Anda di halaman 1dari 7

Qira'ah Sab'ah

Istilah qiraat yang biasa digunakan adalah dialek atau cara pengucapan melalui lisan
bangsa arab.karena secara, dialeg bangsa arab memiliki perbedaan 'kefasihan' dan
pengucapan suatu huruf, maka kemudian dalam membaca al-Qur'an, ini juga
menimbulkan perbedaan bacaan.
Ini adalah sebuah bentuk qiraat, di mana masing-masing imam punya beberapa lafadz
bacaan yang berbeda. Namun di dalam mushaf yang kita pakai sehari-hari tidak terdapat
tanda perbedaan bacaan itu. Kecuali kalau kita menelusuri kitab-kitab tafsir yang klasik.
Biasanya kita akan menemukan penjelasan tentang perbedaan para imam dalam membaca
masing-masing lafadz itu.
Sedangkan masalah perbedaan melagukan bacaan Al-Quran, tidak ada kaitannya dengan
ilmu qiraat ini. Khusus untuk masalah melagukan Al-Quran, biasanya dijelaskan dalam
nagham. yaitu seni melantunkan Al-Quran.
Nagham ini sendiri sebenarnya merupakan seni, bukan disiplin ilmu. Tepatnya seni
melantunkan bacaan Al-Quran. Rupanya, dari berbagai wilayah negeri Islam berkembang
seni membaca Al-Quran. Dalam pelajaran nagham, kita mengenal ada jenis-jenisnya,
seperti
Nahawand, Bayati, Hijjaz, Shaba, Rast, Jaharkah, Sika dan lainnya. Semua jenis lagu
atau irama itu tidak ada kaitannya dengan ilmu qiraat sab’ah. Semata-mata hanya seni
melantunkan, tidak ada kaitannya dengan bagaimana melafadzkan ayat Al-Quran.
Umumnya para pembaca Al-Quran dari Mesir yang membawa seni baca Al-Quran ke
negeri kita. Mereka mengajarkan berbagai macam lagu dan memberikan beragam
variasinya serta membuat harmoni yang khas. Seni seperti itulah yang seringkali
diperlombakan di even musabaqah tilawatil quran . Meski bukan satu-satunya jenis
perlombaan, tetapi biasanya yang paling mencuat memang masalah seni membaca.
Sedangkan bacaan qiraat sab’ah justru merupakan cabang ilmu Al-Quran yang bersifat
syar’i. Bahkan dalam banyak hal, perbedaan qiraat ini pun berpengaruh kepada
perbedaan makna dan kesimpulan hukum. Sedangkan seni baca Al-Quran, sama sekali di
luar hal ini. Sebab tujuannya adalah menyuguhkan bacaan Al-Quran seindah mungkin.

TURUNNYA AL-QUR’AN DENGAN TUJUH HURUF ( SAB’AH AHRUF )

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Satu hal yang tak pernah hilang dari ingatan, ialah Al-Qur’an selalu memberi inspirasi
yang sangat luas, bagi para pemeluk ajaran Islam telah tertanam dalam hati sanubari
mereka, Al-Qur’an adalah petunjuk yang nyata bagi manusi, untuk kesejahteraan di dunia
dan akhirat, tetapi bagi para pengagumnya Al-Qur’an tidak hanya sekedar petunjuk dan
pedoman hidup yang nyata, mereka diajak menyelam ke dalam lautan ilmu dan
menikmati keindahannya yang tak pernah habis untuk dinikmati.
Kecintaan terhadap Al-Qur’an membawa semangat untuk berupaya secara seksama dan
penuh keikhlasan. Sejak zaman dahulu pelestarian terhadap Al-Qur’an telah
menumbuhkan semangat para sahabat untuk menuliskannya di pelepah kurma, tulang-
tulang unta, kulit-kulit binatang, mereka berlomba mempelajari Al-Qur’an dan
menghafalnya. Tidak heran bila akhirnya upaya itu semakin berkembang dan melahirkan
berbagai ilmu pengetahuan tentang Al-Qur’an.
Di tangan para tabi’in, upaya-upaya sistematis dibangun untuk mempelajarinya, mulai
dari kodifikasi, tata cara penulisan al-Qur’an dan juga turunnya Al-Qur’an dengan tujuh
huruf. Ditinjau dari berbagai segi Al-Qur’an membuat manusia semakin dipacu untuk
terus mendalami dan menyelami kedalaman makna yang tersurat dan tersirat darinya.
Menelusuri dan menelaah sejarah dari sahabat sampai saat ini tentang berbagai upaya
manusia terhadap Al-Qur’an dapat saya katakan terdiri dari tiga jenis; pertama, adalah
upaya manusia melestarikan dan menjaga Al-Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman.
Kedua, upaya manusia mempelajari Al-Qur’an untuk kepentingan ilmiah. Ketiga, upaya
manusia mempelajari Al-Qur’an untuk mengurangi, mengaburkan mukjizat Al-Qur’an
dan mengingkarinya.

