Anda di halaman 1dari 13

Interaksi Generasi

Salafus Shalih dengan


Al-Qur’an
Retno Wulan
PEMBUKAAN
1

KISAH PARA SAHABAT


4

PEMBAHASAN KEBIASAAN PARA TABI’IN


5
KISAH INTERAKSI IMAM
MAZHAB
10

PENUTUP
13
PEMBUKAAN
Salaf, maknanya terdahulu. Namun, salaf yang yang dimaksud di sini adalah “Sebuah
generasi terbaik, mereka yang telah berhasil mendahului kita dalam keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah.”

Pemakaian makna salaf di sini, tidak hanya terbatas pada orang shalih di bawah
angkatan para sahabat. Melainkan digunakan secara umum untuk generasi-genarsi
muttaqin baik dari kalangan sahabat nabi, ataupun setelahnya.

Mentadabburi Al-Quran merupakan kewajiban dan berinteraksi dengannya


merupakan sesuatu keharusan sedangkan hidup di bawah naungannya merupakan
kenikmatan yang tidak dapat dimiliki kecuali orang yang dapat merasakannya,
kenikmatan yang memberikan keberkahan hidup, mengangkat dan mensucikannya.
Hal ini tidak akan dirasakan kecuali bagi siapa yang benar-benar hidup di bawah
naungannya, merasakan berbagai kenikmatan yang bisa dirasakan, mengambil dari
apa yang dapat diraih; kelembutan, kebahagiaan, ketenangan, ketenteraman,
kenyamanan dan kelapangan. (lihat mukadimah penerbit dari Fi Zhilalil Quran dan
Biodata Sayyid Quthub pada surat Al-A’raf)

Interaksi Salafus Shalih dengan Al-Qur’an 1


Kisah Para Sahabat
ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ
Dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an, Abu Bakar adalah pakarnya. Lihat saja riwayat dari ‘Aisyah, Rasulullah bersabda (di
akhir hayat beliau, ketika tengah sakit), “Pergilah Abu Bakar! Dan shalatlah bersama orang-orang.” ‘Aisyah, istri nabi
sekaligus anak Abu Bakar menjawab, “Wahai Rasul, sesungguhnya Abu Bakar adalah orang yang hatinya lembut. Apabila
membaca al-Qur’an, dia menangis sehingga orang–orang tidak dapat mendengar bacaannya. Perintahkan saja kepada
Umar!”. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa beliau selalu menangis tersedu-sedu setiap kali membaca atau mendengar
surah al- Zalzalah, surah ke 99.

Menangis ketika membaca atau mendengar Al-Qur’an bukanlah hal yang mudah. Hal itu tidak bisa dilakukan oleh
sembarangan orang. Hal itu hanya bisa dilakukan oleh mereka yang memang dekat hatinya dengan Al-Qur’an. Bagi
mereka yang sangat jarang interaksinya, jangankan menangis! Membacanya saja malas-malasan.

Interaksi Salafus Shalih dengan Al-Qur’an 2


Kisah Para Sahabat
UMAR BIN KHATTAB
Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu pernah dihardik dan dihina oleh seseorang, padahal saat itu beliau adalah khalifah.
Wajar saja bila beliau kemudian emosi dan hendak memarahi, namun seketika hilang amarahnya saat diingatkan dengan
firman Allah: “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma´ruf, serta berpalinglah dari pada orang-
orang yang bodoh.” [QS. Al-A’raf: 199].[HR. Bukhari].

Di lain kesempatan, Umar membawa membawa ghanimah (harta rampasan perang) yang banyak, segera saja para
pembantunya menghitungnya, mereka pun lelah karena banyaknya ghanimah tersebut, sebagian mereka berkata: “Wahai
Umar ini adalah karunia dan rahmat Allah.” Umar pun menjawabnya: “Kamu salah, Al-Quranlah karunia dan rahmat
Allah yang sebenarnya.” Kemudian beliau membaca firman Allah Ta’ala: “Hai manusia, sesungguhnya telah datang
kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman.Katakanlah (Muhammad), ‘Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah
dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.”[QS. Yunus: 57-58] [HR. Thabrani
dan Abu Nu’aim, sanadnya lemah]

Interaksi Salafus Shalih dengan Al-Qur’an 3


Kisah Para Sahabat
TAMIM BIN AUS AD DAHRI
Beliau senantiasa melakukan qiyamullail dan membaca al-Qur’an. Beliau pernah mengkhatamkan al-Qur’an dalam satu
rakaat. Terkadang, beliau mengulang–ulang satu ayat dalam tahajjudnya hingga subuh menjelang.

