Anda di halaman 1dari 3

marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah Swt.

, berkat rahmat dan hidayahnya, kita dapat


berkumpul di ruangan ini dalam keadaan sehat wal ‘afiat. Sholawat serta salam tak lupa kita haturkan
kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad Saw., yang kita nantikan syafaatnya kelak di yaumul
qiyyamah, Allahuma Amiin.

Pada kesempatan kali ini Saya akan menyampaikan kultum mengenai bahaya ghibah.

Barang siap yang bertakwa kepada allah, maka allah akan mencukupinya. Dan barang siapa yang takut
kepada manusia, sesungguhnya manusia tidak bisa memberikan manfaat sedikitpun di hadapan allah
swt. kita juga harus manyadari bahwa tidak yang bisa mendapatkan rahmat kecuali orang orang yang
bertakwa. Tidaklah mendapatkan pahala, kecuali orang orang yang berada di atas ketakwaan.

sebagai agama yang sempurna, islam mengajak berbicara akal, hati dan perasaan, akhlak dan
pendidikan. Agama yang mulia ini mengharuskan adanya peraturan peraturan agar seorang muslim
dapat memiliki hati yang selamat, perasaan yang bersih, menjaga kehormatan lisan, dan menjaga
rahasia pribadinya, serta dapat berakhlak mulia terhadap rabbnya, dirinya sendiri, dan seluruh
manusia. Allah swt berfirman :

"Hai orang orang yang beriman, jauhilah kebanyakan puba sangka (kecurigaan), karena sebagian dari
purba sangka itu dosa. Dan janganlah mencari cari keburukan orang lain" (QS. Al-Hujurat: 12).

Pesan Al-Qur'an ini merupakan jawaban dari fenomena yang kita lihat saat ini. Yakni, agar kita
terhindar dari perbuatan ghibah (menggunjing), mencari cari kesalahan orang lain. Karena
menggunjing merupakan salah satu dosa besar yang membinasakan, merusak agama para pelakunya,
baik sebagai pelaku ataupun orang yang rela ketika mendengarkannya. Allag swt berfirman :

"..Dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu jijik kepadanya. Dan
bertakwalah kepada allah. Sesungguhnya allah maha penerima taubat lagi maha penyayang" (QS. Al-
Hujurat: 12).

Menggunjing orang lain tidak lepas dari salah satu dari tiga istilah, yang semuanya disebutkan didalam
al-qur'an, yaitu: Ghibah, Ifku, dan Buhtan. Apabila yang kita sebutkan tentang saudara kita itu memang
ada pada diri mereka, maka ini disebut ghibah. Apabila kita menyampaikan semua yang kita dengar,
maka ini adalah ifku. Dan apabila yang kita sebutkan tidak ada pada diri saudara kita, maka ini
dinamakan buhtan.

Ghibah (menggunjing) adalah segala sesuatu yang dapat dipahami dan dimaksudkan untuk menghina,
baik berupa perkataan, isyarat atau tulisan. Ghibah juga bisa berupa penghinaan pada seseorang
mengenai agama, fisik, akhlak dan keturunannya. Barang siapa yang mencela citptaan allah, berarti
telah mencela penciptanya.

Nabi menyeru pelaku perbuatan ini dengan sabdanya. "Wahai orang orang yang beriman dengan
lisannya, namun keimanan itu belum masuk ke dalam hatinya! janganlah kalian menghibah
(menggunjing) kaum muslimin. Jangan pula mencari cari aib mereka. Barang siapa yang mencari cari
aib mereka, maka allah akan mencari cari aibnya, niscaya allah akan membeberkan aibnya, meskipun
dia di dalam rumahnya".

Tentang bahaya menggunjing ini, Hasan al-Bashri berkata, Ghibah, demi allah, lebih cepat merusak
agama seseorang daripada ulat yang memakan tubuh mayit". Maka sungguh aneh, jika ada orang yang
mengaku sebagai ahlul hq dan ahlul iman, ternyata ia melakukan perbuatan ghibah (menggunjing).
Sedangkan dia mengetahui akibat perbuatan buruk tersebut. Firman Allah swt mengingatkan :
"... Adakah seorang di antara kamu suka memakan daging ssaudaranya yang sudah mati? maka
tentulah kamu merasa jijik kepadanya." (QS Al-Hujurat: 12).