BAB II
MASALAH

1. Apa dalil-dalil turunnya Al-Qur’an dengan Tujuh Huruf ?


2. Apa hikmah turunnya Al-Qur’an dengan Tujuh Huruf ?
3. Apakah Tujuh Huruf itu ada dalam mushhaf-mushhaf sekarang ?
4. Adakah Perbedaan Pendapat tentang pengertian Tujuh Huruf ?

BAB III
PEMBAHASAN

1. Dalil-dalil Turunnya Al-Qur’an


1. Imam Bukhari dan Imam Muslim
Dalam shahihnya meriwayatkan hadits dari Ibnu Abbas r.a. bahwa ia berkata: Rasulullah
SAW bersabda: "Jibril membacakan Al-Qur'an kepadaku dengan satu hurut kemudian aku
mengulanginya. (Setelah itu) senantiasa aku meminta tambah dan iapun menambahiku
sampai dengan tujuh huruf". Imam Muslim menambahkan: "Ibnu Syihab mengatakan:
Telah sampai berita padaku bahwa tujuh huruf itu untuk perkara yang satu yang tidak
diselisihkan halal haramnya".
2. Imam Bukhari
Meriwayatkan yang lafazhnya dari Bukhari bahwa; Umar bin Khattab berkata: "Aku
mendengar Hisyam bin Hakim membaca surat Al-Furqan di masa hidupya Rasulullah
SAW, aku mendengar bacaannya, tiba-tiba ia membacanya dengan beberapa huruf yang
belum pernah Rasulullah SAW membacakannya kepadaku sehingga aku hampir beranjak
dari shalat, kemudian aku menunggunya sampai salam. Setelah ia salam aku menarik
sorbannya dan bertanya: "Siapa yang membacakan surat ini kepadamu?". Ia menjawab:
"Rasulullah SAW yang membacakannya kepadaku", aku menyela: "Dusta kau, Demi
Allah sesungguhnya Rasulullah SAW telah membacakan surat yang telah kudengar dari
yang kau baca ini".
Setelah itu aku pergi membawa dia menghadap Rasulullah SAW lalu aku bertanya:
"Wahai Rasulullah aku telah mendengar lelaki ini, ia membaca surat Al-Furqan dengan
beberapa huruf yang belum pernah engkau bacakan kepadaku, sedangkan engkau sendiri
telah membacakan surat Al-Furqan ini kepadaku". Rasulullah SAW menjawab: "Hai
Umar! lepaskan dia. "Bacalah Hisyam!". Kemudian ia membacakan bacaan yang tadi aku
dengar ketika ia membacanya. Rasululllah SAW bersabda: "Begitulah surat itu
diturunkan" sambil menyambung sabdanya: "Bahwa Al-Qur'an ini diturunkan atas tujuh
huruf maka bacalah yang paling mudah!".
Dalam satu riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah SAW mendengarkan pula bacaan
sahabat Umar r.a. kemudian beliau bersabda: "Begitulah bacaan itu diturunkan".
3. Imam Muslim
Meriwayatkan dengan sanadnya dari Ubay Bin Ka'ab ia berkata: "Aku berada di masjid,