UTSMAN BIN 'AFFAN


Beliau merupakan sahabat yang sangat intens interaksinya dengan al-Qur’an. Ketika Ramadhan, beliau mengkhatamkan al-
Qur’an setiap malam. Bahkan pernah diriwayatkan beliau khatam al-Qur’an dalam sekali duduk. Ketika beliau sudah bersama al-
Qur’an, maka tidak ada yang bisa mengganggunya lagi. Kita pun mendapati akhir hayat beliau terjadi ketika sahabat nabi yang
paling pemalu ini sedang bertilawah sembari menanti waktu berbuka puasa.

ABDULLAH BIN AMRU BIN ‘ASH


Sahabat Abdullah bin Amru bin ‘Ash juga tercatat sebagai pribadi yang senantiasa mengkhatamkan al-Qur’an di bulan
Ramadhan.

Interaksi Salafus Shalih dengan Al-Qur’an 4


Kebiasaan Para Tabi’in
Yang dimaksud dengan tabi'in adalah orang-orang beriman yang tidak bertemu dengan Nabi Muhammad saw, akan tetapi bertemu dan belajar
agama Islam dengan Sahabat-Sahabat Nabi Muhammad saw.

Di antara para tabi'in yang terkenal pada masanya adalah mereka yang telah banyak menimba ilmu dari para sahabat. Hal itu terjadi karena semasa
hidupnya para sahabat tidak tinggal diam, namun terus berdakwah menyampaikan apa yang telah didapat, dilihat dan didengar dari nabi mereka.
Sehingga tidak salah kalau diantara mereka banyak mendirikan madrasah tafsir; seperti

1. Madrasah Mekkah yang dipimpin oleh Abdullah bin Abbas.

2. Madrasah Madinah yang dipimpin oleh Ubay bin Ka'ab.

3. Madrasah Kufah, Iraq yang dipimpin oleh Abdullah bin Mas’ud.

Dari tiga madrasah itulah para tabi'in menimba ilmu dari para sahabat tempat mereka tinggal, terutama ilmu yang berkaitan dengan tafsir dan
hadits nabi saw, dan mereka mendapatkan riwayat hadits nabi langsung dari lisan para sahabat, menerima penjabaran tafsir Al-Quran sehingga
setelah itu mereka menjadi ulama tafsir dan hadits terkemuka. dan dari merekalah tersebar ilmu-ilmu tafsir, ilmu hadits dan ilmu-ilmu lainnya,
walaupun pada masa saat itu ilmu-ilmu yang disampaikan belum dibukukan namun hanya disampaikan melalui talaqqi dan tadris saja.

Dan secara histori interaksi mereka terhadap Al-Quran begitu intens, sehingga dengan pemahaman mereka terhadap Al-Quran menjadikan dunia
cerah dan mampu mempertahankan posisi mereka sebagai sebaik-baik zaman dan abad sebagaimana yang disabdakan oleh nabi saw sebelumnya.

Interaksi Salafus Shalih dengan Al-Qur’an 5


Kebiasaan Para Tabi’in
AL-FUDHOIL BIN IYADL
"Selayaknya bagi para penghapal Al-Quran tidak membutuhkan kepada seorangpun dari penguasa dan orang yang berada
dibawah mereka, namun hendaknya merekalah yang membutuhkan kepadanya". Beliau juga berkata : "Para penghafal Al-
Quran adalah para pembawa panji Islam, tidak layak bagi mereka ikut lalai bersama orang yang lalai, lupa bersama orang
yang lupa, tidak sesat bersama orang yang sesat, demi mengagungkan Al-Quran…" (At-Tibyan 28-29, dan Ihya
Ulumuddin : 1 : 499)

IBRAHIM AL-KHOWASH –DISEBUTKAN NAMANYA IBRAHIM AN-NAK'I

"Obat hati ada lima : membaca Al-Quran dan mentadabburkannya, mengosongkan perut, qiyamullail, memohon ampun
di waktu sahur dan duduk bersama para shalihin".

