Anda di halaman 1dari 33

RENUNGAN 4

Bila Rasa bersalah Terus Mengikuti


Kiat Mengembalikan Keyakinan Diri
Bersama : Anwar Anshori MD

Bila Rasa Bersalah terus
Mengikuti
Kiat Mengembalikan Keyakinan Diri
MEMPERSEMBAHKAN
Bila Rasa bersalah terus Mengikuti
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti
langkah-langkah setan, barang siapa mengikuti langkah-
langkah setan. Maka sesungguhnya setan itu menyuruh
mengerjakan perbuatan keji dan mungkar. Sekiranya tidaklah
karena karunia Allah dan Rahmat-Nya kepada kamu
sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari
perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya.
Tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan
Allah Maha Mendengar Lagi Maha mengetahui. , (Qs. An
Nur [24]:21)
Manusia
Tempatnya
Kesalahan
Bersungguh-sungguhlah pada hal
yang bermanfaat bagimu, dan
mintalah pertolongan kepada Allah
serta jangan merasa lemah. Bila
kamu ditimpa sesuatu janganlah
kamu mengatakan, Seandainya
(tempo hari) aku melakukan ini,
niscaya begini-begini.
Katakanlah, Allah telah
menakdirkan dan apa yang Allah
kehendaki maka itu terjadi.
Sesungguhnya kata seandainya
akan membuka pintu perbuatan
setan.
(HR. Muslim)
Rasulullah mengajarkan agar kita dapat
menghapus kesalahan, kita harus merubah sikap
dan akhlak kita sebagaimana sabdanya:Akhlak
yang baik dapat menghapus kesalahan, bagaikan air
yang menghancurkan tanah yang keras. Dan akhlak
yang jahat merusak amal, seperti cuka merusak
manisnya madu (Hr. Baihaiqi)
Merasa Bersalah tidak salah
Penyesalan yang hadir dari rasa
bersalah karena pernah melakukan
dosa dan kesalahan adalah awal
menuju taubat yang sesungguhnya,
karena taubat selalu di awali dari
penyesalan. Taubat tidak akan pernah
ada tanpa didahului oleh penyesalan
terhadap dosa .
******
Hidup adalah perjalanan kesadaran untuk
memanfaatkan potensi diri. Menggapai
kebenaran hakiki dalam menuju keridhoan
Ilahi. Begitulah seharusnya seorang muslim
berfikir.
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah pernah menyatakan:
Allah telah menggabungkan dua jiwa; yakni jiwa
yang tenang dan jiwa yang jahat dan mereka saling
bermusuhan satu sama lain.
Mewaspadai Pangkal Kesalahan
Kesombongan, ia adalah sikap tinggi, orang yang
sombong selalu melihat dirinya dengan kacamata
kebesaran dan serba berlebih di atas orang lain. Sehingga
seorang meremehkan dan merendahkan orang lain.
Bahkan kesombongan adalah dosa pertama yang
dipergunakan untuk menentang Allah. Sang penentang
utama adalah I blis lanatullah alaih - : Dan ingatlah
ketika Kami berfirman kepada para Malaikat,
Bersujudlah kepada Adam!, maka mereka bersujud,
kecuali I blis; ia enggan dan takabbur, dan adalah dia
termasuk golongan orang-orang yang kafir ( Qs. Al-
Baqarah,2:34)
Ketamakan, ia merupakan salah satu sebab
dosa manusia. Karena ketamakan itulah iblis
telah menyeret Adam dan Hawa pada
kesesatan. : Kemudian setan membisikan
pikiran jahat kepadanya, seraya
berkata:Wahai Adam, maukah kutunjukan
kepadamu pohon khuldi dan kerajaan yang
tidak akan binasa (Qs Thaha,20 :120
Kedengkian, ia adalah salah satu faktor yang
menyebabkan kemaksiatan anak Adam pertama.
Allah berfirman: kedua putra Adam (Habil dan
Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya
mempersembahkan qurban, maka diterima dari
salah seorang diantara mereka berdua (Habil) dan
tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia (Qabil)
berkata, Aku pasti akan membunuhmu!,
Berkatalah Habil; Sesungguhnya Allah hanya
menerima (kurban) dari orang-orang yang
bertaqwa. (Qs. Al-Maidah, 5;27)
Tidak ada musibah yang paling dahsyat
yang dirasakan manusia, selain ketika hatinya
sudah tidak lagi berpihak pada kebenaran.
Sebab hal itu bukan hanya menyengsarakan
hidup di dunia tetapi kelak di akhirat akan
tersiksa
*******
Bagi orang yang memiliki jiwa sehat (bersih),
sekecil apapun kesalahan akan membuatnya
tidak merasa tenang. Ia merasa tidak nyaman
dan terus dihantui rasa bersalah, terlebih
ketika seseorang yang disalahinya tidak juga
mau memaafkan. Ia merasakan betapa tidak
enaknya dibenci seseorang dan betapa tidak
nyamannya di kejar rasa bersalah. Bahkan
meminta maaf kepada orang yang kita telah
bersalah kepadanya terkadang bukanlah
pekerjaan mudah.
Belajar Dari Kesalahan
Pelanggaran atas hak Allah
Ibnul Qayyim berkata: Taubat nashuha itu meliputi tiga unsur;
Pertama, ia mencakup seluruh dosa, sehingga tidak ada satu
dosapun tertinggal. Kedua, kebulatan tekad untuk itu, sehingga
tidak tersisa lagi keragu-raguan dan kebimbangan. Ketiga,
memurnikan dari berbagai hal yang bisa merusak keihklasan
taubat itu, juga agar tetap terjaga rasa takut kepada Allah dan
pengharapan terhadap balasan yang Allah sediakan. Di akhir
buku ini akan kita paparkan risalah taubat yang lebih sempurna