tiba-tiba masuklah lelaki, ia shalat kemudian membaca bacaan yang aku ingkari. Setelah
itu masuk lagi lelaki lain membaca berbeda dengan bacaan kawannya yang pertama".
Setelah kami selesai shalat, kami bersama-sama masuk ke rumah Rasulullah SAW, lalu
aku bercerita: "Bahwa si lelaki ini membaca bacaan yang aku ingkari dan kawannya ini
membaca berbeda dengan bacaan kawannya yang pertama". Akhirnya Rasulullah SAW
memerintahkan keduanya untuk membaca.
Setelah mereka membaca Rasulullah SAW menganggap baik bacaannya. Setelah
menyaksikan hal itu, terhapuslah dalam diriku sikap untuk mendustakan, tidak seperti
halnya diriku ketika masa Jahiliyyah. Nabi menjawab demikian tatkala beliau melihat
diriku bersimbah peluh karena kebingungan, ketika itu keadaan kami seolah-olah
berkelompok-kelompok di hadapan Allah Yang Maha Agung.
Setelah saya melihat dalam keadaan demikian, beliau menegaskan pada diriku dan
berkata: "Hai Ubay! Aku diutus untuk membaca Qur'an dengan suatu huruf lahjah
(dialek)", kemudian aku meminta pada Jibril untuk memudahkan umatku, dia
membacakannya dengan huruf kedua, akupun meminta lagi padanya untuk memudahkan
umatku, lalu ia menjawab untuk ketiga kalinya. "Hai Muhammad, bacalah Qur'an dalam
7 lahjah dan terserah padamu Muhammad apakah setiap jawabanku kau susul dengan
pertanyaan permintaan lagi".
Kemudian aku menjawabnya: "Wahai Allah! Ampunilah umatku, ampunilah umatku dan
akan kutangguhkan yang ketiga kalinya pada saat dimana semua makhluk mencintaiku
sehingga Nabi Ibrahim as". Imam Qurthubi berkata: "Denyutan hati ini (dalam jiwa
Ubay) akibat dari sabda Rasulullah SAW ketika orang-orang bertanya kepadanya:
"Bahwasanya kami mendapatkan sesuatu dalam diri kami, dimana seseorang merasa
berat sekali untuk mengatakannya". Rasulullah SAW bertanya: "Apakah sudah kalian
temui jawabannya?". "Ya" jawab mereka. Rasulullah SAW bersabda: "Itu adalah iman
yang jelas". (HR. Muslim)
4. Al-Hafizh Abu Ya'la
Dalam musnad kabirnya meriwayatkan: "Bahwa Utsman r.a. pada suatu hari ia berkata di
atas mimbar: "Aku sebut nama Allah teringat seorang lelaki yang mendengar Rasulullah
SAW bersabda: bahwa Al-Qur'an diturunkan dengan tujuh huruf yang kesemuanya tegas
lagi sempurna". Ketika Umar berdiri para hadirin berkata: "Al-Qur'an diturunkan dengan
tujuh huruf yang kesemuanya tegas dan lengkap". Kemudian Utsman r.a. berkata: "Saya
menyaksikannya bersama mereka".