AL-HASAN AL-BASRI
"Demi Allah, tidak pernah Allah menurunkan ayat kecuali Dia akan cinta kepada seseorang yang mengajarkan apa yang
telah diturunkan dan memahami maksud yang terkandung didalamnya". (Ihya Ulumuddin : 1 : 1 : 499)

Interaksi Salafus Shalih dengan Al-Qur’an 6


Kebiasaan Para Tabi’in
IBNU ABU AL-JAWARI
"Saat kami datang menghadap Fudhoil bin Iyadl beliau sedang berjamaah, lalu kami berdiri di depan pintu dan tidak diizinkan
masuk, akhirnya sebagian dari kami berkata : jika beliau menginginkan sesuatu maka akan kami persilahkan dari kami
membaca Al-Quran ! maka kamipun memerintahkan salah seorang membaca Al-Quran lalu iapun membaca, maka
muncullah suara memerintahkan kami ke dalam, maka kamipun berkata : Assalamua 'alaika warahmatullah, beliau menjawab
: Wa'alikumussalam. Kami berkata kepadany a: Bagaimana keadaan anda wahai Abu Ali, dan keadaanmu ? baliau menjawab :
Berkat Allah SWT dalam keadaan sehat, dan diantara ada yang sakit, dan sesungguhnya tidak ada diantara kalian yang
menimpanya dalam Islam, sungguh kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami akan kemabli ! bukan begini kami
menuntut ilmu, namun kami datang kepada guru dan kami menyangka kami tidak berhak duduk bersama mereka, maka
kami duduk ditempat lain dan menjadi pendengar, jika ada penjelasan terhadap suatu hadits maka kami bertanya kepada
mereka pengulangannya dan kami ikat –hapal- terus, namun kalian ingin menuntut ilmu karena kebodohan, dan kalian telah
menyia-nyiakan Kitabullah, seandainya kalian menerapkan Kitabullah maka kalian mendapati didalamnya Syifa –penyembuh
yang ampuh- sesuai dengan keinginan kalian. Kami berkata : Kami telah belajar Al-Quran ! beliau berkata : Kalian belajar Al-
Quran hanyalah sekedar kesibukan untuk menghabiskan umur kalian dan anak-anak kalian. Apa maksudnya wahai Abu Ali ?
beliau berkata : kalian jangan belajar Al-Quran sampai kalian memahami I'rabnya, muhkam dari mutasyabihnya, naskh dari
mansukhnya, jika kalian telah mengetahui hal tersebut maka tidak perlu kalian mendengar ucapan Fudhoil dan Ibnu uyainah".
(Al-Qurtubi : 1 : 23)

Interaksi Salafus Shalih dengan Al-Qur’an 6


Kisah Interaksi Imam Mazhab
Imam Syafi’i
Imam al-Syafi’i dikenal sebagai sosok yang sangat dahsyat dan luar biasa dalam berinteraksi dengan Al-Qur‘an. Beliau telah
khatam menghafal Al-Qur’an ketika berusia 7 tahun. Beliau juga tercatat khatam 60 kali bacaan Al-Qur‘an selama
Ramadan. Itu berarti, sehari semalam beliau khatam sebanyak 2 kali.

