Anda di halaman 1dari 5

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu’alaikum Warahmatullahhi Wabarakatuh.

Alhamdulillah segala puji bagi Allah. Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
marilah kita panjatkan puja dan puji kehadiran Allah SWT yang mana telah
mempertemukan kita dalam meet pagi ini. Tidak lupa solawat dan salam
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, beserta sahabat.
Semoga kita semua mendapatkan syafaatnya dan mendapat petunjuk hingga
hari kiamat nanti.

Pada kesempatan pagi hari ini saya akan menyampaikan kultum tentang cinta
Al-Qur’an

Mencintai Al-Qur’an adalah suatu yang tidak bisa diungkapkan oleh kata-kata,
tapi mencintai Al-Qur’an adalah dengan membersamai dan berinteraksi dengan
Al-Qur’an setiap saatnya; membaca, memahami dan merenungi, serta
mengimplementasikan kandungan maknanya .

Pada zaman dahulu, para sahabat adalah orang yang sangat mencintai Al-
Qur’an. Mereka antusias penuh semangat mendengarkan wahyu yang
disampaikan kepada mereka. Setiap deretan ayat yang didapatkan dari Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, bagaikan hadiah yang sangat berharga
bagi mereka. Maka tak ayal, banyak sahabat yang meluangkan waktu untuk
menghafal, memahami dan merenungi serta mengimplementasikan isi
kandungan maknanya.

Abu Abdurrahman al-Sulami mengatakan bahwa para sahabat belajar kepada


Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sepuluh ayat, mereka tidak akan
mempelajari sepuluh ayat berikutnya kecuali mereka memahami kandungan
ayat tersebut dan mengamalkannya (Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad: 466.
Hadis ke-23482).
Demikian pula, generasi setelah sahabat, tabi’in. Mereka dengan penuh
semangat membaca Al-Qur’an tanpa mengenal waktu. Kecintaan mereka
terhadap Al-Qur’an dibuktikan dengan senantiasa menjadikan Al-Qur’an
sebagai teman sehari-harinya.

Imam al-Nawawi menceritakan bahwa terdapat sebagian tabi’in yang sehari-


harinya membaca Al-Qur’an hingga mengkhatamkannya dalam sehari bahkan
ada yang mengkhatamkannya di antara waktu dhuhur dan ashar. (Imam
Nawawi, al-Tibyan fi Adab Hamalat Al-Qur’an: 47).

Pada masa sekarang, jika seorang ditanya, apakah kamu mencintai Al-Qur’an?
Tentu saja jawabannya adalah, “Iya, saya mencintai Al-Qur’an”. Jawaban ini
adalah jawaban yang keluar secara otomatis tanpa perlu pemikiran dan
perenungan. Hanya saja, cinta butuh pembuktian tidak sekadar diucapkan oleh
lisan semata. Banyak orang yang mengaku mencintai Al-Qur’an tapi dalam
sehari-harinya ia lebih banyak berinteraksi dengan hape (telpon genggam)
daripada berlama-lama duduk bersama Al-Qur’an. Bagaimana mungkin dia
dikatakan mencintai Al-Qur’an sementara dia tahan berlama-lama memainkan
keyboard ponsel dan rasa kantuk menghampirinya saat menyentuh Al-Qur’an?

Seorang yang dirundung cinta, hatinya akan senantiasa terpaut, bibirnya selalu
menyebut, ia akan merindukannya saat ia jauh darinya dan memutuskan segala
sesuatu kecuali bersamanya. Ibaratnya, menurut Sayyidina Ali, dia adalah
tawanan yang tidak bisa lepas dari yang dicintainya.

‫ومن أحب شيئا فهو أسير له‬

Artinya: “Barang siapa yang mencintai sesuatu maka dia adalah tawanan
baginya” (Muhammad Nawawi, Nashaih al-Ibad:14).