5. Imam Muslim
Dengan sanad dari Ubay bin Ka'ab meriwayatkan bahwa Nabi SAW ketika berada di
Oase Bani Ghaffar didatangi malaikat Jibril a.s. lalu Jibril berkata: "Sesungguhnya Allah
SWT telah memerintah engkau unfuk membacakan Al-Qur'an kepada ummatmu dengan
satu huruf". Nabi menjawab: "Aku meminta dulu kepada Allah sehat dan ampunannya,
sebab ummatku tidak mampu menjalankan perintah itu".
Kemudian Jibril datang untuk kedua kalinya, seraya berkata: "Allah SWT telah
memerintahkan kau untuk membacakan Al-Qur'an dengan dua huruf". Nabi menjawab:
"Aku meminta sehat dan ampunan dulu kepada Allah, karena ummatku tidak kuat
menjalankannya".
Jibril datang lagi untuk ketiga kalinya dan berkata: "Allah SWT telah memerintahkan kau
untuk membacakan Al-Qur'an kepada ummatmu dengan tiga huruf. Nabi menjawab:
"Aku minta sehat dan maghfirah dulu kepada Allah, sebab ummatku tidak sanggup
mengerjakannya".
Jibril datang lagi untuk keempat kalinya seraya berkata: "Kau telah diperintahkan Allah
untuk membacakan Al-Qur'an kepada ummatmu dengan tujuh huruf dan huruf mana saja
yang mereka baca berarti benar".
6. At-Turmudzy
Juga meriwayatkan dari Ubay bin Ka'ab, ia mengatakan: "Rasulullah SAW berjumpa
dengan Jibril di gundukan Marwah". Ia (Ka'ab) berkata: "Kemudian Rasul berkata kepada
Jibril bahwa aku ini diutus untuk ummat yang ummy (tidak bisa menulis dan membaca).
Diantaranya ada yang kakek-kakek tua, nenek-nenek bangka dan anak-anak". Jibril
menjawab: "Perintahkan, membaca Al-Qur'an dengan tujuh huruf". Imam Turmudzy
mengatakan: "Hadits ini hasan lagi shahih".
Dalam suatu lafazh lain disebutkan: "Barangsiapa membacanya dengan satu huruf saja
berarti telah membaca seperti ia (Nabi) membaca".
Dituturkan dalam lafazh Hudzaefah, kemudian aku berkata: "Wahai Jibril bahwa aku
diutus untuk ummat yang ummiyah di dalamnya terdapat orang lelaki, perempuan, anak-
anak, pelayan (babu) dan kakek tua yang tidak bisa membaca sama sekali". Jibril balik
berkata: "Bahwa Al-Qur'an diturunkan dengan tujuh huruf".
7. Imam Ahmad
Mengeluarkan hadits dengan sanadnya dari Abi Qais maula 'Amar bin 'Ash dari 'Amr,
"Bahwa ada seseorang ini berdiri sehingga tidak terang membaca satu ayat Al-Qur'an".
Kemudian 'Amr berkata kepadanya: "Sebenarnya ayat itu begini dan begini". Setelah itu
ia mengatakan hal itu kepada Rasulullah SAW, Rasulullah SAW menjawab:
"Sesungguhnya Al-Qur'an itu diturunkan dengan tujuh huruf, mana saja yang kalian baca
berarti benar dan jangan kalian saling meragukan".
8. Ath-Thabary dan Ath-Thabrany
Meriwayatkan dari Zaid bin Arqam. Ia berkata: "Ada seseorang datang kepada Rasulullah
SAW, lalu berkata: "Ibnu Mas'ud telah membacakan sebuah surat kepadaku seperti yang
telah dibacakan oleh Zaid bin Tsabit dan membacakan pula kepadaku Ubay bin Ka'ab.
Ternyata bacaan mereka berbeda-beda. Maka bacaan siapa yang saya ambil?". Rasulullah
SAW terdiam, sedangkan shahabat 'Ali berada di sampingnya, kemudian 'Ali berkata:
"Setiap orang diantara kalian hendaklah membaca menurut pengetahuannya, karena
kesemuanya baik lagi indah".
9. Ibnu Jarir Ath-Thabary
Mengeluarkan hadits dari Abi Hurairah, bahwa ia berkata: "Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya Al-Qur'an ini diturunkan dengan tujuh huruf, maka bacalah semampunya
dan tidak berdosa. Tetapi jangan sekali-kali mengakhiri dzikir rahmat dengan adzab atas
dzikir 'adzab dengan rahmat".

