******
Hidup adalah perjalanan kesadaran untuk
memanfaatkan potensi diri. Menggapai
kebenaran hakiki dalam menuju keridhoan
Ilahi. Begitulah seharusnya seorang muslim
berfikir”.
Mewaspadai Pangkal Kesalahan
Kesombongan, ia adalah sikap tinggi, orang yang
sombong selalu melihat dirinya dengan kacamata
kebesaran dan serba berlebih di atas orang lain. Sehingga
seorang meremehkan dan merendahkan orang lain.
Bahkan kesombongan adalah dosa pertama yang
dipergunakan untuk menentang Allah. Sang penentang
utama adalah Iblis – la’natullah ‘alaih - : “Dan ingatlah
ketika Kami berfirman kepada para Malaikat,
“Bersujudlah kepada Adam!’, maka mereka bersujud,
kecuali Iblis; ia enggan dan takabbur, dan adalah dia
termasuk golongan orang-orang yang kafir” ( Qs. Al-
Baqarah,2:34)
•Ketamakan, ia merupakan salah satu sebab
dosa manusia. Karena ketamakan itulah iblis
telah menyeret Adam dan Hawa pada
kesesatan. : “Kemudian setan membisikan
pikiran jahat kepadanya, seraya
berkata:“Wahai Adam, maukah kutunjukan
kepadamu pohon khuldi dan kerajaan yang
tidak akan binasa (Qs Thaha,20 :120
• Kedengkian, ia adalah salah satu faktor yang
menyebabkan kemaksiatan anak Adam pertama.
Allah berfirman: kedua putra Adam (Habil dan
Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya
mempersembahkan qurban, maka diterima dari
salah seorang diantara mereka berdua (Habil) dan
tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia (Qabil)
berkata, “Aku pasti akan membunuhmu!’,
Berkatalah Habil; “Sesungguhnya Allah hanya
menerima (kurban) dari orang-orang yang
bertaqwa”. (Qs. Al-Maidah, 5;27)
“ Tidak ada musibah yang paling dahsyat
yang dirasakan manusia, selain ketika hatinya
sudah tidak lagi berpihak pada kebenaran.
Sebab hal itu bukan hanya menyengsarakan
hidup di dunia tetapi kelak di akhirat akan
tersiksa “
*******
Belajar Dari Kesalahan
Bagi orang yang memiliki jiwa sehat (bersih),
sekecil apapun kesalahan akan membuatnya
tidak merasa tenang. Ia merasa tidak nyaman
dan terus dihantui rasa bersalah, terlebih
ketika seseorang yang disalahinya tidak juga
mau memaafkan. Ia merasakan betapa tidak
enaknya dibenci seseorang dan betapa tidak
nyamannya di kejar rasa bersalah. Bahkan
meminta maaf kepada orang yang kita telah
bersalah kepadanya terkadang bukanlah
pekerjaan mudah.
Jika Dihantui Rasa Bersalah
•Orang yang hatinya pecah, kaya air mata, hidup perasaanya gelisah karena rasa
bersalah, jujur ungkapannya, kaya perasaan, hatinya mendidih dan nuraninya
menyala-nyala, sepi dari sifat ujub, tidak sombong dan tidak banyak mengklaim
dan Orang yang berada diantara harapan dan ketakutan, antara selamat dan celaka,
•Orang yang memiliki pelajaran pada setiap realitas, jika melihat orang berkumpul,
ia ingat akan kiamat. Jika melihat orang berdosa, ia menangis karena takut atas
dosa-dosanya. Jika melihat kenikmatan, ia takut surga surga akan diharamkan
baginya, jika mengingat neraka ia menyangka bahwa dirinya akan jatuh
kedalamnya.
•Orang yang menemukan manisnya melaksanakan ketaatan, menemukan eloknya
beribadah, menemukan lezatnya iman dan merasakan indahnya kehidupan.
Keberhasilan taubat akan terlihat manakala kita sudah mulai terbebas dari
“rasa bersalah” yang pernah menghantui. Sebagaimana yang pernah di
ungkapkan oleh Ibnul Qayyim al-Jauziyyah; Bahwa seorang hamba yang
berakal, jika kembali melakukan kesalahan, maka ada beberapa hal yang selalu
diingatnya: