertahankan Bayalali. Paman itu menyampaikan pesan kepada
Sri Sunan Paku Buwana I untuk segera menggebah pertahanan patih
Sumabrata disekitar Salatiga, dan lekas lekas memasuki Bayalali,
yang segera akan ditinggalkan oleh sang paman ..... pura-pura lari
dari Bajalali, untuk memikat sang sunan Amangkurat segera
meninggalkan kota, supaya jangan sampai teringkus musuh. Itulah
pesan wanti-wanti dari sang adik, Sang pangeran sendiri segera
akan mengumpul dipihak sang kakak.
Itulah kabar yang sangat menggembirakan pihak Sunan Paku
buwana. Dan ...ya, apa lagi hendak dituturkan ….. Perlawanan
pepatih dalem digaris paling depan pecah berantakan, malahan
raden adipati Sumabrata sendiri hampir konyol tertawan musuh,
bila tidak segera menukar pakaian, menghilang dilautan prajurit
yang tengah lari mengungsi hidup.
Pertahanan di Bajalali tidak mampu bertahan hingga sejam
penuh .... akhirnya kota Kartasura menjadi kalang kabut karena
ancaman musuh kian mendekat. Sunan Mangkurat Mas terpaksa
lolos dari keraton, mengungsi ke Jawa Timur, kepada dipati
WIRANEGARA, (dahulu UNTUNG SURAPATI) dan akan
melanjutkan bertahan bersama-sama dengan dipati tersebut.

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 358
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Demikianlah kisah GEMBONG KARTASURA, yang


kemudian dinobatkan sebagai raja Mataram yang resmi, yang dapat
menyatukan negara kambali menjadi tata-tentrem karta-raharja.
Pantas disebut sebut bahwa nama PANEMBAHAN
PUNUNG, selalu menggema harum diseluruh bagian negara.
Beserta isteri tercinta sang panembahan sering berada di gua
puncak gunung tersayang.

TAMAT

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 359
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

SEGERA TERBIT !!!

Sumber Pustaka : Gunawan Aj


Pdf image : Gunawan Aj 360

Anda mungkin juga menyukai