Anda di halaman 1dari 3

1.

Qiro’at

Ditinjau dari bentuk bahasa, Qiro’at dalam bentuk jamak adalah qiro’ah yang bermakna bacaan.
Sedangkan menurut istilah, yang dimaksud qiro’at adalah cara atau metode untuk membaca
lafadz atau kalimat di dalam Al Quran dari beberapa segi (riwayat).

Dilatar belakangi oleh wilayah islam yang semakin meluas dan para sabahat yang mengajar ke
berbagai daerah, Penyebaran Al Qur’an itu mengakibatkan munculnya berbagai macam qiro’at,
bertambahnya perbedaan mengakibatkan sebagaimana riwayat tidak bisa
dipertanggungjawabkan.

Qiroa’at timbul disebabkan oleh tiga faktor, yaitu:

1. Perbedaan syakal (tanda baca), harakat ataupun huruf.


Pada zaman dahulu Al Qur’an tidak memliki syakal dan harokat, maka bentuk bentuk qiroat
diberikan oleh para imam imam, untuk mempermudah cara membaca Al Quran
2. Para sahabat mendengarkan beberapa versi pembacaan qiro’at yang dilantunkan oleh Nabi
Muhammad SAW. Seperti hadis yang diriwatakan oleh imam Bukhori dan Muslim
“Dari Umar bin Khathab, ia berkata, “aku mendengar Hisyam bin Hakim membaca Surat Al
Furqon di masa hidup Rasulullah. aku perhatikan bacaannya, tiba-tiba ia membaca dengan
banyak huruf yang belum pernah dibacakan Rasulullah kepadaku, sehingga hampir saja aku
melabraknya di saat ia shalat, tetapi aku urungkan, maka aku menunggunya sampai salam.
Begitu selesai, aku tarik pakaiannya dan aku katakan kepadanya, ‘siapakah yang
mengajarkan
bacaan surat itu kepadamu?’ Ia menjawab, ‘Rasulullah yang membacakannya kepadaku.
Lalu
aku katakan kepadanya, ‘kamu dusta! demi Allah, Rasulullah telah membacakan juga
kepadaku surat yang sama, tetapi tidak seperti bacaanmu. Kemudian aku bawa dia
menghadap
Rasulullah, kepadanya bahwa aku telah mendengar orang ini membaca surat Al-Furqon
dengan huruf-huruf (bacaan) yang tidak pernah engkau bacakan kepadaku, padahal engkau
sendiri telah membacakan surat Al-Furqon kepadaku. Maka rasulullah berkata, lepaskanlah
dia, hai Umar. bacalah surat tadi wahai Hisyam!’ Hisyam pun kemudian membacanya
dengan
bacaan seperti kudengar tadi. maka kata Rasulullah, ‘begitulah surat itu diturunkan.’ ia
berkata lagi, ‘bacalah, wahai umar!’ lalu aku membacanya dengan bacaan sebagaimana
diajarkan Rasulullah kepadaku. Maka kata Rasulullah, ‘begitulah surat itu diturunkan.
Sesungguhnya Al-Qur’an itu diturunkan dengan tujuh huruf, maka bacalah dengan huruf
yang
mudah bagimu di antaranya.” (H.R. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, An-Nasa’i, At-Tirmidzi,
Ahmad, dan Ibnu Jarir)
Hadis diatas menceritakan tentang sahabat Hisyam bin Hakim yang menjadi imam sholat
dan kebetulan sahabat Umar bin Khatab menjadi makmum, Hisyam melantunkan bacaan
surat Al Furqan dengan bacaan yang tidak semestinya, dan setelah sholat Umar menegurnya
kemudian dibawalah ke hadapan Nabi Muhammad SAW, namun Nabi sendiri membenarkan
perbuatan Hisyam karena beliau pernah melantunkannya dihadapan Hisyam, dan Umar pun
memahaminya.
3. Nabi Muhammad memberikan pengakuan (takrir) terkait beberapa versi qiro’at para
sahabat.
Jenis qiro’at

1. Berdararkan kuantitas

Beberapa ulama menuliskan berbagai qiro,at dan ada beberapa yang menjadi masyhur,
maka munculah istilah Qiro’at tujuh, qiro’at sepuluh, dan quro’at empat belas. Diantara
ketiga jenis diatas, yang paling masyhur diantaranya adalah

A.
Qiro’at Sab’ah .
Para ulama menyepakati bahwa tujuh imam telah dijadikan sebagai
sandaran dalam qiro’at. Diantaranya adalah: Ibnu Amir.
B. Qiro’at Asyarah
Gabungan dari qiroat sabah dan tiga qiroat tambahan yang disandarkan
kepada Abu Ja’far, Ya’kub dan Khalaf  al-‘Asyir.
C. Qiroat Arba’
Gabungan dari qiroat sabah dan asyrah, kemudian ditambahkan lagi
dengan empat qiroat yang bersandar pada Ibn Muhaisin, Al-Yazidi, Hasan
al-Bashri dam al-A’masy.
2. Berdasarkan kualitas

Imam Al-Syuyuthi menerangkan dalam kitabnha Al Itqan fi Ulum Al Qur’an,


bahwasannya qiroat dalam bentuk kualitas terbagi menjadi enam.

1. Mutawarir
Yang dimaksud Mutawatir adalah memungkinkan tidak adanya kebohongan
sanad dari awal sampai akhir dikarenakan penaukilan yanh dilakukan oleh
banyak orang
2. Masyhur
Memiliki sanad yang shahih tetapi tingkatannya tidak sampai mutawatir, tetapi
memiliki kesesuaian dengan kaidah bahasa arab atau rasm usmani.
3. Ahad
Tidak sesuai kaidah bahasa arab tetapi masih terjaga ke sahihannya.
4. Syadz
Sanadnya tidak sahih, seperti macaan dalam surat Al Fatihah yaitu malaka yau
middin berbentuk fiil madli atau kata kerja lampau.
5. Mudraj
Penambahan qiraat dengan bentuk penafsiran
6. Maudlu
Suatu bacaan yang tidak memliki keaslian ataupun kaidah.
Seperti yang sudah pnulis utarakan dalam bentuk makalah, kita sebagai umat muslim tentunya harus
mengetahui berbagai ilmu ilmu tentang alquran. menyangkut tentang alquran sendiri, merupakan
sebuah mushaf, atau kalam Allah yang telah disusuh dan dibukukan sebagai mana mestinya, dan
pastinya banyak sekali persoalan persoalan tentang al quran, ada persoalan tentang turunnya
alquran, tentang cara baca alquran, makna alquran, dan lain sebagainya, maka dari itu mempelajari
alquran hukumnya adalah fardhu ain. Comtohnya adalah saat kita sholat, didalam sholat harus ada
bacaan surat al fatihah, jika kita tidak membaca surat alfatihah hukumnya tidak sah sholat kita, maka
dari itu kita harus mempelajari cara baca alquram.

Anda mungkin juga menyukai