Alhamdulillah segala puji bagi Allah. Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
marilah kita panjatkan puja dan puji kehadiran Allah SWT yang mana telah
mempertemukan kita dalam meet pagi ini. Tidak lupa solawat dan salam
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, beserta sahabat.
Semoga kita semua mendapatkan syafaatnya dan mendapat petunjuk hingga
hari kiamat nanti.
Pada kesempatan pagi hari ini saya akan menyampaikan kultum tentang cinta
Al-Qur’an
Mencintai Al-Qur’an adalah suatu yang tidak bisa diungkapkan oleh kata-kata,
tapi mencintai Al-Qur’an adalah dengan membersamai dan berinteraksi dengan
Al-Qur’an setiap saatnya; membaca, memahami dan merenungi, serta
mengimplementasikan kandungan maknanya .
Pada zaman dahulu, para sahabat adalah orang yang sangat mencintai Al-
Qur’an. Mereka antusias penuh semangat mendengarkan wahyu yang
disampaikan kepada mereka. Setiap deretan ayat yang didapatkan dari Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, bagaikan hadiah yang sangat berharga
bagi mereka. Maka tak ayal, banyak sahabat yang meluangkan waktu untuk
menghafal, memahami dan merenungi serta mengimplementasikan isi
kandungan maknanya.
Pada masa sekarang, jika seorang ditanya, apakah kamu mencintai Al-Qur’an?
Tentu saja jawabannya adalah, “Iya, saya mencintai Al-Qur’an”. Jawaban ini
adalah jawaban yang keluar secara otomatis tanpa perlu pemikiran dan
perenungan. Hanya saja, cinta butuh pembuktian tidak sekadar diucapkan oleh
lisan semata. Banyak orang yang mengaku mencintai Al-Qur’an tapi dalam
sehari-harinya ia lebih banyak berinteraksi dengan hape (telpon genggam)
daripada berlama-lama duduk bersama Al-Qur’an. Bagaimana mungkin dia
dikatakan mencintai Al-Qur’an sementara dia tahan berlama-lama memainkan
keyboard ponsel dan rasa kantuk menghampirinya saat menyentuh Al-Qur’an?
Seorang yang dirundung cinta, hatinya akan senantiasa terpaut, bibirnya selalu
menyebut, ia akan merindukannya saat ia jauh darinya dan memutuskan segala
sesuatu kecuali bersamanya. Ibaratnya, menurut Sayyidina Ali, dia adalah
tawanan yang tidak bisa lepas dari yang dicintainya.
Artinya: “Barang siapa yang mencintai sesuatu maka dia adalah tawanan
baginya” (Muhammad Nawawi, Nashaih al-Ibad:14).
ِيس الَ يُ َم ُّل َحدِيثُهُ *** َوت َْردَادُهُ يَ ْزدَادُ فِي ِه ت َ َج ُّملا
ٍ َو َخي ُْر َجل
Kedua, duduk bercengkrama dengan Al-Qur’an dalam waktu yang lama tanpa
rasa bosan.
Keempat, mengikuti arahan dan petunjuk Al-Qur’an serta merujuk kepada Al-
Qur’an saat dia memiliki problem dalam hidupnya, baik yang berskala kecil
maupun yang besar.
Jika tanda-tanda di tersebut tampak dalam diri seorang, maka rasa cinta
terhadap Al-Qur’an masih ada dalam hatinya. Tapi jika tanda-tanda tersebut
tidak ada dalam diri seorang, maka rasa cintanya terhadap Al-Qura’an telah
sirna. Oleh karena itu, seorang ulama berkata: “Janganlah seorang ditanya
tentang dirinya kecuali Al-Qur’an, jika ia mencintai Al-Qur’an maka
sesungguhnya ia mencintai Allah dan Rasul-Nya”.
Bagaimana seorang mampu mencintai Al-Qur’an dan menggapai cintanya?
Mencintai sesuatu perlu perjuangan dan usaha, termasuk mencintai Al-Qur’an.
Ada beberapa cara agar mampu mencintai Al-Qur’an, salah satunya adalah;
Ketiga, memperbanyak membaca sejarah para sahabat, ulama salaf, dan ahlu
Al-Qur’an yang gemar membaca Al-Qur’an dan mengabdikan diri untuk Al-
Qur’an. Sebab dalam perjalanan hidup mereka terdapat uswah untuk diteladani,
inspirasi untuk diikuti.
Demikian kultum pada kesempatan ini, semoga dapat bermanfaat bagi kita
semua dan dapat kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Lebih dan
kurangnya mohon dimaafkan. Akhirul kalam,
Subhaanaka Allaahumma wabihamdika asyhadu an laa-ilaaha illaa Anta
astaghfiruka wa-atuubu ilaik.Wassalamu alaikum warohmatullahi
wabarokaatuh