Demikian pula, seorang yang mencintai Al-Qur’an, hatinya senantiasa akan


terpaut untuk selalu dekat bersamanya, merasa nyaman dengannya, ia
bagaikan tawanan Al-Qur’an yang tidak bisa lepas darinya; membaca,
memahami dan mengimplementasikan isi kandungannya.
Sebuah bacaan bila dibaca berulang-ulang, ia akan membosankan kecuali Al-
Qur’an. Semakin banyak dibaca dan diulang-ulang, maka ia akan semakin
menyenangkan, tampak indah dan bercahaya. Imam al-Syatibi mengatakan:

‫ِيس الَ يُ َم ُّل َحدِيثُهُ *** َوت َْردَادُهُ يَ ْزدَادُ فِي ِه ت َ َج ُّملا‬
ٍ ‫َو َخي ُْر َجل‬

: “Al-Qur’an adalah sebaik-baik teman bercengkrama, ceritanya tidak


membosankan, membaca dan mendengarkannya tidak menjenuhkan, bahkan
tambah menarik jika diulang-ulang”. (Al-Syathibi, Hirz al-Amani wa Wajh al-
Tahani fi al-Qira’at al-Sab’i: 2).

Seorang yang mencintai Al-Qur’an akan tampak darinya beberapa perkara:

Pertama, hatinya senang bila berjumpa (membaca) Al-Qur’an.

Kedua, duduk bercengkrama dengan Al-Qur’an dalam waktu yang lama tanpa
rasa bosan.

Ketiga, rindu menggelora dalam hatinya bila ia jauh meninggalkan Al-Qur’an


(lama tidak membaca Al-Qur’an), dia akan berusaha untuk bersama Al-Qur’an.

Keempat, mengikuti arahan dan petunjuk Al-Qur’an serta merujuk kepada Al-
Qur’an saat dia memiliki problem dalam hidupnya, baik yang berskala kecil
maupun yang besar.

Kelima, mengikuti perintah Al-Qur’an dan menjauhi larangannya (Khalid al-


Lahim, Mafatih Tadabbur Al-Qur’an wa al-Najah fi al-Hayat, 27-28).

Jika tanda-tanda di tersebut tampak dalam diri seorang, maka rasa cinta
terhadap Al-Qur’an masih ada dalam hatinya. Tapi jika tanda-tanda tersebut
tidak ada dalam diri seorang, maka rasa cintanya terhadap Al-Qura’an telah
sirna. Oleh karena itu, seorang ulama berkata: “Janganlah seorang ditanya
tentang dirinya kecuali Al-Qur’an, jika ia mencintai Al-Qur’an maka
sesungguhnya ia mencintai Allah dan Rasul-Nya”.
Bagaimana seorang mampu mencintai Al-Qur’an dan menggapai cintanya?
Mencintai sesuatu perlu perjuangan dan usaha, termasuk mencintai Al-Qur’an.
Ada beberapa cara agar mampu mencintai Al-Qur’an, salah satunya adalah;

Pertama, memperbanyak membaca Al-Qur’an. Membaca Al-Qur’an di sini


bukan soal kwantitas tapi kwalitas, yaitu membaca dengan tartil dan memahami
kandungan maknanya. Sebab dengan memahami maknanya akan tersingkap
keindahan Al-Qur’an. Hal ini perlu manajemen dan latihan agar senantiasa
istiqamah supaya terbiasa. Cinta akan tumbuh karena terbiasa.

Kedua, senantiasa membaca tentang keagungan dan kemukjizatan Al-Qur’an,


sebab dengan banyak membaca keagungan Al-Qur’an, hati akan terpaut untuk
selalu membaca Al-Qur’an.

Ketiga, memperbanyak membaca sejarah para sahabat, ulama salaf, dan ahlu
Al-Qur’an yang gemar membaca Al-Qur’an dan mengabdikan diri untuk Al-
Qur’an. Sebab dalam perjalanan hidup mereka terdapat uswah untuk diteladani,
inspirasi untuk diikuti.

Keempat, berdoa kepada Allah agar senantiasa diberikan kemudahan


mencintai Al-Qur’an dan mencapai cintainya. Doa adalah senjata orang
mukmin.

Seorang yang Allah anugerahkan cinta terhadap Al-Qur’an, maka


sesungguhnya ia telah mendapatkan anugerah iman. Jika imam sudah dalam
dada, maka mudah baginya masuk surga.

Demikian kultum pada kesempatan ini, semoga dapat bermanfaat bagi kita
semua dan dapat kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Lebih dan
kurangnya mohon dimaafkan. Akhirul kalam,
Subhaanaka Allaahumma wabihamdika asyhadu an laa-ilaaha illaa Anta
astaghfiruka wa-atuubu ilaik.Wassalamu alaikum warohmatullahi
wabarokaatuh

Anda mungkin juga menyukai