Jika Dihantui Rasa Bersalah
Barang siapa pernah menzhalimi
saudaranya dalam hal harta dan
kehormatan henaklah meminta
keridhoannya, sebelum dinar dan
dirham tiak lagi bermanfaat selain
kebaikan dan keburukan.
( HR. Bukhari)
Jika Dihantui Rasa Bersalah
Para bijak bertutur; Sekali kita hidup dan
sekali kita gagal dalam menyikapinya, maka
kegagalan beruntun akan menanti
sepanjang masa. Di dunia akan sengsara,
sakaratulmaut penuh derita, dialam kubur
tersiksa, di alam mahsyar merana dan
menjadi penghuni tetap didalam neraka .
Sesungguhnya Apa Yang Sedang
Kita Cari ?
******
Kesalahan yang menyangkut hak Allah
tidak bisa di maafkan selain dengan
permintaan maaf
dari yang melakukan kesalahan itu sendiri.
Walaupun seluruh penghuni bumi memohon
maaf baginya, sementara ia sendiri tetap betah
dalam penyimpangan .
*****
Taubat adalah pintu akhir yang menyingkirkan
kemaksiatan yang di buka oleh Allah bagi hamba-Nya
agar mereka terhindar dari dosa yang bersifat terus
menerus.
Taubat adalah gerbang untuk menghilangkan rasa
putus asa seseorang untuk menjadi orang baik,
sekaligus langkah untuk mencari kebenaran yang
hakiki agar mendapatkan kebahagiaan yang sejati.
Taubat adalah awal para penempuh jalan, modal
utama untuk orang-orang sukses, kunci istiqomah bagi
yang mudah terlena dan pangkal kesucian para
muqarribin.
Taubat adalah kembalinya seorang hamba pada jalan
Allah, meninggalkan jalan orang-orang yang di
murkai dan yang sesat.
Tentang Hakekat Taubat
Dan bertaubatlah kepada Allah semuanya, wahai orang-orang
yang beriman, semoga kalian mendapat kemenangan
(beruntung) ( Qs. An-Nur:31)


Hai orang-orang yang beriman bertaubatlah kalian kepada
Allah dengan taubat nashuha, semoga Rabb kalian
menghapuskan keburukan-keburukan kalian dan memasukan
kalian ke dalam surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-
sungai. (Qs. At-Tahrim:8).

Dan barang siapa bertaubat dan beramal sholeh maka
sesungguhnya ia telah bertaubat kepada Allah dengan
sebenarnya (Qs. Al-Furqan: 71)

Dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka merekalah orang-
orang yang dzalim (Qs, Al-Hujurat: 11)
Beberapa Dalil tentang pentingnya taubat:
Motivasi Dalam Taubat
1. Agar kita dapat kembali kepada Allah
untuk beribadah kepadaNya
2. Untuk mentaati perintah Allah
3. Menyingkir dari kedzaliman menuju
kemenangan
4. Meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.
5. Menuju keridhaan yang hakiki
Mengendalikan hawa nafsu dan menjauhi
pengaruh syetan
Menjauh diri dari sarana yang menyebabkan
dosa
Tidak terpedaya dengan gemerlapnya dunia


Mengatasi penyebab Dosa dan
Maksiat
Orang yang hatinya pecah, kaya air mata, hidup perasaanya gelisah karena rasa
bersalah, jujur ungkapannya, kaya perasaan, hatinya mendidih dan nuraninya
menyala-nyala, sepi dari sifat ujub, tidak sombong dan tidak banyak mengklaim
dan Orang yang berada diantara harapan dan ketakutan, antara selamat dan celaka,
Orang yang memiliki pelajaran pada setiap realitas, jika melihat orang berkumpul,
ia ingat akan kiamat. Jika melihat orang berdosa, ia menangis karena takut atas
dosa-dosanya. Jika melihat kenikmatan, ia takut surga surga akan diharamkan
baginya, jika mengingat neraka ia menyangka bahwa dirinya akan jatuh
kedalamnya.
Orang yang menemukan manisnya melaksanakan ketaatan, menemukan eloknya
beribadah, menemukan lezatnya iman dan merasakan indahnya kehidupan.
Buah Kesadaran Taubat
Keberhasilan taubat akan terlihat manakala kita sudah mulai terbebas dari
rasa bersalah yang pernah menghantui. Sebagaimana yang pernah di
ungkapkan oleh Ibnul Qayyim al-Jauziyyah; Bahwa seorang hamba yang
berakal, jika kembali melakukan kesalahan, maka ada beberapa hal yang selalu
diingatnya:
Ia akan mengkaji perintah Allah dan larangan-Nya sehingga
ia mengakui kekeliruannya.
Ia akanmerenungi janji dan ancaman Allah yang di sediakan
oleh Alah, sehingga ia selalu di liputi rasa takut yang
membawanya kepada taubat.
Ia akan memperhatikan betapa Allah telah membiarkannya
dan meninggalkannya melakukan perbuatan dosa. Padahal
jika Allah menghendaki, bisa saja Allah menjaganya dari
semua itu.
Ia akan lebih mengerti akan izzah (kemuliaan) Allah dalam
ketentuan-Nya. Allah adalah al-Aziz yang menentukan
sekendaknya. Dan bahwa dengan kesempurnan izzah-Nya
Dia memutuskan hukum atas hamba-Nya, Dia menentukan
berbaliknya hati si hamba.

Anda mungkin juga menyukai