Seburuk buruk ghibah, yaitu menggunjing para pemimpin, para ulama, orang orang berkedudukan,
orang orang shalih, dan orang orang yang mengajak berbuat adil. Pelaku ghibah ini merendahkan
kedudukan mereka, menghilangkan kewibawaan mereka, menghilangkan kepercayaan terhadap
mereka, mencela perbuatan dan usaha mereka, dan meragukan kemampuan mereka.

Bayangkan, tidak disebut seorang yang mulia di hadapannya, kecuali dia rendahkan. Tidaklah muncul
orang yang mulia, kecuali dicelanya. tidak pula orang yang shalih, kecuali dia akan menuduhnya.
Pelaku ghibah ini, senang menuduh orang orang terpercaya, menggunjing orang orang shalih, pelaku
ghibah menanamkan permusuhan dan membingungkan orang orang kebanyakan, memutuskan
silaturrahmi dan memecah persatuan.

Allah berfirman: "Hai orang orang yang beriman hendak lah kamu jadi orang orang yang selalu
menegakkan kebenaran karena allah swt, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali kali
kebencianmu erhadap sesuatu kaum, mendorong kamu berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil
itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada allah, sesungguhnya allah maha mengetahui
apa yang kamu kerjakan" (QS Al-Maidah: 8).

Hendaknya kita bertakwa kepada allah swt. Sungguh beruntung orang yang bisa menahan diri, tidak
berlebihan dalam berbicara. Sungguh beruntung orang yang bisa menguasai lisannya. Sungguh orang
yang terhindar dari menggunjing orang lain, karena ia lebih sibuk mengoreksi dirinya. Sungguh
beruntung orang yang berpegang kepada petunjuk al-qur'an, kemudian menghadap allah dengan hati
yang khusyu', lisan yang jujur, dan ikhlas mencintai saudaranya.

"Ya rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari
kami, dan janganlah engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang orang yang
beriman, ya rabb kami, Sesungguhnya engkau maha penyantun lagi maha penyayang" (QS. Al-Hasyr:
10).

hendaklah kita jahui perbuatan ghibah, ia mendapatkan dosa yang sama seperti pelakunya. sehinga
orang yang mendengarkan ghibah tidak selamat dari dosa, kecuali jika ia mengingkari dengan lisanya,
atau dengan hatinya. apabila bisa, hendaklah ia tingalkan tempat berlangsungnya ghibah tersebut,
atau memutusnya dengan mengalihkan kepada pembicaraan yang lain. karna orang yang diam ketika
mendengar ghibah, maka ia termasuk bergabung dengan pelakunya. ibnu al-mubarak mengarahkan
"pergilah dari orang yang mengunjing, sebagai mana engkau lari dari kejaran singa"

setiap orang memiliki cacat dan aib, kesalahan dan kekeliruan oleh karna itu kita jangan merasa
mengetahui apa yang tidak diketahui. dari pada mengurusi aib orang lain, mengapa kita tidak
menyibukkan diri dengan aib sendiri? jagalah hak dan kehormatan sodaramu! dalam sebuah hadist
menyatakan :

"barang siapa yang membela daging ( kehormatan) sodaranya dari ghibah, maka menjadi hak Allah
umtuk membebaskanya dari api neraka" (HR. Ahmad)

"barang siapa membicarakan mukmin dengan sesuatu yang tidak benar adanya, niscaya Allah akan
benamkan dia kedalam kubangan nanahnya para penghuni neraka, hinga ia bertaubat dari perkataan
tersebut" ( HR.Abudaud dan dinilai sahi oleh alhakim, Adz dzahabi dan al-banani).
Semoga kita selalu menggunakan lisan dengan mengatakan kebenaran, bukan malah sebaliknya.
Sudah, penuhi pikiran bahwa berkata kebohongan adalah sebuah dosa dan termasuk ke dalam ciri-cir
orang munafik. Alangkah baiknya lisan kita selalu basah dengan doa, dzikir. Amin Ya Rabbal Alamin.

Terima kasih atas perhatiannya. Semoga apa yang saya sampaikan ada manfaatnya. Kurang lebihnya
mohon maaf

Wassalamualaikum wrwb

Anda mungkin juga menyukai