2. Hikmah Turunnya Al-Qur’an dengan Tujuh Huruf

a. Mempermudah ummat Islam khususnya bangsa Arab yang dituruni Al-Qur'an


sedangkan mereka memiliki beberapa dialeks (lahjah) meskipun mereka bisa disatukan
oleh sifat ke-Arabannya. Kami ambil hikmah ini dengan alasan sabda Rasulullah SAW:
"Agar mempermudah ummatku, bahwa ummatku tidak mampu melaksanakannya", dan
lain-lain.
b. Seorang ahli tahqiq Ibnu Jazary berkata: "Adapun sebabnya Al-Qur'an didatangkan
dengan tujuh huruf, tujuannya adalah untuk memberikan keringanan kepada ummat, serta
memberikan kemudahan sebagai bukti kemuliaan, keluasan, rahmat dan spesialisasi yang
diberikan kepada ummat utama disamping untuk memenuhi tujuan Nabinya sebagai
makhluk yang paling utama dan kekasih Allah".
c. Dimana Jibril datang kepadanya sambil berkata: "Bahwa Allah telah memerintahkan
kamu untuk membacakan Al-Qur'an kepada ummatmu dengan satu huruf". Kemudian
Nabi SAW menjawab: "Saya akan minta 'afiyah (kesehatan) dan pertolongan dulu kepada
Allah karena ummatku tidak mampu". Beliau terus mengulang-ulang pertanyaan sampai
dengan tujuh huruf.
d. Menyatukan ummat Islam dalam satu bahasa yang disatukan dengan bahasa Quraisy
yang tersusun dari berbagai bahasa pilihan dikalangan suku-suku bangsa Arab yang
berkunjung ke Makkah pada musim haji dan lainnya.

3. Tujuh Huruf itu ada dalam mushhaf-mushhaf sekarang

1. Sekelompok fukaha’, qurra’dan ulama mutakallimin, mereka menyatakan bahwa


semua huruf itu ada pada mushhaf Utsmaniyah. Alasan mereka :
a. Tidak diperbolehkan bagi umat ini untuk menyia-nyiakan atau membuang begitu saja
sebagian dari beberapa huruf itu.
b. Sesungguhnya para sahabat telah sepakat bahwa mushhaf yang dinuqil Utsman itu
adalah huruf yang dituliskan oleh Abu Bakar r.a.
c. Sabda Nabi SAW.: “Sesungguhnya umatku tidak mampu akan demikian”, tidaklah
dimaksudkan hanya pada masa sahabat saja, sedangkan kemudahan Al-Qur’an itu
bersamaan dengan tetapnya kemukjizatannya.
2. Jumhurul ulama khalaf maupun salaf serta imam-imam kaum muslimin telah memilih
bahwa mushhaf-mushhaf Utsmaniyyah memuat ahruf as-saba’ah yang terkandung dalam
tulisannya saja serta mengumpulkan pemberian akhir yang permohonannya diajukan oleh
Nabi SAW kepada Jibril.
3. Ibnu Jarir Ath-Thabari dan pengikutnya berpendapat bahwa mushhaf-mushhaf
Utsmaniyyah hanya memuat satu huruf saja dari ahruf as-saba’ah. Mereka mengatakan
ahruf as-saba’ah ada pada masa Rasulullah SAW, Abu Bakar dan Umar. Akan tetapi keika
pada masa Utsman para Imam berpendapat agar mencukupkan pada satu huruf saja untuk
menyatukan kalimaul Muslimin. Dan dengan huruf yang satu itulah Utsman menulis
semua mushhafnya.
Az-Zarqani berkata dalam kitabnya manahilul Irfan, halaman 662 yang redaksinya
sebagai berikut : “Manakala kita menilik kembali “wajah-wajah tujuh” itu pada mushhaf-
mushhaf Utsmaniyyah dan apa yang telah tertulis, kita akan menemukan kebenaran yang
tidak bisa lagi dibantah. Yaitu bahwa sesungguhnya mushhaf-mushhaf Utsmaniyyah itu
memuat ahruf as-saba’ah (tujuh huruf) seluruhnya. Dalam arti, bahwa tiap-tiap satu dari
mushhaf-mushhaf itu memuat penulisan yang sesuai dengan huruf-hurufnya secara
keseluruhan maupun sebagian, tidak mengubah dalam pengumpulannya dari salah satu
hurufnya”.
Syekh Az-Zarqani telah menerangkan bahwa menurut mazhab yang terpilih “wajah-
wajah tujuh” itu sampai kini masih ada dalam mushhaf-mushhaf Utsmaniyyah.
Berikut ini contoh, hanya saja sebagian wajah-wajah tujuh itu dikatakan telah dinaskh
”pemberian” yang terakhir.Firman Allah :
     
Disitu lafal al-amaanata, dibaca dalam bentuk jamak atau dibaca mufrad, akan tetapi
dalam mushhaf Utsmaniyyah lafal itu ditulis li-amaanatihim, yang hurufnya ditulis
mufrad, namun diatasnya terdapat alif kecil untuk mengisyaratkan bacaan jamak, dengan
tanpa diberi harakat. ( Manahilul Irfan,hal. 162).