Imam Hanafi
Menurut penuturan Imam Abu Yusuf, Imam Hanafi mengkhatamkan al-Qur’an di setiap malam dalam satu raka’at. Katanya: (Imam) Abu
Hanifah mengkhatamkan al-Qur’an di setiap malam dalam satu rakaat.” (al-Dzahabi: 21). Jika di malam-malam biasa saja Imam Abu Hanifah
mengkhatamkan al-Qur’an secara penuh, tentu ia tidak akan melewatkannya saat Ramadhan tiba. Diriwayatkan oleh Yahya bin Nashr bahwa
Imam Abu Hanifah mengkhatamkan al-Qur’an sampai enam puluh kali selama Ramadhan. Ia berkata: “Kerap kali (Imam) Abu Hanifah
mengkhatamkan Al-Qur’an enam puluh kali di (bulan) Ramadhan.” (al-Dzahabi: 23).
Imam Abû Ḥanîfah menghidupkan malam-malamnya dengan salat satu rakaat yang diisi dengan membaca Al-Qur’an. Beliau mengkhatamkan
Al-Qur’an 120 kali selama bulan Ramadan. Bahkan beliau mengkhatamkan Al-Qur’an 7000 kali di tempat wafatnya, yaitu dalam penjara.
Disebutkan bahwa Imam Abû Ḥanîfah dicambuk dan dipenjara karena menolak permintaan sang khalifah yang berkuasa pada waktu itu
untuk menjadi hakim, sehingga beliau wafat di dalam penjara (Habib Zein bin Smith, al-Manhaj as-Sawiyy, 2005: 279-280 & 408).

Interaksi Salafus Shalih dengan Al-Qur’an 7


Kisah Interaksi Imam Mazhab
Imam Ahmad
Sikap Ahmad Ibn Hanbal menentang khalqiyat Al-Qur’an ini, yang menyeretnya ke forum mihnah. Di depan khalifah al-Mu’tashim,
Ahmad Ibn Hanbal dicambuk lalu dipenjarakan karena pantang mengakui bahwa Alqur`an adalah mahluk. Pada masa
pemerintahan al-Watsiq, Ahmad Ibn Hanbal dibuang dari Baghdad. “...Aku bukanlah seorang yang berkecimpung dalam ilmu
kalam. Aku tidak menilai ilmu kalam, kecuali yang terdapat dalam Kitab Allah, sunnah Nabi Saw, atau dari ketetapan sahabat dan
tabi’in. Adapun selain itu, membincangkannya merupakan perbuatan yang tak terpuji.” Sikap ini diteguhkannya terus, meski
mendapat hukuman berkali-kali, baik dicambuk maupun dipenjara. Pada masa Khalifah Al Mutawakkil, represi ini berakhir. Ia
menghapuskan putusan seputar persaksian doktrin atas kemakhlukan Al-Qur’an. Selain itu, Imam Aḥmad mengkhatamkan Al-
Qur’an 2 kali dalam seminggu

Imam Maliki
Imam Malik memiliki keutamaan sebagai seorang yang sangat perhatian terhadap penampilan, namun tetap rendah hati dan
tidak menyombongkan ilmunya. Keutamaan lain yang juga dimilikinya adalah kekuatan firasat sehingga dapat mengetahui
apa yang tersirat dalam jiwa seseorang. Dihadapan penguasa, Malik adalah seorang guru dan penasihat. Namun, sesibuk
apa pun beliau, di antara kesibukannya itu beliau membaca Al-Qur’an.

Interaksi Salafus Shalih dengan Al-Qur’an 8


Kesimpulan
Salafus Shalih adalah generasi Al-Qur’an, generasi terbaik
sepanjang zaman. Generasi yang mampu mengintegrasikan
antara ucapan, keyakinan, dan perbuatan. Hidup dan matinya
untuk Islam dan umat Islam. Setiap langkah hidupnya didasari
Al-Qur’an. Apa yang diperintah Al-Qur’an mereka kerjakan
dan apa saja yang dilarang Al-Qur’an mereka tinggalkan.
Sebab itu, mereka telah tersambung selalu dengan Allah SWT
dalam semua ucapan, langkah dan perbuatan.

Berinteraksi dengan Al-Qur’an untuk membentuk karakter


dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini:
mempelajari cara membaca dan memperbaiki bacaan secara
serius, membacanya dengan istiqamah, mempelajari atau
mengkaji dan memahami isinya dengan shahih,
menghafalkannya dan senantiasa mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari.

Wallaahu A’lam bish shawaab

Interaksi Salafus Shalih dengan Al-Qur’an 9


thank you
mirjam nilsson
mirjam@contoso.com
www.contoso.com

Anda mungkin juga menyukai