4. Perbedaan Pendapat tentang pengertian Tujuh Huruf

a. Ada segolongan orang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf ialah
bahasa Arab itu terdiri dari tujuh bahasa yang digabung menjadi satu, yaitu bahasa Hazil,
Tsaqif, Hawazin, Kinanah, Tamim dan Yamana.
b. Sebagian orang berpendapat bahwa pengertian tujuh huruf ialah bentuknya yang tujuh.
Yaitu, amar, nahi, halal, haram, muhkam, mutasyabih dan amtsal. Hadits dari Ibnu
Mas’ud RA kata nabi SAW. Kitab yang pertama kali diturunkan satu bab atas satu huruf.
Al-Qur’an itu tujuh Bab atas tujuh huruf. Zajar, amar, halal, haram, muhkam, mutasyabih
dan amtsal.
c. Adapula segolongan orang yang mengatakan bahwa pengertian tujuh huruf yaitu
bentuknya itu yang tujuh kali berubah, yang jatuhnya itu berbeda-beda.
1. Perbedaan nama-nama dalam mufrad , mudzakar dan cabang-cabangnya. Seperti
firman Allah ‘Azza wa jalla dalam surat ) kadangAl-Mukminun ayat
: 8, kalimat amaanatihim ( dibaca jamak, kadang pula dibaca mufrad
2. Perbedaan dalam tashrif fi’il, ada yang madhi, mudhari’ dan amar. Misalnya dalam
firman Allah ) kadang dibaca‘Azza wa jalla (As-Saba’ : 19 ), lafal rabbana
( nashab sebagai munada dan lafal baa’id sebagai fi’il amar. Namun kadang juga dibaca
rabbunaa ba’ada, lafal rabbun dibaca rafa’ dan lafal ba’ada sebagai fi’il madhi ditasydid
‘ainnya, dan jumlahnya sebagai khabar.
3. Perbedaan dalam ibdal (penggantian), baik penggantian suatu huruf dengan huruf lain
seperti dalam firman Allah surat Al-Baqarah : 259. Lafal kaifa nunsyizuhaa( ‫ها‬ ‫شزز ف‬ ‫) ك في ي ف‬
‫ف ئ زن ي ش‬
kadang dibaca dengan za dan kadang pula dibaca dengan ra beserta fathah nunnya. Dan
firman Allah dala surat Al-Waqi’ah : 29, lafal wa thalhin mandhuudin ( ‫ضويد ح‬ ‫من ي ز‬
‫ح ف‬ ‫في‬
‫) وفطل ح‬
‫ي‬ ‫ف‬
kadang dibaca dengan wa thal’in ( ‫ ) وفطلحع‬, sehingga disini tidak ada perbedaan antara
isim dan fi’il. Atau penggantian lafal dengan lafal lain. Seperti firman Allah dalam surat
Al-Qari’ah : 5, lafal kal’ihnilmanfuusy (‫منفوس‬ ‫فال ف‬ ‫ن‬ ‫ف ي‬
‫كالعشهف ش‬ )
4. perbedaan dalam taqdim dan ta’khir ( mendahulukan dan mengakhirkan ) yang
adakalanya dalam huruf, seperti firman Allah dalam surat Qaf : 19, wajaa-at sakaratul
haqqi bilhaqqi (‫حقق‬ ‫ت شبال ي ف‬ ‫سك ففرة ز ال ي ف‬
‫مو ي ش‬ ‫ت ف‬ ‫جاع ف ي‬
‫) وف ف‬, dibaca wajaa-at sakaratul haqqi bil mauti.
5. Perbedaan segi I’rab. Seperti firman Allah dalam surat Yusuf : 31, maa haadzaa
basyaran ( ‫شقرأ‬ ‫هذا ف ب ف ف‬‫)ما ف ف‬. Juga dalam surat Al-Buruj : 15, dzuul ‘’arsyil majiidu (‫ش‬ ‫ز ي‬
‫ذوالعفير ش‬
‫جي يد ز‬
‫م ش‬‫ ) ال ي ف‬dibaca rafa’ sebagai na’at dari lafal dzuu, namun kadang juga dibaca jer “al-
majiidi” sebagai sifat dari lafal al-‘arsy.
6. Perbedaan dalam ziadah dan naqash ( menambah dan mengurangi ). Seperti dalam
firman Allah dalam surat Al-Lail: 3, wamaa khalaqadz dzakara wal untsaa ( ‫ذكفر‬ ‫خل فقف ال ق‬
‫ما ف‬
‫وف ف‬
‫شى‬ ‫ف‬ ‫ي‬
‫ ) وفالن ي ف‬dibaca wadz dzakara wal untsaa dengan membuang maa khalaqa.
7. Perbedaan lahjah ( dialek ) dengan tafkhim, tarqiq, imalah, izhar, idghom. Perbedaan
seperti ini sangat banyak. Misalnya lafal Musa dalam firman Allah dalam surat Thaha:
hal ataaka hadiitsu muusaa kadang dibaca imalah, tetapi boleh juga tidak.
d. Tujuh Huruf adalah wajah-wajah lafal yang berbeda dalam kalimat dan makna yang
sama. Contoh: Lafal halumma, aqbil, ta’al, ‘ajal, isra’, qasdhi dan nahwi. Tujuh lafal itu
maknanya sama, yaitu minta agar menghadap.
Pendapat ini juga dianggap benar oleh kebanyakan ulama fiqh dan hadits,antara lain Ibnu
Jarir Ath-Thahawi serta ulama lain.

KESIMPULAN

Dari penjelasan diatas dapat saya simpulkan bahwa pengertian tujuh huruf adalah bahasa
dari bahasa-bahasa Arab tentang satu arti. Dengan pengertian bahwa terjadinya perbedaan
bahasa Arab dalam menta’birkan arti-arti yang terdapat dalam Al-Qur’an dengan lafazh-
lafazh menurut ukuran bahasa ini bagi satu arti.
Keberadaan ahruf as-saba’ah ( tujuh huruf ) sesungguhnya merupakan rahmat maupun
kelonggaran dari Allah untuk umat ini. Hikmahnya sendiri yaitu, memudahkan bacaan
dan hafalan, bukti kemukjizatan Qur’an bagi naluri atau watak dasar kebahasaan orang
Arab, kemukjizatan Qur’an dalam aspek makna dan hukum-hukumnya.
Bangsa Arab mempunyai aneka ragam dialek (lahjah) yang timbul dari fitrah mereka.
Setiap suku mempunyai format dialek yang tipikal dan berbeda dengan suku-suku lain.
Perbedaan dialek itu tentunya sesuai dengan letak geografis dan sosio-kultural dari
masing-masing suku. Namun demikian, mereka telah menjadikan bahasa Quraish sebagai
bahasa bersama (common language) dalam berkomunikasi, berniaga, mengunjungi
ka’bah, dan melakukan bentuk-bentuk interaksi lainnya. Dari keyataan diatas, sebenarnya
kita dapat memahami alasan al-Qur’an diturunkan dengan menggunakan bahasa Quraisy
Bahasa Rasul adalah bahasa Arab, karena itulah Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa
Arab. Wahyu diturunkan kepada Rasul dengan makna dan lafalnya, maka makna dan
lafalnya adalah ciptaan Allah, Rasul mengucapkannya dengan bahasa dari Allah, dan
menyampaikannya kepada manusia sebagaimana Allah menyampaikannya kepada Rasul,
beliau melukiskannya sebagimana terlukis dalam fikiran dan hafalan, dan
megucapkannya sebagaimana disampaikan oleh Allah, Allah mewahyukannya dan Rasul
menerima seluruhnya dengan murni, Allah memancarkan wahyu dan menciptakan
penjagaannya, maka pengucapan wahyu harus tunduk kepada Allah.

http://ad-dai.blogspot.com/2010/03/qiraah-sabah.html

Anda mungkin juga menyukai